BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir dari arena persaingan. Bangsa yang tidak memiliki kemampuan bersaing akan menuai kerugian dan mengalami ketertinggalan.
Untuk dapat bersaing dengan bangsa lain, pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Undang Undang Dasar 1945 menjamin hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sejalan dengan usaha pemerintah mempersiapkan SDM yang unggul, melalui Undang - Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3 menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang - kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Oleh karena itu, banyak sekolah yang berbasis internasional menggunakan bahan bacaan dalam pengajaran dan pembelajaran yang umumnya berbahasa Inggris, sehingga untuk memperoleh ilmu secara mudah dan cepat dari bangsa - bangsa yang lebih maju diperlukan generasi muda Indonesia yang tangguh dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang memadai, generasi muda akan mudah mengakses/memperoleh informasi/ilmu yang baru dari negara - negara maju. Selain untuk mengakses ilmu, bahasa Inggris juga merupakan bahasa komunikasi antar bangsa. Pemerintah menyadari pentingnya pendidikan yang bermutu bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Pendidikan memberikan sumbangan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja yang berpengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keahlian dan keterampilan.
Dengan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) diharapkan dapat memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan mengacu pada standar pendidikan sehingga dapat menjadi salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga lulusannya memiliki mutu/kualitas yang tidak hanya bertaraf nasional tetapi juga bertaraf internasional. Icon SBI di mata masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari bilingual sebagai medium of instruction, multimedia dalam pembelajaran di kelas, berstandar internasional.
Kualitas pendidikan nasional mengacu kepada delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang meliputi standar kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan, dan penilaian (Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005).
Di dalam SBN, peningkatan mutu pendidikan adalah syarat utama untuk meningkatkan mutu kualitas SDM untuk itu pemerintah menetapkan delapan kebijakan standar nasional yang harus dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Delapan standar pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Pendidikan, yaitu : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Bagi lembaga pendidikan yang telah memenuhi kedelapan standar itulah yang akan memenuhi syarat untuk menjadi sekolah berstandar nasional atau yang disebut sekolah mandiri namun bagi lembaga yang belum dapat memenuhi standar tersebut di kategorikan sebagai sekolah standar.
Oleh karena itu, dewasa ini pemerintah melahirkan program standar pendidikan Indonesia dengan cara mengelompokkan sekolah menjadi Sekolah Bertaraf Nasional (SBN) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Untuk mencapai predikat SBI, salah satu faktor keunggulan yang harus dimiliki pihak sekolah adalah dengan memberdayakan guru untuk mengajar semua bidang studi dalam bahasa Inggris melalui proses penggunaan dwi bahasa (bilingual).
Saat ini banyak sekolah dari mulai tingkat SD hingga SMA sederajat baik sekolah negeri maupun swasta berlomba - lomba meningkatkan pengajaran dengan menggunakan bahan ajar (buku) dua bahasa yaitu penerapan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di dalam kelas. Penerapan bahasa Inggris merupakan suatu kebutuhan mutlak yang dibutuhkan di dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk mengambil satu buku bilingual (dwi bahasa) bahasa Indonesia - bahasa Inggris yang telah digunakan oleh beberapa sekolah. Buku ini adalah buku Economics 2B Bilingual untuk SMA Kelas XI. Peneliti memilih buku Economics ini sebagai sumber data karena buku ini adalah buku dwi bahasa (bilingual) yang banyak digunakan beberapa sekolah di dalam proses belajar mengajar.
Dipilihnya gramatika (frase, klausa, diksi) dan kolokasi sebagai bahan penelitian dikarenakan komponen – komponen tersebut merupakan bagian yang paling penting dan mendasar (fundamental) dalam pembentukan sebuah kalimat sederhana maupun kalimat yang lebih kompleks. Tata bahasa (gramatika) berfungsi untuk mengatur penyusunan kata menjadi sebuah kalimat yang benar dan dapat dimengerti. Kolokasi pada dasarnya menggunakan pola gramatika akan tetapi polanya lebih spesifik.
Sebelum kita membentuk sebuah kalimat, kita harus memilih kata yang tepat untuk digunakan dalam kalimat. Lalu, dari kata – kata tersebut akan membentuk frase (ungkapan) yang akhirnya menjadi klausa dan dirangkaikan dengan kalimat sempurna sehingga kalimat tersebut bisa berdiri sendiri dan memiliki pengertian yang lengkap.
Berdasarkan pengamatan awal pada buku Economics 2B ini, telah diketahui terdapat kesalahan – kesalahan (error) seperti dalam tata bahasa (grammar) dan kolokasi. Contoh yang dapat diambil dalam kutipan buku tersebut adalah:
Source Language ( Indonesia ) Target Language (Inggris) Agar informasi yang disampaikan
dalam laporan keuangan tidak mengakibatkan terjadinya
kesalahan pengambilan keputusan, maka ada syarat – syarat kualitas informasi yang harus dipenuhi.
So that the information conveyed in financial reports will not be
misinterpreted, causing incorrect decisions to be made, certain
information quality standards must be met.
Pada kalimat di atas dapat dilihat adanya suatu kalimat yang kurang tepat menurut kaidah tata bahasa Inggris baik dari sisi tata bahasa (grammar) maupun dari sisi kolokasinya. Jika kesalahan tersebut tetap ada di dalam buku tersebut, dikhawatirkan akan menyebabkan kesalahan pemahaman pada siswa terhadap isi buku tersebut.
