• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN E-LEARNING: PENGGUNAAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN E-LEARNING: PENGGUNAAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN E-LEARNING: PENGGUNAAN E-LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN IPA

N. Jon Sastrawan

1

, D. P. Parmiti

2

, L. P. Putrini Mahadewi

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {nyomanjonsastrawan@gmail.com

1

, dp-parmiti@undiksha.ac.id

2

,

lpp-mahadewi@undiksha.ac.id

3

}

Abstrak

Permasalahan utama yang ditemukan di SMPN 1 Seririt adalah kurang berimbangnya kepadatan materi dengan alokasi waktu efektif untuk pembelajaran. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan penelitian dengan mengembangkan produk berupa learning. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan prosedur pengembangan e-learning, 2) mengetahui validitas e-learning yang dikembangkan berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba produk, 3) menguji efektivitas e-learning yang dikembangkan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model Waterfall. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar pencatatan dokumen, kuesioner dan tes obyektif. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) deskripsi prosedur pengembangan e-learning dengan model waterfall; 2) validitas e-learning menurut review para ahli diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari review ahli isi mata pelajaran, ahli e-learning dan ahli desain pembelajaran berturut-turut yaitu 92%, 90,67% dan 92%. Berdasarkan uji coba produk juga diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan berturut-turut yaitu 91,56%, 92% dan 93,07%. 3) efektivitas e-learning menunjukan thitung (11,69) > ttabel (2,000) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang menggunakan dengan siswa yang tidak menggunakan e-learning sebagai komplemen pembelajaran IPA kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt. Ini berarti e-learning efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Kata kunci: pengembangan, e-learning, IPA, model waterfall Abstract

The main problems found in SMPN 1 Seririt was imbalance between the material with an effective allocation of time for learning. Therefore, it was necessary to do some research by developing products such as learning. This research aims to: 1) describe the e-learning development procedure, 2) determine the developed e-e-learning validity based on a review of the experts and product trials, and 3) examine the developed e-learning effectiveness on science learning results of students grade VIII on second semester of academic year 2014/2015 at SMPN 1 Seririt. This kind of research was „Research and Development‟ using waterfall development model. Data collected by using the method of recording documents, questionnaires and test. Instrument which used for collecting data was documents recording sheets, quessionaire and objective test. Data Analysis used on this research was qualitative descriptive, quantitative descriptive and inferential statistics. The results of this research were: 1) description of development procedure of

(2)

e-learning using waterfall model; 2) the validity of the e-learning based on experts review obtained very good results. The percentage achievement level based on the expert of course content review, e-learning expert review and instructional design expert review, in a row are 92%, 90.67% and 92%. Based on product trials are also obtained very good results. The percentage achievement level of individual trials, small group trials and field trials, in a row are 91.56%, 92% and 93.07%. 3) the effectiveness of e-learning shows that thitung (11,69) > ttable (2,000) thus H0 rejected and H1 accepted. So there was a significant difference between the learning results of students who use e-learning as a learning complement with the students who did not use e-learning in science subjects grade VIII on second semester of academic year 2014/2015 at SMPN 1 Seririt. This means, e-learning effective used to improve science learning result.

Keywords : development, e-learning, science, waterfall model PENDAHULUAN

Kehidupan manusia sangat erat

hubungannya dengan alam. Untuk bisa

tetap melangsungkan kehidupannya

dengan baik, manusia perlu mempelajari pengetahuan tentang alam. Dalam dunia pendidikan, pengetahuan tentang alam dipelajari pada mata pelajaran IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam). Berdasarkan

Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Karakteristik mata pelajaran IPA dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis. Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, mata pelajaran IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.

Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia mengenai pembelajaran IPA ternyata menyimpang dari tujuan mata pelajaran IPA itu sendiri. Tim TIMSS (Trends in International Mathematics and Sciences Study) Indonesia menemukan

permasalahan dalam pembelajaran IPA (SAINS). Studi yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi SAINS siswa kelas VIII Indonesia berada pada signifikan dibawah rata-rata internasional. Siswa Indonesia pada tahun 1999 berada pada peringkat ke 32 dari 38 negara dengan skor 435 sedangkan skor rata-rata internasional adalah 488. Pada tahun 2003 berada pada peringkat ke 37 dari 46 negara dengan skor 420 sedangkan skor rata-rata internasional adalah 474. Pada tahun 2007 berada pada peringkat ke 35 dari 49 negara dengan skor 427 sedangkan rata-rata skor internasional adalah 500. Dapat disimpulkan bahwa indonesia berada pada skor dibawah rata-rata pada setiap studi yang dilakukan.

Berdasarkan observasi dan

wawancara yang dilakukan di SMPN 1 Seririt pada tanggal 8 Desember 2014 dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran IPA, permasalahan yang sama juga ditemukan. Dari wawancara yang dilakukan dengan ibu Ni Luh Puri Darmini, S.Pd. selaku pengajar mata pelajaran IPA di

kelas VIII bahwa dalam proses

pembelajaran IPA di kelas, guru mengalami masalah ketika menjelaskan materi yang

menyangkut suatu sistem. Guru

menyatakan bahwa materi yang

menyangkut sistem itu sangat padat dan kompleks sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menjelaskan dengan optimal. Guru juga menyatakan dalam pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah dan hanya kadang-kadang menggunakan powerpoint. Masalah lain terkait dengan pembelajaran yaitu permasalahan terbatasnya hari efektif. Terbatasnya hari efektif ini artinya waktu

(3)

yang diambil libur, jadwal-jadwal kegiatan yang diselenggarakan sekolah sehingga

waktu menjadi terkurangi untuk

pembelajaran. Dengan demikian,

bagaimana bisa peserta didik nantinya menggunakan ilmu yang didapatkannya

untuk kehidupan jika ilmu yang

didapatkannya tidak optimal.

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dapat diidentifikasi 3 (tiga)

masalah utama yang terjadi pada

pembelajaran IPA di SMPN 1 Seririt. Permasalahan pertama adalah kesulitan guru untuk menjelaskan materi yang menyangkut sistem karena kekurangan waktu untuk menjelaskannya. Misalnya dalam menjelaskan materi mengenai “Alat Optik”, banyak sekali konsep yang harus dijelaskan sehingga tak heran guru merasa kekurangan waktu untuk menjelaskannya secara optimal. Permasalahan kedua yaitu

kurangnya pertemuan efektif yang

disebabkan oleh libur dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal ini menyebabkan semakin sempitnya waktu yang dimiliki guru untuk melaksanakan pembelajaran. Permasalahan ketiga adalah dalam pembelajaran guru menganggap metode ceramah adalah metode terbaik digunakan dalam pembelajaran. Secara teori ketika mempelajari konsep, metode ceramah bukanlah metode yang sesuai untuk diterapkan. Ketiga permasalahan tersebut mengakibatkan pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan menjadi kurang lengkap. Implikasinya akan berujung pada hasil belajar yang kurang memuaskan pula.

Untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut, secara sederhana memerlukan waktu tambahan dan inovasi yang dapat menarik motivasi siswa serta mampu membantu guru dalam menjelaskan materi yang kompleks. Terdapat banyak alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha mengatasi permasalahan tersebut. Namun dari banyak alternatif tersebut e-learning dianggap paling berpotensi mengatasi permasalahan yang ada di SMPN 1 Seririt. Pemilihan e-learning juga didukung dengan fasilitas yang ada di SMPN 1 Seririt serta fasilitas yang dimiliki siswa. Karena e-learning merupakan sistem pembelajaran yang relatif baru dibandingkan yang lain,

sekurang-kurangnya siswa akan lebih

tertarik untuk belajar. Selain melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah, pendidik dapat memberikan materi kepada siswa melalui e-learning bahkan yang kompleks sekalipun tanpa batasan ruang dan waktu, khususnya e-learning dengan

LMS (Learning Management System)

