STATUS ILMU PENYAKIT SARAF STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI Na
Nama ma MMahahasasiiswswaa : : SuSuci ci DwDwi i PuPutrtrii N
NIIMM : : 003300..0088..223344 Dokter
Dokter PembiPembimbingmbing : : dr. Mdr. Maysam aysam Irawati Irawati Sp. SSp. S IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN N
Naammaa : : NNyy. . E E PP JJeenniis s kkeellaammiin : n : ppeerreemmppuuaann U
Ussiiaa : : 222 2 ttaahhuunn SuSukku u bbaannggssaa : : JJaawwaa S
Sttaattuus s ppeerrkkaawwiinnaann : : -- AAggaammaa : : IIssllaamm P
Peekkeerrjjaaaann : : -- PPeennddiiddiikkaann : : --A
Allaammaatt : J: Jaakkaarrtta a SSeellaattaann TTaannggggaal l mmaassuuk k RRSS: : 228 8 DDeesseemmbbeer r 22001122
A. ANAMNESIS A. ANAMNESIS
Diambil dari Alloanamnesis (suami) tanggal 28 Desember 2012 Diambil dari Alloanamnesis (suami) tanggal 28 Desember 2012
Keluhan Utama:
Keluhan Utama: penurunan kesadaran perlahan sejak 3 hari SMRSpenurunan kesadaran perlahan sejak 3 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasi
Pasien en dibadibawa wa ke ke IGD IGD RSUP FatmawaRSUP Fatmawati ti oleoleh h kelukeluargaarganya dengan nya dengan kelkeluhan uhan penpenurunurunanan kesadaran perlahan sejak 3 hari SMRS.
kesadaran perlahan sejak 3 hari SMRS.
3 bulan SMRS, pasien pernah dirawat di RSUP Fatmawati karena menderita kejang dan 3 bulan SMRS, pasien pernah dirawat di RSUP Fatmawati karena menderita kejang dan sakit kepala disertai diare lama (± 1 bulan). Sakit kepala juga sudah di derita sejak lama, sakit kepala disertai diare lama (± 1 bulan). Sakit kepala juga sudah di derita sejak lama, dirasakan semakin berat dan tidak lagi hilang dengan obat-obatan warung. Oleh dokter saraf dirasakan semakin berat dan tidak lagi hilang dengan obat-obatan warung. Oleh dokter saraf pasi
pasien en di di sarasarankan nkan untuuntuk k melamelakukkukan an pengpengambiambilan lan caicairan ran otaotak k karkarena ena dicudicurigarigai i ada ada infeinfeksiksi intrakra
intrakranial, namun nial, namun keluarga menolak dan meminta keluarga menolak dan meminta pasien untuk dipulangkan. Kemudian pasienpasien untuk dipulangkan. Kemudian pasien dipulangkan dan dikatakan kondisinya baik. Pasien diminta untuk tetap kontrol ke RS.
dipulangkan dan dikatakan kondisinya baik. Pasien diminta untuk tetap kontrol ke RS.
Selama 2 bulan pasien tidak pernah kontrol, sehingga kembali ke RS karena merasa sakit Selama 2 bulan pasien tidak pernah kontrol, sehingga kembali ke RS karena merasa sakit kepala semakin berat dan badan terasa lemah. Pasien dikatakan mengalami sakit TB paru dengan kepala semakin berat dan badan terasa lemah. Pasien dikatakan mengalami sakit TB paru dengan HIV.
± 3 minggu SMRS pasien kembali kontrol untuk mendapatkan OAT dan ARV. Kondisi pasien saat itu masih lemah. Menurut keluarga pasien menjadi lebih pasif, dan lebih banyak berbaring di tempat tidur.
17 hari SMRS kondisi pasien semakin buruk. Pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur. Intake makanan sedikit dan sulit. Oasien menolak untuk minum obat. Saat itu pasien masih dapat berkomunikasi.
1 minggu SMRS pasien merasa anggota gerak sebelah kanan menjadi berat dan sulit di gerakan.
3 hari SMRS kondisi pasien semakin diperburuk dengan intake nutrisi yang sedikit, dan pasien tidak dapat di ajak berkomunikasi. Keluarga pasien akhirnya membawa pasien ke RS, namun karena tempat penuh selama 2 hari keluarga berusaha mencari alternatif lain. Hingga akhirnya pasien dapat di rawat di RSUP fatmawati.
Saat ini pasien masih terlihat lemah, pasien hanya diam dan tidak dapat diajak komunikasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dicurigai mengalami infeksi intrakranial. Riwayat kejang (+). Riwayat penyakit TB Paru (+), HIV (+) putus obat ARV.