Di dalam standar tata bahasa menurut TOEFL (Test of English As a Foreign Language), tata bahasa terjemahan tidak boleh berlebihan (redundant). Dianjurkan
bagi pembelajar untuk menggunakan kalimat yang lebih singkat tetapi tetap menurut tata bahasa benar. There are grammatical errors even in his silence (Ada kesalahan gramatika meski dalam keterdiamannya) Stanislaw J. Lec (1909 - 1966).
Dalam pembahasan atau penulisan bahasa kedua atau bahasa asing, kesalahan (error) adalah penggunaan istilah linguistik (misalnya sebuah kata, istilah tata bahasa,
tindak bahasa, dan lain - lain) dengan pembicara atau penutur asli suatu bahasa yang menganggapnya sebagai suatu kesalahan atau ketidak-lengkapan (Richards, 2002).
Dengan adanya kesalahan para pembelajar, peneliti error analysis (EA) membuat perbedaan antara error dan mistake “technically two very different phenomena” (Brown, 2004:216). Brown (2004) juga menyatakan bahwa mistake
dapat dikoreksi sendiri, tapi error tidak bisa. Oleh karena itu, penutur asli dapat mengidentifikasi dan memperbaikinya dengan cepat karena mereka sepenuhnya menyadari bahasa ibu mereka dari struktur dan aturan tata bahasa (grammar). Yang bukan penutur asli atau para pembelajar tidak hanya membuat mistake, tetapi juga mereka melakukan error dalam tulisan - tulisan mereka karena kurangnya pengetahuan mereka tentang struktur dan aturan tata bahasa (grammar) yang tidak baik.
Untuk membuat terjemahan terstruktur dengan baik, kita harus menguasai tata bahasa. Seperti yang disarankan oleh Brown (2004:298) “before the learner becomes familiar with the system of the second language, the native language is the only
linguistic system upon which the learner can draw. Therefore, not having enough
knowledge in this sense will lead learners to use their own system of syntax in the TL
and this interference(s) makes them Erroneous.” Oleh karena itu, tampaknya tidak
mungkin untuk belajar bahasa tanpa belajar tata bahasa. Aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam terjemahan adalah kosa kata. Llach (2005:46) menyatakan bahwa “language learning starts up with vocabulary, words are the first linguistic
items acquired by the learner and no language acquisition at all can take place
without the acquisition of lexis”.
Menurut Read dan Chappel (2001:48) “vocabulary is one of the basic components of language.” Kedua peneliti dan guru ini meyakini bahwa orang harus
meningkatkan pengetahuannya tentang kosakata (lexis) di bidang terjemahan karena kekurangan pengetahuan dan kosakata adalah masalah yang umum bagi pembelajar untuk membuat kesalahan seperti penyalahgunaan kata - kata. Karena itu, sebagai pembelajar bahasa, diharapkan mampu meningkatkan kosakata orang lain untuk menggunakan bentuk yang benar dalam terjemahannya. Erdogan (2005:263) menekankan, “Error analysis deals with the learners’ performance in terms of the cognitive processes they make use of in recognizing or coding the input they receive
from the target language. Therefore, a primary focus of error analysis is on the
evidence that learners’ errors provide with an understanding of the underlying
process of second language acquisition.”
Dengan analisis kesalahan, guru akan dapat memiliki pengetahuan pada bagian mana yang harus difokuskan di dalam jenis bahan yang dibutuhkan di dalam kelas. Jadi, dengan analisis kesalahan, pertama, para guru bahasa dapat mengembangkan desain kurikulum dan memilih bahan yang membantu pembelajar. Kedua, seperti yang disampaikan oleh Ferris (2002:56) adalah “there is fairly conclusive evidence that teacher feedback leads to more accurate revisions by
students but this improvement could be drawing only on explicit knowledge.” Jadi,
beberapa perbaikan dalam mengajar dapat dilakukan. Jadi, dengan melakukan analisis kesalahan, kita harus menghabiskan lebih banyak perhatian dan penekanan dalam pengajaran mereka. Oleh sebab itu, penelitian diperlukan. Dalam arti, teori analisis kesalahan (error) dengan teori lain telah memperkaya teori belajar bahasa kedua.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam hal ini penelitian difokuskan pada kesalahan tata bahasa dan kolokasi dalam terjemahan pada buku Economics 2B Bilingual SMA Kelas XI.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Jenis kesalahan gramatika dan kolokasi apa saja yang terdapat dalam buku Economics 2B SMA Kelas XI?
2. Jenis kesalahan gramatika dan kolokasi apa saja yang dominan yang terdapat dalam buku Economics 2B SMA Kelas XI?
3. Mengapa kesalahan - kesalahan gramatika dan kolokasi yang dominan itu terjadi pada proses penerjemahan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. mengidentifikasi jenis kesalahan gramatika dan kolokasi yang terdapat dalam terjemahan buku Economics 2B SMA Kelas XI.
2. mengidentifikasi jenis kesalahan gramatika dan kolokasi yang dominan yang terdapat dalam terjemahan buku Economics 2B SMA Kelas XI.
3. mendeskripsikan penyebab terjadinya kesalahan - kesalahan gramatika dan kolokasi yang dominan yang terdapat dalam terjemahan buku Economics 2B SMA Kelas XI.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini menghasilkan temuan yang dapat bermanfaat secara teoretis, yaitu memberikan masukan teoretis perihal kesalahan terjemahan tata bahasa pada buku Economics 2B SMA Kelas XI.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. memberikan pandangan atau masukan bagi penerjemah, khususnya penerjemah buku Economics 2B SMA Kelas XI agar lebih teliti lagi dalam hal penggunaan tata bahasa dan kolokasi yang tepat dalam penerjemahan.
2. memberikan pandangan atau masukan bagi penerbit, pengkritik, korektor, dan lainnya tentang hal - hal tersebut di atas.