Belajar Baca Qur’an (BBQ)
D
AFTARI
SIMODUL #1:MUQODIMAH / PENDAHULUAN
MODUL #2:MENGENAL HURUF HIJAIYAH DAN MAKHORIJUL HURUF
MODUL #3:SIFATUL HURUF DAN MEMAHAMI HUKUM MAD
MODUL #4:HUKUM NUN SUKUN ATAU TANWIN DAN HUKUM
MAD SILAH THOWILAH DAN MAD SILAH QOSHIROH
MODUL #5:HUKUM MIM SUKUN,HUKUM MIM DAN NUN
BERTASYDID (GHUNNAH),HUKUM ALIF LAM
MODUL #6:HUKUM MAD,FAWATIHUSSUWAR DAN MACAM-MACAM IDGHOM
MODUL #7:WAQOF,TAFKHIM DAN TARQIQ,NUN ‘IWADH
MODUL #8:MEMAHAMI AL-QUR’AN DAN HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA
MODUL #9:GHORIB (ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR’AN) 44
MODUL #10:PENUTUPAN KHOTMIL QURAN 46
2 3 9 17 22 26 33 37
MODUL #1:PENDAHULUAN
Al-Quran adalah Kalamullah (firman Allah SWT), merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril.
Di dalam surah Muzzammil ayat 5, Allah SWT berfirman:
"... dan bacalah olehmu Al-Quran ini dengan pelan/tartil (bertajwid)."
Hukum orang yang mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardhu Kifayah. Dan hukum mengamalkannya adalah Fardhu Ain. Dan umat Islam yang dapat membaca Al-Quran, wajib hukumnya belajar Tajwid, supaya terpelihara huruf, makhraj, ghunnah, dan Mad-nya.
Mari kita belajar dan tidak bosan membaca dan menggali isi Al-Quran, serta mengamalkannya. "... dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan'." (QS. Thaahaa: 114). Buku ini disusun berdasarkan kaidah ilmu tajwid dasar dan bacaan quran berdasarkan qiroah Imam Ashim riwayat imam Hafs. Analogi contoh dan penjelasan dalam buku ini salah satunya kami ambil dari
ilmutajwid.com dan beberapa pesantren di Indonesia. Untuk peraga atau contoh pengajar kepada murid bisa menggunakan metode Iqro’ atau Metode Qiroati. Adapun untuk materi pendalaman kaidah / adab terhadap Al-Quran kami ambil dari nukilan kitab At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran karya imam Nawawi.
TUJUAN PROGRAM
Memahami hukum-hukum bacaan dan mampu menerapkannya secara benar dalam membaca
Al-Qur’an serta trampil mengajarkannya
Mengenal Al-Qur’an dan hal-hal yang berhubungan dengannya, serta trampil mengajarkannya Mendeskripsikan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan
MODUL #2: MENGENAL HURUF HIJAIYAH DAN MAKHORIJUL HURUF HURUF HIJAIYAH
MAKHORIJUL HURUF
Pengertian dan Pengelompokan Makharijul Huruf
Makhraj artinya tempat keluar. Makharijul Huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf pada saat dilafalkan. Pembaca Al-Quran yang baik, bukan saja harus mengetahui hukum-hukum tajwid, tetapi juga harus memperhatikan dan memahami makhraj dan sifat dari huruf-huruf yang dibacakan.
Sejumlah ulama dan ahli-ahli qiraat memiliki perbedaan dalam pengelompokan (pengklasifikasian) Makharijul Huruf, namun secara garis besar intinya adalah sama.
Terdapat 17 Makhraj yang diklasifikasikan menjadi 5 tempat, yaitu: 1. Al-Halqi / Tenggorakan, terdapat 3 Makhraj :
Tenggorakan Dalam (Pangkal Tenggorakan): huruf ٔ ا dan ه .
Ingat, di dalam
hukum Mad Badalsudah dijelaskan bahwa huruf Hamzah
( ء )dan
Alif
( ا )adalah sama. Dapat dikatakan sebagai saudara kembar yang sama dalam
pengucapannya, namun berbeda fungsi dan tugasnya apabila masuk ke Hukum Mad,
misalnya Hukum
Mad Munfashildan
Mad Muttashil.
Hamzah dapat dijadikan sukun (berharakat Sukun), sementara Alif tidak ada harakat
sukun. Di sini kami tulis Hamzah-Alif
( ٔ ا )untuk memudahkan mengingat
Tenggorakan Tengah: huruf ح , ع
2. Al-Lisani / Lidah, terdapat 10 Makhraj:
Pangkal lidah dekat tenggorakan menyentuh sekitaran ‘anak tekak’ atau berada di atas pita
suara: ق
Pangkal lidah menyentuh langit-langit belakang: ك
Lidah bagian tengah menekan langit-langit atas: ش , ج ,ي
Ujung lidah dirapatkan pada Gigi Geraham atas, dan Tepi Lidah (kiri dan kanan) ditekan ke
Gigi Geraham: ض
Ujung permukaan lidah ditekan ke Gusi di atas Gigi Seri atau Gigi Atas Bagian Tengah: ل Ujung lidah ditekan sedikit lebih ke atas dari makhraj Lam: ن
Ujung lidah dinaikkan ke langit-langit atas sedikit melengkung, sehingga terlihat lidah bagian
belakang : ر
Ujung lidah ditekan ke Pangkal Gigi Seri bagian atas (Gigi Seri adalah Gigi Tengah): ت , ط
, د
Ujung lidah ditekan ke belakang Gigi Seri bagian bawah : ص , ز ,س
3. Asy-Syafawi / bibir, terdapat 2 Makhraj:
Bibir Bawah ditekan ke Gigi Seri bagian atas : ف
Bibir Bawah dan Atas posisi tertutup atau merapat, yaitu و , م , ب 1. Menutup bibir lebih ringan: huruf م
2. Menutup bibir sedikit lebih kuat: huruf ب 3. Membulatkan bibir atas dan bawah : و
4. Al-Jaufi / Rongga Mulut, terdapat 1 Makhraj:
Merupakan makraj untuk huruf-huruf Mad yang dilepaskan ke dalam Rongga Mulut : ــــــــــــَـــــــــــــ ا , ـــــــــــُـــــــــــــ ٔ و , ـــــــــــِـــــــــــــ ٔ ي
5. Al-Khaisyhumi / Pangkal Hidung, terdapat 1 Makhraj:
Pangkal Hidung bagian dalam, yaitu huruf-huruf yang dibaca dengung (ghunnah):
pada hukum Nun Sukun ( ٔ ن ) dan tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ), yaitu Ikhfa Haqiqi, Iqlab,
dan Idgham Bighunnah.
pada hukum Mim Sukun ( ٔ م ), yaitu Ikhfa Syafawi dan Idgham Mitslain, hukum Ghunnah Musyaddadah, yaitu huruf Mim Bertasydid ( ٔ م ) dan Nun
Bertasydid ( ٔ ن ).
hukum Idgham Mutajanisain hanya untuk Ba Sukun ( ٔ ب ) bertemu dengan huruf
Mim Berharakat ( م ).
hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf hanya dikhususkan untuk huruf ‘Ain tanpa
Dari pengelompokan Makharijul Huruf ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa huruf yang memiliki Makhraj yang sama. Namun, ketika dilapalkan – bunyi atau suara dari huruf-huruf tersebut tidaklah sama. Maka yang membedakannya terletak pada sifat huruf-huruf.
MODUL #3: SIFATUL HURUF DAN MEMAHAMI HUKUM MAD SIFATULHURUF
Menurut Ibn Jazari sifatul huruf dibagi menjadi 17 golongan dari dua sifat. Sifat huruf dibagi menjadi 2 yaitu Sifat yang mempunyai lawan dan Sifat yang tidak mempunyai lawan. Sifat yang mempunyai lawan Ash-Shifatul Mutadhadah- ُ ةَدا َضَت لمْاُ تا َف ِّ صل) disebut juga Sifat Lazimah - ﻪﻣﺯﻻ yaitu:
Ciri kekal yang pasti ada pada setiap pengucapan huruf dalam semua keadaan, baik itu pada keadaan berbaris maupun mati, mempunyai 10 golongan.
