• Tidak ada hasil yang ditemukan

Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Widya

Laksana

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MENUJU PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2014

(2)

Penanggung Jawab : Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd

Pengarah : Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Prof. Dr. Ketut Suma, M.S

Redaktur : 1. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd 2. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S 3. Dr. Wayan Mudana, M.Si 4. Drs. I. B. Putu Mardana, M.Si 5. Drs. I Nyoman Gita, M.Si

6. Prof. Dr. Naswan Suharsono, M.Pd

Penyunting : 1. Prof. Dr. A.A. Istri Marhaeni, M.A 2. Drs. Gede Gunatama, M.Hum

3. Nyoman Dini Andini, S.St.Par., M.Par 4. Drs. I Putu Panca Adi, M.Pd

5. Drs. Gede Nurjaya, M.Pd

Desain Grafis : 1. Nyoman Mudana, S.Sos 2. Ketut Bratha Semadi 3. I Gede Juliantara

Sekretariat : 1. Made Diah Pradnya Paramita, SE

2. Ida Bagus Ngurah Sidharta Manuaba, SE 3. Ni Ketut Sri Artini

4. Ketut Nata

PENERBIT

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat

Undiksha Singaraja

Jln. Udayana 14C Singaraja-Bali Telepon (0362) 26327 Fax. (0362) 25735

(3)

kemudahan yang diberikan-Nya, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat “ Widya Laksana” Edisi Januari 2014 dapat diterbitkan sebagaimana mestinya.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana menyajikan tulisan tentang pelaksanaan dan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat sivitas akademik Undiksha Tahun 2013/2014 dalam memberdayakan masyarakat menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan karya tulis hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru.

Kami berharap agar jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di lingkungan Undiksha pada umumnya. Selain itu, jurnal ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk melahirkan inovasi dan kreativitas baru.

Mengingat Widya Laksana masih mencari bentuk dan jati dirinya, maka baik isi dan kemasannya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Karena itu, kami mengharapkan sumbang saran dan kritik para pembaca untuk meningkatkan kualitas Widya Laksana pada masa yang akan datang. Salam

(4)

Daftar Isi………iii PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PENEBEL

Oleh Ni Nyoman Parwati, I Nengah Suparta’ I Gusti Putu ...………...1 MINIMALISASI DAMPAK PERKAWINAN POLIGAMI

MELALUI DISEMINASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) PADA MASYARAKAT DESA SONGAN KECAMATAN KINTAMANI

Oleh Ratna Artha Windari...9 PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

BAGI GURU-GURU KIMIA DI KABUPATEN BULELENG Oleh I Wayan Redhana, I Made Kirna, I Nyoman Suardana,

dan I Wayan Subagia...20 PEMANFAATAN BARANG BEKAS LAYAK PAKAI SEBAGAI

ALAT PERAGA BAHASA DI TK WISATA KUMARA DAN TK KUMARA KERTI

Oleh Ni Luh Putu Sri Adnyani, I Made Suta Paramarta, Putu Suarcaya ….…...34

PELATIHAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS KIMIA BERBASIS BUDAYA BALI BAGI GURU-GURU IPA SMP

DI KECAMATAN SUKASADA

Oleh I Nyoman Suardana, I Dewa Ketut Sastrawidana, dan Nyoman Retug...42 MEMBERDAYAKAN GURU UNTUK MELAKSANAKAN

“PROJECT CITIZEN” DALAM RANGKA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

(5)

PELATIHAN MEMBUAT KOMPOS DARI LIMBAH PERTANIAN DI SUBAK TELAGA DESA MAS KECAMATAN UBUD

Oleh Ni Made Wiratini, I Ketut Lasia, Siti Maryam, Nyoman Retug. ...70

PELATIHAN PEMANFAATAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENUNJANG PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI GURU

MATEMATIKA SMP DI KECAMATAN ABANG KABUPATEN KARANGASEM Oleh I Putu Wisna Ariawan...……….…….……….89 .

IBW DI KAWASAN GREENBELT

KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

Oleh Ida Bagus Putu Mardana...………...………….………97 IBW KAWASAN INCLUSIVE

DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG

Oleh I Made Sundayana...111

(6)

PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PENEBEL

oleh,

Ni Nyoman Parwati, I Nengah Suparta’ I Gusti Putu Suharta

Fakultas Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Tujuan dari kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran inovatif pada sekolah dasar di Kecamatan Penebel. Kegiatan P2M ini melibatkan 50 orang guru SD dan Kepala sekolah di Kecamatan Penebel yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan. Dari 50 orang guru yang ikut pelatihan, dipilih 3 orang yang didampingi dalam mengimplementasikan media inovatif pada kelas dan sekolah masing-masing. Pelaksanaan kegiatannya, sebagai berikut: (1) Melaksanakan pelatihan tentang cara mengimplementasikan media pembelajaran matematika inovatif dalam kegiatan pembelajaran selama satu hari. (2) Membimbing guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran inovatif dalam kelas yang sesungguhnya selama dua bulan. (3) Melakukan penilaian terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP dan mengimplementasikan media pembelajaran inovatif dalam kelas. Hasil yang diperoleh dari seluruh kegiatan P2M ini adalah Terbentuk 7 kelompok kerja guru (KKG) dengan masing-masing anggota sebanyak 4 sampai 9 orang, berdasarkan distribusi lokasi sekolah. Rata-rata kemampuan mengajar guru menggunakan media inovatif, berkualitas “baik”. RPP yang disusun guru, berkualitas “baik”. Rata-rata hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari 6,2 sebelum pelaksanaan pembelajaran berbantuan media menjadi 7,4 setelah pelaksanaan pembelajaran berbantuan media. Berdasarkan hasil yang telah dicapai, para guru SD agar senantiasa berupaya secara terus menerus mengembangkan kemampuan profesionalisme guru melalui kegiatan KKG, sehingga masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masing-masing dapat dicarikan solusinya secara bersama-sama Kata-kata kunci: media pembelajaran inovatif, pendampingan.

ABSTRACT

The purpose of the activity at the Dedication to Community (P2M) is improve the knowledge and skills of teachers in implementing innovative learning media in elementary school in district Penebel. This activity involves 50 elementary teachers and school heads in district Penebel implemented in the form of training. From 50 peoples who took training, choose 3 peoples who accompanied implements innovative media in respectively their class and schools. Implementation of activities, as follows: (1) training on how to implement innovative math learning media in a one-day. (2) To

(7)

mentoring teachers in implementing innovative learning media in real classes for two months. (3) Perform an assessment of the ability of teachers in RPP organize and implement innovative learning media in the classroom. The result from all activities P2M are formed 7 teacher working group (KKG) to each member of 4 to 9 peoples, based on the distribution of school location. The average of teacher ability to use innovative learning media is quality of "good". Teachers compiled RPP is quality of "good". The average student math learning outcomes increased from 6.2 to 7.4 after the implementation of the learning media. Based on the results achieved, the elementary school teachers that are constantly working to continuously expand teachers' professional ability through activities KKG, until the problems encountered in the implementation of learning in each class can be sought together solution.

Keywords: innovative learning media, mentoring. 1. Pendahuluan

Lokasi Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan, sekitar 80 km dari kota Singaraja, dengan medan yang cukup berat. Sekolah dasar yang ada di Kecamatan Penebel sebanyak 34 sekolah. Lokasi sekolah, sebagian besar terletak di daerah pedesaan sehingga kegiatan P2M di bidang pendidikan yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Ganesha sangat jarang sampai ke wilayah-wilayah tersebut. Lokasi-lokasi sekolah yang sebagian besar terletak pada daerah yang agak terpencil mengakibatkan para guru jarang terlibat dalam kegiatan-kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi. Sebagai dampaknya pengetahuan dan pemahaman para guru di wilayah ini masih kurang terkait dengan desain pembelajaran yang salah satunya adalah pengembangan media pembelajaran ataupun inovasi-inovasi kegiatan pembelajaran lainnya. Informasi yang sama, juga diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru SD dan kepala sekolah yang ada di Penebel.

Wawancara dengan tiga kepala sekolah yang dipilih secara acak di Kecamatan Penebel, diperoleh informasi bahwa para guru hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran inovatif karena medianya tidak ada dan kemampuan para guru untuk mengembangkannya juga kurang. Hal ini berdampak pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan kurang bermakna dan cenderung bersifat hafalan semata. Sebagai muaranya adalah prestasi belajar siswa masih rendah atau belum tercapai secara optimal. Berdasarkan wawancara tersebut juga diperoleh informasi, para kepala sekolah sangat mengharapkan kegiatan P2M seperti ini agar bisa dilakukan secara berkesinambungan karena menurut mereka para guru di daerah ini sangat

(8)

memerlukan penyegaran-penyegaran materi, baik terkait dengan konsep materi pelajaran maupun kemampuan pedagogiknya.

SD yang ada di Kecamatan Penebel sebanyak 34 dengan guru sebanyak 290 orang. Mempertimbangkan jumlah guru yang cukup banyak, dengan pemahaman yang masih kurang dalam desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan media pembelajaran inovatif maka dipandang perlu untuk mengadakan kegiatan P2M yang melibatkan para guru di daerah ini. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi para guru dan siswa di sekolah tersebut agar mau melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara lebih efektif dan inovatif. Di samping itu, agar para guru khususnya dalam mengajar mau melakukan inovasi-inovasi sebagai bagian dari tugas profesionalismenya. Media pembelajaran yang dikembangkan nantinya, diharapkan mampu memfasilitasi siswa untuk belajar dengan lebih mudah sehingga proses dan hasil belajar dapat dicapai dengan lebih berkualitas, sesuai dengan pendapat Parwati, dkk., 2007; 2008; dan Reigeluth, 1999).

Beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi yang terjadi pada sebagian besar sekolah dasar di kecamatan Penebel adalah sebagai berikut. (1) Pengetahuan dan keterampilan para guru tentang prosedur pengembangan media pembelajaran masih sangat kurang. (2) Pelibatan para guru dalam kegiatan ilmiah masih kurang. (3) Kinerja para guru dalam membuat media pembelajaran inovatif, masih kurang. (4) Penggunaan media pembelajaran inovatif di kelas sangat kurang. Berdasarkan hal ini secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah “ Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran pada Sekolah Dasar di kecamatan Penebel”.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

P2M ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pelatihan (kegiatan peer teaching) dan tahap kedua, pendampingan implementasi media pembelajaran inovatif di sekolah masing-masing. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelatihan implementasi media pembelajaran (praktek peer

(9)

bersama para guru yang dijadikan khalayak sasaran; (b) melaksanakan kegiatan pelatihan selama satu hari.

Kegiatan pada tahap pendampingan implementasi media pembelajaran inovatif di sekolah masing-masing, dilakukan dengan (a) membimbing guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran di sekolah masing-masing selama dua bulan; (b) melakukan penilaian terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran inovatif yang dihasilkan oleh para guru.

Evaluasi dilakukan terkait dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas masing-masing. Sebagai instrumen evaluasi adalah lembar penilaian berupa alat penilaian kemampuan mengajar guru (APKG) termasuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. penilaian terhadap kualitas RPP dan kemampuan mengajar guru dilakukan menggunakan rubrik penskoran dengan skala Likert dengan rentangan skor 1 sampai 5.. Analisis data dilakukan secara deskriptif.

3. Hasil Dan Pembahasan

Hasil yang dicapai melalui kegiatan P2M ini dituangkan dalam bentuk hasil kegiatan pada setiap tahap pelaksanaan, yaitu tahap: perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sebagai berikut. Tahap perencanaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut. (1) Pembentukan dan

pembekalan kelompok kerja guru (KKG) matematika, Pelaksanaan tahap ini didahului

dengan mengundang tim pelaksana untuk mengadakan pertemuan persiapan pelaksanaan dengan melibatkan LPM Undiksha. Kegiatan ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013. Tim pelaksana diberikan pembekalan mengenai maksud, tujuan, rancangan mekanisme program P2M, dan beberapa hal teknis berkaitan dengan metode/teknik pelaksanaan. (2) Sosialisasi program P2M pada dua sekolah

mitra (khalayak sasaran), sosialisasi dilakukan pada bulan Juni 2013 dalam bentuk

rapat koordinasi dengan mengundang semua guru pada sekolah mitra yaitu SD 1 Penebel dan SD 3 Mengesta, Kepala Sekolah, dan Kepala UPTD Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga Kecamatan Penebel, berkenaan dengan program yang

(10)

dilaksanakan. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Tim Pelaksana didampingi oleh LPM Undiksha. (3) Penyusunan program pelatihan, berdasarkan hasil identifikasi, hasil analisis permasalahan yang ada, hasil analisis kebutuhan, dan hasil analisis potensi sekolah, selanjutnya disusun program pelatihan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan selama 1 hari tatap muka, dengan mengundang 50 orang guru SD yang ada di kecamatan Penebel. Pelatihan yang diberikan berupa penyusunan RPP berdasarkan kurikulum 2013 dan prosedur pembuatan media pembelajaran matematika serta cara mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap pelaksanaan tindakan, tindakan dalam kegiatan ini berupa implementasi Program. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam implementasi program adalah sebagai berikut. (a) Pembentukan kelompok-kelompok kerja guru, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September 2013. Berdasarkan distribusi lokasi sekolah, dibentuk 7 kelompok kerja guru dengan masing-masing anggota sebanyak 4 sampai 9 orang. (b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru tentang implementasi media pembelajaran matematika di kelas. Kegiatan ini dilakukan melalui pemberian pelatihan, pelaksanaan dilakukan pada tanggal 21 September 2013 bertempat di SD 1 Penebel. (c) pendampingan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika di kelas. Kegiatan ini dilakukan sampai akhir bulan Oktober.

Tahap Observasi dan Evaluasi, observasi dilakukan terhadap keterampilan guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran matematika dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Instrumen yang digunakan berupa catatan lapangan. Beberapa hal yang diobservasi adalah kendala-kendala, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran berbantuan media inovatif di kelas. Kendala yang dihadapi sebagian besar guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berbantuan media inovatif adalah penguasaan terhadap materi matematika masih kurang. Media yang digunakan masih secara klasikal, penggunaannya belum bisa dimanipulasi langsung oleh siswa. Namun, melalui penggunaan media yang dipandu oleh guru siswa telah berhasil belajar dengan cara yang lebih bermakna karena mereka dipandu untuk bisa menemukan konsep dari simulasi media tersebut, hal ini didukung oleh pendapat Smaldino, dkk., 2008 dan Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 yang

(11)

mengatakan bahwa dengan melaksanakan pembelajaran berbantuan media inovatif siswa akan belajar secara bermakna.

Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan media pembelajaran matematika dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Instrumen yang digunakan adalah alat penilaian kemampuan guru (APKG) yang diadopsi dari APKG sertifikasi guru rayon 21 Undiksha tahun 2013. Evaluasi dilakukan pada tiga orang guru yang dipilih, yaitu masing-masing pada sekolah: SD 1 Penebel, SD 2 Penebel, dan SD 3 Mengesta. Hasil evaluasi adalah rata-rata kemampuan mengajar guru menggunakan media pembelajaran matematika yang telah dikembangkan berkualitas “baik” dan RPP yang disusun guru, berkualitas “baik”. Rata-rata hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari 6,2 sebelum pelaksanaan pembelajaran berbantuan media menjadi 7,4 setelah pelaksanaan pembelajaran berbantuan media.

Tahap refleksi, refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelebihan-kelebihan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menetapkan rekomendasi terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya. Hasil refleksi adalah perlu dilakukan suatu upaya untuk membantu meningkatkan penguasaan guru terhadap materi matematika SD. Perlu dilakukan pengembangan media yang memungkinkan untuk bisa dimanipulasi langsung oleh siswa secara mandiri.

Kegiatan P2M yang dilaksanakan pada guru-guru SD di Kecamatan penebel telah berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari animo guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan sangat tinggi, terbukti dengan kehadiran para guru untuk mengikuti kegiatan mencapai 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa para guru menyambut positif kegiatan yang telah dilakukan. Sesuai dengan harapan para sekolah, mereka sangat mengharapkan adanya kegitan-kegiatan yang sifatnya memberi penyegaran bagi para guru di daerah ini, baik terkait dengan pendalaman materi bidang studi ataupun terkait dengan metode mengajar, mengingat hampir 60% dari para guru sudah berumur di atas 40 tahun.

Kepala sekolah, kepala UPTD, dan pengawas, menyambut antusias terkait pelaksanaan kegiatan P2M ini. Pengawas yang hadir, berharap agar dilakukan kegiatan

(12)

secara berkesinambungan dan disarankan untuk mengembangkan media yang disusun untuk materi-materi yang lain. Pengawas dan kepala UPTD juga berharap agar ada pembinaan dari perguruan tinggi di daerah ini untuk meteri olimpiade.

Dalam kegiatan pelatihan, para guru sangat antusias dalam mempraktekkan alat-alat peraga (media) yang telah disusun dalam kegiatan peer teaching. Banyak masukan yang diberikan, baik oleh para guru ataupun oleh tim pelaksana P2M terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbantuan media inovatif. Masukan yang diberikan oleh tim pelaksana P2M lebih banyak terkait dengan pendalaman materi bidang studi terkait dengan media yang dikembangkan, misalnya materi tentang pengertian simetri putar dan cara mengajarkannya menggunakan media. Sebanyak tujuh alat peraga yang sempat disimulasikan dan kemampuan mereka berkualitas cukup dan baik. Dari 50 orang guru yang mengikuti pelatihan dipilih 3 orang yang didampingi untuk melaksanakan pembelajaran matematika berbantuan media inovatif pada kelas dan sekolah di masing-masing.

Melalui kegiatan pendampingan, pelaksanaan pembelajaran berbantuan media inovatif dapat berlangsung dengan baik. RPP yang disusun disesuaikan dengan kurikulum 2013, dengan menyusun RPP tematik. RPP yang disusun berkualitas baik. Kemampuan guru yang dinilai menggunakan APKG, berkualitas baik. Rata-rata hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari sebelum pelaksanaan pembelajaran berbantuan media dengan setelah pelaksanaan pembelajaran berbantuan media.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan P2M ini adalah masalah waktu pelaksanaan sering terganggu dengan adanya hari-hari libur keagamaan dan kegiatan-kegiatan yang lain. Di samping itu masalah yang cukup mengganggu adalah keterlambatan pencairan dana, sehingga waktu pelaksanaan kegiatan menjadi mundur, tidak bisa berlangsung sesuai dengan rencana. Namun, semua kendala dan masalah yang muncul telah dicarikan solusinya, yaitu dengan melaksanakan kegiatan pelatihan pada hari sabtu dan lebih banyak kerja dalam kelompok kerja guru (KKG). Dengan demikian kegiatan P2M ini telah berlangsung dengan baik.

(13)

4. Penutup

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat disimpulkan bahwa telah terbentuk 7 kelompok kerja guru (KKG) dengan masing-masing anggota sebanyak 4 sampai 9 orang, berdasarkan distribusi lokasi sekolah. Rata-rata kemampuan mengajar guru menggunakan media pembelajaran matematika yang telah dikembangkan, berkualitas “baik” demikian juga dengan RPP yang disusun guru, berkualitas “baik”. Setelah pelaksanaan pembelajaran berbantuan media, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 6,2 menjadi 7,4. Oleh karena itu, para guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya untuk materi matematika, agar menggunakan media yang inovatif, karena siswa akan belajar dengan cara yang bermakna dan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD. Disamping itu, para guru SD agar senantiasa berupaya secara terus menerus mengembangkan kemampuan profesionalisme guru melalui kegiatan KKG, agar masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masing-masing dapat dicarikan solusinya secara bersama-sama.

DAFTAR PUSTAKA

Parwati, N.N., Mariawan, I. M., & Suarsana, I. M. 2007. Peningkatan Profesionalisme Guru Matematika Melalui Pelatihan Implementasi Model-model Pembelajaran Berbantuan Alat Peraga Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar No 3 Mengesta. Laporan

P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.

Parwati, N.N. & Mariawan, I. M. 2008. Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru-guru SD di Kabupaten Tabanan. Laporan P2M. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.

Reigeluth, C. M. 1999. Instructioanl-design theories and models: A new paradigm of

instructional theory. Volume II. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,

Publishers.

Smaldino, S.E. , Lowther, D.L. & Russell, J.D. 2008. Instructional Media and

Technology for Learning. 9th Edition. Upper Saddle Rive NJ: Pearson Education, Inc.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisem Pendidikan Nasional. 2003.

(14)

MINIMALISASI DAMPAK PERKAWINAN POLIGAMI

MELALUI DISEMINASI UU NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) PADA MASYARAKAT

DESA SONGAN KECAMATAN KINTAMANI

oleh,

Ratna Artha Windari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta kesadaran hukum khususnya bagi ibu rumah tangga serta generasi muda Desa Songan terhadap ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). sehingga dikemudian hari jika terjadi KDRT akibat perkawinan poligami masyarakat Metode pengabdian adalah “RRA dan PRA” (rural rapid appraisal dan participant

rapid appraisal). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa setelah diberikan diseminasi oleh

tim Pakar Hukum dari Undiksha Singaraja masyarakat Desa Songan menjadi memiliki pengetahuan yang jelas dan utuh mengenai: (1) hakekat kekerasan dalam rumah tangga, (2) para peserta desiminasi memahami bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, baik dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau penelantaran rumah tangga, (3) upaya penanggulangan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, (4) sanksi hukum bagi yang melakukan kekerasan rumah tangga, dan (5) implikasi perilaku KDRT yang dilakukan terhadap anak dan kaum perempuan.

Kata-kata kunci: minimalisasi, poligami, kekerasan dalam rumah tangga, desa Songan.

ABSTRACT

The purpose of community service activities are to develop the knowledge and awareness of the law, especially for housewives and young generation Rural Songan to the provisions of Act No. 23 of 2004 on the Elimination of Domestic Violence (domestic violence). until later in case of domestic violence due to polygamy society devoted method is "RRA and PRA" (rapid rural appraisal and rapid appraisal participant). The results showed that after a given activity by a team of Legal Experts dissemination of Singaraja Undiksha villagers Songan to have a clear and complete knowledge of: (1) the nature of domestic violence, (2) the dissemination of the participants understand that each person is prohibited from domestic violence stairs to the person within the scope of the household, either by means of physical violence, psychological violence, sexual abuse, or neglect of household, (3) prevention of

(15)

domestic violence, (4) penalties for those who commit domestic violence, and (5) the implications of the behavior of domestic violence committed against children and women.

Keywords: minimization, polygamy, domestic violence, Songan village. 1. Pendahuluan

Masyarakat Desa Songan merupakan masyarakat yang simbolik dengan poligami. Tradisi poligami bagi masyarakat Desa Songan merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dianggap sebagai bentuk “kejantanan” laki-laki yang memang dominan dalam berbagai aspek. Berdasarkan data statistik Desa Songan tercatat sebanyak 89 keluarga dari 423 kepala kelurga melakoni poligami (Data Statistik Desa Songan Kintamani Tahun 2010). Menurut staf desa Songan data ini merupakan data jumlah kepala keluarga yang melaporkan diri melakukan poligami pada kepala dusun atau pada kepala desa, sedangkan yang lebih banyak tidak melaporkan diri ke-kantor kepala desa alias kawin secara adat, sehingga tidak tercatat dalam data statistik desa. Hal ini berarti, secara realitas kepala keluarga yang melakoni poligami jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang terdapat di dalam data statistik desa. Jumlah ini disinyalir akan terus bertambah, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah perkawinan yang dilangsungkan oleh kaum muda masyarakat Desa Songan. Secara sosial budaya, praktek poligami yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Songan diterima oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang melakoni poligami. Di sisi lain salah satu dampak dari perkawinan poligami yang seringkali diabaikan dalam masyarakat adalah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga baik terhadap anak maupun istri

Secara geografis dan sosiologis kelompok-kelompok masyarakat desa songan yang menganut kebiasaan berpoligami dapat dipetakan menjadi tiga kelompok, yaitu : (1) masyarakat yang tinggal didaerah pedalaman, seperti daerah kayuselem dan bubung. Masyarakat di daerah pedalaman yang cenderung terisolir ini mengangap poligami merupakan simbolisasi kemampuan dan keberhasilan laki-laki, serta memanfaatkan praktek poligami sebagai hiburan, karena memang daerah-daerah ini sangat minim sentuhan hiburan, (2) kelompok masyarakat yang pendidikannya masih rendah. Kelompok masyarakat ini cenderung mencoba melepaskan diri dari masalah dan beban

(16)

terhadap punduhan (satu keturunan). Kelompok masyarakat ini menjadikan hubungan kekerabatan harus terus dipertahankan sebagaimana ikatan ketela rambat yang terus terikat.

Poligami merupakan praktek perkawinan seorang pria dengan dua atau lebih perempuan. Praktek poligami yang di beberapa daerah dianggap sebagai simbol kejantanan dan keperkasaan pria tidak terlepas dari pengaruh budaya patriarkhi yang memposisikan kaum pria lebih tinggi dibandingkan kaum perempuan. Salah satu dampak negatif yang sangat besar dari perkawinan poligami adalah terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-istri dan anak-anak mereka yang dipicu dari dijalankannya perkawinan poligami adalah mulai dari tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak-anak, ancaman dan teror serta pengabaian hak seksual istri. Meskipun hukum mengatur secara tegas sanksi yang dikenakan kepada pelaku KDRT namun dalam sebagian besar kasus KDRT di Indonesia, khususnya pada masyarakat Desa Songan seringkali tidak dilaporkan ke pihak berwajib atau aparat kepolisian. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman masyarakat Desa Songan tentang hak-hak korban KDRT dan perlindungan hukumnya, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2004.

Tujuan utama kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta kesadaran hukum khususnya bagi para ibu rumah tangga serta generasi muda (karang taruna) Desa Songan terhadap hukum penghapusan KDRT (UU No. 23 Tahun 2004), sehingga dikemudian hari jika terjadi KDRT akibat perkawinan poligami masyarakat sudah mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan untuk melindungi kaum perempuan dan anak-anak yang mengalami hal tersebut.

Mengingat sedemikian urgennya permasalahan KDRT akibat poligami pada masyarakat Desa Songan Kintamani dan implikasinya terhadap perlindungan perempuan, maka program ini disinyalir akan dapat memberikan manfaat bagi : (1) ibu rumah tangga dan karang taruna, program pengabdian masyarakat ini akan mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang hukum penghapusan KDRT (UU No. 23 Tahun 2004), dan (2) kaum perempuan, program pengabdian

(17)

masyarakat ini akan mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang perlindungan hukum terhadap tindak KDRT.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan para ibu rumah tangga dan karang taruna di Desa Songan Kecamatan Kintamani dalam memahami hukum penghapusan KDRT (UU No. 23 Tahun 2004) dengan sistem jemput bola. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka rancangan yang dipandang sesuai untuk dikembangkan adalah “RRA dan PRA” (rural rapid appraisal dan participant rapid appraisal). Di dalam pelaksanaannya, program ini akan mengacu pada pola sinergis antara tenaga pakar dan praktisi dari Universitas Pendidikan Ganesha. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah Kabupaten setempat, khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan ibu rumah tangga dan generasi muda (karang taruna) Desa Songan Kecamatan Kintamani secara cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan masyarakat setempat

Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah atau perguruan tinggi. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan seluruh karang taruna yang ada di Desa Songan Kecamatan Kintamani, yang masing-masing banjar akan diwakili 10 orang dengan proporsi berimbang antara ibu rumah tangga dengan pemuda pemudi, sehingga jumlah pesertanya sebanyak 130 orang. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan kaum ibu rumah tangga dan juga generasi muda Desa Songan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan menyebarluaskannya pada masing-masing banjar yang ada di Desa Songan.

(18)

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Songan Kintamani dalam kaitannya dengan masalah kekerasan rumah tangga yang disebabkan karena perkawinan poligami yang tidak didasarkan pada syarat-syarat UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, maka pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini telah dilakukan dalam bentuk sosialisasi kepada keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga yang melakukan poligami pada masyarakat Desa Songan. Dipilihnya sasaran keluarga yang rentan terhadap kekerasan pada rumah tangga, khususnya keluarga yang melakukan poligami, karena keluarga yang melakukan poligami selama ini paling sering mengalami berbagai persoalan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Di sisi lain, keluarga poligami diharapkan mampu menyebarluaskan kepada masyarakat lain yang ada di Desa Songan tentang akibat kekerasan rumah tangga, baik secara hukum maupun secara psikologis terhadap korban dan keluarga.

Diseminasi UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Masyarakat Desa Songan Kecamatan Kintamani ini dilaksanakan pada bulan September di Balai Banjar Toya Bungkah Kecamatan Kintamani dengan keterlibatan penuh seluruh tim yang memiliki spesifikasi kepakaran di bidang hukum. Adapun alur diseminasi UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Masyarakat Desa Songan Kecamatan Kintamani, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap: (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan sosialisasi, (b) melakukan koordinasi dengan karang kepala Desa Songan dan peserta pelatihan, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan, dan (e) menyiapkan jadwal pelatihan selama 1 hari efektif, 2) tahap pelaksanaan, yang terdiri dari : (a) melakukan sosialisasi UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pada Masyarakat Desa Songan Kecamatan Kintamani, (b) diskusi terbatas mengenai efek Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi kesimpulan sosialisasi oleh peserta, (b) refleksi dan tes dari pakar, dan (c) memberikan penilaian terhadap tes yang diberikan pada peserta sosialisasi.

(19)

Pada proses diseminasi para peserta sangat antusias mendengarkan dan memahami UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menjadi dasar dalam menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga. Pada proses sosialisasi terungkap sebenarnya telah banyak terjadi kejadian kekerasan rumah tangga di Desa Songan Kintamani, namun tidak sampai diajukan ke ranah hukum, baik oleh korban maupun orang yang mengetahui kejadian tersebut. Berbagai persoalan yang terjadi di dalam rumah tangga dianggap sebagai pristiwa yang bersifat “kekeluargaan” dan tidak ada payung hukum yang dapat menyentuh “hakekat kekeluargaan tersebut”, sehingga mesti diselesaikan secara pribadi antar anggota keluarga. Apalagi yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga adalah suami yang menjadi kepala keluarga, sudah dianggap sebagai sesuatu yang lazim berlaku dan tabu untuk diungkit-ungkit atau disampaikan pada orang lain.

Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada masyarakat Desa Songan Kintamani pada umumnya menimpa kaum perempuan dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena kaum perempuan, khususnya yang melakoni “memadu” (dipoligami) menjalani “persaingan” diantara istri-istri untuk mendapatkan perhatian suami, sehingga cenderung menuruti apapun yang menjadi kemauan suami. Di sisi lain kaum perempuan secara fisik lebih lemah diabndingkan dengan kaum laki-laki. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu untuk melakukan tidakan yang semena-mena, yang pada dasarnya telah mengarah dan termasuk dalam kekerasan rumah tangga. Pada proses sosialisasi juga terekam, baik kaum perempuan, anak-anak dan laki-laki yang mengikuti proses sosialisasi tidak mengetahui adanya undang UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menjadi jaminan perlindungan dan payung hukum terhadap kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Mereka berasumsi persoalan rumah tangga merupakan persoalan yang bersifat kekeluargaan, sehingga tindakan apapun yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya tidak dapat dikenakan sanksi. Asumsi ini juga melekat pada kaum perempuan dan anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, sehingga tidak berani menceritakan atau melaporkan kepada pihak yang berwajib berkaitan dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami atau orang tuanya. Bahkan,

(20)

dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah terjadi. Padahal dalam konsideran UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Disamping itu, segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Adanya konsideran dan aturan hukum ini tidak diketahui dan dipahami oleh masyarakat Desa Songan Kintamani.

Adapun jenis kekerasan rumah tangga yang dialami adalah dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. Dari proses sosialisasi terungkap kekerasan rumah tangga yang paling sering terjadi pada anggota keluarga yang melakoni poligami adalah kekerasan psikis dan penelataran rumah tangga. Hal ini disebabkan karena perkawinan poligami pada masyarakat Desa Songan yang hanya dilalui dengan proses adat, tidak mendapatkan pengakuan secara hukum nasional, kerana tidak tercatat dikantor catatan sipil. Kondisi ini menyebabkan secara hukum nasional perkawinannya dinggap tidak pernah terjadi dan anak yang terlahir dari hubungan poligami tidak mendapatkan pengakuan secara hukum nasional. Sehingga, anak yang terlahir dari poligami secara hukum nasional tidak mempunyai hak atas apa yang dimiliki oleh bapaknya. Hal ini juga berimplikasi pada perempuan yang dipoligami, dimana mereka tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk menuntut suaminya, karena tidak tercatat di kantor catatan sipil. Kondisi ini menyebabkan laki-laki yang melakoni poligami merasa memiliki kekuasaan secara penuh atas istri-istri dan anak-anak yang terlahir dari proses perkawinan poligami yang dilakoni.

Negara secara hukum melalui pasal 10 UU No.23 Tahun 2004 memberikan beberapa hak terhadap korban KDRT, yakni korban berhak mendapatkan: (a) perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, (b) advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun, (c) berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; (d) pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; (e) penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

(21)

(f) pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (g) pelayanan bimbingan rohani. Disamping perlindungan tersebut, apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga maka pasal 26 dan pasal 27 juga mengatur sebagai berikut: (a) korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara, (b) korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara, dan (c) dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setelah diberikan sosialisasi oleh tim pakar hukum dari Undiksha Singaraja, masyarakat di Desa Songan Kecamatan Kintamani dapat memahami dengan jelas UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Bahkan para peserta dapat mengetahui bahwa undang- undang tersebut akan mengikat semua masyarakat, termasuk anggota keluarga yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Para peserta juga mengetahui jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga dan akibat hukumnya, jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga, khususnya bagi para pelaku, walapun itu anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi dan evaluasi yang dilakukan oleh pakar hukum Undiksha, terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi. Berdasarkan evaluasi tindak lanjut yang dilakukan, ditemukan bahwa para peserta yang mengikuti desiminasi UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di memiliki pengetahuan yang konsisten mengenai hakekat kekerasan dalam rumah tangga, jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga serta akibat hukumnya jika melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Dengan demikian, sesuai dengan kriteria keberhasilan program desiminasi ini, maka sosialisasi ini akan dinilai berhasil apabila mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta sosialisasi tentang UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

(22)

Berdasarkan hasil evaluasi tidak lanjut juga terekam, beberapa manfaat praktis yang diperoleh oleh peserta desiminasi Desa Songan Kecamatan Kintamani melalui sosialisasi UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat kekerasan dalam rumah tangga, (2) para peserta desiminasi memahami bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, baik dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau penelantaran rumah tangga.Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan seksual meliputi: pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu, (3) upaya penanggulangan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, (4) sanksi hukum bagi yang melakukan kekerasan rumah tangga. Para peserta memahami sanksi pidana yang akan dikenakan kepada pelaku, sebagaimana tercantum dalam pasal 44 sampai dengan pasal 49 UU No.23 Tahun 2004 dengan hukuman penjara minimal 4 (empat) bulan dan maksimal 20 tahun, serta denda mulai dari Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) hingga Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Selain pidana sebagaimana tersebut diatas, hakim juga dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa (pasal 50): (1) Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku; dan (2) Penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu, dan (5) Implikasi perilaku KDRT yang dilakukan oleh sang suami kepada dirinya akan menimbulkan beberapa hal seperti: (1) rasa traumatis yang dalam seperti munculnya perasaan takut dan cemas terus menerus, (2) hilangnya rasa percaya diri, (3) hilang kemampuan untuk bertindak dan menjadi tidak berdaya, (4) bisa mengakibatkan kematian akibat kekerasan fisik, pembunuhan, atau bunuh diri, (5) adanya trauma fisik berat, (6) trauma fisik dalam kehamilan yang beresiko

(23)

terhadap ibu dan janin, (7) kehilangan akal sehat atau gangguan jiwa, (8) paranoid atau perasaan curiga terus menerus kepada orang lain, (9) gangguan psikis berat seperti depresi, sulit tidur, disfungsi seksual, kurang nafsu makan, kelelahan kronis dan lain sebagainya

4. Penutup

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat pada masyarakat Desa Songan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu : (1) Masyarakat Desa Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, belum memiliki pengetahuan yang jelas mengenai UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Selama ini prilaku atau tindakan kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai dianggap sebagai pristiwa yang bersifat “kekeluargaan” dan tidak ada payung hukum yang dapat menyentuh “hakekat kekeluargaan tersebut”, sehingga mesti diselesaikan secara pribadi antar anggota keluarga. Apalagi yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga adalah suami yang menjadi kepala keluarga, sudah dianggap sebagai sesuatu yang lazim berlaku dan tabu untuk diungkit-ungkit atau disampaikan pada orang lain; (2) Setelah diberikan diseminasi oleh tim, masyarakat Desa Songan memiliki pengetahuan yang jelas dan utuh mengenai (a) hakekat kekerasan dalam rumah tangga, (b) para peserta desiminasi memahami bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, baik dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau penelantaran rumah tangga, (c) upaya penanggulangan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, (d) sanksi hukum bagi yang melakukan kekerasan rumah tangga, dan (e) implikasi perilaku KDRT yang dilakukan terhadap anak dan kaum perempuan; (3) Program ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam memahami hakekat kekerasan dalam rumah tangga, jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga, cara penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga, sanksi hukum bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan implikasi kekerasan dalam rumah tangga terhadap korban (perempuan, maupun anak-anak).

Saran yang layak dipertimbangkan, antara lain: (1) Bagi laki-laki yang melakukan poligami, hendaknya dapat memberikan perlakukan yang adil terhadap

(24)

semua istri dan anak-anak. Penyelesaian persoalan di dalam keluarga semestinya dilakukan secara demokratis dan terbuka, sehingga tidak menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yang pada akhirnya merugikan anak-anak dan kaum perempuan; (2) Bagi kaum perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, hendaknya menyampaikan penindasan yang dilakukan oleh suaminya kepada pihak yang berwajib, sehingga dapat diproses dan menjadi pelajaran bagi laki-laki yang doyan melakukan kekerasan terhadap anak dan perempuan; (3) Bagi tokoh masyarakat, hendaknya memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku kekerasan dalam rumah tangga yang sering dilakukan oleh laki- laki yang melakoni poligami.

DAFTAR PUSTAKA

Daweg, (1968). Babad Desa-desa di Bali. Bangli: Deppen Kabupaten Bangli

Dina. (2008). Poligami Menurut Pandangan Islam dan Siswa-Siswi SMA 38 Jakarta. (Makalah). Jakarta

Kaler, I.G.K. (1983) Butir-butir Tercecera tentang Adat Bali. Denpasar Bali Agung.

Komnas Perempuan, (2002). Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia, Jakarta: Ameepro

Ratna. (2007). Negara Wajib Mengatur Poligami. (Makalah). Disarikan dalam Harian Umum Warta Kota 12 Mei 2007

Panetje Gede, (1989) Aneka Catatan Tentang Hukum Adat Bali : Denpasar ; Guna Agung

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D, Bandung: ALFABETA

Yuarsi, Susi Eja, (2002). Tembok Tradisi dan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan, Yogyakarta: Kerjasama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM dengan Ford Foundation

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1

Undang-Undang N0.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95

(25)

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU KIMIA DI KABUPATEN BULELENG

oleh,

I Wayan Redhana, I Made Kirna, I Nyoman Suardana, dan I Wayan Subagia Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

Tujuan kegiatan P2M ini adalah menghasilkan produk berupa artikel ilmiah yang siap diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia (JPKimIa) melalui pelatihan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan meliputi berkoordinasi dengan MGMP Kimia Kabupaten Buleleng mengenai jadwal dan tempat pelaksanaan P2M, pelatihan pencarian informasi atau browsing internet, pembekalan penulisan artikel ilmiah, pelatihan menganalisis artikel jurnal yang telah dipublikasikan, dan pembuatan artikel ilmiah. Jumlah peserta kegiatan sebanyak 30 orang guru-guru kimia. Hasil kegiatan P2M adalah guru-guru kimia sangat antusias mengikuti pelatihan P2M.

Kata-kata kunci: pelatihan, artikel ilmiah, guru kimia ABSTRACT

The purpose of this activity is to produce a product P2M be prepared scientific articles published in the Journal of Chemical Education Indonesia (JPKimIa) through training. Training activities undertaken include coordination with Chemistry MGMPs Buleleng on schedule and place of P2M, training information search or browse the internet, debriefing writing scientific articles, analyzing training journal articles have been published, and the manufacture of scientific articles. The number of participants in as many as 30 teachers of chemistry. Results P2M activities are chemistry teachers are very enthusiastic about the training P2M.

Key words: training, scientific articles, chemistry teacher

1. Pendahuluan

Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

(26)

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, peranan guru dalam memajukan pendidikan dan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dan strategi.

Mengingat pentingnya peranan guru dalam memajukan pendidikan nasional dan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, guru yang berkualitas di masa sekarang dan di masa yang akan datang mutlak diperlukan. Untuk itu, pemerintah melalui Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara mengeluarkan Permenegpan Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Angka Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Unsur dan subunsur kegiatan guru yang dinilai angka kreditnya meliputi pendidikan, pembelajaran/ pembimbingan, pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan penunjang. Pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi subunsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Publikasi ilmiah dapat meliputi publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal dan publikasi buku teks pelajaran. Pada Pasal 16 Ayat (2) dinyatakan bahwa “Untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi dari guru pertama, pangkat penata muda, golongan ruang IIIa sampai dengan guru utama, pangkat pembina utama, golongan ruang IVe wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi subunsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.” Peraturan ini mulai berlaku 1 Januari 2011. Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa guru-guru harus melakukan pengembangan diri jika mengusulkan kenaikan jabatan/pangkat. Salah satu pengembangan diri yang dapat dilakukan oleh guru-guru adalah dengan membuat karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Untuk membantu guru-guru kimia alumni Jurusan Pendidikan Kimia dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau gagasan pemikiran kritisnya, Ikatan Alumni Jurusan Pendidikan Kimia (IKA-Kim) FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) membuat suatu wadah komunikasi ilmiah yang berupa jurnal ilmiah. Jurnal ini kemudian diberi nama Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia (disingkat JPKimIa). Dalam perkembangannya, keberadaan jurnal ini tidak hanya untuk menampung hasil-hasil penelitian dari guru-guru kimia alumni Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha, tetapi juga untuk mempublikasikan karya dari seluruh peneliti, praktisi, pemerhati pendidikan, dan pengembang kurikulum, khususnya dalam bidang pendidikan kimia. Melalui media

(27)

komunikasi berupa JPKimIa ini, para peneliti dan praktisi dalam bidang pendidikan kimia dapat menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan gagasannya kepada masyarakat ilmiah sehingga masyarakat ilmiah dapat mengimplementasikan hasil-hasil penelitian atau gagasan kritis tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita. Selain oleh guru-guru kimia, hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan dalam JPKimIa ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pemangku kepentingan, termasuk dinas pendidikan dan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

JPKimIa terbit dua kali setahun, yaitu periode April dan Oktober. Setiap terbitan memerlukan sekitar 10 artikel. Untuk memperoleh jumlah 10 artikel setiap terbitan atau nomor tentu bukan pekerjaan yang mudah. Memang ada kebijakan di Jurusan Pendidikan Kimia bahwa kekurangan artikel akan dipenuhi dari artikel skripsi mahasiswa S1. Selain itu, kekurangan artikel setiap terbitan akan di-back up oleh artikel dari dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Kimia.

Kenyataannya, jumlah artikel yang diharapkan dari guru-guru kimia alumni Jurusan Pendidikan Kimia sangat kurang. Apa yang menjadi harapan ketika JPKimIa di bentuk yaitu mewadahi hasil-hasil penelitian atau gagasan dari guru-guru kimia, tidak dapat terpenuhi. Dari dua nomor yang sudah terbit, kebanyakan tulisan berasal dari dosen-dosen dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia yang telah menyelesaikan skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia memang mewajibkan kepada mahasiswa agar membuat artikel hasil penelitian dari skripsinya. Artikel inilah yang sementara menjadi penopang pemenuhan artikel JPKimIa.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah. Isi surat edaran tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, untuk lulus program sarjana, mahasiswa harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah. Kedua, untuk lulus program magister, mahasiswa harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti. Ketiga, untuk lulus program doktor, mahasiswa harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal internasional. Ketentuan ini merupakan pemecahan atas masalah paceklik publikasi ilmiah. Pemerintah berasumsi bahwa pengejaran kuantitas publikasi ilmiah dapat dijadikan indikasi peningkatan kualitas karya ilmiah.

(28)

Berkaitan dengan surat edaran tersebut, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia telah memiliki wadah untuk menerbitkan artikel skripsinya dalam JPKimIa (Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia). Oleh karena itu, kehadiran JPKimIa ini juga merupakan solusi bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia yang mungkin sulit menerbitkan artikelnya hasil penelitian skripsinya. Ini berarti, JPKimIa tidak akan kekurangan artikel untuk setiap terbitan, paling tidak disuplai oleh artikel dari hasil penelitian skripsi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Kimia.

Namun, jurnal yang baik adalah jurnal yang mempublikasikan artikel yang berasal dari luar. Dengan kata lain, jurnal tidak hanya memuat artikel dari dalam atau kalangan sendri (Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha), tetapi juga memuat artikel dari luar. Salah satu syarat jurnal agar bisa diakreditasi oleh Dikti adalah artikel yang dimuat paling tidak 60% berasal dari luar. Ini tentu pekerjaan yang tidak mudah.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan artikel yang berasal dari luar, pihak pengelola perlu melakukan sosialisasi JPKimIa kepada penulis luar. Untuk hal ini, sosialisasi telah dilakukan kepada guru-guru kimia yang ada di propinsi Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur ketika rapat IKA-Kim. Pengelola juga telah melakukan sosialisasi JPKimIa ke universitas di luar Undiksha, seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Sriwijaya dengan cara mengirimkan contoh terbitan JPKimIa kepada salah satu dosen di universitas tersebut dan mengimbau dosen yang bersangkutan menulai artikel dan agar mengarahkan mahasiswanya menulis artikel di JPKimIa. Pengelola juga telah membuat web JPKimIa di web Undiksha. Namun, karena JPKimIa belum terakreditasi, para penulis masih enggan memasukkan artilkel atau tulisannya.

Penulis luar yang paling layak disasar adalah guru-guru kimia alumni Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha yang ada di propinsi Bali. Namun, secara umum kemampuan guru-guru kimia menulis artikel ilmiah masih sangat rendah. Untuk itu, melalui kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini, pengelola memberikan pelatihan tentang penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru kimia. Mengingat jangkauan dan jumlah guru-guru kimia yang sangat banyak, kegiatan pelatihan ini dilakukan secara bertahap, yaitu setiap tahunnya dilaksanakan pelatihan di satu kabupaten/kota. Pada tahun 2011, kegiatan pelatihan penulisan artikel bagi guru-guru kimia ini telah

(29)

dilakukan di kabupaten Gianyar. Dari kegiatan di kabupaten Gianyar ini telah dihasilkan dua artikel yang telah terbit di JPKimia. Untuk tahun 2012 ini, kegiatan P2M tentang pelatihan penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru kimia dilaksanakan di kabupaten Karangasem. Sementara itu, kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru kimia pada tahun 2013 ini akan dilaksanakan di kabupaten Buleleng.

Kemampuan guru-guru kimia yang ada di kabupaten Buleleng dalam menulis karya ilmiah secara umum masih sangat rendah, walaupun diakui bahwa beberapa guru-guru kimia telah memiliki kemampuan menulis karya ilmiah yang cukup memadai. Dua orang guru di kabupaten Buleleng yang cukup aktif menulis adalah I Gede Putra Adnyana, S.Pd. M.Pd. (Guru SMAN 2 Busungbiu) dan Drs. I Wayan Soma (Guru SMAN 4 Singaraja). Mereka cukup intensif mengirim tulisan ke redaksi JPKimIa. Drs. I Wayan Soma juga merupakan guru teladan tingkat kabupaten Buleleng pada tahun 2009. Namun, keberhasilan beberapa orang guru kimia ini tidak diikuti oleh guru kimia lainnya. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan rendahnya kemampuan guru-guru kimia di kabupaten Buleleng menulis artikel ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.

Pertama, guru-guru kimia kurang memiliki sumber-sumber informasi, seperti buku dan jurnal. Hal ini dikemukakan oleh beberapa orang guru kimia bahwa mereka tidak memiliki buku atau jurnal sehingga mereka tidak dapat mendukung tulisannya dengan teori-teori yang ada. Demikian juga perpustakaan yang ada di daerah di daerah tidak menyediakan jurnal ilmiah yang memadai untuk mendukung tulisan ilmiah yang dibuat oleh guru-guru. Walaupun mereka tidak memiliki sumber informasi yang memadai, mereka sesungguhnya dapat mengakses atau melakukan browsing informasi di internet. Asalkan mereka dapat menuliskan kata-kata kunci dengan tepat, mereka akan memperoleh informasi dimaksud dengan cepat. Beberapa sekolah terutama mantan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) telah memiliki jaringan internet di sekolahnya. Namun, mereka belum bisa memanfaatkan jaringan internet ini secara maksimal karena mereka kebingungan atau tidak mengetahui cara mengangkses informasi dengan cepat dan tepat. Akibatnya, mereka seperti ayam bertelur di padi, namun mati kelaparan. Artinya, fasilitas internet sudah tersedia, namun mereka belum bisa memanfaatkan fasilitas internet tersebut secara optimal.

(30)

Kedua, guru-guru kimia umumnya tidak memiliki hasil penelitian atau gagasan untuk ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan masalah pertama, yaitu kurangnya tersedia sumber informasi berupa buku dan jurnal tentang pendidikan. Walaupun guru-guru kimia tidak memiliki hasil penelitian untuk ditulis, mereka dapat menulis gagasan inovatifnya. Gagasan ini dapat diperoleh dari membaca hasil-hasil penelitian atau gagasan pemikiran orang lain. Masalah utama adalah mereka malas membaca materi yang berkaitan dengan pendidikan kimia.

Ketiga, kemampuan guru-guru kimia dalam menulis atau menuangkan ide dalam tulisan secara umum masih sangat rendah. Guru-guru kimia umumnya tidak terbiasa menulis. Pekerjaan menulis, dalam hal ini artikel ilmiah, memerlukan latihan dan kebiasaan. Keterampilan menulis ini tidaklah dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan. Orang memiliki keterampilan menulis artikel ilmiah karena mereka berlatih menulis artikel. Hasil tulisannya pasti kurang baik pada awal mereka belajar menulis. Seiring dengan waktu dan latihan yang keras dan sungguh-sungguh, mereka akan dapat melahirkan artikel berkualitas.

Terakhir, guru-guru kimia tidak memahami aturan tata tulis ilmiah dalam jurnal ilmiah. Mereka membuat judul sangat panjang, bahkan mereka mengkopi judul penelitian menjadi judul artikel. Masalah lainnya adalah pembuatan abstrak. Mereka membuat abstrak lebih dari 200 kata, bahkan satu halaman dengan spasi tunggal. Demikian juga dengan jumlah kata kunci. Mereka membuat lebih dari lima kata-kata kunci. Pada bagian pendahuluan, mereka menguraikan terlalu panjang lebar teori dan mereka sering mengambil kalimat atau paragraf dari buku atau tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Di samping itu, tulisan yang dibuat oleh guru-guru kimia sering tidak berkaitan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Sementara itu pada metode penelitian, mereka menulis desain penelitian tidak jelas. Untuk bagian hasil dan pembahasan mereka tidak menyajikan hasil secara ringkas. Rata-rata tidak disertai dengan standar deviasi. Demikian juga sering terjadi penyajian ganda, data yang sama disajikan dalam berbagai bentuk. Artinya, data sudah disajikan dalam bentuk tabel, juga disajikan dalam bentuk grafik. Dalam hal pembahasan, guru-guru tidak membahas temuan secara mendalam, melainkan menarasikan temuan atau

(31)

hasil secara panjang lebar. Demikian juga guru-guru kurang membandingkan temuannya dengan temuan lain yang dihasilkan oleh peneliti lain.

Kondisi di atas akan menjadikan guru-guru kimia sebagai konsumen ide, bukan sebagai produsen ide. Guru-guru kimia hendaknya dapat menghasilkan ide-ide atau gagasan inovatif yang dapat dibagi (di-sharing) kepada sesama profesi. Jika setiap orang guru kimia dapat menghasilkan ide-ide inovatif dan membaginya kepada guru-guru kimia lain, maka ide-ide tersebut akan dapat dimiliki oleh guru-guru-guru-guru lain. Dengan kata lain, proses berbagi (memberi dan menerima) akan dapat berlangsung dengan baik. Inilah yang sesungguhnya disebut sebagai masyarakat ilmiah dan masyarakat belajar (learning community).

Luaran yang diharapkan dari kegiatan P2M ini adalah artikel ilmiah yang siap dipublikasikan dalam JPKimIa. Dengan demikian, rumusan permasalahan yang akan dicari jawabannya setelah guru-guru kimia mengikuti kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Berapa jumlah produk artikel ilmiah yang dapat dihasilkan oleh guru-guru kimia di kabupaten Buleleng yang siap dipublikasikan dalam JPKimIa?, (2) Bagaimana kualitas artikel ilmiah yang dihasilkan oleh guru-guru kimia di kabupaten Buleleng? Manfaat dari kegiatan P2M dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Guru-guru kimia khususnya di kabupaten Buleleng diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis artikel ilmiah. Pengetahuan dan keterampilan ini juga dapat dimanfaatkan oleh guru-guru untuk membimbing karya ilmiah siswa di sekolahnya masing-masing. (2) Dihasilkannya artikel ilmiah dalam bidang pendidikan kimia yang siap diterbitkan dalam JPKimIa sehingga keberlangsungan terbit dari JPKimIa ini dapat dipertahankan. Di samping itu, dengan tersedianya artikel dalam jumlah yang memadai, pengelola JPKimIa dapat menyeleksi artikel yang ada sehingga artikel yang dimuat atau diterbitkan memiliki kualitas yang baik.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Kabupaten Buleleng terletak di bagian utara pulau Bali yang berjarak 80 km dari kota Denpasar. Lokasi kegiatan adalah di SMA Negeri 1 Singaraja yang berjarak sekitar 2 km dari Universitas Pendidikan Ganesha. Lokasi kegiatan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Sasaran dari kegiatan P2M ini adalah

(32)

guru-guru kimia yang tergabung dalam MGMP kabupaten Buleleng yang berjumlah sekitar 30 orang. Kemampuan guru-guru kimia dalam menulis artikel ilmiah masih sangat kurang. Masih sangat sedikit (empat orang) guru-guru kimia yang berasal dari Kabupaten Buleleng yang memasukkan artikelnya ke JPkimIa. Padahal, beberapa guru kimia di kabupaten Buleleng memiliki kemampuan melakukan penelitian dan mampu menulis artikel.

Pemecahan masalah di atas didekati dengan menggunakan kerangka berpikir, seperti ditunjukkan di bawah. Masalah yang ada di lapangan diidentifikasi, kemudian dirumuskan alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian, dari alternatif pemecahan masalah yang berhasil diidentifikasi, dipilih alternatif yang paling mungkin dan tepat sasaran untuk mengatasi masalah yang ada. Setelah memilih alternatif yang paling mungkin dan tepat sasaran, selanjutnya dirumuskan metode kegiatan/pelaksanaan pemecahan masalah.

Metode pelaksanaan kegiatan berupa pelatihan. Waktu Pelaksanaan kegiatan P2M dari tanggal 2 Agustus 2013 sampai dengan 2 Oktober 2013. Kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Berkoordinasi dengan MGMP Kimia kabupaten Buleleng. Penulis berkoordinasi dengan pengurus MGMP Kimia kabupaten Buleleng berkaitan dengan kegiatan pelatihan, terutama mengenai tempat dan jadwal pelaksanaan. Kegiatan pelatihan ini akan dilaksanakan sekitar bulan Juli sampai Agustus 2013. Pengurus MGMP diharapkan dapat membantu penulis menyiapkan prasarana dan sarana penunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan. Pengurus MGMP juga menyurati anggota MGMP untuk menjadi peserta dalam kegiatan pelatihan. Jumlah guru-guru kimia yang terlibat dalam kegiatan P2M ini sekitar 30 orang.

Pelatihan pencarian informasi atau browsing internet. Kegiatan ini diawali dengan pemberian informasi atau pembekalan kepada seluruh peserta tentang cara-cara dan trik-trik cepat pencarian informasi yang berkaitan dengan artikel jurnal, buku, makalah, materi bidang studi, animasi dan video pembelajaran, dan sebagainya di internet. Setelah pembekalan, seluruh peserta berlatih mengakses informasi di internet.

Pembekalan penulisan artikel ilmiah. Pembekalan penulisan artikel ilmiah meliputi tentang pedoman penulisan pada JPKimIa. Untuk artikel hasil penelitian, cakupan

Gambar

Tabel 1. Keterkaitan Tujuan, Metode, dan Bentuk Kegiatan P2M
Tabel 1  Peserta yang Hadir dalam Seminar dan Pelatihan
Tabel 3 Respon Guru terhadap Seminar dan Pelatihan
Gambar 1. Kerangka Konsep Pemecahan Masalah Berbasis   Ergonomi Total
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa mampu menjelaskan manusia ditinjau dari aspek kesehatan baik secara fisik, mental dan sosial dengan memperhatikan etika dan hukum yang berlaku sebagai

Nilai Produksi, Nilai Bahan Baku, dan Nilai Tambah Bidang Usaha Berbahan Baku Pertanian Dalam Subsektor Industri Makanan di Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2010 Atas

Ini dapat memperlihatkan bahwa pada waktu pengambilan sampel kondisi perairan sangat dipengaruhi oleh aliran air dari hulu sungai yang dibuktikan dengan rendahnya

Tahap berikutnya adalah terjalinnya relasi yang baik antara klien dengan pekerja Tahap berikutnya adalah terjalinnya relasi yang baik antara klien dengan pekerja sosial.Pada tahap

Layanan ini sesuai dengan dan diatur oleh perjanjian layanan master terpisah yang ditandatangani oleh Pelanggan dan Dell yang secara tersurat mengesahkan penjualan

Pertimbangan ini dipakai dalam menentukan kondisi kualitas udara Kota Surabaya yang berubah-ubah dengan kondisi kelembaban relatif maupun dengan lapisan inversi,

selain itu juga solusi untuk buah pinang yang masuk di bilah pengantar di mungkinkan karena jarak bilah pengantar dengan mata pisau terlalu masuk kedalam bilah pengantar,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perancangan rumah tipe 36 yang mengakomodasi seluruh aktivitas hunian dan memiliki efektivitas ruang dalam adalah rumah