OVERVIEW
ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA
PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA
ARFAN FAIZ MUHLIZI, S.H.,M.H
KEPALA BIDANG POLITIK, HUKUM, KEAMANAN, DAN PEMERINTAHAN
Pusat analisis dan evaluasi hukum nasional
Badan pembinaan hukum nasional
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
PERMASALAHANSASARAN
KETERANGAN
• Konstelasi geo-politik global akan
menjadi tantangan,
• Terorisme global
• Kondisi geografi Indonesia yang
terbuka
• kompetisi penyediaan energi dan
pangan
• Globalisasi nilai-nilai budaya
• kesadaran bersama untuk membangun
tata kelola global (global governance)
dan bangunan bersama global (global
architecture)
• benturan dengan kepentingan nasional
Bagaimana kesesuaian prinsip dan indicator NKRI, Keadilan, Demokrasi, Kepastian Hukum dan Pencegahan Korupsi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Penguatan Sistem Pertahanan Negara?
Menjamin keberlangsungan hidup bangsa dan negara dalam koridor NKRI.
Sistem pertahanan Indonesia harus ditempatkan sebagai salah satu sistem fundamental negara untuk dapat menjawab segala ancaman serta tantangan yang akan dihadapi bangsa pada masa mendatang
Bagaimana potensi tumpang peraturan perundang-undangan terkait Penguatan Sistem Pertahanan Negara jika dilihat dari 4 aspek, yaitu:
1) kewenangan, 2) hak dan kewajiban, 3) perlindungan 4) penegakan hukum.
Sasaran Penguatan Sistem Pertahanan dalam RPJMN:
Sasaran yang ingin diwujudkan adalah peningkatan kapasitas pertahanan nasional melalui pembentukan TNI yang profesional dengan memenuhi kebutuhan alutsista, peningkataan kesejahteraan prajurit, dan peningkatan anggaran pertahanan hingga mengarah 1,5 persen dari PDB sehingga pembangunan kekuatan pertahanan tidak hanya memenuhi kekuatan pertahanan (Minimum Essential Force, MEF), tetapi juga ditujukan untuk membangun TNI sebagai kekuatan maritim regional yang disegani di kawasan Asia Timur.
Arah Kebijakan RPJMN:
1. Melanjutkan pemenuhan kebutuhan alutsista (alat peralatan
pertahanan/alpalhan) TNI tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Kekuatan Pokok Minimum (minimum essential
force/MEF);
2. Meningkatkan kesiapan operasi TNI, termasuk pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan alat peralatan pertahanan yang dimiliki TNI;
3. Meningkatkan fasilitas perumahan dan pelatihan prajurit TNI.
Bagaimana kendala dan/atau efektivitas penerapan di lapangan terkait penguatan sistem pertahanan negara?
Strategi Pembangunan dalam RPJMN 1. Pengadaan alpalhan TNI; 2. Peningkatan kesiapan Alutsista TNI
2015-2019, selaras dengan peningkatan jumlah Alutsita yang akan tiba; 3. Peningkatan jumlah fasilitas perumahan
prajurit
Bagaimana rekomendasi yang akan diberikan pemerintah terkait penguatan sistem pertahanan negara?
REFERENSI UTAMA
KONSEPSI PERTAHANAN NEGARA
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG
PERTAHANAN EGARA
PERTAHANAN NEGARA
SISTEM PERTAHANAN NEGARA
segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara
sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan
secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman
Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
(Pasal 2)
KONSEPSI “ANCAMAN”
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG
PERTAHANAN EGARA
Ancaman Militer
Ancaman Non Militer
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman militer menempatkan Tentara Nasional
Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung
oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
(Pasal 7 ayat (2))
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi
ancaman nonmiliter menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh
unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.
