• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMINTAAN (DEMAND) WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI USIA MUDA ARI LISTYOWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERMINTAAN (DEMAND) WISATA ALAM DI KOTA SEMARANG BAGI USIA MUDA ARI LISTYOWATI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERMINTAAN

(DEMAND)

WISATA ALAM

DI KOTA SEMARANG BAGI USIA MUDA

ARI LISTYOWATI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

PERMINTAAN

(DEMAND)

WISATA ALAM

DI KOTA SEMARANG BAGI USIA MUDA

ARI LISTYOWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

ARI LISTYOWATI. Permintaan (Demand) Wisata Alam di Kota Semarang

Bagi Usia Muda, Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB dan RACHMAD

HERMAWAN.

Kota Semarang selama ini dikenal sebagai kota industri dan bisnis. Padahal Kota Semarang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang disukai oleh usia muda karena kelompok usia muda memiliki waktu luang yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan lainnya. Untuk mengetahui permintaan wisata alam di Semarang, maka dilakukan penelitian permintaan wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permintaan potensial, permintaan aktual dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda (15-24 tahun).

Penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai September 2010 di Kota Semarang. Kajian terhadap siswa SMA, mahasiswa dan pengunjung wisata alam. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, kuesioner. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan potensial dianalisis dengan regresi logistik biner.

Data BPS Kota Semarang (2008), menunjukkan bahwa penduduk usia muda di Kota Semarang sebanyak 241.474 orang. Permintaan potensial wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda sebesar 198.492 orang (82,20%). Permintaan aktual pada obyek wisata pantai sebesar 14.458 orang, obyek wisata goa sebesar 9.322 orang, obyek wisata air terjun sebesar 7.458 orang dan obyek wisata pegunungan sebesar 20.144 orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan potensial adalah alasan berkunjung (pemandangan yang indah, menikmati keindahan alam dan udara yang segar) dan lama kunjungan. Sedangkan pada permintaan aktual, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pekerjaan orang tua, obyek wisata yang ingin dikunjungi, alasan berkunjung dan waktu kunjungan.

(4)

SUMMARY

ARI LISTYOWATI. Nature-Based Tourism Demand at Semarang City for

Young Age Group, Under Supervision of E.K.S HARINI MUNTASIB and

RACHMAD HERMAWAN.

Semarang city is recently known as industry and business city. It also has potentials for tourism destination areas to young age group which known as having more leisure time compare to the other age group. The objectives of this research were to identity the potential demand and actual demand of nature-based tourism of young age group (15-24 years old) at Semarang City and the influencing factors.

This research was in July to September 2010 at Semarang City. The respondents were highschool students, College students and nature-based tourists. Data were collected through literature review, interviews, questionnaires. Analysis of binary logistics regression was used to determine the factors which influence potential demand.

Data of Statistic Center Agency (Badan Pusat Statistik-BPS, 2008) showed that the number of young age group individuals at Semarang City was 241.474 individuals. The study showed that the potential demand of nature – based tourism for young age group at Semarang City was 198.492 individuals (82,20% of the total number of individuals of young age group).

The actual demand based on tourism objects was: 14.458 individuals (beach), 9.322 individuals (cave), 7.458 individuals (waterfall), and 20.144 individuals (mountain). Farther analysis used the binary logistics regression showed that reasons of visit (beautiful scenery, enjoy the scenery and fresh air) and length of visit were the factors which influence potential demand. Meanwhile, descriptive analysis showed that the factors which influence the actual demand were parents occupation, interest foward tourism objects, reason of visit, and time of visit.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Permintaan

(Demand) Wisata Alam di Kota Semarang Bagi Usia Muda” adalah benar-benar

hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

Ari Listyowati E34062180

(6)

Judul Skripsi : Permintaan (Demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda

Nama : Ari Listyowati

NIM : E34062180

Jurusan/Fakultas : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata/ Kehutanan

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc

NIP. 19550410 198203 2 002 NIP. 19670504 199203 1 004

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S.

NIP : 19580915 1984030 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas selesainya karya ilmiah ini. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis sejak Juli hingga September 2010 dengan judul “Permintaan (Demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda”.

Pengelolaan obyek wisata alam di Semarang harus mendapat perhatian penuh. Banyaknya kunjungan wisatawan ke obyek wisata alam mengindikasikan bahwa Semarang mempunyai daya tarik wisata alam yang dapat dikembangkan. Untuk merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang permintaan (demand) wisata alam, sehingga dapat memberikan data mengenai permintaan wisata alam di Kota Semarang sebagai dasar dalam pengembangan wisata alam di Kota Semarang. Selain itu juga memberikan masukan dan sedikit sumbangsih pemikiran bagi kemajuan wisata alam di Kota Semarang.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Desember 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Ari Listyowati) dilahirkan di Semarang pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Muhadi dan Ibu Retti Sari. Riwayat pendidikan penulis adalah TK PGRI 73, SD Negeri Kalicari 01,02,03 Semarang, SMP Negeri 15 Semarang, SMA Negeri 1 Semarang dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan S1 mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan, diantaranya anggota Himpunan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2008-2009, sebagai anggota Kelompok Pemerhati Goa (KPG) dan Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu (KPK), serta anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Paguyuban Putra Atlas Semarang „Patra Atlas Semarang‟ tahun 2006 hingga sekarang. Kepanitiaan yang pernah diikuti diantaranya menjadi panitia Gebyar HIMAKOVA tahun 2008, panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) Fakultas Kehutanan tahun 2009, dan sebagainya.

Penulis juga pernah melakukan kegiatan praktek lapang yaitu: kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Simpang Cianjur-Bandung tahun 2008, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya-Kalimantan Barat tahun 2008, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Kamojang-Sancang tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Manupeu Tanadaru- Nusa Tenggara Timur tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan-Lampung Barat tahun 2010. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Permintaan (Demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda.

Penulis dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas anugerah sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Keluarga besar penulis : Muhadi (Ayah), Retti Sari (Ibu) dan Agus Setiyanto (kakak) serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungannya. 2. Ibu Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib dan Bapak Ir. Rachmad Hermawan,

M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan, masukan, dan motivasi selama penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. M Buce Saleh selaku penguji dari Departemen Manajemen Hutan, Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan, dan Dr. Ir Basuki Wasis, MS selaku penguji dari Departemen Silvikultur. 4. Seluruh staf pengajar dan Karyawan/wati di Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis.

5. Teman seperjuangan di Kelompok Pemerhati Goa (KPG Hira) “G-XIII”: Riki, Gozali, Iqbal, Fajar, Fitri, Suratman, Nina, Haray, Iman, Domi, Feny, Agung, Arie, Aje dan Indri.

6. Teman seperjuangan di Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu (KPK Sarpedon): Arie, Reni, Maiser, Domi, Raya, Hafizh, Abdi dan Olop.

7. Keluarga besar Himpunan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA).

8. Sahabat tercinta: Nano, Chacha, Fiona, Catur, Indri, Reni, Andin, Ebhay, Afroh, Arga dan seluruh keluarga besar Cendrawasih KSHE 43 yang setia menemani perjalanan panjang atas kebersamaan, dukungan, motivasi, doa, dan kenangan yang tak terlupakan.