Riwayat Hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami keluhan seperti pasien. Riwayat sakit HIV, jantung, hipertensi, DM, penyakit paru dalam keluarga disangkal.
Riwayat kebiasaan dan sosial
Riwayat pemakaian narkoba dijumpai sejak 8 tahun yang lalu, dengan menggunakan jarum suntik. Riwayat perilaku seksual bebas tidak jelas.
Status Generalis (tanggal 28 desember 2012)
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Apatis
Tanda vital : Tekanan darah : 88/57 mmHg Nadi : 62 x/m, regular Pernapasan : 23 x/m
Suhu : 36 0C
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 37 kg
Keadaan gizi : kurang
Kepala : Normocephali
Mata KANAN KIRI
Konjungtiva anemis + +
Sklera ikterik -
-Telinga
Discharge -
-Mulut : oral hygine buruk. Oral thrush (+). Bibir kering. Leher
JVP : 5- 2cm H2O.
KGB : tidak tempak membesar
Thoraks : normal, simetris
Paru – Paru
Inspeksi : Gerak dinding dada pada pernapasan simetris kanan dan kiri Palpasi : Gerak dinding dada saat pernapasan simetris kanan dan kiri
Vocal fremitus kanan dan kiri simetris Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks
Batas paru dan hepar setinggi ICS 5 di linea midklavicularis kanan dengan peranjakan 2 jari pemeriksa
Batas paru dan lambung setinggi ICS 8 di linea axilaris anterior Margin of isthmus kronig didapatkan sonor 3 jari pemeriksa. Auskultasi : Suara dasar vesikular, rhonki basah +/+ , wheezing
-/-Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada ics 5 2 cm medial linea midklavicularis kiri
Palpasi : Ictus cordis teraba pada linea midklavikularis kiri
Perkusi : Batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3 – 5 di linea sternalis kanan
Batas paru dan jantung kiri setinggi ICS 5 2cm medial linea midklavicularis kiri
Batas atas jantung setinggi ICS 3 di linea parasternalis kiri Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler normal, Murmur (-), Gallop (-) Perut
Inspeksi : Datar
Palpasi : Dinding perut : supel, turgor menurun Hepar, lien, ginjal : ttm
Nyeri tekan (-) Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal Anggota Gerak : akral hangat (+)
STATUS NEUROLOGIS
a. GCS : E4M4V2
b. Rangsang Selaput Otak
Kaku kuduk : + Laseque : <700/ <700 Kerniq : < 1350 / < 1350 Brudzinsky I : + Brudzinsky II : + / + c. Saraf-saraf Kranialis
N.I (olfaktorius) : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) N.II (optikus)
Acies visus : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Visus campus : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Lihat warna : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Funduskopi : (tidak dilakukan, terbatas alat)
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen) Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +
Pergerakkan bola mata : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
Exopthalmus : /
-Nystagmus : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif) Pupil
Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm
Reflek cahaya langsung : +/+ Reflek cahaya tidak langsung : +/+ N.V (Trigeminus)
Motorik
• Gerakan rahang : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif)
sensorik
o Ophtalmikus : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif) o Maksilaris : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif) o Mandibularis : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
N.VII (Fasialis) Motorik
• Orbitofrontalis : kerutan dahi simetris saat statis. Saat dinamis tidak
dapat dinilai, pasien tidak kooperatif.
• Orbikularis okuli : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
• Orbikularis oris : sudut bibir dan plica nasolabialis asimetris
(sebelah kiri lebih rendah). pasien tidak dapat diminta untuk menyeringai / menunjukkan gigi.
Sensorik
Kesan : parese N. VII dextra sentral N.VIII (Vestibulocochlearis)
Vestibular : Vertigo, nistagmus (manuver Hallpike tidak dilakukan) Koklearis : tes Rinne : (tidak dilakukan, terbatas alat)
tes Webber : (tidak dilakukan, terbatas alat) tes Swabach : (tidak dilakukan, terbatas alat) N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
Motorik : letak uvula ditengah, tidak tertarik ke satu sisi baik statis maupun dinamis
Sensorik : tes pengecapan 1/3 posterior lidah tidak dilakukan Kesan : tanda parese (-)
N.XI (Accesorius)
• m. trapezius : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
• m. Sternocleidomastoideus : (tidak dapat dinilai, pasien tidak
kooperatif) kesan : tanda parese (-) N.XII (Hypoglossus)
Saat mulut dibuka (statis), tidak terlihat deviasi lidah
Saat menjulurkan lidah (dinamis) (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
Atrofi :
-Fasikulasi :
-Tremor :
-d. Sistem Motorik
Inspeksi : posisi berbaring pasien cenderung ke arah kanan Palpasi : tonus otot tangan dan kaki kanan ↓ (hipotoni)
Gerakan pasif : tidak didapatkan tahanan pada ke empat ekstrimitas Gerakan aktif : (tidak dapat dinilai, pasien tidak kooperatif)
Kesan : hemiparese dextra
e. Trofi : eutrofi
f. Sistem Sensorik : (tidak valid dinilai, pasien tidak kooperatif) g. Fungsi Otonom
Miksi : Terpasang kateter urin.
