• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISUSUN OLEH: INGGRID NOURMALYDZA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DISUSUN OLEH: INGGRID NOURMALYDZA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

2

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

DAN PROFESI DOKTER UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2013-2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

DISUSUN OLEH:

INGGRID NOURMALYDZA 1113103000003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016

(2)

2

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 19 Oktober 2016

Inggrid Nourmalydza

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya berkat adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dengan penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Rahmatina, Sp.KK selaku Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan membimbing penulis sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

4. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D FICS FACS selaku Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian penulis serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.

5. dr. Erfira, Sp.M dan Dr. dr. H. Syarief Hasan L., Sp.KFR selaku Penguji 1 dan Penguji 2 pada sidang laporan penelitian ini yang telah memberikan kritik serta saran yang sangat membangun demi kebaikan penelitian ini.

(6)

vi

6. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang selalu memberikan arahan, mengingatkan, serta menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta yang selalu dirindukan, Alm. Bapak Drs. H.

Ramlyd, M.Si dan Ibu Dra. Hj. Jumrah, M.Pd yang selalu memberikan kasih sayangnya, doa, semangat, dan dukungan sepanjang waktu kepada penulis, serta seluruh pengorbanan jiwa raga sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Adik-adik penulis yang tersayang Jimly Odhelydza dan Daeratu Wunalydza, serta seluruh keluarga besar penulis atas doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman “Tim Riset Akne Vulgaris”, Melda Agustin, Nur Izdihar Nadi, dan Yusuf Abdul Hadi. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan semangat dalam proses pelaksanaan penelitian ini sejak awal penelitian hingga penyusunan dan laporan penelitian ini selesai.

10. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya untuk menjadi sampel penelitian pada penelitian ini.

11. Teman seperjuangan PSPD 2013 yang selalu membuat penulis semangat untuk belajar dan untuk cepat menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 19 Oktober 2016

Penulis

(7)

vii

ABSTRAK

Inggrid Nourmalydza. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Hubungan antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dengan Kualitas Hidup pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Angkatan 2013-2015. 2016

Latar belakang: Akne vulgaris sering dialami oleh mereka yang berusia sekitar 20-30 tahun. Akne tidak hanya berdampak pada penampilan, akne dapat menyebabkan beban emosional dan psikologis yang mungkin lebih buruk dari dampak fisiknya.. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat keparahan akne dengan kualitas hidup pada mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Angkatan 2013-2015. Metode: Desain penelitian ini yakni analitik observasional dengan cross-sectional dan total sampel sebanyak 92 responden. Responden diminta mengisi lembar informed consent dan kuesioner Dermatology Life Quality Index, kemudian dianalisis menggunakan Kolmogorov smirnov. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akne sedang (50%) merupakan derajat akne terbanyak, dan tidak terganggu (38%) merupakan kualitas hidup terbanyak pada responden. Pada hubungan derajat akne terhadap kualitas hidup didapatkan p=1,000 (p= >0,05). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne dan kualitas hidup mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Angkatan 2013-2015.

Kata kunci: Akne vulgaris, kualitas hidup, DLQI

Inggrid Nourmalydza. Medical Education and Profession Program.

Correlation Between Degree of Acne Vulgaris Severity with the Quality of Life in Students of Medical Education and Profession Program Class of Year 2013-2015. 2016

Background: Acne vulgaris is often experienced by those aged 20-30 years. Acne not only affects the appearance, acne can cause emotional and psychological burden that may be worse than the physical impacts. Objective: This study aimed to determine the correlation between the degree of acne severity with the quality

(8)

viii

of life in students of Medical Education and Profession Program Class of Year 2013-2015. Methods: This study is an observational analytic study with cross- sectional design and a total 92 of respondents participated in this study.

Respondents were asked to fill out an informated consent sheet and Dermatology Life Quality Index questionnaire, then analyzed using Kolmogorov smirnov.

Results: The results showed the most acne degree among subjects were moderate acne (50%), and most of it has no effect to their quality of life (38%) with p-value of 1,000 (p= >0,05). Conclusions: There is no significant correlation between the severity of acne and the quality of life in students of Medical Education and Profession Program Class of Year 2013-2015.

