SKRIPSI
Oleh
LINA SULISTYANINGSIH
0812010136 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ”
J AWA TIMUR
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Oleh :
Oleh
LINA SULISTYANINGSIH
0812010136 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
LINA SULISTYANINGSIH 0812010136 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur Pada Tanggal : 25 Mei 2012
Pembimbing Utama : Tim Penguji :
Ketua
Dr. Dhani Ichsanuddin N,SE,MM Dr. Dhani Ichsanuddin N,SE,MM
Sekertaris
Dra. Ec. Sulastri Irbayuni, MM Anggota
Dr s. Ec.Pandji Soegiono, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas petunjuk rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah bagi Rasulullah Muhammad SAW,
Sehinnga menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ Pengaruh Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Cash
Ratio Dan ROA Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Tercatat Di Bur sa Efek Indonesia ”.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program gelar Sarjana Ekonomi Program Study Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tidak akan berhasil terselesaikan
tanpa ada bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur, sekaligus dosen
pembimbing utama yang telah memberikan saran, nasehat serta bantuan
4. Seluruh Dosen dan Staff Dosen Jurusan Manajemen yang telah memberikan
bekal dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional
“ Veteran“ Jawa Timur.
5. Bapak dan Ibu beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
secara moril maupun materiil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga
skripsi ini dapat selesai dengan baik dan lancar.
6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Manajemen ( HMM ) dan semua
teman – teman yang telah memberikan semangat , dukungan dan do’a yang
telah di berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kelanjutan pembuatan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan.
Wassalamuallaikum, Wr.
Surabaya , Mei 2012
DAFTAR TABEL ………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. viii
ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ………. 1
1.2. Rumusan Masalah………. 9
1.3. Tujuan Penelitian……….. 9
1.4. Manfaat Penelitian……… 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 11
2.2. Landasan Teori ……… 14
2.2.1. Pertumbuhan Aset ……… 14
2.2.2. Ukuran Perusahaan ……… 15
2.2.3. Cash Ratio ……… 16
2.2.3.1. Pengertian Cash Ratio ………. 16
2.2.4. ROA ……… 18
2.2.4.1. Pengertian ROA ……….. 18
2.2.4.2. Keunggulan ROA ……… 18
2.2.5.3. Dividend Payout Ratio ………. 24
2.3. Pengaruh Variabel Terhadap Dividend Payout Ratio ………. 25
2.3.1. Pengaruh Pertumbuhan Aset Terhadap Dividend Payout Ratio………. 25
2.3.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio …….. 26
2.3.3. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio ……….. 28
2.3.4. Pengaruh ROA Terhadap Dividend Payout Ratio ……… 29
2.4. Kerangka Konseptual ……….. 31
2.5. Hipotesis ………. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 33
3.2. Teknik Penentuan Sampel ……….. 36
3.2.1. Populasi ……… 36
3.2.2. Sampel ……….. 36
3.3. Teknik Pengumpulan Data ……… 37
3.3.1. Jenis Data ………. 37
3.3.2. Sumber Data ………. 38
3.3.3. Pengumpulan Data ……… 38
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ………. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……… 45
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI) ……….. 45
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ……… 47
4.1.3. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ……… 48
4.1.4. Perkembangan Industri Manufaktur ………. 49
4.1.5. Jenis Peranan Perusahaan Manufaktur Indonesia ………. 52
4.2. Deskripsi Variabel Penelitian ………. 53
4.3. Deskripsi Hasil dan Pengujian Hipotesis ……… 59
4.3.1. Uji Outlier ………. 59
4.3.2. Uji Normalitas ………. 60
4.3.3. Uji Asumsi Klasik……….. 61
4.3.4. Analisis Regresi Linear Berganda ……… 66
4.3.5. Uji F ……….. 68
4.3.6. Uji T……… 69
4.4. Pembahasan ……….. 70
4.4.1. Pengaruh Pertumbuhan Aset Terhadap Dividend Payout Ratio …….. 70
5.1. Kesimpulan ………. 77
5.2. Saran ……….. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Abstraksi
Oleh :
Lina Sulistyaningsih
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Investor saham dapat mengharapkan return dalam bentuk dividen dan atau capital gains. Kebijakan dividen merupakan hal yang penting karena bukan hanya meyangkut kepentingan perusahaan, namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham. Dalam kebijakan dividen ini diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari Pertumbuhan Aset, ukuran Perusahaan, Cash Ratio dan ROA terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu bahwa pengambilan sampel dilakukan atas dasar kriteria tertentu, maka jumlah sampel perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sebanyak 23 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2009-2010 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Pertumbuhan Asset mempunyai pengaruh negative tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, Cash Ratio mempunyai pengaruhpositif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, dan ROA mempunyai Pengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
1.1. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005). Salah satu bentuk
investasi di pasar modal adalah saham. Investor saham dapat mengharapkan return
dalam bentuk dividen dan atau capital gains. Dividen merupakan bagian laba bersih
perusahaan kepada pemegang saham, sedangkan capital gains merupakan selisih
positif antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham. Gordon dan Lintner
(Brigham dan Houston, 2001) dalam Wahyudi dan Baidori (2008) menyatakan bahwa
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari
dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain).
Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena
dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi (Ang, 1997).
Kebijakan dividen merupakan hal yang penting karena bukan hanya
meyangkut kepentingan perusahaan, namun juga menyangkut kepentingan pemegang
saham. Dalam kebijakan dividen ini diambil keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan
pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan
manajemen sangat diperlukan.
Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor
tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena
memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil
akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan
semakin kuat. Dividen payout ratio atau kebijakan dividen pada hakikatnya adalah
menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham,
dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Sharaks, 2005) dalam
Risaptoko (2007).
Holder, langler & Hexter (1998) dalam Erna Susilawati (2000) menyatakan
tingkat pertumbuhan pendapatan yang tinggi mengindikasikan adanya kesempatan
investasi yang tinggi yang membutuhkan pendanaan, sehingga jika perusahaan harus
membayarkan dividen, perusahaan harus mencari dana dari pihak eksternal. Usaha
mendapatkan tambahan dana dari pihak eksternal ini akan menimbulkan biaya
transaksi. Biaya transaksi yang tinggi menyebabkan perusahaan harus berpikir
kembali untuk membayarkan dividen apabila masih ada peluang investasi yang bisa
diambil dan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas internal untuk membiayai
investasi tersebut.
Ukuran perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
akses yang mudah menuju pasar modal sehingga mampu memperoleh dana yang
lebih besar dan perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih
tinggi (Michell Suherli dan Sofyan S. Harahap, 2004).
Likuiditas perusahaan juga menjadi salah satu pertimbangan dalam kebijakan
dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas
yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen (Martono dan Harjito, 2005). Mollah et al., (2000) dalam
Risaptoko (2007) menunjukkan bahwa posisi cash ratio merupakan variabel penting
yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam dividen payout ratio. Perusahaan yang
menunjukkan kendala pembayaran (kekurangan likuiditas) mengarahkan manajemen
untuk membatasi pertumbuhan dividen (Sharaks (2005) dalam Risaptoko (2007).
Dengan kata lain, meningkatnya posisi cash ratio juga akan meningkatkan
pembayaran dividen.
Profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi
dalam membayarkan dividen (Robert Ang (1997). Profitabilitas perusahaan dapat
diproksikan melalui Return On Asset (ROA). Profitabilitas perusahaan memiliki
pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, maka semakin tinggi pula arus kas dalam perusahaan, dan diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang lebih tinggi (Jensen, Solberg, dan Zorn,
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2009-2010 sebagai obyek penelitian, karena kelompok industri yang paling
banyak membagikan dividen kepada pemegang sahamnya adalah perusahaan
manufaktur.
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual produknya yang
dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus nilai dari pembelian bahan baku
dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap
dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga sumber dana yang ada
akan terikat lama pada aktiva tetap. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan
sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi perusahaan mereka salah
satunya dengan investasi saham yang tentunya berhubungan dengan pembagian
dividen.
Krisis global tahun 2008 berdampak besar pada pertumbuhan sektor
manufaktur. Sepanjang periode tahun 2005-2008, sumbangan produk manufaktur
cenderung menurun. Porsi ekspor manufaktur terhadap nilai ekspor nasional turun
dari 50 persen menjadi 42 persen (Kompas, 2010). Krisis yang terjadi serta
penurunan pertumbuhan sektor manufaktur diduga mempengaruhi pembagian dividen
oleh perusahaan.
Kementerian BUMN memperkirakan setoran dividen BUMN sektor
manufaktur dan industri strategis pada tahun 2011 mencapai sekitar Rp13,45 triliun.
dibahas, namun diperkirakan mencapai Rp13,45 triliun," kata Asisten Deputi Menteri
BUMN Bidang Manufaktur dan Industri Strategis II Gatot Trihargo, di Kantor
Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.
Menurut Gatot, angka tersebut masih akan dibahas dan dimintai persetujuan
Menteri BUMN Mustafa Abubakar. Ia menjelaskan, besaran setoran dividen tersebut
lebih rendah dibanding tahun sebebelumnya. Ia menambahkan, dividen sebesar
Rp13,45 triliun tersebut merupakan setoran dari sejumlah BUMN di bawah
Kedeputian Strategis dan Manufaktur, seperti PT Telkom, PT Perusahaan Gas Negara
Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Biofarma, PT Pertamina, PT PLN.
"Masing-masing perusahaan porsinya berbeda-beda," ujarnya. Dividen Telkom dan
PGN, PLN, diperkirakan berkisar 50-55 persen dari laba bersih tahun buku 2010.
Meski begitu, angka tersebut masih dikalkulasi lagi lantaran memperhitungkan
kebutuhan investasi BUMN bersangkutan, terutama yang berpartisipasi dalam
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Nasional (MP3EN)
Berita Daerah.com.(2012).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bagaimana pengaruh
Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Cash Ratio dan ROA terhadap Dividen
Payout Ratio , dimana akan membantu perusahaan dalam menetapkan berapa bagian
keuntungan yang akan di bagikan kepada pemegang saham dan berapa laba yang
akan di tahan. Hal ini dapat di lihat dalam data perusahaan manufaktur sebagai
Tabel. 1.1
Data Dividen Payout Ratio Perusahaan Manufaktur tahun 2009-2010
Perusahaan DPR (Y) ( % )
2009 2010
PT.Gudang Garam, Tbk 36.19 40.84
PT.United Tractor, Tbk 28.76 50.68
Indika Energy,Tbk 50.00 49.87
PT.Indo Tambang Raya Megah,Tbk 70.11 74.10
PT.Fastfood indonesia,Tbk 20.35 100.20
PT.Tunas Ridean,Tbk 39.55 20.74
PT.Goodyear Indonesia,Tbk 7.62 15.40
PT.Astra Internasional,Tbk 33.47 13.24
Radiant Utama Interinsco,Tbk 49.63 48.03
Bumi Resources,Tbk 29.90 31.07
PT.Unilever Indonesia,Tbk 100.01 100.02
PT.Indocement Tunggal Perkasa,Tbk 30.16 30.02
Aneka Tambang ( persero), Tbk 40.06 40.07
Adaro Energy Tbk 21.24 43.98
Astra Otoparts,Tbk 60.03 40.00
Berlina Tbk 59.26 35.73
Darya Varia Laboratoria,Tbk 34.87 30.30
HM.sampoerna.Tbk 65.91 111.94
Indofood Sukses Makmur,Tbk 39.34 39.55
Kimia Farma,Tbk 29997.19 20.00
Kalbe Farma,Tbk 27.33 55.27
Mustika Ratu,Tbk 20.00 20.00
Semen Gresik,Tbk 55.00 50.00
Sumber : PT.BEI, 2010, (lampiran)
Berdasarkan uraian diatas dapat di lihat bahwa perusahaan manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia memiliki dividen yang kurang stabil. Hal ini
sehingga saham emiten manufaktur hanya bergerak aktif di saat tertentu saja.
Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang cukup tinggi namun apabila
posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik , maka perusahaan tidak
mungkin dapat membayar dividen. Perusahaan ini lebih banyak membutuhkan dana
yang cukup besar untuk membiayai investasinya dalam waktu jangka panjang
sehingga sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap , sehingga kemampuan
dalam membayar dividennya sangat kecil.
Berdasarkan pemaparan fenomena di atas bahwa terlihat untuk sektor industri
manufaktur bahwa dividen yang di bagikan untuk tahun ini masih lebih rendah dari
tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen pada industri
manufaktur mengalami inkonsistensi.
Uraian yang telah dijelaskan di atas diketahui telah terjadi fenomena gap yaitu
perbedaan antara fakta yang terjadi dengan teori yang seharusnya terjadi. Berikut
akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang serupa dengan penelitian ini
dimana telah terjadi research gap (inkonsistensi penelitian) antara penelitian satu
dengan penelitian lainnya.
Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang maka perusahaan
lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen
kepada pemegang saham. Penelitian Suherli dan Harahap (2004).
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah
mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena
kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan
mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil (Chang dan Rhee, 1990) dalam Fira Puspita (2009).
Brigham (1983: 211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat
meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend)
yang diharapkan oleh investor (Partington, 1989: pp. 169).
Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan,
maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi
keuntungan yang lebih besar sebagai dividend. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak
dibagi dengan total assets (Chang dan Rhee, 1990) dalam Fira puspita (2009).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penelitian ini mencoba meneliti
“Pengaruh Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Cash Ratio Dan ROA
Ter hadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ter catat Di
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah Pertumbuhan Aset berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI ?
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI ?
3. Apakah Cash Ratio berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEI ?
4. Apakah ROA berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang tercatat di BEI ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Dividen Payout Ratio
pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.
2. Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Dividen Payout Ratio
pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI .
3. Untuk menanalisis pengaruh Cash Ratio terhadap Dividen Payout Ratio pada
4. Untuk menganalisis pengaruh ROA terhadap Dividen Payout Ratio pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI .
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai nilai perusahaan manufaktur melalui
analisis laporan keuangan kepada investor perusahaan-perusahaan mana saja
yang memiliki peluang untuk menanamkan modalnya.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan berapa besarnya deviden yang dibayarkan
kepada pemegang saham.
3. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian yang ada
2.1. Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan
dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah
dilakukan oleh :
Penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Nadjibah,(2008).” Analisis
pengaruh asset growth,Size,cash ratio dan return on assetTerhadap dividen payout
ratio”(studi kasus perusahaan asuransi yang listed di bei periode 2000-2006). adapun
permasalahan yang diajukan sebagai berikut:1. Apakah terdapat pengaruh dari asset
growth terhadap deviden payout ratio perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh dari size terhadap deviden payout ratio perusahaan
asuransi di Bursa Efek Indonesia? 3.Apakah terdapat pengaruh dari cash ratio
terhadap deviden payout ratio perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia?
4.Apakah terdapat pengaruh dari return on asset terhadap deviden payout ratio
perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia?
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dari empat variabel
independen yang digunakan, keseluruh variabel independen terbukti mempengaruhi
variabel dependen (deviden payout ratio perusahaan asuransi di Bursa Efek
Indonesia) secara parsial. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan nilai asset growth,
perusahaan asuransi. Akan tetapi untuk variabel asset growth, size, cash ratio
menunjukkan arah koefisien regresi yang negatif, sedangkan untuk variabel ROA
menunjukkan arah koefisien regresi yang positif. Secara simultan variabel
independen mempengaruhi variabel dependen (deviden payout ratio perusahaan
asuransi), yang berarti bahwa setiap perubahan variabel independen secara
bersama-sama menyebabkan perubahan pada deviden payout ratio perusahaan asuransi di
Bursa Efek Indonesia. 2. Variasi dari deviden payout ratio perusahaan asuransi di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dijelaskan oleh variabel asset growth, size, cash
ratio, serta ROA sebesar 20,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain diluar model sebesar 79,7 %. 3. Hasil penelitian ini menguatkan
hasil-hasil penelitian sebelumnya, mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
deviden payout ratio perusahaan asuransi.
Penelitian ini selanjutnya dilakukan oleh Chasanah, nur. (2008).
”Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend payout ratio (dpr) pada Perusahaan yang listed
di bursa efek Indonesia (perbandingan pada perusahaan yang sebagian sahamnya
dimiliki Oleh manajemen dan yang tidak dimiliki oleh manajemen). Adapun
permasalahan yang di ajukan: 1. Bagaimana pengaruh Debt to Total Asset terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki
manajemen dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki manajemen? 2. Bagaimana
pengaruh Cash Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang
dimiliki manajemen ? 3. Bagaimana pengaruh Size terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen dan perusahaan
yang sahamnya tidak dimiliki manajemen? 4. Bagaimana pengaruh Return On Asset
(ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang sebagian
sahamnya dimiliki manajemen dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki
manajemen? 5. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen
dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki manajemen ? 6. Bagaimana pengaruh
Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang sebagian
sahamnya dimiliki manajemen dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki
manajemen? 7. Apakah terdapat perbedaan keenam variabel independen dalam
mempengaruhi DPR pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki.
Hasil penelitian ini bahwa 1. Debt To Total Asset (DTA) berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang
sebagian sahamnya dimiliki manajemen ditunjukkan dengan besarnya nilai
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,481. Debt To Total Asset (DTA)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) 2.
Cash Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen ditunjukkan
dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,202. Cash Ratio
3.LSIZE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen ditunjukkan
dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,076. LSIZE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) 4..Return
On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen ditunjukkan
dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,036. 4. Return
On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,093.
Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pertumbuhan Aset
Weston dan Copeland (1992: p.273) menyatakan bahwa rasio pertumbuhan
(growth ratio) mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara
keseluruhan. Asset growth menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan
aktiva yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. Manajer dalam bisnis
menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih
baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Nadjibah (2008) dalam
Charitou dan Vafeas (1998).
Brigham dan Houston (2001: p.76) menyatakan dalam model dividend
residual bahwa suatu model dimana dividen yang dibayarkan ditetapkan sama dengan
laba aktual dikurangi dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai
anggaran modal perusahaan yang optimal. Kebijakan residual menyiratkan bahwa
dividen sebaiknya dibayarkan jika ada laba yang “tersisa,” sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatf antara pertumbuhan dan
pembayaran dividen.
Secara matematis pertumbuhan asset perusahaan dapat dirumuskan sebagai
berikut: Menurut teori residual deviden, perusahaan akan membayar devidennya jika
hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negative antara pertumbuhan dan
pembayaran deviden. Secara matematis pertumbuhan asset (asset growth) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal sahamnya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang
tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini biasa
ditangkap sebagai informasi yang baik. Size yang besar dan tumbuh biasanya
merefleksikan tingkat profit dimasa yang akan datang.
