• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

OVERVIEW

ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA

PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

ARFAN FAIZ MUHLIZI, S.H.,M.H

KEPALA BIDANG POLITIK, HUKUM, KEAMANAN, DAN PEMERINTAHAN

Pusat analisis dan evaluasi hukum nasional

Badan pembinaan hukum nasional

(2)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

PERMASALAHAN

SASARAN

KETERANGAN

• Konstelasi geo-politik global akan

menjadi tantangan,

• Terorisme global

• Kondisi geografi Indonesia yang

terbuka

• kompetisi penyediaan energi dan

pangan

• Globalisasi nilai-nilai budaya

• kesadaran bersama untuk membangun

tata kelola global (global governance)

dan bangunan bersama global (global

architecture)

• benturan dengan kepentingan nasional

Bagaimana kesesuaian prinsip dan indicator NKRI, Keadilan, Demokrasi, Kepastian Hukum dan Pencegahan Korupsi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Penguatan Sistem Pertahanan Negara?

Menjamin keberlangsungan hidup bangsa dan negara dalam koridor NKRI.

Sistem pertahanan Indonesia harus ditempatkan sebagai salah satu sistem fundamental negara untuk dapat menjawab segala ancaman serta tantangan yang akan dihadapi bangsa pada masa mendatang

Bagaimana potensi tumpang peraturan perundang-undangan terkait Penguatan Sistem Pertahanan Negara jika dilihat dari 4 aspek, yaitu:

1) kewenangan, 2) hak dan kewajiban, 3) perlindungan 4) penegakan hukum.

Sasaran Penguatan Sistem Pertahanan dalam RPJMN:

 Sasaran yang ingin diwujudkan adalah peningkatan kapasitas pertahanan nasional melalui pembentukan TNI yang profesional dengan memenuhi kebutuhan alutsista, peningkataan kesejahteraan prajurit, dan peningkatan anggaran pertahanan hingga mengarah 1,5 persen dari PDB sehingga pembangunan kekuatan pertahanan tidak hanya memenuhi kekuatan pertahanan (Minimum Essential Force, MEF), tetapi juga ditujukan untuk membangun TNI sebagai kekuatan maritim regional yang disegani di kawasan Asia Timur.

Arah Kebijakan RPJMN:

1. Melanjutkan pemenuhan kebutuhan alutsista (alat peralatan

pertahanan/alpalhan) TNI tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Kekuatan Pokok Minimum (minimum essential

force/MEF);

2. Meningkatkan kesiapan operasi TNI, termasuk pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan alat peralatan pertahanan yang dimiliki TNI;

3. Meningkatkan fasilitas perumahan dan pelatihan prajurit TNI.

Bagaimana kendala dan/atau efektivitas penerapan di lapangan terkait penguatan sistem pertahanan negara?

Strategi Pembangunan dalam RPJMN 1. Pengadaan alpalhan TNI; 2. Peningkatan kesiapan Alutsista TNI

2015-2019, selaras dengan peningkatan jumlah Alutsita yang akan tiba; 3. Peningkatan jumlah fasilitas perumahan

prajurit

Bagaimana rekomendasi yang akan diberikan pemerintah terkait penguatan sistem pertahanan negara?

(3)

REFERENSI UTAMA

(4)

KONSEPSI PERTAHANAN NEGARA

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

PERTAHANAN EGARA

PERTAHANAN NEGARA

SISTEM PERTAHANAN NEGARA

segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan

negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan keselamatan segenap

bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap

keutuhan bangsa dan negara

sistem pertahanan yang bersifat semesta yang

melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan

sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan

secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan

secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk

menegakkan kedaulatan negara, keutuhan

wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari

segala ancaman

Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya

didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

(Pasal 2)

(5)

KONSEPSI “ANCAMAN”

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

PERTAHANAN EGARA

Ancaman Militer

Ancaman Non Militer

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi

ancaman militer menempatkan Tentara Nasional

Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung

oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.

(Pasal 7 ayat (2))

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi

ancaman nonmiliter menempatkan lembaga

pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur

utama, sesuai dengan bentuk dan sifat

ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh

unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

(Pasal 7 ayat (3))

(6)

ELEMEN UTAMA UNDANG-UNDANG

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN EGARA

UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2002

TENTANG

PERTAHANAN NEGARA

PERTAHANAN

NEGARA

SISTEM

PERTAHANAN

NEGARA

PRINSIP

PERTAHANAN

NEGARA

TUJUAN

JENIS

ANCAMAN

AKTOR

DEWAN

PERTAHANAN

NASIONAL

PUSANEV_BPHN

(7)

Pasal 15 ayat (3) UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan

Negara

Tugas

Dewan

Pertahanan

Nasional

a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara

agar departemen pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, dan masyarakat beserta Tentara Nasional Indonesia

dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan

pertahanan negara.

b. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen pertahanan negara dalam

rangka mobilisasi dan demobilisasi.

c. Menelaah dan menilai resiko dari kebijakan yang akan ditetapkan.

(8)

KERANGKA REGULASI ISU STRATEGIS PENINGKATAN KAPASITAS

PERTAHANAN DAN STABILITAS KEAMANAN

DALAM RPJMN 2015-2019

NO Sasaran Strategis Regulasi Terkait Yang

Sudah Ada

Kebutuhan Regulasi

1 Pemenuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung Industri Pertahanan

a. Perpres 35/2011 Tentang Tentang Pengadaan Barang dan Jasa b. UU No. 16/2012 Tentang Industri Pertahanan

c. Perpres No. 59/2013 Tentang Tentang Organisasi, Tata Kerja, Dan Sekretariat Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)

a. PP tentang penyelenggaraan Industri pertahanan b. PP tentang mekanisme imbal dagang kandunganlokal dan

ofset dalam pengadaan barang/jasa alpahankam c. Perpres Pengelolaan industri pertahanan

d. Rancangan Perpres Program Strategis Kapal Selam 2 Peningkatan Kesejahteraan Dalam Rangka Pemeliharaan

Profesionalisme Prajurit

UU No. 24/2011 Tentang BPJS Peraturan Tatacara Pengaturan dan Pembinaan Rumah Negara Di lingkungan Kemhan/TNI

3 Peningkatan Profesionalisme Polri UU No. 2/2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Revisi UU No. 2/2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

4 Penguatan Intelijen dan Kontra Intelijen a. UU No. 17/2011 Tentang Intelijen Negara

b. Perpes No. 67/2013 Tentang Koodinasi Intelijen Negara

a. UU Rahasia Negara

b. UU Tentang Persandiaan sebagai payung hukum operasional sistem persandian

5 Penguatan Keamanan Laut dan Daerah Perbatasan a. UU No. 32/2014 Tentang Kelautan

b. Perpres No. 178/2014 Tentang Badan Keamanan Laut

PP Tentang Tata Kelola dan Kelembagaan Keamanan laut 6 Penguatan Pencegahan dan Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkoba

a. UU No. 35/2009 Tentang Narkotika

b. Inpres No. 12/2011 Tentang Pelaksanaan Kebijakan P4GN Tahun 2011-2015 c. Peraturan bersama Ketua MA, MenkumHam, Menkes, Jagung, Polri, dan BNN

No: 01/PB/MA/III/2014; 03 Tahun 2014; Per-005/A/JA/03/2014; 1 Tahun 2014; Perber/01/III/2014/BNN Tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi

Perubahan Inpres No. 12/2011 Pelaksanaan Kebijakan P4GN Tahun 2011-2015

7 Sistem keamanan nasional yang integratif a. Keppres No. 101/1999 Tentang Wantannas dan Sekjen Wantannas a. UU Tentang Keamanan Nasional

b. Perpres tentang Pembentukan Dewan Keamanan Nasional (Wankamas)

(9)

KERANGKA KELEMBAGAAN ISU STRATEGIS PENINGKATAN KAPASITAS

PERTAHANAN DAN STABILITAS KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019

NO

Sasaran Strategis

Regulasi Terkait Yang

Sudah Ada

Kebutuhan Regulasi

1

Pemenuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang

didukung Industri Pertahanan

KKIP

Penguatan KKIP

2

Peningkatan kesejahteraan dalam rangka

pemeliharahaan profesionalisme prajurit

-

Penguatan pengelola Perumahan Prajurit

3

Penigkatan profesionalisme Polri

Kompolnas

a.