9. Ony Nur Anna, Wulan Metafurry, Smunindar atas kebersamaan, dukungan, motivasi dan doa selama ini.

(10)

10. M. Azzinar Faizien, Fajar Luhur Sentiko, Nurul Khikmah, Marretha Ariestia, Rahma, Rani Rachmawati dan Ristika Yuniar atas kebersamaan, doa, bantuan selama penelitian dan semangat yang diberikan.

11. Keluarga besar Paguyuban Putra Atlas (Patra Atlas Semarang).

12.Teman-teman THH, MNH, dan SVK atas persaudaraan, kebersamaan, dan motivasi selama ini.

13. Teman-teman di Wisama Agung 3 atas dukungan, motivasi, dan doanya. 14. Seluruh pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dari awal hingga

selesainya tugas akhir penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam ... 4

2.2 Permintaan (Demand) Pasar Wisata ... 5

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 12

3.2 Objek dan Alat ... 12

3.3 Pengumpulan Data ... 12

3.4 Tahapan Pengumpulan Data ... 13

3.5 Metode Pengambilan Pengunjung Usia Muda ... 14

3.6 Analisis Data... 16

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan ... 18

4.2 Letak dan Luas ... 18

4.3 Topografi ... 19

4.4 Iklim... 19

4.5 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ... 19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Wisata Alam di Semarang ... 23

5.2 Karakteristik Pengunjung Usia Muda ... 33

5.3 PermintaanPotensial (potential demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda ... 52

5.4 PermintaanAktual (actual demand) Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda ... 53

5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Alam di Kota Semarang bagi Usia Muda ... 55

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 65 6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN ... 68

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Perbandingan jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang

tahun 2008– 2009 ... 2

2. Perbandingan jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Semarang tahun 2008– 2009 ... 2

3. Obyek Wisata / Taman Rekreasi di Kota Semarang Tahun 2008 ... 22

4. Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang tahun 2009 ... 23

5. Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Semarang tahun 2009 ... 24

6. Asal pengunjung potensial usia muda ... 34

7. Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jenis kelamin ... 34

8. Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan umur ... 35

9. Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan pendidikan ... 36

10. Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jumlah anggota keluarga... 37

11. Jumlah pengunjung usia muda yang tergabung sebagai pecinta alam dan bukan pecinta alam. ... 38

12. Obyek wisata yang ingin dikunjungi oleh pecinta alam ... 38

13. Obyek wisata yang ingin dikunjungi oleh bukan pecinta alam ... 38

14. Alasan pecinta alam melakukan wisata alam ... 39

15. Alasan bukan pecinta alam melakukan wisata alam ... 39

16. Waktu berkunjung pecinta alam... 40

17. Waktu berkunjung bukan pecinta alam ... 40

18. Keinginan Berkunjung Pecinta Alam ke Obyek Wisata Alam ... 41

19. Keinginan berkunjung bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 42

20. Obyek wisata alam yang pernah dikunjungi pecinta alam ... 43

21. Obyek wisata alam yang pernah dikunjungi bukan pecinta alam ... 44

22. Frekuensi kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 45

23. Frekuensi kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 46

24. Rangking kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 47

25. Rangking kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 48

(14)

27. Lama kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 49

28. Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan jenis kelamin ... 51

29. Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan umur ... 51

30. Jumlah pengunjung aktual usia muda berdasarkan pendidikan ... 52

31. Jumlah pengunjung potensial usia muda berdasarkan jumlah anggota keluarga... 52

32. Data Jumlah Penduduk di Kota Semarang pada usia muda ... 53

33. Permintaan potensial masyarakat pada usia muda di Kota Semarang ... 53

34. Jumlah pengunjung aktual usia muda pada obyek wisata alam ... 54

35. Jumlah pengunjung aktual di obyek wisata alam Semarang ... 54

36. Peubah yang digunakan dalam permintaan potensial ... 56

37. Hasil analisis permintaan potensial dengan regresi logistik biner ... 57

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Sistem kepariwisataan. ... 4

2. Diagram pengambilan responden. ... 15

3. Jumlah pengunjung wisata alam di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang pada tahun 2007-2009. ... 25

4. Pintu masuk dan loket obyek wisata Pantai Marina Semarang... 26

5. Obyek wisata Pantai Marina Semarang. ... 26

6. Beberapa fasilitas yang terdapat di obyek wisata Pantai Marina Semarang. ... 27

7. Obyek wisata Goa Kreo. ... 28

8. Tangga dan jalan menuju Goa Kreo... 29

9. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) penghuni lokasi Goa Kreo. ... 29

10. Obyek wisata Air Terjun Semirang... 30

11. Pintu masuk obyek wisata Air Terjun Semirang. ... 31

12. Jalan setapak dan bertangga menuju Air Terjun Semirang. ... 30

13. Shelter dan pemandangan di obyek wisata Air Terjun Semirang. ... 31

14. Obyek wisata Candi Gedongsongo. ... 32

15. Candi Gedong I. ... 33

16. Beberapa fasilitas yang terdapat di obyek wisata Candi Gedongsongo. ... 33

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta wisata alam di Kota Semarang ... 70

2. Peta wisata alam di Kabupaten Semarang ... 71

3. Kuesioner penelitian... 72

4. Rangking kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 73

5. Rangking kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 74

6. Lama kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 75

7. Lama kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 76

8. Rangking kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 77

9. Rangking kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 78

10. Lama kunjungan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 79

11. Lama kunjungan bukan pecinta alam ke obyek wisata alam ... 80

12. Data karakteristik pengunjung usia muda ... 81

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Joglosemar (Yogyakarta, Solo, dan Semarang) merupakan kawasan segitiga emas yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi. Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah merupakan kota yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Meskipun Semarang selama ini dikenal sebagai kota industri dan bisnis namun Semarang memiliki tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi. Kota Semarang selalu berupaya untuk dapat meningkatkan kepariwisataannya, sebagai contoh pada tahun 2007 kota Semarang mengadakan suatu acarainternasional yaitu SPA (Semarang Pesona Asia), yang di dalamnya terdapat pameran internasional dan temu bisnis yang merupakan ajang promosi bidang perdagangan, jasa maupun investasi yang mencakup juga sektor pariwisata. Dengan diadakannya acara tersebut membuktikan bahwa pemerintah daerah ingin menjadikan Kota Semarang sebagai tujuan wisata dan juga ingin menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara (Qadarrochman 2010).

Berdasarkan penelitian Wahyudin (2005), sektor kepariwisataan Kota Semarang telah memberikan kontribusi Pedapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar dan kegiatan pariwisata menjadi sektor basis perekonomian di Kota Semarang. Berdasarkan data terakhir yang didapatkan (Tabel 1 dan Tabel 2), jumlah pengunjung obyek wisata alam di Semarang antara tahun 2008-2009 mengalami penurunan, yaitu di lokasi obyek wisata alam Goa Kreo, Pantai Marina, Wana Wisata Umbul Songo, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran, dan Umbul Sidomukti. Permintaan wisata alam di Semarang dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung tiap tahunnya. Data Disparbud dan Disparta (2009) menunjukkan bahwa permintaan wisata alam di Semarang mengalami penurunan, padahal trend pasar pariwisata untuk mengunjungi obyek wisata alam setiap tahun terus meningkat. Obyek wisata alam di Semarang pada dasarnya mempunyai potensi untuk dikembangkan, karena sebagian besar obyek wisata alam tersebut menawarkan keindahan alam yang masih alami dan menarik, namun dalam kenyataannya

(18)

keberadaan potensi obyek wisata alam tersebut belum dapat berkembang secara optimal.

