• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : MELDA AGUSTIN NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Oleh : MELDA AGUSTIN NIM"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS

HIDUP PADA SISWA KELAS VIII DAN IX

MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN

UIN JAKARTA TAHUN AJARAN 2016-2017

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh

:

MELDA AGUSTIN

NIM 1113103000050

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya berkat adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013.

4. dr. Rahmatina,Sp.KK selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan membimbing penulis sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph,D FICS FACS selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian penulis serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

6. dr. Erfira, Sp.M dan Dr. dr. H. Syarief Hasan L, Sp.KFR selaku Penguji I dan Penguji II pada sidang laporan penelitian ini yang telah memberikan kritik serta saran yang sangat membangun demi kebaikan penelitian ini.

7. Ibu Hani Inayati, S.Psi dan Bapak Andri Sulistiyanto, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX dan VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang

(6)

vi

telah banyak memberikan bantuan selama pengambilan data di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

8. Kedua orang tua tercinta, Zainuddin dan Pirdiana, yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya.

9. Adik-adik tersayang, Panji Ramadhan dan Siti Nur Muawanah Khoir, serta seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan tim riset akne vulgaris, Inggrid Nourmalydza, Yusuf Abdul Hadi, dan Nur Izdihar Hadi. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan semangat kalian dalam proses pelaksanaan penelitian ini. 11. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya

untuk menjadi subjek penelitian ini.

12. Seluruh teman-teman keluarga besar PSKPD 2013 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 19 Oktober 2016

(7)

vii ABSTRAK

Melda Agustin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017. 2016.

Latar belakang: Akne vulgaris telah diketahui dapat mempengaruhi kualitas hidup, namun masih terdapat perbedaan dari berbagai hasil penelitian mengenai hubungan antara derajat keparahan akne dengan tingkat kualitas hidup. Tujuan: mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Metode: analitik observasional potong lintang dengan responden terdiri dari 222 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta yang memenuhi kriteria. Derajat keparahan akne vulgaris dinilai berdasarkan klasifikasi Lehmann dan kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner CDLQI. Hasil: Didapatkan derajat keparahan akne terbanyak yaitu akne sedang (67,6%). Interpretasi skor CDLQI menunjukkan tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami responden adalah gangguan ringan (45%,). Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov di dapatkan tidak adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan gangguan kualitas hidup (p=0,999). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan kualitas hidup.

Kata Kunci : akne vulgaris, derajat keparahan, kualitas hidup. ABSTRACT

Melda Agustin. Medical Education. Correlation between The Degree of Acne Vulgaris Severity with The Level of Quality of Life in Class VIII and IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta 2016-2017. 2016.

Background: Acne vulgaris has been known to affect the quality of life, but still there are differences of the various result of research on the correlation between the degree of acne vulgaris severity and level of quality of life. Objectives: this study aim is to determined the correlation between the degree of acne vulgaris severity with levels of quality of life. Methods: A cross-sectional observational analytic study in 222 students of class VIII and IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. The degree of acne vulgaris severity evaluated based on classification of Lehmann and quality of life was measured using a CDLQI questionnaires. Results: The most degree of acne vulgaris severity among subjects is moderate acne (67,6%). Interpretation score of CDLQI showed the most level quality of life among subjects is mild impairment quality of life (45%). By using Kolmogorov-Smirnov test, it is concluded that there are no correlation between the degree of acne vulgaris severity with the level of quality of life (p=0,999). Conclusions: There is no significant correlation between the degree of acne vulgaris severity with the level of quality of life.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ...i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR BAGAN ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR SINGKATAN ...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...3 1.3 Hipotesis ...3 1.4 Tujuan Penelitian ...3 1.4.1 Tujuan Umum ...3 1.4.2 Tujuan Khusus ...3 1.5 Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1 Landasan Teori ...5

2.1.1 Definisi Akne Vulgaris ...5

2.1.2 Epidemiologi ...5

2.1.3 Manifestasi Klinis ...5

2.1.4 Etiologi ...6

2.1.5 Etiopatogenesis ...6

2.1.6 Bentuk Lesi Akne ...8

2.1.7 Derajat Keparahan ...10

2.1.8 Diagnosis ...12

2.1.9 Tatalaksana ...12

2.1.10 Definisi Kualitas Hidup ...13

2.1.11 Ruang Lingkup Kualitas Hidup ...14

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup...14

2.1.13 Hubungan derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup ...15

2.1.14 Pengukuran Kualitas Hidup ...15

(9)

ix

2.2 Kerangka Teori ...18

2.3 Kerangka Konsep ...19

2.4 Definisi Operasional ...20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...21

3.1 Desain Penelitian ...21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...21

3.3 Populasi dan Sampel ...21

3.3.1 Populasi Target ...21 3.3.2 Populasi Terjangkau ...21 3.3.3 Sampel Penelitian ...21 3.3.4 Kriteria Inklusi ...22 3.3.5 Kriteria Eksklusi ...22 3.4 Alur Penelitian ...23 3.5 Manajemen Data ...24 3.3.1 Pengumpulan Data ...24

3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ...24

3.3.3 Penyajian Data ...24

3.6 Etika Penelitian...25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...26

4.1 Hasil Penelitian...26

4.1.1 Dekripsi Lokasi Penelitian ...26

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ...26

4.1.3 Tingkat Kualitas Hidup ...27

4.1.4 Hubungan antara derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup ...27

4.2 Pembahasan ...28

4.3 Keterbatasan Penelitian ...31

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...32

5.1 Simpulan ...32

5.2 Saran ...32

DAFTAR PUSTAKA ...33

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bentuk lesi akne vulgaris ...9

Tabel 2.2 Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury ...10

Tabel 2.3 Global Acne Grading System ...11

Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang direvisi Cunliffe ...11

Tabel 2.5 Derajat akne vulgaris menurut Lehmann ...12

Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin,derajat keparahan akne vulgaris ...26

Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup berdasarkan interpretasi CDLQI ...27

(11)

xi

DAFTAR BAGAN

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah persetujuan penelitian ...36

Lampiran 2 Identitas dan pertanyaan penjaring ...38

Lampiran 3 Kuesioner CDLQI...39

Lampiran 4 Surat Pemohonan Izin Penelitian ...41

Lampiran 5 Surat Pemohonan Persetujuan Etik Penelitian...42

Lampiran 6 Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian ...43

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN MTs = Madrasah Tanawiyah

UIN = Universitas Islam Negeri

FKIK = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan CDLQI = Children’s Dermatology Life Quality Index

DLQI = Dermatology Life Quality Index

CADI = Cardiff Acne Disability Index P.acnes = Propionibaterium acnes

GAGS = Global Acne Grading System

WHO = World Health Organization

WHOQoL = World Health Organization Quality of Life

CRF = Corticotropin realizing Factor

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris atau dikenal sebagai jerawat merupakan penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya yang biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan punggung bagian atas.1,2