Penguatan Kompolnas

b.

Penguatan Polda Papua Barat

c.

Pembentukan Polda Kaltara

d.

Pembentukan Polda Sulbar

4

Penguatan Intelijen dan kontra Intelijen

Perpres No. 67/2013 Tentang Koordinasi Intelijen

Negara

Penguatan koordinasi Intelijen

5

Penguatan Keamanan Laut dan Daerah

Perbatasan

Badan Keamanan Laut

a.

Penguatan Koordinasi Keamanan Laut

b.

Penguatan Kelembagaan Bakamla Regional/Daerah

6

Penguatan Pencegahan dan Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkoba

a.

Panti Terapi dan Rehabilitasi Pemerintah

b.

Panti Terapi dan Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat

a.

Penguatan Panti Terapi dan Rehabilitasi Pemertintah

b.

Penguatan Panti Terapi dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

7

Sistem keamanan nasional yang integrative

Wantannas dan Sekjen Wantannas

a.

Pembentukan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah

Pertahanan)

b.

Pembentukan Dewan Keamanan Nasional

c.

Pengingkatan Koordinasi Pengendalian dan Pemantauan

Keamanan Nasional

(10)
(11)

Kerangka Konsepsional

(12)

PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT

1.

Undang-Undang Nomor 59 Tahun

1958 tentang Ikut serta Negara

Republik Indonesia Dalam Seluruh

Konpensi Jenewa Tanggal 12

Agustus 1949

2.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2002 tentang Pertahanan Negara

3.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia

4.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2014 Tentang Hukum Disiplin

Militer

1.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian RI

2.

Keppres Nomor 101 Tahun 1999

Tentang Wantannas dan Sekjen

Wantannas

3.

Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 178 Tahun 2014

Tentang Badan Keamanan Laut

1. Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1957 tentang Persetujuan Perjanjian Persahabatan Antara Negara Republik Indonesia Dan Kerajaan Afghanistan

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1982 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Misi Khusus(Convention On Special Missions, New York 1969)

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2006 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of India on Cooperative Activlties in the Field of Defence)

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Keamanan (Agreement Between The oGovernment of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of The Philippines on Cooperative Activities In The Field of Defense and Security)

5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pengesahan

Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam tentang Kerjasama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of His Majesty The Sultan and Yang Di-Pertuan of Brunei Darussalam on Defence Cooperation)

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pengesahan Persetujuan tentang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of Turkey)

7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokratik Timor-Leste tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Democratic Republic of Timor-Leste Concerning Cooperative Activities In The Field of Defence)

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Islam Pakistan tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Islamic Republic of Pakistan on Cooperative Activities In The Field of Defence)

9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2016 Pengesahan Konvensi Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Polandia tentang Kerjasama di Bidang Pertahanan

(Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Government Of The Republic Of Poland Concer

10. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2016 Pengesahan Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam tentang Peningkatan Kerja Sama antara Pejabat Pertahanan dan Kegiatan Bidang Pertahanan

11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2016 Pengesahan Nota Kesepahaman (MoU) Antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Federasi Jerman Mengenai Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding (MoU) Between The Ministry of Defence of The Republic of Indonesia and The Federal Ministry of Defence of The Federal Republic of Germany Concerning Cooperation in The Field of Defence)

12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat China tentang Kerja Sama Aktivitas dalam Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The

Government of The People’s Republic of China on Cooperation Activities in The Field of Defence)

19

Regulasi

(13)

PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT

1.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan

2.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia Dan Larangan

Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia

3.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang

Pelarangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi, dan Transfer Ranjau Darat Anti

Personel dan Pemusnahan (

Convention On The Prohibition Of The Use, Stockpiling,

Production And Transfer Of Anti-personnel Mines And On Their Destruction)

.

4.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang

Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia

serta Pemusnahan (

Convention On The Prohibition Of The Development, Production,

Stockpiling And Use Of Chemical Weapons And On Their Destruction)

.

5.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Traktat Kawasan Bebas

Senjata Nuklir di Asia Tenggara (

Treaty On The Southeast Asia Nuclear Weapon Free

Zone)

6.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1978 tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai

Pencegahan Penyebaran Senjata-senjata Nuklir

6

Regulasi

(14)

PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum;

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Hak Sipil dan Politik (Ratifikasi ICCPR); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan;

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos

13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In Armed Conflict (protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata)

14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2015 Perlindungan Data dan Informasi Pribadi 15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang

Intelijen Negara

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang

Kejaksaan

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara RI (

Mencabut Undang-Undang

Nomor28/1997

)

5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

Kearsipan

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun

2013 Tentang Koordinasi Intelijen Negara

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun

2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan KUHP Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara 2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa di Bali pada 12 Oktober 2002

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-undang;

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Konvensi Asean Mengenai Pemberantasan Terorisme (Asean Convention On Counter Terrorism) 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Putusan MK- 2/PUU-VIII/2010 Mencabut sebagian Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008)

8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang;

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

31

Regulasi

(15)

PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT

1.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1946 Tentang Keadaan Bahaya

2.

Undang-Undang Nomor 66 Tahun 1958 Tentang Wajib Militer

3.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1960 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 66 Tahun 1958 Tentang

Wajib Militer

4.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1964 Tentang Gerakan Sukarelawan Indonesia

5.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi Dan Demobilisasi

6.

Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 Tentang Rakyat Terlatih

7.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Veteran

1.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran

2.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.

9

Regulasi

(16)

PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT

1.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

2.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Lihat juga Putusan

MK No. 40/PUU-IX/2011 dan No. 64/PUU-IX/2011)

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

4.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif

5.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1983 tentang Pengesahan Perjanjian Antara

Republik Indonesia Dan Malaysia Tentang Rejim Hukum Negara Nusantara Dan

Hak-hak Malaysia Di Laut Teritorial Dan Perairan Nusantara Serta Ruang Udara

Diatas Laut Teritorial, Perairan Nusantara Dan Wilayah Republik Indonesia

6.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1973 tentang Perjanjian Antara Indonesia Dan

Australia Mengenai Garis-garis Batas Tertentu Antara Indonesia Dan Papua New

Guinea

7.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1973 tentang Perjanjian Antara Republik

Indonesia Dan Republik Singapura Mengenai Penetapan Garis Batas Laut Wilayah

Kedua Negara Di Selat Singapura

8.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan Antara

Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam Tentang

Penetapan Batas Landas Kontinen, 2003 (agreement Between The Government Of

The Republic Of Indonesia And The Government Of The Socialist Republic Of

Vietnam Concerning The Delimitation Of The Continental Shelf Boundary, 2003)

9.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1971 tentang Perjanjian Antara Republik

Indonesia Dan Malaysia Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua

Negara Di Selat Malaka

10.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pengesahan Perjanjian Antara

Republik Indonesia Dan Republik Singapura Tentang Penetapan Garis Batas Laut

Wilayah Kedua Negara Di Bagian Barat Selat Singapura, 2009 (treaty Between The

Republic Of Indonesia And The Republic Of Singapore Relating To The Delimitation

Of The Territorial Seas Of The Two Countries In The Western Part Of The Strait Of

Singapore, 2009)

11.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

12.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan Konvensi PBB

tentang Hukum Laut (United Nation Convention On The Law of Sea)

13.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

14.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan

15.

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil

16.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

17.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia

18.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

19.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1982 Tentang Penerbangan

20.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial

21.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian.

22.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan (mencabut Undang-Undang

Nomor13 Tahun 1980 Jalan)

22

Regulasi

(17)

PETA REGULASI TERKAIT

SISTEM PERTAHANAN NEGARA

KOMPONEN

UTAMA

KEKUATAN

PERTAHANAN

KEMAMPUAN

PERTAHANAN

KOMPONEN

PENDUKUNG

GELARAN DAN

WILAYAH

PERTAHANAN

19

6

31

9

22

87 Regulasi

Catatan:

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Kepolisian

RI masuk dalam 2 (dua) kelompok, yaitu “Komponen

Utama” dan “Kemampuan Pertahanan”.

(18)

Pilihan Fokus Analisis dan Evaluasi Tahun 2016

BERDASARKAN RPJMN 2014-2019

Penguatan Intelijen dan

Kontra Intelijen

UU No. 17 Tahun 2011

Tentang Intelijen Negara

Perpes No. 67 Tahun 2013

Tentang Koodinasi Intelijen

Negara

RUU Rahasia Negara

RUU Tentang Persandiaan

sebagai payung hukum

operasional sistem

persandian

Penguatan koordinasi

Intelijen

31

Regulasi

DEWAN PERTAHANAN

NASIONAL

PUSANEV_BPHN

(19)

KELOMPOK 1

Intelejen

Kejaksaan

Kepolisian

Kearsipan

Koordinasi

Intelijen

Negara

BNPT

Imigrasi

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang

Intelijen Negara

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang

Kejaksaan

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara RI (

Mencabut

Undang-Undang Nomor28/1997

)

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian

5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

Kearsipan

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

67 Tahun 2013 Tentang Koordinasi Intelijen

Negara

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme

PUSANEV_BPHN

(20)

KELOMPOK 2

Kejahatan

Terhadap

Keamanan

Negara

Terorisme

Pendanaan

Terorisme

ITE

Pencucian

Uang

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan

KUHP Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan

Negara

2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002

Tentang Penerapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang

Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa di Bali pada 12

Oktober 2002

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1

Tahun

2002

Tentang

Pemberantasan

Tindak

Pidana

Terorisme Menjadi Undang-undang;

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengesahan

Konvensi Asean Mengenai Pemberantasan Terorisme (Asean

Convention On Counter Terrorism)

6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (Putusan MK

- 2/PUU-VIII/2010

Mencabut sebagian Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008

)

8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang;

(21)

KELOMPOK 3

Hak

Asasi

Manusia

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum; Telekomunikasi Tentang Pers Penyiaran

Hak Sipil dan Politik Kewarganegaraan; Administrasi Kependudukan Keterbukaan Informasi Publik Pelayanan Publik Pos Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Organisasi Kemasyarakatan

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum;

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Hak Sipil dan

Politik (Ratifikasi ICCPR);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan;

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos 13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengesahan

Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In Armed Conflict (protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata)

14. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

(22)

PRINSIP-PRINSIP UTAMA AE

22

PRINSIP-PRINSIP PERTAHANAN NEGARA

(23)

PRINSIP DAN INDIKATOR DALAM ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL

Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan

PRINSIP

NO.

INDIKATOR

Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan

NKRI

1.

Adanya aturan yang jelas tentang pembatasan pengaruh asing dalam

bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan;

2

Adanya aturan yang jelas tentang peningkatan kesempatan dan

kemampuan daya olah dalam bidang politik, hukum, keamanan dan

pemerintahan di dalam negeri demi peningkatan kesejahteraan dan

kemandirian bangsa;

3

Adanya aturan yang jelas tentang pembatasan hak dan kewajiban

individu dan korporasi dalam bidang politik, hukum, keamanan dan

pemerintahan;

4

Adanya pembagian kewenangan dan pedoman hubungan tata kerja

antara Pusat dan daerah agar sejalan dengan kebijakan dan kepentingan

nasional;

23

(24)

PRINSIP

NO.

INDIKATOR

Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan

Pemerintahan

Keadilan

1

Adanya aturan yang jelas yang menjamin pola

pembangunan bidang politik, hukum,

keamanan dan pemerintahan yang sesuai

dengan generasi kini dan akan datang;

2

Adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan

masyarakat hukum adat, masyarakat lokal,

perempuan dan masyarakat marginal lainnya.

24

(25)

PRINSIP

NO.

INDIKATOR

BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan

Demokrasi;

1

Adanya aturan yang menjadikan semangat perlindungan rakyat;

2

Adanya aturan yang jelas yang mewajibkan diperhatikannya prinsip

kehati-hatian dalam setiap perbuatan pemerintah.

3

Adanya aturan yang mengatur kewajiban menghitung dampak negative

yang akan muncul dalam setiap perbuatan pemerintah.

4

Adanya aturan yang menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat,

kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan

beragama

5

Adanya aturan yang memberikan pengakuan pada hak minoritas

6

Adanya aturan yang jelas tentang akses informasi publik

7

Adanya aturan yang menjamin peluang yang sama bagi setiap orang untuk

memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan

secara logis

8

Adanya aturan yang jelas tentang partisipasi substantive masyarakat,

termasuk masyarakat adat dan marginal

9

Adanya aturan yang menjamin Sistem kerja yang kooperatif dan

kolaboratif

25

(26)

PRINSIP

NO.

INDIKATOR

BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan

Pemerintahan

Kepastian Hukum

1.

Adanya aturan yang jelas mengenai asas, norma, dan

kaidah penyelenggaraan bidang politik, hukum,

keamanan dan pemerintahan yang adil, serta dilakukan

dengan cara terkoordinasi, terpadu, menampung

dinamika, aspirasi dan peran serta masyarakat, serta

menyelesaikan konflik;

2.

Adanya pembentukan aturan perundang-undangandi

bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan

yang berdasarkan kajian ilmiah (scientific based)

3.

Adanya aturan mengenai tindakan atas

peraturan-peraturan-peraturan yang bertentangan atau tumpang

tindih di bidang Politik, Hukum, Keamanan dan

Pemerintahan

26

(27)

PRINSIP

NO.

INDIKATOR

BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan

Pemerintahan

Pencegahan Korupsi

1.

Adanya penyataan yang jelas terkait mekanisme

pencegahan korupsi (seperti transparansi dan

akuntabilitas);

1.

Adanya aturan yang jelas mengenai pencegahan

korupsi.

27

(28)

BEBERAPA TEMUAN SEMENTARA

HASIL PENGUJIAN NORMA TERHADAP INDIKATOR

1.

Tidak ditemukan adanya aturan yang memberikan pengakuan pada hak minoritas yang merupakan bagian dari Prinsip Demokrasi.

2.

Tidak terpenuhinya indikator mengenai adanya aturan yang menjamin Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif yang merupakan bagian dari

Prinsip Demokrasi.

3.

Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas yang menjamin pola pembangunan bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan yang sesuai

dengan generasi kini dan akan datang sebagai bagian dari prinsip keadilan;

4.

Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan masyarakat hukum adat, masyarakat lokal, perempuan dan masyarakat marginal

lainnya sebagai bagian dari prinsip keadilan.

5.

Tidak terpenuhinya indikator mengenai pembatasan pengaruh asing dalam bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan, yang merupakan

bagian dari Prinsip NKRI. Hal ini diindikasikan oleh Pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa: Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum

yang berlaku bagi Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya. Pilihan hukum merupakan hal yang wajar dalam hukum perdata atau hukum

perdagangan internasional, dan pilihan tersebut biasanya harus tertuang di dalam kontrak. Namun, ketika para pihak tidak mencantumkan pilihan

hukum tersebut, maka seharusnya hukum yang digunakan adalah hukum nasional. Sedangkan, Pasal 18 ayat (3) justru menyebutkan bahwa “Jika

para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas Hukum Perdata

Internasional.” Hal ini berpotensi menurunkan derajat kedaulatan hukum nasional.

6.

Hal yang sama ditemukan dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) dalam hal penentuan Forum.

7.

Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas yang menjamin pola pembangunan bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan yang sesuai

dengan generasi kini dan akan datang sebagai bagian dari prinsip keadilan;

8.

Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan masyarakat hukum adat, masyarakat lokal, perempuan dan masyarakat marginal

lainnya sebagai bagian dari prinsip keadilan.

(29)

29

KAJIAN ANALISIS POTENSI TUMPANG TINDIH DAN PERBEDAAN PENGATURAN

MENGGUNAKAN 4 (EMPAT) ASPEK

(30)

30

(31)

31

(32)

32

(33)

33

(34)

34

(35)

EVALUASI POTENSI TUMPANG TINDIH KEWENANGAN DAN

KELEMBAGAAN

EVALUASI POTENSI

TUMPANG TINDIH

KEWENANGAN

DAN

KELEMBAGAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN

UANG, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 Tahun 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN TERORISME PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI INTELIJEN NEGARA

PUSANEV_BPHN

(36)

KEWENANGAN MEMINTA INFORMASI

MEMINTA

INFORMASI

PPATK (8)

Kepolisian (1)

Kejaksaan (1)

Pengadilan (1)

BIN (1)

PPNS

KEMENTERIAN/

LPNK (2)

1.

Pasal 41 Ayat (1) Huruf A UU No.8 Tahun

2010

2.

Pasal 30 huruf b UU No.17 Tahun 2011

3.

Pasal 37 Ayat (1) UU No.9 Tahun 2013

4.

Pasal 44 ayat (1) huruf g UU No.8 Tahun

2010

5.

Pasal 44 ayat (1) huruf a UU No.8 Tahun

2010

6.

Pasal 44 ayat (1) huruf b UU No.8 Tahun

2010

7.

Pasal 44 ayat (1) huruf c UU No.8 Tahun

2010

8.

Pasal 44 ayat (1) huruf d UU No.8 Tahun

2010

9.

Pasal 44 ayat (1) huruf j UU No.8 Tahun

2010

10. Pasal 90 UU No.8 Tahun 2010

11. Pasal 43 ayat 5 1 UU No.11 Tahun 2008

12. Pasal 43 ayat 5 1 UU No.11 Tahun 2008

PUSANEV_BPHN

(37)

KEWENANGAN PEMBLOKIRAN

PEMBLOKIRAN

PPATK (1)

Kepolisian (3)

Kejaksaan (2)

Pengadilan (2)

BPN (1)

Penyedia Jasa

Keuangan (PJK

(2)

1. Pasal 23 Ayat (1) UU No.9

Tahun 2013

2. Pasal 23 Ayat (5) UU No.9

Tahun 2013

3. Pasal 46 Ayat (2) UU No.9

Tahun 2013

4. Pasal 71 ayat (1) UU No.8

Tahun 2010

(38)

KEWENANGAN PENGAWASAN

PENGAWASAN

PPATK

Lembaga

Pengawas

dan Pengatur

Kepolisian

Kejaksaan

BIN

Ditjen

Imigrasi

TNI

PPNS K/L

1. Pasal 14 UU No.9 Tahun 2013

2. Pasal 43 ayat (1), UU 17 th 2011

tentang Intelijen Negara

3. Pasal 30 ayat (3) huruf d UU No.

16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan

4. Pasal 66 ayat 1 UU No.6 Tahun

2011 tentang Keimigrasian

(39)

KEWENANGAN PENINDAKAN

PENINDAKAN

Kepolisian

(4)

Kejaksaan

(4)

BNPT (4)

BIN (1)

TNI (1)

PPNS K/L

(6)

1. Pasal 42 jo Pasal 43 ayat 1 UU

No.11 Tahun 2008

2. Pasal 6 ayat (1), UU 17 th

2011 tentang Intelijen Negara

3. Pasal 43 ayat 3 1 UU No.11

Tahun 2008

4. Pasal 43 ayat 5 1 UU No.11

Tahun 2008

5. Pasal 43 ayat 5 1 UU No.11

Tahun 2008

6. Pasal 43 ayat 6 1 UU No.11

Tahun 2008

7. Pasal 24 Perpres No. 46 Tahun

2010 Tentang Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme

(40)

KEWENANGAN PENCEGAHAN

PENCEGAHAN

PPATK (4)

Kepolisian

(1)

Kejaksaan

(3)

BNPT (1)

BIN (1)

TNI (1)

PPNS K/L

(1)

1.

Pasal 41 ayat (1) huruf c UU No.8

Tahun 2010

2.

Pasal 4, UU 17 th 2011 tentang

Intelijen Negara

3.

Pasal 24 Perpres No. 46 Tahun 2010

Tentang Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme

4.

Pasal 30 ayat (3) huruf e UU No.16

Tahun 2004 Tentang Kejaksaan

5.

Pasal 35 huruf f UU No.16 Tahun 2004

Tentang Kejaksaan

6.

Pasal 41 ayat (1) huruf d UU No.8

Tahun 2010

7.

Pasal 41 ayat (1) huruf f UU No.8

Tahun 2010

8.

Pasal 41 ayat (1) huruf g UU No.8

Tahun 2010

(41)

KEWENANGAN KOORDINASI

KOORDINASI

Kepolisian

(1)

Kejaksaan

(1)

BNPT(1)

BIN (12)

PPNS K/L

(1)

1. Pasal 23 Perpres No. 46 Tahun 2010

Tentang Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme

2. Pasal 43 ayat 7 1 UU No.11 Tahun 2008

3. Pasal 30 huruf a UU No.17 Tahun 2011

4. Pasal 30 huruf c UU No.17 Tahun 2011

5. Pasal 30 huruf d UU No.17 Tahun 2011

6. Pasal 3 huruf a Perpres No.67 Tahun

2013

7. Pasal 4 huruf a Perpres No.67 Tahun

2013

8. Pasal 4 huruf B Perpres No.67 Tahun

2013

9. Pasal 3 huruf b Perpres No.67 Tahun

2013

10. Pasal 3 huruf c Perpres No.67 Tahun

2013

11. Pasal 3 huruf d Perpres No.67 Tahun

2013

12. Pasal 4 huruf c Perpres No.67 Tahun

2013

13. Pasal 4 huruf d Perpres No.67 Tahun

2013

14. Pasal 4 huruf e Perpres No.67 Tahun

2013

(42)

Rekomendasi

42

(43)

Matriks Rekomendasi

(44)

SISTEMATIKA LAPORAN POKJA

ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA

PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

• Bab I Pendahuluan

A.

Latar Belakang

B.

Permasalahan

C.

Tujuan Kegiatan

D.

Ruang Lingkup Kegiatan

E.

Metode Analisis dan Evaluasi Hukum

F.

Personalia Pokja

G.

Jadwal Kegiatan

• Bab II. Pengujian Norma Terhadap Indikator

A.

Kelompok 1

B.

Kelompok 2

C.

Kelompok 3

• Bab III. Potensi Tumpang Tindih Norma

A.

Kewenangan

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

B. Hak

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

B. Kewajiban

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

C. Perlindungan

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

D. Penegakan Hukum

1. Kelompok 1

2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

• Bab IV. Efektifitas Hukum

• Bab V. Rekomendasi

Referensi

Dokumen terkait

Peranan seorang sekretaris di Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Semarang antara lain: (1) sebagai perantara atau saluran komunikasi dan

tanggapan yang terendah adalah pada dimensi Tanggung Jawab Sosial. Perusahaan (CSR) dalam Bidang Ekonomi dengan presentase

Dar i r umah pot ong hewan, sebanyak 44 sampel hat i dar i 44 ekor hewan sapi dan ker bau yang nampak sehat akan di uj i kadar kandungan t oksi nnya... Dal am eval uasi uj i ELI SA

Supervisi dan Review Desain Pembangunan Pembangunan Pasar Merdeka Kota Samarinda Tahun Anggaran 2013D. Nomor :

POIOA PENGADAAN PEKER'AAN KONSTRUKSI BIDANG BINA MARGA II PADA DINAS PEKERIAAN UMUM KABUPATEil TEBO.. TAHUN ANGGARAN

Menunjuk Surat Ketua Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dengan Tugas Unit Layanan Pengadaan Dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Prov Kalimantan Barat Nomor : 180/ULP-CK.1ITAP/2011

[r]

Tempat : Kelompok Kerja-ULP (Pokja) I Jasa Konsultansi Dinas Pekerjaan Umum d/a Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kab.Kepulauan Anambas.. Jl.Raya Batu Tambun - Rintis No.7