Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 99
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN
PADA PROGRAM KONSERVASI LINGKUNGAN
PT PUPUK KALTIM DI BONTANG
Zulfikar 1), Chottam 2), Widiya Windar Wati 3)
[email protected] 1), [email protected] 2), [email protected] 3) 123)Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Samarinda
123)Jl. Cipto Mangunkusumo, Sungai Keledang, Kec. Samarinda Seberang Kota Samarinda, 75242
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the application of environmental accounting based on accounting treatment (measurement, recognition, presenting, and disclosing) and conformity with existing rules at PT Pupuk Kaltim. This research is a qualitative descriptive research, data is collected from interview with the company’s employee and the people that live close to the area of production which assisted by recording equipment which helps as crosscheck media. The methods analysis is using PSAK No.1. The result of this research showed that the company has spending money for environmental cost as an effort to prevent the damaged of environmental cause by the production procces of company. The company has measure the environmental cost with rupiah monetary units reffering to the realization of the previous period costs by the amount of the cost incurred. The company recognizes the environmental cost when it benefited from it even though cash has not been spend yet and presented with accounts related to the production procces, it is the cost of revenue and general and administration expenses in the company’s income statement. The environmental cost has not dislosure yet in notes to the consolidated financial statements, this causes the posts in financial statements do not indicated the existence of environmental cost that has been incurred by the company. The company also has not made additional report yet related to the environmental cost based on PSAK No.1 about presentation of financial statement.
Keywords: Environmental Accounting, Environmental Conservation, Environmental Cost.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi berdasarkan perlakuan akuntansi (pengukuran, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan) dan kesesuaiannya dengan aturan yang ada pada PT Pupuk Kaltim. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada pihak perusahaan dan masyarakat sekitar yang dekat dengan area produksi yang dibantu dengan alat perekam sebagai bahan crosscheck. Adapun alat analisis yang digunakan adalah PSAK No.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup sebagai upaya pencegahan kerusakan lingkungan akibat proses produksi pabrik. Perusahaan mengukur biaya lingkungan dengan menggunakan satuan moneter yang mengacu pada realisasi biaya periode sebelumnya sebesar kos yang dikeluarkan. Perusahaan mengakui biaya lingkungan sebagai biaya apabila sudah memberikan manfaat meskipun kas belum dikeluarkan dan disajikan bersama akun-akun yang berkaitan dengan produksi yaitu beban pokok pendapatan dan beban umum dan administrasi dalam laporan laba rugi perusahaan. Biaya lingkungan yang dikeluarkan belum diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, hal ini menyebabkan pos-pos dalam laporan keuangan tidak menunjukkan adanya biaya-biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan juga belum membuat laporan tambahan terkait biaya lingkungan sesuai dengan PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan.
Kata Kunci: Akuntansi Lingkungan, Konservasi Lingkungan, Biaya Lingkungan
PENDAHULUAN
Perusahaan adalah bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh profit bagi pendiri, pemegang saham maupun karyawannya. Perusahaan yang berlandaskan profit oriented hanya memfokuskan dirinya untuk mencari keuntungan demi kelangsungan hidup usahanya. Tentunya pola pikir seperti itu tidak diimbangi dengan kesadaran akan lingkungan atau tempat dimana perusahaan melakukan aktivitas operasionalnya. Persoalan lingkungan menjadi isu sentral yang paling utama bagi negara-negara di seluruh dunia ini, tak terkecuali di Indonesia. Banyak pelaku bisnis belum menyadari selain dampak positif dari
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 100
berdirinya sebuah entitas bisnis di sisi lain terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan seperti eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan. Hal ini tentu sangat merugikan terutama masyarakat yang berada atau tinggal pada lingkungan tersebut. Oleh karena itu, langkah antisipasi dari perusahaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial di sekitar lingkungan operasionalnya sangat diperlukan. Salah satu kegiatan sosial yang dapat diambil sebagai langkah antisipasi perusahaan untuk menyikapi dampak negatif operasionalnya adalah Corporate Social Responsibility (CSR).
Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ayat (1) yang berbunyi: “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Sesuai dengan undang-undang tersebut, industri maupun korporasi wajib untuk melaksanakannya, korporasi tidak hanya dituntut untuk peduli pada isu-isu lingkungan, tetapi juga terhadap isu-isu sosial dari masyarakat yang merasakan langsung dampak negatif dari kegiatan operasional perusahaan. Industri maupun korporasi berperan mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan memperhatikan unsur lingkungan hidup di sekitar perusahaan.