Tabel 1 Perbandingan jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang tahun 2008– 2009

N o Obyek Wisata Alam

Jumlah Pengunjung Tahun 2008 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa) Naik Turun 1 Goa Kreo 37.838 34.686 - 3.152 2 Pantai Marina 15.669 8.538 - 7.131

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang (2009).

Tabel 2 Perbandingan jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Semarang tahun 2008– 2009

No Obyek Wisata Alam

Jumlah Pengunjung Tahun 2008 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa) Naik Turun

1 Air terjun Semirang Tidak ada data 11.741 - -

2 Candi Gedongsongo 165.409 155.246 - 10.163

3 Bukit Cinta 25.206 29.269 4.063 -

4 Wana Wisata Umbul Songo 17.658 12.312 - 5.346

5 Kartika Wisata Kopeng 36.565 42.217 5.652 -

6 Bandungan Indah 23.866 23.204 - 662

7 Wana Wisata Penggaron 12.761 12.686 - 75

8 Wisata Agro Tlogo 10840 5.486 - 5.354

9 Kampung Kopi Banaran 66810 58.117 - 8.693

10 Langen Tirto 25.553 28390 2.837 -

11 Umbul Sidomukti 97.864 91.201 - 6.663

12 Rawa Permai 10.289 21.411 11.122 -

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang (2009).

Menurut Korah (1995) kelompok usia muda memiliki waktu luang yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan lainnya. Di samping itu kelompok ini memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan waktu luangnya bepergian ke tempat-tempat wisata alam. Qomariah (2009) juga mengatakan bahwa pengunjung yang berstatus sebagai pelajar/mahasiswa dan berwiraswasta, karena faktor biaya dan waktu luang dari pengunjung tersebut mampu mendorong keinginan untuk mengisi waktu luang dengan melakukan wisata alam. Kelompok usia muda juga mempunyai kemampuan fisik yang kuat untuk berwisata alam. Untuk merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold 1980), maka dilakukan penelitian permintaan (demand) wisata alam di Kota Semarang bagi

(19)

usia muda. Objek wisata yang diteliti merupakan obyek wisata alam di Kota Semarang dan sekitarnya, sedangkan objek kajiannnya adalah masyarakat usia muda di Kota Semarang.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui permintaan (demand) wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda (15-24 tahun), secara rinci adalah:

1. Mengetahui permintaan potensial (potential demand) wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda (15-24 tahun)

2. Mengetahui permintaan aktual (actual demand) wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda (15-24 tahun)

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (demand)

wisata alam di Kota Semarang bagi usia muda (15-24 tahun).

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai permintaan wisata alam di Kota Semarang sebagai dasar dalam pengembangan wisata alam di Kota Semarang. Selain itu juga memberikan masukan dan sedikit sumbangsih pemikiran bagi kemajuan wisata alam di Kota Semarang.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata Alam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Pemerintah Republik Indonesia 2009). Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suwantoro 1997).

Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam satu sistem, yakni 1) permintaan atau kebutuhan; 2) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata; 3) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; 4) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi (Damanik & Weber 2006). Sistem kepariwisataan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem kepariwisataan.

Sumber: Steck et al. 1999 dalam Damanik & Weber 2006 (modifikasi)

Suwantoro (1997) mengatakan, pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,

(21)

agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau pun belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.

2.2 Permintaan (Demand) Pasar Wisata

2.2.1 Pengertian dan Jenis

Salah satu yang paling sedikit dipahami dan aspek paling terlupakan dari perencanaan rekreasi yaitu dari konsep permintaan (Gold 1980). Permintaan rekreasi menurut Avenzora (2003) adalah tentang: (1) siapa yang meminta; (2) apa dan berapa banyak yang diminta; (3) kapan diminta. Menurut Douglass (1970), permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai. Clawson dan Knetsch (1966), menyatakan bahwa permintaan rekreasi alam terbuka adalah jumlah kunjungan yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai daftar volume (kunjungan, hari kunjungan dan lain-lain) dan hubungannya dengan harga (biaya rekreasi).

Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang (Kelly, 1998; Gunn, 2002 dalam

Damanik & Weber 2006). Suatu perjalanan wisata didorong oleh ketersediaan sumberdaya, aksesibilitas yang semakin mudah pada produk dan obyek wisata. Di samping itu perjalanan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti distribusi dan peningkatan pendapatan, pendidikan masyarakat, pengurangan jam kerja, iklim dan lingkungan hidup (Freyer 1993; Mundt 1998 dalam Damanik & Weber 2006). Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat akan mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata (Damanik & Weber 2006).

Permintaan atau demand pasar adalah potensi pasar untuk suatu destinasi atau obyek tertentu yang didapatkan melalui penilaian kecenderungan wisata dan

(22)

profil pengunjung, berdasarkan profil demografi, aktivitas, motivasi, dan perilaku pengunjung. Penilaian ini menganalisa keinginan melakukan perjalanan sekarang dan di masa yang akan datang. Menentukan permintaan potensial merupakan hal yang penting untuk suatu kawasan dan membangun strategi untuk dapat memenuhi permintaan ini (Eileen et al. 2005 dalam Muntasib & Rachmawati 2009). Menurut Wahab (1992), permintaan wisata dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

1) Potential demand, yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat untuk melakukan perjalanan dan karena itu mereka dalam kondisi siap untuk bepergian.

2) Actual demand, yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata.

Menurut Gold (1980), permintaan tersembunyi/potensial adalah permintaan rekreasi yang tidak bisa dipisahkan pada populasi, tetapi bukan dicerminkan pada penggunaan fasilitas yang sudah ada. Partisipasi dapat diharapkan kalau fasilitas cukup, akses, dan informasi tersedia. Gold juga menambahkan, permintaan potensial adalah landasan argumen bahwa supply itu menciptakan demand/permintaan. Argumen ini menyarankan orang-orang akan mempergunakan setiap kesempatan dengan harapan dengan penggunaan yang layak. Yang mempengaruhi permintaan adalah permintaan tersembunyi yang dapat dirangsang oleh pengaruh keadaan umum melalui mass media atau proses pendidikan.

Permintaan pada industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk itu sifatnya sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi permintaan terhadap fasilitas atau produk itu sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand). Dengan perkataan lain, permintaan dalam industri pariwisata itu tidak hanya terbatas pada waktu diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan itu sudah mengemukakan seperti informasi tentang: daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, penginapan, transportasi yang akan

(23)

digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Yoeti 2008).

Menurut Yoeti (2008), dari sudut pandangan wisatawan, semua unsur permintaan, mulai dari “free goods” sampai dengan “tourist service” diperoleh dengan pengorbanan. Artinya, untuk mendapatkan semua itu wisatawan harus membayar dengan sejumlah uang. Semua unsur permintaan itu saling melengkapi dan mempunyai kaitan yang erat sekali satu dengan yang lain (complementary and interrelated).

Menurut Schmidhauser (1962) dalam Yoeti (2008), karakter permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang satu dengan yang lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah. Dengan kata lain, permintaan terhadap produk industri pariwisata itu tercermin dalam suatu paket wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang berbeda dalam bentuk, fungsi, dan manfaatnya.