“MOODLE” yang manajemen isinya khusus untuk pendidikan. Pendidik tidak hanya sebatas memberikan materi tambahan, masih banyak fitur-fitur yang ditawarkan

oleh e-learning MOODLE dalam hal

mengoptimalkan pembelajaran, seperti: fitur upload tugas, quiz, survey, penilaian dan masih banyak lagi. Dengan memanfaatkan fitur-fitur e-learning MOODLE secara tepat,

dapat diyakinkan permasalahan yang

dialami dapat teratasi. Terdapat banyak sekali model pengembangan yang dapat

digunakan untuk mengembangkan

e-learning, seperti model RAD, Spiral,

Prototipe, Waterfall, dan masih banyak lagi. Dari banyaknya model tersebut yang dirasa

paling sesuai digunakan untuk

mengembangkan e-learning adalah model Model Waterfall. Hal ini dikarenakan model Waterfall memiliki tahapan yang sistematis dan terorganisir. Seperti yang dikatakan Mahadewi, dkk (2014) juga menyatakan bahwa model pegembangan Waterfall ini dilakukan dengan prosedur yang sistematis

dari analisis, desain, implementasi,

pengujian sampai pemeliharaan. Kelebihan dari model pengembangan Waterfall antara lain: 1) tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan prosesnya teratur. 2) cocok digunakan untuk produk software atau program yang sudah jelas kebutuhannya di awal, sehingga minim kesalahannya. 3) software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya

menghasilkan kualitas yang baik. 4)

dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan sebelumnya, sebagai tenaga

pengembang teknologi pembelajaran

menganggap perlu dikembangkannya

sebuah e-learning untuk mengatasi

permasalahaan di SMPN 1 Seririt. Perlu dipikirkan lebih lanjut tentang bagaimana

(4)

mengembangkan e-learning yang menarik, konseptual, penuh makna dan berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan sehingga mampu membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengembangkan e-learning dengan model Waterfall serta

mengadakan penelitian dengan judul

Pengembangan E-Learning Dengan Model Waterfall Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt. Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari

pemeparan sebelumnya adalah: 1)

bagaimanakah prosedur pengembangan e-learning dengan model Waterfall pada mata pelajaran IPA SMP kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt?; 2) Bagaimanakah hasil validasi e-learning yang dikembangkan dengan model Waterfall pada mata pelajaran IPA SMP kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt berdasarkan review para ahli dan uji coba produk?; 3) Bagaimanakah efektivitas e-learning yang dikembangkan dengan model Waterfall terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt?

Dengan mengembangkan produk

berupa e-learning diyakinkan akan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa karena E-learning sebagai sistem pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik mampu mengatasi permasalahan ini. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dengan menggunakan perangkat elektronik yang dimiliki. Melalui internet, e-learning dapat digunakan kapan saja, dimana saja serta oleh siapa saja. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan antara lain: 1) mendeskripsikan prosedur pengembangan media e-learning dengan model Waterfall pada mata pelajaran IPA SMP kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt. 2) mengetahui validitas e-learning yang dikembangkan dengan model Waterfall pada mata pelajaran IPA SMP kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt berdasarkan review para ahli dan uji coba produk. 3) menguji efektivitas e-learning

yang dikembangkan dengan model

Waterfall terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt.

METODE

Model pengembangan yang diguna-kan sebagai acuan dalam mengembangdiguna-kan produk pada penelitian ini adalah model Waterfall. Pengembangan produk dengan model Waterfall terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu: 1) requirement analysis, 2) system desain, 3) implementation, 4) testing, 5) deployment, 6) maintenance.

Adapun skema dari langkah-langkah

pengembangan produk menggunakan

model Waterfall adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Langkah-langkah model

pe-ngembangan Waterfall. (tutorialspoint,

2015)

Prosedur pengembangan produk yang dikembangkan dengan model Waterfall yaitu: a) Analisis Persyaratan (Requirement Analysis), dilakukan dengan melakukan wawancara. Hasil wawancara tersebut selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk mencarikan solusi permasalahan yang dialami sekolah. b) Desain Sistem

(System Design), dibuat desain

pengembangan e-learning, representasi

antarmuka, hingga rancangan proses

pengodean yang dilakukan. Pada tahap desain ini dibuat spesifikasi secara rinci mengenai proyek, gaya, dan kebutuhan materi untuk produk yang dikembangkan. Dalam merancang atau mendesain produk dilakukan melalui dua tahap, yaitu (1)

memilih dan menetapkan software/

perangkat lunak yang digunakan, dan (2)

mengembangkan flow chart, program

(5)

memvisualisasikan alur kerja produk mulai

awal hingga akhir. c) Implementasi

(Implementation), merupakan proses yang

dilakukan untuk mewujudkan desain

menjadi kenyataan dengan mengikuti alur

proses pengodean. Pada tahap ini

menghasilkan unit-unit produk sesuai

dengan desain yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Unit-unit produk yang dihasilkan juga dilakukan pengujian (unit testing) sebelum nantinya digabungkan pada tahap selanjutnya. d) Integrasi dan Pengujian (Integration & Testing), dilakukan

penggabungan unit-unit produk yang

dihasilkan pada tahap sebelumnya menjadi produk lengkap. Pada tahap ini juga

dilakukan pengujian produk secara

menyeluruh untuk memastikan bahwa

semua bagian dari produk yang

dihasilkan/dikembangkan sudah diuji.

Pengujian dilakukan untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang

diinginkan. e) Penyebaran Sistem

(Deployment of System), produk yang sudah jadi dan teruji disebarkan kepada pengguna dengan harapan dapat mencapai tujuan dilakukannya pengembangan produk ini. f) Perawatan (Maintenance), produk diperbaiki dan disempurnakan lagi dengan melakukan revisi sesuai dengan masalah yang muncul ketika produk digunakan pada lingkungan pengguna ataupun memastikan semua komponen produk masih tetap berfungsi. Pemeliharaan ini termasuk juga

memperbaiki kesalahan yang tidak

ditemukan pada langkah sebelumnya. Subyek yang digunakan pada pene-litian ini terdiri dari subyek review para ahli (ahli isi mata pelajaran, ahli e-learning dan ahli desain pembelajaran) dan subyek uji coba produk (uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Subyek review ahli yaitu Ni Luh Puri Darmini, S.Pd sebagai ahli isi mata pelaja-ran, I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd. seba-gai ahli e-learning dan Dr. I Made Tegeh, M.Pd. sebagai ahli desain pembelajaran. Untuk subyek uji coba produk pada pene-litian ini digunakan siswa SMP kelas VIII di SMPN 1 Seririt sebanyak 3 orang untuk uji coba perorangan, 12 orang untuk uji coba kelompok kecil dan 30 orang untuk uji coba lapangan.

Metode pengumpulan data yang digu-nakan pada penelitian ini adalah metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Metode pencatatan dokumen digu-nakan untuk mengumpulkan data-data terkait dengan rancang bangun produk yang dikembangkan dengan menggunakan ins-trumen berupa lembar pencatatan doku-men. Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh data hasil validasi produk menggunakan instrumen berupa lembar kuesioner. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan efek-tivitas produk melalui pretest dan posttest. Jenis data yang didapat dari penelitian ini dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar

pencatatan dokumen, lembar kuesioner dan lembar tes objektif pilihan ganda.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik inferensial. Analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data masukan dari hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli e-learning, ahli desain pembelajaran, siswa dan guru mata pelajaran. Teknik

analisis data ini dilakukan dengan

mengelompokan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan model yang digunakan pada analisis ini adalah model yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman dengan langkah-langkah:

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Putra, 2012). Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk

deskriptif persentase. Rumus yang

digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut.

Ket: ∑= jumlah

(6)

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:

Persentase =F : N

Ket: F = jumlah persentase Keseluruhan subyek N = banyak subyek

Teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis statistik inferensial (uji-t independen). Pada penelitian ini akan menguji perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang menggunakan e-learning sebagai komplemen pembelajaran dengan siswa yang tidak menggunakan e-learning. Rumus untuk uji-t independen menurut Koyan (2012:33) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

(x_1 ) ̅ = rata-rata sampel 1 (x_2 ) ̅ = rata-rata sampel 2

s1 = simpangan baku sampel 1

s2 = simpangan baku sampel 2

s12 = varians sampel 1

s22 = varians sampel 2

n1 = jumlah subyek sampel 1

n2 = jumlah subyek sampel 2

Hasil uji coba kemudian dibandingkan dengan ttabell taraf signifikan 0,05 (5%) untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan

yang signifikan antara siswa yang

menggunakan e-learning sebagai

komplemen pembelajaran dengan siswa yang tidak menggunakan e-learning.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur pengembangan produk pada penelitian ini menggunakan model Waterfall sebagai acuannya. Pengembangan produk pada penelitian ini mengembangkan e-learning dengan CMS MOODLE. Langkah pertama pada prosedur pengembangan produk yaitu dilakukan analisis persyaratan dengan melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah. Hasil observasi

dan wawancara yang telah dilakukan

digunakan sebagai pedoman untuk

mencarikan solusi permasalahan yang dialami sekolah. Di SMPN 1 Seririt siswa kesulitan menerima materi yang banyak dalam pertemuan di kelas yang singkat dikarenakan pembelajaran IPA cenderung mempelajari materi tentang sistem yang bersifat kompleks. Selain itu guru masih menggunakan model konvensional dalam proses pembelajaran dan belum dapat mengembangkan media pembelajaran yang efektif. Guru hanya dapat mengembangkan media seperti powerpoint yang hanya berbasis teks saja. Oleh karena itu dirasa

perlu untuk mengembangkan produk

pembelajaran pada mata pelajaran IPA agar dapat menciptakan pembelajaran yang

interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang dan memotivasi (Permendikbud Nomor 65, 2013). Untuk materi yang akan ditetapkan dalam pengembangan e-learning ini diambil dari materi “Alat Optik” pada silabus dengan tujuan agar bertepatan dengan penyampaian materi dikelas oleh

guru. Dengan demikian materi yang

ditetapkan pada produk yang

dikembangkan dapat digunakan

sebagaimana mestinya tanpa mengganggu jam pelajaran guru sekaligus memberikan berbagai kemudahan kepada guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dari segi fasilitas pembelajaran, SMPN 1 Seririt memiliki fasilitas yang memadai untuk dapat

menggunakan berbagai produk

pembelajaran. Salah satunya adalah

tersedianya fasilitas free wifi dan perangkat laptop yang dimiliki mayoritas guru-guru di SMPN 1 Seririt. Dilihat dari fasilitas siswa, berdasarkan hasil observasi semua siswa dapat mengakses internet di luar jam

sekolah, sehingga dirasa sangat

memungkinkan untuk dicoba

mengembangkan produk pembelajaran

berupa e-learning.

Dilanjutkan dengan menetapkan

software yang digunakan dan

mengembangkan flowchart, program

mapping serta storyboard. Software yang digunakan pada pengembangan e-learning ini yaitu: a) Microsoft Windows 8.1

Enterprise sebagai sistem operasi

perangkat komputer yang digunakan untuk mengembangkan produk, b) Mozilla Firefox

(7)

sebagai web browser pendesainan learning, c) LMS MOODLE sebagai CMS e-learning yang memiliki fitur yang sangat

lengkap untuk digunakan pada

pembelajaran online. Pengembangan

flowchart, program mapping dan storyboard digunakan untuk mempermudah sekaligus sebagai acuan pengembangan produk agar sistematis.

Tahap selanjutnya adalah tahap untuk mulai membuat produk berupa e-learning

mulai dari penyewaan jasa hosting,

penginstalan CMS MOODLE, pengaturan tata letak, penyiapan konten materi dan pembuatan berbagai komponen lainnya.

Pemilihan web hosting menggunakan

domain “smartlearning.mirahayu.co.id” dan

disesuaikan dengan kebutuhan

pengembangan produk. Untuk konten

produk, digunakan CMS MOODLE karena CMS MOODLE memiliki desain yang sesuai untuk digunakan pada produk e-learning. Versi MOODLE yang digunakan adalah

2.8.5+ (terbaru) untuk mendapatkan

dukungan penuh mengenai pembaruan sistem MOODLE. Layout produk dari

MOODLE kemudian disesuaikan lagi

sedemikian rupa agar lebih menarik dan lebih mudah dalam pengoperasiannya. Penyiapan materi produk pada tahap ini

didesain sedemikian rupa untuk

memudahkan pengintegrasian materi pada tahap selanjutnya.

Dilanjutkan dengan tahap pengujian

pada penelitian ini diintegrasikan

komponen-komponen tambahan dan konten materi yang sudah disiapkan pada tahap

sebelumnya. File-file materi seperti

dukumen, video, link, gambar dan

komponen lainnya dimasukkan kedalam produk. Tahap ini juga dilakukan pengujian pada produk yang dikembangkan dengan tujuan meminimalisir kesalahan (error) dan

memastikan bahwa produk yang

dikembangkan sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Setelah produk e-learning siap dan telah teruji kualitasnya, dilanjutkan dengan penyebaran. Tahap penyebaran ini, produk

diberikan kepada pengguna untuk

digunakan dengan harapan dapat mencapai

tujuan dilaksanakannya penelitian ini.

Penerapan produk digunakan sebagai perlakuan (treatment) pada siswa kelas VIIIF

SMPN 1 Seririt dengan tujuan menciptakan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui apakah produk ini memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap hasil belajar siswa, digunakan instrumen tes obyektif pilihan ganda untuk mengukurnya. Saat produk digunakan dilingkungan pengguna,

permasalahan yang mungkin muncul

diidentifikasi untuk memudahkan dalam tahap selanjutnya.

Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu produk diperbaiki sesuai dengan masalah yang telah teridentifikasi pada saat digunakan pada lingkungan pengguna.

Perbaikan yang dilakukan mungkin

dilaksanakan mulai dari tahap manapun sesuai dengan masalah yang muncul.

Validasi e-learning dilakukan review oleh para ahli (ahli isi mata pelajaran, ahli e-learning dan ahli desain pembelajaran) dan uji coba produk (uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan). Hasil review e-learning dari ahli isi mata pelajaran diperoleh tingkat pencapaian sangat baik dengan persentase 92%. Hasil review dari ahli e-learning diperoleh tingkat pencapaian sangat baik dengan persentase 90,67%. Hasil review e-learning dilihat dari aspek desain pembelajaran berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%. Hasil uji coba e-learning dilihat dari uji coba perorangan diperoleh tingkat pencapaian sangat baik dengan persentase 91,56%. Hasil uji coba kelompok kecil diperoleh tingkat pencapaian sangat baik dengan persentase 92%. Hasil uji coba lapangan diperoleh tingkat pencapaian sangat baik dengan persentase 93,67%.

Efektivitas produk pengembangan e-learning dalam penelitian ini di ukur dengan

analisis uji-t independen dengan

menggunakan selisih skor pretest dan posttest yang menggunakan 2 kelas. Sebelum melakukan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen dan uji prasyarat. Uji coba instrumen terdiri dari uji validitas tes, uji reliabilitas tes, uji tingkat kesukaran tes dan uji daya beda tes. Hasil dari uji validitas tes yang dilakukan pada 40 butir soal obyektif pilihan ganda, diperoleh hasil 30 butir soal yang valid. 30 butir soal

yang sudah valid kemudian diuji

(8)

digunakan dikategorikan memiliki tingkat keajegan/reliabilitas sangat tinggi. Untuk tingkat kesukaran yang diuji pada instrumen tes, diperoleh hasil bahwa tes memiliki tingkat kesukaran sedang. Sedangkan untuk daya beda instrumen tes diperoleh hasil pada kategori baik. Selain uji prasyarat instrumen, dilakukan juga uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukan uji hipotesis. Hasil yang diperoleh pada uji normalitas adalah bahwa kelompok siswa yang dijadikan sebagai kelompok kontrol dengan kelompok siswa yang dijadikan

sebagai kelompok eksperimen adalah

berdistribusi normal. Sedangkan untuk uji homogenitas diperoleh hasil bahwa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah homogen. Karena semua uji prasyarat menunjukkan bahwa penelitian dapat dilanjutkan, kemudian dilakukan uji hipotesis. Hasil yang diperoleh adalah hipotesis dalam penelitian ini diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.

Pengembangan produk berupa e-learning pada penelitian ini telah berhasil

menggunakan model Waterfall.

Keberhasilan ini dikarenakan model

Waterfall cocok digunakan untuk

mengembangkan produk dalam bentuk software. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Pressman (dalam Rayyan, 2014) yang menyatakan bahwa model Waterfall banyak dan berhasil digunakan oleh para pengembang software. Selain itu, tahapan-tahapan yang disarankan pada model pengembangan Waterfall dilakukan secara sistematis dan terorganisir. Sebelum tahap sebelumnya selesai, tidak dianjurkan untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Seperti yang dikemukakan Mahadewi, dkk

(2014) bahwa model pegembangan

Waterfall ini dilakukan dengan prosedur yang sistematis dari analisis, desain,

implementasi, pengujian sampai

pemeliharaan. Keterorganisiran dan

kesistematisan dari model Waterfall ini juga

menunjang keberhasilan dalam

pengembangan produk berupa e-learning yang dilakukan pada penelitian ini.

Rata-rata persentase tingkat

pencapaian hasil review para ahli terhadap produk yang dikembangkan berada pada

kategori sangat baik. Kategori sangat baik

ini diperoleh karena produk yang

dikembangkan telah sesuai dengan kriteria e-learning yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Suartama, dkk (2014) bahwa e-learning yang baik perlu dievaluasi dengan kriteria e-learning yang baik. Pembahasan hasil uji coba produk yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan pada 3 (tiga) tahap, yaitu tahap uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Rata-rata hasil yang diperoleh pada tahap uji coba produk yang dikembangkan berada pada kategori sangat baik. Kategori sangat baik ini diperoleh karena produk dapat memudahkan siswa uuntuk belajar dan memahami materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan pendapat Darmawan (2014) bahwa e-learning memberikan keluwesan

bagi peserta didik untuk melakukan

penyerapan materi ajar.

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini efektif digunakan dalam pembelajaran IPA Kelas VIII di SMPN 1 Seririt. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara

siswa yang menggunakan e-learning

sebagai komplemen pembelajaran dengan siswa yang tidak menggunakan e-learning

dalam pembelajaran. Hasil analisis

menunjukkan bahwa thitung (11,69) lebih

besar dari ttabel (2,000) sehingga hipotesis

pada penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Agus Hartawan (2014), yang menyatakan bahwa penggunaan

e-learning MOODLE efektif untuk

meningkatkan hasil belajar fisika pada materi suhu dan kalor. Hasil penelitian lain yang juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan adalah penelitian oleh Ananda Putri (2014), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan e-learning berbasis Schoology.

SIMPULAN DAN SARAN

Pengembangan produk berupa e-learning dalam penelitian ini telah berhasil dibangun menggunakan model Waterfall dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak 2)

(9)

Desain, 3) Pembuatan Kode Program, 4) Pengujian 5) Pendukung/Pemeliharaan.

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini sudah valid. Validitas produk diperoleh berdasarkan review para ahli dan uji coba produk yaitu: 1) menurut ahli isi mata pelajaran, produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 92%; 2) menurut ahli e-learning, produk berada pada kategori sangat baik dengan persentase 90,67%; 3) menurut ahli desain pembelajaran, produk berada pada kategori sangat baik, dengan persentase 92%. Pada tahap uji coba perorangan diperoleh tingkat persentase 91,56%, tahap uji kelompok kecil diperoleh tingkat persentase 92%, dan tahap uji coba lapangan produk mencapai

tingkat persentase 93,07%. Secara

keseluruhan, validitas produk yang

dikembangkan dapat dikategorikan sangat baik.

Produk berupa e-learning yang

dikembangkan pada penelitian ini efektif.

Keefektifan produk diukur dengan

melakukan pretest dan posttest terhadap 2 kelas, kemudian dicari selisih hasil pretest dan posttest baik untuk kelas kontrol, maupun kelas eksperimen. Rata-rata selisih nilai siswa kelas VIII H sebagai kelompok kontrol adalah 12 dan rata-rata selisih nilai siswa kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen adalah 19. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 11,69. Kemudian harga thitung

dibandingkan dengan harga ttabel dengan db

= n1 + n2 – 2 = 32 + 32 – 2 = 62. Harga ttabel

untuk db 62 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, thitung (11,69) > ttabel (2,000) sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara siswa yang menggunakan e-learning sebagai komplemen pembelajaran dengan siswa yang tidak menggunakan e-learning pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMPN 1 Seririt.

Saran-saran yang disampaikan

bekenaan dengan pengembangan

e-learning dalam pembelajaran IPA antara

lain: untuk pengembang e-learning,

pengembangan produk berupa e-learning pada penelitian ini telah berhasil dengan menggunakan model Waterfall sebagai

acuannya, disarankan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang

sejenis untuk menggunakan model

pengembangan Waterfall. Untuk guru,

produk berupa e-learning yang

dikembangkan telah terbukti valid dan efektif digunakan pada mata pelajaran IPA. Kepada guru yang ingin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa disarankan untuk

menggunakan e-learning sebagai

komplemen pembelajaran. Untuk Kepala Sekolah, selaku pemegang kebijakan di

sekolah, disarankan agar mendukung

penggunaan e-learning sebagai komplemen pembelajaran karena sudah terbukti produk

berupa e-learning dapat memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Disadari karya ilmiah ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk lebih menyempurnakan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. “Survei Internasional TIMSS”.

Terdapat pada

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php /survei-internasional-timss

Darmawan, Deni. 2014. Pengembangan E-learning Teori dan Desain. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hartawan, I Komang Agus. 2014.

“Pengembangan Portal E-Learning Berbasis Moodle Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Di SMA Dwijendra Denpasar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP Universitas Pendidikan Ganesha. Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

Press.

---. 2012. Statistik Pendidikan:Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: UNDIKSHA Press.

(10)

Mahadewi, Luh Putu Putrini, dkk. 2014. Pemrograman Berbasis Objek

(Object-Oriented Programing). Singaraja:

UNDIKSHA Press.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2006 Tentang

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan

Dasar Dan Menengah. Jakarta:

Depdiknas.

Putra, Nusa. 2012. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT INDEKS.

Putri, Ni Wayan Mei Ananda. 2014. “Pengembangan E-Learning Berbasis Schoology Dengan Model Addie Pada

Mata Pelajaran IPA Kelas VIII

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Di SMP Negeri 1 Seririt”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP Universitas Pendidikan Ganesha.

Tegeh, I Made & I Made Kirna. 2010.

Metode Penelitian Pengembangan

Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

Gambar

Gambar  1.  Langkah-langkah  model  pe- pe-ngembangan  Waterfall.  (tutorialspoint,  2015)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini peneliti mendapati serangkaian alur sebelum melakukan sebuah investigasi terhadap suatu kasus, pada penelitian ini peneiti mendapati bahwa pada

Az eredményül kapott két különbség-mátrixot a változó-párok alapján kétváltozós formába alakítottam, amin páros sta- tisztikai próbával

Banyak metode yang umum dari pengukuran aerosol udara secara kontinyu yaitu mencuplik sampel dengan melewatkan udara melalui kertas filter (baik statis atau dinamis) dan

Sebagai input data pada model HBV, data yang digunakan berupa data parameter iklim harian (meliputi data curah hujan, suhu maksimum, suhu minimum, kecepatan angin, dan

Dalam teorema 2.1.3 berikut akan ditulis suatu sifat yang berlaku untuk sebarang matriks simetri A bertipe mxm dan X matriks bertipe mxn yang mempunyai

Tentunya kita sudah terbiasa dengan fenomena-fenomena alam disekitar kita, tetapi tidak sedikit dari kita yang belum memahami bagaimana proses dari fenomena

signi fi cantly lower levels of serum proteins in rabbits fed diets 1 and 2 in this study signi fi cantly lower levels of serum proteins in rabbits fed diets 1 and

Dalam karya pertama yang berjudul ³ No Money No Delivery ´ , Penulis menggambarkan tentang proses transaksi jual beli yang dimulai dengan menggunakan alat telekomunikasi