• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

II-1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai gambaran umum Home Industri Yessy Shoes. Yessy Shoes yang merupakan tempat peneliti mengamati sistem berlangsung didalamnya dan dasar teori mengenai topik yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian.

2.1. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1.1. Sejarah Pabrik Kerajinan Sepatu Yessy

Yessy Shoes adalah perusahaan home industry kerajinan pembuatan sepatu yang dimiliki oleh Ibu Yessy. Pada awal mulanya, beliau (Ibu Yessy) masih menjadi karyawan disebuah pabrik sepatu yang dimiliki orang lain. Selama 3 tahun dari tahun 1979 sampai 1982 beliau menjadi karyawan dipabrik tersebut. Tahun 1982 Ibu Yessy berkehendak untuk merintis usaha sepatunya sendiri dengan keluar dari pabrik sepatu, karena sebelumnya telah memiliki bekal ilmu pembuatan sepatu yang cukup.

Didirikanlah sebuah usaha sepatu kecil-kecilan sendiri pada tahun 1982 di daerah Tawang Sari RT 03 RW 34, Mojosongo, Jebres Solo. Lokasi ini adalah lokasi dari rumah ibu Yessy sendiri, dimana proses produksi kerajinan pembuatan sepatu di lakukan diruangan dekat area dapur. Saat itu jumlah pekerja yang direkrut untuk membantu proses produksi berjumlah 3 karyawan saja.

Sepatu yang diproduksi pada awal mula home industry ini berdiri yaitu tahun 1982 adalah baru jenis sepatu mitasi (oscar) yang proses pembuatannya masih manual, belum memiliki mesin-mesin yang otomatis karena minimnya modal dan masih dalam proses merintis dari bawah. Sistem penjualan awal mulanya masih door in door (pintu ke pintu) dengan mengendarai sepeda sampai ke perumnas Mojosongo.

Selama waktu terus berjalan, akhirnya mulai berkembang, usaha home industry ini mulai menambahkan jumlah pekerja nya, membeli mesin produksi otomatis berupa mesin press, mesin open, mesin amplas, dan kompresor. Pada tahun 1993 Yessy Shoes akhirnya memiliki mendirikan toko sendiri. Lokasi toko nya berada tak jauh dari tempat Ibu Yessy tinggal yaitu di di jalan Tangkuban Perahu No. 67 Perumnas Mojosongo. Saat itu pemilik nya Ibu Yessy dalam

(2)

II-2

penjualan sepatu nya tidak hanya di toko saja, melainkan masih dengan cara door in door.

Waktu terus berjalan dari tahun ke tahun sampai sekarang yang sudah hampir 33 tahun berjalan, dengan segala usaha Ibu Yessy dibantu para karyawan, akhirnya kerajinan produk sepatu ini mulai di kenal di kalangan peminat sepatu, serta mampu bersaing dengan jenis ataupun merek sepatu lain nya. Saat ini, cara penjualan door in door (pintu ke pintu) tidak digunakan lagi, karena konsumen berdatangan sendiri ke lokasi proses produksi sepatu ataupun ke tokonya langsung untuk memesan dan membeli sepatu.

2.1.2. Visi dan Misi Pabrik Kerajinan Sepatu Yessy

Visi dari Yessy Shoes adalah selalu mengutamakan ketekunan, kedisiplinan, serta ketrampilan dari tiap pegawainya sehingga menghasilkan produk sepatu yang berkualitas. Misi dari Yessy Shoes ingin menjadikan produk sepatu nya menjadi produk yang berkualitas yang mampu bersaing dipasaran.

2.1.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup Bidang usaha Yessy Shoes meliputi beberapa hal, di antarannya sebagai berikut:

1. Home industry yang memproduksi sepatu laki-laki dan perempuan. Contoh-contoh hasil produksinya, bisa lihat pada gambar 2.1 diantara lain :

a. Sepatu kantor laki-laki (pantofel) b. Sepatu kantor perempuan

c. Sepatu anak d. Sepatu wedgest e. Sandal selop f. Sepatu highhells

2. Home industry memiliki toko yang berlokasi di Jalan Tangkuban Perahu No. 67 Perumnas Mojosongo, di dalam toko yang tidak hanya menjual kerajinan sepatu dari hasil produksinya sendiri, melainkan ada sepatu dari jenis merek lain, pakaian, serta tas-tas laki-laki dan perempuan.

(3)

II-3 2.1.4. Jam Kerja dan Jumlah Pekerja

Yessy Shoes dalam mengatur hari kerja dan jam kerja disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Hari kerja normal adalah hari Senin sampai dengan Sabtu atau 6 (enam) hari dalam seminggu, kecuali salah satu hari tersebut berdasarkan ketetapan pemerintah dinyatakan sebagai hari libur resmi. Waktu istirahat diberikan selama 1 (satu) jam, dimana pekerja tidak melakukan pekerjaan dan pemberlakuannya diatur oleh perusahaan.

Dalam menjalankan aktivitas produksinya sehari-hari, Yessy Shoes memulai jam kerja secara pada pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 WIB. Jam istirahat diberikan pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB.

Pabrik Yessy Shoes memiliki jumlah 8 pekerja dalam melakukan proses produksi pembuatan sepatu yang terbagi setiap stasiun kerja, dan 1 pekerja bisa mengampu pekerjaan ganda pada setiap stasiun kerja.

Tabel 2.1 Data Pekerja Pabrik Yessy Shoes

No Nama Pekerja Stasiun Kerja

1 Ranto Pemolaan, Penjahitan dan Penyesekan

2 Tarto Pemolaan, Penjahitan dan Penyesekan

3 Danu Pengamplasan

4 Parjan Assembly Sol dan Pengepreesan

5 Wakhidi Assembly Sol dan Pengepreesan

6 Sukiya Assembly Sol dan Pengepreesan

7 Agus Pemasangan Label, Penyemiran, dan Penjemuran

8 Yati Admin dan Packing

(4)

II-4 2.1.5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pabrik Yessy Shoes terdiri dari pemilik yang dipegang oleh Ibu Yessy yang dibantu bagian administrasi serta pekerja untuk tiap stasiun kerja. Pemilik Ibu Yessy Admin & Packing Yati Pemolaan, Penjahitan, dan Penyesekan Ranto Tarto Assembly Sol, dan Pengepressan Parjan Wakhidi Sukiya Pemasangan Label, Penyemiran, dan Penjemuran Agus Pengamplasan Danu

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pabrik Yessy Shoes

2.1.6. Fasilitas Perusahaan

Fasilitas dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan dimana fasilitas-fasilitas ini akan mendukung jalannya kegiatan operasional perusahaan. Yessy Shoes, mempunyai fasilitas yang cukup dapat dimanfaatkan oleh karyawan-karyawannya dan tamu yang datang ke perusahaan. Fasilitas yang diberikan perusahaan adalah :

1. Dapur Umum

Dapur umum ini terletak sebelah rumah milik Ibu Yessy. 2. Area Ibadah

Area ibadah disini berupa tempat ibadah sholat yang ditempatkan dekat area proses produksi.