Key Words: Acne vulgaris, quality of life, DLQI

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ...i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...3

1.3 Hipotesis ...3

1.4 Tujuan Penelitian ...3

Tujuan Umum ...3

Tujuan Khusus ...3

1.5 Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1 Akne Vulgaris ...5

2.1.1 Definisi ...5

2.1.2 Epidemiologi...5

2.1.3 Etiopatogenesis ...6

2.1.4 Gejala klinis ...8

2.1.5 Gradasi ...10

2.1.6 Tatalaksana...13

2.2 Kualitas Hidup ...14

2.2.1 Definisi ...14

2.2.2 Dampak akne terhadap kualitas hidup ...15

(10)

x

2.2.3 Pengukuran kualitas hidup pasien akne vulgaris ...16

2.2 Kerangka Teori ...18

2.2 Kerangka Konsep ...19

2.2 Definisi Operasionel ...20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...21

3.1 Desain Penelitian ...21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...21

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...21

3.3.1 Populasi target dan terjangkau ...21

3.3.2 Sampel inklusi dan eksklusi ...22

3.4 Rancangan Penelitian ...23

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...23

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data ...23

3.7 Etika Penelitian ...24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...25

4.1 Hasil Penelitian ...25

4.1.1 Deskripsi lokasi penelitian ...25

4.1.2 Karakteristik responden penelitian ...25

4.1.3 Kualitas hidup ...26

4.1.4 Hubungan derajat keparahan akne dengan kualitas hidup ...26

4.2 Pembahasan ...27

4.3 Keterbatasan Penelitian ...29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...30

5.1 Kesimpulan ...30

5.2 Saran ...30

DAFTAR PUSTAKA...31

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis Akne Vulgaris ...6

Gambar 2.2 Peradangan pada jerawat disebabkan P. acnes ...8

Gambar 2.3 Lesi akne vulgaris ...9

Gambar 2.4 Keparahan berbasis pendekatan untuk pengobatan akne...14

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Detail lesi akne ...9

Tabel 2.2 Gradasi Pillbury ...10

Tabel 2.3 Gradasi Plewig dan Kligman ...11

Tabel 2.4 Gradasi menurut Burke, Cunliffe, dan Gibson ...11

Tabel 2.5 Doshi dkk, Global Acne Grading System ...12

Tabel 2.6 Gradasi akne vulgaris oleh Leeds direvisi oleh Cunliffe (2013) ...12

Tabel 2.7 Gradasi akne menurut Lehmann dkk (2003) ...12

Tabel 2.8 Algoritma tatalaksana akne ...13

Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan derajat keparahan akne vulgaris ...25

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kualitas hidup menggunakan kuesioner DLQI ...26

Tabel 4.3 Hubungan derajat akne vulgaris terhadap kualitas hidup berdasarkan kuesioner DLQI ...27

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ...34

Lampiran 2 Lembar kuesioner DLQI ...38

Lampiran 3 surat permohonan etik penelitian ...40

Lampiran 4 Riwayat hidup penulis ...41

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang fungsinya tidak hanya melindungi organ internal tetapi juga dapat menunjang penampilan seseorang, sehingga kulit sering mendapat perhatian khusus. Salah satu penyakit kulit yang sering mengganggu yaitu jerawat.

Akne vulgaris atau jerawat merupakan proses peradangan kronik dari kelenjar- kelenjar sebasea dengan manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus serta kista.1 Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun. Namun, ada banyak orang setengah baya yang masih mengalami serangan akne.2

Penyebab dari akne vulgaris sangat banyak (multifaktorial), diantaranya peningkatan produksi sebum, diferensiasi folikel normal, infeksi bakteri (Propionibacrerium), mediator inflamasi, faktor genetik dan hormonal. Banyak faktor lain yang dianggap sebagai faktor yang berkontribusi terhadap prevelensi dan keparahan akne, diantaranya faktor fisiologis seperti siklus menstruasi, kehamilan dan stres, dan faktor eksternal seperti cuaca panas dan lembab, kurangnya kebersihan kulit, kosmetik, diet dan merokok.3

Akne vulgaris sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama. Onset jerawat pada perempuan umumnya lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi akne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar 47% sampai 90%. Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevelensi jerawat tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal.4

(15)

2

5

Berdasarkan penelitian Tjekyan yang berbentuk studi prevalensi dengan subjek 5204 responden di kota Palembang yang berusia 14-21 tahun, didapatkan angka kejadian akne secara keseluruhan sebesar 68,2 %, pada kelompok laki-laki 37,3%, dan kelompok wanita 30,9%, dengan posisi yang paling banyak yaitu pada daerah wajah (85%).5

Wajah merupakan area tersering terjadi akne. Kulit pada wajah merupakan bagian terpenting untuk menunjang penampilan, meskipun hanya penampilan, dampaknya bisa menyebabkan beban emosional dan psikologis yang mungkin jauh lebih buruk daripada dampak fisiknya.6 Akne vulgaris dinilai dapat menimbulkan kecemasan, depresi, mengurangi rasa percaya diri, dan disfungsi sosial,7 sehingga akne vulgaris dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya meskipun tidak berkolerasi terhadap derajat keparahannya.