Penting bagi perusahaan untuk selalu meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi secara berkelanjutan. Sehingga dengan ini diperlukan adanya suatu sistem yang dapat memberikan keseimbangan antara pencapaian laba sebesar-besarnya oleh perusahaan dengan dampak negatif yang ditimbulkan baik kepada masyarakat maupun lingkungan sekitar daerah operasional perusahaan. Penerapan akuntansi lingkungan adalah keputusan yang tepat untuk diambil oleh perusahaan dalam langkah untuk menjembatani kepentingan perusahaan tersebut. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ikhsan (2009: 13) bahwa “latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan”. Kemudian menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States Environment Protection Agency) (US EPA) dalam Ikhsan (2009: 26) suatu fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholder perusahaan yang mampu mendorong dalam pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan. Biaya lingkungan adalah biaya biaya dari langkah yang diambil, atau yang harus diambil untuk mengatur dampak-dampak lingkungan terhadap aktivitas perusahaan dalam cara pertanggunjawaban lingkungan, seperti halnya biaya lain yang dikemudikan dengan tujuan-tujuan lingkungan dan keinginan perusahaan (Ikhsan, 2009: 105). Hal ini dapat menjadi bumerang bagi perusahaan bila tidak menerapkan akuntansi lingkungan dengan adanya program konservasi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Karena pentingnya kaitan antara kebijakan operasional perusahaan dan kelestarian lingkungan serta kemasyarakatan, hingga pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2014 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Salah satu program yang dimaksud pada pernyataan tersebut adalah PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan). PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) adalah langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengevaluasi ketaatan dan kinerja melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan di bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup, serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Dengan adanya PROPER tersebut, dapat mendorong terciptanya sinergi antara penerapan akuntansi lingkungan dengan program konservasi perusahaan, sehingga diharapkan dapat menjalankan program yang berkelanjutan.
Penelitian ini mengambil PT Pupuk Kaltim sebagai objek penelitian. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri, perdagangan, dan jasa di bidang perpupukan. PT Pupuk Kaltim memproduksi dan menjual amoniak, urea, pupuk NPK, dan organik untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun pasar luar negeri. PT Pupuk Kaltim telah melaksanakan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar dalam bentuk program CSR. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 25/DIR/IV.16, pada tanggal 11 April 2016 dibentuk Departemen CSR yang terdiri dari tiga bagian yaitu PKBL, Bina Wilayah dan Administrasi Keuangan. Program bina lingkungan difokuskan untuk memberdayakan kondisi masyarakat dengan tujuan
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 101
meningkatkan taraf hidup. Program bina lingkungan disalurkan dalam bentuk bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan prasarana dan sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam dan bantuan sosial kemasyarakatan.
Penelitian ini berfokus tentang program konservasi lingkungan yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim dalam melestarikan alam sekitar. Pupuk Kaltim menyadari bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan memiliki dampak terhadap lingkungan. Dampak nyata dari kegiatan industri Pupuk Kaltim adalah timbulnya limbah cair, emisi gas, limbah B3, dan limbah padat non B3. Dari itu perlu adanya pengelolaan lingkungan sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan operasional perusahaan. Dari aktivitas-aktivitas yang timbul dari pengelolaan lingkungan maka akan muncul biaya-biaya lingkungan. Perusahaan perlu mengukur biaya-biaya lingkungan dari aktivitas pengelolaan lingkungan. Perhitungan biaya dalam pengelolaan lingkungan tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang tersistematis secara benar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif Deskriptif. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui Penerapan Akuntansi Lingkungan pada PT Pupuk Kaltim dan kesesuaiannya terhadap PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Perlakuan Akuntansi Lingkungan
Pada bagian ini akan dibahas tentang perlakuan akuntansi atas biaya lingkungan
pengolahan limbah dan biaya konservasi lainnya yang dikeluarkan oleh PT Pupuk Kaltim dan
pengungkapan informasinya dalam laporan keuangan sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan.
Identifikasi Akuntansi Lingkungan
Pengidentifikasian akuntansi lingkungan yang dilakukan bagian akuntansi hanya mencatat pengeluaran dalam pengolahan limbah dan biaya konservasi lainnya. Pengidentifikasian biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan tergantung dari departemen yang melaksanakan kegiatan konservasi tersebut.
Dari pengidentifikasian diketahui bahwa Pupuk Kaltim tidak kesulitan dalam mengidentifikasi biaya lingkungan karena masing-masing departemen sudah memiliki cost center, dimana bagian akuntansi hanya tinggal memilih cost center tersebut dan melakukan pencatatan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Pelaporan Akuntansi yakni Chandra Saputra (Selasa, 09 April 2019), bahwa:
“Departemen Akuntansi akan membebankan sesuai accountnya karena tiap departemen pengguna biaya lingkungan sudah mengidentifikasi accountnya masing-masing, … sebenarnya pengidentifikasian sudah dilakukan oleh departemen terkait masing-masing bagian akuntansi hanya menerima invoice/reimbursment itu kemudian melakukan pembayaran dan dicatat sebagai biaya produksi.”
Biaya lingkungan tidak hanya dikeluarkan oleh satu departemen, beberapa departemen seperti Departemen CSR mengeluarkan biaya konservasi berupa budidaya terumbu karang di laut bontang dan biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh Departemen Lingkungan Hidup yang fokus pada pengelohan limbah produksi pabrik. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa tiap departemen sudah melakukan identififkasi masing-masing transaksi biaya lingkungan. Hal ini diungkapkkan oleh Chandra Saputra selaku Kepala Pelaporan Akuntansi (Selasa, 09 April 2019), yakni:
“Pada Departemen Lingkungan Hidup memiliki dua cost center. Untuk pengolahan limbah batu bara akan masuk akun overhead lainnya dan biaya-biaya selain batu bara akan masuk akun jasa. Sedangkan Departemen CSR biaya lingkungannya akan masuk pada akun pembinaan wilayah yang merupakan beban umum dan administrasi.”
