BAB 8
BAB 8
EVALUASI
EVALUASI DAN ANALI
DAN ANALISA KEAMANANAN PARTI
SA KEAMANANAN PARTIAL
AL
UMUM UMUM
Guna menyimpulkan status keamanan bendungan yang sesuai dengan Pedoman Guna menyimpulkan status keamanan bendungan yang sesuai dengan Pedoman Inspek
Inspeksi dan si dan EvaluaEvaluasi Keamanan si Keamanan Bendungan, maka harus Bendungan, maka harus melakukamelakukan n analianalisa sa dandan evaluasi kondisi bendungan terlebih dahulu terhadap aspek-aspek
evaluasi kondisi bendungan terlebih dahulu terhadap aspek-aspek sebagai berikut:sebagai berikut: 1.
1. HidrologiHidrologi 2.
2. InstrumentasiInstrumentasi 3.
3. Keamanan Struktur Keamanan Struktur 4.
4. Peralatan Hidromekanik dan ElektromekanikPeralatan Hidromekanik dan Elektromekanik 5.
5. Manajemen Operasi, Pemeliharan dan PemantauanManajemen Operasi, Pemeliharan dan Pemantauan 6.
6. Recana Tindak DaruratRecana Tindak Darurat 7.
7. LingkunganLingkungan Dari
Dari masimasing-ng-masimasing ng anaanalilisa sa dan dan evaevalualuasi si tertersebusebut t mungkmungkin in ditditemukaemukan n potpotensiensi baha
bahaya ya terterhadahadap p tutubuh buh bendbendungaungan. n. SehiSehingga ngga hasihasil l masinmasing-masg-masining g analanalisa isa dandan evaluasi tersebut
evaluasi tersebut digunakan sebagai dasar mengevaluasi keamdigunakan sebagai dasar mengevaluasi keam anan bendungan.anan bendungan.
ANALISI
ANALISIS DAN EVALUASI HIDROLOGS DAN EVALUASI HIDROLOG II 8
8..22..11 UUmm uumm A
Annalalisisa a dada n n eevava luluasas i i hihidrdr olologog i i inini i mm enen ccakak uup p hhalal-h-h aal l sese baba gaga i i bebe ririkuku t t :: 1.
1. Hidrologi, meliputi: debit banjiHidrologi, meliputi: debit banjir dan r dan sedimentasi.sedimentasi. 2.
2. Sistim telemetri mSistim telemetri m onitorionitoring hidrologi.ng hidrologi. 3.
3. Sistim peringatan dini (Sistim peringatan dini (warning systemwarning system).). 8
8..22..22 AAnnaalliissiis Ds Daan En Evvaalluuaassi i HHiiddrroollooggii 1.
1. DebiDebit t banjbanjir ir a
a.. UUmm uumm
Bendungan Salomekko memiliki luas daerah pengaliran seluas 13,2 km Bendungan Salomekko memiliki luas daerah pengaliran seluas 13,2 km22
yan
yang g mana mana di di daldalamnya amnya terterdapadapat t stastasiusiun n hujhujanteterdeanrdekat kat dengdengan an DASDAS Bend
Bendungaungan n SalSalomekkomekko o yaiyaitutuStaStasiusiun n PalPalattattae, ae, BirBiringingere ere dan dan CaminCaming.g. A
Annalalisisisis dan dan evaevaluluasi asi debidebit t banbanjijir dildilakukan r akukan berdasaberdasarkan rkan teorteori i empiriempiriss deng
har
harian ian untuntuk uk DAS DAS BenduBendungannganSalomekko (Sta. Palattae, Sta. BiringereSalomekko (Sta. Palattae, Sta. Biringere dan Sta. Caming). Peta stasiun curah hujan DAS
dan Sta. Caming). Peta stasiun curah hujan DAS Salomekko dapat diliSalomekko dapat dilihathat pada
pada Gambar-8.1Gambar-8.1.. Cura
Curah h hujhujan an desadesain in untuntuk uk perperioiode de ulaulang ng tetertrtententu u secasecara ra ststatiatististic c dapadapatt diperkirakan berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan diperkirakan berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan ((maximaximum mum annuannual al serserieiess) jangka panjang (> 20 tahun) dengan analisis) jangka panjang (> 20 tahun) dengan analisis distri
distribusi frekuensi. Curah hujan busi frekuensi. Curah hujan desain ini biasanya dihitung untuk periodedesain ini biasanya dihitung untuk periode ulang tertentu (5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 tahun).
ulang tertentu (5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 tahun). Dis
Disampiamping ng curcurah ah hujhujan an desadesain in dendengan gan perperiodiode e ulaulang ng tetersersebut but di di ataatas,s, unt
untuk uk kepekeperlrluan uan desadesain in banbangunagunan n pelpelimpimpah ah perperlu lu dihdihititung ung pulpula a curcurahah hujan maksi
hujan maksimum mum boleh jadi (boleh jadi (CMB) atau “CMB) atau “Probable Maximum PrecipitationProbable Maximum Precipitation”” (PMP).
(PMP). U n t
U n tu k u k e ve va la lu au as i s i k ek ea m aa m an an an n B eB en dn du nu ng ag an n S aS allo m eo m ek kk ko o m a km a ka a d id illa ka ku ku ka na n perhi
perhitungan tungan dengan menggunakdengan menggunakan an StasiStasiun Camming berdun Camming berdasarkan datasarkan dataa perencanaan ditambah data pengamatan
perencanaan ditambah data pengamatantahuntahun1988 s.d 2010.1988 s.d 2010. Dan
Dan sebagai pembanding sebagai pembanding dildilakukan analisiakukan analisis s berdasaberdasarkan stasiun curahrkan stasiun curah hu
hujajan n ttererdekdekat at yayaititu u Sta. aSt. PalPalatattetea a dandanSta.Sta.Salomekko Salomekko dengan dengan datadata pengamatan selama 2
har
harian ian untuntuk uk DAS DAS BenduBendungannganSalomekko (Sta. Palattae, Sta. BiringereSalomekko (Sta. Palattae, Sta. Biringere dan Sta. Caming). Peta stasiun curah hujan DAS
dan Sta. Caming). Peta stasiun curah hujan DAS Salomekko dapat diliSalomekko dapat dilihathat pada
pada Gambar-8.1Gambar-8.1.. Cura
Curah h hujhujan an desadesain in untuntuk uk perperioiode de ulaulang ng tetertrtententu u secasecara ra ststatiatististic c dapadapatt diperkirakan berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan diperkirakan berdasarkan seri data curah hujan harian maksimum tahunan ((maximaximum mum annuannual al serserieiess) jangka panjang (> 20 tahun) dengan analisis) jangka panjang (> 20 tahun) dengan analisis distri
distribusi frekuensi. Curah hujan busi frekuensi. Curah hujan desain ini biasanya dihitung untuk periodedesain ini biasanya dihitung untuk periode ulang tertentu (5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 tahun).
ulang tertentu (5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 tahun). Dis
Disampiamping ng curcurah ah hujhujan an desadesain in dendengan gan perperiodiode e ulaulang ng tetersersebut but di di ataatas,s, unt
untuk uk kepekeperlrluan uan desadesain in banbangunagunan n pelpelimpimpah ah perperlu lu dihdihititung ung pulpula a curcurahah hujan maksi
hujan maksimum mum boleh jadi (boleh jadi (CMB) atau “CMB) atau “Probable Maximum PrecipitationProbable Maximum Precipitation”” (PMP).