Akne merupakan penyakit yang tidak dilaporkan, sehingga prevalensi tepatnya tidak diketahui. Namun, dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne vulgaris.3 Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.1 Pada penelitian lain disebutkan insiden akne terjadi di usia 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan papul. Lokasi yang paling sering adalah pada bagian wajah (85%).2,4

Terdapat empat penyebab yang paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu produksi sebum yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi.1,5 Faktor risiko yang dapat menimbulkan akne antara lain genetik, penggunaan kosmetik, jarang membersihkan wajah, efek manipulasi berupa menggaruk atau memencet, serta faktor makanan yang dikonsumsi.2

Adanya akne membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan akne sering terjadi pada usia belasan hingga dua puluhan tahun yang merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis dari akne. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah wajah, dimana pada remaja wajah bernilai penting yang berkaitan dengan citra dirinya.3

Meskipun bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa, beberapa studi telah menunjukkan bahwa akne dapat memiliki efek yang serius pada gambaran diri penderita yang dapat berkembang menjadi kecemasan, depresi, dan disfungsi

(15)

sosial.6 Pada remaja, akne vulgaris dapat memberikan efek negatif terhadap penderitanya.7 Menurut Noorbala, akne vulgaris adalah kelainan kulit umum yang memberikan dampak besar bagi kualitas hidup di kalangan remaja.8

Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris dapat mempengaruhi kualitas hidup.8,9 Juga telah banyak dilakukan penelitian yang mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup dan didapatkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Ningrum melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup.10 Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tasoula, Noorbala, dan Vilar yang menyatakan adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.7,8,9 Sedangkan menurut penelitian Kokandi, kualitas hidup seseorang tidak berhubungan dengan derajat keparahan akne yang diderita seseorang.11 Hal ini didukung dengan penelitian Bramantyo yang juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup penderitanya.12

Adanya perbedaan pendapat dalam penelitian-penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian ini pada kelompok yang spesifik yaitu pada kelompok usia remaja, sebagaimana yang telah diketahui bahwa masa remaja merupakan onset dimulai terjadinya akne vulgaris. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta dikarenakan pada kelompok tersebut belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

(16)

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta? 1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, yaitu semakin berat derajat keparahan akne vulgaris maka semakin terganggu kualitas hidup penderitanya.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

 Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta secara umum, dan berdasarkan usia dan jenis kelamin.

 Untuk mengetahui derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan Klasifikasi Lehmann.

 Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup penderita akne vulgaris berdasarkan skor CDLQI.

 Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan klasifikasi Lehmann dengan tingkat gangguan kualitas hidup penderita akne vulgaris berdasarkan skor CDLQI pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

 Bagi peneliti, penelitian ini sebagai media pembelajaran guna menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penulisan karya ilmiah.

 Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan yang terkait dengan hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.

 Menambah wawasan bagi responden penelitian yaitu siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta tentang derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup.

(18)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi akne vulgaris

Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan menifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus, serta kista.1 Akne vulgaris merupakan gangguan yang sering terjadi pada remaja.4 2.1.2 Epidemiologi

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh masyarakat. Dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne pada beberapa waktu dan hampir 80 % dari semua orang pernah mengalami akne vulgaris.3

Prevalensi akne vulgaris pada masa remaja berkisar antara 47-90%.Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflmasi, 10% lesi komedonal.13

Di Amerika serikat, 85% dari penduduk dengan usia 12-14 tahun menderita akne vulgaris. Di Afrika, didapatkan prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7%.14

Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.1 Di Palembang, sebesar 68,2 % penduduk dengan usia 14-21 tahun mengalami akne vulgaris, dimana pada kelompok laki-laki 37,3%, dan kelompok wanita 30,9%. 2

2.1.3 Manifestasi klinis

Akne vulgaris mempunya predileksi di wajah dan leher (99%) , punggung (66%), dada(15%), serta bahu dan lengan atas.1 Lokasi yang paling sering adalah pada bagian wajah (85%).2 Kadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis. Efloresensi akne terbagi menjadi:

(19)

 lesi non inflamasi: berupa komedo terbuka, komedo tertutup,dan

 lesi inflamasi: berupa papul, pustul, nodul, dan kista.1,13 2.1.4 Etiologi

Beberapa etiologi yang diduga terlibat dengan terjadinya akne vulgaris, berupa faktor intrinsik, yaitu genetik, ras hormonal, dan faktor ekstinsik berupa stress, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet tinggi lemak jenuh, efek manipulasi berupa menggaruk atau memencet, rokok, dan obat-obatan.1,2,13

Prevalensi akne vulgaris pada siswa SMA yang mengalami akne vulgaris ringan sampai berat dengan riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 19,9% dan tanpa riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 9,8%.4

Diketahui bahwa faktor stress merupakan salah satu pemicu timbulnya akne vulgaris, dimana saat terjadi stress psikologis, maka akan merangsang hipotalamus untuk memproduki CRF yang akan menstimulasi hipofisis anterior, sehingga terjadi peningkatan ACTH. Peningkatan ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat, sehingga salah satu hormon yang dihasilkan korteks adrenal yaitu hormon androgen pun mengalami peningkatan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa hormon androgen memiliki peran penting dalam patogenesis akne vulgaris.15

2.1.5 Etiopatogenesis

Patogenesis akne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis vaskular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum yang berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes.1,4,5,13,16

1. Produksi sebum yang meningkat

Pada individu penderita akne vulgaris, secara umum ukuran folikel kelenjar sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dibawah kontrol hormon androgen. Hormon androgen berperan dalam perubahan sel-sel sebosit dan sel-sel keratinosit folikular sehingga menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang menjadi lesi inflamasi.1,4,16

(20)

7

Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme selular yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-α-reduktase (tipe 1) serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel-sel sebosit basal yang belum diferensiasi. Setelah berdiferensiasi, sel-sel sebosit kemudian ruptur dengan melepaskan sebum kedalam duktus pilosebasea. Telah diketahui bahwa akibat stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai berkembang pada usia 7-8 tahun. Tingkat peningkatan androgen pada masa remaja diketahui menjadi titik awal untuk pengembangan jerawat remaja.1,16

Hormon androgen

Keratiniasi folikel abnormal peningkatan produksi sebum Obstruksi

P.acnes

Lesi noninflamasi (komedo) lesi inflamasi (papul, pustul, nodul) P.acnes

Bagan 2.1. mekanisme dasar patogenesis akne vulgaris.5 2. Hiperproliferasi folikel pilosebasea

Penelitian imunohistokimiawi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya kadar asam linoleat sebasea. Lapisan granulosum menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada orifisium folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar. Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non inflamasi dan lesi inflamasi, bila terdapat proliferasi P.acnes.1,16

