13
KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR KELABU PADA
PENGECORAN EVAPORATIVE DENGAN VARIASI UKURAN PASIR CETAK
Sutiyoko
1, Lutiyatmi
21, 2
Jurusan Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper Klaten
E-mail : [email protected]
Abstrak
Pasir cetak memiliki peran penting dalam pengecoran logam. Komposisi, jenis dan ukuran masing-masing memberikan pengaruh terhadap kualitas hasil benda cor. Benda cor yang mengalami keropos mungkin dapat disebabkan oleh komposisi pasir cetak yang terlalu banyak air atau yang lain. Permasalahan ini harus dipelajari lebih mendetail pada tiap parameternya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekerasan dan struktur mikro yang terjadi pada pengecoran evaporative dengan melakukan variasi pada ukuran butir pasir cetak. Penelitian ini menggunakan styrofoam dengan massa jenis 16 kg/m3, temperatur tuang sekitar 1370-1400 oC, mesin getar dengan amplitudo 3 mm, frekuensi 23 Hz, lama penggetaran 120 detik dan ukuran mesh pasir yang digunakan adalah -12/+20, -20/+30, -30/+40 dan -40/+50. Pola styrofoam dibuat dengan lebar 10 mm, tebal 4 mm.
Kekerasan besi cor kelabu mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya ukuran mesh pasir, dengan kata lain semakin kecil ukuran pasir maka benda cor akan semakin lunak. Permeabilitas pasir semakin kecil dengan mengecilnya ukuran pasir. Hal ini menyebabkan udara lebih lama tertahan di dalam cavity sehingga pembekuan cairan lebih lama. Pembekuan cairan yang lebih lama memberikan kesempatan silikon untuk melepas karbon dari besi untuk membentuk grafit. Semakin banyak terbentuk grafit maka kekerasan benda cor akan semakin menurun.
Kata kunci: styrofoam, pengecoran evaporative, besi cor kelabu
A. PENDAHULUAN
Styrofoam dapat digunakan sebagai
pola dalam pengecoran logam. Pola berbahan
styrofoam ditanam dalam pasir silika yang
berada
dalam
kotak
cetakan
tanpa
menggunakan bahan pengikat. Cairan akan
mengisi pola yang terbuat dari styrofoam.
Pola mengalami pencairan dan penguapan
saat cairan masuk. Metode pengecoran ini
dipatenkan oleh Shroyer pada tahun 1958
(Kumar dkk, 2008). Pemadatan cetakan
dilakukan
dengan
penggetaran
cetakan
dengan frekuensi dan amplitude tertentu.
Beberapa
pola
dapat
dilakukan
pengecoran dengan dirangkai dalam satu
sistem saluran. Pola yang telah terangkai
dengan sistem saluran diistilahkan dengan
cluster (Brawn, 1992). Pola dan sistem
saluran dilakukan pelapisan (coating) dengan
cara dimasukkan ke larutan pelapis dari
bahan tahan panas (refractory) atau larutan
refractory tersebut langsung dicatkan pada
pola dan sistem saluran lalu dikeringkan.
Penambah, pengalir dan saluran masuk
ditempatkan pada tempat yang diperlukan
(Butler, 1964).
Kelebihan
pengecoran
evaporative
diantaranya
proses
perbersihan
dan
pemesinan dapat dikurangi secara dramatis
(Kumar dkk, 2007). Pencemaran lingkungan
karena emisi bahan-bahan pengikat dan
pembuangan pasir dapat dikurangi karena
tidak menggunakan bahan pengikat dan pasir
dapat langsung digunakan kembali (Kumar
dkk, 2007).
Tsai dan Chen (1988), Hirt dan
Barkhudarov
(1998),
Liu
dkk (2002)
menentukan koefisien perpindahan panas
konstan pada pertemuan antara logam cair
dan
styrofoam.
Mereka
menghitung
kecepatan aliran
cairan
muka
dengan
menghubungkan fluks panas yang diperloleh
terhadap energi dekomposisi styrofoam.
Wang dkk (1993) dan Gurdogan dkk (1996)
mengasumsikan kecepatan aliran
muka
cairan
sebagai
fungsi
linier
terhadap
14
temperatur dan tekanan logam dengan suatu
koefisien empiris yang diperoleh dalam
percobaan pengisian cairan satu dimensi.
Urutan pengisian cetakan pada pengecoran
lost foam berbeda dengan pengecoran
konvesional. Konsekuensinya porositas pada
pengecoran lost foam lebih tinggi dari
pengecoran biasa karena pola yang terbakar
saat cairan dimasukkan (Kim dan Lee, 2007).
Pasir cetak dapat digunakan secara
terus menerus selama masih mampu menahan
temperatur cairan ketika dituangkan (Lal,
1981). Penggunaan pasir yang mahal seperti
pasir zirkon dan kromite dapat dilakukan
untuk mendapatkan tingkat reklamasi pasir
yang tinggi (Clegg, 1985). Perubahan bentuk
pasir
dari
angular
ke
rounded
akan
menaikkan densitasnya sekitar 8-10% (Hoyt
dkk, 1991). Densitas pasir cetak dapat
ditingkatkan
dengan
digetarkan.
Pasir
leighton buzzard dapat dinaikkan densitasnya
sebesar 12,5% dengan digetarkan (Butler,
1964). Kekuatan cetakan pasir ditentukan
oleh resistansi gesek antar butir pasir.
Kekuatan cetakan pasir akan lebih tinggi jika
menggunakan pasir dengan bentuk angular
walaupun jika menggunakan bentuk rounded/
bulat akan memberikan densitas yang lebih
tinggi (Dieter, 1967; Green, 1982)
Pasir cetak yang memiliki ukuran lebih
kecil akan menyebabkan waktu pengisian
logam cair ke dalam cetakan akan lebih lama.
Kecepatan penuangan semakin besar dengan
bertambahnya ukuran pasir cetak (Sands dan
shivkumar, 2003). Hal ini karena
rongga-rongga antar pasir akan semakin kecil dengan
mengecilnya ukuran pasir sehingga gas hasil
degradasi lebih sulit keluar melalui pasir.
Ukuran butir pasir yang dipilih tergantung
pada kualitas dan ketebalan lapisan coating.
Ukuran butir pasir AFS 30-45 menjamin
permeabilitas yang baik untuk pola yang
terdekomposisi menjadi gas dan cairan
(Acimovic, 1991). Pada pengecoran
Al-7%Si, ukuran pasir cetak memiliki faktor
dominan dalam menentukan nilai tegangan
tarik dan elongasi benda cor (Kumar dkk,
2008). Pemilihan jenis pasir cetak dan
metode pemadatan sangat penting untuk
mendapatkan permeabilitas yang tepat dan
mencegah deformasi pola.
Perbedaan
ukuran
pasir
akan
mempengaruhi karakteristik hasil benda cor
dengan pengecoran evaporative. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik
kekerasan dan struktur mikro dari pengecoran
evaporative jika menggunakan ukuran pasir
berbeda.
B. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pola dari
bahan styrofoam dengan massa jenis 16
kg/m
3. Pola dipotong dengan ukuran panjang,
300 mm, lebar 10 mm dan tebal 4 mm. pola
dirangkai menjadi satu dengan empat cabang
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pola benda cor
Pola dimasukkan dalam kotak cetakan
yang telah diisi pasir pada keempat sisinya
dengan ukuran pasir berbeda. Pasir diisikan
pada awalnya sebagai landasan/ dasar agar
cairan tidak mengenai kotak cetakan. Pola
diletakkan diatasnya dan ditimbun dengan
pasir yang sesuai dengan ukurannya untuk
setiap sisi. Ukuran pasir yang digunakan
adalah 12/+20, 20/+30, 30/+40 dan
-40/+50. Pengertian -12/+20 adalah pasir
tesebut dapat lewat pada mesh 12 tetapi tidak
dapat lewat pada mesh 20. Pada sekitar
daerah saluran turun dibuat pembatas dari
cetakan CO
2agar tidak tercampur antara
ukuran pasir yang satu dengan yang lain
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
15
Gambar 2. Cetakan yang telah diisi pasir
dengan ukuran berbeda
Cetakan
yang
telah
terisi
pasir
dilakukan pemadatan dengan penggetaran
pada mesin getar. Penggetaran dilakukan
selama 120 detik dengan amplitude 3 mm.
bahan besi cor adalah campuran dari sekrap
baja karbon rendah dan besi cor.
Pencairan
dilakukan
dengan
menggunakan tanur induksi kapasitas 40 kg.
cairan dituang pada suhu sekitar 1375
oC.
sebelum dilakukan penuangan, pengukuran
karbon
ekuivalen
dilakukan
untuk
mengetahui kandungan karbon dan silicon
dalam cairan.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan
memotong specimen pada jarak 20 mm dari
pangkal dan dipotong sepanjang 30 mm.
setiap
specimen
dilakukan
pengukuran
kekerasan sebanyak 5 titik dan diambil
rata-ratanya. Jenis kekerasan yang digunakan
adalah kekerasan Rockwell dengan indentor
berbentuk cone (HRC). Srtuktur mikro juga
diambil dari perwakilan specimen untuk
setiap ukuran pasir dan dilakukan foto
sebelum dan setelah dietsa. Hasil data
dilakukan analisa pada kekerasan dan
struktur mikronya.
.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses
Pengujian
kekerasan
benda cor dilakukan dengan mengambil
rerata dari lima titik pada setiap
specimen. Hasil pengukuran kekerasan
benda cor ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kekerasan benda cor pada
beberapa ukuran pasir cetak
Berdasarkan Gambar 3, kekerasan
benda cor cenderung semakin berkurang
dengan meningkatnya ukuran mesh pasir
atau
ukuran
pasir
semakin
kecil.
Penurunan kekerasan ini dipengaruhi oleh
kecepatan pendinginan pada ukuran pasir
berbeda. Ukuran pasir yang semakin kecil
menyebabkan celah antar pasir semakin
kecil. Kecilnya celah ini mengurangi
jumlah kontak cairan dengan udara yang
berada diantara pasir atau jumlah cairan
yang kontak dengan pasir lebih banyak.
Kecepatan panas mengalir melalui pasir
lebih lambat jika dibandingkan dengan
udara. Hal ini menyebabkan cairan lebih
lama membeku pada cetakan dengan
ukuran pasir lebih kecil.
Pendinginan yang lebih lama
menyebabkan kesempatan terbentuknya
grafit pada besi cor kelabu semakin besar.
Semakin banyak terbentuk grafit akan
menyebabkan
kekerasan
semakin
menurun karena grafit lebih lunak
dibandingkan sementit.
Pengujian
struktur
mikro
dilakukan pada beberapa sampel yang
menggunakan ukuran pasir berbeda.
Pengukuran jumlah grafit yang terbentuk
belum dapat diuraikan dengan angka
pasti. Namun, nilai kekerasan yang
semakin berkurang dengan meningkatnya
ukuran mesh pasir menunjukkan jumlah
grafit yang terbentuk semakin banyak.
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 -12/+20 -20/+30 -30/+40 -40/+50 K ek e ra sa n (H R C )