3. Toilet

(5)

II-5 2.1.7. Area Proses Produksi

Area proses produksi Yessy Shoes secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Area proses produksi Yessy Shoes

Proses produksi Yessy Shoes dilakukan berdasarkan system produksi make to stock untuk mempersiapkan stock sepatu di pabrik ataupun ditoko sebagai pajangan untuk menarik minat para pelanggannya. Selain itu, Yessy Shoes juga memproduksi sepatu sesuai pesanan kebutuhan pelanggan (make to order) yang umumnya pelanggang datang langsung ke pabrik untuk memesan jenis sepatu tertentu baik itu dalam jumlah kecil ataupun besar. Segi kualitas dari produk sepatu Yessy Shoes ini tidak kalah bersaing dengan merek merek sepatu yang sudah ada, dilihat dari jenis bahan baku yang sudah dari semek (kulit sapi) serta penggunaan mesin mesin otomatis yang memastikan hasil produksinya cukup baik dan dengan harga yang cukup terjangkau menjadikan sepatu hasil produksi Yessy Shoes mampu bersaing dipasaran.

Jenis produk sepatu yang diproduksi di Yessy Shoes bervariasi dari segi model dan tipe, baik itu untuk sepatu laki – laki, ataupun sepatu perempuan. Tipe sepatu yang biasanya diproduksi ada sepatu pantofel, sepatu anak, sepatu bludru, sepatu wedgest, sandal selop, sepatu highhells, dan lain lain. Selain proses produksi nya make to order, juga memproduksi sepatu sebagai stok yang di pajang di dalam toko.

(6)

II-6

Proses produksi pembuatan sepatu mulai dari bahan baku awal sampai bahan baku itu diproses sehingga menjadi produk berupa sepatu bisa di lihat pada gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pembuatan Sepatu

2.1.8. Pemasaran

Untuk sekarang ini, Yessy Shoes telah memiliki toko sendiri yang ada di di jalan Tangkuban Perahu No. 67 Perumnas Mojosongo. Pusat proses produksinya terpusat di satu tempat yang sama dengan rumah dari Ibu Yessy sendiri yaitu Tawang Sari RT 03 RW 34, Mojosongo, Jebres Solo yaitu berupa gedung pabrik yang cukup luas. Pemasaran dari produk-produk sepatu yang dihasilkan di jual untuk seluruh wilayah lokal Indonesia, diantaranya; Boyolali, Wonogiri, Pati, Purwokerto, Palembang, Manado, Tahuna, Palu, Poso, Ambon, Pekanbaru, Nusa Tenggara Timur, Lampung, Makasar, dan Irian Jaya.

Pembuatan Pola Penyiapan Bahan Pemotongan Bahan Persiapan Bagian Bawah Penyatuan Bagian Bawah dan Bagian

Atas

Penyelesaian

Pengemasan Persiapan

(7)

II-7

Gambar 2.4 Toko Kerajinan Yessy

Gambar 2.5 Pabrik Sepatu Yessy

2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Ergonomi

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivita untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai resiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,

(8)

II-8

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.

Ergonomi atau ergonomic (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ergo” yang berarti “kerja” dan “Nomos” yang berarti “hukum”. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan prosuk-prosuknya, sehingga dimungkinkan optimal. Dengan demikian disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pemdekatan sistem pula (Wignjosoebroto, 2003).

Nurmanto (2008) menyatakan, bahwa definisi dari ergonomi sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Tujuan utama dari ergonomi adalah upaya memperbaiki performan kerja manusia seperti keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak di pakai oleh pemakainya. Disamping itu diharapkan juga mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors).

2.2.2. Ergonomic Checpoint

Ada pertumbuhan kesadaran menyangkut kebutuhan untuk menerapkan tindakan praktis didalam tempat kerja untuk mengurangi pekerjaan yang berkaitan

(9)

II-9

dengan penyakit dan kecelakaan. Fokus peningkatan yang ditempatkan pada suatu penerapan prinsip dari ergonomi mengingat bahwa potensi mereka yang besar untuk meningkatkan kondisi kerja dan produktivitas. Pengalaman yang diperoleh di dalam penerapan ergonomi untuk tempat kerja di sektor yang berbeda dan kondisi industri di mana yang kedua-duanya sedang mengalami mengembangkan dan negara berkembang, dengan hasil terukur di dalam pengurangan dari kecelakaan yang bersifat terus menaik, kerja yang berkaitan dengan penyakit dan kecelakaan utama industri, seperti halnya peningkatan di dalam kondisi kerja tidak memuaskan. Ergonomic Checkpoint telah dikembangkan dengan menawarkan sasaran objek yang praktis, permasalahan ergonomi dengan biaya rendah, terutama persamaan untuk ukuran menengah dan kecil dari suatu perusahaan (International Labour Organization, 2010)

Proses manual ini didasarkan pada banyak contoh peningkatan ergonomi praktis untuk mencapai pada biaya yang rendah. Ada banyak orang seperti contoh itu di seluruh dunia, termasuk perkakas yang dirancang, pedati, teknik penanganan material, pengaturan stasiun-kerja, lingkungan pekerjaan, area fasilitas kesejahteraan dan metode kelompok kerja. Pengetahuan yang diperoleh dari peningkatan di tempat itu supaya tercapai adalah suatu penambahan yang sangat bermanfaat dalam peberapan ergonomi yang dikembangkan oleh Spesialis yang berkualitas dan praktisi yang terlatih. Ini akan terus meningkat nyata pada peningkatan area yang mencapai di permukaan lantai toko yang harus dibuat untuk diterapkan pada tempat kerja lain di mana peningkatan serupa bisa dibuat. Kita berharap bahwa menggunakan Ergonomic Checkpoint akan merangsang penyebaran pengalaman yang berharga ini untuk lebih membantu masyarakat mempromosikan penerapan prinsip ergonomi.