(21)

Dalam patogenesis jerawat, mikroflora alami kulit turut memainkan peran, yaitu bakteri Gram positif berbentuk batang yang bersifat anaerob, Propionibaterium acnes (P.acnes). P.acnes adalah mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra infundibulum dan dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P.acnes menyajikan sejumlah kegiatan enzimatik, salah satunya komponen lipasenya yang memecah diasilgliserol sebaseous dan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan hiperkeratosis proliferatif di saluran folikel, sehingga menghasilkan efek komedogenik. Pengaruhnya dalam menurunkan pH menyebabkan pecahnya komedo. Protease dari P.acnes memungkinkan perembesan isi folikel melalui dindingnya dan

hyaluronidase mendukung penyebarannya di dermis. Konsekuensi klinis dari proses ini adalah papula, indurasi dan abses.1,4,16

P.acnes mempengaruhi kedua komponen seluler dan humoral dari sistem kekebalan tubuh. P.acnes mampu bertahan dalam makrofag dan meningkatkan kemotaksis leukosit polimorfonuklear. Bakteri ini juga sitotoksik aktif yaitu dapat mengaktifkan komplemen dan menyebabkan hipersensitivitas tipe cepat atau lambat. Produk lain dari P.acnes adalah fosfatase, neuraminidase, deoksiribonuklease, dan zat yang mirip dengan prostaglandin menjadi tanda penting dalam pembentukan manifestasi inflamasi akne.16

4. Proses inflamasi

P.acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne vulgaris dangan menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P.acnes yang memicu inflamasi. Selain itu antibodi terhadap antigen dinding sel P.acnes

meningkatkan respons inflamasi melalui aktivitas komplemen.1,13 Mekanisme kekebalan tubuh juga berkontribusi terhadap pembentukan peradangan reaktif. Tes intradermal dengan suspensi P.acnes tewas pada pasien dengan bentuk parah dari jerawat menunjukkan setelah 48 jam reaksi inflamasi secara signifikan lebih besar dari pada orang yang sehat. Pada pasien ini, peningkatan antibodi spesifik juga terdaftar.16

(22)

9

2.1.6 Bentuk lesi

Berdasarkan efloresensinya akne vulgaris memiliki beberapa macam bentuk lesi, seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan kista yang rinciannya dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris

Bentuk lesi Gambaran klinis Gambaran4

Komedo terbuka

Diameter 0,1-0,3 mm.Dapat berbentuk datar atau meninggi, puncaknya berwarna hitam dikarenakan terdapat banyak pigmen melanin.

Komedo tertutup

Lesi kecil dan jelas dengan diameter 0,1-0,3 mm. lesi mengalami perbaikan dalam waktu 3-4 hari sebanyak 25% dan akan berkembang menjadi lesi inflamasi sebanyak 75%.

Papul 50% berasal dari mikrokomedo.Terdapat 2 tipe papul, yaitu aktif dan tidak aktif, dimana untuk yang tidak aktif, berwarna kurang merah dan lebih kecil dari yang aktif, berdiameter 4mm.

Pustul Letaknya dalam ataupun superfisial. Lebih jarang dijumpai daripada papul. Pustul terbentuk dari papul atau nodul yang mengalami inflamasi, dapat bertahan selama 7 hari atau lebih.

Nodul Nodul terletak lebih dalam dan dapat bertahan selama 8 minggu dan kemudian mengecil. Namun, tidak semua nodul dapat menghilang, sebagian dapat menjadi parut.

Kista Kista jarang terjadi, bila terbentuk, diameter mencapai beberapa sentimeter. Bila diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material kental berupa krem berwarna kuning.

(23)

2.1.7 Derajat keparahan

Menentukan derajat keparahan akne vulgaris dapat membantu pasien dalam memilih pengobatan yang tepat. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda dalam menilai derajat keparahan akne vulgaris. Setidaknya terdapat 25 klasifikasi yang telah ada.11 Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (oleh FKUI/RS Cipto Mangunkusumo) untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris adalah klasifikasi menurut Lehmann.1 Klasifikasi yang banyak digunakan di negara lain seperti di Hong Kong, India, Yordania, Malaysia, Arab Saudi, dan Turki ialah GAGS. Klasifikasi lain yang sering juga dipakai adalah Klasifikasi Leeds. Sedangkan, di Korea menggunakan Korean Acne Grading System, dan Jepang menggunakan klasifikasi Hayashi dalam menilai derajat keparahan akne vularis.18 Menurut Pillsbury, akne vulgaris dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu I, II, III, dan IV, yang dinilai berdasarkan gambaran klinis yang terdapat di muka, dada, dan punggung.

Tabel 2.2 Derajat keparahan akne vulgaris menurut menurut Pillsbury17,18

Gradasi Gambaran Klinis

I Komedo di muka

II Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

III Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung.

IV Akne konglobata.

Sumber : Ramli, 2012, Adityan, 2009

Doshi, Zaheer dan Stiller merancang sistem penilaian yang dinamakan GAGS. Sistem ini menilai enam daerah yaitu dahi, masing masing pipi, hidung , dagu, dada dan punggung. Setiap lokasi dihitung sebagai faktor, dan jenis lesi diberi nilai tergantung pada tingkat keparahannya, kemudian ditentukan skor lokal yaitu dengan mengalikan faktor dan keparahan. Jumlah dari seluruh skor lokal disebut

(24)

11

dengan skor global. Keparahan akne vulgaris dinilai dengan menggunakan skor global tersebut.18,19

Tabel 2.3 Derajat keparahan akne vulgaris menurut GAGS18,19

Lokasi Faktor

(f)

Keparahan (s) Skor lokal

(fxs)

Derajat Keparahan akne

Dahi 2 0 Tidak ada

lesi

Ringan 1-18

Pipi kiri 2 1 Komedo Sedang 19-30

Pipi kanan

2 2 Papul Berat 30-38

Hidung 1 3 Pustul Sangat

berat

>39

Dagu 1 4 Nodul

Dada 3 Skor total

Sumber : Ramli,2012

Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi oleh Cunliffe menyebutkan bahwa akne vulgaris terbagi menjadi derajat I, II, III, dan IV dengan kriteria yang dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi Cunliffe (2003)9,19 I Komedo predominan, papul dan pustul (kecil dan <10) Ringan

II 10-40 papul dan pustul Sedang

III 40-100 papul dan pustul, >40 komedo, terdapat nodul Sedang/ berat IV Nodulokistik dan akne konglobata dengan keparahan,

lesi yang nyeri, papul, pustul, dan komedo.