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 102
Setelah dilakukan penelitian PT Pupuk Kaltim telah mengeluarkan biaya-biaya terkait dengan kualitas lingkungan tetapi pengklarifikasiannya masih bercampur dengan biaya-biaya lain yang terhubung dengan aktivitas produksi.
Setelah Departemen Lingkungan Hidup memberikan invoice kepada pihak akuntansi, selanjutanya akuntansi akan mencatat biaya lingkungan yang dikeluarkan terhadap pengelohan limbah. Berikut biaya pengolahan limbah Departemen Lingkungan Hidup tahun 2017-2018. Berikut biaya pengolahan limbah Departemen Lingkungan Hidup tahun 2017-2018.
Tabel 1
Biaya Pengolahan Limbah Departemen Lingkungan Hidup Tahun 2018
No. Biaya Pengelohan Limbah Total
1 Pengelolaan TPS limbah fly ash & bottom ash 10.000.000
2 Limbah Fly Ash dan Bottom Ash 29.017.236.313
3 Pengelolaan abu batubara 24.161.455
4 Pengelolaan limbah 500.724.873
5 Pengelolaan limbah B3 972.879.320
6 Pemanfaatan limbah B3 9.726.000
7 Izin lingkungan dan pengecualian 39.984.900
8 Operasional batu bara dan tangki NH3 8.872.698
9 Pengelolaan limbah FABA 29.950.000
10 Analisa sampel FABA dan produk pemanfaatan FABA 19.456.375
11 Uji Batako Lab Sucofin 2.153.000
12 Pemantauan lingkungan 142.457.379
13 Pengelolaan air limbah 58.660.000
14 Pengelolaan karung bekas 14.860.000
15 Konsultasi izin lingkungan 15.514.135
16 Konsultasi dokumen sumur produksi 8.028.000
17 Pengelolaan sampah plastik dan perizinan 3.955.400
18 Dokumen Lingkungan 29.984.000
19 Pengelolaan limbah katalis 45.347.500
20 Sampling pemantauan 1.443.440
21 Uji sampel emisi 175.850.000
22 Pemasangan alat ukur outfall 66.000.000
Sumber: Data Internal PT Pupuk Kaltim, 2018
Perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya lingkungan berupa pengolahan limbah seperti yang tertera pada tabel di atas, adapun biaya konservasi lainnya yang dikeluarkan perusahaan sebagai berikut:
Tabel 2
Biaya konservasi PT Pupuk Kaltim tahun 2018
No. Kegiatan Jumlah
1 Pemantauan terumbu buatan PT Pupuk Kaltim Rp 78.900.000
2 Pemantauan kajian penanaman pohon Rp 166.200.000
3 Pemantauan Biologi Sosedbudkesmas PT Pupuk Kaltim Rp 159.300.000
4 Pemantauan keanekaragaman hayati wanalestari Rp 150.600.000
5 Pembersihan wanalestari Rp 1.626.000
6 Perawatan tanaman bambu area tursina timur Rp 19.000.000
7 Penanggulangan satwa liar Rp 10.000.000
8 Penghijauan dan pengelolaan area burning pit Rp 20.000.000
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 103
10 Pengelolaan keramba bio indikator Rp 144.910.000
11 PROPER Rp 232.655.050
12 Pelepasliaran orang utan di kawa Rp 8.557.530
Total Biaya Konservasi Rp 1.018.643.580 Sumber: Data Internal PT Pupuk Kaltim, 2018
Setelah melakukan penelusuran terkait dengan biaya-biaya kualitas lingkungan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh peneliti dapat diketahui bahwa PT Pupuk Kaltim telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup sebagai upaya pencegahan kerusakan lingkungan akibat proses produksi dan sebagai tanggung jawab sosial PT Pupuk Kaltim, namun biaya-biaya tersebut belum diidentifikasi secara khusus oleh instansi, karena PT Pupuk Kaltim mengidentifikasi biaya lingkungan sebagai biaya yang berkaitan dengan proses produksi yaitu biaya lingkungan dimasukkan ke dalam akun beban pokok pendapatan dan biaya umum dan administrasi.
Hal ini berbeda dengan klasifikasi biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen (2011), dalam penjabarannya biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori.
Berikut disajikan identifikasi perbandingan biaya lingkungan berdasarkan teori Hansen dan Mowen (2011).