Sedangkan Sifat lawan nya ini disebut juga dengan Ash-Shifatul Ghairu Mutadhadah - ُ ريَغُ تا َف ِّ صلا
ُ ةَدا َضَت لمْا atau Sifat ‘Aridhah - ﻪضﺭاﻋ. Ash-Shifatul Ghairu Mutadhadah atau sifat 'Aridhah yaitu: Ciri
yang berubah-ubah bagi suatu huruf, seperti tarqiq (tipis), tafkhim (tebal), ghunnah (dengung), idgham (meleburkan huruf), atau ikhfa' (menyamarkan huruf)’, panjang atau pendek dan seumpamanya, mempunyai 7 golongan.
Sifat Lazimah - ﻪﻣﺯﻻ
(Sifat yang mempunyai lawan)
Sifat ‘Aridhah - ﻪﻀﺭﺎﻋ
(Sifat yang tidak mempunyai lawan) 1. ُ سْمَهْلا ~ Al-Hamsu
Menurut bahasa adalah: Suara yang disembunyikan/ disamarkan. Menurut istilah adalah:
Keluarnya/berhembusnya nafas ketika mengucapkan huruf.
Terdapat 10 huruf yang bersifat Hams.
Dikelompokkan dalam lafadz: َُتَكَسُُ ص ْخَشُُ ُ هَّثَحَف : [fahatsahu syakhshun sakata: ُخُ,ُش,ُُه,ُثُحُ,ف
, ص ُ, س ُ , ك ُ , ت ] 1. Safir (ﺮﻔﺻ)
Menurut bahasa adalah: Suara yang menyerupai suara unggas/burung.
Menurut istilah adalah: Suara tambahan yang keluar dengan kuat diantara ujung lidah dan gigi seri.
Hurufnya ada 3, yaitu : shād (ص), zāy (ز ), dan sīn (س).
Bunyi desiran yang berlaku pada huruf sād paling kuat dibanding zāy dan berikutnya. Perbedaan sifat Safir dengan Hams adalah: desiran nafas yang lebih kuat dibanding dengan Hams yang sekadar membunyikan hurufnya
2. ُ رْه َجْلا ~ Al-Jahru/Al-Jahr
Menurut bahasa adalah: Jelas, terang dan nyata. Menurut istilah adalah: Tertahannya nafas ketika mengucapkan huruf.
Huruf-hurufnya ialah 18 huruf, yang berwarna abu-abu; yaitu ; ُمُلُقُغُعُظُطُضُزُرُذُدُجُبأُ ن ُ و ُ ي
Al-Hamsu lawan-nya Al-Jahru maksudnya: "Bila sifat Al-Hams mengeluarkan nafas bersama pengucapan huruf sebaliknya Al-Jahr menahan nafas, ketika pengucapan huruf-hurufnya."
ُ ةَّدِّشلا ~ Asy-Syiddah, lawan-nya ُ ة َوَاخَّرلا ~ Ar-Rakhawah
2. Qalqalah (هﻠﻘﻠﻗ) – memantul Menurut bahasa adalah: Bergetar
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf sukun (mati) yang disertai getaran (pantulan) suara pada makhrojnya sehingga terdengar suara yang kuat.
Huruf qalqalah ada lima
Dikelompokkan dalam lafaz ُ دَجُُ ب ْط ﻗ qutubujaddin: د,ُُج,ُب,ُُط,ُق
Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
a. Qalqalah kecil (shugra) yaitu: apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: َنﻮ ﻋْﺪَﻴ,َُنﻮ ﻌَﻤْﻄَﻴ
b. Qalqalah besar (kubra) yaitu: apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٍﻖَلَﻋ,ُِﻖَلَﻔْلٱ
Huruf قُ,ُط pantulannya mendekati suara o. Sedangkan untuk huruf lainnya terdengar mendekati lafazh e.
Harus kelihatan lebih jelas dan kuat ketika waqaf pada huruf yang bertasydid, seperti; َُُّبَت َو
, ُ ج َحْلَا ُ , َُّقَحْلَا
3. ُ ةَّدِّشلا ~ Asy-Syiddah
Menurut bahasa adalah: Kuat.
Menurut istilah adalah: Tertahannya suara sejenak di tempat makhroj, kemudian
melepaskannya secara tiba-tiba bersama udara. Terdapat 8 huruf yang bersifat Syiddah
Dikelompokkan dalam lafadz : ُْتَكَبُُ طَﻗُُ دِجَأ: ajidu qattun bakat yaitu : كُ,ُب,ُطُ,ُق,ُد,ُج,ُء dan ت
3. Lin (ﻦﻴل ) - lembut
Menurut bahasa adalah: Lembut dan Mudah. Menurut istilah: Mengeluarkan huruf dari mulut tanpa memberatkan lisan.
Hurufnya ada 2, yaitu waw و dan yā' ي Pembunyian dengan sifat lin hanya berlaku apabila huruf itu mati, dan sebelumnya ada huruf berbaris atas.
Contohnya; ف ْو َخ dan تْيَب 4. ُ ة َوَاخَُّرلا~ Ar-Rakhawah
Menurut bahasa adalah: Lunak atau lemah lembut. Menurut istilah adalah: Mengeluarkan suara ketika melafadzkan huruf tanpa ada hambatan.
Hurufnya ada 15, yaitu selain huruf Syiddah dan At-Tawas-suth/Mutawassith , yaitu; ُخُحُث
ذ ُ ز ُ س ُ ش ُ ص ُ ض ُ ظ ُ ف ُ و ُه ُ ي ُ غ 4. Inhiraf (فاﺮﺤﻧﺇ) - miring
Menurut bahasa: Condong atau miring. Menurut istilah adalah: huruf yang
pengucapannya miring setelah keluar dari ujung lidah.
Hurufnya ada 2, lam (ل) dan ra' (ر )
Ra' (ر) miring bagian punggung lidah dan Lam (ل) miring bagian permukaan lidah
5. ُ ء ََُلا ْﻌِتْسِلاا ~ Al-Isti'la'
Menurut bahasa adalah: Terangkat. Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf dengan terangkatnya sebagian besar lidah ke langit-langit.
Hurufnya ada 7.
Dikelompokkan dalam lafadz : ُْظِﻗٍُُط ْغَضَُُّص خ: khush-sha ḍhaghṭin qiz,
yaitu : ظُ,ق,ُُط,ُُغ,ُض,ُص,ُخ.
5. Takrir (ﺮيﺮﻜت) - berulang
Menurut bahasa adalah: Mengulangi
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf yang disertai bergetar secara berulang pada ujung lidah
Hurufnya 1 sahaja, yaitu ro' (ر).
Walau bagaimanapun, getaran yang dibenarkan adalah sekali saja, lebih-lebih lagi pada keadaan tasydid.
6. ُ لَاﻔِت ْسِلاا ~ Al-Istifal
Menurut bahasa adalah: Menurun. Menurut istilah adalah : Pengucapan huruf disertai dengan menurunkan sebahagian besar lidah ke dasar permukaan mulut.
Hurufnya ada 21 yaitu selain huruf-huruf Isti'la Al-Isti'la' lawan-nya Al-Istifal, maksudnya : "Bila Al-Isti'la' terangkatnya sebagian besar lidah ke langit-langit sebaliknya Al-Istifal menurunkan sebahagian besar lidah ke dasar permukaan mulut."
ُ قَاب ْطِلاا ~ Al-Itbaq lawan-nya ُ حَاتِﻔْﻧِلاا ~ Al-Infitah
6. Tafasysyi (ﻰﺸﻔت ) - menyebar
Menurut bahasa adalah: Menyebar dan meluas. Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf disertai menyebarnya angin di dalam mulut
Hurufnya 1 saja, yaitu syin (ش)
7. ُ قَاب ْطِلاا ~ Al-Itbaq
Menurut bahasa adalah: Menutup.