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan
semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran
perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan (Nisa Fidyati, 2003). perusahaan yang besar dan mapan (stabil) akan
lebih mudah untuk ke pasar modal. Kemudahan untuk ke pasar modal maka berarti
fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk mendapatkan
dana dalam jangka pendek juga lebih besar daripada perusahaan kecil
Sedangkan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang perusahaan kecil harus
benar-benar pengusaha yang baik dengan bantuan analisis rasio keuangan. Firm Size
diketahui dari mengukur variabel natural log of sales dengan menggunakan rumus
(Erni Masdupi : 2005:62), sebagai berikut :
SIZE = Ln Total Asset
2.2.3. Cash Ratio
2.2.3.1. Pengertian Cash Ratio
Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar)
kewajiban jangka pendeknya. (Brigham, 1983). Dengan semakin meningkatnya cash
ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen
yang diharapkan oleh investor. Secara matematis cash ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Kas dan equivalennya dalam persamaan tersebut menunjukkan besarnya kas
dan setara kas (giro dan simpanan lain yang pengambilannya tidak dibatasi oleh
waktu) yang tercermin dalam neraca (sisi assets/ current assets). Sedangkan current
liability menunjukkan jumlah kewajiban jangka pendek perusahaan yang tercermin
dalam neraca (sisi liability/ current liability). Mollah et al., (2000) menunjukkan
bahwa posisi cash ratio merupakan variabel penting yang dipertimbangkan oleh
manajemen dalam dividen payout ratio. Namun posisi cash ratio menunjukkan
variabel yang lebih penting daripada investasi dalam pengambilan keputusan dividen.
Perusahaan yang menunjukkan kendala pembayaran (kekurangan likuiditas)
mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan dividen (Sharaks, 2005).
Dengan kata lain, meningkatnya posisi cash ratio juga akan meningkatkan
2.2.4. ROA
2.2.4.1. Pengertian ROA
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan
(operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka
panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki
untuk menghasilkan laba. ROA (Return on Asset) adalah rasio keuntungan bersih
setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang
dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.
2.2.4.2. Keunggulan ROA (Return On Asset)
Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut:
1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
2.2.4.3. Kelemahan ROA (Return On Asset)
Disamping beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki kelemahan yaitu
(Lisa,1999):
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi
memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek
tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek
dan bukan tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka
panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan
budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah
2.2.5. Kebijakan Dividen
2.2.5.1. Pengertian Kebijakan dividen
Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian
investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang
saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan internal,
maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan
eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan
oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang
dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.
Pendefinisian dividen yang senada diungkapkan oleh Ross et al (1999), Ross
menyatakan bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh
perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham. Dividen
dikatakan juga sebagai “komponen pendapatan” dari return investasi pada saham.
2.2.5.2. Teori Kebijakan Dividen
Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para
pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah
kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan,
berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal,
investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value
theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian
dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu
perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen harus
dibuat. Sedangkan Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan dividen sebagai
suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yang dihasilkan
kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk kegiatan reinvestasi
dalam perusahaan.
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih
setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar
bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam
bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan
semakin besar.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Berikut ini adalah
1. Hipotesis Kontrak
Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers (1977, dalam Smith &
Watts 1992) sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option (hak untuk
melakukan pembelian atau investasi di masa mendatang pada tingkat harga
tertentu) yang nilainya bergantung pada kecenderungan bahwa manajemen akan
melaksanakan kesempatan tersebut. Jika perusahaan memiliki hutang yang
berisiko tinggi dan dengan hutang tersebut perusahaan melaksanakan pilihan
untuk menjalankan proyek yang memiliki net present value positif, maka akan
terdapat kemungkinan terjadinya penurunan nilai perusahaan.
Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat diidentifikasi melalui arus
kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu,
akan semakin kecil dividen yang diberikan. Dengan demikian perusahaan yang
bertumbuh (aktif melakukan kegiatan investasi) diidentifikasi sebagai perusahaan
yang free cash flownya rendah (Jensen, 1986 dalam Smith dan Watts 1992)
dengan pembayaran dividen yang rendah pula. Argumentasi mengenai hipotesis
kontrak adalah new issue market merupakan salah satu cara menurunkan biaya
agensi, karena berarti terjadi peningkatan pengawasan terhadap manajer oleh
pemegang saham yang jumlahnya menjadi lebih banyak atau hak kontrol yang
lebih besar bagi pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki
pilihan pertumbuhan yang rendah akan segan atau jarang melakukan new issue
dengan membayar dividen lebih tinggi (Rozef 1982 dan Easterbrook 1984, dalam
Smith & Watts 1992).
2. Hipotesis Pecking Order
Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers & Majluf (1984) di
dalam Hartono (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki
dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana
internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi
perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk (bad
news) karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Kalay
1982, dalam Hartono 1999).
3. Hipotesis Sinyal
Hipotesis sinyal yang dikemukakan oleh Miller & Rock (1985) di dalam Hartono
(1999) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar
dividen lebih tinggi. Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi
antara manajer dengan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas
informasi besar yang biasanya merupakan perusahaan yang memiliki pilihan
pertumbuhan yang kecil akan membayarkan dividen lebih tinggi (hubungan
negatif) sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik.
4. Residual Dividend policy
Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari
perencanaan modal perusahaan (Weston dan Brigham, 1993). Artinya,
perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba
perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan.
Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan
menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam
bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat
menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat
dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.
2.2.5.3. Dividend Payout Ratio
Free Cash Flow didefinisikan oleh Jensen (1986) sebagai kelebihan dana kas
setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan net present value
positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Pengertian senada
diungkapkan oleh Brown (1996) yang mendefinisikan aliran kas bebas sebagai cash
flow yang dihasilkan dari operasi bisnis yang sedang berjalan dan tersedia untuk
didistribusikan kembali kepada pemegang saham tanpa mempengaruhi tingkat
pertumbuhan perusahaan saat ini.
Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan
yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam
bentuk kas (Gitman, 2003). Dividend Payout Ratio (DPR) ini ditentukan perusahaan
untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR
Dividend Payout Ratio =
share Earningper
rshare Dividendpe
Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne & Machowicz Jr.
(1998:483) Dividend Payout Ratio adalah: “Annual cash dividends divided by annual
earnings; or alternatively Dividend per Share divided by Earning per Share. The
ratio indicates the percentage of a company’s earnings that’s paid out to shareholder
in cash.” Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase dividen tunai yang
dibayarkan dibagi laba tahun berjalan.
2.3. Pengaruh Variabel Terhadap Dividen Payout Ratio
2.3.1. Pengaruh Pertumbuhan Aset Terhadap Dividen Payout Ratio
Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi
akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi
hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada
keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh
besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,1997). Teori free cash flow
hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan
dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki free cash flow yang
yang memiliki nilai NPV yang positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan
memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan
setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih baik dalam pertumbuhan
perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas, 1998). Menurut teori residual
dividend, perusahaan akan membayar dividennya jika hanya tidak memiliki
kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran dividen.
Menurut (Holder, langler & Hexter, 1998) dalam Erna Susilawati (2000)
tingkat pertumbuhan pendapatan yang tinggi mengindikasikan adanya kesempatan
investasi yang tinggi yang membutuhkan pendanaan, sehingga jika perusahaan harus
membayarkan dividen, perusahaan harus mencari dana dari pihak eksternal. Usaha
mendapatkan tambahan dana dari pihak eksternal ini akan menimbulkan biaya
transaksi. Biaya transaksi yang tinggi menyebabkan perusahaan harus berpikir
kembali untuk membayarkan dividen apabila masih ada peluang investasi yang bisa
diambil dan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas internal untuk membiayai
investasi tersebut.
2.3.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Ter hadap Dividen Payout Ratio
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah
menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan
kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan
mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil (Chang dan Rhee, 1990) dalam Fira Puspita (2009).
Sartono (2001: 249) menyatakan bahwa perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan
perusahaan kecil, karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar juga. Perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk
menuju ke pasar modal, karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal,
maka berarti fleksibilitas lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan dana dalam
jangka pendek, perusahaan besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga semakin besar
perusahaan, maka tingkat pembagian dividen semakin besar juga.
Awat (1999: 361) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu perusahaan dapat
diukur dari kenaikan ukuran suatu perusahaan dan aktivitas perusahaan dalam jangka
panjang, sehingga salah satu ukuran pertumbuhan suatu perusahaan adalah adanya
kenaikan penjualan, yang menunjukkan keunggulan perusahaan tersebut di pasaran.
Kenaikan penjualan suatu perusahaan dapat menjadi indikator langsung bagi
pertumbuhan operasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) dan
terhadap DPR. Dimana semakin besar suatu perusahaan, maka pembayaran dividen
kepada para pemegang saham akan semakin tinggi.
2.3.3. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividen Payout Ratio
Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar)
kewajiban jangka pendeknya.
(Brigham, 1983: 211). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat
meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend)
yang diharapkan oleh investor (Partington, 1989: pp. 169).
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena
dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas
perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001).
Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk
memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. (Brigham, 1983) seperti yang
meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan
oleh investor.
