• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Self Control bagi Remaja ( Studi kasus di SMA Plus YPHB Bogor )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Self Control bagi Remaja ( Studi kasus di SMA Plus YPHB Bogor )"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Self Control bagi Remaja ( Studi

kasus di SMA Plus YPHB Bogor )

Skripsi Jurusan Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Jakarta 2013.

YUDI EKO PRASETIO,

ABSTRACT

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui upaya guru PAI dalam meningkatkan self

control bagi Remaja di SMA PLUS YPHB Bogor, mendiskripsikan kegiatan apa saja yang

dapat meningkatkan self control di SMA PLUS YPHB Bogor, mendeskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan self control di SMA PLUS YPHB Bogor. Metode yang digunakan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus agar penelitian terhadap upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control bagi remaja di SMA Plus YPHB Bogor dapat ditelaah secara detail. teknik pengumpulan data dengan cara wawancara responden yaitu guru dan siswa serta observasi di SMA Plus YPHB Bogor. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya guru PAI dalam meningkatkan self control bagi remaja berhasil di SMA Plus YPHB Bogor seperti semangat berprestasi, berakhlak baik, dermawan, jujur, rendah hati.Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berasal dari guru dan siswa, menunjukan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan self control bagi remaja telah mampu meningkatkan kontrol diri remaja serta berdampak memiliki akhlak yang baik dalam aktifitasnya dari berbagai kegiatan yang diadakan oleh guru pendidikan agama Islam di SMA Plus YPHB Bogor, yaitu : Shalat Dhuha, Tilawah AlQur’an, Shalat berjamaah, Kultum, Mabit.

(2)

Abstrak keywords : guru PAI, self control, remaja

A. PENDAHULUAN

Kenakalan remaja sering disebut juga sebagai anak cacat sosial menurut Kartono, disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Perilaku mereka cenderung anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama. Beberapa dari kenakalan itu sendiri mengarah pada tindakan kejahatan remaja.

Fenomena kenakalan remaja adalah merupakan masalah yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Karena, seseorang yang namanya remaja merupakan bagian dari generasi muda adalah aset nasional dan merupakan tumpuhan harapan bagi masa depan bangsa dan negara serta agama. Untuk mewujudkan semuanya dan demi kejayaan bangsa dan negara serta agama kita ini, maka sudah tentu semestinya ini adalah merupakan kewajiban dan tugas kita semua baik orang tua, pendidik pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan atau berpengetahuan yang luas dengan jalan membimbing dan menjadikan mereka semua sehingga menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab secara moral.

Dampak dari kenakalan remaja yang dibiarkan memang memengaruhi kehidupan masa depan remaja itu sendiri hal ini juga disebabkan dengan self control yang lemah oleh remaja . Misalnya remaja akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk. remaja tersebut akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Akibat dikucilkan , remaja bisa mengalami gangguan kejiwaan dengan lemahnya self control, bukan berarti gila, tapi merasa dikucilkan dalam hal sosialisasi, merasa amat sedih atau malah membenci orang-orang disekitar.

(3)

B. Kajian Teori

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau pengetahuan (agama Islam), internalisasi, serta amaliah (implementasi); mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual dan norma-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kamampuan peserta didik; dan mampu menyiapkan peserta didik yang bertanggung jawab dalam membangun peradapan yang diridhoi oleh Allah.1

Pengertian guru agama islam secara ethimologi ialah dalam literatur kependidikan islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu’alim, murabbiy,

mursyid, mudarris, dan mu’addib, yang artinya orang memberikan ilmu

pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.

Profesi Guru Agama merupakan profesi mulia, tetapi punya tanggung jawab besar, sebagaimana dinyatakan Imam al Ghazali :

“ Makhluk paling mulia di muka bumi ialah manusia, sedangkan bagian paling mulia dari substansinya adalah kalbunya. Guru adalah orang yang sibuk menyempurnakan, memuliakan, mensucikan dan menuntunnya untuk mendekatkan

1 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan

(4)

diri kepada Allah. Atas dasar itu, mengajarkan ilmu tidak hanya mewujudkan peranan ibadah kepada Allah, tetapi juga kekhalifahan bagi Allah.”2

2. Tanggung jawab guru agama Islam

Guru agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan remaja yang tidak menentu,dapat menggugahnya kepada petunjuk agama tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja, seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah dan ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta dan mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha Mengerti dan Maha Penyayang.3

B. Self Control

1. Pengertian Self Control

Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri,kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.4

Menurut Thompson, self control adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri. Sedangkan self control itu sendiri menurut Berk adalah kemampuan individu untuk menahan

2 Al Ghazali (terjemahan), Ihya Ulumuddin, Juz 1, Toha Putra, Semarang, halaman 14. 3

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 79-80. 4

(5)

keinginan atau dorongan sesaat yangbertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma social.5

Rodin mengungkapkan self control adalah perasaan bahwa seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak diinginkan.

Menurut Kazdin, self control biasanya mengacu pada tingkah laku bahwa seseorang secara sengaja dilakukan untuk mendapatkan hasil pemilihan diri.

Self control adalah aktivitas mental untuk menguasai apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita yakini dan apa yang kita lakukan.6

Self control merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan situasi diri sendiri dan lingkungan serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi.

2. Jenis Self Control

1. Bodily control (Kontrol tubuh)

Self control bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan didapat melalui proses pembelajaran. Ketika seseorang mulai mempelajari pengendalian diri, maka akan diawali dengan mengontrol tubuhnya sendiri, seperti mengontrol gerakan badan, mengontrol koordinasi tangan serta kaki. Kemampuan mengontrol diri pada masa awal kehidupan, membentuk pengalaman awal dari self control dan

5

D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 251

6

(6)

reward yang diberikan membentuk motivasi untuk meningkatkan self control. Seiring dengan semakin berkembangnya pertumbuhan manusia, maka akan semakin banyak proses kontrol yang dipelajari.

Berdasarkan uraian diatas bodily control (kontrol tubuh) dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku fisik.

2.Control over impulsive behaviour (Kontrol tingkah laku impulsif)

Tingkah laku impulsif merupakan tingkah laku yang harus segera dilakukan untuk mendapatkan pemenuhan dengan segera. Untuk mengontrol tingkah laku impulsif diperlukan dua kemampuan, diantaranya :

 Kemampuan untuk menunggu terlebih dahulu sebelum bertindak,

 Kemampuan mengabaikan pemenuhan kebutuhan segera untuk mencapai reward yang lebih besar di masa yang akan datang,

Berdasarkan uraian diatas kontrol tingkah laku impulsif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan pemuasan kebutuhan segera untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang.

3. Reactions to the self (Reaksi pada diri)

Selain reinforcement yang dapat mengontrol diri, hal yang lebih penting adalah reaksi diri. Seseorang akan selalu melakukan evaluasi terhadap tampilan tingkah

(7)

lakunya. Reactions to the self (Reaksi pada diri) dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengevaluasi atas tampilan tingkah lakunya.

3. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja menurut Drajat yaitu masa pemilihan yang ditempuh oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.7

Santrock mendefinisikan masa remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Menurut Thornburg bahwa remaja digolongkan dalam tiga tahap, yaitu remaja awal dalam rentang usia 12-14 tahun, remaja tengah dalam rentang usia 15-17 tahun dan remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun.

2. Ciri-ciri Remaja

3. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.

7http://www.inforemaja.com/2012/10/pengertian-ciri-ciri-remaja.html diakses pada tanggal 12 Agustus 2013 pukul 09.48 WIB

(8)

2. Masa remaja sebagai periode perubahan.

3. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

5. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

6. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.8

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus agar penelitian terhadap upaya Guru PAI dalam meningkatkan self control bagi remaja di SMA Plus YPHB Bogor dapat ditelaah secara mendetail dan komprehensif.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang datanya diambil dari lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif.9

8http://ilmu-psikologi.blogspot.com diakses pada tanggal 12 Agustus 2013 pukul 09.30 WIB 99

Lexy j. Moleong, MA, metodologi penelitian kualitatif ( Bandung, 1997, penerbit PT. Remaja Rosdakarya ), cet: 8 h, 125

(9)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti.10

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penting artinya dalam suatu penelitian sebab data menjadi dasar dan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan beberapa metode sekiranya sesuai dengan masalah yang diteliti. Data yang dipakai untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi yang dimaksud sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap permasalahan yang ada.11

b. Metode Wawancara

Metode ini adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih yang sama-sama melihat secara fisik dan juga sama-sama mendengarkan secara langsung.12

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Self Control

10

Nasution, Metode Research ( Jakarta : Bumi Aksara, 2002 ) h.106

11 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Tehnik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu

Sosial lainnya, ( Jakarta : Rosyda Karya ).Hal 9.

12

(10)

Dalam meningkatkan self control tentunya guru agama memiliki program dalam pembelajarannya untuk meningkatkan self control, program-program guru agama di SMA Plus YPHB, yaitu13:

1. Ibadah Shalat Dhuha

Ibadah Sholat Dhuha adalah salah satu program di SMA Plus YPHB yang dilakukan dalam aktivitas sekolah, ibadah sholat dhuha tidak hanya dilaksanakan oleh para siswa melainkan guru serta karyawan disekolah. Tentu harapannya ibadah shalat dhuha dapat memberikan dapat positif bagi siswa baik dari pribadi siswa dan prestasinya.

2. Tilawah Al-Qur’an

Tilawah Al-Qur’an di SMA Plus YPHB dilaksankan selama 15 menit sebelum aktifitas belajar disekolah. Merupakan suatu program yang baik bagi sekolah SMA Plus YPHB ketika seluruh siswa, guru dan karyawan sekolah dapat membaca dan mengimplementasikan dalam kehidupannya dari apa-apa yang telah dibaca. Karena dalam aktifitas ini ditekankan pada makna dari kandungan Al-Qur’an tersebut sehingga

13 Hasil wawancara dan observasi dengan Bapak Tajudin, Guru Agama di SMA Plus YPHB pada tanggal 5 Juli 2013 jam 13.30

(11)

siswa, guru maupun karyawan dapat benar-benar belajar dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an.

3. Ibadah Sholat Dzuhur berjamaah.14

Sholat Dzuhur berjamaah merupakan program yang dilaksanakan di SMA Plus YPHB.aktifitas sholat dzuhur berjamaah ini tentu memberikan dampak yang positif bagi siswa karena dapat memberikan pendidikan yang baik sebab sholat berjamaah ditinjau dari sosial merupakan suatu kebersamaan kehidupan dan aktifitas sholat dzuhur berjamaah ini dilaksanakan oleh seluruh siswa, guru maupun karyawan di SMA Plus YPHB sehingga memberikan dampak baik.

4. Kultum

Kegiatan kultum ini juga merupakan program guru agama dalam meningkatkan self control bagi siswa. Karena kultum ini memberikan dampak yang baik siswa untuk membentuk pribadi yang bertaqwa dan berakhlak mulia. Menurut Bapak Tajudin sebagai guru agama di SMA Plus YPHB materi kultum yang disampaikan oleh siswa ini dilaksanakan setiap setelah sholat dzuhur adalah materi yang telah dikuasai oleh siswa tersebut sehingga tidak ada beban bagi siswa bagi yang belum menguasai materi ketika kultum didepan siswa serta guru.

5. Sholat Ashar berjamaah

14

Hasil wawancara dan observasi dengan Bapak Tajudin, Guru Agama di SMA Plus YPHB pada tanggal 5 Juli 2013 jam 13.30

(12)

Menurut Bapak Tajudin sebagai guru agama di SMA Plus YPHB menyatakan bahwa sholat ashar berjamaah merupakan salah satu program meningkatkan self control juga. Sholat ashar berjamaah merupakan kegiatan terakhir disekolah, karena kegiatan pembelajaran di SMA Plus YPHB sampai sore. Oleh karena itu aktifitas kegiatan disekolah diakhiri dengan sholat ashar berjamaah bagi siswa, guru serta karyawan.

6. Malam bina taqwa ( MABIT )15

Malam bina taqwa ( Mabit ) yang dilakukan guru agama bagi siswa merupakan kegiatan yang sangat positif dan memberi dampak baik bagi pribadi siswa. Kegiatan mabit yang dilaksanakan bagi guru agama terhadap siswa diantaranya : membaca Al-Qur’an, tausyiah, motivasi. Dengan kegiatan ini guru agama berharap bahwasanya dapat meningkatkan self control bagi mereka sehingga mereka memiliki budi pekerti terhadap sesama serta menjadi teladan bagi teman-temannya dan lingkungan dimana mereka tinggal.

7. Teladan guru

Teladan guru merupakan salah satu kunci kesuksesan didalam pembelajaran. Keteladanan yang baik oleh guru akan dijadikan contoh bagi siswa yang mengetahuinya. Menurut Bapak Tajudin bahwa penyampaian materi ajar tidak hanya

15

Hasil wawancara dan observasi dengan Bapak Tajudin, Guru Agama di SMA Plus YPHB pada tanggal 5 Juli 2013 jam 13.30

(13)

sebatas kognitif yang diberikan kepada para siswa melainkan yang diharapkan adalah psikomotorik dan afektif para siswa. Dengan begitu para siswa tentu memiliki prinsip dalam kehidupannya untuk meraih masa depan bagus jika yang mereka dapatkan teladan guru yang baik. Keteladanan guru yang tidak baik justru akan memberi dampak negatif bagi para siswanya bahkan sangat mempengaruhi akhlak dan prestasi tentunya serta yang dikhawatirkan adalah para siswa akan memiliki kecenderungan berakhlak tidak baik disekolah, lingkungan dan orangtua.

B. Hasil yang mempunyai Self Control

Tolak ukur seseorang mempunyai self control antara lain :

a. Remaja mampu untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi situasi yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu mengatasi frustasi dan ledakan emosi.

b. Remaja mampu mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan secara objektif.

c. Remaja mampu menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif

d. Remaja mampu mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.

(14)

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan self control remaja di SMA Plus YPHB Bogor adalah bentuk rasa peduli guru terhadap siswanya, dalam bentuk kepedulian tersebut guru pendidikan agama Islam di SMA Plus YPHB melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan self control, yaitu :

a. Ibadah Sholat Dhuha, b. Tilawah Al-Qur’an,

c. Ibadah Sholat Dzuhur dan Ashar berjamaah, d. Kultum

e. Malam Bina Taqwa ( MABIT ) f. Keteladanan Guru.

(15)

2. Dalam menjalankan berbagai kegiatan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan self control, ada faktor pendukung dan penghambat, yaitu : meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, beribadah sholat berjamaah, membaca buku, motivasi, senantiasa berfikir positif, bersemangat dalam belajar, dan senantiasa jujur dalam bersikap dalam bersikap dan bertutur kata. Adapun faktor penghambatnya, yaitu : kurangnya pendidikan Agama, malas, keluarga, lingkungan, pergaulan bebas.

3. Kegiatan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan self control di SMA Plus YPHB Bogor diawali dengan membaca AlQur’an selama 15 menit sebelum aktifitas belajar mengajar pada pukul 06.45 WIB sampai dengan 07.00 WIB. Lalu dilanjutkan dengan materi pelajaran disekolah dan pukul 09.30 WIB dilanjutkan dengan ibadah sholat dhuha di Masjid SMA Plus YPHB dan dilaksanakan ibadah sholat dzuhur dan ashar berjamaah dan dilanjutkan kultum oleh siswa dan program malam bina taqwa yang diadakan oleh guru pendidikan agama Islam yang didukung oleh pihak sekolah memberikan dampak juga pada peningkatan self control.

(16)

F. REFERENSI

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma’arif, 2002). Arifin, ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1994 ).

Ahmad Rohani HM, M.pd, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta : Rineka Cipta,2004). Berk dalam Singgih D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai

Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2004).

Elfi Yuliana Rochmah, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Teras, 2005).

Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Tehnik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, ( Jakarta : Rosyda Karya ).

Kartini Kartono, dalam Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999).

Lexy j. Moleong, MA, metodologi penelitian kualitatif ( Bandung, 1997, penerbit PT. Remaja Rosdakarya ).

(17)

Nasution, Metode Research ( Jakarta : Bumi Aksara, 2002 ).

N. Ubaedi, 5 Jurus Menggapai Hidayah, (Jakarta : Pustaka Qalami, 2005) .

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bandung ; Citra Aditya Bakti,1990).

Yudho Purwoko, Memasuki Masa Remaja dengan Akhlak Mulia, ( Bandung : Jembar,2007 )

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1996).

Uzer Usman, Menjadi Guru Proffesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995). Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995).

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

Surahmi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Bandung : Bumi Aksara,2000 )

Singgih D. Gunarsa, Bunga rampai Psikologi Perkembangan; Dari anak sampai usia lanjut (Jakarta: Gunung Mulia, 2006).

(18)

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995).

Zuhairini, dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro llmiah Fakultas Tarbiyah, 1983.)

Zuhairini. dkk, Metodologi Penididikan Agama,( Solo: Ramadhani. 1993)

Muhaimin Paradigma Pendidikan Islam: Upava Mengefektifkan Pendidikan Agama

Referensi

Dokumen terkait

Dengan definisi di atas jelas pajak adalah kewajiban yang datang secara temporer, diwajibkan oleh ulil amri sebagai kewajiban tambahan setelah zakat (jadi

Relasi yang intim dengan Allah akan memperkokoh spiritualitas kehidupan kita, dan spiritualitas yang kokoh membuat kita tidak mudah tergoncang dalam badai apapun yang menimpa

Penilaian hasil belajar anak dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar anak sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang

perbincangan di atas, kajian ini merumuskan hipotesis berikut untuk mengkaji sama ada kualiti yang lebih tinggi daripada pembangunan pasaran saham diukur dengan tahap

Kegiatan belajar mengajar tentunya juga seorang guru harus memberikan materi-materi yang sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan oleh karena itu guru harus selalu

Penelitian ini akan menjaring data mengenai variabel kelengkapan fasilitas praktik pada bengkel teknik kendaraan ringan yang mengacu pada standar praktik yang ditetapkan

Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah

Karena itu timbul berbagai penelitian untuk  melindungi logam ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya dengan melapis permukaan logam dengan mengecat