Menurut istilah : Pengucapan hurufnya, dengan lingkaran sekeliling lidah menutup ke arah langit-langit.
Hurufnya ada 4.
Dikelompokkan dalam lafadz ظطضص yaitu ُص , ض ُ, ط ُ ُ, ظ 7. Istithollah (هلاﻂﺘسﺇ) - memanjang Menurut bahasa adalah: Memanjang
Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf yang disertai memanjangnya suara dari awal sisi lidah sampai ujungnya, di sebelah kiri atau kanan lidah.
Hurufnya 1 saja, yaitu ḍhad (ض).
8. ُ حَاتِﻔْﻧِلاا ~ Al-Infitah
Menurut bahasa adalah: Terpisah. Menurut istilah adalah: Pengucapan hurufnya, dengan merenggangkan lidah dari langit-langit. Hurufnya ada 24, semua huruf hijaiyah selain
ص ُ, ض ُ , ط ُ ُ, ظ
Al-Itbaq lawan-nya Al-Infitah maksudnya: "Bila Al-Itbaq, lingkaran sekeliling lidah menutup ke arah langit-langit sebaliknya Al-Infitah
9. ُ ُ قَلا ْذِلاا ~ Al-Izhlaq
Menurut bahasa adalah: Bagian lancip lidah. Menurut istilah adalah: Pengucapan huruf dengan ringan dan cepat, karena makhrojnya di ujung lidah dan sebagian lagi keluar dari dua bibir.
Hurufnya ada 6.
Dikelompokkan dalam lafadz ُ ب لُُْنِمَُُّرِف: firra min lubbin yaitu ; بُلُنُمرُف
10. ُ تَام ْصِلاا ~ Al-Ishmat
Menurut bahasa adalah: Tercegah.
Menurut istilah adalah: Pengucapan hurufnya agak berat dan tidak dapat dilafadzkan dengan cepat, karena makhrojnya jauh dari ujung lidah. Hurufnya ada 22, yaitu selain huruf Idzlaq. Al-Izhlaq lawan-nya Al-Ishmat makskudnya: "Bila Al-Izhlaq pengucapan huruf dengan ringan dan cepat, sebaiknya Al-Ishmat pengucapan hurufnya agak berat dan tidak dapat
dilafadzkan dengan cepat karena makhrojnya jauh dari ujung lidah.
MEMAHAMI HUKUM MAD
Menurut bahasa, Mad artinya tambahan atau melebihkan. Di dalam istilah ilmu tajwid, Mad adalah memanjangkan bacaan ketika bertemu dengan huruf-huruf yang mengandung hukum Mad. Dapat dikatakan bahwa Hukum Mad adalah hukum yang mengatur panjang bacaan di dalam Al-Qur’an.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Hukum Mad, ada baiknya mengenal sedikit tentang “ketukan” dalam membaca Al-Qur’an:
Huruf berharakat fathah dan fathatan ( ـــًــ ); dhammah dan dhammatain ( ــٌــ ) ; kasrah
dan kasratain ( ـــٍـــ ) dibaca 1/2 alif atau 1 harakat (ketukan)
Huruf yang mengandung Hukum Izhar harus dibaca 1 harakat
Huruf yang mengandung dengung (ghunnah) seperti Idgham Bighunnah, Iqlab, Ikhfa
dibaca antara 1 alif hingga 1 1/2 alif atau sekitar 2 hingga 3 harakat
Huruf ber-tasydid dibaca 2 harakat.
Di dalam hukum-hukum Mad, jika aturannya harus dua harakat, maka harus dibaca 2
harakat secara rata, tetap dan teratur. Jika 6 harakat harus dibaca 6 harakat.
Apabila aturannya harus 6 harakat, namun dibaca 2 harakat sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan makna pada kata/kalimat, maka hukum bacaan tersebut adalah haram.
Hukum MAD terdiri dari 2 cabang, yaitu Mad Thobi’i (Mad Ashli) dan Mad Far’i. a. Memahami mad asli atau mad thobi’i
Mad Thobi’i artinya biasa atau alami, yaitu tidak kurang dan tidak lebih. Dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat. Di dalam ilmu tajwid, Mad Thobi’i sering disebut juga dengan Mad Ashli, artinya asal-muasal atau asal mula kejadian, dan merupakan kunci dasar dalam mempelajari hukum-hukum Mad Far’i.
Mad Thobi’i berlaku apabila:
huruf berharakat Fathah ( ــَــــ ) bertemu dengan huruf Alif ( ا );
huruf berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْ ي );
dan Dhammah ( ــــــُـــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْ و )
b. Memahami mad jaiz munfashil
Jaiz artinya boleh. Sedangkan Munfashil artinya di luar kata atau terpisah
Mad Jaiz Munfashil berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ـــــــُـــــــْْ وْ;ْــــــِـــــــْْ يْ;ْْاــــــَــــــ )
bertemu dengan huruf Alif berharakat Fathah, Kasrah, atau Dhammah ( ُْْا–ِْْْا–َْاْ )
Cara membacanya boleh panjang 2 harakat, 4 harakat, atau 6 harakat. Di dalam Al-Quran, Mad Jaiz Munfashil diberi tanda garis tipis melengkung di bagian atas huruf Mad Thobi’i atau berada di antara huruf Mad Thobi’i dan huruf Alif –> Mad Jaiz Munfashil adalah contoh :
c. Memahami mad wajib muttashil
Hukum Mad Wajib Muttashil adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ـــــــُـــــــْْ وْ;ْــــــِـــــــْْ يْ;ْْاــــــَــــــ ) bertemu dengan huruf Hamzah berharakat
Fathah / Fathatain, Kasrah / Kasratain, atau Dhammah / Dhammatain ( ٌْءْ/ُْْءْ–ٍْْءْ/ِْْءْ–ًْْءْْ/َْْء
). Kuncinya adalah Huruf Mad Thobi’i dan Hamzah dalam keadaan bersambung atau dalam satu kata .Panjang bacaan Hukum Mad Wajib Muttashil adalah harus 6 harakat (tidak dapat ditawar).
gambar pedang, yang diletakkan di atas huruf Mad Thobi’i atau berada di antara Huruf Mad Thobi’i dan Hamzah. Contoh :
d. Memahami mad ‘aridh lissukun
Mad Arid Lissukun adalah cara memanjangkan bacaan pada saat berhenti (wakof) – baik di akhir maupun di tengah ayat. Memutuskan bacaan di tengah ayat karena terpaksa disebut WAQOF IDHTHIRARI – dan memutuskan bacaan di tengah ayat pada saat pertemuan huruf Mad Arid Lissukun. Mad adalah panjang bacaan. Arid artinya yang bertemu. Lis artinya karena Sukun artinya mati
Hukum Mad Arid Lissukun berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ْْ وْ;ْــــــِـــــــْْ يْ;ْْاــــــَــــــ ـُـــــــ
ــــــ ) bertemu dengan huruf (hidup) berbaris Fathah, Fathatain, Kasra, Kasratain,
Dhammah dan Dhammatain ( ـــــٌـــــــــــٍــــــــــــًـــــــــــــُــــــــِـــــــــَــــــ ) yang berada di dalam satu kata/kalimat. Panjang bacaan Mad Arid Lissukun boleh 2, 4, atau 6 harakat.
e. Mad liin
Kunci mengingat Hukum Mad Lin adalah huruf Waw dan Ya, hampir sama dengan Hukum Mad Thobi’i, tapi yang membedakan adalah tanda baris (harakat), dan Hukum Mad Lin tidak berlaku untuk huruf Alif. Lin artinya lembut atau lunak
Mad Lin berfungsi pada saat bacaan berhenti di tanda wakof di ujung ayat ( usul-ayah /
سوا ْ
ةيلاا ) dan juga berlaku sekalipun saat ingin berhenti di tengah ayat karena terpaksa (
Waqof Idhthirari / ىراﺮطضاْفقو ). Hukum Mad Lin berlaku apabila huruf berbaris Fathah
( ــــــــــــَــــــــــــــــــ ) bertemu dengan huruf Waw Sukun ( ْ و ) dan Ya Sukun ( ْ ي ), dan
berada dalam satu kata/kalimat dengan satu huruf setelahnya. Panjang bacaan Mad Lin boleh 2 harakat, 4 harakat, atau 6 harakat (pilih salah satu), sebagaimana sudah dijelaskan di dalam pengertian hukum Mad, bahwa panjang bacaan harus konsisten (rata, tetap, dan teratur).
Contoh :
MODUL #4: HUKUMNUNSUKUNATAUTANWIN,HUKUMMADSILAHTHOWILAHDANMADSILAHQOSHIROH
HUKUMNUNSUKUNATAUTANWIN
Dalam hukum nun sukun atau tanwin dibagi menjadi 6 bagian yaitu : a. Idgham Bighunnah
Bi artinya dengan. Ghunnah artinya dengung. Sementara Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya di-tasydid-kan. Cara membaca Idgham Bighunnah adalah dengan meleburkan ْ ن atau ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ menjadi suara huruf di
tasydid, diiring dengan menggunakan suara dengung 1 Alif – 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat.
Contoh :
b. Idgham Bilaghunnah
Bila artinya tidak. Ghunnah artinya dengung. Sementara Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya di-tasydid-kan. Cara
membacanya adalah dengan meleburkan ْ ن atau ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ menjadi suara huruf ل atau ر,
atau lafaz kedua huruf tersebut seolah diberi tanda tasydid, tanpa dikuti suara dengung (ghunnah).
Cara membacanya adalah dengan menggantikan huruf ْ ن atau ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ menjadi suara
huruf mim sukun ( ْ م ) sehingga pada saat akan bertemu dengan huruf ب bibir atas dan
bawah dalam posisi tertutup, diiringi dengan suara dengung sekitar 2 harakat. Contoh :
d. Izhar Halqi
Izhar artinya jelas atau terang. Dinamakan Izhar Halqi karena makhraj dari
huruf-hurufnya keluar dari tenggorakan (halq). Hukum Izhar Halqi berlaku apabila Nun Sukun ( ْ ن ) atau tanwin ( ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ ) bertemu dengan huruf Alif, ‘Ain, Ghain, Ha, Kha, Ha’ (
اْ – ْ ع ْ – ْ غ ْ – ْ ح ْ – ْ خ ْ – ْ
ﮬ ) dan Hamzah ( ء ) , namun ْ ن atau ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ jarang bertemu
dengan huruf Hamzah ( ء ), akan tetapi huruf Hamzah tetap salah satu huruf Izhar
Halqi. Cara membaca Izhar Halqi harus jelas/terang, dan tidak berdengung.
e. Izhar Wajib (Mutlaq)
Hukum Izhar Wajib atau disebut juga Izhar Mutlaq adalah salah satu cabang dari Hukum Izhar, cara membacanya jelas/terang dan tidak berdengung. yaitu apabila Nun Sukun ( ْ ن
) bertemu dengan huruf ( مْْـنْْـوْْـي ) dalam keadaan SAMBUNG atau DALAM SATU
KATA/KALIMAT. Huruf yang sering bertemu dalam satu kata/kalimat (dalam keadaan sambung) adalah Nun Sukun dengan huruf Waw dan Ya. َْي نْ-َْو ن
Ada 4 kata Hukum Izhar Wajib di dalam Al-Quran, yaitu: Dunya, Shinwanun, Bunyanun, dan Qinwanun.
Contoh :
f. Ikhfa Haqiqi
Ikhfa’ secara harfiah berarti menyamarkan atau menyembunyikan. Cara membacanya adalah dengan mengeluarkan suara ْ ن atau ــٌــْ,ــٍــْ,ــًــ dari rongga hidung sehingga terlihat
samar atau menjadi suara “N” atau “NG” , kemudian disambut dengan dengung 1 – 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat, setelah itu baru masuk ke huruf sesudahnya. Ikhfa Haqiqi adalah menyamarkan huruf Nun Sukun ( ْ ن ) atau tanwin ( ــٌــْ,ــٍْــْ,ــًــ ) ke
dalam huruf sesudahnya – ada 15 huruf – yaitu: ْطْ–ْضْ–ْصْ–ْشْ–ْسْ–ْزْ–ْذْ–ْدْ–ْثْ–ْت – ْ ظ ْ – ْ ف ْ – ْ ق ْ – ْ ك .
Untuk mempermudah coba lihat bagan berikut.
Contoh :
HUKUMMADSILAHTHOWILAHDANMADSILAHQOSHIROH
Mad Silah Thowilah
Mad Shilah Thowilah terjadi apabila Mad Shilah Qoshiroh diikuti Huruf Hamzah. Ukuran panjangnya adalah 4 sampai 5 harakat.
Mad Silah Qoshiroh
Mad Shilah Qashirah yaitu pemanjangan suara pada huruf ha dlomir (suara hii atau huu kata ganti orang ketiga tunggal) dengan syarat tidak diikuti huruf hamzah sesudahnya. Contoh:
MODUL #5: HUKUMMIMSUKUN,HUKUMMIMDANNUNBERTASYDID(GHUNNAH),HUKUMALIFLAM
HUKUM MIM SUKUN
Hukum Mim Mati (Sukun) adalah hukum tajwid yang berlaku untuk huruf Mim Sukun, apabila bertemu dengan 29 huruf Hijaiyah.
Terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Ikhfa Syafawi
Ikhfa Syafawi adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim Sukun ( ْ م ) bertemu
dengan huruf Ba ( ب ) . Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan. Syafawi artinya bibir
Dinamakan Ikhfa Syafawi karena makhraj dari huruf Mim dan Ba merupakan pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah. Panjang bacaan sekitar 2-3 harokat. Cara membaca Ikhfa Syafawi adalah dengan membaca terlebih dahulu HURUF SEBELUM MIM SUKUN, kemudian masuk ke huruf Mim Sukun dengan mengeluarkan irama dengung ikhfa Syafawi (menahan huruf mim samar-samar); “immng.. / ummmng.. / ammmng… ” sehingga pada saat akan bertemu dengan huruf ب bibir atas dan bawah dalam posisi tertutup.
Contoh :
2. Idgham Mitslain / Idgham Mutamasilain / Idgham mimi
Idgham Mitslain atau sering disebut dengan Idgham Mimi adalah hukum tajwid yang berlaku untuk huruf Mim Sukun ( ْ م ) bertemu dengan huruf Mim Berharakat ( ُْمْ,ِْمْْ,َْمْ ) . Dinamakan
Mitslain karena terjadinya pertemuan dua huruf yang makhraj dan sifatnya sama persis (identik). Dinamakan Idgham karena cara membacanya adalah dengan meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya di-tasydid-kan. Hukum Idgham Mitslain dibaca dengung (makhraj huruf mim-nya mengalun dan jelas) sekitar 2 – 3 harakat. Contoh :
’ 3. Izhar Syafawi
Hukum Izhar Syafawi adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim Sukun ( ُْم ) bertemu
dengan semua huruf hijaiyah, kecuali huruf Mim dan Ba. Izhar artinya jelas/ terang atau tidak berdengung. Syafawi artinya bibir; karena huruf Mim makhrajnya adalah pertemuan bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Contoh :
HUKUMMIMDANNUNBERTASYDID(GHUNNAH)
Ghunnah Musyaddadah ( ُ ة َد َّد َش ﻣُ ةَّن غ ) adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim dan
Nun dalam keadaan bertasydid ( ُ م /ُ ن ) .Ghunnah artinya dengung; suara yang terdengar jelas
dan nyaring yang keluar dari pangkal hidung (khaisyum). Musyaddadah artinya bertasydid. Cara membaca Ghunnah Musyaddadah adalah membaca terlebih dahulu HURUF sebelum MIM/NUN bertasydid ( ْ مْ/ْْ ن ) , kemudian HURUF tersebut masuk ke tanda tasydid ( ْ مْ/ْْ ن ) – lalu huruf
ْ ن ْ ْ/
Sehingga ada alunan innn.. / unnn… / annn… atau atau immm.. / ummm.. / ammm.. Contoh :
HUKUMALIFLAM
Pengertian hukum bacaan “Al” Syamsiyah.
Apabila “Al” (لا) atau alif lam mati yang bertemu dengan salah satu huruf Syamsiyah (تﺭصث ض ذ ن د س ط ظ ﺯ ش
ل ) dan dibacanya lebur/idghom (bunyi “al’ tidak dibaca).
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Syamsiyah:
Dibacanya lebur/idghom
Ada tanda tasydid/siddah ( ُ ّ ) di atas huruf alif lam mati
Contoh Bacaan “Al” Syamsiyah: ُ ىح ُّضلَا، مْي ِّحَّرلَا
Pengertian hukum bacaan “Al” Qamariyah
Apabila “Al” (لا) atau alif lam mati bertemu dengan salah satu huruf Qamariyah
( قعفخوكجحغبا ) dan dibacanya jelas/izhar.
Ciri-ciri hukum bacaan “Al” Qomariyah:
Dibacanya jelas/izhar
Ada tanda sukun di atas huruf alif lam mati Contoh Bacaan “Al” Qomariyah: ُْى ِّداَهلَاْ ، د ْم َحلا َوْ
MODUL #6:HUKUMMAD,FAWATIHUSSUWARDANMACAM-MACAMIDGHOM
HUKUMMAD
a. Mad Badal
Badal artinya ganti. Makna “ganti” disini merujuk pada rumusan tajwid mushaf Timur Tengah. Indonesia umumnya menggunakan qira’at imam Hafhs, yaitu cukup dibaca panjang 2 harakat. Mad Badal adalah perpanjangan suara pada huruf Hamzah, sebagai pengganti huruf Hamzah yang dihilangkan, yaitu :
Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Fatha apabila bertemu dengan Hamzah Sukun (
اَء ) asal mulanya أَء ;
Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Kasrah apabila bertemu dengan huruf Ya Sukun
( يِإ ) asal mulanya ئِإ ;
Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Dhammah apabila bertemu dengan huruf Waw
Sukun ( وُأ ) asal mulanya ؤُأ
Contoh :
b. Hukum mad tamkin
Tamkin artinya penetapan. Penetapan ini berlaku pada :
Apabila huruf berharakat Kasrah ( ـــِّـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ُْي ), dan huruf setelahnya
Maka cara membacanya sama seperti membaca hukum Mad Thobi’i, serta panjang
bacaanya adalah 2 harakat.
Dan pada pertemuan huruf yang kedua dan ketiga yang sifat dan makhraj-nya sama, cukup
dibaca 1 harakat Contoh :
c. Hukum mad ‘iwadh
Iwadh artinya ganti ; waqof pada huruf Alif pengganti dari fathatain. Panjang bacaan Mad Iwadh adalah 1 alif atau 2 harakat. Contoh :
FAWATIHUSSUWAR
a. Mad lazim mukhoffaf harfi
Lazim artinya harus / wajib. Harfi artinya huruf; mad terjadi karena huruf ( bukan pada kata/kalimat). Mukhaffaf artinya ringan; cara mengucapkannya. Hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf merupakan hukum tajwid yang ditujukan untuk kombinasi 14 huruf yang terletak di 13 ‘Ayat pembuka’, di 29 Surah di dalam Al-Qur’an.
1 huruf Alif ( ا ), cukup dibaca 1 harakat
5 Huruf ‘haya thahara‘, yaitu Ha ( ح ), Ya ( ي ), Tha ( ط ), Ha’ ( ه ), & Ra ( ر )
dibaca panjang 2 harakat
8 Huruf ‘shadqafnun sama lam kaf ‘ain ‘, yaitu shad ( ص ), qaf ( ق ) , nun ( ن ), sin
( س ), mim ( م ), lam ( ل ), kaf ( ك ), ‘ain ( ع ), dibaca 6 harakat. Tidak dibaca
dengung (Idgham), kecuali huruf ‘Ain pada surah Maryam dan huruf Mim bertasydid Contoh:
b. Mad lazim mutsaqqol harfi
Adalah Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiyah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiyah yang terletak di awal beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya akibat adanya tasydid pada sukun tersebut. Aturan membacanya wajib panjang, 6 harakat. Contoh, huruf lam dalam: Mad Lazim Mutsaqqal Harfi Contoh :
c. Mad lazim mukhoffaf kalimi
Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dengan khuruf bertanda sukun (mati). Durasi Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi adalah 6 kharokat.
Kasus mad ini hanya terjadi di 2 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat Yunus (10) ayat 51 dan 91. Berikut ini adalah Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi (perhatikan tampilan tanda):
d. Mad lazim mutsaqqol kalimi
Hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ْْ وْ;ْــــــِـــــــْْ يْ;ْْاــــــَــــــ ـــــــُـــــــ ) bertemu dengan huruf bertasydid ( ــــــــ ــــــــــــ ). Panjang bacaan Mad Lazim Kilmi
Mutsaqqal adalah wajib 6 harakat (tidak dapat ditawar), sama seperti hukum Mad Wajib
Muttashil. Kedua hukum ini memiliki tanda (simbol) garis lengkung tebal seperti gambar pedang. Contoh
MACAM-MACAMIDGHOM
a.
Idghom Mutajanisain
Idgham Mutajanisain adalah hukum tajwid yang berlaku apabila terjadi pertemuan dua huruf yang berbeda sifat, namun sejenis tempat keluar suara atau makhraj-nya; satu dalam keadaan
huruf, yaitu: مْ,ْظْ,ْطْ,ْذْ,ْدْ,ثْ,ْتْ,ْب
Perhatikan gambar :
Contoh bacaan :
b. Idghom Mutamatsilain
Idgham Mutamatsilain adalah hukum tajwid yang berlaku untuk pertemuan dua huruf yang sama sifat dan mahrajnya; satu dalam keadaan sukun dan satu lagi berharakat. Dua huruf tersebut berada di dalam kata/kalimat yang terpisah.
Mutamatsilain artinya sama/serupa dan Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya (di-tasydid-kan).
Cara membacanya adalah dengan memasukkan (meleburkan) huruf yang bersukun ke dalam huruf berharakat secara jelas/terang dan tidak didengungkan.
Hukum Idgham Mutamatsilain berlaku untuk semua huruf, kecuali:
- Huruf Mim Sukun ( ْ م ) bertemu huruf Mim Berharakat ( ُْمْ,ِْمْْ,َْمْ ), yang berlaku adalah
hukum Idgham Mitslain.
- Huruf Nun Sukun ( ْ ن ) bertemu huruf Nun Berharakat ( ُْنْ,ِْْنْ,َْْن ), yang berlaku adalah
hukum Idgham Bighunnah.
- Huruf Ya ( ي ) dan huruf Waw ( و ) akan dijelaskan di bagian bawah.
c.
Idghom Mutaqoribain
IDGHAM MUTAQORIBAIN (ُ ِّنْيَبِّﺭاَقَت ﻣم اَغ ْدا) Mutaqoribain artinya dua berdekatan
Idgham mutaqoribaini (ُ ِّنْيَبِّﺭاَقَت ﻣم اَغ ْداُِّّ) apabila ada huruf:
- Tsaa ‘ sukun (ُْث) bertemu dengan huruf Dzal (ذ)
- Baa’ sukun (ُْب) bertemu dengan huruf Mim (م)
- Qaaf sukun (ُْق) bertemu dengan huruf kaaf (ك)
ُْب َكْﺭ ِّا
اَنَع َﻣ
dibaca
اَنَع َّم َكْﺭ ِّا
ُْم
ل
َ
أ
َ
ُْم ك ْق ل ْخَن
dibaca
ُْم ُّك ل ْخَن ّْ
َُمل
أ
َ
MODUL #7:WAQOF,TAFKHIMDANTARQIQ,NUN‘IWADH
WAQOF
Arti dari wakof sendiri adalah berhenti, menurut istilah waqaf ialah menghentikan bacaan sejenak atau putus suara dan berganti nafas akhir atau di tengah ayat. Penerapan waqaf disesuaikan dengan tanda tertentu. Tanda waqaf ada yang terdapat di permulaan ayat atau di tengah tengah ayat.
TAFKHIMDANTARQIQ
A. Pengertian Tafkhim dan Tarqiq
Tafkhim (ُْم يِخ ﻔَت) berarti menebalkan. Sedang yang dimaksud dengan bacaan tafkhim adalah
membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tebal. Pada pengertian itu dapat disimpulkan, bahwa bacaan-bacaan tafkhim itu menebalkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf di bibir (mulut) dengan menjorokkan ke depan (bahasa Jawa mecucu), bacaan tafkhim kadang-kadang disebut sebagai isim maf’ul mufakhkhamah (ٌْةَمَّخَﻔُم).
Tarqiq (ٌْق يِق ﺮَت) berarti menipiskan. Sedang yang dimaksud dengan bacaan tarqiq adalah
membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis. Pada pengertian itu tampak, bahwa tarqiq menghendaki adanya bacaan yang tipis dengan cara mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak mundur sedikit dan tmpak agak meringis.
B. Bacaan Tafkhim
Huruf hijaiyah yang wajib dibaca tafkhim terdapat tujuh huruf, yaitu huruf isti’la yang berkumpul pada kalimat: ْ ظِقِْْط غَضَّْْصُخ, kesemuanya harus dibaca tebal.
Contoh: ْ دُا ْ ،اَﮬ وُلُخ ْ ،ِتاَّفآَّصلاَو ْ ،ٍقِساَغ ْ اَن لَّضَف ْ ، مُهَض عَب ْ ، َن وُبِّيَّطلاَو ْ ْ قَح لاَف ْ ُْل وُقَا
.
Selain ketujuh huruf tersebut harus dibaca tarqiq, kecuali huruf lam dan ra, yang mempunyai ketentuan sendiri.
Pertama, huruf lam tetap dibaca tafkhim jika berada pada lafal jalalah (ِْةَلَلاَج لاُْْظ ﻔَل), yakni lam yang
terdapat pada lafal: dengan syarat agar lam itu didahului tanda baca fathah atau dammah. Contoh:
ُْةَلاَﺻ
ْ
،ِالله
ْ
ُْمَلاَس
ْ
،ِالله
ْ
َْناَح بُس
ْ
،ِالله
ْ
َْدِهَش
ْ
ُْالله
.
- Ra bertanda baca fathah. Contoh:
ءآَﺮَقُﻔ لَا
ْ
، ِم يِحَّﺮلَا
ْ
،ٌةَﺮَشَح
ْ
،ِالله
ْ
َْةَم حَر
- Ra bertanda baca dammah. Contoh:ْ تَعِفُر
ْ
،َالله
ْ
اوُﺮُك ذُا
ْ
،ا وُﺮَﻔَك
ْ
،ُراَي خَلا
َْا ْ
- Ra bertanda sukun (mati), sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang difathah.Contoh
:
ٍْةَي ﺮَق
ْ
،ُمَي ﺮَم
ْ
، مُكُقُز ﺮَن
ْ
،اًبَح ﺮَم
- Ra bertanda suku, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang didammah. Contoh:
ذ ،ًةَّيِّر ُُ ْ ،ًةَب ﺮُق ْ ،اًناَي ﺮُع ْ ةَم ﺮُح
-
Ra yang bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang dikasrah, namun kasrah ini bukan asli tetapi baru datang. Contoh:
ا وُباَت راِْْمَاْ،ا وُعِج رِاْ، مَح رِاْ، يِعِج رِا-
Ra bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berharakat kasrah asli dan sesudah ra bertemu dengan huruf isti’la (ٍْءَلا عِت سِاُْْف ﺮَح) yang terdapat tujuh huruf yang terkumpulpada kalimat:
ْ ظِق
ْ
ٍْط غَض
ْ
َّْصُخ
Contoh:،ُهاَض ﺮَي
ْ
،ٌةَق ﺮُف
ْ
،ِداَﺻ ﺮِم لاِبَل
ْ
ٌْساَط ﺮِق
C. Bacaan TarqiqPertama, huruf lam dibacan tarqiq (tipis), jika huruf lam berada dalam lam jalalah yang didahului huruf yang bertanda baca kasrah. Contoh:
ُْد مَح لَا ِْ ،ِلله ْ ،ِللهاِب ْ ْ نِم ْ ِْد نِع ْ ،ِالله ْ ِْم سِب ْ ِْالله
Semua lam yang tidak berada pada lafal jalalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka harus dibaca tarqiq (tipis). Contoh:
ل ، َن وُمَل عَي َُ ْ ىَلِا ْ ،ِلِبِلا ا ْ َْنِم ْ ْ لا ،ِم لِع ْ َّْلاَك ْ َْن وُمَل عَت وَل ْ َْم لِع ْ ،ِن يِقَي لا ْ ِّْلُكَب ْ ٍْةَيآ
Kedua, huruf ra wajib dibaca tarqiq (tipis) jika:
- Huruf ra bertanda baca kasrah. Contoh: َْكُئِﺮ قُنَسْ، ٌس جِرْ،ٌةَفِﺮ عَمْ، ٌناَو ضِر
- Huruf ra bertanda baca hidup yang jatuh setelah ya mati atau huruf lien. Contoh:
،ُﺮ يِبَك لَا ْ ْ نِم ْ ،ٍﺮ يَخ ْ ،ُﺮ يِصَب لَا ْ ٌْﺮ يِبَخَل
- Huruf ra mati dan sebelumnya ada huruf yang berharakat kasrah asli, sedang sesudah ra bukan huruf isti’la. Contoh: ٌْةَْمِذ ﺮِشَلْ، َن وَع ﺮِفْ، مُهَت رَذ نَاَاْ،ٌك ﺮِش
NUN ‘IWADH
Nun Iwadh : juga dikenali dengan Nun Wasal atau Nun Wiqaayah. Ia juga dipanggil Bacaan Iltiqa’ Sakinain (pertemuaan dua sukun). Apabila baris Tanwin (baris dua) bertemu dengan Alif Lam ( لا ) atau Hamzah Wasal ( ا ), huruf yang bertanwin itu akan dibaca satu baris sahaja dan
huruf Nun berbaris kasrah akan ditambah pada bacaan (walaupun ia tidak terdapat pada tulisan). Di antara ayat-ayat yang terdapat Nun 'Iwad:
MODUL #8: MEMAHAMI AL-QUR’ANDANHAL-HALYANGBERHUBUNGANDENGANNYA DIAMBIL DARI KITAB AT-TIBYAAN FII AADAABI HAMALATIL QURAN KARYA IMAM NAWAWI
Nama lengkapnya beliau adalah
Abu Zakariya bin Syaraf bin Mari bin Hasan bin Husain bin
Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-
Nawawi Ad-Dimasyqi
. Beliau dilahirkan di desa Nawa yang termasuk wilayah Hauran pada tahun 631H. Imam Nawawi mempunyai penguasaan ilmu yang luas, derajat tekun yang mengagumkan, senantiasa hidup warak, zuhud dan sabar dalam kesederhana hidupnya. Banyak karya beliau begitu banyak diantaranya: Syarah Muslim, Al-Irsyad dan At-Taqrib berkenaan dengan segi-segi umum hadits, Tahdzibul Asmaa’wal Lughaat, Al-Manaasik Ah-Shughra dan Al-Al-Manaasik Al-Kubra, Minhajut Taalibin, Bustaanul ‘Arifiin, khulaasahtul Ahkaam fi Muhimmaaatis Sunan wa Qawaa’idil Islam, Raudhatut Taalibiin fii ‘Umdatil Muftiin, Hulyatul Abrar wa Syi’aarul Akhyaar fii Talkhiishid Da’awaat wal Adzkaar yang lebih dikenal dengan nama Al-Adzkaar lin Nawawi dan At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran. Di penghujung usianya, Imam Nawawi bertolak ke negeri kelahirannya dan berziarah ke Al-Quds dan Al-Khalil. Kemudian beliau kembali ke Nawa dan ketika itulah beliau sakit di samping ayah bundanya. Imam Nawawi rahimaullah wafat pada malam Rabu 24 Rajab tahun 676H dan dimakamkan di Nawa.-
K
EUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-
QURANArtinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan
mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka
Sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW:
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan
mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu
mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia.
Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.”
(Riwayat Abu Dawud)“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil
seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang
engkau baca.”
(Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I)-
KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-
QURANIbnu Mas’ud Al-Anshari Al-Badri ra meriwayatkan dari Nabi saw, sabdanya yang artinya:
“Orang yang paling berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah orang yang terpandai
membaca Kitab Allah diantara mereka. Jika mereka sama taraf dari segi bacaan. maka
yang lebih mengetahuai tentang sunnah.”
(Riwayat Muslim)Diriwayatkan dari Ibnu Abbas raa, Nabi saw bersabda:
“Adalah para pembaca Al-Qur’an
hadir di majelis Umar ra bermusyawarah dengannya, terdiridari orang tua dan pemuda.”
(Riwayat Bukhari)
-
M
ENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN AL-
QURANAllah Azza wa Jalla telah berfirman:
Artinya: Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS Al-Hajj 22:32)
Diriwayatkan dari Abu Musa AL-Asy ari, katanya: Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya termasuk menggagungkan Allah swt adalah memuliakan orang tua yang
muslim dan pengkaji Al-Qur’an yang tidak melampau batas dan tidak menyimpang dari
padanya serta memuliakan penguasa yang adil.”
(Riwayat Abu Dawud)“Sesungguhnya Nabi saw mengumpulkan antara dua orang korban perang Uhud,
kemudian berkata, ‘Siapa yang lebih banyak hafal Al-Qur’an di antara keduanya, beliau
mendahulukannya masuk ke liang lahat.”
(Riwayat Bukhari)“Diriwayatkan dari Nabi saw:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman,
’Siapa yang
yang mengganggu wali-Ku, maka Aku telah menyatakan perang kepadanya.”
(Riwayat Bukhari)- PANDUANMENGAJARDANBELAJAR AL-QUR’AN
Pertama-tama yang mesti dilakukan oleh guru dan pembaca adalah mengharapkan keridhaan Allah swt.
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah swt dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama
yang lurus.”
(QS Al-Bayyinah 98:5)Dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan :
-
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya dan sessungguhnya setiap
orang mendapat apa yang diniatkannya.”
-
Telah kami terima riwayat dari Ibnu Abbas ra, katanya: “Sesungguhnya manusia
diberi ganjaran sesuai dengan niatnya."
- ADABDANETIKAMEMBACA AL-QUR’AN
1. Jika hendak membaca Al-Qur’an, hendaklah dia membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya
2. Jika mulutnya najis kerana darah atau lainnya, maka tidaklah disukai baginya membaca Al-Qur’an sebelum mencucinya, lebih baik mencucinya dulu (dengan Wudhu)
3.
Diutamakan bagi orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci, orang yang berjunub dan wanita yang haid, maka haram atas keduanya membaca Al-Qur’an, kecuali diniatkan selain membaca al Quran misal mengucapkanInnaa lillahi wa innaa
ilahi raaji’uun
4. Jika berjunub atau perempuan yang haid tidak menemukan air, maka dia bertayamun dan diharuskan baginya membaca Al-Qur’an, sholat serta lainnya
5. Membaca Al-Qur’an disunahkan di tempat yang bersih dan terpilih
6. Diutamakan bagi pembaca Al-Qur’an di luar sholat supaya menghadap kiblat. 7. Jika hendak mulai membaca Al-Qur’an, maka dia memohon perlindungan dengan
mengucapkan:
A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim
(Aku Berlindung kepada Allah s.w.t dari Syaitan yang terkutuk)8. Hendaklah orang yang membaca Al-Qur’an selalu membaca bismillahir Rahmaanir Rahiim pada awal setiap surah selain surah Bara’ah
9. Hendaklah membaca Al-Qur’an dengan tartil
10. Tidak boleh membaca Al-Qur’an dengan selain bahasa Arab
11. Diharuskan membaca Al-Qur’an dengan tujuh qiraat seperti bacaan yang disetujui 12. Anjuran membaca Al-Qur’an oleh jemaah secara bersama-sama dan keutamaan bagi
orang-orang yang membaca bersama-sama dan yang mendengarkannya 13. Membaca Al-Qur’an sambung-menyambung secara bergantian
14. Membaca Al-Qur’an dengan suara kuat atau lemah
15. Sunah mengindahkan suara pada waktu membaca Al-Qur’an 16. Sunah mencari guru Al-Qur’an yang baik dan bagus suaranya
18. Jika dia membaca sambil berjalan, kemudian melalui sejumlah manusia, diutamakan memutuskan bacaan dan memberi salam kepada mereka, kemudian melanjutkan bacaannya
19. Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’I ra bahwa Rasulullah saw tidak suka membaca Al-Qur’an dengan tujuan urusan dunia
20. Disunahkan bagi setiap pembaca, sama saja dalam sembahyang atau di luar sembahyang, jika selesai membaca Al-Fatihah agar menguacapkan Aamiin
21. Sunnah Sujud Tilawah (bertemu ayat Sajadah sejumlah 14). Para ulama sependapat atas perintah melakukan Sujud Tilawah
- ADABBERINTERAKSIDENGAN AL-QUR’AN
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Tamim Ad-Daariy ra, katanya: Nabi saw bersabda:
“Agama itu nasihat. Kami berkata, ‘Untuk siapa? Nabi saw menjawab, ‘Untuk
Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam
mereka.”
1. Kaum muslimin sependapat atas wajibnya mengagungkan Al-Qur’an yang mulia secara mutlak, menyucikan dan menjaganya
2. Diharamkan menafsirkan Al-Qur’an tanpa ilmu dan berbicara tentang makna-maknanya bagi siapa yang bukan ahlinya
3. Makruh seseorang yang mengatakan, aku lupa ayat ini
4. Para ulama berlainan pendapat berkenaan dengan penulisan Al-Qur’an dalam bejana, kemudian dicuci dan diberi minum kepada orang sakit, sekiranya ditulis di atas sepotong kayu, tidaklah disukai membakarnya
5. Madzhab Syafii tidak dianjurkan penulisan Al-Qur’an dan nama-nama Allah swt di atas dinding dan baju
6. Imam Atha’ berkata: “Tidaklah mengapa jika menulis Al-Qur’an dalam bentuk azimat, maka Malik berpendapat, tidak ada masalah dengannya kalau ditulis pada sepotong buluk atau kulit kemudian dibalut
- AYATDANSURAHYANGDIUTAMAKANMEMBACANYAPADA
WAKTU-WAKTUTERTENTU
Antara lain karena besarnya perhatian atas mambaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan terutama dalam sepuluh terakhir dan terutama pula di malam-malam yang ganjil. Antara lain sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, hari Arafah, hari Jumaat, sesudah
sembahyang Subuh dan ketika malam. Hendaklah dia selalu membaca surat Yassin, Al-Waqiah da termasuk Tabarak Al-Mulk.
1. Sunah membaca dalam sholat Subuh pada hari Jumaat sesudah Al-Fatihah pada rakaat pertama surat Alif Lam Mim
2. Dibaca dalam dua rakaat sholat sunah Fajar sesudah Al-Fatihah yang pertama Qul Yaa Ayyuhal kaafiruun dan pada rakaat kedua Qul Huwallah hu Ahad
3. Sunah membaca surat Kahfi pada hari Jumaat berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri ra dan lainnya
4. Disunahkan memperbanyak membaca Ayat Kursi disemua tempat dan membacanya setiap malam ketika hendak tidur dan membaca Al-Mu’awwidzatain setiap selesai sholat
5.
Jika bangun setiap malam sunah membaca akhir Surat Ali-Imran“Inna fii khalqis
samaawaati wal ardhi”
6. Para ulama sahabat kami dan yang berkata, sunah membaca surat yasiin di dekatnya berdasarkan hadits Ma’qil bin Yasar ra :
“Bacakanlah surat Yasiin untuk mayatmu”
(Riwayat Abu dawud dan Nasa’I, dalam Amalul Yaum wal Lailah dan Ibnu Majah)
-
RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’ANSebenarnya Kitab Al-Qur’an sudah mulai ditulis pada masa nabi saw sebagaimana yang tercatat dalam Mushaf-mushaf. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra menjadi khalifah dan banyak penghafaz Al-Qur’an terbunuh, dia nimbang mereka akan meninggal dunia semua dan terjadi perselisihan berkenaan dengan Al-Qur’an sesudah mereka. Maka Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat ra untuk mengumpulkannya dalam sebuah Mushaf. Kemudian Abu Bakar ra. menyuruh menulisnya dalam sebuah Mushaf dan
Ketika Islam sudah tersebar pada masa pemerintahan Usman ra dia takut terjadi perselisihan yang menyebabkan tertinggalkan sesuatu ayat dari Al-Qur’an atau terjadi penambahan di dalamnya. Kemudian Usman menulis/menyalin kumpulan Al-Qur’an yang ada pada Hafsah dan disetujui oleh para sahabat dalam Mushaf-Mushaf dan mengirimkannya ke berbagai negeri serta menyuruh melenyapkan tulisan yang bertentangan dengan itu.
Adapun Adab penulisan Al-Quran :
1. Para ulama sependapat atas anjuran menulis Muahaf-mushaf dan mengindahkan tulisannya, lalu menjelaskannya serta memastikan bentuk tulisannya
2. Tidak bisa menulis Al-Qur’an dengan sesuatu yang najis dan dihukumkan makruh menulisnya di atas dinding menurut madzhab Syafii
3. Kaum Muslimin sependapat atas wajibnya menjaga Muahaf dan memuliakannya 4. Diharamkan pergi membawa Mushaf ke negeri musuh jika ditakutkan Mushaf akan
jatuh ke tangan mereka
5. Diharamkan atas seorang berhadas menyentuh Mushaf dan membawanya, sama saja membawanya dengan cara memegangnya atau dengan lainnya, sama saja dia
menyentuh tulisannya, tepinya atau kulitnya
6. Jika orang yang berhadas atau junub atau perempuan haid menyentuh atau membawa sebuah kitab fiqh atau kitab ilmu lain membawa barang-barang yang di antaranya terdapat Mushaf, maka boleh
7. Jika pada suatu tempat dari badan yang bersuci terdapat najis yang tidak dimaafkan, haram atasnya menyentuh Mushaf
8. Barangsiapa tidak menemukan air, kemudian bertayamum sebagaimana dia dibenarkan melakukan tayamum, maka dia bisa menyentuh Mushaf
9. Apakah wali dan guru wajib memaksa anak kecil yang sudah bisa membedakan (sudah mumayyiz) bersuci untuk membawa Mushaf, maka tidaklah wajib jika memberatkan
-
MODUL #9:GHORIB(ISTILAH-ISTILAHDALAMAL-QUR’AN)Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun bacaan-bacaan yang dianggap gharib (tersembunyi/samar) dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs diantaranya adalah : Imalah, Isymam, Saktah, Tashil, Naql, Badal dan Shilah.
Imalah
Imalah menurut bahasa artinya memiringkan atau membengkokan, sedangkan menurut istilah yaitu memiringkan fathah kepada kasrah atau memiringkan alif kepada ya’.
Pada riwayat Imam Hafs hanya ada satu lafadz yang harus dibaca imalah yaitu pada lafadz
اَهى ٰﺮ جَم
dalam QS. Hud: 41 :َْلاَقَو
ْ
ْ اوُبَك را
ْ
اَه يِف
ْ
ِْم سِب
ْ
َِّْالله
ْ
اَهٰىﺮ جَم
ْ
ْ اَه ٰس ﺮُمَو
ْْۚ
َّْنِإ
ْ
ىِّبَر
ْ
ٌْروُﻔَغَل
ْ
ٌْميِحَّر
Isymam
Isymam artinya mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan bibir atau mengangkat dua bibir. Dalam qira’ah riwayat Hafs, Isymam terdapat pada lafadz “
ن َﻣ
أَت
ْ
ُ
ﻻ
َ
”
Saktah
Saktah menurut bahasa artinya diam, tidak bergerak. Sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah, saktah ialah berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs bacaan saktah terdapat di empat tempat yaitu : QS. Al-Kahfi: 1, QS. Yaasiin: 52, QS. Al-Qiyamah: 27 dan QS. Al-Muthafifin: 14
Tashil
Tashil menurut bahasa artinya memberi kemudahan, keringanan atau menyederhanakan hamzah qatha’ yang kedua, adapun menurut istilah qira’ah artinya membaca antara hamzah dan alif . Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat: 44 ٔ وَلَو ٔ ُٔهٰن لَع َج ٔ اًناَء رُق ٔ اً يِم َج عَأ ٔ ٔ اوُلاَقَّل ٔ َٔل وَل ٔ ٔ تَلِّصُف ٔ ٔ ۥُهُتٰيٰا ٔ ٔٔ ٔ ىِمَج عَاَء ٔ ٔ ىِبَرَعَو
...
Naql
Naql menurut bahasa artinya memindah, sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah artinya memindahkan harakat ke huruf sebelumnya. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naql yaitu lafadz
ُ م ْسِّ
ْﻻا
َُسْئِّب
pada QS. Al-Hujurat: 11. Alasan dibaca naql pada lafadz ُ م ْسِّﻻاْ adalah karena adanya dua hamzah washal, yakni hamzah al ta’rif danhamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca apabila disambung dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan naql ialah untuk memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya
Badal
Badal menurut bahasa artinya mengganti, mengubah, sedangkan maksud badal disini adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyah lainnya. Diantara lafadz-lafadz yang di badal dalam Al-Qur’an menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu :
Badal
ء
dengan ُي(ُْيِﻧ ْو تْئاُِت ٰو ٰمَّسلاُيِف)Yaitu mengganti hamzah mati dengan ya’, sebagian besar imam qira’ah sepakat mengganti hamzah qatha’ yang tidak menempel dengan lafadz sebelumnya dan jatuh sesudah hamzah washal dengan alif layyinah (ى). Contoh pada QS. Al-Ahqaf : 4,
-
Badalُص
denganُس (ُُ ط صْبَي َو
danُُ ةَط ْ صَب)
1. Yaitu mengganti shad dengan siin, sebagian imam qira’ah termasuk Imam Ashim mengganti ص dengan
س
pada lafadz ُ ط صْبَي َو dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan lafadz ُ ةط ْ صَب
َ
dalam QS. Al-A’raf : 69.2. Sedangkan pada lafadz
ٍْﺮِط يَصُمِب
dalam QS. Al-Ghasyiyah : 22, huruf ص tetapdibaca shad
3. Adapun pada lafadz
َْنوُﺮِط يَ صُم لٱ
dalam QS. At-Thur : 37, huruf ص boleh tetapdibaca shad dan boleh dibaca siin karena, pertama, mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu
ُْﺮِط يَسُي
ْ–ْ
َْﺮَط يَس
Shilah
Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu ha’ dlamir yang tetap dibaca panjang walaupun diawali dengan huruf mati, yaitu pada kalimat
ا نا َه ﻣ
ُ ﻪْيِّف
ُْد ل ْخَي َو
dalam QS. Al-Furqan : 69MODUL #10:PENUTUPANKHOTMILQURAN