(Pasal 7 ayat (3))
ELEMEN UTAMA UNDANG-UNDANG
NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN EGARA
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2002
TENTANG
PERTAHANAN NEGARA
PERTAHANAN
NEGARA
SISTEM
PERTAHANAN
NEGARA
PRINSIP
PERTAHANAN
NEGARA
TUJUAN
JENIS
ANCAMAN
AKTOR
DEWAN
PERTAHANAN
NASIONAL
PUSANEV_BPHN
Pasal 15 ayat (3) UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara
Tugas
Dewan
Pertahanan
Nasional
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara
agar departemen pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, dan masyarakat beserta Tentara Nasional Indonesia
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan
pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen pertahanan negara dalam
rangka mobilisasi dan demobilisasi.
c. Menelaah dan menilai resiko dari kebijakan yang akan ditetapkan.
KERANGKA REGULASI ISU STRATEGIS PENINGKATAN KAPASITAS
PERTAHANAN DAN STABILITAS KEAMANAN
DALAM RPJMN 2015-2019
NO Sasaran Strategis Regulasi Terkait Yang
Sudah Ada
Kebutuhan Regulasi
1 Pemenuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung Industri Pertahanan
a. Perpres 35/2011 Tentang Tentang Pengadaan Barang dan Jasa b. UU No. 16/2012 Tentang Industri Pertahanan
c. Perpres No. 59/2013 Tentang Tentang Organisasi, Tata Kerja, Dan Sekretariat Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)
a. PP tentang penyelenggaraan Industri pertahanan b. PP tentang mekanisme imbal dagang kandunganlokal dan
ofset dalam pengadaan barang/jasa alpahankam c. Perpres Pengelolaan industri pertahanan
d. Rancangan Perpres Program Strategis Kapal Selam 2 Peningkatan Kesejahteraan Dalam Rangka Pemeliharaan
Profesionalisme Prajurit
UU No. 24/2011 Tentang BPJS Peraturan Tatacara Pengaturan dan Pembinaan Rumah Negara Di lingkungan Kemhan/TNI
3 Peningkatan Profesionalisme Polri UU No. 2/2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Revisi UU No. 2/2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
4 Penguatan Intelijen dan Kontra Intelijen a. UU No. 17/2011 Tentang Intelijen Negara
b. Perpes No. 67/2013 Tentang Koodinasi Intelijen Negara
a. UU Rahasia Negara
b. UU Tentang Persandiaan sebagai payung hukum operasional sistem persandian
5 Penguatan Keamanan Laut dan Daerah Perbatasan a. UU No. 32/2014 Tentang Kelautan
b. Perpres No. 178/2014 Tentang Badan Keamanan Laut
PP Tentang Tata Kelola dan Kelembagaan Keamanan laut 6 Penguatan Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba
a. UU No. 35/2009 Tentang Narkotika
b. Inpres No. 12/2011 Tentang Pelaksanaan Kebijakan P4GN Tahun 2011-2015 c. Peraturan bersama Ketua MA, MenkumHam, Menkes, Jagung, Polri, dan BNN
No: 01/PB/MA/III/2014; 03 Tahun 2014; Per-005/A/JA/03/2014; 1 Tahun 2014; Perber/01/III/2014/BNN Tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Perubahan Inpres No. 12/2011 Pelaksanaan Kebijakan P4GN Tahun 2011-2015
7 Sistem keamanan nasional yang integratif a. Keppres No. 101/1999 Tentang Wantannas dan Sekjen Wantannas a. UU Tentang Keamanan Nasional
b. Perpres tentang Pembentukan Dewan Keamanan Nasional (Wankamas)
KERANGKA KELEMBAGAAN ISU STRATEGIS PENINGKATAN KAPASITAS
PERTAHANAN DAN STABILITAS KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019
NO
Sasaran Strategis
Regulasi Terkait Yang
Sudah Ada
Kebutuhan Regulasi
1
Pemenuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang
didukung Industri Pertahanan
KKIP
Penguatan KKIP
2
Peningkatan kesejahteraan dalam rangka
pemeliharahaan profesionalisme prajurit
-
Penguatan pengelola Perumahan Prajurit
3
Penigkatan profesionalisme Polri
Kompolnas
a.
Penguatan Kompolnas
b.
Penguatan Polda Papua Barat
c.
Pembentukan Polda Kaltara
d.
Pembentukan Polda Sulbar
4
Penguatan Intelijen dan kontra Intelijen
Perpres No. 67/2013 Tentang Koordinasi Intelijen
Negara
Penguatan koordinasi Intelijen
5
Penguatan Keamanan Laut dan Daerah
Perbatasan
Badan Keamanan Laut
a.
Penguatan Koordinasi Keamanan Laut
b.
Penguatan Kelembagaan Bakamla Regional/Daerah
6
Penguatan Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba
a.
Panti Terapi dan Rehabilitasi Pemerintah
b.
Panti Terapi dan Rehabilitasi Berbasis
Masyarakat
a.
Penguatan Panti Terapi dan Rehabilitasi Pemertintah
b.
Penguatan Panti Terapi dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
7
Sistem keamanan nasional yang integrative
Wantannas dan Sekjen Wantannas
a.
Pembentukan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah
Pertahanan)
b.
Pembentukan Dewan Keamanan Nasional
c.
Pengingkatan Koordinasi Pengendalian dan Pemantauan
Keamanan Nasional
Kerangka Konsepsional
PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT
1.
Undang-Undang Nomor 59 Tahun
1958 tentang Ikut serta Negara
Republik Indonesia Dalam Seluruh
Konpensi Jenewa Tanggal 12
Agustus 1949
2.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara
3.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2014 Tentang Hukum Disiplin
Militer
1.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian RI
2.
Keppres Nomor 101 Tahun 1999
Tentang Wantannas dan Sekjen
Wantannas
3.
Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 178 Tahun 2014
Tentang Badan Keamanan Laut
1. Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1957 tentang Persetujuan Perjanjian Persahabatan Antara Negara Republik Indonesia Dan Kerajaan Afghanistan
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1982 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Misi Khusus(Convention On Special Missions, New York 1969)
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2006 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of India on Cooperative Activlties in the Field of Defence)
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Keamanan (Agreement Between The oGovernment of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of The Philippines on Cooperative Activities In The Field of Defense and Security)
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pengesahan
Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam tentang Kerjasama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of His Majesty The Sultan and Yang Di-Pertuan of Brunei Darussalam on Defence Cooperation)
6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pengesahan Persetujuan tentang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of Turkey)
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokratik Timor-Leste tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Democratic Republic of Timor-Leste Concerning Cooperative Activities In The Field of Defence)
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Islam Pakistan tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Islamic Republic of Pakistan on Cooperative Activities In The Field of Defence)
9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2016 Pengesahan Konvensi Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Polandia tentang Kerjasama di Bidang Pertahanan
(Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia And The Government Of The Republic Of Poland Concer
10. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2016 Pengesahan Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam tentang Peningkatan Kerja Sama antara Pejabat Pertahanan dan Kegiatan Bidang Pertahanan
11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2016 Pengesahan Nota Kesepahaman (MoU) Antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Federasi Jerman Mengenai Kerja Sama di Bidang Pertahanan (Memorandum of Understanding (MoU) Between The Ministry of Defence of The Republic of Indonesia and The Federal Ministry of Defence of The Federal Republic of Germany Concerning Cooperation in The Field of Defence)
12. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat China tentang Kerja Sama Aktivitas dalam Bidang Pertahanan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The
Government of The People’s Republic of China on Cooperation Activities in The Field of Defence)
19
Regulasi
PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT
1.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan
2.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia Dan Larangan
Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia
3.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang
Pelarangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi, dan Transfer Ranjau Darat Anti
Personel dan Pemusnahan (
Convention On The Prohibition Of The Use, Stockpiling,
Production And Transfer Of Anti-personnel Mines And On Their Destruction)
.
4.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang
Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia
serta Pemusnahan (
Convention On The Prohibition Of The Development, Production,
Stockpiling And Use Of Chemical Weapons And On Their Destruction)
.
5.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Traktat Kawasan Bebas
Senjata Nuklir di Asia Tenggara (
Treaty On The Southeast Asia Nuclear Weapon Free
Zone)
6.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1978 tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai
Pencegahan Penyebaran Senjata-senjata Nuklir
6
Regulasi
PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Hak Sipil dan Politik (Ratifikasi ICCPR); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan;
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos
13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In Armed Conflict (protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata)
14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2015 Perlindungan Data dan Informasi Pribadi 15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Intelijen Negara
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara RI (
Mencabut Undang-Undang
Nomor28/1997
)
5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2013 Tentang Koordinasi Intelijen Negara
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme
1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan KUHP Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara 2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa di Bali pada 12 Oktober 2002
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-undang;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Konvensi Asean Mengenai Pemberantasan Terorisme (Asean Convention On Counter Terrorism) 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Putusan MK- 2/PUU-VIII/2010 Mencabut sebagian Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008)
8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
31
Regulasi
PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT
1.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1946 Tentang Keadaan Bahaya
2.
Undang-Undang Nomor 66 Tahun 1958 Tentang Wajib Militer
3.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1960 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 66 Tahun 1958 Tentang
Wajib Militer
4.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1964 Tentang Gerakan Sukarelawan Indonesia
5.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi Dan Demobilisasi
6.
Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 Tentang Rakyat Terlatih
7.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Veteran
1.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran
2.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.
9
Regulasi
PENGELOMPOKAN REGULASI TERKAIT
1.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
2.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Lihat juga Putusan
MK No. 40/PUU-IX/2011 dan No. 64/PUU-IX/2011)
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.
4.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif
5.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1983 tentang Pengesahan Perjanjian Antara
Republik Indonesia Dan Malaysia Tentang Rejim Hukum Negara Nusantara Dan
Hak-hak Malaysia Di Laut Teritorial Dan Perairan Nusantara Serta Ruang Udara
Diatas Laut Teritorial, Perairan Nusantara Dan Wilayah Republik Indonesia
6.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1973 tentang Perjanjian Antara Indonesia Dan
Australia Mengenai Garis-garis Batas Tertentu Antara Indonesia Dan Papua New
Guinea
7.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1973 tentang Perjanjian Antara Republik
Indonesia Dan Republik Singapura Mengenai Penetapan Garis Batas Laut Wilayah
Kedua Negara Di Selat Singapura
8.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan Antara
Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam Tentang
Penetapan Batas Landas Kontinen, 2003 (agreement Between The Government Of
The Republic Of Indonesia And The Government Of The Socialist Republic Of
Vietnam Concerning The Delimitation Of The Continental Shelf Boundary, 2003)
9.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1971 tentang Perjanjian Antara Republik
Indonesia Dan Malaysia Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua
Negara Di Selat Malaka
10.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pengesahan Perjanjian Antara
Republik Indonesia Dan Republik Singapura Tentang Penetapan Garis Batas Laut
Wilayah Kedua Negara Di Bagian Barat Selat Singapura, 2009 (treaty Between The
Republic Of Indonesia And The Republic Of Singapore Relating To The Delimitation
Of The Territorial Seas Of The Two Countries In The Western Part Of The Strait Of
Singapore, 2009)
11.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
12.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan Konvensi PBB
tentang Hukum Laut (United Nation Convention On The Law of Sea)
13.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
14.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
15.
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
16.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Undang-undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
17.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia
18.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
19.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1982 Tentang Penerbangan
20.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial
21.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian.
22.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan (mencabut Undang-Undang
Nomor13 Tahun 1980 Jalan)
22
Regulasi
PETA REGULASI TERKAIT
SISTEM PERTAHANAN NEGARA
KOMPONEN
UTAMA
KEKUATAN
PERTAHANAN
KEMAMPUAN
PERTAHANAN
KOMPONEN
PENDUKUNG
GELARAN DAN
WILAYAH
PERTAHANAN
19
6
31
9
22
87 Regulasi
Catatan:
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Kepolisian
RI masuk dalam 2 (dua) kelompok, yaitu “Komponen
Utama” dan “Kemampuan Pertahanan”.
Pilihan Fokus Analisis dan Evaluasi Tahun 2016
BERDASARKAN RPJMN 2014-2019
Penguatan Intelijen dan
Kontra Intelijen
UU No. 17 Tahun 2011
Tentang Intelijen Negara
Perpes No. 67 Tahun 2013
Tentang Koodinasi Intelijen
Negara
RUU Rahasia Negara
RUU Tentang Persandiaan
sebagai payung hukum
operasional sistem
persandian
Penguatan koordinasi
Intelijen
31
Regulasi
DEWAN PERTAHANAN
NASIONAL
PUSANEV_BPHN
KELOMPOK 1
Intelejen
Kejaksaan
Kepolisian
Kearsipan
Koordinasi
Intelijen
Negara
BNPT
Imigrasi
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Intelijen Negara
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang
Kejaksaan
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara RI (
Mencabut
Undang-Undang Nomor28/1997
)
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian
5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
67 Tahun 2013 Tentang Koordinasi Intelijen
Negara
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme
PUSANEV_BPHN
KELOMPOK 2
Kejahatan
Terhadap
Keamanan
Negara
Terorisme
Pendanaan
Terorisme
ITE
Pencucian
Uang
1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Perubahan
KUHP Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan
Negara
2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Terorisme
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002
Tentang Penerapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa di Bali pada 12
Oktober 2002
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor1
Tahun
2002
Tentang
Pemberantasan
Tindak
Pidana
Terorisme Menjadi Undang-undang;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengesahan
Konvensi Asean Mengenai Pemberantasan Terorisme (Asean
Convention On Counter Terrorism)
6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Putusan MK
- 2/PUU-VIII/2010
Mencabut sebagian Pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008
)
8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang;
KELOMPOK 3
Hak
Asasi
Manusia
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum; Telekomunikasi Tentang Pers PenyiaranHak Sipil dan Politik Kewarganegaraan; Administrasi Kependudukan Keterbukaan Informasi Publik Pelayanan Publik Pos Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Organisasi Kemasyarakatan
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Hak Sipil dan
Politik (Ratifikasi ICCPR);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan;
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan;
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos 13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengesahan
Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In Armed Conflict (protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata)
14. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
PRINSIP-PRINSIP UTAMA AE
22
PRINSIP-PRINSIP PERTAHANAN NEGARA
PRINSIP DAN INDIKATOR DALAM ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM NASIONAL
Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan
PRINSIP
NO.
INDIKATOR
Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan
NKRI
1.
Adanya aturan yang jelas tentang pembatasan pengaruh asing dalam
bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan;
2
Adanya aturan yang jelas tentang peningkatan kesempatan dan
kemampuan daya olah dalam bidang politik, hukum, keamanan dan
pemerintahan di dalam negeri demi peningkatan kesejahteraan dan
kemandirian bangsa;
3
Adanya aturan yang jelas tentang pembatasan hak dan kewajiban
individu dan korporasi dalam bidang politik, hukum, keamanan dan
pemerintahan;
4
Adanya pembagian kewenangan dan pedoman hubungan tata kerja
antara Pusat dan daerah agar sejalan dengan kebijakan dan kepentingan
nasional;
23
PRINSIP
NO.
INDIKATOR
Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan
Pemerintahan
Keadilan
1
Adanya aturan yang jelas yang menjamin pola
pembangunan bidang politik, hukum,
keamanan dan pemerintahan yang sesuai
dengan generasi kini dan akan datang;
2
Adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan
masyarakat hukum adat, masyarakat lokal,
perempuan dan masyarakat marginal lainnya.
24
PRINSIP
NO.
INDIKATOR
BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan Pemerintahan
Demokrasi;
1
Adanya aturan yang menjadikan semangat perlindungan rakyat;
2
Adanya aturan yang jelas yang mewajibkan diperhatikannya prinsip
kehati-hatian dalam setiap perbuatan pemerintah.
3
Adanya aturan yang mengatur kewajiban menghitung dampak negative
yang akan muncul dalam setiap perbuatan pemerintah.
4
Adanya aturan yang menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat,
kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan
beragama
5
Adanya aturan yang memberikan pengakuan pada hak minoritas
6
Adanya aturan yang jelas tentang akses informasi publik
7
Adanya aturan yang menjamin peluang yang sama bagi setiap orang untuk
memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan
secara logis
8
Adanya aturan yang jelas tentang partisipasi substantive masyarakat,
termasuk masyarakat adat dan marginal
9
Adanya aturan yang menjamin Sistem kerja yang kooperatif dan
kolaboratif
25
PRINSIP
NO.
INDIKATOR
BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan
Pemerintahan
Kepastian Hukum
1.
Adanya aturan yang jelas mengenai asas, norma, dan
kaidah penyelenggaraan bidang politik, hukum,
keamanan dan pemerintahan yang adil, serta dilakukan
dengan cara terkoordinasi, terpadu, menampung
dinamika, aspirasi dan peran serta masyarakat, serta
menyelesaikan konflik;
2.
Adanya pembentukan aturan perundang-undangandi
bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan
yang berdasarkan kajian ilmiah (scientific based)
3.
Adanya aturan mengenai tindakan atas
peraturan-peraturan-peraturan yang bertentangan atau tumpang
tindih di bidang Politik, Hukum, Keamanan dan
Pemerintahan
26
PRINSIP
NO.
INDIKATOR
BidangPolitik, Hukum, Keamanan dan
Pemerintahan
Pencegahan Korupsi
1.
Adanya penyataan yang jelas terkait mekanisme
pencegahan korupsi (seperti transparansi dan
akuntabilitas);
1.
Adanya aturan yang jelas mengenai pencegahan
korupsi.
27
BEBERAPA TEMUAN SEMENTARA
HASIL PENGUJIAN NORMA TERHADAP INDIKATOR
1.
Tidak ditemukan adanya aturan yang memberikan pengakuan pada hak minoritas yang merupakan bagian dari Prinsip Demokrasi.
2.
Tidak terpenuhinya indikator mengenai adanya aturan yang menjamin Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif yang merupakan bagian dari
Prinsip Demokrasi.
3.
Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas yang menjamin pola pembangunan bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan yang sesuai
dengan generasi kini dan akan datang sebagai bagian dari prinsip keadilan;
4.
Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan masyarakat hukum adat, masyarakat lokal, perempuan dan masyarakat marginal
lainnya sebagai bagian dari prinsip keadilan.
5.
Tidak terpenuhinya indikator mengenai pembatasan pengaruh asing dalam bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan, yang merupakan
bagian dari Prinsip NKRI. Hal ini diindikasikan oleh Pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa: Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum
yang berlaku bagi Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya. Pilihan hukum merupakan hal yang wajar dalam hukum perdata atau hukum
perdagangan internasional, dan pilihan tersebut biasanya harus tertuang di dalam kontrak. Namun, ketika para pihak tidak mencantumkan pilihan
hukum tersebut, maka seharusnya hukum yang digunakan adalah hukum nasional. Sedangkan, Pasal 18 ayat (3) justru menyebutkan bahwa “Jika
para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas Hukum Perdata
Internasional.” Hal ini berpotensi menurunkan derajat kedaulatan hukum nasional.
6.
Hal yang sama ditemukan dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) dalam hal penentuan Forum.
7.
Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas yang menjamin pola pembangunan bidang politik, hukum, keamanan dan pemerintahan yang sesuai
dengan generasi kini dan akan datang sebagai bagian dari prinsip keadilan;
8.
Tidak ditemukan adanya aturan yang jelas tentang keterlibatan masyarakat hukum adat, masyarakat lokal, perempuan dan masyarakat marginal
lainnya sebagai bagian dari prinsip keadilan.
•
29
KAJIAN ANALISIS POTENSI TUMPANG TINDIH DAN PERBEDAAN PENGATURAN
MENGGUNAKAN 4 (EMPAT) ASPEK
30
31
32
33
34
EVALUASI POTENSI TUMPANG TINDIH KEWENANGAN DAN
KELEMBAGAAN
EVALUASI POTENSI
TUMPANG TINDIH
KEWENANGAN
DAN
KELEMBAGAAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIANUANG, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 Tahun 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN TERORISME PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI INTELIJEN NEGARA