• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi Uji Aktivitas Enzim Amilase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstraksi Uji Aktivitas Enzim Amilase"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI & UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE

NAMA

: WAHYU ERWIN FIRMANSYAH

NIM

: 125100101111014

KELOMPOK

: J3

KELAS

: J

ASISTEN

: NOVI

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

BAB I

EKSTRAKSI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS AMILASE

A. Pre Lab

1. Mengapa enzim amilase bisa didapatkan pada kecambah biji-bijian?

Enzim amilase bisa didapatkan pada kecambah biji-bijian karena enzim amilase diperlukan biji pada proses metabolisme senyawa pati yang berfungsi untuk mengkatalisis pemecahan atau hidolisis senyawa pati menjadi gula sederhana yang larut dalam air yang diperlukan untuk perkecambahan biji. Munculnya tunas pada kecambah biji-bijian dapat mengaktifkan enzim amilase, enzim tersebut menyediakan nutrisi yang paling baik untuk membantu pertumbuhan tunas (Sari, 2004).

Pada proses perkecambahan, aktivitas metabolisme akan menghasilkan hormon giberelin yang akan ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga menghasilkan enzim amilase terutama -amilase. Enzim tersebut selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan berupa pati menjadi gula sehingga dapat menghasilkan energi yang berguna untuk aktivasi sel dalam mendukung proses pertumbuhan. Cadangan makanan yang sudah diubah menjadi gula akan digunakan untuk membentuk struktur akar, batang, dan tunas (Bintang, 2010).

2. Jelaskan prinsip pengukuran aktivitas enzim amilase secara kuantitatif pada percobaan ini?

Prinsip pengukuran aktivitas enzim amilase secara kuantitatif pada percobaan ini yaitu menguji aktivitas enzim amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim amilase ditunjukkan dengan perubahan warna akibat hidrolisis pati menjadi gula sederhana (maltosa) oleh enzim amilase. Prinsipnya didasarkan pada perhitungan gula pereduksi dari hasil hidrolisis pati (Mutia dkk, 2011).

Penentuan kadar gula pereduksi (maltosa) dapat dilakukan dengan menggunakan analisa gula pereduksi yaitu mereaksikan gula pereduksi dengan reagen DNS (3,5 dinitro saliclic acid) dimana pada suasana basa, gula pereduksi akan mereduksi DNS menjadi Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang dapat menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu. Semakin banyak gula pereduksi maka semakin banyak Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang terbentuk. Adanya senyawa yang terbentuk tersebut ditandai dengan adanya perubahan warna

(3)

3. Bagaimana cara mengidentifikasi secara kualitatif bahwa telah terjadi reaksi enzimatis pada percobaan ini?

Cara mengidentifikasi secara kualitatif bahwa telah terjadi reaksi enzimatis yaitu dengan melihat ada tidaknya perubahan warna pada sampel yang diuji. Apabila ada gula pereduksi pada sampel, maka akan terjadi perubahan warna kuning menjadi merah jingga. Adanya perubahan warna tersebut menandakan bahwa telah terjadi reaksi enzimatis yaitu dengan adanya enzim amilase yang mampu merombak pati menjadi gula. Gula sederhana yang terbentuk akan bereaksi dengan reagen DNS pereduksi yang membentuk Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat (Lim Chai Teo, 2013).

Selain itu, uji kualitatif juga dapat dilakukan dengan menambahkan larutan fehling pada sampel. Jika terdapat glukosa dalam sampel maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata yang merupakan endapan tembaga (I) oksida (Cu2O) yang

dihasilkan dari reduksi tembaga (II) oksida (CuO) oleh glukosa yang merupakan gula pereduksi. Bertambahnya endapan merah bata pada sampel menunjukkan bahwa semakin lama glukosa yang terbentuk semakin banyak (Sunarya, 2007).

(4)

B. Diagram Alir

1. Ekstraksi Enzim Amilase

2. Uji Kuantitatif

a) Persiapan substrat pati

1 gr Soluble Starch Dilarutkan ke dalam 100 ml air

Diaduk dan dipanaskan sampai jernih dan homogen

Hasil

Sampel Dihancurkan

Diambil supernatanya

Disentrifugasi 1500 rpm selama 30 menit Diambil filtratnya (larutan enzim kasar)

Disaring dengan kertas saring

Dibiarkan ± 30 menit sambil sesekali diaduk

50 ml buffer asetat (0.1-0.5 M) pH 5.5 Ditimbang sebanyak 5 g

(5)

b) Pengukuran aktivitas hasil ekstraksi

c) Pembuatan larutan standar maltose 50 mg Maltosa

Dilarutkan dalam 50 ml buffer HCl Diencerkan sampai diperoleh

stok standar 1000 ppm

Dilakukan seri pengenceran (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400

ppm, 500 ppm, 600 ppm) Hasil

1 ml enzim hasil ekstraksi

Ditambah 1 ml larutan substrat pati

Dipanaskan sampai mendidih Didinginkan cepat pada air mengalir

Hasil

Diinkubasi 3 menit, suhu 300C

2 ml DNS

Ditambah 20 ml aquades

Dihitung kadar maltose dari plotting regresi linear standar maltosa Serapan diukur dengan spektrofotometer

(6)

d) Pembuatan grafik standar

Hasil 1 ml larutan stok

standar maltosa

3 ml DNS Diinkubasi 15 menit, suhu 400C

Diukur absobansinya pada panjang gelombang 550 nm

Didinginkan

Dibuat regresi linear (hasil absorbansi dan konsentrasi maltosa

(7)

C. Hasil dan Pembahasan

1.1 Ekstraksi enzim amilase dari kecambah a) Kurva Standar ppm Absorbansi 0 ppm 0.130 100 ppm 0.166 200 ppm 0.205 300 ppm 0.216 400 ppm 0.243 500 ppm 0.243 600 ppm 0.256 y = 0.020x + 0.127 R² = 0.915 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Ab so rb an si ppm

Kurva Standar

Series1 Linear (Series1)

(8)

b) Kurva Sampel

Sampel Konsentrasi Absorbansi

Biji Kering 18.4804 ppm 0.504

Biji Direndam 12 Jam 24.5588 ppm 0.628 Kecambah 12 Jam 25.2451 ppm 0.642 Kecambah 24 Jam 0.3431 ppm 0.134 Kecambah 48 Jam 1.0784 ppm 0.149

1. 2 Tuliskan hasil pengamatan dari percobaan!

Sampel Aktivitas Enzim

Biji kering 6,1601

Biji direndam 12 jam 8,1863

Kecambah umur 12 jam 8,4150

Kecambah umur 24 jam 0,1144

y = -0.120x + 0.772 R² = 0.569 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0 1 2 3 4 5 6 Ab so rb an si Konsentrasi

Kurva Sampel

Series1 Linear (Series1)

(9)

*Perhitungan

Persamaan kurva standar y = 0,0204x + 0,127 (1) Biji kering absorbansi = 0,504

*Konsentrasi (C) y = 0,0204x + 0,127 0,504 = 0,0204x + 0,127 0,0204x = 0,504 0,127 x = 0,377/0,0204 x = 18,4804 C = x = 18,4804 ppm

*Aktivitas Enzim α -amilase = C x 1/T x 1 unit/1mikromol = 18,4804 x 1/3

= 6,1601

(2) Biji direndam 12 jam absorbansi = 0,628 *Konsentrasi (C) y = 0,0204x + 0,127 0,628 = 0,0204x + 0,127 0,0204x = 0,628 0,127 x = 0,501/0,0204 x = 24,5588 C = x = 24,5588 ppm

*Aktivitas Enzim α -amilase = C x 1/T x 1 unit/1mikromol = 24,5588 x 1/3

= 8,1863

(3) Kecambah umur 12 jam absorbansi = 0,642 *Konsentrasi (C) y = 0,0204x + 0,127 0,642 = 0,0204x + 0,127 0,0204x = 0,642 0,127 x = 0,515/0,0204 x = 25,2451 C = x = 25,2451 ppm

*Aktivitas Enzim α -amilase = C x 1/T x 1 unit/1mikromol = 25,2451 x 1/3

= 8,4150

(4) Kecambah umur 24 jam absorbansi = 0,134 (data kelas D) *Konsentrasi (C) y = 0,0204x + 0,127 0,134 = 0,0204x + 0,127 0,0204x = 0,134 0,127 x = 0,007/0,0204 x = 0,3431

*Aktivitas Enzim α -amilase = C x 1/T x 1 unit/1mikromol = 0,3431x 1/3

(10)

(5) Kecambah umur 48 jam absorbansi = 0,149 (data kelas D) *Konsentrasi (C) y = 0,0204x + 0,127 0,149 = 0,0204x + 0,127 0,0204x = 0,149 0,127 x = 0,022/0,0204 x = 1,0784 C = x = 1,0784 ppm

*Aktivitas Enzim α -amilase = C x 1/T x 1 unit/1mikromol = 1,0784 x 1/3

= 0,3595

2. Bahas dan bandingkan data-data dalam percobaan ini! 2.1 Analisis Prosedur (Anpros)

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu pipet ukur, pipet tetes, bola hisap, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, mortar, corong kaca, kertas saring, pengaduk kaca, sentrifuge, tube sentrifuge, inkubator, kompor listrik, kuvet, dan spektofotometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu biji kacang hijau kering, biji kacang hijau yang direndam 12 jam, kacang hijau yang dikecambahkan 12 jam, buffer asetat pH 5.5, aquades, reagen DNS, dan pati 1%.

Pada praktikum kali ini, hal yang dilakukan pertama kali yaitu mempersiapkan sampel. Sampel yang digunakan yaitu biji kacang hijau dengan tiga perlakuan yaitu biji kacang hijau kering, biji kacang hijau yang direndam 12 jam, dan biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam. Masing-masing sampel perlakuan tersebut ditimbang dengan timbangan analitik sebanyak 10 gram.

Selanjutnya masing-masing sampel dihancurkan dengan mortar. Sampel harus dihancurkan untuk mendapatkan enzim amilase yang termasuk enzim endoselluler sehingga untuk mengekstraksi harus menghancurkan masing-masing sampel terlebih dahulu. Masing-masing sampel diambil dan ditimbang sebanyak 5 gram. Sampel yang sudah ditimbang 5 gram selanjutnya dimasukkan ke erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 50 ml buffer asetat (0.1-0.5 M) pH 5.5 yang berfungsi untuk mempertahankan pH. Karena enzim yang digunakan dapat bekerja secara optimum sesuai dengan pH yang optimum. Setelah itu didiamkan ±30 menit sambil sesekali diaduk supaya homogen. Setelah 30 menit, disaring dengan kertas saring Whatman untuk diambil filtratnya. Filtrat yang diambil merupakan larutan enzim kasar yang ditampung dalam beaker glass.

(11)

rpm selama 30 menit dengan sentrifuge untuk memisahkan supernatan dengan pelet. Setelah 30 menit diambil supernatannya untuk uji aktivitas enzim amilase.