Berat

(25)

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (FKUI/RSCM) untuk menentukan derajat akne vulgaris adalah klasifikasi menurut Lehmann, yang diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia) Regional Consensus on Acne Management.1

Tabel 2.5. Derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann1

Derajat Lesi Gambar14

Akne ringan Komedo < 20, atau

Lesi inflamasi <15, atau

Total lesi < 30

Akne sedang Komedo 20-100, atau

Lesi inflamasi 15-50, atau

Total lesi 30-125

Akne berat Kista >5, atau komedo >100, atau

Lesi inflamasi > 50, atau

Total lesi >125

Sumber : Bernadette, 2015 2.1.9 Tatalaksana

Tujuan tatalaksana akne vulgaris adalah untuk mempercepat penyembuhan, mencegah pembentukan akne baru, dan mencegah jaringan parut yang merupakan komplikasi dari akne yang bersifat permanen.1,13

Tatalaksana akne vulgaris harus berdasarkan penyebab atau faktor pencetusnya, patogenesis, keadaan klinis, derajat keparahan akne, dan aspek psikologis. Dari

(26)

13

aspek psikologis, sebagian besar pasien akne vulgaris merasa malu yang berlebihan, rendah diri, perasaan cemas dan menyendiri, sehingga memerlukan terapi yang lebih efektif.1

Penatalaksanaan umum akne vulgaris dimulai dengan mencuci wajah minimal 2 kali dalam sehari menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung antibakteri, misalnya triklosan yang menghambat kokus positif gram. Selain itu juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat.1,4

Penatalaksanaan medikamentosa berupa pemakaian bahan topikal untuk pengobatan akne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat dengan konsentrasi krim 20 persen atau gel 15 persen, memiliki efek antimikroba dan komedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi.4,13

Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan eritromisin. Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil peroksida dan terbukti mengurangi resistensi.4

2.1.10 Definisi kualitas hidup

Menurut World Health Organization (WHO), kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam konteks kultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya.20

Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti tidak adanya keluhan saja, akan tetapi terdapat hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya.21

(27)

2.1.11 Ruang lingkup kualitas hidup20,22

Secara umum terdapat 6 aspek yang yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO, bidang tersebut antara lain:

1. Kesehatan fisik

Terdiri dari kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur, dan istirahat.

2. Kesehatan psikologis

Terdiri dari perasaan positif, cara berpikir, belajar, memori, konsentrasi, harga diri, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, dan kepercayaan individu.

3. Keleluasaan aktivitas

Terdiri dari mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. 4. Hubungan sosial

Terdiri dari hubungan sosial dan dukungan sosial. 5. Lingkungan

Terdiri dari kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kepedulian sosial,dan kepuasan kerja.

6. Spiritual

Terdiri dari agama, spritualitas, dan kepercayaan.

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan dalam World Health Organization Quality of Life (WHOQoL), bahwa persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks kultural dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup dan tinggal.20 Berbagai penelitian menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan standar referensi yang menjadi pembanding antara kualitas hidupnya dengan orang lain. 21,23

(28)

15

2.1.13 Hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup

Meskipun bukan sebuah kondisi yang mengancam kehidupan, berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris terdapat hubungan dengan kualitas hidup.8,9 Keluhan pasien akne vulgaris yang dilaporkan terkait keluhan efek fungsional, sosial, psikologikal, dan emosional mereka sebanding dengan yang dilaporkan oleh pasien penyakit lain, seperti asma kronik, epilepsi, diabetes, dan artritis, sehingga akne vulgaris bukanlah penyakit yang bisa diacuhkan dibandingkan dengan kondisi penyakit kronis lain.25 Penelitian Ningrum melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup.10 Pada penelitian Vilar,dkk menyatakan bahwa derajat keparahan akne vulgaris berhubungan dengan kualitas hidup yang buruk.9 Sejalan dengan Ningrum dan Vilar, menurut Tasoula, akne vulgaris pada remaja dapat memberikan efek psikis yang negatif pada penderitanya dan mempengaruhi tingkat kualitas hidup.7

Namun hal yang berbeda disampaikan dalam penelitian Kokandi yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris.11 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bramantyo bahwa derajat keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan tingkat kualitas hidup.12 2.1.14 Pengukuran kualitas hidup pada penderita akne vulgaris

Menurut WHO, pengukuran kesehatan dan efek perawatan kesehatan harus mencakup tidak hanya indikasi perubahan frekuensi dan tingkat keparahan penyakit, tetapi juga perkiraan kualitas hidup.20,24

Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Terdapat berbagai macam kuesioner yang digunakan untuk mengukur berbagai penyakit baik secara umum, maupun spesifik untuk suatu penyakit. Untuk akne vulgaris, terdapat indikator spesifik untuk pengukuran kualitas hidup. Saat ini, yang paling banyak dipakai ialah Cardiff Acne Disability Index (CADI), Dermatology Life Quality Index (DLQI), dan Children’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI).

(29)

CADI merupakan kuesioner yang spesifik untuk akne vulgaris yang didesain untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda yang menderita akne vulgaris.26 DLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup pada responden dewasa, yaitu diatas usia 16 tahun, sedangkan CDLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup responden berusia dibawah 16 tahun.Selain menilai kualitas hidup penderita akne vulgaris, Kedua kuesioner ini banyak digunakan dalam penelitian yang mengukur kualitas hidup karena validitas dan reliabilitasnya yang baik, cara pengukurannya sederhana, serta mampu membandingkan kualitas hidup suatu penyakit kulit dengan penyakit kulit lainnya. 27

CDLQI dapat dianalisis dengan 6 kategori yaitu : gejala dan perasaan, waktu luang, sekolah atau liburan, hubungan pribadi, tidur, dan perawatan. CDLQI merupakan kuesioner berbahasa inggris yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang telah divalidasi oleh Universitas Cardiff, termasuk juga dalam bahasa Indonesia.7,27 Skor setiap jawaban dari pertanyaan dinilai dalam bentuk skor, yang kemudian dihitung dengan menjumlahkan total skor setiap jawaban. Tingkat kualitas hidup interpretasikan berdasarkan total skor yaitu mulai dari tidak terganggu, gangguan ringan, sedang, berat, dan sangat berat.27

Sampai dekade yang lalu, prosedur evaluasi perawatan medis hampir hanya didasarkan pada kriteria objektif yang tekait klinis dan somatik saja. Dalam dekade terakhir ini, rekaman dengan cara yang standar dari faktor subjektif seperti pengalaman, perilaku pasien, dan beban penyakit dapat diandalkan secara intensif yang memungkinkan dokter untuk menilai jalannya penyakit dan efek terapi.26

2.1.15 Perkembangan remaja

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa, dimana terjadi berbagai perubahan baik hormonal, fisik, psikologis, maupun sosial. Perubahan fisik yang menonjol ialah perkembangan tanda-tanda seks sekunder dan pacu tumbuh. Terjadi juga perubahan psikososial baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan, serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan

(30)

17

psikososial remaja dibagi dalam 3 tahapan, yaitu remaja awal, pertengahan, dan akhir.28,29

Pada masa remaja awal, peran teman sebaya sangat dominan, mereka berusaha untuk membentuk kelompok, bertingkah laku, berpenampilan, mempunyai bahasa atau isyarat yang sama. Pada masa remaja pertengahan, mereka sudah mulai mempunyai role model dan konsisten terhadap cita-cita. Dan pada masa remaja akhir, mereka lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkannya nanti, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.29

(31)

2.2 Kerangka Teori AKNE VULGARIS Penilaian derajat keparahan GAGS Lehmann KUALITAS HIDUP Tidak terganggu Gangguan sedang Gangguan ringan Gangguan berat Gangguan sangat berat Instrumen pengukur  DLQI  CDLQI  CADI Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan Hubungan dengan orang lain Standar referensi pekerjaan Kesehatan fisik Kesehatan psikologis Keleluasaan aktivitas Hubungan sosial lingkungan spiritual Remaja Perubahan hormonal

Faktor internal Faktor eksternal: lingkungan Kolonisasi P.acnes Hormon androgen Peningkatan produksi sebum Hiperproliferasi

folikel pilosebasea inflamasi

Mikrokomedo dan komedo

Papul,pustul,nodul

Bentuk lesi akne

Leeds Akne ringan, sedang, berat, sangat berat (grade I- IV) Ringan, Sedang, berat

(32)

19

2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup pada pasien akne vulgaris dapat dirumuskan secara skematis pada bagan berikut :

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak dihubungkan

Derajat keparahan akne vulgaris Kualitas hidup penderita akne vulgaris Tidak terganggu Gangguan sedang Gangguan ringan Gangguan berat Gangguan sangat berat Akne Ringan Akne Berat Akne Sedang Pengukuran dengan Kuesioner CDLQI Usia Jenis kelamin Klasifikasi Lehmann

(33)

2.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Alat

ukur

Hasil ukur Skala

ukur 1. Derajat keparahan akne vulgaris Penilaian gradasi akne vulgaris menurut klasifikasi Lehmann. Pemeriksaan fisik berupa inspeksi bagian wajah pasien, menentukan bentuk lesi dan menghitung jumlah akne vulgaris.

kaca pembesar

Jumlah dari masing masing bentuk lesi akne vulgaris

Komedo<20 atau, lesi inflamasi <15 atau, total lesi <30 = akne ringan

Komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-50,atau total lesi 30-125 =akne sedang

Kista >5,atau komedo >100,atau lesi inflamasi >50,atau total lesi >125 =akne berat Ordinal 2. Kualitas Hidup Penilaian persepsi individu tentang keberadaanny a dalam hidup, dalam konteks kultural, nilai, harapan, standar, dan perhatiannya berdasarkan CDLQI. Menjawab 10 pertanyaan dalam kuesioner CDLQI Kertas kuesioner CDLQI dan alat tulis berupa pensil / pulpen

Skor dari total 10 pertanyaan kuesioner CDLQI 0-1=tidak terganggu 2-6=sedikit terganggu 7-2=terganggu 13-18=banyak terganggu 19-30= sangat terganggu Ordinal

(34)

21

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain potong lintang untuk mencari hubungan antarvariabel yaitu derajat keparahan akne vulgaris (variabel independen) dan kualitas hidup (variabel dependen) yang ditentukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner dan pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-27 September 2016 di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target

Semua siswa penderita akne vulgaris yang berusia 16 tahun ke bawah. 3.3.2 Populasi Terjangkau

Penderita akne vulgaris di kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. 3.3.3 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif, dimana setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi dimasukkan dalam penelitian.

Perhitungan besar sampel diambil berdasarkan jenis pertanyaan penelitian yaitu analitis bivariat kategorik tidak berpasangan, dengan rumus sebagai berikut.

n

1

= n

2 =[

√ √

]

=[ √ √ ]

(35)

n1= n2 = 63,2 sampel, dibulatkan menjadi 63 sampel.

Pada penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 63 sampel untuk masing-masing derajat keparahan akne vulgaris yaitu derajat ringan dan derajat sedang-berat. Di penelitian ini dilakukan penggabungan pada derajat keparahan akne sedang dan berat untuk dilakukan analisis bivariat.

keterangan :

n1 = n2 = jumlah sampel setiap kelompok Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 20% = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang telah diketahui= 0,46.9 Q2 = 1 - P2 = 1- 0,46 = 0,54

P1 = proporsi yang nilainya merupakan judgement peneliti = 0,7 Q1 = 1 – P1 = 1-0,7 = 0,3

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,24 P = proporsi total (P1+P2) / 2 = (0,7+0,46)/2 =0,58

Q = 1- P = 1- 0,58 = 0,42

3.3.4 Kriteria inklusi

a. Siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. b. Berusia 16 tahun ke bawah.

c. Sedang mengalami akne vulgaris minimal satu minggu terakhir.

d. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan (inform consent).

3.3.5 Kriteria eksklusi

a. Mengalami penyakit kulit lain selain akne vulgaris di wajah.

b. Telah mengisi kuesioner, namun tidak bersedia dilakukan pemeriksaan fisik dermatologis.

(36)

23

3.4 Alur Penelitian

Populasi siswa VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta

Diperoleh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Memberi penjelasan dan inform consent kepada sampel.

Menilai derajat keparahan akne vulgaris dengan pemeriksaan

fisik inspeksi wajah Sampel melengkapi

ketidaklengkapan kuesioner

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data

Penyajian data

Pengisian kuesioner penjaring oleh seluruh populasi terjangkau

Sampel mengisi kuesioner CDLQI

(37)

3.5 Manajemen Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1.1 Data Primer

Data primer dikumpulkan dari pengisian kuesioner penjaring dan CDLQI oleh responden dan hasil pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden yang dilakukan oleh peneliti, berupa inspeksi wajah penderita akne vulgaris untuk melihat bentuk lesi serta menghitung jumlahnya untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan klasifikasi Lehmann.

3.5.1.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari pihak Madrasah yaitu berupa data jumlah siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

3.5.2 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data menggunakan program statistika SPSS 22.0. data dilakukan pengolahan statistik deskriptif, kemudian dilakukan uji One-way Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui normalitas distribusi data. Analisis data menggunakan uji Chi-Square bila syarat terpenuhi, yaitu sel yang mempunyai hitung harapan kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila tidak memenuhi syarat, untuk tabel selain 2 x 2 dan 2 x k, dilakukan uji alternatif yaitu penggabungan sel kemudian diuji kembali dengan menggunakan uji Chi-Square. Bila tidak memenuhi syarat, digunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov.

3.5.3 Rencana Penyajian Data

(38)

25

3.6 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait etika penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan pada pihak MTs Pembangunan UIN Jakarta sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan meminta persetujuan kepada responden secara lisan maupun tertulis dengan menandatangani form persetujuan bersedia mengikuti penelitian.