Defekasi : inkontinensia (-) , retensio (-) Sekresi keringat : baik
h. Refleks Fisiologis Kornea : + / + Biceps : +3 / +3 Triceps : +3/ +3 Dinding perut : + / + Otot perut : + / + Lutut : +3 / +3 Tumit : +3 / +3
Kremaster : (tidak dilakukan) i. Refleks Patologis Hoffman Tromer : / -Babinsky : + / + Chaddok : / -Gordon : / -Schaefer : / -Klonus lutut : / -Klonus tumit : / - j. Keadaan Psikis
Intelegensia : (tidak valid dinilai) Tanda regresi : (tidak valid dinilai) Demensia : (tidak valid dinilai)) k. Gerakkan Involunter Tremor : - / -Chorea : / -Atetose : / -Miokloni : / -Tics : / -l. Fungsi Serebelar
Ataxia : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Tes Romberg : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Disdiadokokinesia : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Jari-jari : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Jari-hidung : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Tumit-lutut : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif) Rebound phenomenon : (tidak dapat dilakukan, pasien tidak kooperatif)
m. Fungsi Luhur
Atensi :
-Konsentrasi : (tidak valid dinilai) Orientasi
Waktu : (tidak valid dinilai) Tempat : (tidak valid dinilai) Orang : (tidak valid dinilai) Berbahasa
Disartria : (tidak valid dinilai) Disfonia : (tidak valid dinilai) Disprosodia : (tidak valid dinilai)
Afasia : (tidak valid dinilai)
Apraxia : (tidak valid dinilai) Memori : (tidak valid dinilai) Astereognosia : (tidak valid dinilai) Mini mental status : (tidak dapat dilakukan) C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium Darah Rutin
PEMERIKSAAN 28-12-2012 NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hb 10,8 14 – 18 g/dL
Ht 33 42 –52%
Leukosit 4,2 (4,8 – 10,8). 103/uL
Eritrosit 3,9 3.8-5,2 106/uL VER/HER/KHER/RDW VER 96,2 80,0-100,0 fl HER 28,5 26,0-34,0 pg KHER 32,3 32,0-36,0 g/dl RDW 12,4 11,5-14,5% KIMIA KLINIK SGOT 145 0-34 u/L SGPT 256 0-40 u/L Ureum Darah 28 20-40 mg/dl Kreatinin Darah 0,6 0,6-1,5 mg/dl GDS 94 70-240 mg/dl ELEKTROLIT Natrium 136 135-147 mmol/L Kalium 2,56 3,10-5,10 mmol/L Klorida 102 95-108 mmol/L
ANALISIS GAS DARAH
pH 7,342 7,370 -7,440 pCO2 41,6 35,0-45,0 mmHg pO2 118,7 83,0-108,0 mmHg BP 752,0mmHg -HCO3 24,7 21,0-28,0 mmol/L Sa O2 98,3 95,0-99,0% BE -0,2 -2,5 – 2,5 mmol/L Total CO2 26,0 19,0 – 24,0 mmol/L 2) Rontgen Thoraks Kesan :
• Cor dalam batas normal
• Infiltrat di suprahiler kanan dan Tb paru lama kanan DD/ bekas TB
3) CT Scan kepala
(Belum ada data baru) RESUME
Perempuan, 22 tahun, dibawa keluarga ke RSUP Fatmawati karena kesadaran menurun perlahan sejak 3 hari SMRS. Pasien pernah dirawat 3 bulan SMRS, dan dicurigai mengalami infeksi intrakranial, pasien menolak untuk dilakuakan LP dan pulang atas permintaan sendiri. 1 bulan SMRS pasien di diagnosis menderita TB paru dengan HIV, dan menjalani pengobatan.
Sejak 17 hari SMRS pasien menolak untuk minum obat dan keadaan semakin memburuk, pasien lebih banyak di tempat tidur. 1 minggu SMRS pasien merasa tubuh bagian kanan lebih berat dan sulit digerakkan. 3 hari SMRS intake makanan sulit, kesadaran mulai menurun, dan kontak (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
KU / Kesadaran : Tampak Sakit berat / Apatis
Tanda vital : TD 88/57 mmHg
Oral hygiene buruk, oral thrus (+), bibir kering
Auskultasi paru didapatkan rhonki (+) pada apeks kedua lapang paru
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan :
Tanda rangsang meningeal (+)
N. Kranialis
Tanda parese N. VII dekstra sentral (sudut bibir dan plica nasolabialis asimetris (sebelah kiri lebih rendah). pasien tidak dapat diminta untuk menyeringai / menunjukkan gigi)
Motorikkesan hemiparese kanan
Refleks fisiologis meningkat
Refleks patologis babinsky (+)
Tidak ada atensi
Pada pemeriksaan penunjang ;
Laboratorium Anemia (10,8 gr/dl), peningkatan SGOT/SGPT (145/256 u/L), hipokalemia (2,56mmol/L)
Rontgen thoraks Infiltrat di suprahiler kanan dan Tb paru lama kanan DD/ bekas TB
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosa klinis : penurunan kesadaran, TRM (+), parese N. VII dekstra sentral, hemiparese dekstra, gangguan fungsi hati, TB Paru putus obat, HIV putus ARV, hipokalemia
Diagnosa topis : meningen, korteks serebri
Diagnosa etiologis : suspect infeksi intrakranial ( meningitis TB DD/ toksoplasma ensefalitis eksaserbasi / meningoensephalitis)
RENCANA PENGELOLAAN Elevasi kepala 30 0
O23L/m nasal kanul Medikamentosa:
•NaCl 3% 500 cc + KCl 12,5 mEq / 8jam •Dexamethason 4 x 5mg •Ranitidin 2 x 50mg •Curcuma 3 x 400 mg •Clindamisin 4 x 600mg •Pirimetamin 3 x 25mg •FDC stop E / S / O = 750/750/400 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam Ad functionam : dubia ad malam Ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
ENSEFALITIS
PENDAHULUAN
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,virus,parasit,fungus dan riketsia. Secara umum gejala ensefalitis berupa demam,kejang dan kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dari perspektif epidemiologi dan patofisiologi, ensefalitis berbeda dari meningitis, walaupun pada evaluasi klinis keduanya mempunyai tanda dan gejala inflamasi meningeal (fotopobia, sakit kepala, kaku kuduk). 1
KLASIFIKASI
1. ENSEFALITIS SUPURATIVA
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa. 2
2. ENSEFALITIS SIPHYLIS
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. 2
3. ENSEFALITIS VIRUS
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia2:
• Virus RNA (Paramikso virus : virus parotitis, virus morbili, Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus virus rabies Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue), Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus) Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
• Virus DNA (Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr, Poxvirus : variola, vaksinia ,Retrovirus : AIDS) 4. ENSEFALITIS KARENA PARASIT
• Malaria serebral. Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan
• Toxoplasmosis .Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan
gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak. 2
• Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningokel kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.2
• Sistiserkosis .Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. 2
5. ENSEFALITIS KARENA FUNGUS
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. 2
6. RIKETSIOSIS SEREBRI
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis.2
MANIFESTASI KLINIS
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ; 1. Demam
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist tergantung pada lokasi dan luas abses.3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan cairan serobrospinal • Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHAPemeriksaan serologik darah (VDRL,
TPHA)
• Pemeriksaan titer antibody • EEG
• Foto thorax
• Foto roentgen kepala • CT-Scan
• Arteriografi.
TERAPI
1. Ensefalitis supurativa
• Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
• Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.(3,4,5)
2. Ensefalitis syphilis
• Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
• Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral selama
14 hari.
Bila alergi penicillin :
• Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari • Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari • Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
• Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.(4,5)
3. Ensefalitis virus
• Pengobatan simptomatis
Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
• Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes
zoster-varicella. Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
4. Ensefalitis karena parasit
• Malaria serebral
Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
• Toxoplasmosis
Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan Spiramisin 3 x 500 mg/hari
• Amebiasis
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari. (4) 5. Ensefalitis karena fungus
• Amfoterisin 0,1-0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu. • Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu. (4)
6. Riketsiosis serebri
• Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari • Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.(4)
GEJALA SISA DAN KOMPLLIKASI
Gejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis dapat melibatkan susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epilepsi, penglihatan dan pendengaran, sistem KV, intraokuler, paru, hati, dan sistem lain dapat terlibat secara menetap. Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.5
PROGNOSIS
Kematian karena ensefalitis masih tinggi berkisar antara 35-50%. Dari penderita yang hidup 20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata dalam perkembangan selanjutnya masih menderita retardasi mental, epilepsi, dan masalah tingkah laku.
PUNGSI LUMBAL
Lumbal pungsi adalah upaya pengelauran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid.
Indikasi Lumbal puncture:
• kejang-kejang • paralisis/ paresis
• demam > 2 minggu yang tidak diketahui sebabnya • kaku kuduk (+) dengan kesadaran menurun
• terapi tek. intracranial ↑ yang jinak ( benign intracranial hypertension) • Tbc miliair
• Leukimia
• Mastoiditis kronik yang dicurigai meningitis
Kontraindikasi :
• Syok/renjatan
• Infeksi lokal pada daerah tempat pungsi lumbal
• Peningkatan tekanan intrakranial (oleh tumor, SOL, hidrosefalus) • Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
LCS pada berbagai infeksi:
Penyakit Tekanan LCS Protein Hitung sel Glukosa
Meningitis bakteri ↑ ↑ sedang –
tinggi
>50 PMN rendah
Meningitis virus N ↑ sedikit s/d N limfosit normal
Meningitis tuberkulosis
↑ / N ↑ sedang Pleositosis atau
limfositosis
rendah
ENSEFALITIS PADA PENDERITA HIV
Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertama kali diidentifikasi pada tahun 1981, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah diketahui sebagai penyebab pada tahun 1984. Pada bulan Desember 2002, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 42 juta penduduk hidup dengan HIV. Dalam tahun 2002, dtemukan 5 juta penderita baru yang
terinfeksi HIV dan 3,1 juta meninggal dunia.6
Dua faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit saraf pada penderita HIV/AIDS. Faktor yang pertama adalah infeksi dari HIV sendir yang menyerang sistem kekebalan tubuh juga berdampak pada sistem saraf dan dapat mengakibatkan kelainan pada saraf. Selain itu, faktor dari infeksi opportunistik yang terdiri dari berbagai macam kuman, virus, jamur, dan parasit. Jenis-jenis penyakit saraf yang diderita pasien HIV/AIDS adalah meningitis TB, toksoplasmosis otak, ensefalitis CMV, HIV ensefalopati, meningoensefalitis, meningitis kriptokokal, edema otak, mati batang otak, atrofi serebri, stroke non hemoragik, demensia, dan cephalgia. Persentase terbanyak pada toksoplasmosis otak (58,20%).7
Ensefalitis Toksoplasmosis merupakan manifestasi utama pada penderita HIV-AIDS. Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler yang menyebabkan infeksi asimptomatik pada manusia sehat. Pada penderita HIV-AIDS terjadinya ensefalitis toksoplasmosis lebih sering disebabkan reaktivasi dari infeksi laten yang sudah ada sebelumnya dibanding infeksi yang baru didapat. Diagnosis ensefalitis toksoplasmosis didasarkan pada gambaran klinis neurologis, pemeriksaan neuroimaging, serologis dan biopsi. Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak. Biopsi terutama dianjurkan untuk kasus-kasus dengan pemeriksaan imajing yang tidak jelas atau pada keadaan terapi presumtif yang menunjukkan kegagalan. Penatalaksanaan ensefalitis toksoplasmosis pada penderita HIV-AIDS adalah pemberian anti toksoplasmosis dan sebagai terapi standar adalah pirimetamin dan sulfadiazin.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Chusid,J.G. NEUROANATOMI KORELATIF dan NEUROLOGI FUNGSIONAL.Gajah Mada University Press.Bagian Dua. 1990. Hal. 579-583
2. Mardjono,Mahar dan Sidarta,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DASAR. Dian Rakyat. 2003. Hal. 313-314, 421, 327-333.
3. Mardjono,Mahar. Sidarta ,Priguna. NEUROLOGI KLINIS DALAM PRAKTEK UMUM. Dian Rakyat. 1999. Hal. 36-40
4. Markam,Soemarmo. KAPITA SELEKTA NEUROLOGI. Gajah Madah University Press. Edisi Ke Dua.2003. Hal.155-162
5. Mansjoer,Arif. Suprohaita. Wardhani,Wahyu Ika. Setiowulan,Wiwiek. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 2. Edisi Ketiga. 2000. Hal.14-16
6. Zubairi D, Samsuridjal D. HIV / AIDS di Indonesia. Dalam : Aru WS, Bambang S, Idrus alwi, et al editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan FK UI; 2006. 1803-1808.
7. Oliveira. J.V, et all. Neurogical disease in HIV-infected patients in the era of highly active antiretroviral treatment: a Brazilian experience. J. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical 39 (2). 2006. Maret-april: 146-151