Luka bakar pada kasus kecelakaan radiasi di Thailand 23 Februari 2000
Ir-192 (185 GBq, 5 Ci) selama 2 jam
Hari ke-5
Hari ke-11
Kecelakaan Industri Radiografi di Yanango, Lima PERU Ir-192 (37 Ci / 1,37 TBq), 20 Feb. 1999
22 Februari 19991 Maret 1999
28 April 2000
Februari 2001 18 Maret 1999
• Sumber radiasi eksternal sumber radiasi yg berada di luar tubuh manusia.
• Misal radiasi yg datang dr angkasa luar, serta
sumber-sumber radiasi yg ada di sekeliling manusia.
• Sumber radiasi internal sumber radiasi yg berada di dalam tubuh manusia
• Berupa unsur-unsur radioaktif yg masuk dan terikat oleh organ tertentu di dalam tubuh.
• Letak ketinggian seseorang bertempat tinggal. Diatas permukaan laut dapat memberikan dosis alam sebesar 0,5 mSv/tahun. Dosis tsb menjadi 2 x lipat setiap kenaikan posisi 1,5 km
• Jenis pekerjaan
Awak pesawat terbang dpt menerima dosis radiasi kosmis dlm jml lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum lainnya. Dosis tsb bisa
mencapai 7 mSv/tahun. Contoh :
• Penumpang pesawat dari AS ke Eropa akan mendapat
tambahan dosis dari radiasi kosmis kira-kira 0.05 mSv (mrem).
• Kru pesawat dengan rute utara dosis yang terakumulasi lebih
besar dibanding staf radiology di RS, sehingga di Eropa kru pesawat diklasifikasikan menjadi pekerja radiasi
Intensitas dosis radiasi kosmis yang di terima
penduduk bumi tergantung :
• Perkiraan rata-rata menunjukkan bahwa manusia menerima dosis radiasi 0,5 mSv/tahun
• Pada daerah tertentu ada yg sanggup memberikan dosis radiasi cukup tinggi, contoh:
* Batuan granit di Perancis dpt memancarkan 3 mSv/tahun. * pasir monosit di Brasil, India, Nieu Island dan Uni Emirat Arab memancarkan radiasi hingga 8 mSv/tahun.
*di Colorado batu-batuan dan tanah mengandung radioaktif thorium dan uranium.
DOSIS RADIASI DARI BAHAN–BAHAN DI
LAPISAN PERMUKAAN BUMI
• Bahan radioaktif dalam jumlah sedikit secara normal ada pada tubuh manusia (di bagian pencernaan dan bagian pernafasan)
• Radioaktif thorium, radium dapat dideteksi pada
sebagian besar orang meskipun jumlah sedikit yaitu < dari 10 µSv/th (1 mrem/th)
• Hanya radioaktif Potassium 40 yang kontribusinya cukup besar kepada manusia, Dosis rata-rata kurang lebih 0,2 mSv (20mrem/th)
SUMBER RADIASI YANG BERADA DI
DALAM TUBUH MANUSIA
Unsur kimia : Z = 86 dgn lambang Rn
Pada temperatur ruang Rn berupa gas yg tidak berwarna
Gas radon dicurigai sebagai penyebab kanker paru-paru. Ketika gas radon dihirup maka sebagian proses peluruhan gas radon (memancarkan radioasi pengion partikel ) berlangsung di dalam paru-paru.
Semakin besar kadar gas radon dalam udara semakin besar gas tsb masuk ke dalam paru-paru.
Resiko kematian akibat gas radon mencapai 0,005 %.
• Penggunaan bahan-bahan sisa hasil pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan perumahan dan gedung dapat memperbesar gas radon dalam ruangan, contoh di Eropa digunakan phospogypsum, batu bata merah, blast-furnace slag. • Di Indonesia digunakan asbes, gipsa, semen.
• Industri fosfat
• Pupuk fosfat dan kalium karbonat • Batu bara
• Produksi minyak dan gas • Pengolah air bersih
• Produksi energi geothermal • Industri kertas dan pulp
• Scrap metal.
Bahan/Limbah Laju Produksi Konsentrasi 226Ra
(metric ton / thn) Bq/g (pCi/g) Uranium overburden 3.8E+07 0.92 (25)
Phosphogypsum 4.8E+07 1.2(33) Slag 1.6E+06 1.29 (35) Pupuk Fosfat 4.8E+06 0 .31(8.3) Abu batu bara 6.1E+07 0.14 (3.7) Abu Terbang (Fly ash) 4.4E+07 0.14(3.9) Scale dan sludge dari minyak
dan gas 2.6E+06 3.33 (90) Pengolahan Air 3.0E+06 0.59 (16) Sludges 2.6E+06 0 .59 (16) Proses pertambangan logam 1.0E+09 0.18 (5)
Industri besar ( tembaga,
besi) 1.0E+09 0.18 (5) Limbah dari energi geotermal 5.4E+04 4.9 (132) Limbah dari energi geotermal 5.4E+04 4.9 (132)
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung
pada seberapa banyak dosis yang diberikan,
dan bergantung pula pada lajunya; apakah
diberikan secara akut (dalam jangka waktu
seketika) atau secara gradual (sedikit demi
sedikit).
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut
Efek Deterministik
dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema.
dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang
diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian.
radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan
pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak
sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama
(mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut.
• Somatik: orang yg terkena radiasi;
• Genetik: keturunan orang yg terkena radiasi;
Teratogenik: Cacat bawaan / kematian karena janin terkena radiasi;
• Stokastik: Peluang terjadi sebanding dengan dosis yang diterima
tanpa ada ambang batas. Ada waktu tenggang sebelum gejala nampak. Contoh: kanker dan leukimia, katarak;
• Non-stokastik: Keparahan akibat radiasi bergantung dosis yg
diterima; ada ambang batas. Gejala segera nampak. Contoh: Luka bakar, mual, pusing, sterilitas.
Sel darah berasal dari sel stem sumsum tulang
eritrosit (sdm)
lekosit (sdp) granulosit dan limfosit trombosit (platelet)
Dosis 0,5 Gy penurunan segera komponen darah
limfosit menurun dalam beberapa jam
trombosit & granulosit dalam beberapa hari – minggu eritrosit menurun lambat dalam beberapa minggu
Kematian terjadi akibat dari infeksi dan hemorrhage
Efek Deterministik pada
Sistem Pembentukan Darah
2–3 Gy eritema awal dalam 6-24 jam utk 2-3 hari eritema 7 – 10 hari utk beberapa minggu
3–8 Gy eritema dan epilasi
deskuamasi kering (pengelupasan kulit) 3-6 minggu 12-20 Gy blister (deskuamasi basah) dlm 4-6 minggu
ulceration (tukak/borok)
>20 Gy nekrosis (kematian jaringan ) dlm 10 minggu atropi dalam bulanan-tahunan
Testis
Perubahan jumlah sperma dan waktu pulih Dosis 0,15 Gy : oligospermia
Dosis < 1 Gy : steril beberapa bulan Dosis 1 – 3 Gy : steril 1 – 2 tahun ICRP 60 : 3,5 - 6 Gy
Ovarium
Bergantung usia: usia dosis Dosis 0,65 Gy : steril sementara
Dosis 5 – 7 Gy : steril pada usia 40-an Dosis 12 – 15 Gy : steril pada usia 20-an ICRP 60: 2,5 – 6 Gy
• Paling sensitif
lensa mata
katarak
• Dosis 0,5 Gy
kekeruhan lensa yang teramati
• Semakin tinggi dosis
semakin singkat masa
laten
• Dosis 2–10 Gy
katarak dalam 6 bulan -
35 tahun
Bergantung Periode kehamilan:
1. Preimplantasi & implantasi (minggu 0 – 2)
kematian janin (0,05 – 0,1 Gy) 2. Organogenesis (minggu 2 – 7)
malformasi organ, kematian neonatal, kanker masa anak-anak
3. Tahap Fetus (minggu 8 – 40)
retardasi mental, kanker pada masa anak-anak
Dosis ambang retardasi mental (penurunan IQ):
0,1 Gy pd minggu 8 – 15 dan 0,4 -0,6 Gy pd minggu 6 – 25
• adalah sekumpulan efek yang timbul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada seluruh tubuh secara akut • Tahapan terjadinya SRA :
Sindroma prodromal simpton awal segera pasca pajanan umumnya berlangsung beberapa jam masa laten (tenang) terbebas dari sakit beberapa hari
sampai 2 minggu SRA yang timbul : sistem hematopoitik,
sistem pencernaan
sistem syaraf pusat
I. Sindroma Sistem Hematopoitik (Sistem Pembentukan Darah)
Dosis ambang sindroma : 1 Gy
S. prodromal : mual, muntah, letih, pusing, hilang nafsu makan dan diare 3 hari
Masa laten : 2 – 3 minggu
Efek sistemik: penurunan jumlah sel darah
Dosis ambang kematian : 3 Gy dalam 3 minggu
Infeksi dan Hemorrhage
II. Sindroma Gastrointestinal (sistem pencernaan) Dosis ambang sindrom: 5 Gy
Sindroma Prodromal: demam, diare parah + darah, kram perut
Masa laten : 3 – 5 hari
Efek sistemik: kerusakan sel stem & lapisan mukosa usus halus
Dosis ambang kematian: 10 Gy dalam 3 hari – 2 minggu
III. Sindroma Sistem Syaraf
III. Sindroma Sistem Syaraf
Dosis ambang sindroma : 20 GyDosis ambang sindroma : 20 Gy
Sindroma Prodromal: hilang keseimbangan, Sindroma Prodromal: hilang keseimbangan,
susah bernafas, tremor dan komasusah bernafas, tremor dan koma
Masa laten : 15 menit – 3 jamMasa laten : 15 menit – 3 jam
Efek sistemik: kerusakan parah sistem syarafEfek sistemik: kerusakan parah sistem syaraf
dan cardiovasculardan cardiovascular
• Mencegah terjadinya efek-non stokastik yang berbahaya, dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas yang dapat diterima masyarakat;
• Meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi dapat dibenarkan.
Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh
International Commission Radiological
Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1.Justifikasi
2.Limitasi
3.Optimasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau
masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas
Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas
dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk
mencegah munculnya efek deterministik (non
stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya
efek stokastik.
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.
Cara mengurangi paparan radiasi untuk
pekerja:
1. Pengaturan waktu Paparan
2. Pengaturan Jarak dengan Sumber Radiasi
3. Penggunaan Perisai Pelindung
• Seorang pekerja radiasi yg berada di dalam
medan radiasi akan menerima dosis radiasi yg
besarnya sebanding dengan lamanya pekerja
tersebut bearada di dalam medan radiasi.
• Dosis radiasi yg diterima oleh pekerja selama
berada di dalam medan radiasi dirumuskan :
1.Pengaturan Waktu
t D D . radiasi medan dalam di berada seseorang lamanya t radiasi medan dalam serap dosis Laju D tubuh diterima yg akumulasi dosis D Contoh : seorang pekerja radiasi melakukan kerja
di medan radiasi dengan laju dosis 30
μGy/jam. Berapa dosis serap yg diterima jika
pekerja tersebut dapat menyelesaikan
pekerjaannya selama 15 menit.
Gy tubuh diterima yg serap dosis Jadi Gy D jam jam Gy D t D D 75 75 25 , 0 . / 30 .
• Faktor jarak berkaitan erat dengan fluks () radiasi. Fluks radiasi adalah jumlah radiasi yg menembus luas permukaan (cm2) per satuan waktu (s)
• Fluks radiasi pada suatu titik akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik tsb dengan sumber radiasi.
• Laju dosis radiasi proporsional dengan fluks radiasi, sehingga laju dosis pada suatu titik juga berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak titik tsb dengan sumber. Namun hanya berlaku pada sumber titik saja dan tidak ada absorbsi radiasi oleh medium.
Berdasarkan persamaan diatas maka jika jarak dijadikan dua kali lebih besar, maka laju dosisnya berkurang menjadi (1/2)2 atau
(1/4) kali semula, demikian pula jika jaraknya dirubah menjai 3 dan 4 kali semula, maka laju dosis radiasinya berkurang menjadi (1/3)2 atau (1/9) dan (1/4)2 atau 1/16 kali semula.
Sebaliknya jika jarak antara titik dengan sumber radiasi
diperpendek menjadi ½ kali semula, maka laju dosisnya akan bertambah menjadi 4 kali semula. Demikian pula jika jaraknya diubah menjadi 1/3 dan ¼ kali semula, maka laju dosisnya
• Diperlukan apabila melakukan penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktivitas sangat tinggi (ber orde MBq atau Ci).
• Sifat dr bahan perisai harus mampu menyerap energi radiasi (sinar- dan neutron) atau melemahkan intensitas radiasi (utk sinar-X dan -).
• Perisai radiasi - secara kualitatif dan kuantitatif berbeda dengan perisai utk sinar- dan neutron.
• Mengingat sifat serap bahan perisai thd berbagai jenis dan energi radiasi berbeda-beda, jumlah dan jenis bahan penahan radiasi yg diperlukan bergantung pada jenis dan energi radiasi yg dipancarkan sumber.
• Karakteristik sinar- bahwa interaksi antara sinar- dgn materi akan menyebabkan ionisasi materi, dimana dlm
proses ini terjadi penyerahan energi dr sinar- kepada materi yg dilaluinya. Energi sinar- terserap habis oleh medium yg dilaluinya.
• Jangkauan maksimum sinar- dalam suatu medium
bergantung energi sinar- dan jenis medium yg dilaluinya. • Jenis bahan perisai dan energi sinar- perlu dijadikan bahan
pertimbangan dalam setiap perancangan perisai utk sinar-
1. Perisai untuk sinar-
2. Perisai untuk radiasi elektromagnetik
• Interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi akan menyebakan pengurangan intensitas radiasi elektromagnetik, seperti yg ditunjukkan pada persamaan dibawah ini.
Laju dosis radiasi elektromagnetik berbanding lurus
dengan intensitas radiasinya sehingga dalam perisai radiasi elektromagnetik berlaku persamaan :
Pelemahan radiasi elektromagnetik scr kuantitatif hanya dapat dikurangi intensitasnya bila perisai untuk radiasi ini dipertebal. Kemampuan bahan perisai dlm menyerap radiasi
ORGANISASI PROTEKSI RADIASI
Ada beberapa organisasi international yg
berkaitan dengan pengaturan masalah proteksi radiasi :
1.
IAEA
2.ICRP
3.ICRU
Badan Tenaga Atom Internasional yg bernaung di
bawah PBB. Berdiri th 1956 dan merup. Badan khusus yg dibentuk & diberi wewenang utk
menerapkan standar2 keselamatan untuk proteksi radiasi dlm pelaksanaannya dan pemanfaatan
tenaga nuklir untuk maksud2 damai dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa2 di
seluruh dunia.
IAEA mengeluarkan ketentuan kesehatan dan
keselamatan dlm publikasi safety series con. Safety series No.1 : Safe Handling of Radioisotops
(Vienna, 1962)
INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION (ICRP)
Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi merp.
Org. independen dan tidak terikat oleh pihak atau negara
manapun dgn keanggotaannya bersifat perorangan yg terdiri dr para ahli dalam masalah keselamatan dan kesehatan
radiasi.
Didirikan oleh Konggres International Radiologi ke-2 th
1928 sgb Komisi International untuk Proteksi Terhadap Radium dan Sinar-X. th. 1950 berubah nama ICRP
Memberikan rekomendasi mll pokok2 proteksi radiasi n
menyerahkan tanggungjawab penjabarannya kpd pemerintah setempat
Publikasi : ICRP Report and Annals of the ICRP.
ICRP Report No.1 : Recommendation of the international
Commission on Radiological Protection (Pergamon Press, Oxford, 1959)
INTERNATIONAL COMMISSION ON
RADIOLOGICAL UNITS AND MEASUREMENTS (ICRU)
Komisi International untuk satuan dan pengukuran
radiologi berdiri th 1925.
Tujuan untuk mengembangkan rekomendasi
mengenai satuan dan pengukuran radiologi yg scr internasional dapat diterima, yaitu
1. Besaran dan satuan radiologi dan radioaktivitas 2. Prosedur yg tepat u pengukuran dan penerapan
besaran-besaran tsb dlm radiologi klinis dan radiobiologi
3. Data fisika yg diperlukan dlm penerapan prosedur tsb,
yg bila digunakan akan menjamin keseragaman dlm pelaporan.
• Publikasi ICRU Report No.33 : Radiation
Quantities and Units (Washinggton, D.C., 1980)
• Badan Nasional yang dibentuk oleh pemerintah RI berkaitan dengan pengaturan pemanfaatan dan
pengawasan tenaga nuklir :
1. BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional)
2. BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)
Organisasi Proteksi radiasi
Proteksi radiasi yg baik bergantung pada
organisasi proteksi radiasi yg efisien dan efektif. Sesuai dgn PP No.63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan thd Pemanfaatan Radiasi Pengion.
Secara Operasional diatur dlm SK Bapeten
No.01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan
Masalah Utama dlm pengawasan keselamatan radiasi adalah dalam penentuan nilai batas
dosis.
Menurut ICRP dosis maksimum yg diterima seseorang adalah dosis yg diterima dalam
jangka waktu tertentu atau dosis yg berasal dr penyinaran intensif seketika, yg menurut
tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan kemungkinan yg dpt diabaikan ttg terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik.
Nilai Batas Dosis bukanlah merupakan batas
pemisah antara aman dan bahaya, tetapi jika nilai batas dosis itu sedikit saja terlampaui, maka
peristiwa itu mengindikasikan telah terjadinya suatu kekeliruan dalam pengendalian radiasi.
Nilai Batas Dosis yang ditetapkan tidak berlaku untuk penyinaran dari radiasi alamiah dan
Dosis maksimum
yang diizinkan Tahun Keterangan
30 R/thn sinar-X 100 kV 70 R/thn sinar-X 200 kV
1925 Direkomendasikan oleh :
A. Mutscheller dan R.M. Sievert 0,2 R/hari atau 1 R/mggu 1934 Direkomendasikan oleh :
Komisi Internasional u/ Proteksi thd sinar-X dan radium
15 rem/thn atau 0,3 rem/mggu
1950 Direkomendasikan oleh ICRP
5 rem/thn atau 0,1
rem/mggu 1958 Direkomendasikan oleh ICRP
50 mSv/thn 1977 Direkomendasikan oleh ICRP dgn mengikuti prinsip ALARA
20 mSv/thn 1990 Direkomendasikan oleh ICRP Dirata-ratakan u 5 thn
Dosis maksimum
yang diizinkan Tahun Keterangan
30 mR/mggu 1952 Diusulkan oleh NCRP 500 mrem/thn atau 10
mrem/mggu
1958 Thn 1958 diusulkan o NCRP, thn 1959 diusulkan sbg dosis maksimum u
gonad atau seluruh tubuh 500 mrem/thn atau 3
mrem/mggu
1958 Diusulkan oleh ICRP sbg dosis rata-rata u gonad atau seluruh tubuh
5 rem/thn atau 0,1 rem/mggu
1958 Direkomendasikan oleh ICRP 100 mrem/thn atau 2
mrem/mggu
1959 Diusulkan oleh komite AdHoc ICRP 5 mSv/thn 1977 Direkomendasikan oleh ICRP dgn
mengikuti prinsip ALARA 1 mSv/thn 1990 Direkomendasikan oleh ICRP
Standar Keselamatan Radiasi menurut ICRP : 1. Penyinaran thd pekerja radiasi dewasa (>18 thn), dibagi lg menjadi penyinaran u/ wanita hamil dan pekerja radiasi lainnya.
2. Anggota masyarakat terdiri dr anggota masyarakat perorangan dan keseluruhan masyarakat
3. Penyinaran medik yaitu yg diperoleh dosis radiasi dgn sengaja yg diberikan oleh tenaga medik dan paramedik yg mampu.
NBD yg berlaku di Indonesia dituangkan dlm SK Dirjen BATAN No. PN03/160/DJ/89 ttg
BAB II KELEMBAGAAN Pasal 3
1. Pemerintah membentuk Badan Pelaksana yg
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, yg bertugas melaksanakan
pemanfaatan tenaga nuklir
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Badan Pelaksana menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, penyelidikan
umum, eksplorasi dan eksploitasi bahan galian
nuklir, produksi bahan baku untuk pembuatan dan produksi bahan bakar nuklir, produksi radioisotop untuk keperluan penelitian dan pengembangan, dan pengelolaan limbah radioaktif.
Pasal 4
1. Pemerintah membentuk Badan Pengawas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden, yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Badan Pengawas
menyelenggarakan peraturan, perizinan dan inspeksi.
Untuk tujuan pemonitoran dan pembatasan
penyinaran dibedakan 2 kategori pekerja radiasi 1. Kategori A u pekerja radiasi yg mungkin
menerima dosis sama dengan atau lebih dari 15 mSv (1500 mrem) per tahun.
2. Kategori B u pekerja radiasi yg mungkin
menerima dosis lebih kecil dari 15 mSv (1500 mrem) per tahun.
NBD untuk seluruh tubuh
NBD utk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv (5000 mrem) per tahun.
NBD utk wanita dlm usia subur tidak lebih dr 13
mSv (1300 mrem) dlm jangka 13 minggu pd
abdomen dan tidak melebihi NBD u pekerja radiasi
Wanita hamil 10 mSv (1000 mrem) pd janin, terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat bayi lahir. Umumnya kondisi ini akan
tercapai bila pekerja radiasi tsb sesuai dalam kategori B.
NBD utk penyinaran lokal
Batas dosis efektif adalah 500 mSv (50.000 mrem) dalam satu tahun.
Dengan nilai batas dosis u/ organ ttt :
1. Lensa mata 150 mSv (15.000 mrem) setahun
2. Kulit 500 mSv (50.000 mrem) setahun
3. Tangan, lengan, kaki dan tungkai 500 mSv (50.000 mrem) setahun
NBD utk masyarakat umum
Penyinaran seluruh tubuh 5 mSv (500 mrem) dlm setahun
Penyinaran lokal batas dosis efektif 5 mSv (500 mrem) dlm setahun
Batas dosis utk lensa mata 15 mSv (1500 mrem) dlm setahun
Batas dosis utk kulit 50 mSv (5000 mrem) dlm setahun. Batas ini dirata-ratakan pd permukaan seluas 100 cm2
Batas dosis u tangan, lengan, kaki dan tungkai 50 mSv (5000 mrem) dlm setahun
NBD utk magang dan siswa
Yg berumur serendah-rendahnya 18 thn terpaksa menggunakan sbr radiasi adalah sama dengan
NBD pekerja radiasi
Yg berumur 16 - 18 thn terpaksa menggunakan sbr radiasi adalah 0,3 NBD pekerja radiasi
Yg berumur kurang dr 16 thn tetapi tidak menggunakan sbr radiasi adalah NBD sama dengan masyarakat umum. Apabila terkena
radiasi dosis yg diterima dlm sekali penyinaran tdk boleh melebihi 0,01 NBD anggota
masyarakat umum dan kontribusi dosis yg
diterima setahun tdk lebih dr 0,1 NBD anggota masyarakat umum
PETUGAS PROTEKSI RADIASI
PPR berkewajiban membantu Pengusaha Instalasi dlm melaksanakan tanggung
jawabannya dibidang proteksi radiasi
Tanggung Jawab PPR :
1. Memberikan instruksi teknis dan
administrasi baik scr lisan maupun tertulis kpd pekerja radiasi ttg keselamatan kerja yg baik, instruksi hrs mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan
2. Mengambil tindakan u/ menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak pernah mencapai batas tertinggi yg berlaku serta
menjamin agar pengelolaan limbah radioaktif sesuai dgn ketentuan yg berlaku
3. Mencegah dilakukannya perubahan thd segala sesuatu sehingga dpt menimbulkan kecelakaan radiasi
4. Mencegah zat radioaktif jatuh ke tangan orang yg tidak berhak
5. Mencegah kehadiran orang yg tidak
berkepentingan ke dlm daerah pengendalian 6. Menyelenggarakan dokumentasi yg
berhubungan dgn Proteksi radiasi
7. Menyarankan pemeriksaan keehatan thd pekerja radiasi apabila diperlukan n melaksnakan
pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi radiasi
8. Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi yg memadai kpd para pengunjung atau tamu apabia diperlukan.
PEKERJA RADIASI
• Semua pekerja radiasi ikut bertanggung jawab thd keselamatan radiasi di daerah kerjanya.
• Kewajiban pekerja radiasi :
1. Mengetahui, memahami & melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja radiasi
2. Memanfaatkan sebaik-baknya peralatan
keselamatan radiasi yg tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja scr aman u/ melindungi baik dirinya sendiri maupun pekerja lain
3. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada PPR
4. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yg dirasakan, yg diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dlm tubuh