• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hara P merupakan salah satu faktor pembatas. Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Fosfat Alam pada Tanah Inceptisol. A. Kasno

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hara P merupakan salah satu faktor pembatas. Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Fosfat Alam pada Tanah Inceptisol. A. Kasno"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 2 2009

Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Fosfat Alam

pada Tanah Inceptisol

A. Kasno Balai Penelitian Tanah

Jln. Ir. H. Juanda 98, Bogor, Jawa Barat

ABSTRACT. Corn Respon to Rock Phosphate on Inceptisol Soil. On the acid upland soil P nutrient becomes the main limiting factor for crop yield. Rock phosphate fertilizer is a natural P source, which is slow releasing, contains Ca and Mg carbonate and its solubility increases on acid soil. Research was conducted to study the influence of rock phosphate to soil fertility and corn yield on Typic Dystrudepts. The study was conducted in Cicadas Village, Ciampea, Bogor, on dry season of 2008, using randomized complete block design, eight treatments and three replications. Plot size was 5 m x 6 m. Dosages of rock phosphate were 0, 10, 20, 40, 60, and 80 kg P/ha. Each plot was added with 2 t of manure, 400 kg urea, and 150 kg KCl/ha. Corn hybrid of Pioneer 12 was planted, with spacing of 75 cm x 20 cm. Soil fertility at the experiment site was low, as indicated by low of C-organic, N, P, K and Ca, and high content of Al (3,05 me/100 g soil). Phosphate fertilizer increased plant hight, dry plant weight and grain yield. The effective dose of rock phosphate was 60 kg P/ha, obtaining the highest R/C ratio. Keywords: Rock phosphate, hybrid corn, Incentisol soil

ABSTRAK. Pada lahan kering masam, hara P merupakan faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman. Pupuk fosfat alam merupakan sumber P yang lambat tersedia, mengandung Ca dan Mg karbonat, kelarutannya meningkat pada tanah masam. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh fosfat alam terhadap kesuburan tanah dan hasil jagung pada tanah Typic Dystrudepts. Penelitian dilaksanakan di Desa Cicadas, Ciampea, Bogor, pada MK 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, delapan perlakuan, tiga ulangan. Dosis pupuk P yang dicoba adalah 0, 10 20, 40, 60, dan 80 kg P/ha. Pupuk alam yang digunakan adalah alam WIKA Agro, sebagai standar digunakan pupuk SP36 dan P-alam Tunisia dengan dosis 40 kg P/ha. Sebagai pupuk dasar setiap petak percobaan ditambah 2 t pupuk kandang, 400 kg urea, dan 150 kg KCl/ha. Petak perlakuan berukuran 5 m x 6 m, jagung hibrida varietas Pioneer 12 digunakan sebagai tanaman indikator. Jagung ditanam dengan jarak 75 cm x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa t ingk at kesuburan tanah percobaan rendah, yang ditunjukkan oleh rendahnya kadar C-organik, hara N, P, K dan Ca, selain itu kadar Al 3,05 me/100 g tanah. Pemupukan P dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan hasil jagung. Efektivitas pupuk P-alam yang dicoba terjadi pada dosis 60 kg P/ha, demikian juga perhitungan rasio R/C tertinggi. Dengan demikian, dosis optimum pupuk P-alam adalah 60 kg P/ha.

Kata kunci: Fosfat alam, jagung hibrida, tanah Inceptisol

H

ara P merupakan salah satu faktor pembatasutama pertumbuhan tanaman pada tanah masam. Selain fiksasi P tinggi, kadar P tanah rendah. Pemupukan P pada Kandiudults Lampung nyata meningkatkan hasil padi gogo dan kedelai (Adiningsih dan Fairhurst 1998). Pupuk P-alam merupakan sumber

hara P yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan TSP, SP36 atau Superphos. Harga per unit P2O5 pupuk P-alam lebih murah, dapat melepas P secara bertahap (slow release), mempunyai pengaruh residu lebih lama, dan ramah lingkungan. Dengan sifat P-alam yang lambat tersedia, fiksasi P oleh Al dan Fe-hidroksida menjadi kecil terutama pada tanah-tanah bereaksi masam, sehingga efisiensi penggunaan pupuk lebih tinggi.

Kualitas pupuk P-alam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sifat mineralogi, kelarutan, besar butir, kadar karbonat bebas, kadar P2O5 total dan larut dalam asam sitrat 2%. Efektivitas penggunaan pupuk P-alam sangat ditentukan oleh sumber P-alam, sifat tanah, pengelolaan lahan, dan spesies tanaman (Chien 2003), dan curah hujan (FAO 2004). Selanjutnya Chien (2003) melaporkan bahwa kelarutan atau reaktivitas pupuk P-alam bergantung pada sifat kimia dan mineral P dalam pupuk. Reaktivitas pupuk P-alam dipengaruhi oleh subtitusi fosfat oleh karbonat, P-alam yang reaktif mempunyai perbandingan PO4:CO3 antara 3,5-5.

Penelitian efektivitas dan residu pupuk P-alam pada tanah Ultisols di Terbanggi menunjukkan bahwa P-alam Christmas dengan kadar seskuoksida Fe2O3 dan Al2O3 sebesar 2,5% dan 3,1% memberikan efektivitas yang sama dengan TSP (Hartatik dan Sri Adiningsih 1989). Selanjutnya disampaikan bahwa pemberian 80 kg P/ha/ tahun sekaligus saat tanam nyata lebih baik daripada pemberian dua kali. P-alam Tunisia juga memberikan efektivitas yang sebanding dengan TSP terhadap tanaman padi dan kedelai pada tanah Ultisols Rangkasbitung. Moersidi (1999) melaporkan, penggunaan P-alam pada tanah miskin P dan pH <5 pada tanaman pangan memberikan respon yang sama dengan penggunaan TSP.

Ketersediaan hara P dipengaruhi oleh pemberian hara lain, pemupukan rock fosfat disertai N-NH4 dapat meningkatkan ketersediaan P dibandingkan dengan disertai N-NO3 (Taalab and Badr 2007). Tanaman jagung pada tanah masam tidak dapat tumbuh optimal, karena hara P tidak tersedia optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung. Pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah Oxisol di Kalimantan Selatan sangat dipengaruhi

(2)

oleh pemupukan P (Sutriadi et al. 2004), tanpa pupuk P hasil jagung 0,1 t/ha dengan pemupukan P meningkat menjadi 3,97 t/ha. Pengembangan tanaman jagung saat ini lebih diarahkan pada lahan kering di luar Pulau Jawa yang tanahnya bersifat masam. Pemupukan P-alam sebanyak 1 t/ha yang diberikan musim pertama di Lampung meningkatkan produksi jagung kumulatif selama 3 musim tanam 1997/98 1998/99 dan 1999/2000 sebesar 242% (Mutert and Fairhurst 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan P-alam terhadap produktivitas tanah dan tanaman jagung pada Typic Dystrudepts.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada lahan dengan jenis tanah Typic Dystrudepts di Desa Cicadas, Ciampea, Bogor (06o 34’

25" S, 106o 41’ 26" E), pada musim kemarau 2008.

Sebelum pelaksanaan percobaan, tanah di lokasi percobaan dianalisis untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm dengan menggunakan bor tanah, diambil pada setiap perlakuan sebagai subcontoh. Jumlah subcontoh 24, kemudian dijadikan satu dan dicampur sampai merata, diambil + 1 kg. Contoh tanah dianalisis tekstur 3 fraksi (metode pipet), pH tanah (H2O, 1:5), C-organik (1 N K2Cr2O7 + H2SO4 pekat), N-total (spektro-fotometri, indofenol biru), P dan K (25% HCl), P Bray 1(0,025 N HCl + 0,03 N NH4F), Ca, Mg, K, Na, KTK (1 N NH4OAc pH 7), Al dan K (1 M KCl) (Sulaeman et al. 2005).

Bahan penelitian yang digunakan adalah pupuk P-alam Wika (28,07% P2O5), P-alam Tunisia (27,62% P2O5), SP36 (36,0% P2O5) dan jagung hibrida Pioneer 12. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas 5 dosis pupuk P-alam Wika (10 20, 40, 60 dan 80 kg P/ ha), satu dosis pupuk P-alam Tunisia (40 kg P/ha), satu dosis pupuk SP36 (40 kg P/ha), dan kontrol (tanpa P). Pupuk P-alam diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan cara disebarkan di calon barisan tanaman jagung dan diaduk dengan tanah, sedangkan pupuk SP36 diberikan sehari sebelum tanam dengan cara disebar merata pada calon barisan tanaman jagung dan diaduk dengan tanah. Di samping pupuk P, setiap petak percobaan diberi pupuk kandang, urea, dan KCl, masing-masing dengan dosis 2 t/ha, 400 kg/ha, dan 150 kg/ha sebagai pupuk dasar.

Pupuk kandang yang sudah matang diberikan pada waktu tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam. Pupuk urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu pada saat tanamam berumur 10 hari dan 1 bulan setelah

diberikan pada larikan yang dibuat + 3 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman 3 - 5 cm serta ditutup tanah. Sebelum diberikan, pupuk urea dan KCl dijadikan satu dan diaduk sampai rata, dibagi menjadi delapan bagian yang sama dan masing-masing bagian disebar secara merata untuk satu barisan tanaman dan ditutup dengan tanah.

Benih jagung hibrida Pioneer 12 ditanam pada petak-petak percobaan berukuran 5 m x 6 m dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Pemeliharaan tanaman mencakup penyiangan, pembumbunan, dan penyiraman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul dan koret, gulma dikumpulkan dan dibuang dari petakan. Pembumbunan dilakukan untuk mencegah tanaman roboh dan memacu tumbuhnya akar gantung. Pembumbunan dilakukan dengan menggunakan cangkul dengan menarik tanah di antara barisan tanaman. Penyiraman dilakukan dengan cara digenangi, dengan menggunakan pompa air. Hama dan penyakit dikendalikan dengan menggunakan pestisida Furadan 3G (20 kg/ha), dan Decis 2,5 EC (1,5-2 cc/l air).

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, bobot berangkasan kering, dan hasil jagung. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat berumur 30 dan 60 hari setelah tanam, serta sehari menjelang panen. Data bobot berangkasan dan bobot biji jagung kering diambil pada saat panen. Bobot berangkasan dan biji diambil di tengah-tengah petakan dengan luasan 3 m x 3 m. Bobot berangkasan basah ditimbang, kemudian diambil contoh tanaman + 2 kg dan dikeringkan di oven selama 24 jam dengan suhu 70oC. Contoh tanaman yang sudah

kering ditimbang, konversi bobot berangkasan kering per petak ubinan dihitung dengan membagi bobot contoh kering dengan bobot contoh basah, dikalikan dengan bobot berangkasan basah ubinan. Konversi ke ha dihitung dengan 10.000 m2 dibagi 9 m2, dikalikan

dengan bobot kering petak ubinan. Hasil jagung diamati pada petak panen, jagung dipipil, dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian ditimbang serta diukur kadar airnya. Berat jagung kering dikoreksi dengan kadar air 14%.

Contoh tanah setelah panen diambil setiap perlakuan, subcontoh tanah diambil pada dua tempat setiap perlakuan dalam ke-3 ulangan. Untuk satu perlakuan diperoleh enam subcontoh, digabung dan diaduk sampai rata, selanjutnya diambil + 1 kg. Contoh tanah dikeringanginkan, dihaluskan, dan disaring dengan saringan berdiameter 2 mm. Kemudian dianalisis kadar P dengan metode 25% HCl dan Bray 1.

Untuk membandingkan efektivitas pupuk P-alam digunakan perhitungan Relative Agronomic

(3)

terhadap pupuk standar. RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan suatu pupuk dengan kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk standar dikalikan 100 (Machay et al. 1984, Chien 1998). Hasil pada pupuk yang diuji – hasil pada kontrol

RAE= x 100% Hasil pada pupuk standar – hasil pada kontrol

Analisis usahatani jagung dihitung menggunakan nilai R/C ratio. Analisis R/C ratio adalah analisis usahatani untuk mengetahui tingkat keuntungan dengan membagi hasil dalam rupiah (output) dengan biaya produksi yang digunakan (input). Hasil usahatani menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Tanah Lokasi Percobaan

Tanah bagian atas (0-31 cm) antara lain berwarna coklat gelap (7,5 YR 3/4); bertekstur liat berat, remah, halus, lemah, dan mempunyai konsistensi agak lekat dan agak plastis (basah), kandungan pori-pori mikro dan meso banyak, dan pori makro sedikit, pH 4,7 (ekstrak H2O 1:5), dan batas horison jelas rata.

Tanah percobaan bersifat masam, pH tanah pada lapisan olah lebih rendah dibanding lapisan yang lebih dalam. Peningkatan pH tanah tersebut sejalan dengan peningkatan Ca, Mg, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan basa. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah tersebut telah terjadi pencucian basa-basa tanah ke lapisan yang lebih dalam (Tabel 1).

Kandungan liat menurun pada lapisan ketiga (41-65 cm) dan meningkat kembali. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa telah terjadi penimbunan yang berulang, selain itu juga terdapat peningkatan hara P terekstrak Bray 1.

Tanah yang digunakan untuk percobaan bertekstur liat (kadar liat 70%), dan bersifat masam (pH air 4,7). Kadar C-organik dan N-total rendah. Kadar P terekstrak HCl 25% tinggi, namun P terekstrak Bray 1 rendah, kadar K terekstrak HCl 25% dan NH4OAc 1N pH 7 rendah, kadar Ca, dan Mg juga rendah. Kejenuhan basa 37%, berarti tanah mengandung 63% kation yang bersifat masam. Kejenuhan Al cukup tinggi yaitu 40%, yang berarti kation yang bersifat masam selain Al adalah 23%. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah menunjukkan tanah tidak dapat memegang hara yang ditambahkan ke dalam tanah.

Berdasarkan kadar C-organik, N total, P terekstrak Bray 1 dan K, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan Al tanah maka tanah termasuk kurang subur. Namun berdasarkan tekstur (kadar liat 81%), maka tanah potensial untuk pengembangan pertanian.

Kadar P terekstrak Bray 1 dikatakan rendah apabila < 8 ppm P2O5 (Nursyamsi et al. 2004). Rendahnya kadar P tersedia dalam tanah mungkin disebabkan oleh rendahnya pH tanah (4,3). Ketersediaan P optimum pada tanah terjadi pada kisaran pH 5,5-7,5 (Dierolf et al. 2000). Rendahnya hara P tersedia terekstrak Bray 1 mungkin terfiksasi oleh hara Al yang cukup tinggi.

Kejenuhan Mg cukup tinggi yaitu 15%, sementara kejenuhan K sangat rendah (1,6%). Kadar P terekstrak Bray 1 sangat rendah, dengan demikian diharapkan tanaman respon terhadap pemberian pupuk P-alam. Dengan KTK dan kadar C-organik rendah, penambahan bahan organik untuk tanaman jagung sangat diperlukan. Pemupukan P dapat meningkatkan kadar P terekstrak HCl dan Bray 1 (Tabel 3). Kadar P terekstrak Bray 1 tertinggi dicapai pada memupukan SP36. Hal ini disebabkan kelarutan SP36 dalam air tinggi, yaitu 33,7% P2O5 (Kasno dan Sofyan 1998). Pada dosis yang sama, kadar P tanah terekstrak HCl 25% pada pemberian pupuk P-alam sama dengan pada pemupukan P-alam Tunisia. Penelitian ini sejalan dengan hasil Richa et al. (2007) yang menyatakan bahwa P tersedia pada pemupukan P-alam

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia profil tanah Typic Dystrudepts di Desa Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008.

pH Tekstur NH4OAc 1 N pH 7

Kedalaman C-org P Bray 1 KB

H2O 1 N KCl Pasir Debu Liat (%) (mg P2O5/kg) K Ca Mg KTK (%) (%) (%) (%) ...(me/100 g)... 0-31 4,7 4,2 12 18 70 1,02 7,27 0,06 2,37 0,50 12,28 25 31-41 5,4 4,4 11 19 70 0,25 4,23 0,01 2,74 0,57 12,38 28 41-65 5,7 4,5 26 29 45 0,25 7,32 0,01 2,44 0,49 12,20 26 65-99 5,7 4,6 5 14 81 0,13 3,12 0,01 3,23 1,08 11,97 39 99-138 5,6 4,6 3 11 87 0,12 1,12 0,01 2,36 1,06 11,47 32 138-150 5,3 4,2 2 10 88 0,19 0,56 0,01 1,37 0,83 10,99 23

(4)

lebih tinggi daripada kadar P tersedia pada tanah sebelum diberi perlakuan.

Pengaruh Pupuk P-alam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung

Pemupukan P nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung pada tanah Inceptisols di Cicadas, Ciampea, Bogor, MK. 2008 (Tabel 4). Pemupukan P-alam dosis 10 kg P/ha (81 kg P-alam/ha) nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung pada umur 30 HST dibanding kontrol. Peningkatan dosis pupuk P dari 10 kg menjadi 20-80 kg P/ha tidak meningkatkan tinggi tanaman. Pada dosis yang sama (40 kg P/ha), penggunaan pupuk P-alam sama dengan pupuk standar yakni SP36 dan P-alam Tunisia.

Pemupukan P-alam dosis 20 kg P/ha nyata me-ningkatkan tinggi tanaman pada umur 60 HST dibanding kontrol. Penambahan dosis pupuk P-alam 60 kg P/ha (490 kg P-alam/ha) nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan 20 kg P/ha. Pada dosis yang sama (40 kg P/ha), tinggi tanaman jagung pada pemupukan P-alam sama dengan pemupukan SP36 dan P-alam Tunisia. Hal ini dapat dikatakan bahwa pupuk P-alam efektif untuk pertumbuhan tanaman jagung.

Pengaruh pemupukan P-alam terhadap bobot berangkasan dan biji jagung kering di Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008 disajikan pada Tabel 5. Pemupukan P nyata meningkatkan bobot berangkasan kering tanaman. Pemupukan P-alam dengan dosis 10 kg P/ha berpengaruh sama dengan kontrol terhadap bobot berangkasan kering. Pemupukan P-alam dengan dosis 40 kg P/ha nyata meningkatkan bobot berangkasan kering dibanding kontrol (tanpa P), dan cenderung lebih tinggi dibanding SP36 pada dosis yang sama. Bobot berangkasan kering pada pemupukan P-alam dosis 60 dan 80 kg P/ha tidak dapat meningkatkan bobot berangkasan kering dibanding dosis 40 kg P/ha. Tabel 2. Sifat kimia tanah lokasi penelitian pupuk P-alam di Desa

Cicadas, Kecamatan Ciampea, Bogor, MK 2008. Sifat tanah Hasil analisis tanah

Liat (%) 81 pH (H2O) 4,3 Bahan organik C-organik (%) 1,11 N-total (%) 0,11 Ekstrak HCl 25 % P2O5 (mg/100 g) 61,78 K2O (mg/100 g) 6,22 Bray 1 (mg P2O5/kg) 1,50 Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7 Ca (me/100 g) 2,95 Mg (me/100 g) 1,14 K (me/100 g) 0,12 Na (me/100 g) 0,07 KTK (me/100 g) 11,71 KB (%) 37,00 Ekstrak KCl 1 M Al3+ (me/100 g) 3,05 H+ (me/100 g) 0,14

Tabel 4. Pengaruh pemupukan P-alam terhadap tinggi tanaman jagung di Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008.

Tinggi tanaman (cm) Perlakuan 30 HST 60 HST Menjelang panen Kontrol (tanpa P) 66,1 c* 124,7 d*) 169,0 c*) SP36 40 81,0 ab 175,1 ab 209,5 a P-alam 10 75,7 b 144,0 cd 186,2 b P-alam 20 78,2 ab 156,4 bc 205,3 a P-alam 40 80,6 ab 171,4 ab 210,4 a P-alam 60 81,2 ab 187,6 a 217,5 a P-alam 80 82,5 ab 186,4 a 212,2 a P-alam Tunisia 40 83,4 a 197,7 a 218,6 a K.K. (%) 4,9 8,6 4,5

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda

Tabel 5. Pengaruh pemupukan P-alam terhadap bobot berangkasan dan bobot biji kering jagung di Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008.

Perlakuan Bobot berangkasan Bobot biji kering kering (t/ha) jagung (t/ha) Kontrol (tanpa P) 2,77 c 1,11 e SP36 40 3,33 bc 4,33 ab P-alam 10 2,63 c 2,01 de P-alam 20 2,94 bc 2,68 cd P-alam 40 3,72 ab 3,58 bc P-alam 60 3,74 ab 4,67 ab P-alam 80 3,68 ab 4,79 a P-alam Tunisia 40 4,28 a 5,17 a KK (%) 12,6 17,0

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda Tabel 3. Pengaruh pemupukan P-alam terhadap kadar P terekstrak

HCl 25% dan Bray 1 di Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008.

Perlakuan P- HCl 25% P-Bray 1 mg P2O5/100 g tanah mg P2O5/kg tanah Kontrol (tanpa P) 56,3 1,63 SP36 40 71,5 9,55 P-alam 10 57,6 1,63 P-alam 20 64,4 2,73 P-alam 40 57,0 1,64 P-alam 60 73,1 3,25 P-alam 80 63,3 1,36 P-alam Tunisia 40 57,1 1,64

(5)

Pemupukan P-alam dengan dosis 20 kg P/ha nyata meningkatkan bobot biji kering dibandingkan dengan kontrol (tanpa P). Peningkatan dosis pupuk P menjadi 60 kg P/ha nyata meningkatkan hasil jagung dibanding-kan dengan dosis 20 kg P/ha. Namun peningkatan hara P menjadi 80 kg P/ha, secara statistik tidak meningkatkan bobot biji jagung dibandingkan dengan pemupukan P-alam dengan dosis 60 kg P/ha. Efektivitas pupuk P-P-alam sama dengan SP36 (40 kg P/ha) jika dosisnya 60 kg P/ha. Hal ini dapat dimengerti karena pupuk SP36 lebih mudah larut dibanding P-alam, sehingga efektivitasnya sama apabila dosisnya lebih tinggi. Produktivitas jagung di Jawa Barat rata-rata 5,55 t/ha (www.bps.go.id/tnmn-pgn.php). Dibandingkan dengan data di atas dapat dikatakan bahwa hasil jagung di lokasi penelitian termasuk rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah (Tabel 2).

Persamaan kuadratik hubungan antara dosis pupuk P-alam dengan bobot berangkasan kering adalah Y = 2,6387 + 0,0314 X - 0,0002 X2, dengan R2 = 0,52.

Berdasarkan turunan dari persamaan kuadratik tersebut diperoleh dosis pupuk P-alam maksimum 78,5 kg P/ha (280 kg P-alam/ha), dengan bobot berangkasan maksimum 3,87 t/ha. Tanpa pemupukan P, bobot berangkasan kering dapat mencapai 2,64 t/ha. Persamaan kuadratik hubungan antara dosis pupuk P-alam dengan bobot biji kering jagung adalah Y = 1,14 + 0,0849 X - 0,0005 X2, dengan R2 = 0,92. Dari persamaan

kuadratik tersebut diketahui bahwa dosis maksimum adalah 84,9 kg P/ha, dengan bobot biji kering jagung maksimum 4,74 t/ha.

Nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pupuk P-alam pada dosis yang sama (40 kg P/ha) dengan pupuk SP36 standar, meningkat untuk bobot berangkasan, dan menurun untuk hasil. Hal ini disebabkan oleh tingkat kelarutan pupuk P-alam lebih rendah dibandingkan pupuk SP36. Pada dosis 60 kg P/ha, nilai RAE pupuk lebih tinggi daripada pupuk SP36. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas pupuk P-alam terjadi pada dosis 60 kg P/ha. Nilai RAE pupuk P-alam Tunisia, Marocco, Algeria, Sinegal, dan Togo pada musim pertama di Pelaihari, Kalsel, berkisar antara 89-121% (Nassir 2001). Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung besarnya pengeluaran (tenaga kerja, benih, dan pupuk) dan pemasukan. Perhitungan menggunakan harga di tingkat petani pada saat penelitian dilaksanakan, dengan perincian harga benih Rp 45.000/kg, pupuk urea Rp 90.000 per karung (50 kg), SP36 Rp 135.000 per karung (50 kg), dan KCl Rp 362.500 per karung (50 kg), sedang-kan harga pupuk P-alam ditetapsedang-kan Rp 5.000/kg. Harga jagung pipilan kering saat panen di tingkat petani Rp 2.000/kg.

Usahatani jagung tanpa pupuk P, pupuk P-alam dosis 10 dan 20 kg P/ha tidak menguntungkan (Tabel 7). Hal ini dapat dimengerti karena tanpa pupuk P dan pemupukan dengan dosis pupuk P 10 dan 20 kg/ha hasil jagung pipilan kering < 3 t/ha. Untuk itu dapat dikatakan bahwa pupuk P merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lokasi penelitian. Usahatani jagung menguntungkan apabila dosis pupuk P-alam > 40 kg P/ha.

Penggunaan pupuk P-alam menguntungkan dengan R/C ratio lebih besar daripada 1. Keuntungan tertinggi dicapai pada perlakuan 60 kg P/ha, namun tidak berbeda dengan perlakuan 80 kg P/ha. Berdasarkan keuntungan dan tingkat hasil jagung maka dosis pupuk P-alam yang optimum adalah 60 kg P/ha.

Tabel 6. Nilai Relative Agronomic Effectiveness pupuk P-alam untuk bobot berangkasan dan hasil jagung.

Perlakuan Berat berangkasan Hasil jagung

(%) (%) SP36 40 100 100 P-alam 10 -25 28 P-alam 20 30 49 P-alam 40 170 77 P-alam 60 173 111 P-alam 80 163 114

Tabel 7. Analisis usahatani jagung dengan pemupukan P-alam di Cicadas, Bogor, MK 2008. Pengeluaran

Perlakuan Total input Output R/C

Tenaga kerja Benih Pupuk (Rp) (Rp)

(Rp) (Rp) (Rp) Kontrol (tanpa P) 3.250.000 675.000 1.807.500 5.732.500 2.220.000 0,39 P-alam 10 3.250.000 675.000 2.107.500 6.032.500 4.020.000 0,67 P-alam 20 3.250.000 675.000 1.985.626 5.910.626 5.360.000 0,91 P-alam 40 3.250.000 675.000 2.163.752 6.088.752 7.160.000 1,18 P-alam 60 3.250.000 675.000 2.520.004 6.445.004 9.340.000 1,45 P-alam 80 3.250.000 675.000 2.876.257 6.801.257 9.580.000 1,41

(6)

KESIMPULAN

1. Pemupukan P-alam pada lahan kering berkadar P rendah dapat meningkatkan kadar P tanah. Kadar P tanah pada pemupukan 20 kg P/ha lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

2. Pemupukan P-alam nyata meningkatkan

pertumbuhan dan hasil jagung. Pemupukan P-alam dosis 20 kg P/ha nyata meningkatkan tinggi tanaman, dan bobot biji kering jagung pada dosis 60 kg P/ha.

3. Efektivitas pupuk P-alam pada dosis 60 kg P/ha sama dengan pupuk SP36 standar dosis 40 kg P/ha. Nilai RAE pada pemupukan P-alam dosis 60 kg P/ha > 100%, efektivitas P-alam untuk pertumbuhan dan hasil jagung tercapai pada dosis 60 kg P/ha. 4. Berdasarkan pengaruh pupuk P-alam terhadap

bobot biji kering jagung dan nilai RAE serta analisis ekonomi maka dosis optimum pupuk P-alam adalah 60 kg P atau 215 kg P-alam/ha.

5. Usahatani jagung dengan menggunakan pupuk P-alam menguntungkan yang ditunjukkan dengan nilai R/C > 1. Keuntungan tertinggi dicapai pada dosis 60 kg P/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S., dan T. Fairhurst. 1998. The use of reactive phosphate rock for the rehabilitation of anthropic savannah in Indonesia. In Nutrient Management for Sustainable Crop Production in Asia, Bali, Indonesia, 9-12 December 1996, p.159-174. Edited by A.E. Johnston and J.K. Syers.

Chien, S. H. 1998. Evalution of Gafsa (Tunisia) and Djebel Onk (Algeria) phosphate rocks and soil testing of phosphate rock for direct application. In Nutrient Management for Sustainable Crop Production in Asia, Bali, Indonesia, 9-12 December 1996, p.175-185. Edited by A.E. Johnston and J.K. Syers.

Chien, S.H. 2003. Factor affecting the agronomic effectiveness of phosphate rock, ageneral review. p. 50-61 In Proc. International Meeting Direct Application of phosphate Rock and Related Appropriate Technology-Latest Developments and Pratical Experiences. IFDC, MSSS, ESEAP. Kuala Lumpur, Malaysia.

Dierolf, T., T. H. Fairhurst, and E.W. Mutert. 2000. Soil fertility kit: a toolkit for acid upland soil fertility management in Southeast Asia. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH; Food and Agriculture Organisation; PT Katom; and Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). p. 132

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2004. Use of phosphate rocks for sustainable agriculture. Fertilizer and Plant Nutrition Bulletin 13:155.

Hartatik, H. dan J. Sri Adiningsih. 1989. Pembandingan efektivitas dan residu sumber pupuk fosfat pada tanah Podsolik Merah Kuning Terbanggi. Risalah Hasil Penelitian Tanah. p. 185-194. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Kasno, A., dan A. Sofyan. 1998. Prospek penggunaan pupuk P-alam pada tanah masam lahan kering. p. 195-201. Dalam Pros. Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komda HITI. Komisariat Daerah (KOMDA) Jawa Timur.

Machay, A. D. J. K. Syers. and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate rock material. New Zealand Journal of Agricultural Research 27:219-230.

Moersidi, S. 1999. Fosfat alam sebagai bahan baku dan pupuk fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 82 hal. Mutert, E., and T. Fairhurst. 2001. The use of rock phosphate in tropical upland improvement in Southeast Asia – past experience and future needs. Papaer Presented at the International Conference Direct Application of Phosphate Rock, Kuala Lumpur, Malaysia, 16-20 July 2001.

Nassir, A. 2001. Imphos experience on direct application of phosphate rock in Asia. Paper Presented at the International Conference “Direct Application of Phosphate Rock”, Kuala Lumpur, Malaysia, 16-20 July 2001.

Nursyamsi, D., M.T. Striadi, dan U. Kurnia. 2004. Metode ekstraksi dan kebutuhan pupuk P tanaman kedelai pada Typic Kandiudox di Papanrejo, Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim, No. 22:15-25.

Richa, G., Babita Khosla and M. Sudhakara Reddy. 2007. Improvement of maize plant growth by phosphate solubilizing fungi in rock phosphate amanded soils. World Journal of Agricultural Sciences 3 (4):481-484.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Petunjuk teknis analisis kimia tanah, air, dan pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. p. 119. Sutriadi, M.T., R. Hidayat, S. Rochayati, dan D. Setyorini. 2004. Sutriadi Ameliorasi L ahan dengan Fosfat Alam untuk Perbaikan Kesuburan Tanah Kering Masam Typic Hapludox di Kalimantan Selatan. p. 143-155. Dalam Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Puslittanah, Bogor.

Taalab, A.S., and M.A. Badr. 2007. Phosphorus availability from compacted rock phosphate with nitrogen to sorghum inoculated with phospho-bacterium. Journal of Applied Sciences Research, 3(3):195-201.

Gambar

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia profil tanah Typic Dystrudepts di Desa Cicadas, Ciampea, Bogor, MK 2008.
Tabel 2. Sifat kimia tanah lokasi penelitian pupuk P-alam di Desa Cicadas, Kecamatan Ciampea, Bogor, MK 2008.
Tabel 7.  Analisis usahatani jagung dengan pemupukan P-alam di Cicadas, Bogor, MK 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,

Wawancara dilakukan untuk menggali data-data atau informasi terkait asal-usul diterapkannya kurikulum pendidikan anti korupsi dan respon peserta didik, guru dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang kelor pada dosis 100 mg/kgBB, dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB

A(K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Studi S3 Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera

Dengan adannya seleksi galur murni, keragaman populasi hasil seleksi diharapkan semakin kecil karena dilakukan pemilihan- pemilihan berdasarkan kriteria seleksi yang telah

1. Merumuskan rencana prongram dan kegiatan ketatausahaan, rumah tangga serta pembinaan, pengembangan dan peningkatan kegiatan pelayanan umum perparkiran sesuai

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui adanyan hubungan antara obesitas sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut dengan aktivitas

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi Bagi Guru