Kualitas hidup merupakan istilah umum yang mencakup perasaan sukacita dan kepuasan terhadap kehidupan. Menurut studi yang dilakukan di Kanada, USA, Mesir, Denmark, Iran, UK, Turki, Arab Saudi, Brazil, dan negara-negara lainnya, penyakit kulit memiliki efek yang besar terhadap kualitas hidup pasien, salah satu penyakitnya yaitu akne vulgaris.8

Zip mengemukakan bahwa penelitian-penelitian yang telah dilakukan gagal menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat keparahan akne dan kualitas hidup.9

Penelitian di salah satu klinik kota Medan, tidak terdapat korelasi yang signifikan antara derajat akne vulgaris dan kualitas hidup pada pasien yang datang berobat.10 Beda halnya pada penelitian di mahasiswa kedokteran Makassar yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara derajat keparahan akne dengan kualitas hidup penderita akne.11

Dikarenakan tingginya angka kejadian akne vulgaris pada remaja di masa kini dan terdapat perbedaan pendapat antara hubungan derajat keparahan akne dengan kualitas hidup, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kejadian akne vulgaris pada mahasiswa-mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berdampak pada kualitas hidup.

(16)

2

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne dengan kualitas hidup Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara derajat keparahan akne dengan kualitas hidup Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni semakin berat tingkat keparahan akne vulgaris, semakin terganggu kualitas hidupnya.

D. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup pada Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui derajat keparahan akne vulgaris pada Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengalami akne vulgaris.

2. Untuk menentukan derajat gangguan kualitas hidup pada penderita akne vulgaris berdasarkan skor DLQI pada Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengalami akne vulgaris.

3

(17)

2

E. Manfaat Penelitian

 Sebagai bahan referensi bagi instansi atau pihak terkait lainnya dalam melakukan penelitian pada penderita akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.

 Sebagai bahan masukan dalam penatalaksanaan pada akne vulgaris dilihat dari sudut pandang dan psikologis penderitanya dimana secara penampilan dan estetika memberi dampak yang besar.

4

(18)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi

Akne vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, berupa peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodul serta kista.12 Dalam kasus yang lebih berat, nodul, pustul dalam, dan pseudokista diikuti oleh berbagai derajat jaringan parut terlihat.13 Pada umumnya akne dianggap tidak berbahaya, tetapi akne dapat menyebabkan masalah psikologis yang berat atau bekas jerawat yang dapat bertahan selama seumur hidup.14

2.1.2 Epidemiologi

Akne vulgaris, penyakit multifaktorial, adalah salah satu kondisi dermatologis yang paling umum yang ditemui dalam praktek klinis dan berdampak hingga 80%

remaja dan dewasa muda pada tahap tertentu.13 Pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia 12 sampai 15 tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada 17 sampai 21 tahun. Akne vulgaris adalah penyakit terbanyak remaja usia 15 sampai 18 tahun.12 Sekitar 99% kejadian akne vulgaris terjadi pada wajah, 60% pada punggung, dan 15% terjadi di dada. Pada anak perempuan, timbulnya jerawat dapat terjadi sebelum menarche (haid pertama) lebih dari setahun.15

Dari survei di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Dari tahun 2007, kebanyakan penderitanya adalah remaja dan dewasa yang berusia antara 11-30 tahun sehingga beberapa tahun belakangan ini para ahli dermatologi di Indonesia mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut.16 Tjekyan telah melakukan penelitian prevalensi akne vulgaris di kota Palembang pada penduduk dengan umur 14-21 tahun. Didapatkan prevalensi umum akne vulgaris sebesar 68,2% dan prevalensi berdasarkan kelompok jenis kelamin laki- laki lebih tinggi dari wanita yaitu 78,89% : 58,54%, prevalensi spesifik

5

(19)

6

berdasarkan tipe akne komedonal 30,1%, papulopusttular 35,8%, nodulokistik 2,2%.5

2.1.3 Etiopatogenesis

Etiologi akne vulgaris masih belum jelas, namun terdapat empat patogenesis yang berpengaruh terhadap timbulnya akne, yaitu hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), dan inflamasi.12

