• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF. I. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF. I. Pendahuluan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

RINGKASAN

EKSEKUTIF

STRATEGI PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT KELURAHAN PULAU ABANG KECAMATAN GALANG KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU I. Pendahuluan

Kota Batam sebagai salah satu wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan sentra produksi dan sekaligus merupakan sentra pemasaran hasil perikanan. Salah satu kelurahan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang.

Ketergantungan masyarakat Kelurahan Pulau Abang terhadap sumberdaya perikanan sangat besar karena diperkirakan sekitar 93,65 % penduduknya bekerja sebagai nelayan, sedangkan disisi lain ada gejala hasil tangkapan nelayan cendrung menurun yang diduga kuat berdampak pada penurunan tingkat pendapatannya. Penurunan hasil tangkapan nelayan tersebut, disamping diperkirakan karena habitat sebagai tempat hidup sumberdaya perikanan tersebut mengalami degradasi dari waktu kewaktu, juga diduga karena pemanfaatannya melampaui potensi perairannya sebagai akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi.

Untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarganya dari satu sisi dan mengurangi eksploitasi sumberdaya perikanan serta degradasi habiatnya khususnya terumbu karang di sisi lainnya, harus dikembangkan mata pencaharian alternatif bagi nelayan. Namun untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan strategi mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan, sedangkan disisi

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Strategi yang dimaksud antara lain: 1) Memilih usaha yang telah ada dilakukan oleh masyarakat di lokasi studi sehingga usaha tersebut paling tidak telah dikenal oleh masyarakat; 2) Memilih usaha disamping layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis, juga layak secara finansial, dimana hal ini diperkirakan suatu tolok ukur dari pada keberlangsungan

atau kontinuitas komoditi yang dihasilkan dari suatu usaha yang akan dikembangkan; 3) Menentukan strategi pengembangannya berdasarkan pertimbangan faktor internal

dan eksternalnya yang merupakan langkah konkrit yang perlu dilakukan disamping untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut, juga berkaitan dengan keberlangsungan dan pengembangannya. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi yang secara umum untuk mengetahui strategi pengembangan usaha alternatif di lokasi studi. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui : jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada di Kelurahan Pulau Abang; jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan kelayakan finansial usaha dan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

II. Metode Studi

Kegiatan studi ini dilakukan di wilayah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi studi memfokuskan pada lokasi manajemen area Coremap II, yakni Pulau Abang Kecil dan Pulau Petong .

Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yakni: Studi Kepustakaan, Metode Survey dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, sedangkan data primer dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data Triangulation, yakni Indepth Interview, wawancara dengan menggunakan kuisioner, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi.

Analisis data menggunakan gabungan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisa secara deskriptif dengan penampilan dalam bentuk tabel, sedangkan data kuantitatif dilakukan penghitungan berdasarkan rumus-rumus tertentu.

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI III. Hasil Studi

Berdasarkan pertimbangan aspek teknis (minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja, peluang pasar), usaha alternatif yang layak dikembangkan di lokasi studi Pulau Abang Kecil (RW 1 dan RW 2 Air Saga) adalah: usaha home industri kerupuk ikan, usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba, usaha ternak ayam dan usaha ternak itik. Sedangkan di lokasi studi Pulau Petong adalah: usaha home industri kerupuk ikan, usaha pengolahan ikan asin, usaha ternak ayam dan ternak itik.

Semua usaha alternatif yang layak dikembangkan secara teknis, baik di lokasi studi Pulau Abang Kecil, maupun di lokasi studi Pulau Petong, disamping dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga nelayan, juga mempunyai kelayakan finansial untuk dikembangkan, yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Usaha ternak itik, dengan total investasi sebesar Rp. 3.410.900,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.434.065,-/tahun; BCR sebesar 1,51; ROI 188,68 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 6,4 bulan; 2) Usaha ternak ayam, dengan total investasi sebesar Rp. 4.457.200,-, diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.434.065,-/tahun; BCR sebesar 1,51; ROI 188,68 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 6,4 bulan; 3) Usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba, dengan total investasi sebesar Rp. 13.236.000,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 10.001.660,-/tahun; BCR sebesar 1,96; ROI 75,56 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 10,4 bulan; 4) Usaha kerupuk ikan, dengan total investasi sebesar Rp. 748.000,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.670.100,- /tahun; BCR sebesar 1,84; ROI 219,00 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 4,0 bulan; 5) Usaha pengolahan ikan asin, dengan total investasi sebesar Rp. 640.000,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.093.750,-/tahun; BCR sebesar 1,52; ROI 368,4 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 2,7 bulan.

Strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternal secara umum mencakup: 1) Membentuk kelompok usaha bersama, sesuai dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan; 2) Mengoptimalkan

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

penggunaan tenaga kerja keluarga, dimana selama ini tenaga keluarga ini masih belum banyak dimanfaatkan; 3) Melakukan penyuluhan dan pelatihan: manajemen usaha dan oraganisasi, serta teknik usaha sesuai dengan usaha alternatif yang dikembangkan; 4) Melakukan pilot project dari masing-masing usaha alternatif yang akan dikembangkan jika memungkinkan, terutama untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba dan ternak itik; 5) Melakukan pendampingan secara kontinyu dan sebaiknya menggunakan tenaga pendamping lapangan yang telah bertugas sejak awal proyek, karena mereka telah membaur dan dikenal oleh masyarakat sehingga diharapkan lebih efektif dan efisien; 6) Memanfaatkan cadangan dana bantuan pinjaman modal dari pemerintah untuk usaha kecil dan menengah atau ekonomi kerakyatan secara optimal dari pemerintah; 7) Perlu mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari dinas pemerintah terkait sesuai dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan, seperti Disperindag, Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Peternakan, dan Dinas Koperasi, dan lain sebagainy; 8) Membangun pola kemitraan bisnis yang memungkinkan untuk memperoleh penyediaan modal dan akses pasar serta untuk kestabilan harga.

IV. Rekomendasi

1. Usaha alternatif yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lokasi studi Pulau Abang Kecil (RW I dan RW II Air Saga, Kelurahan Pulau Abang): usaha home industri Kerupuk Ikan, usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba, usaha Ternak Ayam, dan usaha Ternak Itik

2. Usaha alternatif yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lokasi studi Pulau Petong (RW III Kelurahan Pulau Abang) adalah: usaha home industri Kerupuk Ikan, usaha home industri Pengolahan Ikan Asin, usaha Ternak Ayam, dan usaha ternak Itik.

3. Usaha home industri Kerupuk Ikan dapat dijadikan perioritas pertama untuk dikembangkan, karena disamping usaha ini dapat dimulai dalam bentuk skala kecil dan hampir tidak punya risiko, juga untuk pengembangannya tidak memerlukan modal yang besar.

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

4. Pengembangan usaha alternatif dapat dimulai secara berkelompok dengan sistem tanggung renteng. Pada tahap awal pengembangan usaha alternatif tersebut, diperlukan pendampingan secara kontinyu yang dapat merupakan bagian dari program pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk pendampingan ini sebaiknya menggunakan tenaga pendamping lapangan yang telah bertugas sejak awal proyek. Disamping itu perlu melakukan Penyuluhan dan Pelatihan: manajemen usaha dan oraganisasi, serta teknik usaha sesuai dengan usaha alternatif yang dikembangkan;

5. Perlu upaya untuk mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari dinas pemerintah yang terkait dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan, seperti Disperindag, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas Koperasi dan lain sebagainya. Upaya ini diperkirakan dapat dilakukan oleh pihak CBM bersama-sama dengan masyarakat.

6. Perlu upaya untuk membangun pola kemitraan bisnis yang memungkinkan untuk memperoleh penyediaan modal dan akses pasar serta kestabilan harga terhadap usaha alternatif yang akan dikembangkan.

7. Pembentukan kelompok usaha bersama; penyuluhan dan pelatihan; pembinaan dan pendampingan; serta upaya untuk mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, dan upaya untuk membangun pola kemitran bisnis diperkirakan dapat dilakukan oleh pihak CBM dan pihak terkait lainnya bersama-sama dengan masyarakat.

(7)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI i

KATA PENGANTAR

Penelitian Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Pulau Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada, jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan kelayakan finansial usaha serta menentukan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

Dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya nelayan yang ada di Kelurahan Pulau Abang. Disamping itu secara bertahap akan dapat mengurangi ketergantungan nelayan terhadap sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap.

Dengan selesainya laporan akhir ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Critc Coremap Pusat dan Kota Batam serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan sehingga kegiatan penelitian ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mudah-mudahan laporan ini bagaimanapun diharapkan dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Pekanbaru, November 2005 Penulis

(8)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Permasalahan ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 5 1.4. Luaran... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN ... 7

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1. Sumberdaya Perikanan dan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Batam ... 7

2.1.2. Pengembangan Usaha Alternatif ... 8

2.2. Metodologi Penelitian ... 11

2.2.1. Tempat dan Waktu ... 11

2.2.2. Pendekatan Studi ... 12

2.2.3. Metode Pengumpulan Data ... 12

2.2.4. Metode Analisis ... 13

BAB III KEADAAN UMUM KELURAHAN PULAU ABANG... 15

3.1. Geografis dan Administrasi Pemerintahan ... 15

3.2. Keadaan Lingkungan ... 16

3.2.1. Lingkungan Daratan ... 16

3.2.2. Lingkungan Perairan ... 17

3.3. Penduduk dan Mata Pencaharian... 18

3.4. Pendidikan ... 20

3.5. Sarana dan Prasarana Penunjang ... 21

3.6. Sosial Budaya ... 21

3.7. Perekonomian ... 22

3.8. Kelembagaan ... 22

3.9. Aksessibilitas ... 23

3.10. Keadaan Umum Perikanan ... 23

3.11. Akses Terhadap Terumbu Karang ... 26

3.12. Pengelolaan Tradisional ... 27

(9)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Mata Pencaharian Alaternatif yang Telah Terdapat di Kelurahan Pulau Abang... 29

4.2. Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Teknis ... 30

4.2.1. Lokasi Studi Pulau Abang Kecil ... 31

4.2.2. Lokasi Studi Pulau Petong ... 42

4.3. Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kelayakan Finansial ... 51

4.3.1. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik ... 51

4.3.2. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam di Kelurahan Pulau Abang ... 54

4.3.3. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam Keramba di Kelurahan Pulau Abang .. 56

4.3.4. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri (Usaha Kerupuk Ikan) di Kelurahan Pulau Abang ... 58

4.3.5. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin di Kelurahan Pulau Abang ... 60

4.4. Strategi Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Faktor Internal dan Eksternal ... 61

4.4.1. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Ternak Itik dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 62

4.4.2. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Ternak Ayam dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 64

4.4.3. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam Keramba dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 67

4.4.4. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Usaha Home Industri Kerupuk Ikan dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 69

4.4.5. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Rekomendasi ... 76

(10)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Tabel Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportuniy, Threaten) ... 14

2. Kualitas Perairan Pulau Abang dan Galang... 17

3. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Abang dan Galang ... 18

4. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang... 18

5. Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Umur, Bulan September 2005 ... 19

6. Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Agama yang Dianut, September 2005 ... 19

7. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September 2005 ... 20

8. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September 2005 ... 20

9. Sarana Transportasi di Kelurahan Pulau Abang, September 2005 ... 21

10. Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Ikan di Kelurahan Pulau Abang 24

11. Jenis Alat Tangkap Ikan Kelurahan Pulau Abang, September 2005 ... 25

12. Jenis Hasil Tangkapan Nalayan Kelurahan Pulau Abang ... 25

13. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Minat Masyarakat di Lokasi Studi Pulau Abang ... 32

14. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Ketersediaan Bahan Baku/Sumberdaya Alam di Lokasi Studi Pulau Abang Kecil ... 34

15. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja di Lokasi Studi Pulau Abang Kecil ... 37

16. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Peluang Pasar di Lokasi Studi Pulau Abang ... 39

17. Prioritas/Posisi Usaha Alternatif yang Layak Dikembangkan Berdasarkan Pertimbangan Teknis di Lokasi Studi Pulau Abang ... 42

18. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Minat/KeinginanMasyarakat di Lokasi Studi Pulau Petong ... 44

19. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku dan Sumberdaya Alam di Lokasi Studi Pulau Petong ... 45

(11)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI v

20. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja di Lokasi Studi Pulau Petong ... 48 21. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Peluang Pasar di Lokasi Studi

Pulau Petong ... 49 22. Prioritas/Posisi Usaha Alternatif yang Layak Dikembangkan

Berdasarkan Pertimbangan Teknis, di Lokasi Studi Pulau Petong ... 51 23. Analisa Usaha dan Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik di Kelurahan

Pulau Abang (selama setahun) ... 53 24. Analisa Usaha dan Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam di

Kelurahan Pulau Abang (100 ekor/panen selama 2 bulan), 5 Kali

Operasi/Tahun ... 55 25. Perkiraan Analisa Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Ikan Kerapu di

Kelurahan Pulau Abang 2 Unit (uk 3 x 3 x 3 ) m, (satu periode atau

selama 8 bulan) ... 57 26. Perkiraan Analisa Kelayakan Finansial Usaha Kerupuk Ikan di Kelurahan

Pulau Abang (satu kali produksi 5 kg ikan, 3 kg tepung tapioka) ... 59 27. Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri Pengolahan Ikan

(12)

Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian ... 80 2. Dokumentasi Kegiatan ... 81 3. Faktor Internal & Eksternal Usaha Ternak Itik dan Strategi

Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 86 4. Faktor Internal & Eksternal Usaha Ternak Ayam dan Strategi

Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 87 5. Faktor Internal & Eksternal Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba

Itik dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang ... 88 6. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Kerupuk Ikan di Kelurahan Pulau

Abang dan Strategi Pengembangannya ... 89 7. Faktor Internal dan Eksternal Usaha Home Industri Pengolahan Ikan

(13)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 1

Bab

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan penduduk yang terus meningkat termasuk di kawasan pesisir dan laut memerlukan penanganan yang serius dari semua pihak terutama pemerintah. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi diperkirakan juga berimplikasi pada kebutuhan sumberdaya alam (perairan) dan jasa-jasa lingkungan (environmental service) akan semakin meningkat, sementara stock (ketersediaan) sumberdaya semakin berkurang. Hal ini akan berkorelasi dengan peningkatan kemiskinan di sebagian besar masyarakat pesisir khususnya nelayan terutama daerah hinterland.

Kota Batam sebagai salah satu wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah penghasil komoditas perikanan dan tujuan pasar komoditas yang sama dari daerah lain. Ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam dan sekitarnya umumnya dijual di pasar domestik dan pasar ekspor (Singapura). Daerah penghasil komoditas perikanan di Kota Batam tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu kecamatan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kecamatan Galang.

Sebagai kawasan pesisir khususnya pulau-pulau kecil, masyarakat Kecamatan Galang pekerjaan utamanya yang paling dominan adalah sebagai nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Kecamatan Galang mencapai 3.316 RTP; dan Rumah Tangga Pertanian 120 KK. Sedangkan di Pulau Abang, penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 93,65 % dari total penduduk (Coremap, 2002). Ini menggambarkan bahwa ketergantungan masyarakat di wilayah ini terhadap sumberdaya perikanan cukup besar.

Kemiskinan masyarakat nelayan diduga sangat berkaitan erat dengan menurunnya hasil tangkapannya. Menurunnya hasil tangkapan nelayan di Kota Batam sekitarnya diduga disebabkan berbagai faktor, antara lain: (1) Terjadinya degradasi

(14)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 2 fisik ekosistem pesisir utama (terumbu karang dan mangrove), (2) Sedimentasi dan erosi pantai yang cukup signifikan serta pencemaran perairan telah mencapai suatu tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) dari ekosistem untuk menopang kesinambungan sumberdaya perikanan; (3) Menyempitnya

fishing ground karena berubah fungsi; (4) Terlampauinya potensi perairan akibat

banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi, bukan saja unit penangkapan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand). Hal ini ada kaitannya karena laut dan pantai merupakan kawasan terbuka untuk semua orang (open akses), membawa konsekwensi sumberdaya perikanan disuatu kawasan dapat diakses oleh siapapun juga dan teknologi yang beragam; dan (5) Kegiatan pengeboman ikan masih marak di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, sehingga mengakibatkan bertambahnya kerusakan terumbu karang. Berkurangnya hasil tangkapan nelayan tersebut akan berdampak pula pada berkurangnya penghasilan atau pendapatan yang dapat dibawa pulang oleh nelayan untuk membiayai kebutuhan keluarganya, yang sekaligus diperkirakan akan menurunkan tingkat kesejahteraan keluarganya. Lebih lanjut akibat dari berkurangnya penghasilan ini timbul masalah sosial yang dapat mengganggu kestabilan keamanan, kestabilan ekonomis dan mungkin juga kestabilan politik di kawasan pesisir tersebut.

Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan selain usaha penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang mereka lakukan sangat tergantung pada musim angin. Aktivitas/intensitas penangkapan ikan yang tinggi terjadi pada musim ikan (Peak Season) dimana keadaan laut relatif tenang biasanya terjadi pada Bulan April. Aktivitas sedang biasanya pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli; aktivitas berkurang terjadi pada musim kurang ikan (Off Season), biasanya terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dan aktivitas penangkapan ikan hampir terhenti sama sekali pada musim paceklik atau musim Utara, yang biasanya terjadi pada Bulan November sampai dengan Januari. Secara perhitungan sederhana, diperkirakan rata-rata waktu produktif nelayan dalam usaha penangkapan ikan adalah dalam satu tahun, hanyalah sekitar 9 bulan dan dalam satu bulan hanya sekitar 20 hari.

(15)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 3 Dengan kondisi yang demikian maka perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan usaha alternatif selain usaha penangkapan ikan dalam rangka menstabilkan dan meningkatkan pendapatan nelayan dari satu sisi, dan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya perikanan dari sisi lainnya. Usaha alternatif tersebut dapat dimulai dengan memanfaatkan waktu luang nelayan dan keluarganya sampai menjadikan usaha alternatif tersebut sebagai mata pencaharian pokok sebahagian dari pada keluarga nelayan.

Untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan suatu strategi pengembangan. Hal ini mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan, sedang disisi lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Jenis-jenis usaha alternatif yang akan dikembangkan disamping memilih usaha yang telah dikenal oleh masyarakat, juga perlu mempertimbangkan variabel teknis yang biasanya menjadi kendala atau contsrain bagi pengembangannya. Variabel teknis yang utama yang dimaksud, antara lain: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar (analisis teknis). Disamping itu sebelum usaha-usaha tersebut dikembangkan, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha dari masing-masing jenis usaha tersebut. Melalui studi kelayakan ini dapat ditentukan apakah jenis-jenis usaha tersebut secara finansial benar-benar layak dikembangkan atau tidak. Dengan kata lain studi kelayakan ini disamping akan memberikan informasi apakah suatu usaha akan memberikan keuntungan atau kerugian secara private, juga akan menggambarkan kebutuhan modal usaha, tingkat efisiensi penggunaan modal, perbandingan antara penerimaan dan biaya, serta lama pengembalian modal. Selanjutnya perlu pula menentukan strategi pengembangannya berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan studi “Strategi Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau”.

(16)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 4

1.2. Permasalahan

Ketergantungan masyarakat Kelurahan Pulau Abang terhadap sumberdaya perikanan sangat besar, sedangkan disisi lain ada gejala hasil tangkapan nelayan cendrung menurun yang diduga kuat berdampak pada penurunan tingkat pendapatannya. Penurunan hasil tangkapan nelayan tersebut, disamping diduga karena terlampauinya potensi perairan akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi, juga diperkirakan karena habitat sebagai tempat hidup sumberdaya perikanan tersebut mengalami degradasi dari waktu kewaktu. Operasi penangkapan ikan di wilayah periaran ini bukan saja dilakukan oleh nelayan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand). Hal ini ada kaitannya karena laut dan pantai merupakan kawasan terbuka untuk semua orang (open acces), menimbulkan konsekwensi sumberdaya perikanan disuatu kawasan dapat diakses oleh siapapun dan dengan teknologi penangkapan yang beragam. Sedangkan degradasi habitat sumberdaya perikanan diperkirakan disebabkan karena terjadinya pencemaran perairan yang disebabkan oleh adanya limbah industri/pertambangan; dan penggunaan alat tangkap yang merusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Coremap Propinsi Riau (2002) menunjukkan kondisi terumbu karang sebagai habitat ikan karang di wilayah perairan Kelurahan Pulau Abang telah mengalami kerusakan, atau kondisinya tidak dalam kategori baik, dimana tutupan terumbu karang didominasi oleh komponen abiotik yakni: sebesar 59,18 % pada perairan Pulau Abang Kecil dan Pulau Abang Besar; dan sebesar 62,89 % pada perairan Pulau Petong.

Untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarganya dari satu sisi, dan mengurangi eksploitasi sumberdaya perikanan serta degradasi habitatnya khususnya terumbu karang. Disisi lainnya, harus dikembangkan mata pencaharian alternatif bagi nelayan. Dengan adanya mata pencaharian alternatif tersebut diharapkan disamping dapat meningkatkan pendapatan nelayan, juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan karena mereka mempunyai sumber pendapatan lain selain usaha menangkap ikan, dan diharapkan dalam jangka panjang sekaligus akan mengurangi tekanan, baik terhadap sumberdaya perikanan secara langsung maupun terhadap habitatnya terutama terumbu karang.

(17)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 5 Untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan suatu strategi pengembangan. Hal ini mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan. Sedang disisi lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Strategi yang dimaksud antara lain: 1) Memilih usaha yang telah ada dilakukan oleh masyarakat di lokasi studi sehingga usaha tersebut paling tidak telah dikenal oleh masyarakat; 2) Memilih usaha disamping layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis, juga layak secara finansial. Hal ini merupakan tolok ukur keberlangsungan atau kontinuitas komoditi yang dihasilkan dari suatu usaha yang akan dikembangkan; 3) Menentukan strategi pengembangan berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya yang merupakan langkah konkrit yang perlu dilakukan untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut dan keberlangsungan serta pengembangannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hal-hal pokok yang perlu diketahui dalam studi ini, antara lain:

1. Apa saja jenis mata pencaharian alternatif yang ada selain perikanan tangkap di lokasi studi

2. Jenis-jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan layak secara finansial, sehingga diperkirakan dapat menjamin kontinuitas komoditi yang dihasilkan..

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari studi ini secara umum untuk mengetahui strategi pengembangan usaha alternatif di lokasi studi. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui : 1. Jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada di Kelurahan Pulau Abang.

2. Jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis (minat masyarakat, bahan baku/sumberdaya alam, tenaga kerja, dan peluang pasar) dan kelayakan finansial usaha.

3. Menentukan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

(18)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 6

1.4. Luaran

Luaran dari kegiatan studi ini adalah sebuah dokumen yang antara lain berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Jenis mata pencaharian alternatif yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis.

2. Jenis mata pencaharian alternatif yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan kelayakan finansial usaha.

3. Strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya.

(19)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 7

Bab

2

TINJAUAN

PUSTAKA

DAN

METODOLOGI

PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Sumberdaya Perikanan dan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Batam

Usaha penangkapan ikan merupakan mata pencaharian yang dominan pada masyarakat desa pantai di Propinsi Kepulauan Riau. Perkembangan Rumah Tangga Nelayan (RTN) di Kota Batam diperkirakan rata-rata sebesar 1,64 % dan perkembangan jumlah alat tangkap perikanannya diperkirakan sebesar 2,66 %. Sedangkan armada penangkapan yang digunakan nelayan pada tahun 2001 adalah: Motor Tempel (MT) diperkirakan dengan perkembangan 0,16 % per tahun; Perahu Tanpa Motor (PTM) dengan perkembangan 0,20 % per tahun; dan Kapal Motor (KM) dengan perkembangan 10,57 % per tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Batam, 2002). Selanjutnya Coremap (2002) memaparkan bahwa Kota Batam sebagai salah satu wilayah Propinsi Kepulauan Riau merupakan daerah penghasil komoditas perikanan dan tujuan pasar komoditas yang sama dari daerah lain. Ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam dan sekitarnya umumnya dijual di pasar domestik dan pasar ekspor (Singapura). Daerah penghasil komoditas perikanan di Kota Batam tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu kecamatan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kecamatan Galang. Sebagai kawasan pesisir khususnya pulau-pulau kecil, masyarakat Kecamatan Galang pekerjaan utamanya yang paling dominan adalah sebagai nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Tercatat pada tahun 2003 bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan Kecamatan Galang mencapai 2.316 RTP; dan Rumah Tangga Pertanian 120 KK. Sedangkan di Pulau Abang, penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 93,65 % dari total penduduk. Hal ini menggambarkan bahwa ketergantungan masyarakat di wilayah ini terhadap sumberdaya perikanan cukup besar.

(20)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 8 Menurut Darwis (1998), kendala pokok dalam bidang usaha perikanan tangkap di Kota Batam antara lain: semakin menyempitnya areal penangkapan akibat perkembangan industri dan pelayaran laut. Di sisi lain jumlah armada dan alat tangkap terus meningkat, dan jangkauan armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan terbatas sehingga hanya menumpuk di perairan pinggir Selat Malaka. Selain itu masih banyaknya alat tangkap yang digunakan oleh nelayan yang bersifat menetap (Trap), dan kondisinya semakin diperburuk lagi karena penurunan kualitas lingkungan perairan, penggunaan alat tangkap yang merusak seperti penggunaan pukat dan pengeboman ikan dan sekaligus rusaknya terumbu karang yang merupakan spowning ground dan feeding ground bagi ikan-ikan karang. Kesemuanya ini akan menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan yang selanjutnya akan berdampak pula pada penurunan pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.

Selanjutnya Coremap (2002) menyatakan bahwa menurunnya hasil tangkapan masyarakat di daerah ini disebabkan berbagai faktor antara lain yakni: 1) Terjadinya degradasi fisik ekosistem pesisir utama (terumbu karang dan mangrove), sedimentasi dan erosi pantai yang cukup signifikan serta pencemaran perairan telah mencapai suatu tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) dari ekosistem untuk menopang kesinambungan sumberdaya perikanan; 2) Menyempitnya

fishing ground berubah fungsi; 3) Terlampauinya potensi perairan akibat banyaknya unit

usaha penangkapan yang beroperasi, bukan saja unit penangkapan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand); dan 4) Kegiatan pengeboman ikan masih marak di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, sehingga mengakibatkan bertambahnya kerusakan terumbu karang. Berkurangnya hasil tangkapan akan berdampak pada berkurangnya penghasilan atau pendapatan yang dapat dibawa pulang oleh nelayan untuk membiayai keperluan keluarganya. Lebih lanjut akibat dari berkurangnya penghasilan ini timbul masalah sosial yang dapat mengganggu kestabilan keamanan, kestabilan ekonomis dan mungkin juga kestabilan politik di kawasan pesisir tersebut.

2.1.2. Pengembangan Usaha Alternatif

Darwis (1998) menyatakan bahwa masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan selain usaha penangkapan ikan. Aktivitas

(21)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 9 penangkapan ikan yang mereka lakukan sangat tergantung pada musim angin. Aktivitas/intensitas penangkapan ikan yang tinggi terjadi pada musim ikan (Peak Season) dimana keadaan laut relatif tenang biasanya terjadi pada bulan April. Aktivitas sedang biasanya pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli; aktivitas penangkapan ikan yang rendah terjadi pada musim kurang ikan (Off Season), biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dan aktivitas penangkapan ikan hampir terhenti sama sekali pada musim paceklik atau musim Utara, yang biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Januari. Secara perhitungan sederhana, diperkirakan rata-rata waktu produktif nelayan dalam usaha penangkapan ikan dalam satu tahun, hanyalah sekitar 9 bulan dan dalam satu bulan hanya sekitar 20 hari. Dengan kondisi yang demikian maka memungkinkan dilakukan upaya untuk mengembangkan usaha alternatif selain usaha penangkapan ikan dalam rangka menstabilkan dan meningkatkan pendapatan mereka. Usaha alternatif tersebut mulai dengan memanfaatkan waktu luang nelayan dan keluarganya sampai dengan menjadikan usaha alternatif tersebut sebagai mata pencaharian pokok sebahagian dari mereka

Menurut Hidayat Syarif dan Darwin Syamsulbahri (2001) kriteria utama dalam menentukan posisi (ranking) relatif suatu usaha terhadap lainnya adalah variabel ekonomi dan variabel sosial. Variabel ekonomi dalam hal ini antara lain: Ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja (SDM), ketersediaan modal/kapital, Skill dan teknologi, serta peluang pemasaran. Sementara itu kriteria sosial terutama merujuk pada variabel minat atas jenis usaha yang akan dikembangkan. Variabel sosial menjadi sangat penting untuk dikethui, karena meskipun suatu usaha memiliki skor variabel ekonomi sangat baik, namun bila tidak diminati, maka hal ini mengindikasikan bahwa unit usaha tersebut kurang, atau bahkan tidak produktif untuk dikembangkan. Dari variabel-variabel di atas dalam kontek pemberdayaan ekonomi rakyat, variabel ketersediaan modal dan skill/teknologi lebih mudah diintervensi, sehingga variabel ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja (SDM), peluang pemasaran dan minat dalam mengembangkan usaha lebih bersifat sebagai constrain. Teknik penilaian masing-masing variabel tersebut dapat dilakukan dengan sistem ’rating scale’, yakni memberikan bobot penilai (skor) pada setiap bvariabel contrain tersebut. Nilai 4 untuk kategori sangat baik, nilai 3 untuk kategori baik, nilai 2 untuk kategori kurang

(22)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 10 baik, dan nilai 1 untuk kategori sangat kurang baik. Ambang batas suatu usaha dianggap layak untuk dikembangkan jika memiliki total skor 10 atau nilai rata-rata 2,5. Selanjutnya usaha-usaha yang layak dikembangkan tersebut sebelum dikembangkan terlebih dahulu harus dilakukan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan inilah yang akhirnya menentukan apakah jenis usaha yang telah diidentifikasi dan diranking, benar-benar layak dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini akan memberikan informasi tentang apakah suatu usaha akan memberikan profit/benefit atau kerugian. Bagaimanapun dari sisi ekonomi, kelebihan dan kekurangan suatu usaha akan ditentukan oleh tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu usaha akan semakin cepat pula perkembangannya, dan inilah jaminan sustanability (keberlanjutan) usaha tersebut.

Tingkat profitabilitas adalah merupakan pendapatan bersih yang diperoleh dari suatu usaha. Menurut Sinuraya (1981) bahwa pendapatan bersih adalah selisih pendapatan kotor dengan biaya yang dikeluarkan.

Ada beberapa kriteria investasi sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha secara finansial. Kriteria tersebut antara lain: Benefit Cost of Ratio (BCR); Tingkat efisiensi dari penggunaan modal, dan lama pengembalian modal yang ditanamkan. Benefit Cost of Ratio (BCR) adalah perbandingan pendapatan kotor dengan total biaya produksi. Selanjutnya Kadariah dkk (1978) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dipertahankan atau dilanjutkan apabila net B/C > 1 merupakan tanda “go” untuk sesuatu proyek, sedangkan net B/C < 1 tanda “no-go”. Selanjutnya Rahardi dkk (2001) menyatakan bahwa ROI (Return Of Invesment) digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari modal yang telah dikeluarkan. Makin kecil nilai ROI ini, makin tidak efisien penggunaan modal dari usaha bisnis tersebut. Dalam perhitungan ROI memliki rumus seperti berikut: ROI = Laba Usaha/Modal Usaha. Sedangkan untuk mengukur lama pengembalian modal dapat menggunakan kriteria PPC (Payback Periode of Capital). Menurut Riyanto (1983) PPC adalah lamanya waktu yang diperlukan agar modal yang ditanam pada investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam jangka waktu tertentu.

Selanjutnya menurut Rangkuti (1997) salah satu metode yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi adalah analis SWOT. Analisis SWOT adalah suatu identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis tersebut

(23)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 11 didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunity) dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) dari faktor internal dan eksternalnya. Identifikasi yang dilakukan terhadap unsur-unsur SWOT akan menghasilkan empat alternatif strategi, yaitu strategi SO (kekuatan dan peluang), strategi ST (kekuatan dan ancaman), strategi WO (kelemahan dan peluang), strategi WT (kelemahan dan ancaman).

Pusat Kajian Masyarakat Sungai dan Pantai pada tahun 2002 mengkaji mata pencaharian alternatif selain usaha menangkap ikan di Senayang-Lingga kawasan Coremap 1, dan Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Wilayah Pesisir pada tahun 2003 telah melakukan Indentifikasi mata pencaharian alternatif Masyarakat Pesisir di Kabupaten Rokan Hilir dan Indragiri Hilir pada Kawasan Marine Coastal Management Area. Kedua kajian di atas menggunakan pertimbangaan variabel teknis sebagai constrain yakni: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja, dan peluang pasar dalam menentukan usaha alternatif yang layak dikembangkan bagi masyarakat nelayan.

2.2. Metodologi Penelitian 2.2.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan studi ini dilakukan di wilayah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi studi memfokuskan pada lokasi manajemen area Coremap II, yakni Pulau Abang Kecil (RW 1), Air Saga (RW 2), dan Pulau Petong (RW 3). Mengingat RW 1 dan RW 2 berada pada satu pulau yakni Pulau Abang Kecil yang diperkirakan baik dari keadaan sosial ekonomi masyarakat, maupun lingkungannya relatif sama, maka dalam studi ini ditetapkan hanya dua lokasi studi, yakni Pulau Abang Kecil yang merupakan wilayah RW 1 dan RW 2 dan Pulau Petong yang merupakan wilayah RW 3 (Lampiran 1).

Untuk melaksanakan penelitian ini dibutuhkan waktu selama 4 bulan. Alokasi waktu tersebut digunakan untuk kegiatan persiapan (pengurusan izin, pembuatan kuesioner, pembuatan panduan FGD), pengumpulan data lapangan, analisis data, seminar, worshop dan pelaporan.

(24)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 12

2.2.2. Pendekatan Studi

Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yakni: Studi Kepustakaan, metode survey dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Study kepustakaan diperlukan untuk menghimpun data awal dan sebagai referensi yang diperlukan. Metode survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial budaya, ekonomi maupun politik (Nazir, 1988). Dalam studi ini survey dilakukan di Kelurahan Pulau Abang, secara lebih khusus dilakukan pada lokasi studi Pulau Abang Kecil dan lokasi studi Pulau Petong. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode untuk menghasilkan rancangan program yang relevan dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Lebih dari itu tujuan mendasar dalam penggunaan metode PRA adalah pengembangan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan serta kegiatan aksi. Pendekatan metode Participatory Rural Appraisal dalam penelitian menggunakan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah untuk menggali dan menganalisis permasalahan; kebutuhan dan peluang; baik dalam usaha penangkapan ikan yang sedang mereka tekuni, maupun mata pencaharian alternatif (selain usaha penangkapan ikan) yang suitable.

2.2.3. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, yakni: 1) Laporan penelitian yang ada kaitanya dengan studi ini, 2) Instansi terkait, antara lain: Kantor Bappeda Kota Batam, (3) Lembaga Swadaya Masyarakat dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Sedangkan data primer dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data TRIANGULATION, yakni metode pengumpulan data dengan beberapa teknik sekaligus seperti Indepth Interview, wawancara dengan menggunakan kuisioner, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi. Indepth

Interview dilakukan pada tokoh-tokoh masyarakat. Sedangkan wawancara dengan

menggunakan kuisioner dilakukan terhadap responden masyarakat nelayan di lokasi studi.

(25)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 13

2.2.4. Metode Analisis

Analisis data menggunakan gabungan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisa secara deskriptif dengan penampilan tabel-tabel, sedangkan data kuantitatif dilakukan penghitungan berdasarkan rumu-rumus tertentu.

Penentuan mata pencaharian alternatif selain usaha penangkapan ikan yang akan dikembangkan didasarkan pada pertimbangan empat variabel teknis sebagai “Constrain” yakni: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar. Penilaian variabel-variabel ini dengan sistem “Rating Scale”, yakni dengan memberi bobot penilaian (Skor) pada setiap variabel tersebut: Nilai 4 untuk kategori sangat baik, nilai 3 untuk kategori baik, nilai 2 untuk kategori kurang baik, dan nilai 1 untuk kategori sangat kurang baik. Ranking dari setiap jenis usaha yang akan dikembangkan sangat ditentukan oleh skor total dan nilai rata-rata skor. Ambang batas usaha yang layak untuk dikembangkan adalah: total skor minimal 10 dan skor rata-rata minimal 2,5 (Hidayat, 2001).

Penentuan mata pencaharian alternatif berdasarkan pertimbangan kelayakan finansial digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Modal Usaha (Total investasi) = Modal Tetap + Modal Kerja

2. Total biaya (Total Cost) = Biaya Tetap (Fixed Cost) + Biaya Variabel (Variable Cost) 3. Penerimaan (Gross Income) = Jumlah Produksi (Q) x Harga (P)

4. Keuntungan (Net Income) = Penerimaan – Total Biaya 5. Kriteria Investasi:

1) Benefit Cost of Ratio (BCR) = Penerimaan/Total Biaya Kriteria: BCR > 1, usaha layak dikembangkan

2) Efisiensi penggunaan modal diukur dengan ROI (Return Of Invesment) ROI = Keuntungan/Modal Usaha x 100%

Kriteria, makin besar ROI, makin efisien penggunaan modal

3) Lama pengembalian modal, diukur dengan Payback Period of Capital (PPC) PPC = Modal Usaha/Keuntungan x periode produksi (bulan/tahun) Kriteria: Makin kecil nilai PPC, semakin baik

(26)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 14 Selanjutnya untuk merumuskan strategi khusus dalm pengembangan mata pencaharian alternatif di lokasi studi ini, menggunakan Analisis Tabel SWOT (Sweaten,

Weakness, Opportunity, Threaten). Dalam anlisis ini mengidentifikasi faktor internal

(kekuatan, kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usaha tersebut, kemudian berdasarkan identifikasi tersebut disusun strateginya yang dapat digambarkan dalam Tabel 1. berikut:

Tabel 1. Tabel Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportuniy, Threaten) USAHA ALTERNATIF STRENGTH (S) WEAKNESS(W)

1. 2. 3. . . . . . .

OPPORTUNITY (O) SO-STARTEGY WO-STARTEGI

1. 2. 3. . . . . . .

TREATS (T) ST-STRATEGY WT-STRATEGY

1. 2. 3. . . . . . .

(27)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 15

Bab

3

KEADAAN

UMUM

KELURAHAN

PULAU

ABANG

3.1. Geografis dan Administrasi Pemerintahan

Kelurahan Pulau Abang merupakan pulau-pulau kecil yang terletak berhampiran dengan Pulau Batam, dengan luas wilayah seluas 8.819 ha. Disamping itu letak pulau-pulau tersebut juga tidak begitu jauh dengan pulau-pulau-pulau-pulau yang termasuk dalam Kabupaten Kepulauan Riau dan pulau-pulau dalam Kabupaten Karimun serta Senayang-Lingga. Secara rinci letak Kelurahan Pulau Abang ini sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karas dan Sembur; sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Tukil Kabupaten Senayang-Lingga; sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Moro Kabupaten Karimun dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sijantung.

Dari data yang diperoleh jumlah pulau-pulau yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang tersebut diperkirakan sebanyak 64 pulau. Dari jumlah ini baru sebanyak 10 pulau yang telah dihuni penduduk, sedangkan yang lainnya belum berpenghuni, namun beberapa diantaranya juga telah terdapat perkebunan penduduk. Beberapa diantara pulau-pulau tersebut antara lain: Pulau Abang Kecil, Abang Besar, Pengerlap, Dedap, Sekate, Hantu, Sepintu, Rano, Coi, Sawang, Kalo, Udik, Ujung Baran dan Galang Baru, Nguan, Telejik, dan lainnya.

Secara administratif Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu Kelurahan dalam Kecamatan Galang Kota Batam. Kelurahan ini terdiri dari 3 Dusun, 4 Rukun Warga (RW), dan 11 Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan kelurahan ini terletak di RW 1 Pulau Abang Kecil.

(28)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 16

3.2. Keadaan Lingkungan 3.2.1. Lingkungan Daratan

Intensitas penyinaran matahari di wilayah Keluarahan Pulau Abang dapat dikatakan tergolong tinggi, namun curah hujan masih dalam keadaan baik. Tingkat intensitas penyinaran matahari tersebut diperkirakan rata-rata sekitar 75 %. Sedangkan jumlah curah hujan rata-rata diperkirakan sekitar 190 mm per tahun, dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 90 hari per tahun.

Berdasarkan data yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang, diketahui bahwa di Kelurahan Pulau Abang masih terdapat hutan yang diperkirakan seluas 5225 ha, atau diperkirakan sekitar 59 % dari luas kelurahan. Sedangkan diperkirakan hanya sekitar 41 % dari luas kelurahan ini, dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum, kebun karet dan kebun kelapa.

Keadaan topografi kelurahan ini sebahagian besar berbukit-bukit. Dataran yang landai diperkirakan hanya sekitar 2 meter sampai 500 meter dari pingir laut ke arah daratan yang berbukit-bukit tersebut. Sebagian besar lokasi perumahan penduduk, Masjid dan sekolah terdapat pada dataran yang landai di pinggir laut ini. Dataran yang landai ini biasanya juga ditanami dengan pohon kelapa di sela-sela rumah penduduk dan sarana ibdah dan sekolah tersebut. Disamping itu rumah-rumah penduduk juga didirikan di atas bagian tepi pantai. Sedangkan pada daerah yang berbukit-bukit biasanya tidak banyak terdapat rumah penduduk, tetapi pada daerah ini biasanya terdapat kebun masyarakat, belukar dan hutan. Kebun masyarakat tersebut berupa tanaman keras seperti kuini, cempedak atau nangka hutan, manggis, cengkeh, durian, rambuatan, dan lain sebagainya yang kondisinya sebagian besar sudah tua dan kelihatan tidak terawat. Disamping itu pada daerah yang berbukit-bukit ini juga telah ada yang mengusahakan bertanam sayur-sayuran dan singkong, namun jumlahnya sedikit. Menurut informasi dari masyarakat, kebun-kebun masyarakat dalam bentuk tanaman keras tersebut juga terdapat di pulau-pulau yang tidak dihuni oleh penduduk. Namun belakangan ini karena mata pencaharian mereka terfokus pada usaha menangkap ikan, sehingga kebun-kebun tersebut tidak terawat.

(29)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 17

3.2.2. Lingkungan Perairan

Kondisi suhu permukaan laut di Kelurahan Pulau Abang bervariasi dari musim ke musim, akan tetapi suhu tidak banyak berbeda menurut perubahan kedalaman. Kisaran suhu di Kelurahan Pulau Abang ini diperkirakan sekitar 27 °C sampai 30 °C. Sedangkan kecerahan di kawasan perairan Kelurahan Pulau Abang hampir merata pada setiap tempat lokasi pada musim Barat, Timur dan Utara. Sementara pada musim Selatan perairan laut daerah ini agak keruh.

Dari data yang diperoleh menggambarkan bahwa kualitas perairan masih relative baik, atau untuk kehidupan biota laut menunjukan bahwa perairan Pulau Abang masih belum tercemar. Hal ini dapat dilihat dari kandungan TSS sebesar 20 mg/liter, dimana nilai ini masih dalam ambang batas yang disyaratkan (Tabel 2).

Tabel 2. Kualitas Perairan Pulau Abang dan Galang

Kawasan Parameter I II III IV V Kecerahan 4,5 3,0 4,0 4,5 5,0 TSS 20 19 22 28 24 Salinitas 28 28 28 28 28 PH 7,35 7,20 7,12 7,36 7,10 Suhu 27 26 28 28 27

Sumber : Coremap Provinsi Riau, Tahun 2002

Kondisi terumbu karang di Galang, Pulau Abang dan sekitarnya dalam kondisi “Sedang”. Tutupan terumbu karang didominasi oleh komponen abiotik dan khusus di Pulau Abang tutupan abiotik tersebut diperkirakan mencapai sekitar 59,18 %, sedangkan komponen biotik diperkirakan hanya sekitar 30,95 % (Tabel 3).

Meskipun kondisi terumbu karang di kawasan pengamatan tidak dalam kategori baik, namun masih terdapat berbagai jenis ikan yang dijumpai di sekitar terumbu karang. Secara keseluruhan jenis-jenis ikan karang yang terdapat dilokasi pengamatan terdiri dari famili Acanthuridae, Holocentridae, Lutjanidae, Siganidae dan sebagainya. Rata-rata keanekaragaman jenis ikan pada stasiun pengamatan termasuk sedang yaitu 2,16 (standar deviasi = 0,83) ini mungkin karena kondisi rata-rata tutupan karang hidup yang termasuk miskin/buruk yaitu 24,39 % (Coremap Propinsi Riau, 2002).

(30)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 18 Tabel 3. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Abang dan Galang

Kawasan KOMPONEN Pulau Karas Pulau Galang Baru Pulau Pengerlap Pulau Abang Kecil dan Abang Besar Pulau Petong A. ABIOTIK % Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata Pasir (sand) 08,75 08,55 00,60 02,70 16,67 Patahan Karang (Ruble) 00,27 00,43 01,07 00,56 00,34 Karang Mati (DC) 01,34 02,03 01,27 01,09 06,73 Karang Mati ditutupi algae (DCA) 49,77 34,57 66,37 54,83 39,15

Jumlah 60,13 44,58 69,31 59,18 62,89 B. BIOTIK Karang Hidup (LC) 20,66 21,95 29,03 24,77 26,14 Karang Lunak (SC) 00,25 02,19 00,00 00,50 02,67 Algae 07,00 14,66 00,00 01,22 00,33 Sponge 02,00 03,07 00,00 01,37 00,67 Lainya (other) 09,25 18,91 00,20 03,09 04,67 Jumlah 39,16 59,78 29,23 30,95 34,48 Jumlah Stasiun 4 15 13 10 3

Sumber : Coremap Propinsi Riau, 2002

3.3. Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Abang sampai pada Bulan September 2005

adalah sebanyak 2.051 jiwa, yakni 1.125 jiwa laki-laki dan 926 jiwa perempuan (Tabel 4). Dari data enam tahun terakhir memperlihatkan ada kecendrungan bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan. Sedangkan rata-rata pertumbuhan penduduk di Kelurahan Pulau Abang adalah sebesar 2,96 % per tahun. Pertumbuhan penduduk di daerah ini disamping karena faktor kelahiran, juga oleh perpindahan penduduk.

Tabel 4. Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang

No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan

1. 2000 940 834 1.774 - 2. 2001 942 843 1.785 0,62 3. 2002 964 857 1.821 1,98 4. 2003 1.079 879 1.958 7,52 5. 2004 1.100 906 2.006 2,45 6. Sept 2005 1.125 926 2.051 2,24

(31)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 19 Selanjutnya dilihat dari struktur umur penduduk dapat dikatakan bahwa struktur umur penduduk yang dominan di Kelurahan Pulau Abang adalah usia produktif. Penduduk yang berusia 22 - 59 tahun diperkirakan sekitar 44,08 % dan umur 16 - 21 tahun diperkirakan sekitar 15,75 %, atau penduduk yang berusia 16 - 59 tahun diperkirakan sekitar 59,83 (Tabel 5).

Tabel 5. Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Umur, Bulan September 2005

No. Umur Jumlah (jiwa) Persentase

1. 00 - 04 189 09,22 2. 05 - 06 126 06,14 3. 07 - 15 427 20,82 4. 16 - 21 323 15,75 5. 22 - 59 904 44,08 6. > 60 82 04,00 Jumlah 2.051 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

Penduduk Kelurahan Pulau Abang dominan beragama Islam. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa sekitar 85,91 % penduduk beragama Islam, sekitar 11,31 % beragama Budha, dan sekitar 2,78 % beragama Kristen (Tabel 6). Tingginya komunitas penduduk yang beragama Islam ini dikarenakan sebagian besar penduduk di daerah ini adalah bersuku bangsa Melayu, dimana kata Melayu identik dengan Islam, artinya suku bangsa Melayu mesti menganut Agama Islam.

Tabel 6. Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Agama yang Dianut, September 2005

No. Agama Jumlah (jiwa) Persentase

1. Islam 1.762 85,91

2. Kristen 57 02,78

3. Budha 232 11,31

Jumlah 2.051 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

Selanjutnya jika dilihat dari mata pencaharian penduduk, dapat dikatakan bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Pulau Abang tidak begitu beragam. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan, sedikit sebagai petani, dagang, pegawai negeri sipil, dan TNI (Tabel 7).

(32)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 20 Tabel 7. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September

2005

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase

1. Nelayan 970 97,78 2. Petani 6 0,61 3. Dagang 2 0,20 4. PNS 10 1,01 5. TNI 4 0,40 Jumlah 992 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

3.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pulau Abang dapat dikatakan masih tergolong sangat rendah. Sebahagian besar penduduk hanya tamatan Sekolah Dasar, dan hanya sedikit penduduk yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau hanya sekitar 3,80 %, dan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) lebih sedikit lagi yakni hanya sekitar 2,10 % (Tabel 8).

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September 2005

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase

1. Belum Sekolah 91 04,44 2. Tidak Tamat SD 711 34,67 3. Tamat SD 1.128 55,00 4. Tamat SLTP 78 03,80 5. Tamat SLTA 43 02,10 Jumlah 2.051 100,00

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Pulau Abang, diperkirakan erat kaitannya dengan minimnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di kelurahan ini. Sarana pendidikan yang terdapat di kelurahan ini, hanya empat Sekolah Dasar, yakni satu Sekolah Dasar pada masing-masing Rukun Warga (RW) dalam wilayah Kelurahan Pulau Abang. Belakangan ini telah pula dibuka kelas jauh untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tepatnya di RW 1 Pulau Abang, namun sampai saat ini gedungnya belum ada, kegiatan belajar masih menumpang di gedung Sekolah Dasar.

(33)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 21

3.5. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang dalam kehidupan masyarakat yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang, adalah sarana dan prasarana kesehatan, ibadah, ekonomi, komunikasi, dan transportasi. Jumlah sarana dan prasarana tersebut masih sangat minim. Untuk melayani kesehatan penduduk hanya terdapat satu Puskesmas Pembantu (Pustu) dan dua Posyandu, satu orang Bidan dan tiga orang tenaga medis. Untuk melayani kebutuhan ekonomi penduduk, baik sebagai penyedia kebutuhan konsumsi penduduk dan faktor produksinya, maupun sebagai pembeli hasil atau produksi penduduk hanya terdapat 25 warung dan 9 orang tauke yang dikenal juga dengan pedagang pengumpul. Selanjutnya untuk komunikasi penduduk terdapat 8 unit Orari dan di beberapa tempat telah dapat digunakan telepon genggam (HP). Sedangkan alat transportasi yang dominan di kelurahan ini adalah kendraan air seperti pompong, kapal motor dan boat (Tabel 9).

Tabel 9. Sarana Transportasi di Kelurahan Pulau Abang, September 2005

No. Sarana Jumlah (Unit)

1. Sepeda 35 2. Perahu dayung 60 3. Pompong 750 4. Kapal Motor 20 5. Boat 25 6. Sepeda Motor 3

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

3.6. Sosial Budaya

Budaya dan adat istiadat yang dijalankan oleh sebagian besar penduduk Kelurahan Pulau Abang adalah Budaya dan adat istiadat Melayu. Hal ini diperkirakan berkaitan erat karena suku bangsa atau etnis yang dominan di kelurahan ini adalah suku bangsa Melayu. Hanya sebagian kecil penduduk yang berasal dari etnis selain Melayu, dan penduduk yang berasal dari etnis lain tersebut telah menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat setempat. Bahasa yang mereka pergunakan adalah Bahasa Melayu, walaupun sebagian kecil penduduk masih terdengar logat daerah asal mereka. Perbauran antar etnis tersebut terjadi karena adanya hubungan yang saling menguntungkan, baik dalam bidang kehidupan ekonomi (kerjasama), sosial (terjadi

(34)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 22

3.7. Perekonomian

Sarana prasaran ekonomi seperti koperasi, perbankkan, pasar dan sebagainya tidak dijumpai di kawasan ini. Walaupun demikian aktivitas perekonomian tetap berjalan dan terpusat pada tauke. Tauke yang merupakan kelebagaan ekonomi informal sangat berperan di dalam menentukan roda perekonomian di kawasan ini. Peran tauke sangat dominan mulai dari menampung ikan hasil tangkapan, mesuplai alat tangkap dan kebutuhan sehari-hari sampai pemberian kredit kepada nelayan dengan konsekwensi harus menjual ikan hasil tangkapan dengan harga yang ditentukan. Untuk menunjang kegiatan perikanan dan dalam upaya mempertahan mutu ikan maka di daerah ini telah memiliki pabrik es 2 unit yang dimiliki oleh tauke.

3.8. Kelembagaan

Interaksi sosial antara penduduk di Kelurahan Pulau Abang terkait dengan mata pencaharian memunculkan struktur sosial perikanan tangkap (nelayan). Stratifikasi (pelapisan) sosial untuk struktur sosial perikanan tangkap di Kelurahan Pulau Abang terdiri dari :

1) Nelayan pemilik, yaitu nelayan yang memiliki sarana penangkapan (alat, kapal, dan modal) juga turut mengoperasikan alat tangkap.

2) Nelayan pengusaha, yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap atau armada penangkapan, tetapi tidak ikut melakukan penangkapan ikan ke laut.

3) Nelayan buruh, yaitu nelayan yang mengambil upah atau bagi hasil dari membantu nelayan pemilik dalam proses penangkapan ikan

Struktur sosial perikanan tangkap di Kelurahan Pulau Abang secara horizontal dapat pula dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sosial, yaitu kelompok nelayan jaring karang, kelompok nelayan bubu, kelompok nelayan nyomek, kelompok nelayan rawai, kelompok nelayan jaring udang dan kelompok nelayan lampara dasar.

Kelembagaan yang ada di Kelurahan Pulau Abang dapat berupa kelembagaan formal dan kelembagaan informal. Kelembagaan formal yang ada berupa kelembagaan yang berkaitan dengan pemerintahan. Sedangkan kelembagaan informal yang ada

(35)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 23 berupa kelembagaan sosial yang berkaitan dengan keagamaan, dan kelembagaan sosial ekonomi. Kelembagaan sosial ekonomi yang terkait dengan struktur sosial nelayan di Kelurahan Pulau Abang ini adalah :

1) Tauke, adalah orang-orang yang memberikan pinjaman (kredit) berupa keperluan penangkapan ikan, baik yang berupa alat tangkap maupun yang berupa armada penangkapan. Pembayaran dilakukan dengan memotong hasil tangkapan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

2) Pedagang pengumpul, adalah orang-orang yang membeli hasil tangkapan ikan langsung ke nelayan di tepi laut atau sungai untuk dikumpulkan dan dibawa ke sentra-sentra pemasaran ikan. Adakalanya pedagang pengumpul ini juga merupakan tauke.

3.9. Aksessibilitas

Aksessibilitas masyarakat di Kelurahan Pulau Abang dapat dikatakan masih sangat rendah. Keadaan ini disebabkan karena wilayah kelurahan ini merupakan pulau-pulau yang berada di perairan laut. Lalu lintas penduduk dari pulau-pulau-pulau-pulau tersebut ke pusat kelurahan sebagian besar lewat lalu lintas air dengan menggunakan pompong, kapal motor dan boat. Begitu juga lalu lintas penduduk dari pulau-pulau tersebut ke pusat kecamatan dan kota harus lewat lalu lintas air, memakan waktu sekitar ½ jam - 1 jam menggunakan boat. Dan setelah itu naik mobil diperkirakan sekitar ½ jam ke ibu kota kecamatan dan sekitar 1 jam ke Kota Batam. Untuk mendukung lalu lintas laut tersebut terdapat 6 unit pelabuhan, sedangkan untuk mendukung lalu lintas darat telah dibangun jalan semenisasi sepanjang 6 Km dan jalan tanah 1,5 Km.

3.10. Keadaan Umum Perikanan

Keadaan umum perikanan yang digambarkan ini adalah berupa: keadaan nelayan, jenis dan jumlah armada penangkapan, jenis dan jumlah alat tangkap, produksi, pemasaran dan pasca panen.

Nelayan yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis nelayan, yakni: nelayan pemilik, nelayan pengusaha, dan nelayan buruh. Nelayan

(36)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 24 pemilik, yaitu nelayan yang memiliki sarana penangkapan (alat, kapal, dan modal) juga turut mengoperasikan alat tangkap. Nelayan pengusaha, yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap atau armada penangkapan, tetapi tidak ikut melakukan penangkapan ikan ke laut. Sedangkan nelayan buruh, yaitu nelayan yang mengambil upah atau bagi hasil dari membantu nelayan pemilik dalam proses penangkapan ikan. Dari ketiga jenis nelayan tersebut, secara sepintas dapat diketahui bahwa yang dominan adalah nelayan pemilik. Dominannya nelayan pemilik ini ada kaitannya karena adanya tauke sebagai penyedia modal bagi nelayan untuk membeli alat tangkap dan armada penangkapan.

Armada penangkapan yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang terdiri dari armada penangkapan yang sangat sederhana seperti sampan dayung atau juga dikenal dengan perahu tanpa motor, pompong (on board engine ), sampai dengan kapal motor (outer board

engine). Dari data yang tercatat pada monografi desa, terlihat armada penangkapan yang

dominan di Kelurahan Pulau Abang adalah pompong, yakni sekitar 90,4 %, sedangkan sampan dayung dan kapal motor jumlahnya sangat kecil, masing-masing hanya 7,2 % dan 2,4 %. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel. 10. Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Ikan di Kelurahan Pulau Abang

No. Jenis Armada Jumlah (unit) Persentase

1. Kapal Motor 20 2,4 2. Pompong 750 90,4 3. Sampan Dayung 60 7,2

Jumlah 830 100,0

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

Alat tangkap yang diguna nelayan di kelurahan ini sebenarnya cukup beragam, namun yang tercatat pada monografi desa hanya terdapat 3 jenis. Jenis-jenis alat tangkap yang tercatat tersebut adalah jaring karang, bubu, dan jaring apung (Tabel 11). Sedangkan berdasarkan hasil survey lapangan diketahui disamping 3 jenis alat tangkap di atas, masih terdapat jenis alat tangkap lainnya yang berupa: Pancing Selar, Pancing Sotong (nyomek), Rawai dan Kelong Pantai. Sesuai dengan kondisi alam dan musim, biasanya nelayan tidak hanya memiliki satu jenis alat tangkap saja, tetapi umumnya memiliki jenis alat tangkap yang bergam. Selanjutnya berdasarkan data Coremap Provinsi Riau (2002), alat tangkap yang paling dominan adalah pancing (60,32 %) dan diikuti oleh jaring (33,33 %),

(37)

LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 25 bubu (19,05 %) dan kelong (14,46 %). Sedangkan sisanya adalah berupa rawai dan candit yang masing-masing 3,17 %. Sesuai dengan ukuran kapal dan alat tangkap ikan yang dimiiki, maka umumnya para nelayan mengoperasikannya di perairan pantai. Pengoperasian alat tangkap ini tidak hanya di kelurahan mereka, tetapi juga di pulau-pulau sekitarnya. Adapun daerah penangkapan (fishing ground) mereka meliputi Pulau Abang, Pulau .Abang Kecil, Pulau Dedap, Pulau Pengerlap, Pulau Hantu, Pulau Sawang, Pulau Sipintu, Pulau Sebaga dan Pulau Petong.

Tabel 11. Jenis Alat Tangkap Ikan Kelurahan Pulau Abang, September 2005 No. Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)

1. Jaring Karang 100

2. Bubu 1000

3. Jaring Apung 20

Sumber : Monografi Kelurahan Pulau Abang, 2005

Berdasarkan wawancara dengan responden nelayan, dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi hasil tangkapan nelayan cukup besar, diperkirakan puluhan ton dalam satu bulan, namun sangat sulit untuk mengetahui jumlahnya secara pasti. Sedangkan jenis hasil tangkapan nelayan dapat dikatakan sangat beragam. Adakalanya jenis ikan hasil tangkapan nelayan tersebut sesuai pula dengan alat tangkap yang mereka operasikan (Tabel 12).

Tabel 12. Jenis Hasil Tangkapan Nalayan Kelurahan Pulau Abang No. Jenis Alat Tangkap Jenis Ikan yang Tertangkap

1. Jaring Karang Tambak, Dinkis, Lebam,

2. Bubu Karang, Kerapu Sunu, Kerapu Hitam, Delah (ekor kuning) 3. Jaring Apung Tenggiri, Kembung

4. Pancing selar Ikan Selar, ikan Bulat 5. Pancing sotong Sotong

6. Kelong Dinkis

7. Rawai Pari, dll

Hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Pulau Abang tidak sulit untuk dipasarkan. Hasil tangkapan nelayan baik berupa ikan dan sotong atau biota air lainnya dapat dijual secara langsung kepada pedagang pengumpul, dan selanjutnya pedagang pengumpul

Gambar

Tabel 1. Tabel Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportuniy, Threaten)  USAHA ALTERNATIF  STRENGTH (S)  WEAKNESS(W)
Tabel 2.  Kualitas Perairan Pulau Abang dan Galang
Tabel 3.  Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Abang dan Galang
Tabel 5.  Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang  Berdasarkan Umur, Bulan  September 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pemimpin dapat memberikan pengarahan yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan dan dapat menstimulasi bawahannya agar selalu bekerja dengan baik serta

4. Tujuan Asas Bebas Bekontrak dalam Akad Murabahah dalam KHES Berbicara asas kebebasan berkontrak tidak dapat dilepaskan dengan subtansi “sepakat” para pihak yang membuat akad.

Improving student learning outcomes can also be seen from the mastery learning with minimum completeness criteria (KKM) set is 75. Increased again in the post test results of

524 ATIK HIDAYATI SMPS Muhammadiyah Kediri Kota Kediri Lulus 525 CHOLIDAH SDS Plus Arrahman Kota Kediri Tidak Lulus 526 11056302820012 ENDAH CAHYAWATI MI Raudlatul Muhtadiin Kota

Hal ini diduga disebabkan mikroba perombak pada kotoran sapi lebih banyak aktif dalam suasana aerobik, sedang­ kan pada kotoran kerbau dan kambing mikroba

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh model cooperative integrated reading and composition terhadap kemampuan menentukan struktur teks eksposisi, yakni berdasarkan

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N