Penelitian ini juga didukung oleh Hasil penelitian yang didapat Sujasno
(2004) dan Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa cash ratio berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR.
2.3.4. Pengaruh ROA Terhadap Dividen Payout Ratio
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian
dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan
jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada
para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh
kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak.
Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan,
maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi
keuntungan yang lebih besar sebagai dividend. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
Return on asset diukur dari profitabilitas/ laba bersih setelah pajak (earning
after tax) terhadap total investasinya yang mencerminkan kemampuan perusahaan
menghasilkan profitabilitas perusahaan. Partington (1989) dan Widodo (2002)
menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan
oleh manajemen dalam dividen payout ratio. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return)
semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh
investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian
meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen.
Sartono (2001 : 122) menyatakan semakin tinggi Return On Asset maka
kemungkinan pembagian Dividen semakin besar. Dengan kata lain semakin besar
keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan membayar
Dividen.Hal ini menunjukkan perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya
dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang
di bagi sebagai dsividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham
perusahaan. Penelitian ini di lakukan oleh Lisa Marlina dan Clara Danica ( 2009 )
yang menunjukkan bahwa Return on Assets mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Dividen Payout Ratio.
Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dividen dilakukan
oleh Britain (1966) dalam Amallia nur chasanah, menunjukkan profitabilitas secara
signifikan berpengaruh terhadap dividen. Peningkatan ROA perusahaan dijadikan
pertimbangan bagi manajemen perusahaan dijadikan pertimbangan bagi manajemen
2.4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, hipotesa yang diajukan dan
landasan teori yang ada akan di uji beberapa variable yang mempengaruhi nilai
perusahaan, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam bentuk diagram sebagai
berikut :
Pertumbuhan Aset
Ukuran Perusahaan
Cash Ratio
DPR
2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, landasan teori yang
digunakan, penelitian terdahulu dan kerangka pikir maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Bahwa Pertumbuhan Aset berpengaruh negatif terhadap dividen payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.
2. Bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.
3. Bahwa Cash Ratio berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.
4. Bahwa ROA berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio pada perusahaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel
Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan dan
pengertian variabel – variabel dalam penelitian secara operasional baik
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman – pengalaman empiris. Variabel
adalah suatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau gejala yang diteliti.
Peranaan variable disini adalah penting. Pengidentifikasian, pengetahuan dan
pemahaman mengenai apa yang menjadi variable penelitian merupakan hasil dan
penelaah dari kepustakaan, yang ditegaskan kembali kedalam definisi operasional.
Dalam penelitian ini digunakan empat variable bebas (independent
variable), dan satu variable terikat (dependent variable). Berdasarkan uraian
diatas, maka variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A. Var iabel Bebas (X)
Variable bebas ( independent ) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. dalam penelitian ini variabel bebas yang
digunakan adalah: pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, cash ratio, dan ROA
yang di jelaskan sebagai berikut :
1.Per tumbuhan Aset (X1)
Menunjukkan pertumbuhan aset, dimana aset merupakan aktiva
pertumbuhan aset (asset growth) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang
ditentukan oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan
rata-rata tingkat penjualan perusahaan dan diberi symbol SIZE.
Pengukuran variabel menggunakan natural log of sales. Variabel ini
digunakan untuk mengukur Size (ukuran) perusahaan. Natural log adalah
logaritma asli atau log asli dinyatakan dengan In (chiang). Berdasarkan
keterangan tersebut. Menurut Erni Masdupi (2005 : 62) untuk menghitung
variabel digunakan rumus :
SIZE = Ln Total Asset
Rasio firm size dihitung dengan menggunakan skala rasio
3. Cash Ratio (X3)
Merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas dan setara kas, seperti
giro, atau simpanan lain dibank yang dimiliki perusahaan. Cash Ratio
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Hanafi dan halim (2005: 79)
4. Return On Asset (ROA) (X4)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan
atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan
untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada
(Ang, 1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return
On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income
after tax (NIAT) terhadap average total asset. Secara matematis ROA
Variabel ROA diukur dengan skala rasio.
B. Var iabel Ter ikat (Y)
Variabel terikat (Dependent) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel lain (variabel independent).
1. Dividen Payout Ratio (Y)
Merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun
berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas
perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam
3.2. Tek nik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan /
individu-individu) yang memiliki ciri – ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek atau obyek yang lain. Populasi dalam penelitian ini yang di
tentukan adalah 154 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3.2.2. Sampel
Menurut Djarwanto dan Subagyo, (2000: 108) sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristik hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasinya). Teknik
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel yang di lakukan dengan karakteristik tertentu. Dengan
kata lain sampel yang purposive adalah sampel yang di pilih dengan cermat
sehingga relevan dengan tujuan penelitian, adapun kriteria yang digunakan yaitu
Perusahaan membagikan deviden secara berturut – turut selama tahun pengamatan
yaitu tahun 2009-2010.