Tabel 3
Perbandingan Alokasi Biaya Menurut Aktivitas
No. Teori Hansen dan Mowen Menurut PT Pupuk Kaltim
1 Biaya Pencegahan Lingkungan
- Mengevaluasi dan memilih pemasok - Mengevaluasi dan memilih alat untuk
mengendalikan produksi - Mendesain produk
- Melaksanakan studi banding - Mengaudit risiko lingkungan - Mengembangkan sistem manajemen
lingkungan
- Mendaur ulang produk
- Memperoleh sertifikat ISO 14001
- Kontrak pengadaan jasa - Studi banding pengelolaan abu
batubara
- Daur ulang air limbah
- Penyusunan kajian pemanfaatan limbah
- ISO 14001
2 Biaya Deteksi Lingkungan
- Mengaudit aktivitas lingkungan - Memeriksa produk dan proses - Mengembangkan ukuran kinerja
lingkungan
- Menguji pencemaran - Memverifikasi kinerja
- Mengukur tingkat pencemaran
- Biaya tenaga ahli
- Uji efektifitas FABA sebagai filler NPK
- Uji sampel emisi - Analisa sampel FABA
3 Biaya Kegagalan Internal Lingkungan
- Mengoperasikan alat pengendalian produksi
- Mengolah dan membuang sampah beracun
- Memelihara peralatan produksi - Mendapatkan lisensi fasilitas untuk
memproduksi limbah - Mendaur ulang sisa bahan
- Izin TPS limbah - Pengelolaan limbah B3
4 Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan
- Membersihkan danau yang tercemar - Membersihkan minyak yang tumpah
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 104
- Membersihkan tanah yang tercemar - Merestorasi tanah ke keadaan alamiah - Menyelesaikan klaim kecelakaan pribadi
(yang berkaitan dengan
lingkungan)Merestorasi tanah ke keadaan alamiah
- Hilangnya penjualan karena reputasi lingkungan yang buruk
- Menggunakan bahan baku dan listrik secara efisien
- Menerima perawatan medis karena polusi udara
- Hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran
- Hilangnya manfaat danau sebagai tempat rekreasi
- Rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat
Sumber: Hansen dan Mowen (2011:415)
Dari tabel perbandingan di atas dapat diketahui bahwa PT Pupuk Kaltim belum melakukan klasifikasi biaya lingkungan sebagaimana yang dirumuskan oleh Hansen dan Mowen (2011) namun PT Pupuk Kaltim telah mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan kualitas lingkungan tetapi pengklasifikasiannya masih bercampur dengan biaya-biaya lain yang berkaitan dengan aktivitas produksi. Sebaiknya perusahaan mulai mempertimbangkan untuk melaporkan biaya lingkungan yang telah dikeluarkan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam format pelaporan yang khusus sebagai laporan tambahan. Berikut saran laporan tambahan untuk biaya lingkungan yang harus dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim:
Gambar 1. Laporan Tambahan Biaya Lingkungan PT Pupuk Kaltim Sumber: Diolah Peneliti
Pengukuran Akuntansi Lingkungan
PT Pupuk Kaltim mengukur biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengelolaan lingkungan dengan menggunakan satuan moneter yang sudah ditetapkan sebelumnya dan sebesar biaya
2018 2017 2018 2017
Biaya Pencegahan:
Studi banding pengelolaan abu batubara 19.923.000 Daur ulang air limbah 58.660.000
Kajian pemanfaatan limbah 197.954.000
Total biaya pencegahan 276.537.000 0,00192% 0,00018% Biaya Deteksi:
Tenaga ahli 9.805.000 Uji efektifitas FABA sebagai filler NPK 8.813.750 Uji sampel emisi 175.850.000 Analisa sampel FABA 19.456.375
Total biaya deteksi 213.925.125 0,00160% Biaya Kegagalan Internal:
Pengelolaan limbah B3 29.017.236.313
Total biaya kegagalan internal 29.017.236.313 0,21760%
TOTAL 29.507.698.438 0,22131%
Persentase dari Biaya Produksi Biaya Lingkungan
PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2018 dan 2017
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 105
yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chandra Saputra selaku Kepala Seksi Pelaporan Bagian Akuntansi (Selasa, 09 April 2019) yaitu:
“Untuk pengukuran biaya lingkungan yang dikeluarkan Pupuk Kaltim menggunakan satuan moneter sesuai dengan transaksi yang dikeluarkan pihak pengelola biaya lingkungan”
Dalam mengukur biaya lingkungan PT Pupuk Kaltim menggunakan historical cost, hal ini sesuai dengan Kerangka Konseptual Laporan Keuangan paragraf 56 yang menyatakan bahwa dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Misal jumlah biaya lingkungan tahun 2018 sebesar Rp 300.000.000,- dan untuk tahun 2019 sebesar 300.100.000,- maka perusahaan akan menganggarkan biaya lingkungan untuk tahun 2019 tidak jauh dengan periode sebelumnya, yaitu Rp 300.100.000,-
PT Pupuk Kaltim dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan sebagai upaya pengendalian kualitas lingkungan menggunakan satuan moneter sebesar cost yang dikeluarkan. Berikut tabel pengukuran biaya lingkungan.
Tabel 4
Pengukuran
Biaya Lingkungan
No. Nama Rekening Pengukuran (Satuan
Moneter) 1 Beban Pokok Pendapatan
Biaya Jasa dan Overhead lainnya Historical Cost
Pemanfaatan Abu Batubara
Study banding pengelolaan abu Batubara
Pengelolaan limbah batubara
Jasa konsultasi LH
Pengelolaan limbah B3
Integrasi izin lingkungan
Analisa Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair 2 Beban Umum dan Administrasi
- Biaya Pembinaan Wilayah Historical Cost
Pembinaan Taman Obat Keluarga (TOGA)
Bantuan pengembangan Toga Enggang Herbal
Peningkatan kinerja PROPER
Pembuatan Advertorial Sumber: PT Pupuk Kaltim
Selain melakukan pengukuran terhadap biaya lingkungan, perusahaan juga memiliki aset yang berkaitan dengan kualitas lingkungan yaitu tangki limbah cair. Bangunan dan tangki limbah cair setiap tahun juga dilakukan pengukuran atau penilaian dengan melakukan penyusutan yaitu menggunakan metode garis lurus. Untuk masa manfaat dari aset tetap ditentukan berdasarkan undang-undang pajak dimana terbagi menjadi dua golongan yaitu harta berwujud yang bukan bangunan dan harta berwujud berupa bangunan. Tangki limbah cair termasuk golongan harta berwujud bukan bangunan dan masuk dalam kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun. Harga perolehan tangki limbah cair sebesar Rp 1.168.000.000,- dan dibeli pada tahun 2010. Dalam menyusutkan aset tetap PT Pupuk Kaltim memiliki dua versi, penyusutan versi perusahaan/komersil aset tetap akan disusutkan sebulan setelah diterima dan versi pajak aset tetap langsung disusutkan. Perhitungan penyusutan tangki limbah cair dilakukan setiap tahun dengan rumus sebagai berikut:
Penyusutan = Harga Perolehan Masa Manfaat = Rp 1.168.000.000
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 106
8 Tahun = 146.000.000,-
Dari perhitungan ini, maka setiap tahunnya PT Pupuk Kaltim melakukan penyusutan terhadap tangki limbah cair dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Beban penyusutan tangki limbah cair Rp 146.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 146.000.000,-
Tangki limbah cair merupakan alat yang digunakan untuk menampung air limbah yang mengandung macam kandungan kimia yang sangat berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Sehingga penyusutan tangki limbah cair ini juga termasuk dalam kategori biaya lingkungan.
Pengakuan Akuntansi Lingkungan
Pada dasarnya pengakuan berkaitan dengan transaksi biaya lingkungan diakui sebagai akun atau rekening biaya pada saat penerimaan manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut. PT Pupuk Kaltim mengakui biaya pada saat transaksi tersebut sudah memberikan manfaat.
Biaya lingkungan diakui berdasarkan pengguna biaya tersebut. Pengolahan limbah dialokasikan secara langsung ke dalam biaya overhead pabrik, sehingga tidak ada perhitungan khusus dalam pengalokasian biaya. Biaya konservasi lainnya dialokasikan ke dalam biaya administrasi dan umum. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Chandra Saputra selaku Kepala Seksi Pelaporan Akuntansi (Selasa, 09 April 2019) yaitu:
“Untuk mengakui biaya lingkungan yang dikeluarkan tergantung pengelola biaya tersebut jika pengelola Departemen CSR akan masuk ke akun CSR yaitu pembinaan wilayah tergolong biaya administrasi dan umum pada pelaporan, dan jika pengelola Departemen Lingkungan Hidup maka akan masuk biaya jasa dan overhead yang tergolong sebagai biaya produksi.”
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, biaya lingkungan pengolahan limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan dibebankan dalam biaya produksi dan akan muncul pada laporan laba rugi pada beban pokok pendapatan pada biaya jasa dan biaya overhead lainnya. Pengakuan biaya yang dilakukan PT Pupuk Kaltim sesuai dengan Kerangka Konseptual Laporan Keuangan paragraf 50 yang menyatakan bahwa:
“Beban Diakui dalam laporan laba rugi… Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan… misalnya berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost of goods sold).”
Pengakuan beban dalam laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim dilakukan atas dasar akrual karena disusun berdasarkan harga perolehan, pengakuan mengenai biaya lingkungan belum diatur secara khusus dalam PSAK, walaupun tidak ada dasar secara khusus dalam pengakuan biaya lingkungan pada PT Pupuk Kaltim, maka pengakuan biaya lingkungan ini berdasarkan operasional perusahaan, karena perusahaan belum menerapkan kebijakan akuntansi untuk pengakuan biaya lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Pelaporan Akuntansi Chandra Saputra (Selasa, 09 April 2019) sebagai berikut:
“Untuk kebijakan akuntansi kita menggunakan kebijakan akuntansi Pupuk Indonesia (PI) … tetapi kebijakan tersebut tidak spesifik membahas akuntansi lingkungan, jadi hanya general akuntansi saja”
Sehingga semua biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh PT Pupuk Kaltim dikategorikan sebagai biaya penunjang aktivitas produksi, sehingga dimasukkan dalam sub beban pokok pendapatan dan beban administrasi dan umum.
Penyajian Akuntansi Lingkungan
Penyajian berkaitan dengan bagaimana suatu informasi keuangan akan disajikan dalam laporan keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif. PT Pupuk Kaltim menyajikan biaya
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 107
lingkungan ke dalam laporan keuangannya disajikan bersama-sama dengan akun-akun yang berkaitan dengan proses produksi yaitu beban pokok pendapatan dan beban administrasi dan umum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chandra Saputra selaku kepala seksi pelaporan akuntansi (Selasa, 09 April 2019) yaitu:
“… biaya lingkungan itu masuk ke harga pokok produksi. Biaya lingkungan pada laporan laba rugi akan masuk ke akun jasa dan biaya overhead lainnya.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti melakukan perbandingan langsung terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh PT Pupuk Kaltim. Di dalam laporan keuangan memang belum tersaji akun biaya yang berkaitan dengan biaya kualitas lingkungan, akan tetapi berdasarkan data sekunder lain yang diperoleh peneliti yaitu memo verifikasi pembayaran, dapat terlihat jelas terdapat banyak transaksi pengeluaran kas yang berkaitan dengan kualitas lingkungan dan memiliki nominal yang cukup besar setiap bulannya.
Biaya-biaya lingkungan yang diakui oleh PT Pupuk Kaltim disajikan dalam laporan laba rugi perusahaan dan dimasukkan ke dalam akun beban pokok pendapatan dan juga beban administrasi dan umum. Berikut penyajian biaya lingkungan pada laporan laba rugi PT Pupuk Kaltim.
Gambar 2 Laporan Laba Rugi PT Pupuk Kaltim
PT Pupuk Kaltim menyajikan biaya-biaya yang terjadi akibat aktivitas bisnisnya ke dalam laporan laba rugi perusahaan dalam tiga akun beban yaitu, beban pokok pendapatan, beban penjualan, dan beban administrasi dan umum. Untuk biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas lingkungan dimasukkan dalam akun beban pokok pendapatan dan beban administrasi dan umum.
Selama ini memang belum ada standar yang baku yang mengatur tentang penyajian terhadap biaya-biaya lingkungan, akan tetapi ada beberapa ahli yang menulis metode penyajian biaya lingkungan, yaitu salah satunya dari Haryono (2003). Haryono (2003) menyebutkan bahwa model penyajian biaya lingkungan terbagi atas beberapa model. Berikut kesesuaian penyajian laporan biaya lingkungan antara model penyajian dari Haryono dengan PT Pupuk Kaltim:
Tabel 5
Perbandingan Model Penyajian B
iaya Lingkungan
No Menurut Haryono Menurut PT Pupuk
Kaltim 1
Model Normatif
Model normatif mengakui dan mencatat biaya-biaya lingkungan secara keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang rekening secara umum bersama rekening lain yang serumpun. Biaya-biaya serumpun tersebut disisipkan dalam sub-sub unit rekening biaya tertentu dalam laporan keuangannya.
Penyajian biaya-biaya lingkungan oleh PT
Pupuk Kaltim
dimasukkan ke dalam biaya sub beban pokok pendapatan dan beban
umum dan
Pendapatan Rp 18.966.191
Beban Pokok Pendapatan Rp (13.426.340)
Laba Kotor Rp 5.539.851
Beban Penjualan Rp (690.072)
Beban Administrasi dan Umum Rp (1.444.745) Keuntungan/(Kerugian) selisih kurs Rp (45.567)
Pendapatan Bunga Rp 23.315
Beban Keuangan Rp (699.366)
Bagian laba dari
Entitas Asosiasi dan Ventura bersama Rp 35.356
Lain-lain Rp (153.564)
Laba Sebelum Pajak Rp 2.565.208
Beban Pajak Penghasilan Rp (717.688)
Laba tahun Berjalan Rp 1.847.520 PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2018
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 108
2 Model
Hijau
Model hijau menetapkan biaya dan manfaat tertentu atas lingkungan bersih
administrasi. Hal ini sesuai dengan model
penyajian biaya lingkungan yaitu model normatif. 3 Model Intensif Lingkungan
Pengeluaran akan disajikan sebagai investasi atas lingkungan sedangkan aktiva terkait lingkungan tidak di depresiasi
4
Model Aset Nasional
Selain memedulikan lingkungan dalam pengungkapannya secara akuntansi, perusahaan
juga memiliki kewajiban untuk
menginterprestasikan pembiayaan lingkungan tersebut sebagai aset nasional.
Sumber: Haryono (2003) dalam Saputro (2016)
Pengungkapan berkaitan dengan masalah bahwa suatu informasi keuangan atau kebijakan akuntansi perusahaan tersebut diungkapkan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil wawancara dengan Chandra Saputra dapat dapat diketahui PT Pupuk Kaltim belum melakukan pengungkapan terhadap biaya-biaya yang berkaitan dengan biaya kualitas lingkungan. Sebagaimana pernyataan dari Chandra Saputra (Selasa, 09 April 2019) yaitu:
“Kami tidak mengungkapkan biaya-biaya lingkungan karena biaya tersebut masuk pada bagian harga pokok produksi. Untuk harga pokok produksi sendiri memiliki catatan atas laporan keuangan ...”
Dari keterangan ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap laporan audit yang dimiliki oleh PT Pupuk Kaltim. Hasil dari pengamatan ini dapat terlihat bahwa PT Pupuk Kaltim memang belum mengungkapkan biaya yang berkaitan dengan kualitas lingkungan. Secara khusus, dalam PSAK tidak ada dasar dalam pengungkapan biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan namun, dalam PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan paragraf 14 menyebutkan:
“Beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana unsur lingkungan hidup adalah signifikan dan ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting. Laporan yang disajikan di luar laporan keuangan tersebut adalah diluar dari ruang lingkup SAK.”
Hasil pengamatan penelitian ini terlihat dalam catatan atas laporan keuangan tahun 2018 akun beban pokok pendapatan terdapat beban jasa yang memiliki nominal Rp 874.111.000.000,- dan beban overhead lainnya senilai Rp 306.075.000.000,- dalam biaya ini tidak diungkapkan berapa tepatnya biaya lingkungan hidup yang sudah dikeluarkan perusahaan namun berdasarkan sumber dari kepala seksi pelaporan akuntansi Chandra Saputra total biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2018 sebesar Rp 35.427.812.630 yaitu 0,265% dari biaya produksi.
Berdasarkan data yang didapat biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 0,103% dari biaya tahun 2017 sebesar Rp 39.872.718.667 atau 0,368% dari biaya produksi. Hal ini disebabkan inovasi yang dilakukan perusahaan terkait pengelolaan limbah. Sesuai dengan pernyataan Rendy Hermanugroho selaku staff Lingkungan Hidup (Kamis, 05 April 2019) yaitu:
“Pada tahun 2018 kami melakukan Cost Reduction Program (CRP) dengan cara mencari rekanan pengelola abu batubara dengan harga yang lebih murah melalui lelang vendor agar biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari tahun sebelumnya.”
Selain melekat pada akun beban pokok pendapatan, biaya kualitas lingkungan juga terdapat dalam akun beban umum dan administrasi dimana terdapat biaya pembinaan wilayah sebesar Rp 46.364.000.000,- pada tahun 2018 dalam biaya ini tidak diungkapkan berapa tepatnya biaya konservasi lingkungan yang sudah dikeluarkan.
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 109
Berikut merupakan pengungkapan biaya Beban Pokok Pendapatan dan Beban Umum dan Administrasi yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim yang disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan yang berkaitan dengan biaya-biaya lingkungan:
Gambar 3 CALK Beban Pokok Pendapatan
Gambar 4 CALK Beban Umum dan Administrasi
Penerapan Akuntansi Lingkungan Berdasarkan Aturan yang Ada
Pada penelitian ini menggunakan PSAK No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan dan UU RI No.40 Tahun 2007 tentang Persoran Terbatas untuk membandingkan kesesuaian penerapan akuntansi lingkungan dengan aturan yang ada.
PSAK No. 1 Penyajian Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan Efektif per 1 Januari 2017, PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan mengungkapkan dalam paragraf 10, mengenai komponen laporan keuangan dinyatakan bahwa:
Beban Pokok Pendapatan
Beban Produksi:
Bahan baku dan penolong Rp 9.798.500 Biaya tenaga kerja Rp 1.149.187 Penyusutan Rp 1.076.149 Jasa Rp 874.111
Overhead lainnya Rp 306.075 Pemeliharaan Rp 131.113 Sub Total Rp 13.335.135 Pembelian barang jadi Rp 121.768 Persediaan barang jadi awal tahun Rp 1.716.714 Persediaan barang jadi akhir tahun Rp (747.277)
Total Rp 14.426.340
PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2018
(Dalam Jutaan Rupiah)
Akun ini merupakan beban pokok pendapatan dengan rincian sebagai berikut:
Beban Umum dan Administrasi
Gaji,upah dan kesejahteraan karyawan Rp 904.032
Jasa Rp 165.677
Sewa Rp 56.512
Penyusutan Rp 49.797
Pembinaan wilayah Rp 46.364
Pajak dan kontribusi Rp 43.703
Pemeliharaan dan perbaikan Rp 35.573
Perjalanan dinas Rp 24.820
Pendidikan dan pelatihan Rp 12.626
Penelitian dan penyuluhan Rp 9.951
Lain-lain Rp 95.690
Total Rp 1.444.745
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2018 (Dalam Jutaan Rupiah)
PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Akun ini merupakan beban umum dan administrasi dengan rincian sebagai berikut:
DAN ENTITAS ANAK
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 110
“Laporan keuangan lengkap terdiri dari: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain; (ea) informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode terdekta sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.”
Dalam paragraf 14 mengenai informasi tambahan dinyatakan bahwa:
“Beberapa entitas juga menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana unsur lingkungan hidup adalah signifikan dan ketika karyawan dianggap sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting. Laporan yang disajikan di luar laporan keuangan tersebut adalah diluar dari ruang lingkup SAK.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya PSAK mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan keuangan yang lengkap yang terdiri dari lima komponen, tetapi PSAK menyarankan untuk membuat laporan tambahan untuk industri yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan lingkungan.
PT Pupuk Kaltim merupakan kategori perusahaan yang dimaksud dalam PSAK No. 1 Paragraf 14. PT Pupuk Kaltim belum menyajikan laporan keuangan tambahan terkait biaya lingkungan, biaya-biaya lingkungan yang diakui disajikan dalam laporan laba rugi. Penyajian biaya-biaya lingkungan di dalam laporan keuangan dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada ketentuan yang baku untuk nama rekening untuk memuat alokasi pembiayaan lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Undang-Undang RI No.40/2007 Perseroan Terbatas
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas pasal 74 ayat 1 dijelaskan bahwa:
“perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan degan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”
PT Pupuk Kaltim sudah melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang diwajibkan oleh pemerintah. Pada program CSR Pupuk Kaltim memiliki tujuan agar terwujudnya harmoni perusahaan dan masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan dan kemandirian yang berkelanjutan dengan upaya diantaranya adalah mewujudkan keserasian lingkungan hidup secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irma Safni selaku staff Bina Lingkungan Departemen CSR (Kamis, 28 Maret 2019) saat ditanya apa yang melatar belakangi PT Pupuk Kaltim melaksanakan program CSR sebagai berikut.
“Karena Pupuk Kaltim adalah perusahaan yang berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas) maka kita berlandaskan undang-undang tentang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007 yang menyatakan … ”
Dalam pelaksanaan program CSR Pupuk kaltim memiliki kinerja yang baik sehingga meningkatkan citra perusahaan itu terbukti dengan penghargaan PROPER Emas yang didapatkan oleh PT Pupuk Kaltim pada tahun 2017.
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 111
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai penerapan dan perlakuan akuntansi lingkungan PT Pupuk Kaltim, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. PT Pupuk Kaltim telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup sebagai upaya pencegahan kerusakan lingkungan akibat proses produksi PT Pupuk Kaltim. Biaya-biaya lingkungan yang paling banyak nominalnya adalah Biaya-biaya kegagalan internal perusahaan yaitu pengelolaan limbah B3 khususnya abu batubara. Berikut penerapan akuntansi lingkungan menurut PT Pupuk Kaltim:
a. Dalam hal pengidentifikasian biaya lingkungan PT Pupuk Kalitm belum melakukan klasifikasi biaya sebagaimana yang dirumuskan Hansen dan Mowen (2011), karena PT Pupuk Kaltim dalam klasifikasi biaya lingkungan masih bercampur dengan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan produksi.
b. PT Pupuk Kaltim mengukur biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kualitas lingkungan dengan menggunakan satuan moneter yang sudah ditetapkan sebelumnya dan sebesar cost yang dikeluarkan.
c. PT Pupuk Kaltim mengakui biaya lingkungan sebagai biaya apabila telah menerima manfaat dari kegiatan yang berpengaruh terhadap pencegahan lingkungan.
d. PT Pupuk Kaltim menyajikan biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan disajikan dalam akun beban pokok pendapatan serta akun beban umum dan administrasi dalam laporan laba rugi. e. PT Pupuk Kaltim belum melakukan pengungkapan terhadap biaya lingkungan karena biaya-biaya
tersebut masuk dan tergabung dengan biaya lain dalam akun beban pokok pendapatan dan beban umum dan administrasi.
2. PT Pupuk Kaltim belum melaporkan biaya-biaya lingkungan dalam laporan tersendiri sebagaimana yang dijelaskan dalam PSAK No.1 paragraf 14. Pelaporan dilakukan dalam sub biaya produksi dan dilaporkan ke dalam laporan laba rugi. Dari laporan biaya lingkungan tahun 2018 yang telah disusun oleh peneliti biaya lingkungan memiliki bagian 0,265% dari total biaya produksi.
DAFTAR RUJUKAN
Dwifebrisa, Rinanda. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan (Studi pada Industri Tahu H. Makhrus). Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Effendi, Rizal. 2015. Prinsip-Prinsip Akuntansi Berbasis SAK ETAP. Jakarta: Rajawali Pers Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haholongan, Rutinaias. 2016. Kinerja Lingkungan dan Kinerja Ekonomi Perusahaan Manufaktur Go Public. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBI). Vol. 19, No. 3. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ikpia Perbanas.
Hansen dan Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Hery. 2013. Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang. Bandung: Alfabeta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2016. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntansi Indonesia. 2017. Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 1: Penyajian Laporan
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Volume 16 No 2 Oktober 2020
Sosial Ekonomi dan Bisnis Halaman 112
Indrawati dan Rini. 2018. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah (BRSUD) Tabanan. Jurnal Krisna (Kumpulan Riset Akuntansi). Vol. 9 No. 2.
Islamey, Fika Erisya. 2016. Perlakuan Akuntansi Lingkungan terhadap Pengelolaan Limbah pada Rumah Sakit Paru Jember. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember.
Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Mardikanto, Totok. 2014. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Korporasi). Bandung: Alpabeta.
Nasdian, Fredian Tonny. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Patilima, Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Prihanto, Hendi. 2018. Etika Bisnis & Profesi. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Radyati, Maria R. Nindita. 2014. Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR). Jakarta: Trisakti University Indonesia.
Ratulangi, Pangemanan, dan Tirayoh. 2018. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan terhadap Biaya Operasional Pengelolahan Limbah pada Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 40 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.
Rusdianto, Ujang. 2013. CSR Communications A Framework for PR Practitioners. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sadeli, Lili M. 2016. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara.
Santoso, Hendra F. 2012. Akuntansi Lingkungan Tinjauan Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Atas Biaya Lingkungan. Jurnal Akuntansi. Vol. 12 No. 2
Saputro, Hengky Adi. 2016. Analisis Penerapan dan Pelaporan Akuntansi Biaya Lingkungan. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Untung, Budi. 2014. CSR Dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset.