Bab-
1
P
ENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari Pertamina menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT Pertamina-EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT Pertamina - EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005.
PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. LNG Arun yang terdapat di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sedang mengalami penurunan produksi. Oleh karena itu, Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG keempat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.
Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleoraja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG.
Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan ± 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO2± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur
yang lainnya.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1. Tujuan
Tujuan Proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas menjadiLiquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat) ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunanBlock Station(BS) atau Fasilitas Pemrosesan Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah
1.2.2. Manfaat
Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional, dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:
1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan belerang (sulphur)
2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).
3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional 4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaaan teknologi produksi gas. Selain bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT Pertamina EP – PPGM bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut.
1.3. PERATURAN
Di bawah ini adalah daftar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan rencana kegiatan dan peraturan sebagai dasar pelaksanan studi AMDAL (Tabel 1.1).
Tabel 1.1. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Sebagai Dasar Pelaksanaan Studi AMDAL PPGM Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
A. Republik IndonesiaUndang-Undang Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. Undang-Undang No. 5
Tahun 1960 Pokok-pokok Agraria Terkait dengan pengadaan lahan 2. Undang-Undang No. 4
Tahun 1985 Perikanan Terkait dengan kegiatan pemasangan pipa didasar laut 3. Undang-Undang No. 5
Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan Ekosistemnya Terkait dengan keberadaan berbagai ekosistemalam dan adanya Cagar Alam Bangkiriang di sekitar rencana kegiatan
4. Undang-Undang No. 14
Tahun 1992 Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan umumuntuk kegiatan proyek 5. Undang-Undang No. 21
Tahun 1992 Pelayaran Terkait dengan adanya rencana pengangkutanLNG dengan moda kapal laut 6. Undang-Undang No. 23
Tahun 1992
Kesehatan Terkait dengan pemeliharaan kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar rencana kegiatan
7. Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 Penataan Ruang Terkait dengan kesesuaian lokasi rencanakegiatan dengan tata ruang 8. Undang-Undang No. 5
Tahun 1994 Pengesahan Konvensi Internasionalmengenai Keanekaragaman Hayati Terkait dengan upaya pengelolaan keaneka-ragaman hayati yang ada di beberapa bagian lokasi proyek
9. Undang-Undang No. 1
Tahun 1995 Perseroan Terbatas Terkaitpemrakarsadengan status hukum institusi 10. Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup Terkait dengan arti penting Studi AMDAL 11. Undang-Undang No. 41
Tahun 1999 Kehutanan Terkait dengan keberadaan lahan yang akandigunakan oleh proyek yang dikuasasi oleh Departemen Kehutanan dan perkebunan
12. Undang-Undang No. 22
Tahun 2001 Minyak dan Gas Bumi Terkait dengan operasional usaha peminyakandan gas bumi 13. Undang-Undang No. 65
Tahun 2001 Pajak Daerah Terkait dengan kewajiban pemrakarsa untukmembayar pajak untuk daerah 14. Undang-Undang No. 20
Tahun 2002 Ketenagakerjaan Terkaitrekrutmen dan hak serta kewajiban pemrakarsadengan tatacara dan pengaturan terhadap tenaga kerja
15. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003
Badan Usaha Milik Negara Terkait dengan status pemrakarsa sebagai Badan Usaha Milik Negara
16. Undang-Undang No. 7
Tahun 2004 Sumberdaya Air Terkait dengan hubungan Pemrakarsa meng-gunakan sungai untuk kegiatan pemboran gas 17. Undang-Undang No. 16
Tahun 2004 Perikanan Terkait dengan hubungan pemrakarsa meng-gunakan air laut sebagai tempat pelabuhan gas 18. Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 Pemerintahan Daerah Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengankewenangan pemerintah daerah sebagai daerah otonom
19. Undang-Undang No. 33
B. PemerintahPeraturan
Republik Indonesia Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. PP No. 19 Tahun 1973 Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Terkait dengan tata cara pengaturan dan pengawasan untuk keselamatan kerja di bidang pertambangan
2. PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Terkait dengan keberadaan banyak sungai yang terpotong oleh pemasangan pipa dan peng-gunaan air sungai dalam kegiatan proyek. 3. PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan
moda angkutan darat yang digunakan dalam proyek
4. PP No. 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalulintas Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan prasarana dan lalulintas kendaraan darat yang digunakan dalam proyek
5. PP No. 47 Tahun 1997 Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tataruang 6. PP No. 62 Tahun 1998 Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintah di Bidang Kehutanan Kepada Daerah
Terkait adanya kemungkinan penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang kehutanan kepada daerah yang terkait dengan rencana kegiatan
7. PP No. 68 Tahun 1998 Konservasi Sumberdaya Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam Terkait dengan upaya konservasi di sekelilingwilayah studi 8. PP No. 85 Tahun 1999 Perubahan PP. No. 18 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Terkait dengan pengaturan dan pengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh rencana kegiatan
9. PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut Pengaturan dan pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut yang terkait dengan kegiatan di pantai
10. PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Terkait dengan arti penting pelaksanaan studiAMDAL 11. PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara Terkait dengan pengaturan dan pengendalian pencemaran udara yang mungkin ditimbulkan oleh rencana kegiatan
12. PP No. 82 Tahun 1999 Angkutan di Perairan Pengaturan dan pengawasan tentang lalulintas kapal laut yang digunakan dalam rencana kegiatan
13. PP No. 81 Tahun 2000 Kenavigasian Terkait dengan operasional dermaga 14. PP No. 150 Tahun
2000 Pengendalian Kerusakan Tanahuntuk Produksi Biomasa Terkait dengan pengaturan dan pengendaliankerusakan tanah yang ditimbulkan oleh proyek untuk produksi biomasa
15. PP No. 74 Tahun
2001 Pengelolaan Bahan Berbahayadan Beracun (B3) Terkait dengan pengaturan, penanganan danpengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh rencana kegitan
B. PemerintahPeraturan
Republik Indonesia Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
16. PP No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air Terkait dengan pengaturan dan pengelolaankualitas air dan pengendalian pencemaran air oleh rencana kegiatan, terutama pada tahap operasional.
17. PP No. 42 Tahun 2002 Badan Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi Terkait dengan hak dan kewajiban BadanPelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dalam pembinaan kegiatan migas oleh pemrakarsa.
18. PP No. 51 Tahun 2002 Perkapalan Terkait dengan operasional dermaga
19. PP No. 20 Tahun 2006 Irigasi Pengaturan dan pengawasan terhadap pem-boran yang akan mencemari irigasi masyarakat 20. PP No. 109 Tahun
2006 Penanggulangan Keadaan DaruratTumpahan Minyak di Laut Terkaittumpahan minyak di lautdengan upaya penanggulangan 21. PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan, Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Pengaturan yang terkait dengan adanya penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kegiatan migas
22. PP No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerin-tahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengan kewenangan Pemerintah Daerah
C. Keputusan Presiden
Republik Indonesia Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. Keppres No. 18 Tahun
1978 Ratifikasion Civil Liability for Oil PollutionInternational Convention
Damage1969 (CLC 1969)
Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan penanggulangan pencemaran minyak
2. Keppres No. 46 Tahun
1986 PengesahanPrevention of Pollution from ShipsConvention for the
(Marpol 1973/1978 Annex I & II)
Terkait dengan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran air laut yang diakibatkan oleh kegiatan lalulintas kapal laut
3. Keppres No. 32 tahun
1990 Pengelolaan Kawasan Lindung Terkaitkawasan lindung yang terpengaruh oleh rencanadengan pengaturan pengelolaan kegiatan.
4. Keppres No. 43 Tahun
1991 Konservasi Energi Terkait dengan upaya-upaya konservasi energiyang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam operasionalisasi proyek.
5. Keppres No. 102
Tahun 2006 Penanggulangan KeadaanDarurat Tumpahan Minyak di Laut
Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan penanggulangan pencemaran minyak
6. Perpres No. 65 Tahun
2006 Pengadaan Tanah BagiPelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pengaturan dan pengawasan pengadaan tanah bagi pemrakarsa yang terkait untuk kepentingan umum.
D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. Kep.Men Perhubungan
No. 215/N.506/PHB-87 Pengadaan Fasilitas PenampunganLimbah dari Kapal Terkait adanya kewajiban pemrakarsa untukmengadakan fasilitas penampungan limbah dari kapal-kapal.
2. Kep.Men.Neg Kependu-dukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MEN KLH/I/ 1988
Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan Terkait dengan batas Baku Mutu Lingkunganuntuk berbagai parameter lingkungan yang harus diacu oleh pemrakarsa
3. Kep.Men.Hub. No. KM
23 Tahun 1990 Usaha Salvage dan/atau PekerjaanBawah Air (PBA) Terkait dengan pekerjaan pemasangan pipa 4. Kep.Men Perhubungan
No. KM 86 Tahun 1990 Pencegahan Pencemaran Minyakdari Kapal-kapal Terkaitpengawasandengandan upaya-upayapencegahan pengaturan,terjadinya pencemaran minyak dari kapal-kapal.
5. Kep. MPE No.
06P/0746/M.PE/ 1991 Pemeriksaan Keselamat-an KerjaUntuk Instalasi, Peralatan, dan Teknis
Adanya kewajiban untuk melakukan pemeriksaan keselamatan kerja untuk instalasi, peralatan dan teknis secara rutin.
6. Kep. MNLH No.
Kep-35/ MENLH/10/1993 Ambang Batas Emisi Gas BuangKendaraan Bermotor Adanyakendaraan bermotor yang digunakan olehbatasan emisi gas buang bagi pemrakarsa
7. Kep.Men PU No.
63/PRT/ 1993 Batas Badan Sungai, Per-untukanSungai, Daerah Pengawasan Sungai dan Bekas Sungai
Terkait dengan pengaturan dan pengawasan penggunaan badan dan air sungai yang diguna-kan oleh pemrakarsa
8. Kep.Men Hub No. KM
67/ 1993 Tata Cara Pemeriksaan Teknik danLaik Jalan Kendaraan Bermotor di Jalan
Terkait dengan pemeriksaan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang digunakan oleh pemrakarsa
9. Kep.Men Hub No. KM
69/ 1993 Penyelenggaraan Angkutan Barangdi Jalan Adanya pedoman yang harus diikuti olehpemrakarsa dalam penyelenggaraan angkutan barang di jalan
10. Kep. MPE No. 103.K/
008/ MEM/ 1994 Pengawasan atas PelaksanaanRencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan Dalam Bidang Pertambangan dan Energi
RKL dan RPL nanti akan dilaksanakan dan dilaporkan dengan tertib oleh pemrakarsa, karena pelaksanaan dan laporan itu akan selalu dievaluasi oleh institusi pembina kegiatan migas.
11. Kep.Men LH No. 13/
MENLH/1995 Baku Mutu Emisi Sumber TidakBergerak Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ini akandiacu dalam setiap operasi alat non mobil yang mengeluarkan emisi
12. Kep. MNLH No.
Kep-48/ MENLH/ 11/1996 Baku Tingkat Kebisingan Baku mutu tingkat kebisingan ini akan diacudalam setiap operasi alat yang mengeluarkan kebisingan
D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
13. Kep. MNLH No.
Kep-49/ MENLH/ 11/1996 Baku Mutu Tingkat Getaran Baku mutu tingkat ini akan diacu dalam setiapoperasi alat atau kegiatan penyebab getaran. 14. Kep. MNLH No.
Kep-50/ MENLH/ 11/1996 Kebauan Baku mutu kebauan ini akan diacu dalam setiapoperasi kegiatan yang menimbulkan kebauan. 15. Kep. MPE No.
300.K/38/ M/ PE/ 1997 Keselamatan Kerja Pipa PenyalurMinyak dan Gas Bumi Pedomanpemrakarsa dalam pemasangan pipaini akan dijadikan acuan bagi 16. Kep. MESDM No. 1457
K/ 38/MEM/2000 Pedoman Teknis PengelolaanLingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi
Pedoman ini akan menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan Dokumen AMDAL
17. Kep.Men.Neg. LH No. 4
Tahun 2001 Kriteria Baku & PedomanPenentuan Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan
18. Kep.Men.Hub. No. KM
53 Tahun 2002 Tatanan Kepelabuhanan Terkait dengan operasional dermaga 19. Kep.Men.Hub. No. KM
55 Tahun 2002
Pengelolaan Pelabuhan Khusus Terkait dengan operasional dermaga 20. Kep.Men.Hub. No. KM
63 Tahun 2002 Organisasi Tata Kerja KantorPelabuhan (KANPEL) Terkait dengan operasional dermaga 21. Kep.Men.Kes. No. 876/
Men.Kes/SK/VII/2001 Pedoman Analisis DampakKesehatan Lingkungan Pedoman untuk mengkaji aspek kesehatanmasyarakat dalam AMDAL 22. Permen Kesehatan No.
416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Penga-wasanKualitas Air Bersih Terkaitkualitas air untuk keperluan domestikdengan syarat-syarat pengawasan 23. Kep. MNLH No. 112
Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik Terkait dengan pengaturan mutu air limbahdomestik yang keluar dari IPAL rencana kegiatan 24. Kep. MNLH No. 128
Tahun 2003 Tatacara dan Persyaratan TeknisPengelolaan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis
Pedoman ini akan digunakan oleh pemrakarsa dalam penanganan tanah yang kemungknan terkontaminasi oleh kegiatan
25. Kep. MNLH No. 129
Tahun 2003 Baku Mutu Emisi Usaha dan atauKegiatan Minyak dan Gas Bumi Pedoman ini akan dijadikan acuan dalam upayapengendalian emisi dari kegiatan operasional 26. Per.Men.Hut No.
19/Men.Hut-11/2004 Kolaborasi Pengelolaan KawasanSuaka Alam dan Pelestarian Alam Terkait dengan lokasi rencana kegiatan dengankawasan lindung 27. Per.Men.Hub. No. KM 7
Tahun 2005 Sarana Bantu Navigasi Pelayanan(SBNP) Terkait dengan operasional dermaga 28. Kep.Men.LH No. 51
Tahun 2004 Baku Mutu Air Laut Pedoman dalam pengelolaan kualitas air laut 29. Kep.MN.LH No. 45
Tahun 2005 Pedoman Penyusunan LaporanPelaksanaan RKL dan RPL Pedomanpelaksanaan RKL dan RPLdalam penyusunan laporan 30. Per. Men. Negara
Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Pedoman ini digunakan acuan dalam penyusunan dok. AMDAL
31. Kep.Men. PU No. 63
PRT Tahun 1993 Batas Badan Sungai, PeruntukanSungai, Daerah Pengawasan Sungai dan Bekas Sungai
Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam menjelaskan peruntukan sungai
D. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
32. Per. Men. Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006
Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Berdasarkan Peraturan ini rencana kegiatan PPGM termasuk dalam rencana kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL 33. Per.Men. ESDM No.
045 Tahun 2006 Pengelolaan Lumpur Bor, LimbahLumpur dan Serbuk Bor pada kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi
Sebagai acuan dalam pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur dan serbuk bor yang dihasilkan kegiatan ini
34. Per.Men.Hut No.
64/Men. Hut-11/2006 Perubahan Permen Hut No.P.14/MENHUT-II/2006 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Terkait dengan lokasi rencana kegiatan dengan kawasan hutan.
E. Keputusan/Pera-turan Kepala BPN, Bapedal dan lainnya
Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. Petunjuk Pelaksanaan No. Pol. Juklak 29/VII/1991
Pengawasan, Pengendalian dan Pengamanan Bahan Peledak Non Organik ABRI
Bahan peledak kemungkinan akan digunakan terutama dalam pelaksanaan konstruksi.
2. Peraturan Kepala BPN
No. 2 Tahun 1993 Tatacara Memperoleh Izin Lokasidan Hak-Hak Atas Tanah Untuk Perusahaan
Prosedur yang harus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanah untuk perusahaan
3. Keputusan Kepala BPN
No. 22 Tahun 1993 Petunjuk Peraturan Kepala BPN No.2 Tahun 1993 Petunjuk ini merupakan penjelasan dari tatacarayang harus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanah untuk perusahaan
4. Kep.Ka. Bapedal No.
56/ BAPEDAL/ 1994 Pedoman Mengenai UkuranDampak Penting Pedoman ini akan diacu untuk menentukandampak penting dalam studi AMDAL 5. Kep.Ka. Bapedal No.
01/ BAPEDAL/09/1995 Tatacara dan Persyaratan TeknisPenyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun – B3
Akan diacu oleh pemrakarsa dalam penyimpanan sementara dan pengumpulan limbah B3
6. Kep.Ka. Bapedal No.
02/ BAPEDAL/09/1995 Dokumen Limbah B3 Akanpenyimpanan dan penanganan Limbah B3diacu dalam sistem pelaporan 7. Kep.Ka. Bapedal No.
03/ BAPEDAL/09/1995 Persyaratan Teknis PengolahanLimbah B3 Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratanteknis pengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten.
8. Kep.Ka. Bapedal No.
04/BAPEDAL/09/1995 Tatacara PersyaratanPenimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratan teknis pengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten
E. Keputusan/Pera-turan Kepala BPN, Bapedal dan lainnya
Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
9. Kep.Ka. Bapedal No.
05/ BAPEDAL/09/1995 Simbol dan Label Limbah B3 Simbol dan Label Limbah B3 yang akan diacuoleh pemrakarsa 10. Kep.Ka. Bapedal No.
255/ BAPEDAL/01/1995Tata Cara & PersyaratanPenyimpanan dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Sebagai pedoman dalam pengelolaan minyak pelumas bekas
11. Kep.Ka. Bapedal No.
205/ 1996 Metode Pemantauan Emisi Udara Pedoman dan metodepemrakarsa dalam pelaksanaan pemantauanini akan diikuti oleh emisi udara akibat rencana kegiatan dan tertuang dalam dokumen RPL
12. Kep.Ka. Bapedal No.
229/11 /1996 Pedoman Teknis Kajian AspekSosial Dalam Penyusunan AMDAL Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangandalam proses penyusunan dok. AMDAL 13. Kep.Ka. Bapedal No.
255/BAPEDAL/08/ 1996Tatacara dan PersyaratanPenyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Prosedur ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalam mekanisme penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas
14. Kep.Ka BAPEDAL No.
124/12/ 1997 Panduan Kajian Aspek KesehatanMasyarakat Dalam Penyusunan AMDAL
Pedoman ini akan diacu dan untuk pertim-bangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL 15. Kep. Ka BAPEDAL No.
08 Tahun 2000 Keterlibatan Masyarakat danKeterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Pedoman ini diacu dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan konsultasi masyarakat
F. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah No. 2 Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Sulawesi Tengah Panduan dalam penetapan keterkaitan lokasirencana kegiatan dengan rencana tata ruang wilayah di daerah
G. Lain-lain Tentang Keterkaitan Dengan Rencana Kegiatan
1. Panduan Pengelolaan Lumpur Bor PERTAMINA-BPPKA Tahun 1994
Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam penanganan lumpur bor
2. Standard
Pertambangan Migas No. 50.54. 2-1994
Sistem Perpipaan Transmisi dan
Distribusi Gas Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalampembangunan dan pemeliharaan sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas
3. Codes and Standards Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsan dalam
pelaksanaan kegiatan dalam proyek PGM. (Lihat Lampiran 8)
4. Protokol 1996 atas Konvensi tentang Pen-cegahan Pencemaran Laut oleh Dumping Limbah dan Bahan lain, 1972 dan Resolusi yang diadopsi oleh Sidang Khusus
Pedoman dalam upaya pencegahan pencemaran laut oleh berbagai bahan pencemar