Dan berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas maka sampel dalam
penelitian ini adalah berjumlah 23 perusahaan, yaitu data keuangan dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009 –
2010. Perusahaan tersebut adalah:
No Per usahaan
3 Indika Energy,Tbk
4 PT.Indo Tambang Raya Megah,Tbk 5 PT.Fastfood indonesia,Tbk 13 Aneka Tambang ( persero), Tbk 14 Adaro Energy Tbk
3.3. Tek nik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
meliputi data keuangan dan data non keuangan dari perusahaan yang tercatat di
3.3.2. Sumber Data
Data yang dipergunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui
laporan keuangan yang diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) dan BEI
3.3.3. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah :
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dan dokumen
perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang catatan
perusahaan dan literatur-literatur pendukung berupa buku-buku teks
maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Tek nik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Tek nik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Analisis Regr esi Rer ganda. Analisis regresi
berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian
terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model
regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah
agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Analisis
regresi. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka model persamaan yang digunakan
adalah :
Regresi Linier Berganda :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan :
Y = Dividen Payout Ratio
X1 = Pertumbuhan Aset
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Cash ratio
X4 = ROA
b0 = Konstanta atau Intercep
b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi Variabel X1, X2, X3, X4
e = Standart error
3.4.2. Uji Nor malitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak, (Sumarsono, 2002:40). Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov
Smirnov. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau
tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.
Sampel yang diteliti dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi
kesalahan yang ditetapkan (α = 0,05). Jika nilai probabilitas atau signifikan ( sig)
lebih kecil daripada tingkat kesalahan yang ditetrapkan (α = 0,05), maka sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi. Tujuan utama
menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik
linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiassed Estimator), sifat dari BLUE
itu sendiri adalah :
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan
buku terhadap α dan β
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran
3. Unbiassed : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksiran parameter
diperoleh dari sampel besar kira - kira lebih mendekati nilai
parameter sebenarnya
4. Estimator : e diharapkan sekecil mungkin
Untuk menghasilkan model persamaan regresi yang BLUE (Best Linier
Unbiassed Estimator) maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang disebut :
1) Autokor elasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan sepanjang waktu
dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (DW test)
dibantu dengan membandingkan nilai pada table statistic d dari Durbin
Watson yang menggunakan derajat kepercayaan 0,05. Ghozali, Imam.
(2001 : 61).
2) Heter oskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak
adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji rank spearman
yaitu dengan membandingkan antara residu dengan seluruh variabel bebas.
Menurut (Santoso, 2002 : 301) deteksi adanya heterokedastisitas adalah :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
3) Multikolinier itas
Multikoliner adalah terjadinya hubungan linier antar variabel bebas dalam
persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada hubungan linier
antar variabel bebas, maka persamaan regresi linier berganda tersebut
terjadi multikolinier. Menurut (Singgih Santoso,(2002 : 206), untuk
mendeteksi atau pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas
dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Mempunyai nilai VIF kurang dari angka 10.
3.4.4. Uji Hipotesis
Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah :
1. Uji hipotesis yang pertama adalah Uji F, Untuk memprediksi
keakuratan atau kecocokan model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Membuat formula hipotesis
1. Ho : βi = 0 Yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
antar variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variable
terikat (Y).
2. Hi : βi ≠ 0 Yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variabel terikat
(Y).
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
derajat bebas ( n – k ), dimana n : jumlah pengamatan dan k =
jumlah variabel.
c. Kriteria Keputusan :
Uji Kecocokan Model ditolak jika α > 0,05
Uji Kecocokan Model diterima jika α < 0,05
d. Menentukan rumus distribusi F-hitung
Uji signifikansi bersama – sama menggunakan uji F dapat ditulis
dengan :
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel
n = banyaknya data
e. Pengambilan keputusan
a. Jika P-value < α = 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini berarti variabel bebas secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.
b. Jika P-value > α = 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Hal ini berarti variabel bebas secara simultan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.
2. Uji hipotesis yang kedua adalah Uji t, untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Ho : β1.... β4 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat)
Ha : β1.... β4 ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat)
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
derajat bebas (n – k), dimana n = jumlah pengamatan dan k =
jumlah variabel.
( )
i i it hse t
β β =
………(Anonim, 2003: L-21).
Keterangan :
t hit = hasil t perhitungan
i
β = koefisien regresi
se = standart error βi
d. Kriteria pengujian :
1. Apabila tingkat signifikasi > 0,05 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2. Apabila tingkat signifikan < 0,05 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan