• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN UMUM KEGIATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETENTUAN UMUM KEGIATAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

er : Modul Terapa n, Pedom an Kriteria Teknis Kawasa n Budi Daya, Peratur an Menter i Pekerja an Umum No. 41/PRT /M/20 07) 2. Kawasa n yang diperu ntukka n bagi tanama n pangan lahan kering untuk tanama n palawij a, holtikul

(2)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN tura, atau tanama n pangan (Sumb er : Modul Terapa n, Pedom an Kriteria Teknis Kawasa n Budi Daya, Peratur an Menter i Pekerja an Umum No. 41/PRT /M/20 07) B3. Kawasan Perkebu nan Kawasan yang diperuntuk kan bagi tanaman tahunan/p erkebunan yang menghasil

a. Meningkatkan dan/atau mempertahankan kelestarian konservasi air dan tanah.

b. Tidak diperkenankan adanya bangunan kecuali bangunan penunjang unit produksi perkebunan seperti paabrik, gudang, pembibitan, dan perumahan karyawan.

c. Luas bangunan maksimum sebesar 2% dari luas perkebunan (KDB = 2%).

d. Perkebunan dengan luas <25 Ha kepadatan maksimum 5 rumah/Ha.

(3)

kan baik bahan pangan dan bahan baku industri (Sumber : Modul Terapan, Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M /2007) e. Pengaturan jalan :

 Untuk jalan produksi dengan lebar badan jalan 4 meter.

 Untuk jalan transportasi dengan lebar jalan 6 meter. f. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan

kepadatan rendah.

g. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama.

B4.Kawa san Industri 1. Kawasa n yang diperu ntukka n bagi industr i, berupa tempat pemus atan kegiata n industr i (Sumb er : Modul

a. Peningkatan dan pengembangan kawasan industri pengolahan

 Lahan kawasan industri pengolahan ramah lingkungan (keluaran limbah dapat dikelola).

 Lahan termasuk sarana perkantoran dormitory (mess), sarana olah raga/hiburan/makan (restorasi) dan pasar serta klinik dan tempat ibadah.

 Memiliki fasilitas pergudangan dan pelabuhan, jalan lingkungan kawasan.

b. Peningkatan dan pengembangan kawasan perindustrian maritim

 Lahan kawasan industri maritim, ramah lingkungan (keluaran limbah sisa dikelola), berada di daerah pesisir pantai.

 Lahan termasuk sarana perkantoran, tempat pelatihan, klinik medis, dan restorasi.

 Prasarana pergudangan, pelabuhan, dan jalan

a. Keten tuan poko k tenta ng peng atura n, pemb inaan dan peng emba ngan indus tri; serta

(4)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN Terapa n, Pedom an Kriteria Teknis Kawasa n Budi Daya, Peratur an Menter i Pekerja an Umum No. 41/PRT /M/20 07); 2. Kawasa n Industr i adalah kawasa n tempat pemus atan kegiata n industr i yang dilengk api dengan prasara

lingkungan berada dalam kawasan.

c. Peningkatan dan pengembangan Industri Pengembangan Pariwisata

 Industri berada dalam kawasan pariwisata atau diluar kawasan namun masih berdekatan dengan kawasan pariwisata diutamakan industry kerajinan, makanan olahan kelompok IKM.

 Tersedianya fasilitas jalan ke kawasan pariwisata, transportasi /angkutan.

d. Peningkatan dan pengembangan Kawasan perindustrian pengolahan sumber daya laut Lahan peruntukan berada di daerah pesisir pantai untuk industri dan klaster industri ramah lingkungan baik olahan maupun kerajinan.

e. Peningkatan dan pengembangan Kawasan perdagangan. Lahan untuk pusat penjualan promosi, penjualan, perdagangan, hiburan termasuk sarana dan prasarana penunjang jalan lingkungan dalam kawasan.

f. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri; serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

g. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup. h. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu

menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar.

i. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diizinkan beroperasi di kawasan tersebut.

j. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan,

izin usaha indus tri meng acu kepa da Unda ng-Unda ng Nom or 5 Tahu n 1984 tenta ng Perin dustri an. b. Pema nfaat an kawa san perun tukan indus tri harus sebes ar-besar nya diper untuk

(5)

na dan sarana penunj ang yang dikemb angkan dan dikelol a oleh Perusa haan Kawasa n Industr i yang telah memili ki Izin Usaha Kawasa n Industr i (Keput usan Preside n No. 41 Tahun 1996 tentan g Kawasa n Industr i).

di dalam kawasan peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang mengelola kawasan industri.

k. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri.

Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL. an bagi upay a mens ejaht eraka n masy araka t melal ui penin gkata n nilai tamb ah dan penin gkata n pend apata n yang tercip ta akiba t efisie nsi biaya invest asi dan prose

(6)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN s aglo mera si, deng an tetap mem perta hank an kelest arian fungs i lingku ngan hidup . c. Jenis indus tri yang dike mban gkan harus mam pu menc iptak an lapan gan kerja dan dapat meni

(7)

ngkat kan kualit as sumb er daya masy araka t sete mpat. Untu k itu jenis indus tri yang dike mban gkan harus memi liki hubu ngan keter kaita n yang kuat deng an karak teristi k lokasi sete

(8)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN mpat, seper ti kemu daha n akses ke baha n baku dan atau kemu daha n akses ke pasar . d. Kawa san perun tukan indus tri harus memi liki kajian Amda l, sehin gga dapat diteta pkan kriter

(9)

ia jenis indus tri yang diizin kan berop erasi di kawa san terse but. e. Untu k mem perce pat peng emba ngan kawa san perun tukan , di dala m kawa san perun tukan indus tri dapat diben tuk

(10)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN suatu perus ahaa n kawa san indus tri yang meng elola kawa san indus tri. f. Keten tuan tenta ng kawa san indus tri diatu r terse ndiri melal ui Keput usan Presi den Nom or 41 Tahu n 1996

(11)

tenta ng Kawa san Indus tri dan Surat Keput usan Ment eri Perin dustri an dan Perda ganga n Nom or 50/M /SK/1 997 tenta ng Stand ar Tekni s Kawa san Indus tri yang meng atur beber

(12)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN apa aspek subst ansi serta hak dan kewaj iban Perus ahaa n Kawa san Indus tri, Perus ahaa n Peng elola Kawa san Indus tri dan Perus ahaa n Indus tri dala m peng elola an Kawa san

(13)

Indus tri. g. Khus us untuk kawa san indus tri, pihak peng elola wajib meny iapka n kajian studi Amda l sehin gga pihak indus tri cuku p meny iapka n RPL dan RKL. h. Harus mem perha tikan kelest arian

(14)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN lingku ngan. i. Harus dilen gkapi deng an unit peng olaha n limba h. j. Harus mem perha tikan suplai air bersi h. k. Jenis indus tri yang dike mban gkan adala h indus tri yang rama h lingku ngan dan

(15)

mem enuhi kriter ia amba ng limba h yang diteta pkan Keme nteria n Lingk unga n Hidup . l. Peng elola an limba h untuk indus tri yang berku mpul di lokasi berde katan sebai knya dikel ola

(16)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN secar a terpa du. m. Pemb atasa n pemb angu nan peru maha n baru di kawa san perun tukan indus tri. n. Harus mem enuhi syara t AMD AL sesua i deng an keten tuan perat uran dan perun

(17)

dang unda ngan yang berla ku. o. Mem perha tikan penat aan kawa san peru maha n di sekita r kawa san indus tri. p. Pemb angu nan kawa san indus tri mini mal berja rak 2 Km dari perm ukim an

(18)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN dan berja rak 15-20 Km dari pusat kota. q. Kawa san indus tri mini mal berja rak 5 Km dari sunga i. r. Peng guna an lahan pada kawa san indus tri terdir i dari peng guna an kaveli ng indus

(19)

tri, jalan dan salur an, ruang terbu ka hijau, dan fasilit as penu njang . B5. Kawasan Pertamb angan darat 1. Kawasa n yang diperu ntukka n bagi pertam bangan , baik wilaya h yang sedang maupu n yang akan segera dilakuk an kegiata n pertam bangan terbagi

a. Tidak diperkenankan melakukan penambangan di Kawasan Hutan Lindung.

b. Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin dari instansi/pejabat yang berwenang yang mengacu kepada ketentuan aturan teknis yang berlaku di setiap sektoral.

c. Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang.

d. Perusahaan/perseorangan yang telah habis masa penambangannya wajib melakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau revitalisasi) kawasan pascatambang sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain, seperti pertanian, kehutanan, dan pariwisata.

e. Pada kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat mendukung kegiatan pertambangan.

f. Tidak mengalokasikan penggalian pada lereng curam (>40%) yang kemantapan lerengnya kurang stabil serta pada kawasan lindung dan pelestarian alam. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi dan kelongsoran.

g. Tidak mengizinkan penambangan di daerah tikungan luar,

Peruntu kan pertam bangan bahan galian golonga n C : a. Kegia tan pena mban gan tidak boleh dilak ukan di kawa san lindu ng;

(20)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN menjad i kawasa n pertam bangan untuk : a. Golo nga n bah an galia n strat egis b. Golo nga n bah an galia n vital c. Golo nga n bah an galia n yan g tida k ter mas uk

tebing dan bagian-bagian sungai pada umumnya, sehingga mengarahkan ke daerah-daerah agradasi/sedimentasi tikungan dalam.

h. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian; bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasa pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

i. Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu; kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

j. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

k. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat. l. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan

bahan baku bagi industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor, meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha.

m. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL. n. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan,

tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat.

b. Kegia tan pena mban gan tidak boleh meni mbul kan kerus akan lingk unga n; c. Lokas i tidak terlet ak terlal u dekat terha dap daera h perm ukim an. Hal ini untu k meng hinda ri baha

(21)

ked ua golo nga n di atas . (Sumbe r : Modul Terapa n, Pedom an Kriteria Teknis Kawas an Budi Daya, Peratur an Menter i Pekerja an Umum No. 41/PRT /M/20 07); 2. Pertam bangan adalah

o. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala.

p. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor. ya yang diaki batka n oleh gerak an tana h, penc emar an udar a, serta kebisi ngan akiba t lalu lintas peng angk utan baha n galia n, mesi n peme cah batu, ledak an dina mit, dan

(22)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN sebagia n atau seluruh tahapa n kegiata n dalam rangka peneliti an, pengel olaan dan pengus ahaan minera l atau batuba ra yang melipu ti penyeli dikan umum, eksplor asi, studi kelayak an, konstr uksi, penam bangan , pengol ahan dan seba gainy a. d. Jarak dari perm ukim an 1-2 km bila digun akan baha n peled ak dan mini mal 500 m bila tanp a peled akan; e. Lokas i pena mban gan tidak terlet ak di daera h tada h

(23)

pemur nian, pengan gltutan dan penjual an, serta kegiata n pascat amban g (Undan g-Undan g No. 4 Tahun 2009 tentan g Pertam bangan Minera l dan Batuba ra). (daer ah imbu han) untu k menj aga keles taria n sumb er air (mat a air, air tana h); f. Lokas i peng galia n tidak dilak ukan pada leren g cura m (> 40%) yang kema ntap an leren gnya

(24)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN kuran g stabil . Hal ini untu k meng hinda ri terja dinya erosi dan longs or. B4.Kawa san Pariwisat a kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

a. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata;

b. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan bersyarat yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang bukan kegiatan wisata dengan syarat tidak mengganggu fungsi kawasan; dan

c. kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi kawasan. B5. Kawasan Permuki man Perkotaa n Kawasan permukim an adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

a. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan prasarana pendukung fungsi kawasan perumahan, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan pariwisata, ruang evakuasi bencana, dan ruang terbuka hijau;

b. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan bersyarat yaitu kegiatan pemanfaatan ruang non perkotaan dengan syarat menunjang fungsi kawasan; dan

(25)

berupa kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang menuduku ng penghidup an

c. kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi kawasan. B6. Kawasan Permuki man Perdesaa n Kawasan permukim an perdesaan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, berupa kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan

a. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan yaitu pembangunan sarana dan prasarana pendukung fungsi kawasan permukiman perdesaan;

b. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan bersyarat yaitu kegiatan pemanfaatan ruang perkotaan dengan syarat tidak mengganggu fungsi kawasan; dan

c. kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi kawasan.

(26)

KLASIFIK ASI

RUANG DESKRIPSI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang menuduku ng penghidup an B7. Kawasan Reklama si Pantai

a. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi: 1. pembangunan sarana dan prasarana pendukung

pelabuhan;

2. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri; dan

3. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata

b. kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan pemanfaatan ruang selain kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada huruf a. B8. Kawasan perikana n tangkap a. kegiatanpemanfaatanruang yang

diperbolehkanyaitukegiatan perikanan tangkap;

b. kegiatanpemanfaatanruang yang tidakdiperbolehkanyaitukegiatanpemanfaatanruangselain perikanan tangkap. B9. Kawasan perikana n budidaya a. kegiatanpemanfaatanruang yang diperbolehkanyaitukegiatanperikananbudidayadankegiatan perikanantangkap; b. kegiatanpemanfaatanruang yang diperbolehkanbersyaratyaitukegiatanwisatadankegiatanpe nelitiandengansyarattidakmengganggufungsikawasan; dan c. kegiatanpemanfaatanruang yang tidakdiperbolehkanyaitukegiatanpemanfaatanruang yang

(27)

mengganggufungsikawasan.

Sumber: draft Dokumen RTRW Kab. Natuna. 2011-2031

Uraian RTRW Kabupaten Natuna tahun 2011-2031, menjadi acuan bagi SKPD Dinas Kesehatan dalam melakukan pembangunan fisik (peningkatan sarana dan prasana) dalam upaya untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan telaahan dari beberapa dokumen perencanaan lainnya, maka isu-isu strategis yang ada di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Masih lemahnya tata kelola kelembagaan.

2. Rendahnya akses masyarakat, terutama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, baik secara fisik maupun non fisik.

3. Rendahnya Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di Masyarakat.

4. Masih terbatasnya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang sesuai dengan standar kesehatan.

5. Masih tingginya kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit menular langsung, penyakit tidak menular/degeneratif dan lingkungan yang tidak sehat.

6. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dan kerja sama lintas sektoral. 7. Masih rendahnya sumber daya manusia (SDM), baik secara kuantitas, kualitas serta

penyebaran sumber daya kesehatan.

8. Belum optimalnya pemerataan, ketersediaan serta keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan

(28)

9. Lemahnya pembinaan sarana obat, makanan serta bahan berbahaya di masyarakat.

10. Lemahnya Sistem Manajeman Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) 11. Belum optimalnya kemampuan manajemen dan Sistem Informasi Kesehatan

12. Masih adanya kesenjangan pembangunan kesehatan antar wilayah, yang disebabkan salah satunya georafi berupa daerah kepulauan.

13. Masih lemahnya status palayanan gizi secara komprehensif.

14. Sebagai salah satu daerah terluar di Indonesia (DTPK) serta mengingat perkembangan (wacana) kawasan Natuna ke depan, sehingga dipandang perlu mempersiapkan tatanan kesehatan dengan lebih baik.

(29)

4.1 Visi dan Misi 4.1.1. Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh kondisi dan potensi serta prediksi tantangan dan peluang pada masa yang akan datang. Berdasarkan makna tersebut dan sesuai dengan Visi Pemerintah Kabupaten Natuna 2011-2016, maka visi Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Tahun 2011 – 2016 adalah:

“MASYARAKAT NATUNA YANG SEHAT SECARA MANDIRI”

Masyarakat Natuna yang sehat mandiri adalah merupakan suatu harapan dan cita-cita dimana, pada masa mendatang masyarakat Kabupaten Natuna, mencapai derajat kesehatan penduduk yang sehat, sejahtera, aksesabiltas terhadap pelayanan kesehatan yang terjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, berkeadilan serta secara bertahap dapat mandiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Diharapkan dengan terumuskannya visi Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna tersebut, maka dapat menjadi motivasi seluruh elemen dinas untuk mewujudkannya, melalui peningkatan kinerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

(30)

4.1.2. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan dan diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi serta dilandasi oleh visi, maka misi Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Tahun 2011 – 2016 adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan.

Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan, merupakan suatu bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap masyarakatnya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah dan mutu sarana serta prasarana kesehatan. Selain itu pemerataan penyebaran tenaga kesehatan, terjaminnya obat dan perbekalan kesehatan yang berkualitas, merata serta terjangkau dan meningkatkan manajemen dalam pelayanan kesehatan akan menunjang dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan.

Untuk meningkatkan jangkauan masyarakat, terutama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, maka pengembangan pembiayaan kesehatan dalam bentuk jaminan kesehatan merupakan suatu upaya yang harus di tingkatkan dan dikembangkan, sehingga masyarakat miskin memperoleh kesempatan yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatannya.

2. Menurunkan angka kesakitan, baik penyakit menular maupun degeneratif melalui perwujudan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat

Meningkatnya angka kesakitan, baik penyakit menular maupun penyakit degeneratife merupakan suatu masalah dalam pembangunan kesehatan. Dengan tingginya angka kesakitan, tentunya akan mengurangi produktifitas masyarakat. Perubahan perilaku dan gaya hidup sangat mempengaruhi hal tersebut. Melalui peningkatan lingkungan

(31)

3. Menggerakkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kerja sama lintas sektor.

Mengatasi permasalahan kesehatan, bukan hanya merupakan tanggungjawab pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan, namun hal tersebut merupakan tangggungjawab semua pihak. Salah satu upaya adalah dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kemitraan. Melalui kemitraan, diharapkan akan terjalin hubungan yang erat antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat, dalam pembangunan kesehatan.

Dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dapat mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Kemandirian kesehatan masyarakat ditekankan pada promosi kesehatan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular/tidak menular serta pengembangan lingkungan sehat.

4. Mewujudkan Tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan Sumber Daya Aparatur Kesehatan yang profesional;

Tata kelola kelembagaan dan sumber daya aparatur yang berkualitas dan profesional, merupakan suatu modal utama dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan terwujudnya tata kelola kelembagaan dan didukung oleh SDM aparatur yang profesional, maka pencapaian kinerja dalam bidang kesehatan akan meningkat, sehingga akan mendukung terwujudnya masyarakat Natuna yang sehat secara mandiri. 4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) – 5 (lima) tahun. Penetapan

(32)

tujuan dalam Rencana Strategis didasarkan pada potensi dan permasalahan serta isu utama dibidang Kesehatan di Kabupaten Natuna.

Adapun rumusan tujuan di dalam Perencanaan Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Tahun 2011 – 2016 adalah sebagai berikut:

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan secara menyeluruh, merata, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, bermutu, serta tersedianya obat-obatan, perbekalan kesehatan dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar.

2. Meningkatnya produktifitas dan derajat kesehatan masyarakat.

3. Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta perbaikan status gizi masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) dan kemitraan lintas sektor.

4. Meningkatkan profesional sumber daya aparatur. 4.2.2. Sasaran

Sasaran adalah penjabaran tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/ dihasilkansecara nyataoleh Dinas Kesehatan dalam jangka waktu tahunan, sampai lima tahun mendatang.

Perumusan sasaran harus memiliki kriteria “SMART”. Analisis SMART digunakan untuk menjabarkan isu yang telah dipilih menjadi sasaran yang lebih jelas dan tegas. Analisis ini juga memberikan pembobotan kriteria, yaitu khusus (spesific), terukur (measurable), dapat dicapai (attainable), nyata (realistic) dan tepat waktu (time bound).

Sasaran di dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Tahun 2011 – 2016 adalah:

1. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau :

(33)

SPM setiap tahun.

- Terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

- Meningkatnya pengawasan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar di masyarakat.

- Meningkatnya mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan sistem surveilence, monitoring dan informasi kesehatan Untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran ini dapat diukur melalui :

- Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

- Meningkatnya persentase pecapaian target imunisasi dasar pada bayi.

- Meningkatnya sistem surveilans penyakit menular dan tidak menular secara berkelanjutan.

- Meningkatnya Penanggulangan terhadap Kejadian Luar Biasa

- Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan melalui sanitasi terpadu berbasis masyarakat (STBM).

3. Pemberdayaan masyarakat dan kerja sama lintas sektor : Pencapaian sasaran ini dapat diukur dari :

- Meningkatnya cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat. - Meningkatnya desa siaga aktif.

- Meningkatnya status gizi masyarakat, terutama masyarakat miskin. - Meningkatnya pelayanan kesehatanibu dan anak.

(34)

4. Peningkatan tata kelola kelembagaan yang berkualitas, akuntabel dan sumber aparatur kesehatan yang profesional

Pencapaian sasaran ini dapat diukur dari :

- Meningkatnya ketersediaan dan kualitas Pelayanan administrasi perkantoran - Meningkatnya ketersediaan sarana dan PrasaranaKerja

- Meningkatnya kualitas SDM aparatur.

- Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pengendalian, Pelaporan dan Evaluasi Program, Kegiatan dan Keuangan SKPD.

- Ketersediaan sistem informasi Kesehatan yang berbasis IT - Ketersediaan Sistem Kesehatan Daerah

4.3 Strategi dan Kebijakan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran di dalam Rencana Strategis (Renstra) diperlukan strategi. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

Strategi untuk mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna dihasilkan dari posisi Strategis hasil analisa lingkunganya itu S – O (Strengths – Opportunity) yang mengarah pada kekuatan atau keunggulan untuk meraih peluang dan tantangan yang ada. Rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana sasaranakan dicapai, yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian kebijakan.

Kebijakan diambil sebagai arah dalam menentukan bentuk konfigurasi program kegiatan untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat bersifat internal, yaitu kebijakan dalam mengelola pelaksanaan program-program pembangunan maupun bersifat eksternal yaitu kebijakan dalam rangka mengatur, mendorong dan memfasilitasi kegiatan masyarakat.

Dari analisa lingkungan strategis yang telah dilakukan maka strategi yang dapat Dinas Kesehatan lakukan adalah:

(35)

Kebijakan yang ditempuh untuk melaksanakan strategi ini, yaitu:

a) Penerapan sistem pelatihan manajemen terpadu tingkat Puskesmas. b) Penerapan sistem pelatihan tenaga fungsional.

c) Penerapan SOP pelayanan kesehatan.

d) Penerapan sistem manajemen dan informasi kesehatan.

e) Peningkatan penyediaansaranaprasaranakesehatan dan jaringanyang memadai. f) Terjaminnya persedian obat dan perbekalan kesehatan yang memadai.

g) Peningkatan jaminan kesehatan, terutama masyarakat miskin. h) Peningkatan sistem pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. i) Pemerataan jumlah,kualitas serta penyebaran tenaga kesehatan.

Sasaran 2: Meningkatkan sistem surveilence, monitoring dan informasi kesehatan Strategi: Optimalisasi bidang pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan. Kebijakan yang ditempuh untuk melaksanakan strategi ini, yaitu:

a) Peningkatan dan penguatan pelaksanaan program di jaringan pelayanan kesehatan. b) Peningkatan kerjasama lintas program.

c) Peningkatan peran aktif masyarakat melalui kader-kader desa siaga. Sasaran 3: Pemberdayaan masyarakat dan kerja sama lintas sektor.

Strategi: Optimalisasi bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Kebijakan yang ditempuh untuk melaksanakan strategi ini, yaitu:

a) Peningkatan dan penguatan pelaksanaan program di jaringan pelayanan kesehatan.

b) Mendorong kemandirian masyarakat, pihak swasta dalam pembangunan kesehatan.

(36)

c) Meningkatkan advokasi terhadap pemerintah, agar dapat mendukung program kesehatan

Sasaran 4: Peningkatan tata kelola kelembagaan yang berkualitas, akuntabel dan sumber aparatur kesehatan yang profesional.

Strategi: Penguatan sistem manajemen kelembagaan.

Kebijakan yang ditempuh untuk melaksanakan strategi ini, yaitu:

a) Penerapan sistem pelatihan dan pengembangan SDM aparatur yang sesuai kebutuhan.

b) Pembentukan/penerapan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di unit-unit pelayanan kesehatan.

c) Penerapan sistem penghargaan dan hukuman (reward and punishment). d) Penyediaan sarana prasarana kerja yang memadai.

(37)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN NATUNA VISI : MASYARAKAT NATUNA SEHAT SECARA MANDIRI

MISI I : Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan terjangkau

TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET KINERJA INDIKATOR SASARAN PADA TAHUN

KE-1 2 3 4 5 Terselenggaranya pelayanan kesehatan secara menyeluruh, merata, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, bermutu, serta tersedianya obat-obatan, perbekalan kesehatan dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau  Meningkatnya ketersediaan dan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas : - Persentase penduduk Kabupaten Natuna memiliki jaminan kesehatan.  Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai target SPM setiap tahun: - Presentase pelayanan

kesehatan dasar dan rujukan sesuai target SPM setiap tahun. 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

(38)

 Meningkatnya ketersediaan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan:

- Persentase

ketersediaan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan.

 Meningkatnya ketersedian alat

kesehatan di pelayanan dasar yang sesuai dengan standar pelayanan. - Persentase

ketersedian alat kesehatan di

pelayanan dasar yang sesuai dengan standar pelayanan.

 Meningkatnya

pengawasan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar di masyarakat. 60% 60% 70% 70% 80% 80% 90% 90% 100% 100%

(39)

yang beredar di masyarakat.

MISI II : Menurunkan angka kesakitan baik penyakit menular maupun degenerati fmelalui perwujudan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET KINERJA INDIKATOR SASARAN PADA TAHUN

KE-1 2 3 4 5 Meningkatnya produktifitas dan derajat kesehatan masyarakat. Meningkatkan sistem surveilence, monitoring dan informasi kesehatan  Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak

menular melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : - Presentase Penemuan dan penanganan penderita penyakit menular.  Meningkatnya persentase pencapaian target imunisasi dasar pada bayi :

(40)

- Persentase cakupan desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).  Meningkatnya system surveilans penyakit menular dan tidak menular secara berkelanjutan : - Persentase ketepatan dan kelengkapan laporan surveilence baik mingguan maupun bulanan.  Meningkatnya Penanggulangan terhadap Kejadian Luar Biasa - Persentase desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani 24 jam.  Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan melalui sanitasi terpadu

40% 90% 100% 60% 90% 100% 75% 90% 100% 85% 90% 100% 100% 90% 100%

(41)

Desa/kelurahan bersanitasi total berbasis masyarakat (STBM).

MISI III:Menggerakkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kerja sama lintas sektor.

TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET KINERJA INDIKATOR SASARAN PADA TAHUN

KE-1 2 3 4 5 Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta perbaikan status gizi masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat Optimalisasi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.  Meningkatnya cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat :

- Persentase cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat.

 Meningkatnya desa siaga aktif

- Persentase desa siaga aktif. 25% 75% 45% 80% 65% 85% 75% 90% 85%. 95%

(42)

(UKBM) dan kemitraan lintas sector.

 Meningkatnya status gizi masyarakat, terutama masyarakat miskin :

- Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan.

- Cakupan pemberian makanan tambahan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan.

 Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan anak :

- Cakupan kunjungan K4 ibu hamil. - Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. - Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. - Cakupan kunjungan ibu nifas. 100% 100% 80% 100% 85% 35% 100% 100% 85% 100% 90% 50% 100% 100% 90% 100% 90% 65% 100% 100% 95% 100% 90% 75% 100% 100% 95% 100% 90% 90%

(43)

- Cakupan kunjungan bayi

 Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam

pengelolaan UKBM : - Persentase deteksi

dini dan intervensi tumbuh kembang anak pra sekolah. - Persentase

pemeriksaan pra usila dan usila. - Persentase posyandu yang difasilitasi 55% 50% 0% 70% 65% 65% 50% 80% 75% 75% 55% 90% 85% 85% 60% 90% 90% 90% 70% 100%

(44)

MISI IV :Mewujudkan Tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan Sumber Daya Aparatur Kesehatan yang profesional

TUJUAN SASARAN INDIKATOR

1 2 3 4 5 Meningkatkan professional sumber daya aparatur. Peningkatan tata kelola kelembagaan yang berkualitas, akuntabel dan sumber aparatur kesehatan yang profesional.

 Meningkatnya

ketersediaan dan kualitas Pelayanan administrasi perkantoran : - Persentase tingkat ketersediaan dan kualitas Pelayanan administrasi perkantoran.  Meningkatnya

Ketersediaan dan Kualitas sarana dan Prasarana Kerja : - Persentase tingkat Ketersediaan dan Kualitassarana dan Prasarana Kerja  Meningkatnya kualitas SDM aparatur:

- Persentase kualitas dan disiplin SDM aparatur. 80% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 100% 100% 90% 100% 100% 90%. 100% 100%

(45)

dan Evaluasi Program, Kegiatan dan Keuangan SKPD:

- Persentase Kualitas Perencanaan, Pengendalian,

Pelaporan dan Evaluasi Program, Kegiatan dan Keuangan SKPD.

 MeningkatnyaKetersediaa n sistem informasi

Kesehatan yang berbasis IT : - Persentase Ketersediaan sistem informasi Kesehatan yang berbasis IT  Ketersedian Sistem Kesehatan Daerah : - Persentase Ketersediaan Sistem Kesehatan Daerah 90% 100% -90% 100% -100% 100% 80% 100% 100% 90% 100% 100% 100%

(46)
(47)

5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN

Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian keberhasilan sasaran dan tujuan. Sedangkan Program dimaksudkan sebagai kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan SKPD guna mencapai sasaran tertentu. Dengan adanya program dan kegiatan diharapkan pula dapat menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang dihadapi.

Program dan Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna yang direncanakan untuk Periode Tahun 2011 – 2016 meliputi:

1. Mewujudkanpelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan. Dalam upaya Mewujudkanpelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan, dilakukan melalui program dan kegiatan berikut ini :

a. Program Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu dan jaringannya :

Hasil (Outcome): Meningkatnya sarana dan prasana pelayanan kesehatan. Indikator kinerja :

- Persentase Puskesmas, Pustu dan Pusling dengan kondisi sarana dan prasarana yang memadai

- Persentase puskesmas yang di bangun. - Persentase puskesmas yang di rehabilitasi. - Persentase Pustu yang di bangun.

- Persentase Polindes yang di bangun. - Persentase Pustu yang di Rehabilitasi.

- Persentase puskesmas non rawat inap di tingkatkan jadi puskesmas rawat inap dengan rumah bersalin.

(48)

- Persentase pengadaan puskesmas keliling. Kegiatan :

1. Pembangunan Puskesmas. Indikator keluaran (output) :

 Jumlah Puskesmas yang dibangun.

 Tersedia dan siap digunakannya puskesmas yang dibangun.

Kelompok sasaran : SDM aparatur dan Masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Pembangunan Puskesmas Pembantu. Indikator keluaran (output) :

 Jumlah Puskesmas Pembantu yang dibangun.

 Tersedia dan siap digunakan puskesmas pembantu yang dibangun.

Kelompok sasaran : SDM aparatur dan Masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

3. Pengadaan Puskesmas keliling. Indikator keluaran (output) :

 Jumlah Puskesmas keliling yang diadakan untuk menunjang pelayanan kesehatan.

 Tersedia dan siap dioperasikan puskesmas keliling yang diadakan. Kelompok sasaran : SDM aparatur dan Masyarakat yang akan dilayani. 4. Pembangunan Posyandu.

Indikator keluaran (output):

 Tersedianya pemberdayaan kesehatan berbasis masyarakat Kelompok sasaran :Masyarakat.

5. Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas; Indikator keluaran (output):

 Tersedianya sarana dan prasarana di puskesmas. Kelompok sasaran :SDM kesehatan dan Masyarakat. 6. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas Pembantu;

Indikator keluaran (output):

(49)

Indikator keluaran (output):

 Jumlah Puskesmas yang mendapatkan pengadaan alat kesehatan.

 Jumlah Puskesmas yang mendapatkan pengadaan laboratorium.

 Tersedianya alat kesehatan dan laboratorium di puskesmas yang mendapatkan pengadaan.

Kelompok sasaran :SDM kesehatan dan Masyarakat. 8. Rehab sedang /berat gudang farmasi;

Indikator keluaran (output):

 Dapat difungsikannya gudang farmasi dengan optimal. Kelompok sasaran :SDM kesehatan.

9. Pembangunan Gudang Malathion; Indikator keluaran (output):

Tersedia dan dapat difungsikannya gudang malathion yang dibangun. Kelompok sasaran :SDM kesehatan.

10. Pengadaan sarana IPAL Puskesmas dan UPTD lainnya; Indikator keluaran (output):

 Jumlah Puskesmas dan UPTD lainnya yang mendapatkan pembangunan IPAL.

 Tersedia dan siap digunakannya IPAL di Puskesmas dan UPTD lainnya. Kelompok sasaran :SDM kesehatan.

11. Pengadaan sarana dan prasarana gudang farmasi; Indikator keluaran (output):

 Tersedia sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan di gudang farmasi. Kelompok sasaran : SDM kesehatan.

12. Study kelayakan operasional Puskesmas dengan Rumah bersalin dan rawat inap. Indikator keluaran (output):

 Tersedianya hasil study tentang kelayakan suatu puskesmas untuk dibangun rumah bersalin dan rawat inap.

(50)

13. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas rawat inap dan rumah bersalin; Indikator keluaran (output):

 Jumlah Puskesmas menjadi Puskesmas rawat inap dan rumah bersalin yang ditingkatkan (Puskesmas PONED).

 Tersedia ruang bersalin di Puskesmas dan siap dioperasikan. Kelompok sasaran :SDM kesehatan dan masyarakat.

14. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas dengan rumah bersalin Indikator keluaran (output):

 Jumlah Puskesmas yang menjadi puskesmas dengan rumah bersalin

 Peningkatan sarana pelayanan kesehatan Kelompok sasaran :SDM kesehatan dan masyarakat. 15. Rehabilitasi sedang/berat/total Puskesmas;

Indikator keluaran (output):

 Jumlah Puskesmas yang mendapatkan rehab sedang/berat/total.

 Dapat difungsikannya puskesmas dengan optimal. Kelompok sasaran :SDM kesehatan dan masyarakat. b. Program obat dan perbekalan kesehatan:

Hasil (Outcome): Terjaminnya ketersedian obat dan perbekalan kesehatan Indikator kinerja :

- Persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan - Persentase pengadaan obat essensial

- Persentase pengadaan obat generik - Persentase penulisan resep obat generik

- Persentase obat yang tersimpan dengan baik (tidak kadaluarsa) - Persentase pengendalilan persediaan obat yang merata

Kegiatan :

1. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan:

Indikator keluaran (output) :Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pusat pelayanan

(51)

3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan obat;

Indikator keluaran (output) : Tertib administrasi dan pelaporan obat Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

c. Program Pengawasan Obat dan Makanan;

Hasil (Outcome): Terjaminnya obat-obatan dan makanan yang beredar di masyarakat. Indikator kinerja :

- Terjaminnya keamanan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar dimasyarakat.

Kegiatan :

1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

- Indikator keluaran (output) :Persentase pengawasan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar dimasyarakat.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan dan masyarakat. 2. Pembinaan sarana obat dan bahan berbahaya;

Indikator keluaran (output) : Persentase toko obat yang ada di masyarakat mendapatkan pembinaan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan dan masyarakat. d. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan ;

Hasil (Outcome): Terjaminnya pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan yang di konsumsi masyarakat (termasuk industri kecil rumahan / home industri).

Indikator kinerja :

- Persentase pengawasan pengawasan dan pengendalian makanan. - Persentase industri rumah tangga(home industri) yang di awasi. Kegiatan :

1. Pembinaan teknis penatalaksanaan makanan dan minuman hasil produksi industri rumah tangga.

(52)

Indikator keluaran (output) :

Jumlah industri rumahan (home industri).

Persentase home industri yang memperoleh izin untuk mengedarkan hasil produksinya ke masyarakat.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan dan masyarakat. e. Program Upaya Kesehatan Masyarakat;

Hasil (Outcome): Peningkatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat; Indikator kinerja :

- Peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan masyarakat. - Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas. - Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan. - Peningkatan pencapaian kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan :

1. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Indikator keluaran (output) :

 Peningkatan persentase pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Kelompok sasaran :Masyarakat yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya

Indikator keluaran (output) :

Tersedianya sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya. Kelompok sasaran : SDM aparatur.

3. Revitalisasi sistem kesehatan Indikator keluaran (output) :

 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Kelompok sasaran : SDM Kesehatan.

4. Pelayanan Kefarmasian dan alat kesehatan Indikator keluaran (output) :

 Persentase persedian obat difasilitas kesehatan Kelompok sasaran : SDM Kesehatan

(53)

Kelompok sasaran : Masyarakat.

6. Penyedian biaya operasional dan pemeliharaan ; Indikator keluaran (output) :

 Tersedianya dana operasional dan pemeliharaan dengan optimal. Kelompok sasaran : SDM aparatur.

7. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan. Indikator keluaran (output) :

 Peningkatan keterampilan tenaga Medis dan paramedis di unit pelayanan. Kelompok sasaran : Masyarakat yang akan dilayani.

8. Monitoring, Evaluasi dan pelaporan kegiatan; Indikator keluaran (output) :

 Terlaksananya kegiatan yang direncanakan. Kelompok sasaran : SDM aparatur.

9. Sosialisasi kesehatan gigi dan mulut bagi guru SD, TK dan Kader Posyandu; Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kelompok sasaran : SDM aparatur, guru SD, TK dan Kader Posyandu. 10. Penyusunan Akreditasi jabatan Fungsional kesehatan

Indikator keluaran (output) :

Terlaksananya jabatan fungsional di kesehatan. Kelompok sasaran : SDM aparatur.

f. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin;

Hasil (Outcome): Meningkatnya akses dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin.

Indikator kinerja :

- Peningkatan pembiayaan kesehatan masyarakat miskin.

(54)

- Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan :

1. Pembiayaan kesehatan masyarakat miskin. Indikator keluaran (output).

 Jumlah penduduk miskin/ mendekati miskin.

 Persentase masyarakat miskin yang memperoleh jaminan kesehatan Kelompok sasaran :Masyarakat terutama masyarakat miskin.

2. Utilisasi Review Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin; Indikator keluaran (output) :

 Persentase pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat miskin (jamkesmas/jamkesda).

Kelompok sasaran :Masyarakat miskin

3. Sosialisasi dan bimbingan teknis Asuransi Kesehatan; Indikator keluaran (output) :

 Terlaksananya program jaminan kesehatan bagi penduduk miskin Kelompok sasaran :SDM kesehatan.

g. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan ;

Hasil (Outcome): Meningkatnya mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Indikator kinerja :

- Persentase pembinaan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan.

- Persentase ketersedian dan penerapan SOP di pelayanan kesehatan. - Ketersediaan data dasar pelayanan kesehatan (profil).

- Tersusunnya protap pada tiap-tiap unit pelayanan kesehatan. Kegiatan :

1. Penyusunan Standar Kesehatan. Indikator keluaran (output) :

 Adanya Standar pelayanan kesehatan Kelompok sasaran :SDM aparatur.

2. Penyusunan dan pemutakhiran data dasar kesehatan; Indikator keluaran (output) :

(55)

Indikator keluaran (output) :

 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Kelompok sasaran : SDM aparatur

4. Pembinaan dan penyuluhan teknis penatalaksanaan bagi sarana kesehatan; Indikator keluaran (output) :

 Terlaksananya koordinasi antar unit pelayanan kesehatan dengan dinas secara kontinyu.

Kelompok sasaran : SDM aparatur

5. Peningkatan pelayanan publik di puskesmas dan UPTD lainnya; Indikator keluaran (output) :

 Meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan Kelompok sasaran : SDM aparatur.

2. Menurunkan angka kesakitan, baik penyakit menular maupun degeneratif melalui perwujudan lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat, dilakukan melalui program dan kegiatan berikut ini :

a. Program Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular ; Hasil (Outcome): Menurunnya angka kejadian penyakit . Indikator kinerja :

- Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Kegiatan :

1. Penyemperotan /fooging sarang nyamuk; Indikator keluaran (output) :

 Menurunnya angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

Kelompok sasaran : SDM aparatur dan masyarakat. 2. Pengadaan alat fooging dan bahan-bahan fooging;

(56)

Indikator keluaran (output) :

Tersedianya alat dan bahan-bahan fooging di Puskesmas. Kelompok sasaran : SDM Aparatur.

3. Pengadaan vaksin Penyakit Menular; Indikator keluaran (output) :

 Tersedianya vaksin di Dinas serta Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan.

Kelompok sasaran : SDM Aparatur.

4. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah; Indikator keluaran (output) :

 Persentase pelaksanaan pelayanan vaksinasi bagi anak balita dan anak sekolah.

Kelompok sasaran : Masyarakat (balita dan anak sekolah). 5. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular;

Indikator keluaran (output) :

 Persentase pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Kelompok sasaran : SDM aparatur dan masyarakat.

6. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik; Indikator keluaran (output) :

 Persentase penurunan angka kejadian penyakit endemik/epidemik. Kelompok sasaran : SDM aparatur dan masyarakat.

7. Pemusnahan / karantina sumber penyebab penyakit menular; Indikator keluaran (output) :

 Persentase pemusnahan / karantina sumber penyebab penyakit menular. Kelompok sasaran : SDM aparatur.

8. Peningkatan Imunisasi; Indikator keluaran (output) :

 Pemberian imunisasi pada bayi, anak sekolah dasar, ibu hamil dan calon jamah haji (Persentase pencapaian Desa UCI)

Kelompok sasaran : SDM aparatur dan masyarakat.

(57)

penanganan penderita penyakit menular). Kelompok sasaran : SDM aparatur.

10. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan ketepatan dan kelengkapan laporan surveilence (mingguan & bulanan).

Kelompok sasaran : SDM aparatur.

11. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular; Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan penanggulangan KLB yang ditangani 24 jam Kelompok sasaran : SDM aparatur.

12. Pelayanan Penanggulangan penyakit TB Indikator keluaran (output) :

 Pelaksanaan strategi DOT’S dapat berjalan sehingga semua suspek dan penderita TB dapt terlayani (Persentase penemuan penderita TB).

Kelompok sasaran : SDM aparatur. 13. Pelayanan Kesehatan haji

Indikator keluaran (output) :

 Semua calon jamaah haji mendapat pelayanan kesehatan dari sebelum, selama dan sesudah melaksanakan ibadah haji dan sampai kembali ke tempat tujuan (Meningkatnya kesehatan jamaah haji, terutama terhadap penyakit meningitis dan influinza).

Kelompok sasaran : SDM aparatur. b. Program Pengembangan Lingkungan Sehat;

Hasil (Outcome): Terwujudnya lingkungan yang sehat Indikator kinerja :

(58)

- Adanya Pemetaan tentang lingkungan yang sehat. - Pencapaian persentase lingkungan sehat.

- Pencapaian persentase desa/kecamatan dengan lingkungan sehat.

- Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan peran serta aktif masyarakat dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Kegiatan :

1. Pengkajian Pengembangan Lingkungan Sehat Indikator keluaran (output) :

 Peningkatan Kesehatan Lingkungan.

2. Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan pemukiman dan tempat-tempat umum.

Indikator keluaran (output) :

 Persentase lingkungan dan tempat-tempat umum yang sehat. Kelompok sasaran :SDM aparatur dan masyarakat.

3. Pengawasan kualitas air dan lingkungan. Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan pemeriksaan kualitas air dan lingkungan. Kelompok sasaran :SDM aparatur dan masyarakat

4. Pengadaan alat-alat pemeriksaan tempat-tempat umum Indikator keluaran (output) :

 Tersedianya alat-alat pemeriksaan tempat-tempat umum. 5. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat.

Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan desa bersanitasi total berbasis masyarakat (STBM). 6. Sosialisasi menciptakan Lingkungan Sehat

Indikator keluaran (output) :

(59)

Hasil (Outcome): Meningkatnya pemberdayaan masyarakat Indikator kinerja :

- Peningkatan persentase cakupan Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat .

- Peningkatan persentase cakupan desa siaga aktif . Kegiatan :

1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. Indikator keluaran (output) :

 Persentase peningkatan media komunikasi kesehatan . Kelompok sasaran :Masyarakat.

2. Penyuluhan masyarakat tentang pola hidup sehat ; Indikator keluaran (output) :

Persentase cakupan rumah tangga ber PHBS Kelompok sasaran :Masyarakat.

3. Kemitraan Promosi kesehatan Indikator keluaran (output) :

Persentase cakupan Desa Siaga Aktif.

4. Pengadaan sarana dan prasarana media penyuluhan: Indikator keluaran (output) :

 Persentase ketersedian sarana dan prasarana media penyuluhan Kelompok sasaran :SDM aparatur.

b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat;

Hasil (Outcome): Meningkatnya status gizi masyarakat ( balita) terutama dari keluarga miskin.

Indikator kinerja :

- Persentase cakupan statusbalita

(60)

- Persentase cakupan pemberian makanan tambahan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan.

Kegiatan :

1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi. Indikator keluaran (output) :

Persentasi pemetaan informasi masyarakat kurang gizi.

Kelompok sasaran :SDM aparatur dan Masyarakat yang akan dilayani. 2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin.

Indikator keluaran (output) :

 Persentase balita dan posyandu yang mendapatkan makanan tambahan dan vitamin

Kelompok sasaran :Masyarakat (balita).

3. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia gizi besi, gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya. Indikator keluaran (output) :

Persentase cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Kelompok sasaran :Masyarakat (balita).

4. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi. Indikator keluaran (output) :

- Persentase keluarga sadar gizi.

Kelompok sasaran :SDM aparatur dan Masyarakat.

c. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.

Hasil (Outcome): Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan anak. Indikator kinerja :

- Meningkatnya angka keselamatan ibu melahirkan dan anak. Kegiatan :

1. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Indikator keluaran (output) :

 Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4.

(61)

 Persentase Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani.

 Persentase Cakupan kunjungan bayi.

 Persentase bidan dengan yang memiliki kompetensi. Kelompok sasaran :Ibu hamil , melahirkan dan anak.

2. Peningkatan kemitraan pelayanan kesehatan bidan dan dukun Indikator keluaran (output) :

 Peningkatan kesehatan ibu dan anak Kelompok sasaran :SDM aparatur dan dukun bayi.

3. Upaya Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak di UKBM. Indikator keluaran (output) :

 Persentase pelayanan kesehatan ibu dan anak di UKBM Kelompok sasaran :Ibu hamil dan bayi/balita.

d. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah;

Hasil (Outcome): Terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan pada anak pra sekolah.

Indikator kinerja :

- Persentase cakupan deteksi dini dan intervensi tumbuh kembang anak pra sekolah.

Kegiatan :

1. Deteksi dini dan Intervensi tumbuh kembang anak pra sekolah Indikator keluaran (output) :

Persentase cakupan deteksi dini dan intervensi tumbuh kembang anak pra sekolah.

(62)

e. Program Pengembangan Modal Operasional BKB-Posyandu-PADU.

Hasil (Outcome): Meningkatnya pelaksanaan dan pengembangan posyandu Indikator kinerja :

- Jumlah posyandu yang difasilitasi 100%. Kegiatan :

1. Fasilitasi pengembangan posyandu. Indikator keluaran (output) :

Persentase posyandu yang di fasilitasi Kelompok sasaran :Posyandu.

f. Program Peningkatan pelayanan kesehatan lansia;

Hasil (Outcome): Meningkatnya kesehatan dan produktifitas lansia Indikator kinerja :

- Persentase cakupan pemeriksaan pra usila dan usila. Kegiatan :

1. Pelayanan pemeliharaan kesehatan. Indikator keluaran (output) :

Persentase cakupan pemeriksaan pra usila dan usila. Kelompok sasaran :Masyarakat (usila).

4. Mewujudkan Tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan Sumber Daya Aparatur Kesehatan yang profesional, dilakukan melalui program dan kegiatan berikut ini :

a. Program Pelayanan Administrasi perkantoran

Hasil (output) : Meningkatnya ketersedian dan kualitas pelayanan administrasi perkantoran.

Indikator kinerja :

 Tertib administrasi penyusunan program, evaluasi dan pelaporan kegiatan

 Tertib administrasi pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan

 Tertib administrasi pengelolaan kepegawaian. Kegiatan :

1) Penyedian jasa surat menyurat

(63)

6) Penyedian barang cetakan dan penggandaan.

7) Penyedian komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor. 8) Penyedian peralatan rumah tangga.

9) Penyedian bahan bacaan dan peraturan Perundang-undangan. 10) Penyedian makanan dan minuman.

11) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah.

12) Penyedian tenaga jasa pendukung pelaksana teknis/administrasi perkantoran. 13) Penyedian jasa pengamanan kantor.

14) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah. 15) Penyedian jasa pelaksana teknis.

b.Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Hasil (Outcome): Meningkatnya kelancaran pelayanan pemerintahan kepada masyarakat dan kesejahteraan aparatur.

Indikator kinerja :

- Persentase gedung/ kantor yang mendapat bantuan pemeliharaan

- Persentase kendaraan dinas/operasional yang mendapatkan pemeliharaan - Persentase gedung/kantor dalam keadaan baik

- Persentase kendaraan dinas/kantor dalam keadaan baik. - Persentase moubileur dalam keadaan baik.

Kegiatan :

1) Pengadaan Kendaraan Dinas / operasional;

a. Indikator keluaran (output) :Meningkatnya/lancarnya transportasi kegiatan yang akan dilakukan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 2) Pengadaan perlengkapan gedung/kantor :

a. Indikator keluaran (output) : Meningkatnya jumlah perlengkapan gedung/kantor untuk menunjang pelayanan dan administrasi.

(64)

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 3) Pengadaan Meubeleur :

a. Indikator keluaran (output) : Meningkatnya sarana penunjang pelaksanaan administrasi.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 4) Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas :

a. Indikator keluaran (output) :Terpeliharanya rumah dinas. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

5) Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor :

a. Indikator keluaran (output) :Terpeliharanya gedung kantor. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

6) Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional;

a. Indikator keluaran (output) :Terpeliharanya kendaraan dinas / operasional. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

7) Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor;

a. Indikator keluaran (output) : Terpeliharanya peralatan gedung kantor Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur :

Hasil (Outcome): Meningkatnya disiplin dan kinerja aparatur. Indikator kinerja :

- Persentase pegawai yang tidak masuk kerja - Persentase pencapaian kinerja aparatur. Kegiatan :

1. Pengadaan pakaian dinas lapangan :

Indikator keluaran (output) : Tersedianya pakaian dinas lapangan bagi tenaga kesehatan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 2. Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu :

Indikator keluaran (output) : Tersedianya pakaian khusus hari-hari tertentu bagi tenaga kesehatan.

(65)

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. d.Program Peningkatan Kapasitas Aparatur ;

Hasil (Outcome): Meningkatnya kualitas serta kemampuan aparatur. Indikator kinerja :

- Persentase pegawai yang mendapatkan bimbingan teknis/pelatihan - Persentase peningkatan pencapaian kinerja aparatur.

Kegiatan :

1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan:

Indikator keluaran (output) :Peningkatan pengetahuan dan wawasan aparatur tentang peraturan perundang-undangan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

2. Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan :

Indikator keluaran (output) :Terlaksananya pekerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 3. Bimbingan teknis kesehatan :

Indikator keluaran (output) : Meningkatnya mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

e. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan ;

Hasil (Outcome): Meningkatnya sistem pelaporan dan laporan keuangan . Indikator kinerja :

- Pelaporan kinerja tepat waktu - Tertib administrasi keuangan. Kegiatan :

(66)

1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD:

Indikator keluaran (output) :Tersedianya data capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 2. Penyusunan pelaporan keuangan semesteran;

Indikator keluaran (output) :Terlaksananya/ tertib laporan keuangan tiap semester.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

3. Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran ;

Indikator keluaran (output) :Tersedianya data tentang realisasi anggaran Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

4. Penyusunan Laporan Keuangan Akhir Tahun;

Indikator keluaran (output) : Tersusunnya laporan Keuangan Akhir Tahun Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

5. Penyusunan LAKIP;

Indikator keluaran (output) : Tersusunnya LAKIP. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 6. Penyusunan RKA dan DPA;

Indikator keluaran (output) : Tersusunnya RKA dan DPA. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

7. Penyusunan Renstra dan Renja SKPD;

Indikator keluaran (output) : Tersedianya Renstra dan Renja SKPD Kesehatan. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

8. Penetapan kinerja SKPD;

Indikator keluaran (output) : Adanya standar kinerja SKPD Kesehatan. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

9. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan SKPD;

Indikator keluaran (output) : Menilai pelaksanaan program dan kegiatan SKPD Kesehatan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 10. Penyusunan Rencana Kerja SKPD;

(67)

kerja SKPD Kesehatan.

Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan. 12. Penyusunan profil kinerja pelayanan SKPD;

Indikator keluaran (output) : Tersedianya profil SKPD Kesehatan. Kelompok sasaran : SDM aparatur kesehatan.

(68)

1.1. Indikator Kinerja SKPD Yang Mengacu PadaTujuan Dan Sasaran RPJMD

Indikator Kinerja Dinas Kesehatan yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran RPJMD Kabupaten Kabupaten Natuna Tahun 2011 – 2016, adalah sebagai berikut :

Misi III : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Tujuan 1 : Terselenggaranya pelayanan kesehatan secara menyeluruh, merata, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, bermutu, serta tersedianya obat-obatan, perbekalan kesehatan dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar.

Sasaran 1 : Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.

Indikator kinerja SKPD yang mengacu kepada sasaran tersebut, yaitu:

Indikator 1 : Meningkatnya ketersediaan dan kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Persentase cakupan penduduk natuna memiliki jaminan kesehatan pada tahun 2010 pencapaian targetnya 100% dan sampai pada tahun 2016 pencapaiannya tetap 100%

Indikator 2 : Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai target SPM setiap tahun

Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sesuai terget SPM setiap tahunnya. Pada tahun 2010 pencapaian targetnya 100% dan sampai pada tahun 2016 pencapaian pelayanan kesehatan dasar dan rujukan ditargetkan tetap 100%. (seluruh masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terlayani).

Indikator 3 : Terjaminnya ketersediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

- Persentase cakupan ketersedian obat-obatan sesuai dengan kebutuhan yang pada tahun 2010 pencapaiannya hanya sebesar 50%.

(69)

- Persentase cakupan ketersedian alat kesehatan di pelayanan dasar yang sesuai dengan standar pelayanan pada tahun 2010 pencapaiannya baru mencapai 50%. Setiap tahun ditargetkan mengalami peningkatan dan pada tahun 2016, ketersedian alat kesehatan di pelayanan dasar mencapai target 100%.

Indikator 4 : Meningkatnya pengawasan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar di masyarakat.

Persentase cakupan pengawasan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar di masyarakat pada tahun 2010 capaiannya baru 75%. Setiap tahun mengalami peningkatan, sehingga dengan demikian akan tercipta rasa aman bagi masyarakat terhadap bahan pangan dan bahan berbahaya serta obat-obatan yang beredar di masyarakat, dimana pada tahun 2016 capaian targetnya mencapai 100%. Adapun target pencapaian pertahun adalah sebagai berikut :

INDIKATOR SASARAN DATA CAPAIAN PADA TAHUN AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI

KINERJA PADA AKHIR

PERIODE RPJMD TAHUN

– 1 TAHUN –2 TAHUN –3 TAHUN - 4 TAHUN –5

TARGET TARGET TARGET TARGET TARGET

1. Presentase cakupan Penduduk Natuna yang memiliki jaminan kesehatan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 2.Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Referensi

Dokumen terkait

Risiko selalu ada dan melekat dalam setiap kegiatan Instansi Pemerintah. Namun demikian, para pelaksana kegiatan umumnya kurang menyadari risiko tersebut sehingga tidak dapat

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemasaran yang berupa variabel-variabel karakteristik pimpinan, orientasi pasar, dan orientasi pembelajaran

Artinya : “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, “Wahai Rasulullah, firman Allah yang berbunyi ‘Dan

Setiap penyuluh membina 14 kelompoktani sampai dengan 24 kelompoktani; (3) Metode penyuluhan yang sering dilakukan yaitu: pertemuan diskusi, demonstrasi plot, dan

Briket batubara nonkarbonisasi menggunakan tapioka sebagai bahan perekat memiliki kekuatan tertinggi hal ini dikarenakan tapioka memiliki daya ikat yang paling

Paku yang tercelup air garam $5a%l) menunjukkan adanya karat* baik pada bagian yang tercelup maupun tidak* sejak hari ke-1 pengamatan+ #ir garam yang tergolong larutan

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Sang Maharani karya Agnes Jessica, dan (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel

Perbandingan hubungan kedalaman tanah dengan produksi umbi Gambar 9 sesuai dengan hasil survei di lapangan bahwa umbi Porang lebih baik tumbuh pada tanah padas