Didalam buku “Ergonomic Checkpoint Practical and Easy-to-Implement Solutions for Improving Safety, Health and Working Conditions”, edisi kedua tahun 2010 yang dipublikasi oleh International Labour Organization (ILO) menyatakan, ketika menerapkan peningkatan tempat kerja, yang berguna bagi penggunaan bimbingan yang disajikan oleh ckeckpoint. Tindakan peningkatan yang ditandai oleh ckeckpoint. Ckeckpoint adalah didasarkan pada sejumlah dasar

(10)

II-10

prinsip ergonomi itu apakah siap bisa diterapkan di dalam tempat kerja nyata, mencakup sebagai berikut:

a. Solusi segera perlu untuk dikembangkan dengan keterlibatan para manajer dan para pekerja yang aktif.

b. Kelompok kerja dilakukan untuk menguntungkan dalam perencanaan dan menerapkan peningkatan praktis

c. Penggunaan keahlian dari material lokal dan banyak tersedia akan memiliki banyak manfaat.

d. Tindakan beragam perlu memastikan bahwa peningkatan didukung dari waktu ke waktu.

e. Tindakan program yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk menciptakan peningkatan di tempat yang disesuaikan.

Checkpoint ini menghadirkan kemudahan/sederhana, biaya murah, siap untuk bisa diterapkan peningkatan ergonomi. Mudah mengimplementasikan alami dari peningkatan penyokong kelompok kerja dan implementasi makna dari bahan lokal dan ketrampilan. Checkpoint ini sebagai meliputi area yang lebar, pengguna dipandu untuk melakukan pekerjaan multi menurut masing-masing situasi lokal. Banyaknya ilustrasi mempertunjukan ide secara luas yang bisa diterapkan dengan biaya murah yang dapat membantu para pengguna untuk menemukan solusi penyesuaian lokal. Ada empat langkah utama menggunakan yang ergonomic checkpoint yang terusun (International Labour Organization, 2010) :

1. Penerapan checkpoint terpilih kepada tempat kerja.

2. Perancangan diadaptasikan sesuai lokal, urutan daftar (checklist). 3. menyiapkan untuk menggunakan lembar informasi.

4. pengaturan tempat pelatihan kerja untuk perencanaan dan menerapkan tempat kerja segera akan dirubah.

Urutan daftar (checklist) ini adalah judul dari ergonomic checkpoint yang didalamnya ada 132 item dalam daftar tersebut yang dapat digunakan seluruhnya atau hanya beberapa item-item yang relevan/cocok sesuai untuk menggambarkan kondisi tempat kerja. Urutan daftar dari sekitar 30-50 item yang relevan/cocok untuk tempat kerja yang dianalisa biasanya lebih mudah untuk diterapkan (International Labour Organization, 2010).

(11)

II-11 1. Mengetahui tempat kerja

Meminta manajer untuk setiap pertanyaan yang anda miliki. Anda harus mengetahui tentang produk utama dan metode produksi, jumlah pekerja (pria dan wanita), jam kerja (termasuk istirahat dan lembur) dan setiap masalah penting tentang ketenagakerjaan.

2. Mendefinisikan area kerja yang akan diperiksa.

Mendefinisikan area kerja untuk diperiksa saat konsultasi dengan manajer dan orang-orang penting lainnya. Dalam kasus usaha kecil, area seluruh produksi dapat diperiksa. Dalam kasus perusahaan besar, khususnya area kerja dapat didefinisikan untuk memeriksa secara terpisah.

3. Awal berjalan-melalui

Baca melalui urutan daftar (checklist) dan menghabiskan beberapa atau lebih menit waktu berjalan melalui area kerja sebelum memulai untuk memeriksa yang akan digunakan dalam menggunakan urutan daftar (checklist).

4. Menulis hasil cek Anda

Baca setiap item dengan hati-hati. Mencari cara untuk menerapkan mengukur. Jika perlu, meminta manajer atau pekerja dengan pertanyaan.

a. Jika mengukur sudah diambil benar atau tidak diperlukan, tanda NO dibawah urutan format pertanyaan di daftar pertanyaan "Apakah Anda usulkan tindakan?

b. Jika Anda berpikir mengukur akan bermanfaat, menandai dengan IYA. c. Menggunakan ruang bawah "Keterangan" untuk menempatkan

deskripsi saran atau lokasinya. 5. Memilih prioritas

Setelah Anda selesai, melihat kembali pada item yang Anda miliki ditandai YES. Pilih beberapa item di mana manfaat tampaknya mungkin yang paling penting. Tandai PRIORITAS untuk item ini.

6. Diskusi kelompok tentang hasil pemeriksaan

Mendiskusikan hasil pemeriksaan bersama-sama dengan orang lain yang memiliki andil dalam proses mengambil bagian dalam berjalan-melalui. Setuju pada poin yang baik dan pada langkah-langkah yang akan diambil pada dasar aplikasi urutan daftar (checklist). Berkomunikasi dengan manajer

(12)

II-12

dan pekerja tentang langkah-langkah yang diusulkan, dan menindaklanjuti pelaksanaan langkah-langkah ini.

Ergonomi Checkpoint berdasarkan ILO (International Labour Organization) membagi 9 judul kriteria checkpoint dengan jumlah total urutan daftar pertanyaan berjumlah 132 (bisa dilihat pada lampiran), diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyimpanan bahan dan penanganan. 2. Perkakas.

3. Keamanan mesin. 4. Desain tempat kerja. 5. Pencahayaan. 6. Alasan/saran-saran.

7. Alat-alat dan zat-zat berbahaya. 8. Fasilitas kesejahteraan.

9. Fasilitas pengaturan kerja.

2.2.3. Analisis Aliran Material

Purnomo (2004), mengemukakan bahwa dalam melakukan analisis aliran dibutuhkan beberapa data dari setiap perpindahan bahan. Data yang diperlukan dalam menganalisis aliran bahan antara lain: jalur yang dilalui, volume pemindahan, jarak tempuh, frekuensi perpindahan, waktu perpindahan, dan biaya perpindahan. Untuk menganalisis aliran bahan dapat digunakan peta-peta kerja dan diagram, yang dimana dalam pembuatan peta-peta kerja terdapat simbol-simbol aktifitas yang digunakan. Simbol-simbol-simbol yang dipergunakan dikeluarkan oleh American Society of Mechanical Engineers (ASME) adalah sebagai berikut.

= OPERASI

operasi terjadi apabila benda-benda kerja mengalami perubahan sifat fisik maupun kimiawi. Dalam prakteknya lambang ini juga digunakan untuk menyatakan aktivitas administrasi, misalnya aktivitas perencanaan dan perhitungan.

(13)

II-13 = INSPEKSI

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan apabila kita melakukan perbandingan objek tertentu dengan suatu standart.

= TRANSPORTASI

Kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

= STORAGE

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan dalam jangka waktu yag cukup lama.

= DELAY

Proses delay/menunggu.

Peta-peta kerja dan diagram yang digunakan adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):

1. Peta Proses Operasi atau Operation Process Chart (OPC)

Peta proses operasi adalah suatu peta yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh suatu bahan yang meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan peta proses operasi ini merupakan tahapan pertama dalam urutan langkah untuk merencanakan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan, dimana didalamnya terdapat suatu simbol yang terdiri dari operasi, pemeriksaan dan gudang/storage. Selain itu berisi juga informasi tentang hal-hal sebagai berikut.

 Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktifitas.  Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan.  Peralatan/mesin yang digunakan.

Prosentase scrap selama berlangsungnya aktifitas.

Dengan peta proses operasi dapat terlihat pola aliran bahan yang tetap dan mulai terbayang tata letaknya. Peta kerja ini dapat juga memperbaiki metode kerja dengan cara menggabungkan operasi-operasi pendek dan sangat mungkin untuk digabungkan antar operasi tersebut. Peta proses operasi dapat juga menunjukkan

(14)

II-14

bagian mana yang erat kaitannya dengan yang lain dan dengan demikian dapat dibuat dalam wilayah yang berdeakatan.

2. Peta Aliran Proses atau Flow Process Chart (FPC)

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menggambarkan urut-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama suatu proses atau prosedur berlangsung, serta di dalamnya memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Beberapa kegunaan peta aliran proses adalah sebagai berikut.

 Menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan melakukan pengujian secara detail tentang proses.

 Digunakan untuk manganalisa proses seperti: jumlah aktifitas proses, jarak, peralatan, dan tenaga kerja.

 Sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja.

 Digunakan sebagai dasar untuk perhitungan biaya dan dapat digunakan untuk melacak biaya-biaya yang tersembunyi apabila terjadi ketidakefisienan dan terjadi ketidaksempurnaan pekerjaan.

 Digunakan sebagai perbandingan apabila ada metode pengganti. 3. Diagram Alir (Flow Diagram)

Diagram alir adalah bentuk grafis dari urutan-urutan proses yang dibuat di atas tata letak yang sedang dibahas. Diagram alir menunjukkan lokasi dari suatu aktifitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Dengan demikian diagram alir dapat digunakan sebagai rancangan kasar dari tata letak di mana rancangan tersebut termuat jarak dari lokasi-lokasi terpasang. Kegunaan diagram alir dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Memperjelas peta aliran proses, dengan menujukkan arah aliran yang sesuai dengan peta aliran proses.

 Membantu dalam proses perbaikan tata letak tempat kerja, dengan cara memindah-mindahkan tata letak apabila ada aliran material yang tidak sempurna sehingga dapat diperoleh tata letak yang lebih ekonomis ditinjau dari segi waktu dan jarak.

(15)

II-15 2.2.4. Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Melalui peta kerja kita dapat melihat semua langkah atau proses yang dialami oleh suatu benda kerja kemudian menggambarkan semua langkah yang dialami benda kerja, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan, perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi. Apabila kita ingin melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja.

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Pemahaman yang seksama terhadap suatu peta kerja akan memudahkan memperbaiki metoda kerja dari suatu proses produksi. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan kerja (Sutalaksana, dkk 2000).

Peta-peta dibagi kedalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu pertama peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan. Yang termasuk peta kerja keseluruhan adalah: Peta Proses Operasi (OPC), Peta Aliran Proses (FPC), Peta Proses Kelompok Kerja (GPC), Diagram Alir (FD) dan Assembly Chart (AC). Sedangkan yang termasuk peta kerja setempat adalah: Peta Pekerja dan Mesin, Peta Tangan Kanan-Tangan Kiri.

Peta kerja keseluruhan melibatkan sebagian besar atau semua sistem kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan

(16)

II-16

peta kerja setempat menggambarkan kegiatan kerja setempat, apabila hal itu menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas.

Kedua peta kerja akan terlihat saling berhubungan erat apabila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu perusahaan perakitan memiliki beberapa mesin produksi atau stasiun kerja. Dalam hal ini kelancaran proses produksi secara keseluruhan akan sangat tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Maka untuk memperbaiki proses secara keseluruhan pertama-tama harus memperbaiki atau menyempurnakan setiap sistem kerja yang ada sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu urutan kerja yang paling baik.

2.2.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta tangan kiri dan kanan adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia didalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual. Peta ini akan menggambarkan semua gerakan ataupun delay yang terjadi yang dilakukan oleh tangan kanan maupun tangan kiri secara mendetail sesuai dengan elemen-elemen Therblig yang membentuk gerakan. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi maka langkah perbaikan dapat diusulkan. Peta ini tepat digunakan untuk menganalisa gerakan yang terjadi secara berulang (repetitive motion) dan dilakukan secara manual. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan bisa diusulkan untuk perbaikan. Demikian pula akan diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja akan berlangsung dengan lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan delays maupun operator fatigue yang minimum.

Peta tangan kiri-tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dalam melakukan pekerjaan yang biasanya adalah proses perakitan (Sutalaksana, dkk 2000). Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga

(17)

II-17

menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri-dan tangan kanan. Peta ini menggambarkan operasi secara cukup lengkap. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual, yakni saat setiap siklus dari pekerja terjadi dengan cepat terus berulang. Peta ini sangat baik untuk menganalisis suatu sistem kerja sehingga memperoleh perbaikan tata letak peralatan, pola gerakan pekerja yang baik, urut-urutan pekerjaan yang baik. Dengan menggunakan peta ini dapat dilihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien maupun gerakan-gerakan yang tidak perlu. Dan untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal maka tidak cukup dengan mengoptimasi layout saja, namun perlu tambahan pertimbangan anatomi (Nurmianto,2008).

Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi secara lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari pekerjaan tersebut terjadi dengan cepat dan terus berulang, sedangkan untuk keadaan lain, peta ini kurang praktis untuk dipakai sebagai alat penganalisa. Dengan menggunakan peta ini, kita bisa melihat jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien atau bisa melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat pekerjaan manual tersebut berlangsung (Sutalaksana A. 1979).

Meskipun Frank dan Lilian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan-gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan mengikuti 17 elemen dasar Therblig atau kombinasi dari elemen-elemen Therblig tersebut, akan tetapi didalam membuat peta operator akan lebih efektif kalau hanya 8 elemen gerakan Therbligh berikut ini yang digunakan (Wignjosoebroto, 2003) , yaitu:

- Reach (RE) - Use (U) - Grasp (G) - Release (RL) - Move (M) - Delay (D) - Position (P) - Hold (H)

2.2.6. Prinsip Ekonomi Gerakan

Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan

(18)

II-18

prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini dapat dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakankerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses kerja dan juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya (Wignjosoebroto, 2003). 1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan badan/penggunaan anggota

tubuh manusia:

a. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatassan dalam melaksanakan gerakan kerja

b. Bia mungkin ke dua tangan (yang sama-sama dibutuhkan untuk melakukan seperti halnya dalam proses perakitan) harus memulai dan menyelesaikan gerakannya dalam waktu yang bersamaan. (Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan dan Kaki Guna Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

c. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.

d. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.

e. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

(19)

II-19

f. Hindari gerakan yang menyebabkan perubahan arah karena akan menghabiskan waktu yang lebih banyak.

g. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada satu bidang tanpa perlu mengubah fokus.

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung: a. Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus disediakan

untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin).

b. Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari. Berikut contoh meletakkan material benda kerja yang memungkinkan gerakan kerja normal dan standard jangkauan dan pekerja yang umum dipergunakan didalam mengatur penempatan material atau peralatan kerja. (Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Dimensi Standard dari Normal dan Maksimum Area Kerja dalam Tiga Dimensi

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

c. Tata letak fasilitas kerja sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi kerja yang baik.

d. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik e. Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lain-lain) harus sesuai

(20)

II-20

kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Di sini prinsip-prinsip anthropometri mutlak harus dipelajari pada saat akan merancang fasilitas kerja tersebut.

f. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan. temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lain-lain yang berkaitan dengan persyaratan ergonomis harus pula diperhatikan benar-benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.

g. Penyimpanan bahan/parts yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat (gravitasi) sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil..

h. Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai dirancang dengan menggunakan mekanisme yang baik.

i. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa, sehingga berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.

j. Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya memiliki postur yang baik dan nyaman.

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang dipergunakan:

a. Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual), apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.

b. Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan. (Gambar 2.8)

(21)

II-21

Gambar 2.8 Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5 Buah Mur Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

c. Siapkan dan letakan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari. Desain peralatan juga dibuat sedemikian rupa agar memberi kenyamanan genggaman tangan saat digunakan.

d. Sebaiknya penggunaan perkakas pembantu (jig & fixture) atau e. alat-alat yang digerakan dengan kaki ditingkatkan.

f. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa, agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

g. Peralatan sebaiknya dipasang sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.

h. Pendistribusian beban disesuaikan dengan kekuatan jari-tangan ataupun kaki.

i. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang minimum.

j. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan.

k. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, maka untuk masing-masing jari tersebut harus didibagi seimbang sesuai energy dan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing jari. (Gambar 2.9)

(22)

II-22

Gambar 2.9 Perbandingan Penggunaan Standar Type Writer Keyboard dengan Simplified Keyboard

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Gambar diatas menunjukan beban yang harus dipikul untuk masing-masing baris keyboard, tangan dan jari-jari pada saat pengetikan berlangsung. Simplified keyboard memperbaiki pengaturan huruf yang ada sehingga akhirnya beban pekerjaan akan lebih banyak dipikul oleh tangan kanan dan distribusi beban untuk jari-jari akan lebih rasional.

2.2.7. Studi Gerakan

Studi gerakan atau lazimnya disebut dengan “motion study” adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan studi ini ingin diperoleh gerakan-gerakan standar untuk penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu gerakan-gerakan yang efektif dan efisien studi mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang menitik-beratkan pada penerapan-penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (Wignjosoebroto, 2003).

Didalam aktivitas studi gerakan maka orang yang paling dianggap paling menonjol jasanya adalah Frank dan Lilian Gilbert. Gilbert telah mengawali studi gerakan manual dan mengembangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi gerakan yang sampai sekarang masih dipertimbangkan sebagai landasan pokok untuk melakukan studi gerakan. Frank dan Lilian Gilbert telah berhasil menciptakan

(23)

II-23

symbol/kode dari gerakan-gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama “THERBLIG” (dieja dari nama Gilberth secara terbalik), disini mereka menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs. Secara garis besar masing-masing therbligs tersebut dapat didefiniskan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Macam-Macam Elemen Gerakan Therbligs

Macam-Macam Elemen Gerakan Therbligs Simbol

Mencari Search Sh

Memilih Select Sl

Memegang Grasp G

Menjangkau/Membawa tanpa beban Transport Empety TE

Membawa dengan beban Transport Loaded TL

Memegang untuk memakai Hold H

Melepas Release Load RL

Mengarahkan Position P

Mengarahkan awal Pre Position PP

Memeriksa Inspection I

Merakit Assemble A

Mengurangi Rakit Disassembly DA

Memakai Use U

Keterlambatan yang tak terhindarkan Unavoidable Delay UD Keterlambatan yang dapat dihindarkan Avoidable Delay AD

Merencana Plan Pn

Istirahat untuk menghilangkan lelah Rest to Overcome Fatigue R

Penjelasan untuk setiap 17 gerakan dasar Therbligs adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003):

1. Mencari (search)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi obyek. Pada gerakan ini yang bekerja adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. Tujuan dari analisa therblig ini adalah untuk menghilangkan sedapat mungkin gerak yang tidak perlu. Mencari merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan.

(24)

II-24 2. Memilih (select)

Memilih adalah elemen therbligs yang merupakan gerakan kerja menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Elemen Therbligs ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. Elemen memilih biasanya mengikuti langsung elemen therbligs mencari (search). Batas antara memulai memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembaharuan pakerjaan di antara dua gerakan tersebut yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata. Gambar 4.6 memperlihatkan aktivitas memilih.

3. Memegang (grasp)

Memegang adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau (reach) dan dilanjutkan oleh gerakan membawa (move). Memegang adalah termasuk elemen therbligs yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang biasanya dapat dihilangkan akan tetapi dalam beberapa hal bisa diperbaiki.

4. Menjangkau/Membawa tanpa beban (transport empety)

Menjangkau adalah elemen gerak therbligs yang menggambarkan gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban atau hambatan (resistence) baik gerakan menuju atau menjauhi obyek atau lokasi tujuan lainnya dan berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah mencapai obyek tujuannya . Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp). Waktu yang diperIukan untuk melaksanakan elemen gerak menjangkau akan sangat tergantung dengan jarak gerakan tangan yang dilakukan kearah obyek yang dituju dan tipe gerakan menjangkaunya. Seperti halnya dengan elemen gerakan memegang (grasp), maka elemen menjangkau ini dapat diklasifikasikan sebagai elemen Therbligs yang efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja yang ada. Meskipun demikian masih bisa dimungkinkan untuk diperbaiki dengan cara memperpendek jarak jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap untuk obyek yang harus dicapai selama siklus berlangsung

(25)

II-25 5. Membawa dengan beban (transport loaded)

Elemen gerakan membawa adalah juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja di sini tangan bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Elemen gerakan ini diawali dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau (reach) hanya saja di sini tangan dalam kondisi membawa beban (obyek). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu gerakannya pun hampir sama yaitu jarak perpindahan tangan, tipe gerakan dan berat ringan beban dibawa oleh tangan.

Elemen gerakan membawa biasanya didahului oleh elemen gerakan memegang (grasp) dan dilanjutkan oleh elemen gerakan melepas (release) atau mengarahkan ( position). Elemen gerak membawa termasuk Therbligs yang efektif yang sulit sekali dieliminir dari siklus kerja yang berlangsung. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen gerak ini bisa dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus dipindahkan, dan memperbaiki tipe pemindahan beban dengan rnenggunakan prinsip gravitasi atau memakai peralatan material handling lainnya.

6. Memegang untuk memakai (hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan obyek yang dipegang tersebut; perbedaannya dengan memegang yang terdahulu adalah pada perlakuan pada obyek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian.

Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Gerakan ini sering dijumpai pada pekerjaan perakitan, satu tangan memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan pekerjaan memasang. Satu contoh lain adalah pada waktu melakukan pekerjaan memasang buah kancing, tangan kiri tidak bergerak memegang kancing sedangkan tangan kanan bekerja menggerak-gerakkan jarum. Dalam hal ini tangan kiri melakukan elemen gerak memegang untuk memakai.

(26)

II-26 7. Melepas (release load)

Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan obyek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dan obyek yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang obyek lagi. Bila dibandingkan dengan elemen-elemen gerak Therbligs lainnya, gerakan melepas merupakan gerakan yang relatif singkat. Elemen gerak melepas ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau (reach). 8. Mengarahkan (position)

Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu lokasi tertentu. Gerakan mengarahkan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut kearah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai.

Waktu yang diperlukan untuk gerak mengarahkan ini juga dipengaruhi oleh kerja mata, karena selama tangan mengarahkan obyek, mata tentu mengontrol (elemen mencari paling tidak ikut berperan pula di sini) agar obyek dapat dengan mudah ditempatkan pada lokasi yang telah ditetápkan. Elemen gerak mengarahkan ini termasuk elemen therblig yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan menghilangkannya

9. Mengarahkan awal (pre position)

Elemen gerak mengarahkan awal adalah elemen kerja therbligs yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara sehingga pada saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan maka obyek tersebut dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang dikehendaki. Elemen therbligs ini sering terjadi bersamaan dengan therblig yang diantaranya adalah membawa (move) dan melepaskan (release). Untuk mengurangi waktu kerja mengarahkan awal bisa dilakukan dengan merancang peralatan pembantu untuk memegang (holding device) perkakas kerja atau obyek pada arah gerakan kerja yang semestinya. Berikut ini uraian

(27)

II-27

perbedaan antara therblig mengarahkan dengan therblig mengarahkan sementara.

10. Memeriksa (inspection)

Elemen therblig ini termasuk cara kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain. Aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standard yang ada. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan memeriksa ini akan bergantung kepada kecepatan operator menemukan perbedaan antara obyek dengan performansi standard yang dibandingkan.

11. Merakit (assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa (move) atau mengarahkan (position) dan dilanjutkan oleh therblig melepas (release). Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek tersebut sudah tergabung secara sempurna.

12. Mengurangi Rakit (disassembly)

Elemen gerak ini merupakan kebalikan dari elemen therblig merakit (assemble). Di sini dilakukan gerakan memisahkan atau menguraikan dua obyek yang tergabung satu menjadi obyek-obyek terpisah. Gerakan mengurai rakit biasanya diawali oleh elemen memegang (grasp) dan dilanjutkan dengan membawa (move) atau melepas (release). Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas obyek telah selesai yang dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan berakhir di saat obyek telah terurai sempurna (biasanya terus diikuti dengan gerakan therblig Iainnya yaitu membawa atau melepas).

(28)

II-28 13. Memakai (use)

Memakai adalah elemen gerakan therblig dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Lama waktu yang dipergunakan untuk gerakan ini tergantung pada jenis pekerjaan atau kecakapan operator untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

14. Keterlambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)

Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya bekerja. Misalnya operator mesin drill, menurut ketentuan cara kerja yang ditetapkan, sebagai akibat dari sifat pekerjaannya hanya memungkinkan satu tangan bekerja. Gangguan-gangguan yang terjadi seperti padamnya listrik, rusaknya alat dan lain-lain menyebabkan kelambatan juga. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasi.

15. Keterlambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)

Setiap waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada siklus kerja yang berlangsung merupakan tanggung jawab operator baik secara sengaja maupun tidak sengaja akan diklasifikasikan sebagai kelambatan yang bisa dihindarkan. Kegiatan ini menunjukkan situasi yang tidak produktif yang dilakukan oleh operator (merokok, mengobrol, mondar-mandir tanpa tujuan jelas, dan lain-lain) sehingga perbaikan/penanggulangan yang perlu dilakukan lebih ditujukan kepada operatornya sendiri tanpa harus mengubah proses operasi kerjanya.

16. Merencana (plan)

Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru. Cara untuk memperbaiki adalah dengan jalan melatih (training) terhadap karyawan baru.

(29)

II-29

17. Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatigue)

Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara periodik. Waktu untuk memulihkan kondisi badan dan kelelahan fisik akibat kerja berbeda-beda, tidak saja tergantung pada karakteristik pekerjaan yang ada tetapi juga tergantung individu pekerjanya. Untuk memperbaiki elemen-elemen therblig yang diklasifikasikan sebagai nilai bisa dilaksanakan dengan memperhatikan faktor-faktor ergonomi yang secara signifikan berpengaruh besar terhadap performans kerja manusia.

2.2.8. Perancangan Sistem Kerja

Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta aman, sehat dan nyaman bagi pekerja (Sutalaksana, 2006).

Efisiensi adalah suatu hal yang amat sangat penting yang terdapat dalam sifat-sifat yang dikehendaki dari rancangan suatu sistem kerja dan dapat didefinisikan sebagai keluaran (output) dibagi dengan masukan (input), semakin besar harga rasio ini maka semakin tinggi efisiensinya. Dalam perancangan sistem kerja pengertian efisiensi diterapkan dalam bentuk perbandingan antara hasil kinerja yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut, pengertian ongkos di sini bukanlah besarnya uang yang dikeluarkan tetapi dalam pengertian luas, dapat berupa waktu dan lain-lain.

2.2.9. Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja merupakan suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan, di mana tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku (Wignjosoebroto, 2006).

(30)

II-30

Sutalaksana (2006) mengungkapkan ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur kerja, diantaranya yaitu :

a. Sampling Pekerjaan atau work sampling. b. Predetermined Motion Times.

c. Studi waktu dengan jam henti atau Stopwatch Time Study.

Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengambilan waktu adalah dengan menggunakan metoda jam henti (stopwatch) dan untuk jumlah sampelnya menggunakan metoda sampling.

Terdapat tiga metoda jam henti yang digunakan untuk mengukur elemen kerja (Sritomo Wignjosoebroto, 2008) yaitu :

 Continuous Timing

Pada metode ini stopwatch dijalankan terus menerus selama pengamatan Stopwatch baru akan dihentikan pada saat pengamatan selesai dilakukan dan pada akhir pengamatan waktu yang telah didapat dicatat. Selain itu untuk mendapatkan masing-masing waktu individu maka perlu dilakukan proses pengurangan.

 Repetitive Timing

Untuk metode ini cara menggunakan stopwatch, stopwatch ini dibaca secara simultan dan angka pada stopwatch dikembalikan ke angka nol setelah setiap proses selesai. Metode ini dapat dilakukan pencatatan langsung tanpa perlu mengurangi waktu.

 Accumulative Timing

Pada metode ini cara menggunakan stopwatch melibatkan dua atau lebih stopwatch, hal ini dikarenakan metode yang digunakan yaitu ketika stopwatch yang pertama berhenti kemudian stopwatch yang kedua mulai dijalankan dan ketika stopwatch yang kedua berhenti maka stopwatch yang ketiga dijalankan.

Beberapa kategori waktu (Sutalaksana, 2006): 1. Waktu pengamatan (Waktu Siklus)

Waktu pengamatan merupakan waktu yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran waktu yang diperlukan oleh pekerja

(31)

II-31

untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu siklus :

x T

Ws ...(2.1) Dimana :

Ws : Waktu Siklus (menit / m)

T : Jumlah waktu pengamatan produktif keseluruhan (menit) x : jumlah produk hasil output operator selama pengamatan (meter) 2. Waktu Normal

Waktu yang diperlukan pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas di bawah kondisi kerja yang normal. Waktu normal di sini tidak termasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah (fatique) ataupun kebutuhan seorang pekerja (personal needs). Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal : Wn = Ws x Fp ...(2.2)

Dimana :

Wn : Waktu normal (menit / m)

Ws : Waktu siklus (menit / m)

Fp : Faktor penyesuaian

3. Standard Time (Waktu Baku)

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sudah mencakup kelonggaran waktu (allowance time), waktu kelonggaran merupakan kelonggaran yang diberikan untuk menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung waktu baku :

% % 100 a W Wbn ...(2.3) Dimana :

Wb : Waktu baku (menit / m)

Wn : Waktu normal (menit / m)

(32)

II-32 4. Penyesuaian (Performans Rating)

Pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh pekerja, ketidakwajaran dapat terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah dikejar oleh waktu atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang tidak mendukung untuk bekerja. Penyebab seperti tersebut di atas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari merupakan waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang mendukung seorang bekerja menyelesaikan suatu pekerjaan (Sutalaksana, 2006).

Beberapa cara dalam menentukan faktor penyesuaian : a. Metode Shumard

Metode shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri (Tabel 2.3). Disini pengukur diberi patokan untuk menilai perfomansi kerja operator menurut kelas-kelas Superfast, Fast +, Fast, Excellent, dan seterusnya.

Tabel 2.3 Penyesuian Metode Shumard

Kelas Penyesuaian Superfast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85 Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good - 65 Normal 60 Fair + 55 Fair 50 Fair - 45 Poor 50

(33)

II-33 b. Metode Westinghouse

Metode ini merupakan metoda penentuan nilai penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan tingkat keterampilan pekerja, usaha pekerja, kondisi kerja pekerja, konsistensi kerja pekerja (Sutalaksana, 2006).

 Keterampilan (Skill)

Merupakan kemampuan yang dimilki oleh pekerja dalam mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Keterampilan juga dapat mengalami penurunan yang disebabkan diantaranya karena apabila pekerja terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau karena kondisi kesehatan yang sedang terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan kerja dan faktor-faktor lainnya.

Super skill :

 Terlihat seperti telah terlatih dengan sangat baik.  Gerakan-gerakan halus tetapi sangat cepat

sehingga sangat sulit untuk diikuti.

 Terkadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin (kecepatannya konsisten).

 Perpindahan dari satu elemen ke elemen pekerjaan lainnya tidak terlampau terlihat.

 Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan.  Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang

bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.

Excellent Skill :

 Percaya pada diri sendiri.

 Terlihat telah terlatih baik dan bekerja dengan teliti.

 Gerakan-gerakan dalam bekerja beserta urutan pekerjaan yang dikerjakan tanpa kesalahan.

(34)

II-34

 Menggunakan peralatan dengan baik.

 Bekerja dengan cepat tanpa mengorbankan mutu.  Bekerja berirama dan terkoordinasi.

Good Skill :

 Kualitas hasil memenuhi standar.

 Bekerja tampak lebih baik dari kebanyakan pekerja lainnya.

 Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lainnya yang memiliki keterampilan lebih rendah.  Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

 Tidak memerlukan banyak pengawasan.  Tidak keragu-raguan.

 Bekerja dengan stabil.

 Gerakan - gerakan terkoordinasi dengan baik.  Gerakan-gerakan cepat.

Average Skill :

 Tampak kepercayaan pada diri sendiri.

 Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan.  Gerakan cukup menunjukkan tidak ada keraguan.  Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup

baik.

 Tampak cukup terlatih dan mengetahui seluk beluk pekerjaanya.

 Secara keseluruhan cukup memuaskan dan bekerja dengan teliti.

Fair Skill :

 Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

 Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.  Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum

melakukan gerakan - gerakan.

(35)

II-35

 Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaan yang sedang dilakukan tetapi telah dipekerjakan di bagian itu sejak lama.

 Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan - kesalahan sendiri

 Jika tidak bekerja dengan sungguh - sungguh maka produk yang dihasilkan sangat rendah.

Poor Skill :

 Tidak dapat mengkoordinasi tangan dan pikiran.  Gerakan - gerakan dalam bekerja terlihat kaku.  Kelihatan ketidaknyaman pada urutan gerakan

dalam bekerja.

 Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.

 Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.

 Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan - gerakan kerja.

 Sering melakukan kesalahan-kesalahan.  Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.  Tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.  Usaha

Adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.

Excessive Effort :

 Kecepatan sangat berlebihan.

 Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.

 Kecepatan dalam bekerja tidak stabil sepanjang hari kerja.

Excellent Effort :

(36)

II-36

 Gerakan dalam bekerja lebih ekonomis dari pada pekerja lainnya.

 Penuh perhatian dalam bekerja.

 Memberi saran dan dapat menerima petunjuk dengan senang.

 Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.  Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang

sekali.

 Bekerja dengan sistematis.

Good Effort :

 Bekerja berirama.

 Waktu menganggur sangat sedikit.  Penuh perhatian pada pekerjaan.  Senang dengan pekerjaannya.

 Kecepatan dalam bekerja dapat dipertahankan sepanjang hari.

 Percaya pada kebaikan pengukuran waktu.

 Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.

 Menggunakan alat - alat yang tepat dengan baik.  Tempat bekerja diatur dengan baik dan rapih.  Dapat memberi saran - saran untuk perbaikan

kerja.

 Dapat memelihara dengan baik kondisi peralatan.

Average Effort :

 Bekerja dengan stabil.

 Menerima saran-saran tapi tidak melaksanakannya.  Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.

Fair Effort :

 Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.  Terkadang perhatian tidak ditujukan pada

(37)

II-37

 Kurang bersungguh - sungguh.

 Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.  Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku

(SOP).

 Alat - alat yang digunakan tidak selalu dalam keadaaan baik.

 Sistematika dalam bekerja sedang-sedang saja.

Poor Effort :

 Banyak menyia-nyiakan waktu.

 Tidak memperlihatkan adanya minat kerja.  Cenderung menolak saran - saran.

 Tampak malas dan lambat dalam bekerja.  Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perl  Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi.  Tidak peduli dengan kondisi peralatan kerja.

Dalam kondisi sebenarnya banyak terjadi pekerja dengan keterampilan rendah bekerja tetapi ia memiliki usaha yang lebih sungguh-sungguh sebagai pengimbangnya tetapi sebaliknya terdapat seorang pekerja dengan keterampilan tinggi tetapi bekerja dengan usaha yang tidak didukung tetapi dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Jadi walaupun hubungan antara keterampilan dengan usaha sangat erat tetapi dengan metode Westinghouse ini, kedua aspek tersebut dipisahkan untuk lebih memudahkan dalam pemberian penyesuaian.

 Kondisi Kerja

Adalah kondisi fisik lingkungan, seperti keadaan pencahayaan, suhu, kebisingan dan lain sebagainya. Kondisi terbagi atas beberapa aspek antara lain ideal, excellent, good, average, fair dan poor.

(38)

II-38  Konsistensi

Merupakan Tingkat kestabilan dalam bekerja, tingkat kestabilan ini dapat diperhatikan dengan waktu penyelesaiaan yang dihasilkan oleh pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik dari jam ke jam, dari hari kehari dan seterusnya.

Rumus menghitung faktor penyesuaian (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006) :

TF : F.Keterampilan+F.Usaha + F.Kondisi + F.Konsistensi..(2.4) Dimana :

TF : Total Nilai Faktor

F : Faktor berdasarkan tabel westinghouse

Adapun rumus untuk menghitung nilai penyesuaian :

P : 1 + TF ………(2.5) Dimana :

P : Nilai Penyesuaian

TF : Total nilai faktor penyesuaian

Tabel 2.4 Penyesuaian Berdasarkan Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Superskill A1 + 0.15 A2 + 0.13 Excellent B1 + 0.11 B2 + 0.08 Good C1 + 0.06 C2 + 0.03 Average D 0 Fair E1 - 0.05 E2 - 0.1 Poor F1 - 0.16 F2 - 0.22

(39)

II-39

Tabel 2.4 Penyesuaian Berdasarkan Metode Westinghouse (lanjutan…)

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Usaha Excessive A1 + 0.13 A2 + 0.12 Excellent B1 + 0.1 B2 + 0.08 Good C1 + 0.05 C2 + 0.02 Average D 0 Fair E1 - 0.04 E2 - 0.08 Poor F1 - 0.12 F2 - 0.17 Kondisi Kerja Ideal A + 0.06 Excellent B + 0.04 Good C + 0.02 Average D 0 Fair E - 0.03 Poor F - 0.07 Konsistensi Perfect A + 0.04 Excellent B + 0.03 Good C + 0.01 Average D 0 Fair E - 0.02 Poor F - 0.04

(40)

II-40 5. Kelonggaran (Allowance)

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006).

a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

kebutuhan pribadi di sini ialah seperti minum sekedarnya (hanya untuk menghilangkan rasa haus), ke kamar kecil (toilet), bertanya ke atasan untuk mendapatkan informasi kerja.

Untuk Pria : 2 % sampai dengan 2.5 % (dari waktu normal). Untuk Wanita : 5 % (dari waktu normal)

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

Kelelahan merupakan suatu keadaaan yang timbul secara umum terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Iftikar Z. Sutalaksana; dkk, 2006). c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan

Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan yang tidak terhindarkan :

- Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.

- Memperbaiki kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah dan mesin berhenti karena padamnya aliran listrik.

2.2.10. Anthropometri

Menurut Wignjosoebroto (2003) dalam bukunya istilah anthropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Anthropometri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi anthropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan

(41)

II-41

lingkungan kerja fisik. Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu (Wignjosoebroto, 2003):

a. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitia yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki- laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 ta hun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki -laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

b. Jenis kelamin

dimensi ukuran tubuh laki -laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

d. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

1. Anthropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,

Gambar

Tabel 2.1 Data Pekerja Pabrik Yessy Shoes  No  Nama Pekerja  Stasiun Kerja
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pabrik Yessy Shoes
Gambar 2.2 Area proses produksi Yessy Shoes
Gambar 2.3 Langkah-langkah Pembuatan Sepatu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data elemen kerja merupakan data peta tangan kanan dan tangan kiri.Dataini diperoleh sengan mengamati setiap gerakan tangan kanan dan tangan kiri yang dilakukan operator

tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah.. kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di.. belakang. Dengan tangan kanan dan menariknya ke

Interpratasi hasil elemen kerja peta tangan kanan tangan kiri didapatkan waktu proses yang dihasilkan gerakan tangan pada saat bekerja menggunakan alat

1) Posisi berdiri tegak. 2) Menganyunkan kedua tangan memutar dari sisi kanan ke sisi kiri. 3) Selama melakukan gerakan dikuti dengan menarik dan meghembuskan nafas

Dalam melakukan perbaikan di setiap stasiun kerja dilakukan analisis metode kerja menggunakan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan serta studi gerakan.. Analisa yang

c Kaki kiri ditekuk dan kaki kanan diluruskan, tangan kiri berada di pinggang kiri sedangkan tangan kanan bergerak ke arah kiri sejajar dengan wajah, mata menatap lurus

gerakan yang dimulai dengan melompatkan kaki kanan ke depan diikuti kaki kiri, posisi badan setengah jongkok, kemudian posisi tangan kanan rentang kesamping kanan lurus dan

Postur Janggal pada tangan dan pergelangan tangan (kiri dan kanan) Faktor risiko pada tangan dan pergelangan tangan adalah melakukan pekerjaan dengan posisi memegang benda