1 1.1 Latar Belakang
Cekungan airtanah Karanganyar - Boyolali merupakan salah satu cekungan airtanah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Luas cekungan ini menurut Keppres No.26 Tahun 2011 sebesar 3.877 km2. Letak CAT Karanganyar - Boyolali mencakup di 7 kabupaten dan 1 kota yang meliputi Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta.
Jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar - Boyolali sangat tinggi, hal ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Jumlah penduduk total sekitar 6.194.870 jiwa yang tersebar pada Kabupaten Boyolali 963.690 jiwa (BPS Kabupaten Boyolali, 2016), Kabupaten Sragen 879.027 jiwa (BPS Kabupaten Sragen, 2016), Kabupaten Klaten 1.158.795 jiwa (BPS Kabupaten Klaten, 2016), Kota Surakarta 512.226 jiwa (BPS Kota Surakarta, 2016), Kabupaten Sukoharjo 875.917 jiwa (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2016), Kabupaten Wonogiri 949.017 jiwa (BPS Kabupaten Wonogiri, 2016), Kabupaten Karanganyar 856.198 jiwa (BPS Kabupaten Karanganyar, 2016). Jumlah industri total sekitar 6.194.870 jiwa yang tersebar pada Kabupaten Boyolali 97 unit (BPS Kabupaten Boyolali, 2016), Kabupaten Sragen 18.716 unit (BPS Kabupaten Sragen, 2016), Kabupaten Klaten 34.628 unit (BPS Kabupaten Klaten, 2016), Kota Surakarta 132 unit (BPS Kota Surakarta, 2016), Kabupaten Sukoharjo 16.906 (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2016), Kabupaten, Wonogiri 14 unit (BPS Kabupaten Wonogiri, 2016), Kabupaten Karanganyar 9.893 unit (BPS Kabupaten Karanganyar, 2016).
Jumlah penduduk dan industri yang tinggi di wilayah CAT Karanganyar - Boyolali dapat menyebabkan penurunan kualitas airtanah, oleh karena itu perlindungan airtanah dimasa depan perlu dilakukan, untuk meminimalisir dampak pencemaran. Salah satu contoh upaya perlindungan airtanah terhadap pencemaran telah dilakukan di Kota Semarang, Jawa Tengah, diketahui bahwa
pada kota ini memiliki perkembangan industri banyak dan memiliki jumlah penduduk sekitar 1,5 juta jiwa tahun 2016. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan resiko kerentanan airtanah terhadap pencemaran, sehingga dilakukan upaya perlindungan airtanah dengan membuat zona kerentanan airtanah terhadap pencemaran metode AVI (Aquifer Vulnerability Index) dan metode GOD
(Groundwater occurrance, Overall lithology of aquiperm and Depth to groundwater table). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kerentanan sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, sedangkan tingkat risiko kerentanan airtanah terbagi menjadi tingkat rentan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (Pamungkas, 2017).
Berdasarkan contoh permasalahan pada Kota Semarang, Jawa tengah diketahui bahwa terdapat kesamaan permasalahan antara Kota Semarang, Jawa Tengah dan CAT Karanganyar - Boyolali berupa tingginya industri dan jumlah penduduk yang dapat menyebabkan pencemaran airtanah. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan metode pemetaan kerentanan AVI (Stempvoort dkk., 1993) dan GOD (Foster, 1987 dalam Foster dan Hirata, 1988) pada CAT Karanganyar – Boyolali. Kelebihan metode pemetaan kerentanan ini membutuhkan data yang sedikit dibandingkan metode pemetaan kerentanan lainnya. Tujuan pemetaan kerentanan airtanah untuk perlindungan airtanah, pengawasan airtanah dan menghindari pencemaran airtanah pada CAT Karanganyar - Boyolali.
1.2 Rumusan Masalah
Jumlah penduduk dan industri yang tinggi pada CAT Karanganyar - Boyolali dapat menyebabkan penurunan kualitas airtanah. Mengingat pentingnya airtanah bagi kehidupan, maka perlu dilakukan perlindungan dan pengawasan terhadap airtanah, salah satunya melakukan pemetaan kerentanan airtanah terhadap pencemaran menggunakan metode AVI dan GOD. Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana kondisi geologi bawah permukaan dan hidrogeologi pada daerah penelitian.
2. Parameter apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran pada metode AVI dan metode GOD.
3. Apa perbedaan hasil dari pemetaan kerentanan airtanah metode AVI dan GOD serta rekomendasi apa untuk mengatasi daerah dengan tingkat kerentanan tertentu untuk mencegah terjadinya pencemaran airtanah. 4. Apa kelebihan dan kekurangan metode AVI dan GOD dalam penentuan
tingkat kerentanan.
5. Bagaimana kesesuaian kawasan industri pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan peta kerentanan metode AVI dan GOD.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud
1. Melakukan korelasi data sumur bor dan geolistrik, serta membuat kontur kedalaman muka airtanah.
2. Melakukan analisis parameter pada metode AVI dan GOD.
3. Membandingkan kedua peta hasil pemetaan kerentanan airtanah terhadap pencemaran metode AVI dan GOD.
4. Melakukan analisis kelebihan dan kekurangan metode AVI dan GOD. 5. Membandingkan hasil peta kerentanan dengan kawasan industri pada peta
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). 1.3.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dan hidrogeologi. 2. Mengetahui parameter yang mempengaruhi hasil tingkat kerentanan. 3. Mengetahui perbedaan hasil tingkat kerentanan airtanah metode AVI dan
GOD dan memberikan rekomendasi untuk mencegah pencemaran airtanah. 4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua metode.
5. Mengetahui kesesuaian kawasan industri pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan peta metode AVI dan GOD.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian kerentanan airtanah terhadap pencemaran ini dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan pemerintah, manfaat penelitian yaitu:
1. Sebagai informasi tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran sehingga upaya pencegahan pencemaran airtanah dapat dilakukan oleh pemerintah.
2. Sebagai informasi tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut serta mencegah terjadinya pencemaran.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian kerentanan airtanah pada CAT Karanganyar - Boyolali, terdapat dua ruang lingkup penelitian yang meliputi:
1.5.1 Lingkup Wilayah
Secara geografis, cekungan airtanah Karanganyar - Boyolali terletak pada koordinat Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 49 South (S) Easting 440681-454909 m dan Northing 9175058-9203139 m. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta (Gambar 1.1). Batas wilayah secara administratif terletak pada:
a) Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. b) Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur.
c) Sebelah Selatan : Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. d) Sebelah Barat : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. 1.5.2 Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Cakupan wilayah penelitian merupakan akuifer dangkal pada CAT Karanganyar - Boyolali.
2. Pengukuran muka airtanah dangkal dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2016, dengan jumlah pengukuran 138 sumur dangkal pada CAT Karanganyar - Boyolali.
3. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian terdiri atas 28 data log pemboran sumur dan 22 titik geolistrik.
4. Penelitian hanya bertujuan untuk menentukan tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran, namun tidak dapat menunjukkan karakteristik masing-masing zat pencemar.
G a mb a r 1 .1 L o k asi p en elitian C AT K ar an g an y ar -B o y o lali .
1.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pemetaan kerentanan airtanah metode AVI dan GOD serta studi terkait hidrogeologi pada CAT Karanganyar - Boyolali terdahulu sebagai berikut :
1. Riastika (2012) melakukan penelitian tentang pengelolaan airtanah berbasis konservasi di recharge area Boyolali (studi kasus recharge area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah) yang merupakan bagian dari CAT Karanganyar - Boyolali. Metode yang digunakan berupa survei, pengukuran, wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian berupa potensi air tanah Kabupaten Boyolali dalam bentuk mata air yang cukup besar total mencapai 2.085 l/dtk yang dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan sumber air bersih PDAM. 2. Pamungkas (2017) melakukan penelitian tentang pembuatan zona risiko
kerentanan airtanah terhadap pencemaran menggunakan metode AVI dan GOD di Kota Semarang, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan zona tingkat kerentanan airtanah sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan zona risiko kerentanan airtanah sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. 1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri atas lima bab dengan rincian sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari subbab yang meliputi meliputi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari subbab yang meliputi tinjauan pustaka geologi regional, hidrogeologi regional, peta RTRW, jenis lapisan pembawa air, jenis-jenis akuifer, kerentanan airtanah, macam-macam metode untuk mengetahui kerentanan airtanah, metode AVI, metode GOD dan penggunaan metode AVI dan GOD.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari subbab yang meliputi metode penelitian, alat dan bahan, tahapan penelitian dan diagram alir penelitian.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari subbab yang meliputi meliputi pembahasan kondisi geologi bawah permukaan dan hidrogeologi daerah penelitian, parameter dan hasil pemetaan kerentanan airtanah terhadap pencemaran metode AVI dan GOD, perbandingan kedua metode pemetaan kerentanan, serta kesesuaian kawasan industri pada peta RTRW dengan peta kerentanan metode AVI dan GOD.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari subbab yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.