(PMP). U n t
U n tu k u k e ve va la lu au as i s i k ek ea m aa m an an an n B eB en dn du nu ng ag an n S aS allo m eo m ek kk ko o m a km a ka a d id illa ka ku ku ka na n perhi
perhitungan tungan dengan menggunakdengan menggunakan an StasiStasiun Camming berdun Camming berdasarkan datasarkan dataa perencanaan ditambah data pengamatan
perencanaan ditambah data pengamatantahuntahun1988 s.d 2010.1988 s.d 2010. Dan
Dan sebagai pembanding sebagai pembanding dildilakukan analisiakukan analisis s berdasaberdasarkan stasiun curahrkan stasiun curah hu
hujajan n ttererdekdekat at yayaititu u Sta. aSt. PalPalatattetea a dandanSta.Sta.Salomekko Salomekko dengan dengan datadata pengamatan selama 2
Gambar-8.1 Lokasi Stasi
Hasil perhitunganPMP ada lah sebagai berikut :
Tabel 8-1 Perbandingan Curah Hujan Rancangan Bendungan Salomekko
KALA ULANG
CURAH HUJAN RANCANGAN (mm) ST. CAMMING (Desain) ST. CAMMING (Evaluasi) ST. PALLATEA + SALOMEKKO 10 255 205.40 193.42 25 270 260.82 218.43 50 310 305.31 235.79 100 355 352.54 252.23 1000 53 0 533.42 302.54 PM P 1.020 1011.66 504.60 b . P er hit un ga n de bi t ba nj ir
Karena tidak tersedianya data banjir di lokasi bendungan, maka untuk perhitungan hidrograf banjir digunakan hidrograf satuan sintetik. Dalam studi ini dilakukan perhitungan hidrograf banjir dengan metode hidrograf satuan sintetik Nakayasu untuk membandingkan besaran debit banjir rancangan dengan s tudi terdahulu, pada Sta. Camm ing.
Setelah melakukan analisis hidrograf satuan m aka kemudian dilakukan analisis hidrograf banjir rancangan untuk berbagai kala ulang. Debit banjir rencana untuk berbagai ka la ulang seperti padaTabel 8-2.
Sedangkanperhitungan hidrograf satuan sintetik hingga menjadi h idrograf banjir rancangan secara lengkap d apat dilihat padaLaporan Pendukung : Laporan Evaluasi dan Analisis Hidrologi.
Tabel 8-2 Debit Banjir Rancangan Bendungan Salomekko (Sta. Camming) KALA ULANG DE BIT BANJIR(m3 /dt) Desain Evaluasi 10 116 115 25 159 145 50 189 170 100 224 192 1000 356 293 PMF 743 715
Hidrograf banjir rencana Bendungan Salomekko seperti padaGambar-8.2 beikut:
c. Hasil Penelusuran Banjir
Routing banjir dilakukan berdasarkan data-data curah hujan stasiun Camming. Hasil perhitungan dan grafik untuk banjir rencana 1000 tahun dan PMF masing-masing da pat dilihat padaTabel 8-3dan Tabel 8-4 serta
Gambar-8.3.dan Gambar-8.4berikut:
1) Routing 1000 tahun
Data Routing Q 1000 (Tampungan 50%)
Routing
Tipe : Ambang
At : 0.25 jam
El. Mercu : 76.00 m
Tabel 8-3 Routing B anjir 1000 Tahun
No. t (jam) I (m3 /dt) ( I1+I2 ) / 2 (m3 /dt) y (m3 /dt) j (m3 /dt) H (m) Q (m3 /dt) H (m) 0 0.00 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 76.00 1 0.25 40.10 21.55 0.00 0.00 0.95 40.10 76.95 2 0.50 77.21 58.66 9514.36 9573.02 0.97 41.67 76.97 3 0.75 147.15 112.18 9531.35 9643.53 1.06 47.80 77.06 4 1.00 217.09 182.12 9595.73 9777.86 1.24 60.19 77.24 5 1.25 255.09 236.09 9717.67 9953.76 1.47 77.72 77.47 6 1.50 293.10 274.10 9876.04 10150.14 1.73 98.89 77.73 7 1.75 267.50 280.30 10051.25 10331.55 1.96 119.82 77.96 8 2.00 241.91 254.71 10211.73 10466.44 2.14 136.17 78.14 9 2.25 217.19 229.55 10330.27 10559.82 2.26 147.87 78.26 10 2.50 192.48 204.84 10411.95 10616.79 2.33 155.15 78.33 11 2.75 176.89 184.68 10461.64 10646.32 2.37 158.97 78.37 12 3.00 161.29 169.09 10487.35 10656.44 2.38 160.28 78.38 13 3.25 141.38 151.34 10496.16 10647.50 2.37 159.12 78.37 14 3.50 121.47 131.43 10488.38 10619.81 2.33 155.54 78.33 15 3.75 102.41 111.94 10464.27 10576.21 2.28 149.95 78.28 16 4.00 83.35 92.88 10426.26 10519.14 2.20 142.72 78.20 17 4.25 71.25 77.30 10376.43 10453.73 2.12 134.59 78.12 18 4.50 59.14 65.20 10319.13 10384.33 2.03 126.14 78.03
No. t (jam) I (m3 /dt) ( I1+I2 ) / 2 (m3 /dt) y (m3 /dt) j (m3 /dt) H (m) Q (m3 /dt) H (m) 19 4.75 52.24 55.69 10258.19 10313.88 1.94 117.73 77.94 20 5.00 45.33 48.78 10196.16 10244.94 1.85 109.67 77.85 21 5.25 39.64 42.48 10135.27 10177.75 1.76 101.99 77.76 22 5.50 33.94 36.79 10075.75 10112.54 1.68 94.71 77.68 23 5.75 30.26 32.10 10017.83 10049.93 1.60 87.87 77.60 24 6.00 26.57 28.42 9962.07 9990.48 1.52 81.55 77.52 25 6.25 23.64 25.11 9908.94 9934.05 1.44 75.69 77.44 26 6.50 20.71 22.17 9858.36 9880.53 1.37 70.25 77.37 27 6.75 18.23 19.47 9810.28 9829.75 1.31 65.19 77.31 28 7.00 15.75 16.99 9764.56 9781.55 1.24 60.54 77.24 29 7.25 14.08 14.92 9721.01 9735.92 1.18 56.21 77.18 30 7.50 12.41 13.25 9679.71 9692.96 1.13 52.25 77.13
Gambar-8.3 Grafik Hubungan Outflow dan Inflow Bendungan Salomekko (Debit Banjir 1000 Tahun)
2) Routing PMF
Data Routing Q pmf (Tampungan 50%) Routing
Tipe : Ambang
At : 0.50 jam
El. Mercu : 76.00 m
Tabel 8-4 Routing Banjir PMF