Pada uji aktivitas enzim amilase, pertama kali dilakukan yaitu mempersiapkan substrat pati 1% yang berarti 1 gram pati dilarutkan dalam 100 ml air. Kemudian, 1 ml enzim hasil ekstraksi diambil dan ditambahkan 1 ml larutan substrat pati yang berfungsi sebagai substrat yang dihidrolisis oleh enzim. Lalu diinkubasi selama 3 menit dengan shaker waterbath dengan suhu 30oC supaya mencapai suhu optimum yang sesuai dengan

suhu optimum enzim amilase. Selanjutnya ditambah dengan 2 ml DNS (3,5 dinito salicilic acid). Reagen DNS tersebut berfungsi untuk mendeteksi adanya gula pereduksi dalam sampel disakarida maltosa hasil dari hidrolisis substrat pati oleh enzim amilase. Sampel dan blanko yang telah ditambah DNS dalam tabung reaksi diletakkan ke dalam beaker glass yang berisi aquades kemudian dipanaskan sampai mendidih diatas kompor listrik dengan tujuan untuk menghentikan aktivitas enzim atau menginaktivasi enzim. Selama pemanasan tersebut terjadi perubahan warna dari warna kuning menjadi orange kecoklatan. Setelah mendidih didinginkan secara cepat pada air mengalir. Kemudian masing-masing sampel dan blanko diencerkan dengan menambahkan 20 ml aquades.

Selanjutnya blanko dan masing-masing sampel diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal yaitu 550 nm. Pertama larutan blanko dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kuvet lalu dimasukkan ke spektrofotometer. Larutan blanko tersebut digunakan untuk kalibrasi. Kemudian masing-masing sampel juga dimasukkan ke kuvet secara bergantian dan diukur nilai absobansinya dengan spektrofotometer. Setelah didapatkan nilai absorbansi masing-masing sampel, dihitung nilai aktivitas enzim amilase dengan terlebih dahulu membuat plot regresi linear standar.

2.2 Perbandingan Kurva Standar dengan Kurva Sampel

Pada kurva standar dihasilkan persamaan regresi linear yaitu y=0,0204x+0.127 dimana sumbu y merupakan Absorbansi dan sumbu x merupakan Konsentrasi (ppm). Dari kurva standar tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi (ppm) maka semakin tinggi nilai absorbansi. Sedangkan pada kurva sampel dihasilkan persamaan regresi linear yaitu y=-0,1204x+0,7726 dimana sumbu y merupakan Absorbansi dan sumbu x merupakan Konsentrasi (ppm). Jika kurva sampel dibandingkan dengan kurva standar maka terdapat perbedaan pada perbandingan konsentrasi dengan absorbansi. Pada kurva sampel data yang didapatkan kurang akurat sehingga hasilnya kurang signifikan. Hasil tersebut disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan dimana data 2 perlakuan didapatkan dari kelas lain. Pada 3 perlakuan yang pertama,

(12)

dimana semakin besar absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi. Pada perlakuan keempat dan kelima nilai absorbansi yang didapatkan menurun sehingga konsentrasinya juga menurun.

2.3 Hubungan Reagen DNS dengan Aktivitas Enzim Amilase

Reagen DNS (3,5 dinitro salicilic acid) merupakan suatu reagen yang digunakan untuk mendeteksi adanya gula pereduksi dalam sampel disakarida maltosa hasil dari hidrolisis substrat pati oleh enzim amilase. Penentuan aktivitas enzim amilase ditentukan dari banyaknya gula pereduksi yang terbentuk hasil hidrolisis pati oleh enzim amilase. Penentuan kada gula pereduksi (maltosa) dapat dilakukan dengan dengan menggunakan analisa gula pereduksi yaitu mereaksikan gula pereduksi dengan reagen DNS (3,5 dinitro saliclic acid) dimana pada suasana basa, gula pereduksi akan mereduksi DNS menjadi Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang dapat menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu.

Semakin banyak gula pereduksi maka semakin banyak Asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang terbentuk. Adanya senyawa yang terbentuk tersebut ditandai dengan adanya perubahan warna kuning menjadi merah jingga. Adanya perubahan warna tersebut menandakan bahwa telah terjadi reaksi enzimatis yaitu dengan adanya enzim amilase yang mampu merombak pati menjadi gula pereduksi. Semakin banyak gula pereduksi yang terbentuk menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas enzim amilase untu memecah substrat pati menjadi gula pereduksi. Tingginya aktivitas enzim amilase ditandai dengan perubahan warna sampel yang semakin pekat dari sebelumnya. 2.4 Perbandingan Tiap Sampel

Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sampel kacang hijau dengan 5 perlakuan yang berbeda-beda. Perlakuan sampel yang dilakukan dalam praktikum ada 3 yaitu biji kacang hijau kering, biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam, dan kacang hjau yang dikecambahkan 12 jam. Perlakuan yang lain yaitu kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam dan 48 jam didapatkan dari kelas lain.

Pada perlakuan yang pertama yaitu biji kacang hijau kering. Sampel tersebut diekstrak dengan buffer asetat. Dari hasil ekstraksi biji kacang hijau kering diambil supernatannya untuk uji aktivitas enzim. Enzim hasil ekstraksi tersebut diambil 1 ml dan ditambah pati 1% yang akan menjadi substrat. Warna dari ekstrak enzim dengan pati1% yaitu bening. Selanjutnya diinkubasi selama 3 menit pada suhu optimum 30oC. Kemudian

(13)

dari biji kacang hijau kering. Reagen DNS akan merubah warna menjadi kuning, dan setelah dilakukan pemanasan warna yang terbentuk akan lebih pekat. Kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan 20 ml aquades. Setelah itu diukur nilai absorbansinya dan didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,504. Kemudian nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke persamaan linear sehingga didapatkan nilai x atau konsentrasi (C) sebesar 18,4804. Dari nilai konsentrasi tersebut didapatkan nilai aktivitas enzim -amilase pada biji kacang hijau kering yaitu 6,1601.

Pada perlakuan yang kedua yaitu biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam. Sampel tersebut diekstrak dengan buffer asetat. Dari hasil ekstraksi biji kacang hijau yang direndam 12 jam diambil supernatannya untuk uji aktivitas enzim. Enzim hasil ekstraksi tersebut diambil 1 ml dan ditambah pati 1% yang akan menjadi substrat. Warna dari ekstrak enzim dengan pati1% yaitu bening. Selanjutnya diinkubasi selama 3 menit pada suhu optimum 30oC. Kemudian ditambahkan reagen DNS yang akan mendeteksi

adanya gula pereduksi dalam sampel disakarida maltosa hasil dari hirolisis substrat pati oleh enzim amilase yang di ekstrak dari biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam. Reagen DNS akan merubah warna menjadi kuning, dan setelah dilakukan pemanasan warna yang terbentuk akan lebih pekat dari warna sebelumnya. Kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan 20 ml aquades. Setelah itu diukur nilai absorbansinya dan didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,628. Kemudian nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke persamaan linear sehingga didapatkan nilai x atau konsentrasi (C) sebesar 24,5588. Dari nilai konsentrasi tersebut didapatkan nilai aktivitas enzim -amilase pada biji kacang hijau yang direndam 12 jam yaitu 8,1863.

Pada perlakuan yang ketiga yaitu kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam. Sampel tersebut diekstrak dengan buffer asetat. Dari hasil ekstraksi biji kacang hijau yang direndam 12 jam diambil supernatannya untuk uji aktivitas enzim. Enzim hasil ekstraksi tersebut diambil 1 ml dan ditambah pati 1% yang akan menjadi substrat. Warna dari ekstrak enzim dengan pati1% yaitu bening. Selanjutnya diinkubasi selama 3 menit pada suhu optimum 30oC. Kemudian ditambahkan reagen DNS yang akan mendeteksi

adanya gula pereduksi dalam sampel disakarida maltosa hasil dari hirolisis substrat pati oleh enzim amilase yang di ekstrak dari kacang hijau yang dikecambahkan 12 jam. Reagen DNS akan merubah warna menjadi kuning, dan setelah dilakukan pemanasan warna yang terbentuk akan lebih pekat dari warna sebelumnya. Kemudian dilakukan pengenceran dengan menambahkan 20 ml aquades. Setelah itu diukur nilai absorbansinya dan didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,642. Kemudian nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke persamaan linear sehingga didapatkan nilai x atau konsentrasi (C) sebesar 25,2451. Dari nilai konsentrasi tersebut didapatkan nilai aktivitas

(14)

Pada perlakuan yang keempat yaitu kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam. Sampel tersebut diambil dari data kelas lain (kelas D). Nilai absorbansi yang didapatkan sebesar 0,134. Kemudian nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke persamaan linear sehingga didapatkan nilai x atau konsentrasi (C) sebesar 0,3431. Dari nilai konsentrasi tersebut didapatkan nilai aktivitas enzim -amilase pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam yaitu 0,1144.

Pada perlakuan yang kelima yaitu kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam. Sampel tersebut diambil dari data kelas lain (kelas D). Nilai absorbansi yang didapatkan sebesar 0,149. Kemudian nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke persamaan linear sehingga didapatkan nilai x atau konsentrasi (C) sebesar 1,0784. Dari nilai konsentrasi tersebut didapatkan nilai aktivitas enzim -amilase pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam yaitu 0,3595.

Dari kelima sampel tersebut terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara data dari praktikum kelas J dengan data dari kelas lain. Seharusnya semakin lama atau semakin dikecambahkan aktivitas enzim akan meningkat, namun dari data tersebut justru semakin turun pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam jam 48 jam. Sementara data dari kelas J sudah sesuai dimana dari biji kering, biji direndam, sampai kecambah 12 jam mengalami peningkatan absorbansi yang menandakan adanya peningkatan aktivitas enzim amilase. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan karena pebedaan perlakuan dimana saat praktikum terjadi perbedaan konsentrasi saat mengambil larutan, sampel, maupun reagen. Selain itu dari reagen DNS yang semakin lama semakin tidak stabil. Kemudian dari pengambilan substrat juga berbeda dimana pada praktikum kelas J konsentrasi yang digunakan yaitu 1% substrat pati sedangkan pada praktikum kelas D konsentrasi yang digunakan yaitu 1 ppm. Dari perbedaan tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan adanya perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan serapan oleh spektrofotometer yang berakibat pada perbedaan nilai absorbansi dan aktivitas enzim amilase yang cukup signifikan sehingga data yang dihasilkan kurang akurat untuk dijadikan sebuah perbandingan.

Keberhasilan untuk mengisolasi atau mengekstraksi dan pengujian aktivitas enzim sangat tergantung pada jenis dan sumber enzim, letak enzim, kecermatan kerja , serta bahan dan cara ekstrasi yang digunakan. Kacang hijau dipilih karena memiliki kadar pati yang tinggi. Percobaan yang dilakukan berdasarkan literatur sedikt berbeda dimana dengan menggunakan 5 perlakuan yang berbeda berdasarkan umur kecambah yaitu dari umur 1-5 hari, selain itu sampel yang digunakan yaitu kacang hijau dengan tiga

(15)

waktu permulaan perkecambahan yaitu setelah Giberelin membentuk enzim -amilase. Kemudian enzim tersebut dalam 12-18 jam perkecambahan mencerna amilosa dan amilopektin pada pati kecambah. Hal tersebut menyebakan aktivitas enzim -amilase lebih besar dari pada hari kedua. Aktivitas enzim mulai naik secara stabil pada hari ketiga dan turun pada hari keempat dan kelima. Penyerapan air pada proses perkecambahan biji mempunyai aktivitas utama untuk mengaktifkan makromolekul dan organel sel di dalam biji. Selama proses perkecambahan sebagian besar enzim dalam biji menjadi aktif diantaranya enzim -amilase. Dengan adanya air akan memudahkan dalam reaksi enzimatis (Suarni & Patong, 2007).

Berdasakan literature yang lain uji aktivitas enzim amilase dilakukan dengan dua perlakuan saja yaitu pada biji kacang hijau kering dan biji kacang hijau yang direndam. Dari percobaan tersebut didapatkan bahwa aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau kering lebih rendah daripada kacang hijau yang direndam. Hal tersebut disebabkan karena pada biji kacang hijau yang kering masih belum ada aktivitas metabolisme sehingga belum ada kondisi yang menyebabkan adanya hidrolisis pati. Sedangkan pada biji yang direndam aktivitas enzim amilase lebih besar karena pada biji yang direndam mengalami imbibisi dimana air diserap masuk ke dalam bahan. Masuknya air ke dalam bahan mengakibatkan zat-zat cadangan menjadi aktif. Proses masuknya air melalui kulit biji adalah proses fisik yang berhubungan dengan sifat kimiawi dari kulit biji dan sifat tanggap biji terhadap kesediaan air sekitarnya. Dengan masuknya air juga akan meningkatkan rangsangan sel pada biji untuk meningkatkan proses metabolisme yang berupa aktivitas respirasi. Dengan adanya proses metabolisme maka kebutuhan energy juga akan meningkat. Dengan demikian enzim amilase akan menghidrolisis pati dalam biji, sehingga aktivitas enzim amilase pun meningkat pada saat perendaman (Anggrahani, 2009).

2.5 Urutan Data

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat didapatkan urutan data aktivitas enzim amilase dari yang terendah sampai terbesar. 1) Biji kacang hijau kering dengan aktivitas enzim amilase sebesar 6,1601; 2) Biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam sebesar 8,1863; 3) Biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam sebesar 8,4150.

Namun jika data kelas lain ikut, urutan aktivitas enzim amilase dari yang terendah sampai terbesar yaitu:

1) Biji kacang hijau dikecambahkan 24 jam 0,1144 2) Biji kacang hijau dikecambahkan 48 jam 1,3595

(16)

3) Biji kacang hijau kering 6,1601

4) Biji kacang hijau direndam 12 jam 8,1863 5) Biji kacang hijau dikecambahkan 12 jam 8,4150 2.6 Faktor yang Mempengaruhi

a) Suhu: Suhu yang terlalu tinggi akan mendenaturasi enzim, karena enzim merupakan protein sehingga bagian aktif enzim terganggu dan munurunkan konsentrasi dan aktivitas enzim. Umumnya aktivitas enzim -amilase terjadi pada suhu 30-40 ºC dan aktivitasnya akan mengalami penurunan pada kisaran suhu 45-50 ºC, hal ini disebabkan karena enzim mangalami denaturasi akibatnya molekul-molekul enzim rusak sehingga kehilangan spesifitasnya Peningkatan suhu eksternal secara umum akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia enzim, tetapi kenaikan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya denaturasi enzim yaitu kerusakan struktur protein enzim, terutama kerusakan pada ikatan ion dan ikatan hidrogennya. (Suarni & Patong, 2007). b) pH: Tingkat keasaman (pH) yang efektif untukenzim umumnya berkisar antara 4,5-8, pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membuat enzim inakif secara irreversibel karena kan terjadi denaturasi protein. Perubahan pH juga dapat menyebabkan berhentinya aktivitas enzim akibat proses denaturasi protein pada struktur tiga dimensi enzim (Tosari, 2008).

c) Konsentrasi Enzim: Pada substrat tertentu kecepatan ditambah dengan bertambahnya konsentrasi substrat. Semakin besar konsentrasi enzim maka semakin tinggi kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi (Poedjiadi, 2006).

d) Konsentrasi Substrat: Pada umumnya konsentrasi substrat akan menaikkan reaksi tetapi pada batas tertentu tidak terjadi peningkatan reaksi jika konsentrasi subtrat lebih besar. Bila konsentrasi substrat diperbesar, semakin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi (Yunianta, 2006).

e) Adanya Zat Inhibitor: adanya inhibitor akan menghalangi sisi aktif enzim bergabung dengan substrat spesifik, sehinggga reaksi antar substrat enzim terganngu atau tidak bereaksi sama sekali.

(17)

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa prinsip dari uji aktivitas enzim amilase yaitu menguji aktivitas enzim amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas nzim amilase ditunjukkan dan diukur dari adanya maltosa yang terbentuk setelah substrat pati diinkubasi dengan enzim amilase. Tujuannya taitu untuk mengisolasi enzim amilase dari kecambah kacang hijau dan menguji aktivitas enzim yang telah diekstrak. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim yaitu suhu, pH, konsentrasi substrat, dan adanya zat inhibitor. Aktivitas enzim yang diperoleh dari praktikum yaitu pada biji kacang hijau kering aktivitas enzim amilase sebesar 6,1601, aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam yaitu 8,1863, aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam yaitu 8,4150, aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 24 jam yaitu 0,1144, aktivitas enzim amilase pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam yaitu 1,3595. Dari hasil tersebut didapatkan aktivitas enzim amilase yang terbesar yaitu pada biji kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahani, Sri. 2009. Pengaruh Lama Pengecambahan Terhadap Kandungan A-Tokoferol

dan Senyawa Proksimat Kecambah Kacang Hijau. Jurnal Publikasi. Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga

Lim Chai Teo M-L. 2013. Analysis of in vitro Digestibility of Starches and Microcapsules:

Evaluation of Retention and Release of Folic Acid in the Fortification of Food. Thesis.

RMIT University

Mutia, M., dkk. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Akar Rimpang Alang-alang. Jurnal Publikasi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Sari, L.D.A. 2004. http://eprints.undip.ac.id. Hubungan Aktivitas Enzim Amilase dengan

Perkecambahan pada Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Marill) yang Berbeda.

FMIPA UNDIP. Diakses Tanggal 15 Maret 2014 Jam 22.00

Suarni & Patong, R. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim

サ-amilase. Jurnal Publikasi. Vol.7(3). Hal.332-336

Sunarya, Y. & Setiabudi, A. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: PT Setia Purna Inves

Tosari, A. A. 2008. Aktivitas Enzim Amilase. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar

Yunianta, dkk. 2006. Hidrolisis Secara Sinergis Pati Garut oleh Enzim サ-Amilase,

Glukoamilase, dan Pullulanase untuk Produksi Sirup Glukosa. Jurnal Publikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa variabel pelaporan berbasis internet Extensible Business Reporting Language (XBRL), leverage, dan ukuran perusahaan (firm size)

berupa kekayaan Pemerintah Provinsi Riau dengan cara pemasukan saham- saham Pemerintah Provinsi Riau dan pemasukan Modal dari PT. Pengembangan investasi Riau, PT.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel inflasi dan pendidikan terhadap tingkat pengangguran di Sumatera

teaching descriptive text using Discovery learning method in the classroom has. enhanced their motivation to learn the text and English in

Karena tidak kuat dan selalu teringat akan kondisi anaknya, akhirnya pada tahun 2008 mbak endang mulai bekerja di pabrik rokok Sampoerna (PT Dadi Mulyo Sejati

Nurhadi |Cerai Bersyarat (Shighat Ta’liq) menurut Dual Sistem Hukum.... 30 Begitu juga berdasarkan hadis yang diriwayatkatkan Imam Bukhari dalam hal perjanjian. Kata

membantu memberikan dukungan doa dan semangat hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Kepada semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang telah membantu memberikan

Dalam melakukan proses drilling polystyrene, sering kali timbul retak yang melebihi batas maksimum yang diijinkan, bahkan sampai terjadi pecah, sehingga menyebabkan kerugian,