(39)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di Jalan Ibnu Taimiya 4, Kota Tangerang Selatan, Banten. Pengaturan alokasi waktu belajar adalah 40 menit per jam pelajaran, sehingga jumlah jam pelajaran perminggu teralokasi 45 jam pelajaran. Fasilitas yang yang tersedia berupa, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, MIPA, IPS, Bahasa, dan kitchen lab, masjid dan aula, sarana audio visual, UKS dan perawatan RS Syarif Hidayatullah, ruang bimbingan dan konseling, ruang musik, tabungan amal saleh, sarana antar jemput, kantin, satpam, koperasi sekolah, sarana olahraga dan Bank.

4.1.2 Karakteristik responden

Dari total 472 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, diperoleh sebanyak 222 siswa (47%) yang menjadi responden dalam penelitian ini, dengan rerata usia 13,35 tahun (± 0,65). Distribusi usia, jenis kelamin, dan derajat keparahan akne vulgaris pada responden disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin, derajat keparahan akne vulgaris

responden Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Total n (%) Usia 12 tahun 16 7,2 222 (100,0) 13 tahun 118 53,2 14 tahun 83 37,4 15 tahun 5 2,3 Jenis kelamin Laki-laki 121 54,5 222 (100,0) Perempuan 101 45,5

Derajat keparahan akne

Ringan 69 31,1 222 (100,0) Sedang 150 67,6 Berat 3 1,4 26

(40)

27

Berdasarkan tabel 4.1 Responden yang terbanyak berasal dari usia 13 tahun (53,2%), dan responden yang paling sedikit yakni usia 15 tahun (2,3%). responden yang mengalami akne vulgaris lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki (54,5%) daripada perempuan (45,5%). Derajat keparahan akne vulgaris terbanyak yang dialami oleh responden ialah akne derajat sedang (67,6%), kemudian akne derajat ringan (31,1%) dan yang paling sedikit ialah akne derajat berat (1,4%).

4.1.3 Tingkat kualitas hidup

Berdasarkan interpretasi skor CDLQI, tingkat kualitas hidup terbagi mulai dari tidak terganggu sampai gangguan sangat berat. Data lengkap tingkat kualitas hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI disajikan dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI

Tingkat kualitas hidup

Frekuensi (n) Persentase (%) Median

Tidak terganggu 61 27,5 3,50 Gangguan ringan 100 45,0 Gangguan sedang 51 23,0 Gangguan berat 10 4,5 Gangguan sangat berat 0 0,0 Total 222 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, Gangguan kualitas hidup ringan merupakan yang paling banyak dialami responden (45%), dan yang paling sedikit ialah gangguan kualitas hidup berat (4,5%). Diketahui median dari skor CDLQI adalah 3,50 yang artinya rata-rata responden mengalami gangguan kualitas hidup ringan.

4.1.4 Hubungan antara derajat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup. Kedua variabel ini merupakan variabel

(41)

kategorik. Hubungan antara variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hubungan antara derjat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

Derajat keparahan

akne

Tingkat kualitas hidup

p Tidak terganggu Gangguan ringan Gangguan sedang-berat Total n % n % N % Ringan 22 31,9 30 43,5 17 24,6 69 0,999 Sedang-berat 39 25,5 70 45,8 44 28,8 153 Total 61 27,5 100 45,0 61 27,5 222

Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pada responden dengan derajat keparahan akne vulgaris ringan, paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup ringan (43,5%). Responden dengan derajat akne vulgaris sedang hingga berat juga didapatkan paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup yang ringan (45,5%).

Didapatkan p=0,999, dimana p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. 4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, didapatkan prevalensi akne vulgaris sebanyak 47% dengan kejadian akne vulgaris lebih tinggi pada laki-laki meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa prevalensi akne pada masa remaja berkisar antara 47-90% dan kejadian akne vulgaris lebih banyak terjadi pada laki-laki.4,13 Penelitian Tjekyan menyebutkan bahwa prevalensi akne vulgaris lebih tinggi pada laki-laki (54,7%) dibandingkan perempuan.2 Penelitian yang dilakukan Yahya juga mendukung bahwa kejadian akne vulgaris lebih tinggi terjadi pada laki-laki (50,8%).14 Penelitian Hanisah pada remaja usia sekolah mendukung bahwa prevalensi akne lebih tinggi pada laki-laki (71,1%).30 Menurut

(42)

29

Noorbala, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara akne vulgaris dengan jenis kelamin, dimana dalam penelitiannya didapatkan pada laki-laki sebesar 45%.8

Dalam penelitian ini, kejadian akne vulgaris paling banyak didapatkan pada responden yang berusia 13 tahun. Sesuai dengan kepustakaan sebelumnya yang menyatakan bahwa akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun.1 Akne vulgaris dimulai pada onset remaja dimana hal ini sejalan dengan adanya peningkatan hormon androgen pada onset pubertas remaja.5,13

Derajat keparahan terbanyak yang dialami responden laki-laki dan perempuan ialah akne vulgaris derajat sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Yurivka yang dilakukan di Rusunawa putri Unimus, dimana pada penelitiannya mendapatkan sebanyak 42,5% responden mengalami derajat keparahan akne vulgaris derajat sedang.31 Berat ringannya derajat keparahan akne vulgaris dipengaruhi oleh jumlah sebum yang diproduksi, dimana pada penderita akne vulgaris, baik laki-laki maupun perempuan akan memproduksi sebum yang lebih banyak daripada individu normal, namun komposisi sebum tidak berbeda dengan orang normal.1 Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Bramantyo pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang berusia 15-20 tahun, bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup.12 Pada penelitian Kokandi juga mendukung bahwa tidak adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkatan kualitas hidup seseorang. Menurut Kokandi, kualitas hidup pada pasien akne vulgaris dapat dipengaruhi oleh alasan lain selain derajat keparahan akne vulgaris, seperti karena faktor sosial, emosional, tipe kepribadian seseorang, adanya skar dan masalah sekolah ataupun pekerjaan.11

Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian Tasoula yang menyebutkan adanya hubungan positif antara derajat keparahan akne vulgaris dengan gangguan pada kualitas hidup.7 Penelitian Ningrum juga menyatakan

(43)

adanya hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup penderitanya.10 Dan pada penelitian Vilar,dkk juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan buruknya kualitas hidup.9 Adanya perbedaan antara satu penelitian dengan penelitian lain dapat dikaitkan dengan berbagai faktor seperti perbedaan klasifikasi yang digunakan untuk menilai keparahan akne vulgaris, perbedaan karakteristik responden antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan perbedaan persepsi penderita tentang seberapa parah akne vulgaris yang dialaminya.7

Pada penelitian ini, derajat keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan tingkat kualitas hidup. Responden paling banyak mengalami akne vulgaris derajat sedang, namun kualitas hidup responden yang paling banyak ialah gangguan ringan dan tidak terganggu, sehingga menurut peneliti kualitas hidup pada responden masih lebih baik bila dibandingkan derajat keparahan yang dialaminya. Derajat keparahan dan kualitas hidup dapat dilihat dari berbagai aspek, dimana pada penelitian ini derajat keparahan dan kualitas hidup responden dapat dikaitkan dengan aspek spiritualitasnya. Responden yang merupakan siswa madrasah, dimana dalam rutinitas sehari-harinya, selain belajar mereka juga dibiasakan melakukan kegiatan ibadah, seperti sholat wajib dan sunnah, tilawah atau membaca al-Quran, serta menghafal al-Qur’an. Pengaruh dari kegiatan ibadah telah banyak diteliti dan terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan psikis. Sebagai contohnya ialah berwudhu yang merupakan rangkaian dari kegiatan ibadah, terbukti dapat mencegah timbulnya penyakit kulit, salah satunya akne vulgaris, dimana pada saat berwudhu, air yang mengenai bagian tubuh saat berwudhu akan dibersihkan dari debu, kotoran, dan bahan kimia yang menempel pada kulit. Selain itu, efek dari air wudhu juga akan memelihara keselarasan pusat saraf, dimana tempat-tempat terkenanya air wudhu seperti dahi, tangan, dan kaki merupakan lokasi pusat saraf yang paling peka dari tubuh manusia.32 Dengan terpeliharanya pusat saraf yang merupakan pengendali dari seluruh tubuh, maka kualitas hidup juga akan menjadi lebih baik.

(44)

31

4.3 Keterbatasan penelitian

1. Proporsi responden dengan derajat keparahan akne berat tidak sebanding dengan derajat keparahan akne ringan dan sedang, sehingga tidak dapat dinilai tingkat kualitas hidupnya.

2. Pada saat proses pengisian kuesioner, terdapat beberapa responden yang mengisi kuesioner tidak berdasarkan sesuai keadaannya atau hanya melihat dari teman didekatnya sehingga dapat menimbulkan bias pada penelitian ini.

(45)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

 Prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta yaitu sebesar 47%, dengan usia terbanyak yaitu 13 tahun, dan prevalensi pada laki-laki lebih tinggi. Derajat keparahan akne vulgaris yang paling banyak diderita yaitu akne derajat sedang. Tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami berdasarkan CDLQI adalah gangguan kualitas hidup ringan.

 Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

5.2 SARAN

 Penelitian selanjutnya diharapkan mendapatkan proporsi derajat keparahan akne berat yang seimbang dengan derajat ringan dan sedang sehingga dapat menilai tingkat kualitas hidup pada masing-masing kelompok.

 Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan studi kohort dalam melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup.

(46)

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Bernadette I, Wasitaatmaja SM . Akne vulgaris. Dalam: Menaldi SL. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI 2015;288-91.

2. Tjekyan, RM Suryadi. Kejadian dan faktor risiko akne vulgaris. M Med Indonesia.Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008; 43(1):38-40.

3. Graham Brown R, Burns T. Lecture notes: dermatologi edisi 8. Jakarta: Erlangga 2005:55-7.

4. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruptions. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.McGraw-Hill 2012;8(1):897-909.

5. Tahir M. Pathogenesis of acne vugaris: simplified. JPAD 2010;20:93-7. 6. Safizadeh H, Meymandi S, Naeimi A. Quality of life in Iranian patient

with acne. Dermatol Res Prac 2012;1-4.

7. Tasoula E, Chalikias J, Danopoulou I, Rigopoulos D. The impact if acne vulgaris on quality of life and psychic in health young adolescent in Greece.Result of population Survey. An Bras Dermatol 2012;87(6):862-9. 8. Noorbala MT, Mozaffary B. Prevalence of acne and its impact on the

quality of life in high school-aged adolescent in Yazd, Iran. JPAD 2013;23(2):168-72.

9. Vilar GN, Filho JFS, Santos LA. Quality of Life, self-esteem and psychosocial factors in adolescents with acne vulgaris. An Bras Dermatol 2015;90(5):622-9.

10. Ningrum PF. Hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. FKUMS 2016.

11. Kokandi A. Evaluation of acne quality of life and clinical severity in Acne female adults. Dermatol Res Prac 2010:1-3.

12. Bramantyo N. Hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup penderita akne vulgaris. UGM 2015.

(47)

13. Movita T. Continuing medical education: acne vulgaris. CDK-203 2013;40(4):269-7.

14. Yahya H. Acne vulgaris in Nigeria adolescent: prevalence, severity, beliefs, perseptions, and practices. Int J Dermatol 2009;48:498-505.

15. Ika. Hubungan tingkat stress dengan timbulnya jerawat pada siswa SMP 4 Ngawi. FKUMS 2015.

16. Loveckova Y, Havlikova I. A microbiological approach to acne vulgaris. Biomed Papers.Institute of Microbiology Faculty of Medicine Poacky University and Teaching Hospital in Olamouc 2002;146(2):29-30.

17. Johansyah RB. Hubungan antara derajat keparahan acne dengan kualitas hidup mahasiswa pre-klinik program pendidikan dokter umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun ajaran 2015/2016.Makassar: FKUNHAS 2015.

18. Ramli R, Malik AS, Hani AFM. Review acne analysis, grading and computational asessment methods: an overview. Skin Res Technol 2012;18:2-7.

19. Adityan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring system in acne vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol 2009;75:320-1.

20. Division of Mental Health and Prevention of Subtance Abuse. WHOQoL: Measuring quality of life. Geneva: WHO 1997:1-2.

21. Chairani N. Kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi.FKUI 2013.

22. Larasati T. Jurnal kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa menopause. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2013:5.

23. Wagner JA, Abbott G, Lett, S. Age related differences in individual quality of life domain in youth with type 1 diabetes. SoM 2004:6-8.

24. Both H, Essink-Bot ML, Busschbach J, Nijsten T. Critical review of generic and dermatology-spesific health-related quality of life instruments. J Inves Dermatol 2007;127:2726-39

(48)

35

25. Jones CM, Chren MM, Soller B, Pedrosa E, Penas PF. Quality of Life in mild to moderate acne: relationship to clinical severity and factors influencing change with treatment.JEADV 2010;21:219-26.

26. Augustin M, Langenbruch A, Gutknecht M, Radtke MA, Blome C. Quality of life measures for dermatology: definition, evaluation, and interpretation.Curr Derm Rep 2012;1:148-151.

27. Finlay AY, Jones MS. The Children’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI).Br J Dermatol 1995;132(6)942-9. (Di unduh 01/05/2016). 28. Sanders RA. Adolescent, psycosocial, and cognitive development. Peds in

Review 2013;34(8):354-7.

29. Batubara, Jose RL. Adolescent development (perkembangan remaja). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sari Pediatri 2010;12(1):21-7.

30. Hanisah A, Omar K, Azhar S. Prevalence of acne and its impact on the quality of Life in school-aged adolescents in Malaysia. J Prim Health Care 2009;1(1):20-2.

31. Yurivka A, Indrastiti R, Tiyas M. Hubungan antara tingkat gradasi akne vulgaris dengan kualitas hidup di Rusunawa putri UNIMUS. UNIMUS 2015.

32. Lela, Lukmawati. Ketenangan: makna dawamul wudhu. PSIKIS 2015;1(2):56-7.

(49)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah persetujuan penelitian

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

Kami, Melda Agustin, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester VII, melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Akne Vulgaris”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup pasien. Akne vulgaris, atau yang biasa disebut dengan jerawat, merupakan penyakit kulit yang umum yang ditandai dengan bentuk lesi yang bervariasi. Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan yang dialami oleh seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Data yang kami peroleh dari pemeriksaan saudara akan kami rahasiakan dan tidak akan di sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami mengharapkan untuk dapat kiranya mengisi formulir yang kami sediakan.

Atas partisipasi dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih

September, 2016 Peneliti

Melda Agustin

(50)

37

Tanggal Pengambilan:

KUESIONER KUALITAS HIDUP PENDERITA AKNE

VULGARIS

No Kuesioner:

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Melda Agustin, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa.

Ciputat, 2016

(51)

Lampiran 2 Identitas dan Pertanyaan penjaring IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Kelas

Usia : tahun

Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan (lingkari salah satu)

No. HP :

I. Jawablah pertanyaan dibawah ini.

1. Apakah saat ini saudara sedang menderita jerawat? a. Ya

b. Tidak

2. Jika “Ya”, sudah berapa lama kah saudara memiliki jerawat saat ini? a. < (Kurang dari) seminggu

b. Satu minggu

c. > (Lebih dari) seminggu d. Satu bulan

e. >(Lebih dari) 1 bulan

3. Kapan saudara pertama kali menderita/memiliki jerawat? Sejak ………..

4. Bagaimanakah pola munculnya jerawat yang saudara alami selama ini? a. Hanya saat: (menjelang haid/ saat stress/saat makan makanan tertentu) b. Tidak ada waktu tertentu/ muncul kapan saja.

c. Lain-lain :………

5. Apakah saudara melakukan pengobatan terhadap jerawat saudara? a. Ya

b. Tidak

6. Jika “Ya”, jenis pengobatan bagaimana yang saudara lakukan? a. Pengobatan resep dokter

b. Pengobatan sendiri c. Pengobatan herbal

d. Lain-lain, sebutkan : ... 7. Apakah saudara memiliki penyakit kulit selain jerawat ?

a. Ya . sebutkan : ………

(52)

39

Lampiran 3 Kuesioner CDLQI II. Kuesioner CDLQI (Children’s Dermatology Life Quality Index)

Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa jauh masalah kulit yang anda miliki mempengaruhi SATU MINGGU TERAKHIR, beri tanda centang () pada salah satu untuk setiap pertanyaan.

No. Pertanyaan

1

Selama satu minggu terakhir seberapa gatal, ingin menggaruk, perih atau sakitkah kulit anda ?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali 1

2

Selama satu minggu terakhir, seberapa kesal, malu minder, atau sedihkah anda karena kulit anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

3

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh kulit anda mempengaruhi pertemanan anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

4

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh anda telah mengganti atau memakai

pakaian/sepatu yang berbeda atau khusus

akibat kulit anda ?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

5

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh masalah kulit anda mempengaruhi kegiatan luar rumah, bermain, atau hobi anda?

Sangat Cukup Sedikit

(53)

Tidak sama sekali

6 Selama satu minggu terakhir, apakah anda menghindari berenang atau olahraga lain

karena masalah kulit anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

7

- Seminggu terakhir pada waktu sekolah: seberapa jauh kulit anda mempengaruhi

kegiatan sekolah anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali - Atau, pada waktu libur, dalam seminggu

terakhir seberapa jauh kulit anda mempengaruhi rencana liburan anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

8

Selama satu minggu terakhir, seberapa besar masalah yang anda hadapi dengan kulit anda dan orang lain yang memberi julukan, mengolok-olok, merundung, bertanya-tanya

atau menghindari anda ?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

9

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh masalah kulit mempengaruhi tidur anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

10

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauhkah

perawatan kulit menjadi masalah bagi anda?

Sangat Cukup Sedikit

Tidak sama sekali

Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih

(54)

41

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian

(55)

Lampiran 5 Surat Permohonan Persetujuan Etik Penelitian

(56)

43

Lampiran 6 Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian

Alat pengukuran derajat keparahan akne vulgaris:

Kaca Pembesar (Loop)

Penjelasan dan pengisian kuesioner

Pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis berupa inspeksi wajah

oleh peneliti

Foto lesi akne vulgaris pada salah satu responden

(57)

Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Melda Agustin

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 09 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pangeran Ratu RT.11 RW 003 Palembang

No. Hp : 0899-5509-617 Email : meldaphyann@ymail.com Riwayat Pendidikan  2001 - 2007 : SD Negeri 96 Palembang  2007 - 2010 : SMP Negeri 15 Palembang  2010 - 2013 : MA Negeri 1 Palembang

 2013 - sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris
Tabel 2.2 Derajat keparahan akne vulgaris menurut menurut Pillsbury 17,18
Tabel 2.3 Derajat keparahan akne vulgaris menurut GAGS  18,19  Lokasi   Faktor
Tabel 2.5. Derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann 1
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

S impulan penelitian: tidak terdapat perbedaan derajat keparahan akne vulgaris yang signifikan antara mahasiswa semester 1 (pembelajar teori) dengan

Hasil: Melalui uji statistik, kadar Zinc berperan pada tingkat keparahan Akne Vulgaris pada ketiga kelompok tingkat keparahan Akne Vulgaris dengan nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gradasi akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Katolik

Soetomo Surabaya, dapat disimpulkan bahwa didapatkan gangguan kualitas hidup pada semua penderita akne vulgaris, terbanyak mengalami gangguan kualitas hidup sedang sampai berat

Manfaat apabila turut sebagai subyek dalam penelitian adalah dapat diketahuinya hubungan derajat keparahan penyakit psoriasis vulgaris terhadap kualitas hidup

Penulis ingin meneliti faktor risiko terjadinya akne vulgaris pada siswa SMA Harapan 1 Medan berdasarkan derajat keparahan akne vulgaris, riwayat keluarga, jenis makanan,

Data dianalisis menggunakan uji chi-square.Hasil uji chi-square terdapat pengaruh antara kualitas tidur dengan tingkat keparahan akne vulgaris (p=0,002), terdapat pengaruh

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris Mahasiswa FK