• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kontrol PLTGU Tambak Lorok Speedtronik Mark V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Kontrol PLTGU Tambak Lorok Speedtronik Mark V"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KONTROL SPEEDTRONIC

TM

MARK V

PADA PENGENDALIAN KECEPATAN TURBIN GAS

FASE START UP

Oleh :

Huda Ilal Kirom (L2F 008 045)

-Abstrak-

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang memiliki tiga jenis pembangkit yaitu PLTU, PLTG, dan PLTGU. Pada PLTGU dalam proses produksinya di Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga

Gas Uap (PLTGU) menggunakan pengontrol Programmable Logic Controller (PLC), SPEEDTRONICTM

MARK V, dan Distributed Control System (DCS). Sistem Kontrol SPEEDTRONICTM MARK V yang

dikembangkan oleh General Electric (GE) Industrial System adalah sistem kontrol yang dapat diprogram dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri listrik dalam kendali turbin gas dan uap yang semakin

komplek. SPEEDTRONICTM MARK V dapat melakukan kontrol, proteksi dan monitoring sekaligus

terhadap kerja turbin.

Pada Sistem pembangkitan tenaga listrik pada PLTGU, fase start up memegang peranan penting. Dari sinilah keberhasilan dari proses selanjutnya ditentukan. Pengendalian START UP dengan

menggunakan sistem kontrol SPEEDTRONICTM MARK V berfungsi untuk mengatur nilai FSR yang

selanjutnya mempengaruhi jumlah bahan bakar yang dialirkan ke 14 ruang pembakaran. Besar kecilnya bahan bajar yang dialirkan ke ruang pembakaran akan menentukan cepat atau lambatnya kecepatan putar turbin pada Gas Turbin Generator (GTG) yang berbeda-beda pada fase start up.

Kata Kunci : SpeedtronicTM Mark V,Start Up, Gas Turbin Generator (GTG)

I.

PENDAHULUAN

Dalam

dunia

industri,

semakin

cepatnya perkembangan teknologi peralatan

yang di gunakan pada proses produksi juga

semakin berkembang. Sistem kontrol untuk

turbin yang tadinya hanya menggunakan

governor

dikembangkan

oleh

General

Electric (GE) menjadi sistem kontrol yang

lebih

modern

yang

dinamakan

SPEEDTRONIC

TM

.

Dengan

semakin

kompleksnya pengontrolan untuk turbin,

SPEEDTRONIC

TM

pun terus berkembang

mulai dari SPEEDTRONIC

TM

Mark I hingga

yang terakhir SPEEDTRONIC

TM

Mark VI.

PT.

INDONESIA

POWER

UBP

SEMARANG dalam proses produksinya di

Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap

(PLTGU) menggunakan SPEEDTRONIC

TM

Mark V sebagai kontroler pada Gas Turbin

Generator (GTG).

Pengendalian START UP dengan

menggunakan

sistem

kontrol

SPEEDTRONIC

TM

MARK V berfungsi

untuk mengatur nilai FSR yang selanjutnya

mempengaruhi jumlah bahan bakar yang

dialirkan ke 14 ruang pembakaran. Besar

kecilnya bahan bajar yang dialirkan ke ruang

pembakaran akan menentukan cepat atau

lambatnya kecepatan putar turbin pada Gas

Turbin Generator (GTG) yang berbeda-beda

pada fase start up Unit.

II.

PROSES PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA GAS UAP (PLTGU)

PLTGU yaitu pembangkit listrik yang

menggunakan tenaga gas dan uap dalam

menghasilkan energi listrik.

Pembakaran bahan bakar pada PLTG

akan menghasilkan gas untuk memutar

turbin gas di PLTU. Gas buang dari turbin

gas ini akan dialirkan ke HRSG untuk

memanaskan air pada HRSG sehingga

menghasilkan uap yang akan digunakan

untuk memutar turbin uap.

Secara umum sistem produksi tenaga

listrik pada PLTGU dibagi menjadi dua

siklus, yaitu :

(2)

1.

Open Cycle

Biasanya disebut proses turbin gas

(PLTG), yaitu gas buang atau uap dari

GTG (Gas Turbin Generator) langsung

dibuang ke udara melalui stack.

2.

Close Cycle

Biasanya disebut proses turbin uap

(PLTU), yaitu gas buang dari GTG (Gas

Turbin

Generator)

tidak

langsung

dibuang ke udara tetapi digunakan untuk

memanaskan air yang ada di HRSG

(Heat Recovery Steam Generator). Uap

yang dihasilkan dari HRSG digunakan

untuk memutar turbin uap.

Proses Pembangkit Listrik Tenaga

Gas Uap dapat dibagi menjadi dua proses,

yaitu :

1.

Proses Turbin Gas

Bahan bakar minyak yang dipasok dari

kapal atau tongkang ditampung di dalam

tangki.

Penyaluran

bahan

bakar

dilakukan dengan transportasi laut

dengan tujuan memungkinkan bahan

bakar yang diangkut lebih banyak

daripada melalui transportasi darat.

Selain itu lokasi pembangkit yang dekat

dengan pelabuhan semakin memperkecil

biaya transportasi.

Bahan bakar dipompa dari tangki ke

combustion

chamber

(ruang

pembakaran) bersama-sama udara dari

compressor setelah terlebih dahulu

melalui air filter. Campuran ini dibakar

dan menghasilkan gas panas yang

selanjutnya digunakan untuk memutar

turbin gas. Gas buang dari turbin gas

akan

langsung

dibuang

melalui

cerobong apabila dioperasikan open

cycle dan akan dilewatkan HRSG

apabila dioperasikan close cycle.

2.

Proses Turbin Uap

Air pengisi dari deaerator dipompa

melalui

Low

Pressure

and

High

Pressure Water dimasukkan ke HRSG

untuk diubah menjadi uap. Hasil uap

dari HRSG dimasukkan ke High

Pressure Turbine kemudian masuk ke

Low Pressure Turbine untuk mengubah

energi panas uap menjadi energi putar

rotor. Uap bekas setelah dipakai di Low

Pressure Turbine dialirkan ke condenser

untuk

dikondensasikan

oleh

air

pendingin atau air laut yang dipompa

melalui

Circulating

Water

Pump

(CWP). Air condensate dipompakan

oleh condensate pump untuk selanjutnya

dimasukkan ke deaerator.

III.

DASAR TEORI

3.1 Gambaran Speedtronic

TM

Mark V

Speedtronic

TM

Mark V adalah suatu

sistem kontrol, proteksi dan monitoring pada

turbin yang telah dikembangkan oleh GE

dan mewakili kesuksesan dari seri-seri

Speedtronic

TM

dalam sistem pengaturan.

Tujuan sistem kontrol dan proteksi ini

adalah menghasilkan output yang maksimal

untuk melindungi turbin gas dari kerusakan

saat turbin dalam kondisi operasi sehingga

lifetimenya dapat lebih lama.

3.2

Konfigurasi kendali Speedtronic

TM

Mark V

SPEEDTRONIC

TM

Mark V adalah

sistem

kendali

turbin

yang

bersifat

programmable yang didesain sesuai dengan

kebutuhan industri tenaga modern untuk

sistem turbin yang bersifat kompleks dan

dinamis. Keunggulan sistem ini pada

fitur-fiturnya antara lain:

1.

Implementasi software dengan teknologi

fault

tolerance

(SIFT),

yang

memungkinkan turbin tetap beroperasi

meskipun terjadi kesalahan tunggal

dengan mempertahankan status on-line.

2.

Operator interface yang user-friendly

3.

Interface dengan sensor direct yang

memungkinkan kendali dan monitoring

secara real time

4.

Kemampuan diagnosa yang built-in

menyatu dengan sistem

5.

Arsitektur

berbasis

TMR

(Triple

Modular Redundant)

SPEEDTRONIC

TM

Mark

V

menggunakan tiga buah modul kontrol,

masing-masing <R>, <S>, dan <T> yang

identik untuk menjalankan keseluruhan

(3)

algoritma kendali yang vital, proses sinyal

proteksi, dan proses sekuensial. Konfigurasi

inilah yang disebut TMR (Triple Modular

Redundant).

Untuk

fungsi

proteksi

dijalankan oleh tiga prosessor proteksi

<X>,<Y> dan <Z> pada core <P>. Untuk

konfigurasi secara umum dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Seperti terlihat pada gambar di atas,

untuk bisa bekerja dengan baik, informasi

dikomunikasikan, dibagi dan diputuskan

pada sistem proteksi tersebut melalui tiga

jaringan yang berbeda. Yang pertama adalah

jaringan eksternal (Stage Link) yaitu alat

utama

komunikasi

antara

Operator

Interface

(<I>)

dan

Common

Data

Processor (<C>) dari panel kontrol. Link ini

adalah bagian konfigurasi ARCNET.

Kedua

adalah

Data

Exchange

Network (DENET) yang merupakan jenis

ARCNET yang termasuk bagian dalam

jaringan komunikasi Speedtronic

TM

Mark V

kontrol panel. Adapun fungsi dari DENET

itu sendiri adalah untuk menyediakan link

atau hubungan komunikasi antara prossesor

internal dari kontrol panel. Panel TMR

merupakan bagian dasar untuk memvoting

proses yang terjadi pada sinyal kontrol.

Untuk jaringan internal yang ketiga

yaitu jaringan I/O (IONET). IONET adalah

jaringan komunikasi serial yang terhubung

dalam konfigurasi berantai. Fungsinya

adalah untuk mengkomunikasikan sinyal I/O

antara prosesor kontrol (DCCA), Protection

Core (<P>) atau TCEA dan Digital I/O core

(<QD1>).

Gambar 2 Konfigurasi kontrol TMR Mark V

Pada

konfigurasi

TMR

sendiri

terdapat tiga buah modul kontrol <R>, <S>,

dan <T> yang berfungsi sebagai redundant.

Sinyal kontrol yang diberikan merupakan

hasil voting dari ketiga modul tersebut

3.3

Operator Interface Mark V

Interface Mark V berfungsi sebagai

upload, download, monitoring maupun

pengontrolan sehingga dengan interface ini

seluruh aktifitas dari Mark V kontrol panel

bias terwakili. Work Station Interface < I >,

terdiri dari serangkaian alat – alat, antara

lain: sebuah PC (Personal Computer) layar

monitor

berwarna,

Cursor

Positioning

Device (Mouse, atau Trackball), Keyboard

(QWERTY

Keyboard)

dan

Printer.

Peralatan-peralatan

tersebut

dapat

menghubungkan antara operator dengan

keadaan mesin atau sebagai work station

pemeliharaan lokal, baik itu pengamatan

peralatan

turbin,

pengontrolan

turbin,

pengamanan turbin maupun pemasukan data

baru ke kontrol panel.

3.4 Hardware Input-Output

Mark V di desain untuk berhubungan

langsung dengan peralatan turbin dan

generator seperti :

<I> <C> <R> Protection <P> Digital I/O <QD1> <S> Protection <P> Digital I/O <QD1> <T> Protection <P> Digital I/O <QD1> Digital I/O <QD1> R

Gambar 1 Dasar sistem TMR pada SPEEDTRONICTM

(4)

magnetic speed pickups

servos dan LVDT/Rs

sensor vibrasi

thermocouples

Resistive Temperature Devices (RTDs)

IV.

PENGENDALIAN START UP

4.1

Sistem Kontrol SPEEDTRONIC

TM

MARK V

4.1.1

Desain

Dasar

Sistem

Kontrol

SPEEDTRONIC

TM

MARK V

Kontrol turbin gas dilakukan dengan

kontrol start-up, kontrol percepatan, kontrol

kecepatan, kontrol temperatur dan fungsi

kontrol yang lain seperti tampak pada

gambar 3, sensor dari kecepatan turbin,

temperatur gas buang, dan parameter yang

lain menetukan kondisi operasi dari unit.

Saat diperlukan perubahan pada kondisi

operasi turbin karena perubahan beban atau

kondisi yang membahayakan turbin, maka

kontrol akan mengatur aliran bahan bakar ke

turbin. Misalnya bila temperatur gas buang

cenderung melebihi nilai yang referensi

yang diberikan untuk operasi turbin, maka

kontrol temperatur akan mengurangi suplai

bahan bakar ke turbin.

Gambar 3 Skema kontrol sederhana

Kondisi operasi turbin disensor dan

digunakan sebagai sinyal feedback ke sistem

kontrol Speedtronic. Ada tiga kontrol loop

utama, start-up, kontrol kecepatan, dan

kontrol temperatur yang di kontrol selama

turbin beroperasi.

4.2

Start Up Control

4.2.1 Sistem Starting

Seperti pada mesin-mesin yang ber

– ruang bakar internal lainnya, Gas Turbine

tidak bisa berputar atau tidak menghasilkan

tenaga putaran awalan sendiri pada saat

putarannya 0 ( zero speed ) oleh sebab itu

dibutuhkan sebuah sistem start untuk

melakukan perubahan keadaan Gas Turbine,

sebagai pemutar awal sampai mencapai

kecepatan putaran untuk pembakaran dan

membantu

untuk

mencapai

kecepatan

putaran tertentu, sehingga Gas Turbine yang

sudah dalam keadaan start pembakaran

tersebut mampu berputar dan berakselerasi

sendiri menuju ke kecepatan putaran

nominalnya.

Hal tersebut terselesaikan dengan

bantuan peralatan sebuah motor induksi

sebagai Motor Starter, dan dibantu dengan

Torque Converter yang dioperasikan dimana

ia berfungsi sebuah kopling penyambung

dengan accessory gear.

Gambar 4 Skema Turbin

4.2.1.1

Motor Starter

Motor Starter atau Motor Cranking

ini adalah produk dari GE Co, Custom

8000®,

motor

induksi

dengan

jenis

Horisontal

Motor

dilengkapi

dengan

bantalan-bantalan antifriction, 3 phase,

6000 Volt, dengan daya 1250 HP, pada

putaran 3000 rpm.

MINIMUM VALUE SELECT LOGIC MANUAL SHUR DOWN START UP TO CRT DISPLAY TO CRT DISPLAY TO CRT DISPLAY TEMPERATURE ACCELERATION RATE FUEL SYSTEM FUEL TO TURBIN FSR

(5)

4.2.1.2

Torque Coverter

Torque converter merupakan suatu

peralatan dengan menggunakan media

hydruaulic dalam hal ini minyak lube oil.

Adapun fungsi dari minyak pada

Torque Converter adalah :

Sebagai media kerja penggerak daya

hydrodinamik.

Sebagai media control system torque

Converter.

Sebagai pelumas dan pendingin system.

Sebagai pemutar pada waktu on cool

down.

Fungsi utama dari torque converter adalah :

Untuk meneruskan putaran motor

cranking

ke

turbine

dengan

menggunakan flexible coupling pada

waktu start up.

Untuk memutar turbine pada waktu on

cooldown dengan media lube oil.

4.2.1.2

Accessory Gear.

Fungsi Accessory Gear pada sistem

ini adalah sebagai penggerak untuk beberapa

peralatan bantu lainnya, seperti Pompa

Utama Minyak Pelumas, Pompa Utama

Minyak Hydraulik, Kompressor Utama

Atomizing Air maupun Pompa Utama

Bahan Bakar. Utamanya ia berfungsi

sebagai penghubung antara Motor Cranking

dengan Kompressor Turbine Gas.

4.2.1.3

Fungsi – Fungsi Kerja Sistem

Start

Torque Converter dan Motor Starter

( Motor Cranking ), keduanya sebagai

supply

tenaga

kepada

Gas

Turbine

Generator ketika siklus start-up dan ketika

siklus sesudah shutdown ( cool down ).

Ketika siklus Start-up, peralatan –

peralatan pada sistem starting mempunyai

tiga macam fungsi, antara lain :

1.

Sebagai pemutar awal, ketika Gas

Turbine

masih

diam

belum

berputar.

2.

Mengakselerasi

putaran

Gas

Turbine sampai pada putaran

pengapian.

3.

Membantu akselerasi putaran

Gas Turbine yang sudah terjadi

pengapiannya sampai dengan

tercapainya kemampuan Gas

Turbine

untuk

berakselerasi

sendiri

menuju

putaran

nominalnya. Atau yang mana

sampai

dengan

kecepatan

putaran Gas Turbine lebih besar

dari pada kecepatan putaran

peralatan sistem startingnya.

4.1.1.3

Control Start Up

Bagian yang penting dalam tahap

control start-up dan shutdown Turbin Gas

(TG)

adalah

penginderaan/pembacaan

kecepatan yang tepat. Kecepatan turbin

diukur dengan magnetic pickup. Detector

kecepatan dan relay kecepatan ini pada

dasarnya digunakan untuk :

L14HR Kecepatan Nol (kira-kira 0%

kecepatan)

L14HM Kecepatan Minimum (kira-kira

16% kecepatan)

L14HA Kecepatan Akselerasi (kira-kira

50% kecepatan)

L14HS Kecepatan Operasi (kira-kira

95% kecepatan)

Detector kecepatan nol, L14HR

memberikan sinyal ketika poros turbin start

atau stop berputar. Ketika kecepatan poros

dibawah 14HR, atau pada kecepatan nol,

L14HR bekerja (fail safe) dan permissive

logic memerintahkan ratchet atau operasi

slow roll selama sequence start-up/cooldown

turbin otomatis.

(6)

Gambar 5 State Chart Start Up Turbine Gas

Fase – Fase dalam start up Gas Turbine :

Zero

Fire

Warm Up

Accelarate

Max

Tahapan turbin dari mulai fase off

cooldown hingga mencapai sinkron dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Fase Zero merupakan kondisi di mana

turbin dalam keadaan mati. Sebelum

beroperasi dari keadaan mati, turbin harus

melewati beberapa tahapan terlebih dahulu,

diantaranya adalah on cooldown dimana

turbin diputar pada kecepatan rendah. Hal

ini berfungsi memberikan waktu untuk

melumasi bagian bagian turbin. Setelah itu,

dilakukan purging. Purging dilakukan untuk

menghilangkan sisa bahan bakar yang masih

ada di ruang bakar.

Fase

selanjutnya

adalah

firing.

Bersamaan dengan ini, turbin berputar

dibantu dengan motor cranking. Setelah

melalui proses purging, bahan bakar akan

dialirkan ke 14 ruang bakar. Bersamaan itu,

spare plug akan menghasilkan percikan api.

Kombinasi antara bahan bakar, udara dari

kompresor

dan

percikan

api,

akan

menghasilkan udara dengan suhu dan

tekanan yang tinggi. Udara bertekanan inilah

yang digunakan untuk memutar turbin gas.

Setelah proses firing, adalah proses

warming up, mulai proses firing, kecepatan

turbin akan terus meningkat hingga FSNL.

Fase

warm

up

dimaksudkan

untuk

penyesuaian turbin. Proses ini membutuhkan

waktu sekitar 1 menit.

Setelah 1 menit, fase warm up akan

berakhir dan memasuki fase accelerate.

Motor crank akan terlepas. Turbin mulai

berputar

dengan

energi

dari

udara

bertekanan. Setelah ini kecepatannya akan

terus bertambah hingga set point yang di

inginkan. Kecepatan set point awal inilah

yang disebut Full Speed No Load. Pada

Tahap ini akan dilakukan sinkronisasi.

4.1.1.4

Sinkronisasi

Sinkronisasi

otomatis

disempurnakan

dengan

menggunakan

program algoritma sinkronisasi ke software

R, S, T dan P. Sinyal tegangan Bus dan

generator dimasukkan ke core P dengan

berisikan transformer isolasi (transformer

isolation), dan diparalelkan dengan core

(RST). Software (RST) menggerakkan

pemeriksa sinkron (synch check) dan relay

permissive sinkron, sementara core P

menyediakan

perintah

actual

menutup

breaker.

Ada tiga model dasar sinkronisasi.

Mode ini dapat dipilih dari kontak eksternal

contohnya selector switch panel generator,

atau dari layer CRT Speedtronic Mk V.

OFF-Breaker tidak akan closed melalui

control speedtronic MK V.

MANUAL-Operator

menginisiasi

penutupan breaker ketika permissive

synch check relay memenuhi.

AUTO-Sistem

secara

automatis

mencocokkan tegangan dan frekuensi

dan kemudian menutup breaker pada

waktu yang tepatUntuk sinkronisasi,

unit dibawa kecepatan 100,3% untuk

menjaga generator lebih cepat dari

jaringan, menjamin beban bias masuk

ketika breaker close.

Ada 3 syarat turbin mencapai sinkron :

Tegangannya sama

Frekuensinya sama

Sudut fasenya sama

Setelah sinkron, maka breaker pada

switchyard akan close dan listrik dapat

disalurkan ke jaringan

(7)

V. KESIMPULAN

1.

Komponen

utama

sistem

PLTGU

terbagi menjadi tiga, yaitu Gas Turbine

Generator (GTG), Heat Recovery

Steam Generator (HRSG), dan Steam

Turbin Gas (STG).

2.

SPEEDTRONIC

TM

MARK V adalah

suatu sistem kontrol dan proteksi yang

telah dikembangkan oleh General

Electric (GE) dengan menggunakan

software dan hardware yang modern.

3.

SPEEDTRONIC

TM

MARK

V

menggunakan sistem TMR yang terdiri

dari tiga buah processor control <R>,

<S>, dan <T> pada core <R>, <S>, dan

<T> dan tiga prosessor proteksi

<X>,<Y> dan <Z> pada core proteksi

<P>.

4.

Sistem

kontrol

SPEEDTRONIC

TM

MARK V merupakan sistem kontrol

digital yang berisi logic-logic kontrol,

proteksi dan sequence pada operasi

turbin gas

5.

Kontrol Start-Up mengatur perubahan

keadaan gas turbin, dari pemutar awal

sampai mencapai kecepatan putaran

tertentu sehingga gas turbine tersebut

mampu berputar dan berakselerasi

sendiri sampai ke kecapatan putaran

nominalnya.

6.

Pendeteksian kecepatan putar Turbin

menggunakan

magnetik

pick

up

menjadi faktor yang penting dalam

tahap kontrol Start Up.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Lubis, Rahmat . Fundamental of

SpeedtronicTM Mark V Control

System. Tambak Lorok Combyne

Cycle Plant. 2002, Semarang.

[2] Arif, Masrul . Laporan Kerja

Praktek Penerapan Metode Routht

Ruhwitz

Untuk

Menentukan

Kestabilan Sistem Pengendalian

Exhaust Temperatur Pada Proses

Pembakaran Di Gas Turbin MS

9001 E Pembangkit Listrik Tenaga

Gas Dan Uap (PLTGU) UBP

Semarang PT Indonesia Power.

Jurusan Teknik Fisika Institut

Teknologi

Sepuluh

Nopember,

Surabaya

[4] Subroto, Samsu Haryo.

SpeedtronicTM Mark V. 2007.

Semarang

[5] ---MS-9000 Service

Manual:Turbine, Accessories and

Generator Volume I. PT.PLN

(Persero) Tambak Lorok

[6] ---MS-9000 Service

Manual:Turbine, Accessories and

Generator Volume IA. PT.PLN

(Persero) Tambak Lorok

[7] ---SpeedtronicTM Mark V

Control

Description

and

Application

Volume

I.

1993,

Semarang.

BIODATA

Huda Ilal Kirom (L2F008045),

Lahir di Semarang pada tahun

1990 ini adalah mahasiswa

Teknik Elektro Universitas

Diponegoro angkatan 2008

dengan mengambil konsentrasi

Kontrol.

Semarang, Mei 2012

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Budi Setiyono

,ST, MT

NIP.

197005212000121001

Gambar

Gambar 1  Dasar sistem TMR pada SPEEDTRONIC TM                                              MARK V
Gambar 3 Skema kontrol sederhana
Gambar 5  kurva start up
Gambar 5 State Chart Start Up Turbine Gas

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, model regresi terpotong lebih tepat jika digunakan untuk penelitian yang berorientasi pada suatu karakteristik tertentu dari obyek pengamatan yaitu

Seperti yang dikatakan dalam buku Jones dan Olive (2007), bahwa dalam membangun sebuah karakter, riwayat hidup karakter diperlukan agar karakter tersebut tetap pada peran

Dalam kalimat (D) terdapat penggunaan kata terhadap setelah predikat memperhatikan dan ketidaktepatan penggunaan kata sangsi yang seharusnya sanksi.Kalimat (E)

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang merupakan konsumen Matahari Department Store Java Mall Semarang. Adapun deskripsi responden

Merupakan pengetahuan untuk pemahaman dan penyelesaian masalah yang dapat berasal dari pakar, jurnal, buku dan sumber pengetahuan lainnya. Adapun pengetahuan yang

Penerbitan Keputusan Ketua Baznas Kab/Kota tentang penetapan mustahik penerima manfaat.. Penjelasan tekhnis lapangan dan penjadwalan pelaksanaan sama denganRutilahu

proses dimulainya pemberian makanan proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis maupun konsistensinya sampai seluruh..