No. t (jam) I (m3 /dt) (I1+I2) / 2 (m3 /dt) (m3 /dt) (m3 /dt) H (m) Q (m3 /dt) H (m) 0 0.00 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 76.00 1 0.50 185.10 94.05 0.00 0.00 2.36 185.10 78.36 2 1.00 528.58 356.84 5187.91 5544.75 2.70 285.75 78.70 3 1.50 715.59 622.08 5258.99 5881.08 3.29 527.72 79.29 4 2.00 590.47 653.03 5353.36 6006.39 3.49 629.70 79.49 5 2.50 469.26 529.87 5376.69 5906.56 3.33 547.92 79.33 6 3.00 392.60 430.93 5358.64 5789.57 3.13 456.99 79.13 7 3.50 294.60 343.60 5332.58 5676.18 2.94 374.21 78.94 8 4.00 200.74 247.67 5301.97 5549.64 2.70 288.89 78.70 9 4.50 141.16 170.95 5260.75 5431.70 2.48 217.34 78.48 10 5.00 107.16 124.16 5214.36 5338.52 2.29 168.07 78.29 11 5.50 79.14 93.15 5170.44 5263.59 2.13 135.03 78.13 12 6.00 61.01 70.07 5128.56 5198.63 1.98 112.18 77.98 13 6.50 46.56 53.79 5086.45 5140.24 1.84 99.56 77.84 14 7.00 34.38 40.47 5040.68 5081.15 1.69 87.30 77.69 15 7.50 26.17 30.27 4993.85 5024.12 1.55 75.94 77.55 16 8.00 22.60 24.38 4948.18 4972.56 1.42 66.14 77.42 17 8.50 17.30 19.95 4906.42 4926.37 1.30 57.93 77.30 18 9.00 12.22 14.76 4868.44 4883.20 1.20 50.39 77.20 19 9.50 10.48 11.35 4832.81 4844.16 1.10 44.16 77.10 20 10.00 9.47 9.98 4800.00 4809.98 1.01 38.70 77.01 21 10.50 8.65 9.06 4771.27 4780.33 0.93 34.32 76.93 22 11.00 5.18 6.92 4746.01 4752.93 0.86 30.32 76.86 23 11.50 4.38 4.78 4722.60 4727.39 0.80 26.61 76.80 24 12.00 3.82 4.10 4700.78 4704.89 0.74 23.80 76.74
Data Routing Q pmf (Tampungan 50%) No. t (jam) I (m3 /dt) (I1+I2) / 2 (m3 /dt) (m3 /dt) (m3 /dt) H (m) Q (m3 /dt) H (m) 25 12.50 3.38 3.60 4681.09 4684.69 0.69 21.28 76.69 26 13.00 3.00 3.19 4663.41 4666.60 0.64 19.02 76.64 27 13.50 3.00 3.00 4647.58 4650.58 0.60 17.02 76.60 28 14.00 3.00 3.00 4633.55 4636.55 0.56 15.58 76.56 29 14.50 3.00 3.00 4620.98 4623.98 0.53 14.28 76.53 30 15.00 3.00 3.00 4609.70 4612.70 0.50 13.11 76.50
Gambar-8.4 Grafik Hubungan Outflow dan Inflow Bendungan Salomekko (Debit Banjir PMF )
d. Hasil evaluasi dan an alisis
Bendungan Salomekko direncanakan mampu untuk melewatkan banjir maksimum boleh jadi (QPM F) s e b e s a r 7 4 3 m3/dt. Sedangkan dari hasil
perhitungan debit banjir rencana untuk PMF sebesar 715 m3/dt, sehingga
kondisi masih aman terhadap kapasitas maksimum bangunan pelimpah. e . S ara n d an rek om en da si
Mengingat sampai dengan saat ini belum ada stasiun pengamat hujan yang ada di daerah pengaliran bendungan maka diperlukan stasiun pengukuran curah hujanyang sekaligus akan brfungsi sebagai sarana untuk peringatan dini ba njir.
Disamping pencatatan pada debit banjir dengan periode jam-jam perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi tentang pola (hydrograf) banjir yang terjadi.
2. Sedimentasi a. Analisis dan evaluasi
Analisis dan ev alua si sed im entasi be rtuj ua n un tuk men ge va luasi ap aka h us ia gu na / um ur (life-time) waduk yang direncanakan masih dapat dicapai berdasarkan laju sedimentasi yang masuk ke waduk.
Umumnya yang perlu diketahui adalah kapan tampungan mati waduk akan dipenuhi sedimen, karena hal ini dapat mengganggu operasi waduk terutama dalam rangka memenuhi tujuan utama pembangunan waduk. Menetapkan umur layanan waduk, lebih dulu harus diketahui pola sebaran pengendapan sedimen di waduk.
Sedimen yang terbawa aliran masuk kedalam waduk, kenyataannya tidak a ka n l an gs un g d ie nd ap ka n d i ta m pu ng an m a ti w ad uk , n am u n a ka n diendapkan tersebar melalui bagian hulu dimulut waduk sampai bagian hulu membentuk delta, sedang material yang lebih halus akan terbawa aliran dan diendapkan semakin jauh ke bagian hilir waduk.
P ad a w a du k k ec il , s ed im e n y an g m a su k k ed ala m d ap at d ia ng ga p langsung diendapkan secara merata di bagian tampungan mati. Namun bagi waduk besar, umur layanan waduk harus diperkirakan berdasarkan s ej um la h s ed im e n y an g m a su k k e w a du k y an g d ie nd ap ka n s ec ar a tersebar mulai dari bagian hulu waduk sampai bagian hililr di tampungan
mati. Penyebaran sedimen di waduk sangat tergantung pada faktor-faktor berikut :
1) Sistem operasi waduk, 2) Bentuk waduk,
3) Ukuran dan tekstur partikel sedimen, 4) Volume sediment
Hasil pengukuran sedimentasi (Echo Sounding ) serta hasil pengukuran topografi permukaan waduk be rikut:
Berdasarkan hasil pengukuran pada tahun 2011 maka terjadi perubahan volume sedimen pada kondisi waduk normal dibandingkan dengan hasil pengukuran pada saat awal operasi (1998) yaitu sebesar 140.000 m3.
Dengan demikian selama operasional volume waduk telah berkurang sebesar 140.000 m3 atau 10.770 m3/tahun ( dengan perhitungan selama 13 tahun) lebih rendah dari yang direncanakan sebesar 22.178 m3 /tahun. D e ng an p en de ka ta n p ola p er hitu ng an tin gk at e ro si s ep er ti d ala m perencanaan m aka tingkat erosi adalah 0,73 mm /tahun.
Dengan demikian dari sisi sedimentasi kondisi waduk m asih cukup aman khususnya kapasitas wadu k untuk mereduksi banjir tidak berkurang.
8.2 .3 An alisis Dan Eva lu as i S istem Tele metri M on ito rin g H id ro lo gi 1. U mum
Sistim telemetering bendungan belum terpasang. Analisis dan evaluasi hanya dilakukan pada p eralatan hidroklimatologi saja.
Hasil pengamatan visual pada peralatan hidroklimatologi bendungan adalah sebagai berikut:
a. K on dis i lo ka si s ta siu n c urah huja n y ang tidak te raw at d an b an yak ditumbuhi oleh semak-semak.
b. Kondisi peralatan yang tidak terpelihara dengan baik. 2. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut : a. Telemetering system tidak ada.
b. Peralatan hidroklimatologi dalam kondisi tidak terawat dan belum berfungsi dengan baik.
c . S is te m p en girim an d ata , tid ak da pa t d is ajik an d en ga n b aik d an s es ua i dengan kebutuhan operasi dan pemeliharaan bendungan.
3. Rekomendasi
a . P em a sa ng an i ns tr um e n te le m et ri s ep er ti s ta siu n cu ra h h uj an o to ma tis dan pos duga muka air otomatis (AWLR) diperlukan untuk perkiraan banjir dan kalibrasi dalam rangka kegiatan m onitoring hidrologi (debit banjir) dan evaluasi kapasitas bangunan pelimpah banjirnya seiring dengan tendensi meningkatnya debit banjir pasca konstruksi sebagai akibat dari terjadinya perubahan tata guna lahan di DAS Salomekko.
b . O p er as i d a n p em e lih ar aa n p er ala ta n h id ro klim a to lo gi h ar us d ila ku ka n secara berkala, sehingga pengukuran atau pencacatan data baik hidrologi maupun klimatologi dapat terlaksana dengan baik dan data dapat tersajikan sesuai dengan kebutuhan.
c. Sistem pengamanan peralatan perlu ditingkatkan dengan m elibatkan Muspika setempat serta lebih seringnya dilakukan sosialisasi kepada penduduk setempat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manfaat serta akibat yang ditimbulkannya jika instrument bendungan tersebut hilang/dicuri.
Analisis Dan Evaluasi Sistem Peringatan D ini (Warning System) 1. U mum
Peralatan warning system juga system telemetering tidak tersedia. 2. Hasil inspeksi
Peralatan sistem peringatan dini tidak ditemukan, sehingga inspeksi terhadap peralatan tersebut tidak dapat dilakukan.
3. Kesimpulan
Karena warning systemtidak tersedia, maka jika terjadi banjir yang akan m elim pah m ela lu i ba ngu na n p elim pah tida k da pat d ia ntis ipa si dan diinformasikan kepada penduduk yang a da di hilir waduk.
4. Rekomendasi
a. Sebagai penggantiwarning systemdapat digunakan sireneyang di pasang di
kemungkinan membahayakan masyarakat di hilir petugas mengetahui terlebih dahulu, yang kemudian diinformasikan kepada masyarakat di hilir.. b. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka merekondisiwarning system
adalah:
1) Melakukan studiwarning system. 2) Desain warning system.
c. P engadaan fasilitas warning system yang lebih m udah dalam pemeliharaannya.
d. Pelatihan.
ANALISIS DAN EVALUASI DATA PEM BACAAN INSTRUMENTASI 8 .3 .1 P em bac aan P iezo meter
Berdasarkan laporan dan inspeksi di lapangan dari 9 (sembilan) buah Piezometer yang ada di bendungan utama 2 buah ( yaitu P7 dan P 8) dilaporkan rusak.
Sedangkan piezometer yang dipasang di bendungan pelana sebanyak 5 buah semuanya dalam kondisi rusak.
Seperti dilaporkan “Evaluasi Perilaku Bendungan Salomekko pada saat Pengisisian Pertama“ (PT. Puri Fajar Mandiri, Januari 2000) yaitu 2 tahun setelah beroperasi dari 9 buah piezometer yang terpasang di bendungan utama hanya 2 buah (P1 dan P2) yang terbaca dengan baik dan m enunjukkan adanya respon terhadap fluktuasi kenaikan muka air wad uk, walaupun sangat kecil dan tidak menunjukkan pola yang seirama. Sedangkan lainnya menunjukkan angka nol.
Hasil dan perhitungan pembacaan piezoemeter pada tahun 2011seperti padaTabel
8- 2. Sedangkan grafik hubungan antara elevasi muka air waduk dan elevasi muka air piezometer Bendungan Salom ekko adalah sebagai berikut :
Gambar-8.5 GrafikHubungan Antara EL.MA Waduk & El. MA Piezometer Tahun 2011
di Main Dam Bendungan Salomekko
1. Hasil evaluasi a. Main Dam
- Kondisi piezemeter no P7 dan P8 rusak,P9 hanya terbaca beberapa saat
sedangkan waktu lainnya nol.
- Dari hasil pembacaan P1, P 2, P3, P4, P5, P6 hanya P4 yang
m e mb er ik an in fo rm a si r es po n t er ha da p k on dis i m u ka a ir d i w ad uk sedangkan di lokasi lainnya hasil pembacaan ada beberapa saat muka air menuunjukan diatas muka air waduk.
b. Be nd unga nPe lan a K anan
- Kondisipiezometer yang ada di bendungan pelana semua rusak.
2. Kesimpulan
a. Jadwal pengukuran belum dilakukan secara rutin.
b. Data yang ada di lokasi tidak lengkap. 3. Rekomendasi
Mengganti fungsi peralatan piezometer dengan stand pipe di 2 (dua) titik, lokasi dekat degan OP7A dan OP 7B.
Tabel 8-5 Pembacaan Piezometer Bendungan Salomekko-Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Tahun 2011
Rembesan (Seepage) 1. Hasil evaluasi
Pemantauan seepage di titik-titik seperti: main dam, saddle dam pada kondisi normal, naik turunnya debit (Q) pada V-Notch dipengaruhi oleh elevasi muka air waduk dan tingginya curah hujan.Dari hasil pengamatan besarnya debit berkisar antara 1,20 s.d 1,70 l/dt.
2. Kesimpulan
Pondasi dan tubuh main dam dan saddle dam tidak terdapat rembesan yang sangat berarti dan mempengaruhi stabilitas keamanan bendun gan.
3. Saran/rekomendasi
Sistem pencegahan terhadap rembesan perlu diefektifkan kembali guna menjaga stabilitas keamanan be ndungan.
8 .3 .3 S et tl em e nt S u r ve y 1 . T uj ua n
Pelaksanaan pengukuran/settlement point bertujuan untuk mengukur penurunan tubuh bendungan.
2. Berdasarkanhasil pengukuran penurunan yang terjadi berkisar antara 5-20 cm di bendungan utama dimana pada puncak bendungan angka penurunan berkisar antara 12 – 20 cm sedangkan padapelana kanan4 – 20 cm. Dengan standar penurunan 1% dari tinggi (tinggi bendungan maks. 30 m) maka batas toleransi penurunan adalah 30 cm. Dengan demikian penurunan yang terjadi masih dalam batas normal. Dari sisi elevasi dari titik setlement yang berada di puncak bendungan m asih berada di atas rencana elevasi puncak bendungan ( El. 80.00) sehingga m asih aman.
ANALISIS DAN EVALUASI KEAMANAN STRUKTU R 8.4.1 Umum
Analisis dan eva lu as i ke am an an struktur ba ngu nan Bend ung an Salomekk o dilakukan dengan uji coba beton (Smiths Hammer Test ), pada lokasi : dinding
p elim p ah d an l an ta i p elim p ah . S ed an gk an p ad a lo ka si y an g la in , k ar en a keterbatasan waktu pelaksanaan, evaluasi hanya dilakukan dengan pengamatan secara visual di lapangan.
8.4.2 Hasil Uji Test Beton
Perhitungan test beton untuk lokasi dinding pelimpah dalam kondisi kurang normal, sedangkan pa da lantai pelimpah dalam kondisi normal. Da ri hasil evaluasi jenis dan struktur beton dapat diperkirakan bahwa pada dinding pelimpah kurang kokoh karena tidak memenuhi syarat beton K175, sedangkan pada lantai pelimpah kokoh dan stabil sehingga menjamin tidak terjadi penurunan dan cuku p kedap air.
8 .4 .3 T u bu h B en d un g an 1. Puncak bendungan
a. Tidak ditemukan retakan ataupun gelombang yang mengindikasikan adanya punurunan/settlement
b. Tiang-tiang listrik tetap tegak, namun kondisi rusak kabel-kabel terkelupas sehingga tidak ada penerangan.
c. Pada aspal permukaan jalan rata, sedikit ada kerusakan aspal jalan namun tidak dijumpai retakan baik melintang maupun mem anjang as jalan.
Maka secara visual, hal ini menunjukkan bahwa puncak bendungan dalam kondisi stabil.
2 . L er en g hilir
a. Pada kondisi fisik teknis dari hasil inspeksi lapangan visual tidak ditemukan penggelemb ungan dan cekungan serta tidak ada batu berserakan.
b. Kondisi stabil menunjukkan keberhasilan pelaksanaan, terpenuhi syarat gradasi batuan dan dengan cara penyiraman air bertekanan tinggi dan pemadatan, ruang pori antara batuan telah terisi padat dengan batuan bergradasi kecil.
3 . L er en g h ulu
a. Dari hasil inspeksi dilapangan secara visual pada lereng hulu bendungan tidak nampak adanya penurunan, permukaan lereng hulu relatif masih dalam keadaan rata.
b. Pada lereng hulu juga tidak ditemukan tanda-tanda retakan atau longsoran, hal ini menunjukkan bahwa lereng bagian hulu relatif dalam keadaan baik. c. Concrete face dalam keadaan kondisi stabil dan kedap air. Sambungan
masih homogin.
d. K on dis i c on cr ete s ta bil m en an da ka n k es ta bila n e mb an km en t z on e penyangga dan filter, yang berarti keberhasilan pelaksanaan penimbunan memenuhi syarat desain.
K on dis i t ub uh b en du ng an , h as il e va lu as i d ar i m a sin g- m as in g p un ca k bendungan, lereng hilir, lereng hulu dan embankment zones menyimpulkan
bahwa tubuh bendungan secara keseluruhan dalam kondisi stabil dan m asing-masing bagian berfungsi sesuai desain.
8.4.4 Bangunan Pelimpah (Spillway )
Bangunan pelimpah terdiri dari bagian-bagian: saluran pengarah aliran, saluran pengatur aliran, saluran peluncur dan peredam e nergi.
Dari hasil pemeriksaan secara visual diketahui bahwa kondisi dinding pelimpah mengalami kekeroposan sampai terlihat tulangannya dan hasil ujihammer test
struktur beton tidak memenuhi standart baku mutu yang disyaratkan yaitu K175, namun m asih dalam kondisi normal dan tidak terdapat kebocoran.
8.4.5 Bangunan Pengeluaran Bawah (Bottom Outlet )
Pada kondisi fisik teknis, hasil inspeksi lapangan visual tidak menemukan retakan ataupun bocoran, namun banyak ditumbuhi semak dan tanaman keras.
8.4.6 Abu tm ent
Kondisi fisik teknis abutment kanan maupun kiri, hasil inspeksi lapangan visual tidak menemukan tanda-tanda potensi bahaya seperti retakan ataupun bocoran.
8.4.7 Bangunan Terowongan/Conduit
Kondisi fisik teknis terowongan hasil inspeksi menemukan adanya aliran air di dalam terowongan.
8.4.8 Saluran Drainasi di Kaki Bendungan
Kondisi fisik teknis saluran drainasi di kaki bendungan hasil inspeksi secara visual menem ukan remb esan atau daerah basah d i dua lokasi, yaitu: 1 (satu) titik dibekas sungai lama dan 1 (satu) titik dikaki pelana kanan.
8 .4 .9 B an gu na n V -N otc h
Kondisi fisik teknis bangunan kolam penampungan rembesan dan alat ukur V-Notch dalam kondisi cukup baik, tidak terdapat retakan, namun perlu pemeliharaan dan pengamanan dengan dipasang pagar dan rambu larangan.
8.4.10 Bangunan Talang Air
Kondisi fisik teknis bangunan talang air tidak menem ukan tanda-tanda retakan atau bocoran.
8.4.11 Bangunan Syphon
Kondisi fisik teknis bangunan menemukan tanda-tanda rembesan atau daerah basah, hal ini perlu dicari penyebab dari rembesan tersebut.
8.4.12 Jalan Hantar ( Acce ss Road )
Tidak ada handrail di sepanjang jalan sehingga digunakan oleh penduduk setempat untuk menggembala ternak.
8.4.13 Kolam, Pelimpah Samping dan Pintu Irigasi
Kondisi fisik teknis bangunan kolam olakan dan pelimpah samping dalam keadaan baik, namun pada pintu irigasi (house hydraulic ) bocor, panel pintu operasi dan pintu darurat tidak berfungsi dan perlu perbaikan.
8.4.14 Waduk dan Lereng Sekeliling Waduk
a. Kondisi sabuk hijau waduk perlu diperhatikan kekerapatan pepohonan yang ada karena hal ini akan berpengaruh pada kecepatan sedimentasi yang berasal dari erosi lereng.
b. Tidak ditemukan keramba ikan.
c. Tidak ditemukan peralatan pemeriksaan lereng disekeliling waduk seperti perahu.
d. Tidak ditemukan warung-warung liar disekitar waduk.
e. Tidak ditemukan peralatan keamanan dan keselamatan seperti K3seperti pelampung.
ANALISIS DAN EVALUASI STABILITAS KEAMANAN BENDU NGAN Umum
Berdasarkan hasil kajian terhadap fisik bendungan yang didasarkan kepada pengamatan di lapangan serta evaluasi terhadap tubuh bendungan pada kondisi purna laksana, maka dilakukan evaluasi stabilitas keamanan bendungan, analisa stabilitas bendungan dengan menggunakan koefisien gempa sesuai dengan Peta
Zona G empa untuk Perencanaan Bangunan T ahan Gempa, Puslitbang Pengairan 1996.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada laporan dan studi-studi terdahulu, yaitu dari Konsultan Nippon Koei Co. L td.
Untuk memudahkan pengerjaan analisa stabilitas maka digunakan perangkat lunak komputer GeoStudio. GeoStudio adalah suatu program analisa keseimbangan batas, yang dapat menganalisa permukaan suatu geseran baik bentuk lingkaran ataupun bukan.
Data yang Terse dia
1. Data bahan timbunan dan tanah pondasi
Data yang tersedia berdasarkan pada Laporan Kajian D esain Dan Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Salomekko-Sulawesi Selatan, Maret 1998. Parameter tanah urugan tubuh dan pondasi bendungan adalah seperti padaTabel 8-4
berikut:
Tabel 8-6 Parameter Tanah Urugan Tubuh dan Pondasi Bendungan Salomekko
NO. TUBUH BENDUNGAN γ d (kN/m3) γ Sat (kN/m3)
TEGANGANTO TAL TEG AN GAN E FE KTIF C (kN/m3)
ᴓ C (kN/m3)
ᴓ
1. Inti kedap air 18,1 19,2 28,0 12,8 29,0 17,8
2. Zona Semi Lulus Air 19,3 20,3 13,0 17,7 8,0 30,5
3. Zona Random 18,0 19,0 25,0 15,0 20,0 25,0
4. Filter Halus 19,7 21,0 0 35,0 0 35,0
5. Filter Kasar 20,0 22,1 0 37,0 0 37,0
. Pondasi
1. Tanah (A) 17,7 18,6 18,3 18,0 33,0 25,0
2. Basalt Lava Lapuk
Tinggi s.d.Lapuk(B) 19,3 20,3 13,0 17,7 8,0 30,5
3. Basalt Lava Lapuk
Tinggis.d Mode rat(C) 19,7 22,0 0 40,0 0 40,0
4. Basalt Lava Lapuk
Moderat s.d Segar (D) 25,0 26,0 0 35,0 0 35,0
Sumber : Laporan Kajian Desain Dan Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Salomekko-Sulawesi Selatan, Maret 1998
Tubuh bendungan bertumpu pada lapisan C (Basalt Lava Lapuk Tinggi s.d Moderat). Tebal lapisan C ini berkisar antara 5 s.d 10 meter, lapisan berikutnya adalah lapisan D.
2. Data gempa
Data gempa yang digunakan dalam analisa perencanaan adalah menggunakan koefisien gempa (kh) 0,05 untuk kala ulang 20 tahun dan 0,1 untuk kala ulang 1.000 tahun. Namun demikian berdasarkan Peta Zona Gempa yang dikeluarkan oleh Perencanaan Bangunan Tahan Gempa oleh Puslitbang Pengairan, maka bendungan Salomekko masuk dalam zona dengan koefisien z = 0,8 s.d 1,20. Untuk kala ulang 200 tahun diperoleh kh = 0,16 s.d 0,24.
Sehingga analisa selanjutnya dilakukan dengan m enggunakan koefisien gempa kh = 0,16 s.d 0,24.
EvaluasiStabilitas Tubuh Bend ungan 1. Ara h hilir
Berdasarkan pada pendekatan awal dimana koefisien gempa yang diambil adalah 0,1, maka seb agai langkah awal akan d isampaikan juga analisa stabilitas bendungan dengan menggunakan koefisien gempa 0,1. Hal ini dilakukan sebagai kontrol terhadap parameter tanah yang akan diambil adalah sama dengan pendekatan analisa sebelumnya.
Hasil analisa untuk stabilitas lereng di hilir bendungan pada saat kondisi air tampungan penuh (+76.00 m) sebagai kondisi yang paling bahaya,dengan
metode Bishopmaka diperoleh bahwa angka keamanan minimumnya adalah 1,394 dengan garis geseran m emotong tubuh bendungan, nilai ini adalah kurang lebih sama dengan hasil analisa sebelumnya dan ini memperlihatkan bahwa parameter yang diamb il adalah sudah sesuai.
Hasil keluaran dari analisa tersebut disajikan secara grafis dalamGam ba r-8.4 sebagai berikut:
Gambar-8.6 Stabilitas Bendungan Salomekk o Arah Hilir (dg Koefisien Gem pa 0,1)
Dengan menggunakan parameter tanah sesuai data tersebut diatas, berikut ini disampaikan analisa bendungan menggunakan parameter yang sama namun koefisien gempa yang digunakan adalah 0,2 (diamb il nilai antara 0,16 dan 0,24). Ala sa n pe nga m bilan nilai koe fisi en gem pa 0,2 adalah bah wa nilai iini mewak ili
rentang antara 0,16 dan 0,24 dan juga tahap ini merupakan evaluasi terhadap desain rencana.
Hasil analisa menghasilkan suatu angka keamanan minimum 1,119. Nilai ini
kurang dari nilai keamanan yang diijinkan yaitu 1,2, namun demikian nilai keamanan 1,119 adalah cukup aman mengingat nilai parameter tanah yang digunakan adalah nilai pada saat perencanaan, sedangkan saat ini konstruksi timbunan telah mengalami penurunan konsolidasi yang lajimnya akan diikuti penguatan antar butiran material akibat proses pemadatan, sehingga hal ini merupakan nilai keamanan tambahan.
Hasil analisa stabilitas disajikan dalam bentuk grafis dalamGam bar-8.5 sebagai berikut:
Gambar-8.7 Stabilitas B endunganSalomekkoArah H ilir (dengan Koefisien Gempa 0,2)
Anal isa diata s juga mem pe rlih atkan bah wa stabi lit as pon da si ben dun ga n ada la h aman, hal ini dapat diperhatikan bahwa garis geseran untuk nilai keamanan bendungan minimum tidak pernah mencapai daerah pondsi bendungan.
Nam un dem ikian analisa dengan nilai koefisien yang lebih besar dari 2, tentunya akan men ghasilkan faktor keamanan yang lebih kecil lagi.
2. Ara h hulu
Sama seperti analisa bendungan arah hilir, maka berikut ini disampaikan stabilitas arah hulu, analisa menghasilkan angka keamanan 1,371 pada
koefisien gempa 0,1, sedangkan pada koefisien gempa 0,2 diperoleh angka keamanan 0,982.
Hasil masing-m asing analisa stabilitas ditunjukkan secara grafis dalam Gambar-8.6 dan Gambar-8.7 berikut:
Gamba r-8.8 Stab ilitas Ben dun gan Salom ekko Arah Hulu (dg Koefisien Gemp a 0,1)
Ga mb ar-8.9 Stab ilitas Be ndu nga nSalomekkoArah Hulu (dengan Koefisien Gem pa 0,2)
Dari hasil analisa diketahui bahwa kondisi ini tidak aman, hal ini disebabkan karena data-data yang diperoleh dari pembacaan pizometer tidak diketahui karena alat rusak.
Hasil analisa untuk stabilitas lereng di hilir dan di hulu dapat dilihat pada Tabel 8-6.
Tabel 8-7 Hasil Analisa S tabilitas Lereng
Kondisi 2000 2011
Hulu Hilir Hulu Hilir
Normal 0 0 2,334 1,814
Gempa Kh = 0.1 1,523 1,407 1,371 1,394 Gempa Kh = 0.2 1,090 1,133 0,982 1,119
8 .6 AN AL IS IS D AN E VA LU AS I P ER AL AT AN H ID RO M EK AN IK & E LE KT RIK 8.6.1 Umum
1. Peralatan yang dipasang di bendungan antara lain: a. Panel distribusi genset
Secara keseluruhan sistem bisa dioperasikan, kondisi alat baik, namun kondisi ciscuit cukup.
b. Generatorset
- Generator : tegangan 220/380 V, frekwensi 50 Hz.
- Sistem bisa dioperasikan, kondisi alat baik, namun BBM sangat minim. - Sistem pane l distribusi tidak bisa dioperasikan.
2. Bangunanpelimpah/spilway
a. Kondisiperalatan pengangkat dan sistem kontrol
- Kondisi cabin control panel tidak bisa dioperasikan, kondisi ciscuit tidak berfungsi dan perlu perbaikan.
- Kondisi monorail baik, namun hoist tidak bisa dioperasikan, motor tidak berfungsi
- K on di si st op lo g b aik . b. Operasi peralatan
- Peralatan dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik, sumber listrik dari (Generator Set).
- Peralatan dapat dioperasikan secara manual. 3. Peralatanpintu operasi
a . S ec ar a k es elu ru ha n s is te m tid ak bis a dio pe ra si ka n. b. Kondisi alat rubber seal yang bocor dan sudah berkarat.
c. Terdapat kebocoran padahouse hydraulic. d. Hydraulic cylinder sudah berkarat.
Secara keseluruhan p eralatan pintu operasi perlu perbaikan. 4. Peralatankeluaran irigasi
a. Secara keseluruhan pe ralatan bisa dioperasikan, namun kond isi coating yang mengelupas danhydraulic cylinder yang berkarat dan bocor.
b. Operasiperalatan
- Peralatan dioperasikan dengan menggunakan tenagagenerator set . - Peralatantidak dapat dioperasikan secara manual.
Semu a peralatan perlu dilakukan perawatan dan perbaikan. 5. Instalasi kabel dan penerangan
a. Penerangan jalan semua mati
b. Kondisiinsta lasilistrik, sam bun ganbanyak yangmengelupas.
Secara keseluruhan instalasi listrik untuk penerangan perlu dilakukan perbaikan dan penggantian.
8 .6 .2 H as il An a lis is Da n E va lu as i
Analisis dan eva luas i terh ad ap datadan informasi yang ada baik dari hal desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan termasuk hasil uji-coba operasi yang dilaksanakan Tim Konsultan Pelaksana sec ara ringkas adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar peralatan hidromekanik dan elektrik yang dipasang di
BendunganSalom ekkodalam kond isiyang tidak terawat dan perlu perbaikan. 2. Hal-halyang perlu mendapat perhatian :
a. Hampir seluruh peralatan hidromekanik dan elektrik belum dipelihara dengan baik dan belum sesu ai dengan buku Manua l OM dari pabrik, indikasinya.
b. Peralatan yang terpasang tidak diuji operasi secara periodik, sehingga banyak kom ponen tidak dapat dideteksi kondisinya, terutama komponen yang ada didalam air.
c. Dari hasil diskusi dengan para operator, dapat diperoleh informasi bahwa mereka kebanyakan kurang menguasai cara pengoperasian alat, sehingga perlu mendapat pelatihan O & P.
d. Perlu disusun buku petunjuk operasi dan pemeliharaan yarig lengkap, yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat dan berbahasa Indonesia, sehingga mudah dipaham i oleh para operator.
e. Seluruh peralatan hidromekanik dan elektrik diharapkan dalam kondisi siap operasi setiap saat diperlukan.
8 .6 .3 S ara n Y an g D isa m pa ik an
Agar su pa ya pera lata n hidro mek an ik da n elektrik da lam kon disi siap op era si dan untuk menjaga s upaya tidak terjadi gagal fungsi, perlu dilakukan :
1. Pintu dan katup harus dioperasikan minimal sekali setahun.
2. Pemeliharaan harus dilakukan sesuai petunjuk dari buku manual OM yang disediakan oleh pabrik.
3. Operator harus familier dengan setiap peralatan hidromekanik dan elektrik dan harus menguji dan mengoperasikan semua peralatan pada kala ulang yang tetap.
4. Guna m eningkatkan kemampuan dan untuk m enambah pengalaman, sangat menguntungkan bila para operator berkunjung ke lokasi bendungan lain (studi banding) yang sudah melakukan O & P bendungan sesuai prosedur.
Adap un ur aia n rinc i ana lisa dan eva luasi, ditua ng ka n da lamLaporan Penunjang: Laporan Evaluasi Keamanan Bendungan.
A NA LIS IS D AN E V AL U AS I M E NE JE M EN O P ER AS I, P EM E L IH AR AA N D AN PEMANTAUAN
Manajemen Pelaksanaan Proyek 1. U mum
Gagal dan tidaknya pemanfaatan pembangunan Bendungan Salomekko sangat tergantung dari bagaimana cara mengelola bendungan paska pem bangunan fisik bendungan. Prinsip dasar konservasi alam yang harus dipahami oleh semua p en ge lo la a da la h m e ma nf aa tk an fu ng si b en du ng an u nt uk m a sy ar ak at (penduduk) sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu selama-lamanya dengan resiko sek ecil-kecilnya.
Manfaat tersebut antara lain adalah :
a . H a ru s d ap at d ir as ak an m as ya ra ka t/p en du du k s eb an ya k- ba ny ak ny a b aik di sekitar bendungan, petani, pencari ikan ataupun wisatawan.
b. H arus dapat dirasakan masyarakat/penduduk selam a-lam anya. Sehingga bagaimana menjaga fungsi bendungan agar dapat bertahan sesuai
umur rencana atau bahkan lebih lama. Penjagaan fungsi bendungan m eliputi penjagaan fungsi konstruksi bendungan dan kelengkapannya, fungsi jaringan irigasi di bawahnya dan fungsi d aerah aliran sungai di atasnya.
c. Harus dapat dirasakan masyarakat/penduduk dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Hal ini dimaksud kan supaya resiko yan g timbul dapat ditekan seminimal mungkin, misalnya resiko akibat gagalnya fungsi konstruksi, resiko akibat kesalahan prediksi musim atau resiko lainnya.
Supaya tujuan tersebut di atas tercapai, maka sangat perlu dibentuknya organisasi satuan pelaksana kegiatan O dan P Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.
2. Pem bentuk ansatuan tugas
Struktur organisasi dan uraian jabatan telah disusun berdasarkanKeputusan
Kepala Satuan Pelaksana Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan S umber Daya Air II No: 384/SKP/O&P SDA II/2007 tanggal 4 April 2007 tentang Hubungan Kerja, Susunan Organisasi dan Tata Laksana Antara Kepala Satuan Pelaksana Kegiatan dengan PUMC (Pemegang U ang Muka Cabang), Pelaksana Urusan Administrasi, Pelak-sanaan Urusan Kepegawaian, Pelaksana Urusan Teknik, Pelaksana Kegiatan dan Petugas Pelaksana.
3. Analis isda n ev alu as i
a. Manajemen operasi dan pemeliharaan
Tem uan serta hasil analisis dan evaluasi mengindikasikan bahwa Me nejemen Operasi dan Pemeliharaan telah dilaksanakan, namun kurang terintegrasi dengan baik.
b. Manajemen pemantauan (monitoring)
Inspeksi dapat dilaksanakan dengan data dan informasi yang sangat m inim, hal ini karena belum adanya struktur organisasi pemantauan pelaksanaan kegiatan O & P sehingga laporan secara periodik belum ada.
8.7.2 Manajemen Keam anan Bendungan
Pembangunan bendungan mempunyai masalah yang sangat kompleks baik pada saat pembangunan maupun sesaat setelah bendungan dioperasikan. Kegagalan pembangunan bendungan akan berakibat fatal terutama pada penduduk dan
infrastuktur di sekitar bendungan. Keamanan bendungan harus mendapat perhatian besar dalam pengoperasian dan pemeliharaan waduk dan bendungan. Oleh karena itu fungsi pemantauan adalah penting dan harus dilaksanakan. Pemantauan disini dengan pengertian termasuk evaluasi keamanan bendungan. Fungsi-fungsi ini adalah juga merupakan usaha pengawasan dan penjagaan keamanan bendungan.
Pentingnya Fungsi Pemantauan
Bendungan adalah bangunan hidup, dengan pengertian hidup adalah bergerak dan berubah. Maka bendungan dan bangunan-bangunan pelengkap memiliki perilaku (behaviour). Gerak dan perubahan ini dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut : 1. Perubahan bahan alami, seiring umur.
2. Peristiwa/kejadian alami (banjir, gempa).
3. S ik ap , tin da k o ra ng y an g tid ak t ep at, t id ak b en ar ( da la m m a sa d es ain / pelaksanaan/pengoperasian/pemeliharaan/ pemantauan/ pengamatan/ penjagaan).
Perilaku ini (gerakan dan perubahan) harus dipantau untuk dapat d iketahui indikasi/ tanda/ gejala selanjutnya diinterpretasi dan dievaluasi sehingga diketahui perilaku apakah merupakan potensi bahaya terhadap keamanan bendungan atau tidak. Ata u ap aka h ak an be rk emban g m en ja di potens i bah aya . Sehingg a se telah diketahui kondisi, akan dapat diambil tindakan yang perlu dan tepat sebagai usaha mencegah timbulnya potensi bahaya.
8.7.4 Pelaksanaan Pemantauan 1. Perilaku (behaviour )
Sejak awal pembangunan bendungan, banyak instrument dipasang guna memantau perilaku pondasi, bagian-bagian tubuh bendungan dan tumpuan. Dem ikian pula pada bangunan-bangunan pelengkap dan tebing-tebing.
Kegiatan yang harus dilakukan guna memahami perilaku adalah sebagai berikut : pemasangan instrumentasi, pencatatan data bacaan, plotting grafik, interpretasi/ evaluasi. Data bacaan instrumentasi tersebut harus mencakup data sejak awal pelaksanaan konstruksi.
2. Kondisi fisik teknis
Kondisi fisik teknis perlu dilakukan pemeriksaan/ inspeksi secara berkala. Sehingga kondisi fisik-teknis dan perkembangannya dapat diketahui dan dapat digunakan untuk m elengkapi evaluasi perilaku.
3. Macam kegiatan
a. Pemantauan data pembacaan instrumentasi (harian, mingguan, bulanan), dan pemantauan kondisi fisik teknis (aspek geodetik, geoteknik, hidrolik, hidrologi, gempa d ll).
b. Plotting grafik dan interpretasi/evaluasi. c. Pemeliharaan instrumentasi.
d. Pelaporan.
e. Inspeksi tahunan.
f. Inspeksi besar- 5 tahunan.
g. Inspeksi luar biasa (banjir, gempa bumi). h. Penyusunan program
i. P en ye dia an d an a. 4. Sumber daya m anusia.
Pengawasan dan koordinasi guna pelaksanaan macam-macam kegiatan tersebut diperlukan personil yang mewakili kemampuan untuk memahami: maksud desain tiap bagian bendungan dan bangunan-bangunan pelengkapnya, batasan desain dan permasalahan serta penyebabnya.
8 .7 .5 B ah a n A na lis is D an Eva lu a si
Temuan dalam pelaksanaan inspeksi
1. Dokumen data dan informasi tidak lengkap serta tidak tersimpan dengan baik.
2. Kerusakan atau tidak berfungsinya instrumen belum dipahami akibat/ kerugiannya.
3. Belum pernah dilakukan inspeksi berkala maupun inspeksi besar. Hasil Analisis Dan Evaluasi
Manajemen operasi dan pemeliharaan telah dilaksanakan, namun kurang terintegrasi dengan baik.
2. Manajemen pemantauan (monitoring )
Belum adanya struktur organisasi pemantauan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
ANALISIS DAN EV ALUASI RENCANA TINDAK DARURAT 8.8.1 Umum
Rencana Tindak Darurat (RTD) khususnya untuk Bendungan Salomekko belum pernah dibuat. Dokumen yang ada adalah Buku Panduan/ Manual OP Bendungan Salomekko.
8.8.2 Hasil Analisis dan Evaluasi
Belum disiapkan Rencana Tindak Darurat sehingga bila mengalami keadaan darurat yang mengancam keamanan bendungan, tidak dapat diambil tindakan darurat secara efektif.
EFEK KONDISI LINGKUNGAN
8.9.1 Umum
Skope analisis dan evaluasi adalah faktor sosial dan lingkungan di sekitar waduk. Potensi bahaya terhadap keam anan bendung an dapat pula timbul dari faktor sosial dan lingkungan yang tidak terkendali. Di samping itu faktor ini adalah salah satu faktor dari 3 faktor yang dikaji dalam penetapan tinggi muka air waduk yang feasible. Survai sosial dan lingkungan tidak ada dalam skope pekerjaan inspeksi besar ini.
8 .9 .2 P er tim b an g an P e ne ta p an T in g gi M uk a Ai r W ad uk
Dari laporan desain, penetapan tinggi muka air waduk yang feasible berdasarkan kajian faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kondisi topografi dan geologi.
2. Sosial dan lingkungan yang menggunakan data sensus dan data land use
Untuk faktor sosial dan lingkungan rnasalah utama yang menentukan adalah hal- -hal sebagai berikut :
1. Umur waduk.
2. Pembinaan perikanan waduk. 3. Kesempatan kerja adanya waduk. 4. Kendali tanaman air.
8.9.3 BahanAnalisis dan Evaluasi
Bahan evaluasi dan analisis diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Pengukuran sedimen.
2. Inspeksi lapangan visual daerah waduk (dengan menggunakan perahu bermotor untuk daerah waduk).
3. Inspeksi lapangan visual daerah sekitar bendungan dan daerah hilirnya. 8 .9 .4 An alis is da n E va lu as i
1. Umur waduk berdasarkan laju sedimen.
Umur waduk sangat dipengarui oleh seberapa besar sedimen yang masuk ke dalam waduk itu sendiri, sedangkan besarnya sedimen itu sendiri sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan dan kondisi daerah tangkapan hujannya, baik jenis dan kemiringan tanah, cara pengolahan tanah serta kondisi tutupan lahannya.
Besarnya sedimen yang masuk ke waduk dapat dihitung dengan pendekatan formulasi tertentu atau dengan melakukan pengukuran sedimen di beberapa anak sungai yang masuk ke waduk atau dengan cara mengukur langsung besarnya sedimentasi yang berada di waduk (echo sounding ).
Namun demikian berdasarkan hasil survai lapangan dengan cara menelusuri keliling waduk tidak didapatkan adanya akumulasi sedimen , baik di muara anak-anak sungai yang ada maupun pada seluruh tepian waduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sedimen yang masuk ke waduk belum menjadikan kendala operasional waduk.
2. Perikanan waduk.
Usaha keramba ikan belum ada, namun untuk dikemudian hari perlu diwaspadai dan diperlukan usaha pengendaliannya. Salah satunya adalah dengan dibentuknya
zona pemanfaatan sumber air, yaitu ruang pada sumber air yang dialokasikan, baik sebagai fungsi lindung maupu n fungsi budidaya.
Tujuan dibentuknya zona tersebut adalah sebagai upaya untuk pencegahan, pe nan g-g ulan gan d an p em ulih an ke rus aka n sum ber air a kiba t d ari kegiatan/usaha yang berpengaruh terhadap konservasi sumber daya air.
Zona pem anfaatan sumber air meliputi : a. Zona I yaitu Zona Bahaya
Setiap orang dilarang memasuki dan atau melakukan kegiatan/ usaha di dalam zona bahaya.
b. Zona II yaitu Zona Suaka
D ap at d ila ku ka n k eg ia tan /u sa ha d en ga n p er tim ba ng an te kn is d an persetujuan tertulis dari instansi terkait yang meliputi transportasi air, olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau dilindungi, dan/atau pelestarian cagar buda ya.
c. Zona III yaitu Zona Pengusahaan
D ap at d ila ku ka n k eg ia tan /u sa ha d en ga n p er tim ba ng an te kn is d an persetujuan tertulis dari instansi terkait antara lain dialokasikan untuk budidaya perikanan, penamb angan bahan galian golongan C , transportasi air, olahraga air dan pariwisata, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau dilindungi, dan/atau pelestarian cagar buda ya.
3.Kesempatan kerja adanya waduk.
Dalam inspeksi lapangan visual ditemukan usaha pemancingan dan rekreasi perahu. Sampai dengan saat sekarang tampak terkendali dari segi kebersihan dan erosi permukaan.
4.Tanaman air.
Di seluruh permukaan air waduk tidak ditemukan adanya tanaman air. 5.Daerah sekitar waduk.
Tanaman keras tumbuh dengan baik dan rapat di seluruh bagian sekitar waduk. D i d ae ra h s ab uk h ija u (green belt ) d ib eb er ap a te m pa t y an g g un du l d an digunakan untuk aktifitas orang (m enggembala ternak) perlu dijaga terhadap bahaya erosi tanah permukaan.