2.2.2 Hal-Hal yang Mempengaruhi Permintaan Wisata

Menurut Yoeti (2008), secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata banyak tergantung dari hal-hal sebagai berikut:

1) Kekuatan membeli (purchasing power)

2) Struktur demografi dan kecenderungan 3) Sosial dan budaya

4) Motivasi perjalanan wisata dan sikap

5) Kesempatan untuk melakukan perjalanan dan intensitas pemasaran wisatawan.

Yoeti (2008) mengatakan faktor-faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu yang akan dikunjungi biasanya ditentukan beberapa faktor sebagai berikut:

1) Harga

2) Daya tarik wisata, fasilitas, bentuk-bentuk pelayanan lainnya (services)

seperti transport lokal, telekomunikasi, Biro Perjalanan Wisata (BPW) lokal atau hiburan.

(24)

3) Kemudahan-kemudahan untuk berkunjung, seperti sarana jalan, jembatan, tenaga listrik atau persediaan air bersih.

4) Pelayanan sebelum perjalanan dan informasi. 5) Citra/images dari tujuan wisatawan.

Cooper et al. (1996) mengatakan sekalipun keputusan untuk berwisata ditetapkan, tetapi kemampuan untuk melaksanakan kegiatan wisata dan tempat yang dikunjungi akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berhubungan. Faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua bagian besar:

1) Gaya hidup (lifestyle) dan termasuk di dalamnya adalah pendapatan, pekerjaan, kesempatan untuk berlibur, sarana transportasi, ras dan jenis kelamin.

2) Lifecycle, yaitu kondisi umur.

Menurut Elgar (1989) bahwa teori dari status permintaan pariwisata, konsumen itu memaksimalkan kegunaan dari konsumsi dari satu produk pariwisata yang tergantung kepada pendapatan mereka, harga dari produk pariwisata, dan biaya membeli produk pariwisata dari tujuan kompetitor (harga dari subtitusi). Jika terdapat sebuah perubahan positif pada level pendapatan dari pariwisata, permintaan untuk pariwisata juga akan bertambah.

Secara umum pasar dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau konsumen dan produsen. Jadi pasar adalah tempat perantara bagi penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran. Jika dilihat dari perkembangan teknologi internet, arti pasar menjadi sangat luas dan meliputi konstruksi pikiran yang mempertemukan permintaan dan penawaran produk dan jasa wisata (Damanik & Weber 2006)

Menurut Muntasib & Rachmawati (2009), penelitian pasar memerlukan sumber data dan informasi primer terutama melalui pengumpulan data dan informasi dari data informasi dari konsumen nyata dan potensial, serta sumber data dan informasi sekunder yang diperoleh dari sumber/media yang telah dipublikasikan. Dalam memahami demand wisata, terdapat beberapa hal yang saling berkaitan yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009):

1) Faktor-faktor pendorong (push factors) yaitu faktor-faktor yang memotivasi individu untuk melakukan liburan. Misalnya tekanan

(25)

pekerjaan, stress, rasa bosan, tradisi, kurangnya sumberdaya di tempat tinggalnya.

2) Faktor-faktor yang menjadi daya tarik (pull factors) yaitu faktor-faktor yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke suatu kawasan tertentu, misalnya cuaca yang disukai, pemandangan, sumber daya dan nilai tukar. Hal-hal yang mempengaruhi demand wisata terhadap suatu kawasan antara lain (Muntasib & Rachmawati 2009):

1. Sosial: struktur populasi dan demografi, pendidikan, aktifitas dan waktu luang.

2. Teknologi: urbanisasi, pemasaran, transport dan perdagangan perjalanan dan daya tarik kawasan.

3. Ekonomi: pendapatan yang dapat digunakan (perhitungan untuk pajak, asuransi atau pensiunan), pendapatan nyata yang bebas untuk digunakan, daya beli dengan perhitungan untuk inflasi, rumah, makanan, pakaian dan lain-lain yang dapat dihitung dari pendapatan yang dapat digunakan, nilai tukar mata uang asing dan harga relatif, kualitas dan nilai.

4. Politik: pajak nasional dan kebijakan ekonomi, pembatasan perjalanan in/outbound, kondisi politik, ketertiban dan keamanan nasional.

Yoeti (2006) menyebutkan terdapat faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, antara lain: pendapatan, waktu luang, teknologi, jumlah anggota keluarga, keamanan dan aksessibilitas.

Segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristik pasar, atau dengan kata lain membagi pasar sesuai perilaku konsumen yang terdapat dalam pasar. Ada empat kategori dalam segmentasi pasar yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009):

1. Segmentasi geografi, yaitu pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah, dapat berupa suatu negara atau kawasan, dimana kebutuhan dan keinginan bervariasi berdasarkan tempat tinggal mereka.

2. Segmentasi sosio-ekonomi dan demografi

Pengetahuan tentang kependudukan merupakan metode paling popular untuk menentukan segmen pasar (Health 1988 dalam Muntasib & Rachmawati 2009). Variabel-variabel yang dapat membedakan seperti

(26)

umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendidikan, ras, penghasilan, agama dan kebangsaan selalu digunakan dalam segmentasi sosio-ekonomi dan kependudukan. Segmentasi berdasarkan karakteristik demografi merupakan kebutuhan wisata berbeda-beda menurut kategori umur.

3. Segmentasi psikografi

Dalam segmentasi psikografi, pasar dibagi berdasarkan kelompok sosial

(social class), karakteristik kepribadian (personality characteristic) dan atau cara hidup (lifestyle).

4. Segmentasi perilaku

Wisatawan hampir selalu mencari pengalaman sebanyak mungkin, yang dapat berupa petualangan, hal-hal yang berkaitan dengan sejarah atau yang bersifat tradisional, gaya hidup yang bersifat sementara atau pelarian secara total dari keakraban melalui kegiatan dan perubahan di sekitarnya.

2.2.3 Kelas Usia Muda

Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan menjadi enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2 tahun), balita (3-5 tahun), anak-anak (6-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lanjut usia (> 60 tahun). Pada penelitian ini, diambil responden usia muda pada usia 15-24 tahun dengan target siswa, mahasiswa dan wisatawan aktual. Mengacu pada pengklasifikasian kelas umur Hurlock (1980), usia 15-24 tahun termasuk dalam kelas umur remaja dan dewasa.

Minat rekreasi pada tingkat remaja yaitu remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa remaja, aktivitas permainan pada tahun-tahun sebelumnya beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang kekanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Karena banyaknya tekanan yang berasal dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas rumah, kegiatan-kegiatan

(27)

ekstrakurikuler dan pekerjaan sesudah sekolah atau pekerjaan-pekerjaan pada akhir pekan, sebagian besar remaja tidak mempunyai waktu luang lagi untuk rekreasi (Hurlock 1980). Banyak faktor yang mempengaruhi rekreasi pada usia dewasa yaitu:

1. Kesehatan, orang-orang muda yang sehat dapat mengikuti bentuk rekreasi yang lebih luas serta fisik lebih melelahkan daripada mereka yang fisiknya lemah. 2. Waktu 3. Status perkawinan 4. Status sosial-ekonomi 5. Jenis kelamin 6. Penerimaan sosial

Remaja dapat dikategorikan menjadi anggota kelompok usia muda yang memiliki pola tingkah laku, adat istiadat dan gaya hidup yang berbeda-beda (Koentjaraningrat 1981 dalam Sitepu 2006). Remaja atau anak muda sering dikaitkan dengan waktu luang, kebebasan dan semangat pemberontakan. Bagi anak muda di perkotaan selalu punya cara untuk tampil beda agar dapat menjadi perhatian orang di sekelilingnya.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai September 2010 di Kota Semarang. Permintaan aktual diambil sesuai dengan keterwakilan obyek wisata alam pantai, goa, air terjun dan pegunungan (Pantai Marina, Goa Kreo, Air terjun Semirang dan Candi Gedongsongo). Permintaan potensial diambil dari keterwakilan SMA dan Universitas sesuai kriteria yang telah ditentukan, yaitu SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 11, SMA Negeri 15, SMA Sultan Agung 1, SMA Institut Indonesia, SMA PGRI 1, SMA Semesta, Universitas Diponegoro, Universitas Semarang, Universitas Dian Nuswantoro dan Universitas Stikubank.

3.2 Objek dan Alat

Objek kajian adalah siswa SMA (54 orang), mahasiswa (64 orang) dan pengunjung wisata alam (32 orang). Alat yang digunakan adalah kuesioner, alat tulis-menulis, kamera dan software statistika.

3.3 Pengumpulan Data

1) Pengumpulan data primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada pengelola obyek wisata alam. Pangambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan instrumen kuesioner. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan terlebih dahulu peneliti menyiapkan desain kuesioner. Pengambilan sampel yaitu dengan melakukan penyebaran kueisioner yang diberikan kepada pengunjung usia muda (Lampiran 3). Penentuan responden tersebut dilakukan secara purposive sampling, yaitu peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya (Kusmayadi 2004). Karena tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui permintaan wisata alam pada usia muda, maka respondennya adalah

(29)

pengunjung potensial dan aktual usia muda meliputi: pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), mahasiswa dan pengunjung wisata alam.

2) Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yaitu mengumpulkan data melalui studi literatur, yaitu meliputi kondisi umum lokasi, referensi terkait serta data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang, Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang,

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang (Disparbud) serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang (Disparta).

3.4 Tahapan Pengumpulan Data

Berdasarkan studi pustaka, permintaan wisata yang digunakan menurut Wahab (1992) dapat dibagi atas dua bagian yaitu: potential demand dan actual demand. Pelajar SMA dan mahasiswa di Semarang mewakili potential demand,

sedangkan pengunjung wisataalam mewakili actual demand.

Tahap-tahapdalam pengumpulan data antara lain:

1. Mengumpulkan data jumlah dan lokasi SMA serta universitas di Semarang dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Semarang.

2. Mengumpulkan data jumlah pengunjung wisata alam di Semarang dari Disparbud serta Disparta.

3. Data SMA dan universitas yang diperoleh, dengan teknik sampling kluster dibagi menjadi dua yaitu pusat kota dan pinggir kota. SMA dan universitas yang masuk dalam pusat kota berada di Kecamatan Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajahmungkur, Gayamsari dan Candisari. SMA dan Universitas yang masuk dalam pinggir kota berada di Kecamatan Tugu, Ngaliyan, Mijen, Gunungpati,

Banyumanik, Tembalang, Pedurungan danGenuk.

4. Setelah mendapatkan jumlah SMA dan universitas di Semarang, maka responden diambil 10% dari jumlah SMA dan 10% dari jumlah universitas. Mengutip pendapat Gay dalam Umar (2008) menyatakan penelitian dengan metode deskriptif menyaratkan minimal 10% dari populasi dan untuk populasi kecil minimal 20% dari populasi.

(30)

5. Masing-masing hasilnya dikelompokkan berdasarkan SMA Negeri dan SMA Swasta serta Universitas Negeri dan Universitas Swasta.

6. Pada SMA Negeri dan Swasta, dikelompokkan lagi berdasarkan SMA Negeri yang maju dan SMA Negeri yang biasa, SMA Swasta yang maju dan SMA Swasta yang biasa, selanjutnya dipilih SMA yang akan menjadi sampel. Begitu juga pada Universitas Negeri dan Swasta di kelompokkan lagi berdasarkan Universitas Negeri yang maju, Universitas Negeri yang biasa, Universitas Swasta yang maju dan Universitas Swasta yang biasa, selanjutnya dipilih universitas yang akan menjadi sampel. Data SMA dan Universitas yang maju dan biasa didapatkan dari Dinas Pendidikan Kota Semarang.

7. Obyek wisata alam yang akan dijadikan sampel adalah ada keterwakilan dari masing-masing obyek yaitu pantai, air terjun, pegunungan dan goa yang paling banyak jumlah pengunjungnya (dilihat dari data Disparbud dan Disparta).

8. Setelah mendapatkan sampel yang sesuai, peneliti menyebarkan kuesioner pada responden.

3.5 Metode Pengambilan Pengunjung Usia Muda

Langkah-langkah dalam pengambilan responden adalah (Gambar 2): 1. Target populasi: usia muda berusia 15-24 tahun.

2. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah quota sampling yang dibagi menjadi tiga quota berdasarkan statusnya, yaitu: pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), mahasiswa dan pengunjung wisata alam. Metode quota sampling, yaitu merupakan salah satu contoh dari nonprobality sampling

(teknik pengambilan sampel yang setiap elemen populasinya tidak mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel) (Kusmayadi 2004). Pemilihan ketiga pengunjung usia muda tersebut karena ketiga pengunjung usia muda diasumsikan telah dapat mengambil keputusan sendiri dalam berwisata dan dapat berkomunikasi dengan baik.

3. Ukuran sampel bagi pelajar/SMA:

Teknik pengambilan sampelnya secara purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan tujuan peneliti (Kusmayadi 2004). Karena tujuan

(31)

penelitian ini untuk mengetahui permintaan wisata alam, maka dipilih responden siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler/organisasi/kegiatan pecinta alam (PA) dan bukan pecinta alam (bukan PA) kelas X, XI dan XII. Pada masing-masing kelas ada keterwakilan laki-laki dan perempuan.

4. Ukuran sampel bagi mahasiswa:

Teknik pengambilan sampelnya secara purposive sampling. Teknik ini dengan memilih responden mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan mahasiswa/organisasi/kegiatan pecinta alam (PA) dan bukan pecinta alam (bukan PA) tingkat I, II, II dan IV. Pada masing-masing tingkatan ada keterwakilan laki-laki dan perempuan.

5. Ukuran sampel bagi pengunjung wisata alam:

Dalam pengumpulan data mengenai wisatawan, akan ditemui kesulitan untuk menentukan dengan pasti, berapa banyak populasi wisatawan. Hal ini karena jumlah pengunjung wisata yang setiap saat selalu berubah. Ukuran sampel bagi pengunjung wisata alam tidak dapat ditentukan berapa jumlahnya karena sampel dilakukan dengan metode accidental sampling, yaitu dilakukan terhadap orang yang kebetulan dijumpai (Wardiyanta 2006).

Gambar 2 Diagram pengambilan responden.

Populasi usia muda (15-25 tahun) Pelajar (SMA) Pecinta Alam Kelas X Kelas XI Kelas XII Bukan Pecinta Alam Kelas X Kelas XI Kelas XII Mahasiswa Pecinta Alam Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Bukan Pecinta Alam Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Pengunjung wisata alam Pantai Pegununga n Goa Laki-laki Perempuan n

(32)

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengkode jawaban kuesioner

Pemberian kode terhadap jawaban pertanyaan tertutup dilaksanakan dengan cara: variasi jawaban yang diperoleh dapat langsung diberi kode, sedangkan mengkode jawaban pertanyaan semi-terbuka sama prinsipnya dengan untuk pertanyaan tertutup, hanya saja perlu disediakan beberapa kode tambahan untuk memberi kode jawaban yang berbeda. Misal pertanyaan “Kunjungan wisata alam biasa dilakukan pada waktu?”. Pilihan jawaban: hari biasa, liburan, akhir pekan dan lainnya. Variasi jawaban tersebut dapat langsung diberi kode 1, 2, 3, 4 dan kode tambahan jika ada jawaban yang berbeda. 2. Memasukkan data/entry data menggunakan bantuan software epidata.

3. Tabulasi, pembuatan tabel-tabel dari setiap variabel yang diukur, selanjutnya dimasukkan dalam tabulasi silang (crosstabs).

4. Untuk mengetahui actual demand dapat diketahui dari jumlah pengunjung usia muda yang berkunjung di obyek wisata alam yaitu:

a. Awalnya mengumpulkan data jumlah rata-rata pengunjung wisata alam dalam satu tahun (tahun 2007-2009) dari keterwakilan obyek wisata alam pantai, air terjun, pegunungan dan goa.

b. Mengunjungi obyek wisata alam yang mempunyai jumlah pengunjung terbanyak pada masing-masing obyek yang sudah dikelompokkan (pantai, air terjun, pegunungan dan goa).

c. Pada masing-masing obyek tersebut, peneliti mengamati jumlah pengunjung usia muda dan total pengunjung. Menghitung permintaan aktual:

5. Untuk mengetahui Potential demand, dapat diperolah dari data jumlah masyarakat usia muda di Kota Semarang (data dari BPS) dan data survei yang telah diperoleh, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊 × 𝑫𝒂𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑩𝑷𝑺 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒋𝒖𝒏𝒈 𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒎𝒖𝒅𝒂

𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒋𝒖𝒏𝒈 × 𝟏𝟎𝟎%

(33)

𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊 = 𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑖

𝑛 × 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

survei : jumlah hasil survei yang berpotensi terhadap wisata alam

n : ukuran sampel atau jumlah pengunjung usia muda 6. Regresi logistik biner

Regresi logistik adalah suatu metode statistik yang mendeskripsikan hubungan antara peubah respon yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah penjelas berskala kategorik atau numerik. Regresi logistik biner digunakan pada peubah respon yang bersifat biner. Secara umum, model regresi logistik biner dengan E(Y=1|x) dapat dituliskan dengan:

𝜋(𝑋) =

𝑒

𝛽0+𝛽1𝑥1+⋯+ 𝑚𝑘=1𝛽𝑖𝑘𝐷𝑖+𝛽𝑝𝑥𝑝

1 + 𝑒

𝛽0+𝛽1𝑥1+⋯+ 𝑚𝑘=1𝛽𝑖𝑘𝐷𝑖+𝛽𝑝𝑥𝑝

dimana 𝜋(𝑋) adalah keinginan pengunjung usia muda mengunjungi obyek wisata alam, xi (untuk i=1,2,...,p) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang

untuk mengunjungi obyek wisata alam, p adalah banyaknya peubah penjelas yang digunakan, D adalah peubah dummy dan k adalah banyaknya peubah dummy yang digunakan. Banyaknya peubah dummy yang digunakan adalah banyaknya kategori dari peubah yang digunakan dikurangi satu. Dengan demikian, fungsi logistik akan bernilai antara satu dan nol. Dengan menggunakkan transformasi logit, model tersebut dapat dituliskan dengan:

𝑙𝑜𝑔 𝜋 𝑋

1 − 𝜋 𝑋 = 𝛽0 + 𝛽1𝑥1+ ⋯ + 𝛽𝑖𝑘𝐷𝑖

𝑚

𝑘=1

+ 𝛽𝑝𝑥𝑝 + 𝜀

7. Interpretasi hasil analisis yang pada intinya untuk mengetahui berapa besar permintaanpotensial, permintaan aktual dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata alam pada usia muda (15-24 tahun) di Kota Semarang.

(34)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kawasan

Semarang sebagai lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur yang kemudian hari berkembang pesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri sebagai kota yang penting. Sebagai kota besar dan menyerap banyak pendatang. Mereka ini, kemudian mencari penghidupan dan menetap di Kota Semarang sampai akhir hayatnya. Lalu susul menyusul kehidupan generasi berikutnya. Dahulu ada seorang dari kesultanan Demak bernama pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju ke daerah Barat di suatu tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, membuka hutan dan mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang (Pemkot Semarang 2008).

4.2 Letak dan Luas

Posisi geografi Kota Semarang terletak di Pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6º, 5' - 7º, 10' LS dan 110º, 35' BT. Luas wilayah mencapai 37.366.838 ha atau 373,7 km2. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transportasi darat (jalur kereta api dan jalan) serta transportasi udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa,

(35)

secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah (Pemkot Semarang 2008).

4.3 Topografi

Pemkot Semarang (2008), topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Pada bagian Utara merupakan daerah pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan 0-2% sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 m. Pada bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2-40% dan ketinggian antara 90-200 m di atas permukaan air laut (mdpl).

4.4 Iklim

Semarang memiliki dua iklim tropis yaitu, musim kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus pergantian ± 6 bulan. Hujan sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2.215 mm sampai dengan 2.183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 2,80° C sampai dengan 29,30° C, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62% sampai dengan 84%. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5,7 km/jam (Pemkot Semarang 2008).

4.5 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Dalam kurun waktu sejarah telah tercatat bahwa Semarang telah mampu berkembang sebagai transformasi budaya, baik yang bersifat religi, tradisi, teknologi maupun aspirasi yang semuanya itu merupakan daya penggerak yang sangat besar nilainya dalam memberi corak serta memperkaya kebudayaaan, kepribadian dan kebanggaan daerah. Nilai-nilai agama yang universal dan abadi sifatnya merupakan salah satu aspek bagi kehidupan dan kebudayaan bangsa. Kerukunan agama di Kota Semarang cukup baik, maka tempat ibadah pun terus berjalan dengan baik. Mayoritas pemeluk agama di kota Semarang beragama Islam selain juga ada Khatolik, Protestan, Budha, Hindu dan sebagian lainnya (Pemkot Semarang 2008).

(36)

4.5.1 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kota Semarang pada tahun 2006 (data dari BPS) sebesar 1.434.025 jiwa. Kota Semarang termasuk lima besar Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Jumlah penduduk pada tahun 2006 tersebut terdiri dari 711.761 penduduk laki-laki dan 722.264 penduduk perempuan. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.470 orang per km2, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Mijen sebesar 786 orang per km2. Jumlah usia produktif cukup besar, mencapai 69,30% dari jumlah penduduk. Ini menunjukkan potensi tenaga kerja dan segi kuantitas amat besar. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata. Penduduk lebih tersentral di pusat kota. Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,43%/tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan, setidaknya terkendali dan kesejahteraan umum dapat terealisasi (Pemkot Semarang 2008).

4.5.2 Tingkat Pendidikan

Dari aspek pendidikan dapat dilihat, bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa sejak tahun 2003 penduduk Kota Semarang telah bebas dari tiga buta (buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar). Dengan komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama di dalam upaya peningkatan kesejahteraan (Pemkot Semarang 2008).

4.5.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Semarang tersebar pada pegawai negeri, sektor industri, ABRI, petani, buruh tani, pengusaha; pedagang, angkutan dan selebihnya pensiunan (Pemkot Semarang 2008).

(37)

4.5.4 Sarana dan Prasarana

Dalam usaha meningkatkan kualitas penduduk, maka salah satu cara yang penting adalah dengan meningkatkan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pemerintah Kota Semarang berupaya memperluas dan meningkatkan kesempatan belajar melalui penyediaan sarana dan prasaran pendidikan, serta meningkatkan mutu pendidikan baik formal maupun non formal. Masalah kesehatan pemerintah Kota Semarang juga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih merata, Kota Semarang mempunyai 9 rumah sakit umum, 53 puskesmas, posyandu yang menyebar di seluruh wilayah, dokter praktek, bidan praktek dan masih banyak sarana dan prasarana lainnya, sehingga setiap orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah (Pemkot Semarang 2008).

4.5.5 Potensi Pariwisata Kota Semarang

Kota Semarang yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Tengah memiliki daya tarik yang cukup besar, baik yang bersifat budaya, alam, maupun buatan. Salah satu daya tarik budaya yang banyak di kenal di Kota Semarang adalah menara Masjid Agung Jateng. Selain itu, terdapat pula museum-museum bersejarah seperti Museum Ronggowarsito dan makam Sunan Pandanaran. Di Kota Semarang dapat pula dikunjungi daerah wisata alam dan hutan, taman-taman rekreasi pantai, taman ria, dan lain-lain.

Keragaman produk dan potensi pariwisata yang ada ditambah dengan fasilitas penunjang pariwisata yang memadai, merupakan modal pariwisata yang besar bagi Kota Semarang yang merupakan ibukota Jawa Tengah. Pada tahun 2008, jenis obyek wisata alam, budaya dan buatan yang ada sebanyak 22 buah, yaitu terdiri dari obyek wisata alam sebanyak 4 buah, obyek wisata budaya sebanyak 8 buah dan obyek wisata buatan sebanyak 10 buah. Dengan memiliki 22 buah obyek wisata dan didukung oleh fasilitas akomodasi meliputi hotel berbintang sebanyak 26 buah dengan jumlah kamar sebanyak 2091 unit dan hotel melati sebanyak 59 buah dengan jumlah kamar sebanyak 1.864 unit.

(38)

Tabel 3 Obyek wisata/taman rekreasi di Kota Semarang tahun 2008

No Jenis Obyek Wisata

Alam Budaya Buatan

1 Goa Kreo Museum Mandala Gelanggang Renang Manunggaljati 3 Pantai Marina Museum Jamu Jago Gelanggang Renang OASIS 4 Kampoeng Wisata

Taman Lele

Museum Manggala Bhakti Gelanggang Renang Paradise Club

5 Museum Jamu Ny.Meneer Hutan Wisata Tinjomoyo

6 Museum Ronggowarsito Istana Majapahit

7 Taman Budaya Raden

Saleh

Kolam Renang Vila Bukit Mas

8 Puri Maerokoco Kolam Renang Ngaliyan Tirta Indah

9 Taman Margasatwa Wonosari

10 Wonderia

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang (2008).

Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Komponen PAD yang menonjol adalah pajak daerah, retribusi daerah dan laba badan usaha milik daerah. Matarantai industri pariwisata yang berupa hotel/penginapan, restoran/jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan hiburan), usaha perjalanan wisata (Travel agent dan pemandu wisata), convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak. Penerimaan sektor pariwisata tidak terlepas dari peran pajak dan retribusi. Dengan menjumlahkan pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan berbagai retribusi seperti retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi tempat penginapan, retribusi tempat rekreasi dan pendapatan lain yang sah maka akan didapat penerimaan sektor pariwisata.

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Wisata Alam di Semarang

Obyek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Semua obyek yang ada tersebut merupakan target utama atau incaran dari pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata (Suwantoro 1997). Obyek yang menjadi incaran untuk dikunjungi biasanya adalah daerah pantai, alam pegunungan, danau, sungai atau obyek seni budaya serta taman-taman rekreasi lainnya (Yoeti 1997 dalam

Siswanto 2006).

Kota Semarang memiliki daya tarik wisata alam yang masih alami dan menarik, begitu juga Kabupaten Semarang yang merupakan salah satu wilayah Jawa Tengah yang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Kabupaten Semarang memiliki beberapa obyek wisata alam yang cukup potensial untuk program jangka panjang, seperti Taman Rekreasi Bukit Cinta, Wana Wisata Penggaron, Air Terjun Semirang, Wana Wisata Umbul Songo, Taman Wisata Kopeng, Desa Wisata Sidomukti, dan sebagainya. Obyek wisata alam dan jumlah pengunjung wisata alam di Kota dan Kabupaten Semarang pada tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4 Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang tahun 2009

N o Obyek Wisata Alam

Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa)

Jumlah 1 tahun Pengunjung nusantara Pengunjung mancanegara 1 Pantai Marina 8.538 0 8.538 2 Goa Kreo 34.452 234 34.686

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang (2009)

Obyek wisata alam di Semarang yang diteliti adalah: Pantai Marina, Goa Kreo, Air terjun Semirang dan Candi Gedongsongo, Bukit Cinta, Wana Wisata Umbul Songo, Kartika Wisata Kopeng, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran, Langen Tirto, Umbul Sidomukti dan Rawa Permai. Dari kriteria yang dikembangkan maka obyek

(40)

wisata yang diteliti yaitu Pantai Marina, Goa Kreo, Air terjun Semirang dan Candi Gedongsongo.

Tabel 5 Jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Semarang tahun 2009

N o Obyek Wisata Alam

Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa)

Jumlah 1 tahun Pengunjung Nusantara Pengunjung Mancanegara

1 Air terjun Semirang 11.741 0 11.741

2 Candi Gedongsongo 154.016 1.230 155.246

3 Bukit Cinta 29.269 0 29.269

4 Wana Wisata Umbul Songo 12.312 0 12.312

5 Kartika Wisata Kopeng 42.217 62 104.217

6 Bandungan Indah 23.024 0 23.024

7 Wana Wisata Penggaron 12.686 0 12.686

8 Wisata Agro Tlogo 3.659 1.809 5.468

9 Kampung Kopi Banaran 58.117 129 187.117

10 Langen Tirto 28.275 115 143.275

11 Umbul Sidomukti 91.201 0 91.201

12 Rawa Permai 21.248 163 184.248

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang (2009)

Jumlah pengunjung wisata alam di Semarang dapat dilihat pada tiga tahun terakhir, yaitu pada Gambar 3 yang menunjukkan jumlah pengunjung wisata alam di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang pada tahun 2007-2009. Pada tahun 2008 di obyek wisata alam Air Terjun Semirang, tidak diperoleh data jumlah pengunjung wisata sehingga pada Gambar 3 terlihat seperti terjadi penurunan jumlah pengunjung.

Pada tahun 2008 jumlah pengunjung wisata alam di obyek wisata Goa Kreo, Candi Gedongsongo, Wana wisata Umbul Songo, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran, Langen Tirto, dan Umbul Sidomukti mengalami kenaikan jumlah pengunjung dari tahun sebelumnya. Kenaikan jumlah pengunjung pada tahun 2009 terjadi di obyek wisata Air Terjun Semirang, Bukit Cinta, Kartika Wisata Kopeng, Wisata Agro Tlogo, Langen Tirto dan Rawa Permai. Dari semua obyek wisata alam, Candi Gedongsongo merupakan obyek wisata alam yang jumlah pegunjung tertinggi mencapai 165.409 pengunjung pada tahun 2008, karena obyek wisata alam Candi Gedongsongo telah banyak diketahui oleh masyarakat, baik yang ada di sekitar Semarang maupun di luar Kota Semarang. Selain berekreasi, pengunjung juga mendambakan udara sejak

(41)

pegunungan, pemandangan indah dan suasana alami. Hal ini terjadi di obyek wisata alam pegunungan, begitu juga pada obyek wisata alam Umbul Sidomukti mengalami kenaikan yang tajam dari 25.989 pengunjung (tahun 2007) menjadi 97.864 pengunjung (tahun 2008).

Penurunan jumlah pengunjung pada tahun 2008 terjadi pada obyek wisata alam Pantai Marina, Bukit Cinta, Kartika Wisata Kopeng, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron dan Rawa Permai. Penurunan jumlah pengunjung pada tahun 2009 terjadi pada obyek wisata alam Pantai Marina, Goa Kreo, Candi Gedongsongo, Wana Wisata Umbul Songo, Bandungan Indah, Wana Wisata Penggaron, Wisata Agro Tlogo, Kampung Kopi Banaran dan Umbul Sidomukti.

Berikut merupakan empat obyek wisata alam yang menjadi objek dalam penelitian, yaitu:

1) Pantai Marina Semarang

Kawasan Pantai Marina Semarang terletak di sebelah utara Kota Semarang, tepatnya di dalam lingkup Kecamatan Tawangsari. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota dan kawasan bisnis Semarang, yaitu Tugu Muda dan Simpang Lima, berada pada lingkungan perumahan eksklusif (Puri Anjasmoro, Royal Family Residence, Perumahan Semarang Indah, dan Perumahan Grand Marina) serta berdekatan dengan Kawasan Pekan Raya Promosi dan Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah dan Puri Maerokoco (Taman Miniatur Jawa Tengah). Obyek wisata

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 Jumlah Pengunjung Tahun 2007 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2008 (Jiwa) Jumlah Pengunjung Tahun 2009 (Jiwa)

Gambar 3 Jumlah pengunjung wisata alam di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang pada tahun 2007-2009.

(42)

ini dikelola oleh PT. Indo Perkasa Usahatama. Obyek wisata alam Pantai Marina dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

\

Gambar 4 Pintu masuk dan loket obyek wisata Pantai Marina Semarang.

Gambar 5 Obyek wisata Pantai Marina Semarang.

Pada Pantai Marina terdapat kolam renang, sky air, dan speed boot serta keindahan suasana pantai. Pantai Marina pada awalnya diperuntukkan sebagai kawasan hunian elite, namun dengan perkembangan zaman Pantai Marina ini dibuka untuk umum. Banyak masyarakat khususnya Kota Semarang sendiri yang menginginkan sarana rekreasi air yang representatif artinya kawasan tersebut dekat dengan pusat Kota Semarang. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah rekreasi keluarga, memancing, jogging, santai/duduk-duduk menikmati

(43)

pemandangan laut, berperahu, aktivitas pedagang kaki lima dan penjaja keliling. Harga tiket masuk wisata ini Rp 3.500,00 per orang. Beberapa fasilitas di obyek wisata alam Pantai Marina dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Beberapa fasilitas yang terdapat di obyek wisata Pantai Marina Semarang.

2) Goa Kreo

Obyek wisata Goa Kreo terletak di Kampung Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati. Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang. Menurut legenda, Goa Kreo adalah goa yang dahulu kala digunakan untuk semedi Sunan Kalijaga pada saat membawa kayu jati ke Demak. Karena kayu jati terjepit di tebing, maka Sunan Kalijaga beserta pengikutnya istirahat di puncak bukit. Di bukit tersebut Sunan Kalijaga menemukan goa untuk bersemedi, sedangkan pengikutnya istirahat sambil menyiapkan bekal untuk selamatan. Pada saat sedang makan, datanglah empat ekor monyet ekor panjang yang warnanya merah, kuning, putih dan hitam dengan tujuan akan membantu apa yang menjadi kesulitan Sunan Kalijaga dan pengikutnya. Setelah selesai makan malam, mereka bersama-sama berangkat ke tebing tempat kayu terjepit. Berbagai cara kayu tersebut diambil namun sia-sia

(44)

dan pada akhirnya dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian tenggelam dalam ladang dan satu bagian lagi bisa dibawa menuju ke Demak. Pada saat akan pergi, keempat ekor monyet ekor panjang mengikuti Sunan Kalijaga tetapi tidak diperbolehkan. Akhirnya keempat ekor monyet ekor panjang diberi wewenang untuk ngreho yang artinya merawat sungai dan goa. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan monyet ekor panjang yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu. Harga tiket masuk wisata ini Rp 3.500,00 per orang. Obyek wisata alam Goa Kreo dapat dilihat pada Gambar 7 dan monyet ekor panjang penghuni Goa Kreo dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 7 Obyek wisataGoa Kreo.

Perjalanan untuk mencapai mulut goa ini harus menuruni anak tangga yang cukup banyak (Gambar 8). Sekitar Goa Kreo ini terdapat hamparan sawah yang luas, tebing-tebing curam penuh pepohonan dan pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini sehingga tercipta panorama yang indah, namun saat ini akibat pembuatan jalan di perbukitan sekitar goa, air sungai menjadi keruh dan tanah sekitar sungai mengalami longsor. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara

Gambar

Tabel 1  Perbandingan jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kota Semarang      tahun 2008– 2009
Gambar 1  Sistem kepariwisataan.
Gambar 2  Diagram pengambilan responden.
Tabel 3  Obyek wisata/taman rekreasi di Kota Semarang tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian atas kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap kepuasan konsumen, dengan topik penelitian

Dalam perkuliahan ini dibahas Teori Perbandingan Bahasa, Metode Penyelidikan Linguistik Komparatif, Klasifikasi Bahasa, Metode Klasifikasi Bahasa, Asal-usul Bahasa

kuliah kepada Staf Akademik Fakultas. 2) Dosen mengambil Formulir Permohonan Penggantian Jadwal di Staf Akademik Fakultas. 3) Dosen mengisi dan menyerahkan formulir tersebut ke

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan ditambah struktur dan besarnya tarif retribusi pada Balai Benih

kemampuan siswa pada asesmen performans tidak dilihat dari hasil tes pilihan ganda, tetapi melalui suatu kegiatan dalam mengeriakan tugas yang sedikit tehpi

Pada studi ini terdapat 2 alternatif perencanaan sistem jaringan distribusi air yaitu dengan menggunakan jenis pipa yang berbeda serta di analisa dua program yang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Izzatul Yazidhah 2016

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia.. Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia