• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Krim

Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 1989).

Krim mengandung 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2006). Krim memiliki jangka waktu kadaluarsa selama 3 bulan setelah segel dibuka (Anonim, 2001)

B. Stabilitas

Efek teraupetik suatu obat tergantung dari banyak faktor antara lain cara dan bentuk pemberian, efek fisikokimiawi yang menentukan reabsorbsi, biotransformasi, dan ekskresinya dalam tubuh. Selain itu, faktor individu serta kondisi fisiologi pengguna juga sangat berpengaruh. Hal yang juga penting adalah stabilitas dari obat itu sendiri. Suatu obat akan memberikan efek teurapetik yang baik jika obat tersebut dalam keadaan baik. Stabilitas obat yang baik mempengaruhi mutu obat, mutu semua obat yang boleh beredar harus terjamin baik dan diharapkan obat akan sampai ke pasien dalam keadaan baik. Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan salah satu masalah dalam upaya peningkatan mutu obat. Penyimpanan obat pada kondisi suhu udara yang sangat panas, kelembaban ruangan yang tinggi dan terpapar cahaya dapat merusak mutu obat. Perubahan suhu merupakan salah satu faktor luar yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan farmasi. Syarat mutlak bahwa setiap obat yang beredar harus aman (safety), bermutu (quality), dan bermanfaat (efficacy). Faktanya, obat tidak segera digunakan setelah dibuat.

(2)

distribusi banyak sekali faktor lingkungan yang mungkin saja mempengaruhi mutu obat, seperti suhu, cahaya, dan kelembaban. Oleh karena itu, perlu adanya sistem yang dapat menjamin syarat mutlak itu terpenuhi, bukan hanya saat obat didaftarkan, atau setelah diproduksi di pabriknya, namun saat obat didistribusikan, hingga saat digunakan oleh pasien. Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Uji stabilitas yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif (Luawo et al ,2012).

C. Betametason Dipropionat

Betametason dipropionat merupakan serbuk putih sampai putih krem, tidak berbau. Kelarutannya tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, dan agak sukar larut dalam kloroform (Depkes RI, 1995). Betametason dipropionat digunakan secara luas sebagai agen antiinflamasi pada berbagai kondisi kulit (dermatitis, psoriasis) (Johnson et al, 2010).

Gambar 1. Struktur kimia betametason dipropionat (Depkes RI, 1995).

Betametason dipropionat merupakan glukokortikoid yang pada cincin C-17 dapat mengalami degradasi seperti hidrolisis, oksidasi dan fotolisis sehingga terbentuknya betametason 17 dipropionat, betametason 21 dipropionat dan betametason alkohol (Khattak, 2010). Salah satu degradasi yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 2

(3)

Gambar 2. Jalur degradasi betametason dipropionat (Khattak, 2010)

D. Klotrimazol

Klotrimazol merupakan serbuk hablur, putih sampai kuning pucat, melebur pada suhu lebih kurang 142 ºC disertai peruraian. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam metanol, dalam aseton, dalam kloroform dan dalam etanol (Depkes RI, 1995). Struktur molekul klotrimazol dapat dilihat pada Gambar 3.

Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris, dan korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis pada tinea versikolor juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C. albicans (FKUI,

(4)

ditandai dengan berubahnya grup imidazol menjadi 2-klorotritanol (Thiwthong, 2003).

Gambar 3. Struktur kimia klotrimazol (Depkes RI, 1995).

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Putra, 2004)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan itu antara lain:

1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran. 2. Mudah melaksanakannya.

3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.

4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi /kerusakan bahan yang dianalisis. 5. Resolusi yang baik.

6. Dapat digunakan bermacam-macam detektor. 7. Kolom dapat digunakan kembali

(5)

Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4. Komponen KCKT (Putra, 2004).

1. Pompa (Pump)

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.

2. Injektor (injector)

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum yaitu Stopped Flow dan Solvent Flowing.

Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan:

a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusinya tidak dipengaruhi.

(6)

b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μl dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi load, sampel diisi ke dalam loop pada kinerja atmosfir, bila valve difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.

3. Kolom (Column)

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik : diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50-100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10-30 cm. Saat ini ada yang panjangnya 5 cm.

b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25-100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC)

4. Detektor (Detector) .

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis

(7)

kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan kisaran yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:

a. Detektor fluorometer-detektor spektrofotometer massa. b. Detektor ionisasi nyala-detektor refraksi indeks.

c. Detektor elektrokimia-detektor reaksi kimia.

F. Validasi Metode (Rohman & Gandjar, 2007)

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. 1. Kecermatan ( accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Perhitungan perolehan kembali dapat juga ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

Perolehan kembali =

CF = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran CA = konsentrasi sampel sebenarnya

(8)

Untuk mendokumentasikan akurasi, ICH merekomendasikan pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi).

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil campuran yang homogen. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau relative standart deviation ( RSD).

3. Selektivitas (spesifitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. 4. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

5. Batas deteksi ( Limit of detection, LOD) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation, LOQ)

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai

(9)

kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Gambar

Gambar 1. Struktur kimia betametason dipropionat (Depkes RI, 1995).
Gambar 2. Jalur degradasi betametason dipropionat (Khattak, 2010)
Gambar 3. Struktur kimia klotrimazol (Depkes RI, 1995).
Gambar 4. Komponen KCKT (Putra, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keseluruhan perancangan serta pengujian “ Rancang bangun alat pengubah tegangan 220 V 2 phasa ke tegangan 220 V 1 phasa dengan keluaran

Persamaan (1) ditunjang oleh data dari kandungan oksigen dalam tabung yang sudah berisi ikan, DO fish dan kandungan oksigen terlarut dalam tabung tanpa ikan, DO control.. DO fish

Sekolah Dasar Swasta Harapan 3 yang berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung no 31, adalah sekolah umum dalam naungan dinas pendidikan namun tetap mengutamakan

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif sebelumnya yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian

The study belonged to Classroom Action Research which was implemented within two cycles. Each of the cycle consisted of four steps; Planning, Implementing,

Dari pengkajian awal penelitian, berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemuka- kan, dinyatakan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh bebagai faktor baik internal

KPU Provinsi/KIP Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota/KIP Kabupaten/Kota yang sedang melaksanakan proses pengadaan yang bersangkutan dengan pemutakhiran data pemilih dan