Gambar 2.1 Patogenesis akne vulgaris.14 1) Hiperploriferasi epidermis folikuler

Komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan kesalahan deskuamasise panjang folikel. Epitel tidak dilepaskan satu per satu ke dalam lumen sebagaimana biasanya, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya kadar linoleat sebasea. Lapisan gronulosum menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada orifisium folikel.12 Sumbatan ini kemudian menyebabkan akumulasi keratin, sebum, dan bakteri di folikel yang menyebabkan dilatasi pada folikel.15 Pada akhirnya secara klini terdapat lesi non inflamasi (open/closed comedo) atau lesi inflamasi, yaitu bila p.

acnes berproliferasi dan menghasilkan mediator-mediator inflamasi.12

2) Produksi sebum yang meningkat

Penderita jerawat memproduksi lebih banyak sebum dibandingkan dengan yang tidak memiliki jerawat, meskipun kualitas sebum antara keduanya sama.15 Ekskresi sebum ada di bawah kontrol hormon androgen. Hormon androgen berperan pada perubahan sel-sel sebosit. Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel polisebasea memiliki mekanisme selular yang digunakan

(20)

7

untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-α-reduktase serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel sebosit basal yang belum terdiferensiasi. Sel-sel sebosit akan berikatan dengan reseptor androgen, selanjutnya terjadi diferensiasi sebosit. Setelah sebosit terdiferensiasi, terjadilah ruptur dengan melepaskan sebum ke dalam duktus pilosebasea.12 Salah satu komponen sebum yang berperan dalam patogenesis jerawat adalah trigliserida dan lipoperoksida. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas oleh P. acnes (flora normal unit pilosebasea), asam lemak bebas ini akan menyebabkan kolonisasi P. Acnes, memicu inflamasi, dan bisa komedogenik. Pada lipoperoksida memproduksi sitokin proinflamasi yang mengakibatkan peningkatan produksi sebum.15

3) Kolonisasi Propionibacterium acnes

P. acnes merupakan bakteri flora normal bersifat yang Gram positif dan anaerobik yang terdapat di kelenjar sebasea.15 P. acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P. acnes akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah trigliserida dalam sebum yang merupakan nutrisi bagi P. acnes.12

4) Proses inflamasi

P. acnes berperan aktif dalam proses inflamasi. Dinding sel P. acnes mengandung antigen karbohidrat yang menstimulasi perkembangan antibodi.15 P. acnes berkontribusi dalam inflamasi melalui aktivasi berbagai faktor kemotaktik dengan meningkatkan ruptur pada komedo. Pada penelitian menunjukkan bahwa hasil inflamasi terjadi karena berbagai hal, berupa enzim hidrolitik neutrofil, enzim P. acnes, sebum ataupun benda-benda asing.

Kombinasi keratin, sebum, dan mikroorganisme khususnya P. acnes akan menyebabkan pelepasan mediator proinflamasi dan akumulasi limfosit T- helper, neutrofil dan sel raksasa benda asing. Hal ini pada akhirnya menyebabkan pembentukan papula inflamasi, pustul, dan lesi nodulistik.14

(21)

8

Gambar 2.2 Peradangan pada jerawat disebabkan P. acnes.14 2.1.4 Gejala Klinis

Akne vulgaris memiliki gejala klinis berupa bentuk lesi. Efloresensi akne vulgaris berupa: 10, 12, 15

 Komedo terbuka (black head)

Dijumpai lesi berwarna hitam dengan diameter 0,1-0,3 mm. Tampak sebagai lesi datar atau sedikit menimbul.

 Komedo tertutup (white head)

Komedo tertutup tampak berwarna pucat, papul kecil, dan tidak memiliki lubang secara klinis terlihat.

 Papul

Penonjolan di atas permukaan kulit, diameter < ½ cm, berisikan zat padat

 Pustul

Vesikel yang berisi nanah, terbentuk dari papul atau nodul yang mengalami peradangan.

 Nodul

Masa padat sirkumskrip, diameter > 1 cm, dapat menonjol.

(22)

9

 Kista

Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista jarang terjadi, bila terbentuk diameternya bisa mencapai beberapa centimeter.

Gambar 2.3: komedo tertutup Gambar 2.3: komedo terbuka

Gambar 2.3: papulopustular akne Gambar 2.3: nodul akne

Sumber: Zanglein, 2012. Wolff, Klaus. et al, 2013

Tabel 2.1 Detail lesi akne.

Lesi akne Ukuran Warna Pus Efek

Komedo

terbuka Kecil Keputih-putihan Tidak ada Tidak nyeri, non inflamasi Komedo

tertutup Kecil Hitam atau coklat Tidak ada Tidak nyeri, non inflamasi

Papul <5 mm Merah muda Tidak ada Hangat dan nyeri, inflamasi

Pustul <5 mm

Dasar merah dengan tengah kekuningan atau

Ada Hangat dan nyeri, inflamasi

(23)

10

keputihan

Nodul 5-10 mm Merah muda dan

merah Tidak ada Hangat dan nyeri, inflamasi

Kista > 5 mm Merah

Tidak ada tetapi memiliki cairan kental di dalam

Hangat dan nyeri, inflamasi Sumber: Ramli, Roshaslinie. et al. 2012

2.1.5 Gradasi

Gradasi merupakan metode subjektif yang meliputi penentuan tingkat keparahan akne berdasarkan pengamatan lesi yang dominan, mengevaluasi ada tidaknya peradangan dan memperkirakan tingkat keterlibatannya. Perhitungan lesi mencakup pencatatan jumlah setiap lesi akne dan menentukan keparahan secara menyeluruh.1

Pillsbury, Shelley, dan Kligman menerbitkan gradasi akne yang pertama. Gradasi meliputi:

Tabel 2.2 Gradasi akne menurut Pillbury.

Derajat 1 Komedo dan beberapa kista kecil yang terbatas pada wajah Derajat 2 Komedo dan beberapa pustul serta kista kecil yang terbatas

pada wajah

Derajat 3 Banyak komedo, papul kecil dan besar yang meradang dan pustul, mengenai area yang lebih luas tetapi terbatas pada wajah

Derajat 4 Banyak komedo, dan lesi yang dalam cenderung untuk menyatu, mengenai wajah dan bagian depan dari badan.

Sumber: Adityan, Balaji. et al. 2009

Plewig dan Kligman dalam buku mereka memperkenalkan derajat numerik.

Mereka menghitung secara terpisah antara jerawat komedonal dan jerawat papulopustular dan keparahan keseluruhan dinilai dengan derajat 1 sampai 4 tergantung pada jumlah lesi. Gradasi keparahan akne berdasarkan perhitungan lesi komedonal dan papulopustular per setengah wajah 17

(24)

11

Tabel 2.3 Gradasi akne menurut Plewig dan Kligman.

Derajat Komedonal Papulopustular

1 < 10 komedo < 10 lesi inflamasi

2 Antara 10-25 komedo Antara 10-20 lesi inflamasi 3 Antara 25-50 komedo Antara 20-30 lesi inflamasi

4 > 50 komedo > 30 lesi inflamasi

Sumber: Ramli, Roshaslinie. et al. 2012

Burke, Cunliffe dan Gibso menyajikan teknik gradasi Leeds.1 Gradasi tersebut antara lain:

Tabel 2.4 Gradasi akne menurut Burke, Cunliffe, dan Gibson.

Derajat 1 Dominasi komedo, papul dan pustul ringan (kecil dan

<10)

Derajat 2 10-40 papul dan pustul sedang (komedo)

Derajat 3 40-100 papul dan pustul, >40 sedang/komedo, ada nodul Derajat 4 Bernodul dan akne konglobata berat, lesi yang perih,

papul, pustul, dan komedo Sumber: Villar GN, et al. 2014

Doshi, Zaheer dan Stiller merancang sistem gradasi yaitu Global Acne Grading System (GAGS). Sistem ini membagi wajah, dada dan punggung menjadi enam area yaitu dahi, masing-masing pipi, hidung, dagu, dada dan punggung dengan menetapkan faktor untuk masing-masing daerah berdasarkan ukuran (penilaian).17 Tabel 2.5 Global Acne Grading System

Lokasi Faktor (F)

X

Severity (S)

=

Skor (F x S)

Keparahan akne

Dahi 2 0 = kosong Ringan = 1-18

Pipi kanan 2 1 = komedo Sedang = 19-30

Pipi kiri 2 2 = papul Berat = 31-38

Hidung 1 3 = pustul Sangat berat =

>39

Dagu 1 4 = nodul

Dada dan

punggu 3

(25)

12

Total skor Sumber: Ramli, Roshaslinie. et al. 2012

Catatan: Setiap lesi diberi nilai tergantung pada tingkat keparahan:

Tidak ada lesi = 0, komedo = 1, papul = 2, pustul = 3, nodul = 4.

Skor untuk masing-masing daerah (skor lokal) dihitung dengan rumus:

Skor lokal = faktor x tingkat keparahan (0-4).

Skor global adalah jumlah dari skor lokal, dan keparahan akne dinilai menggunakan skor global.

Interpretasi: Skor 1-18 ringan, 19-30 sedang, 31-38 berat, dan >39 sangat parah.18

Tabel 2.6 Gradasi akne vulgaris oleh Leeds direvisi oleh Cunliffe

Derajat Lesi

I Dominan komedo, papul dan pustul (kecil

dan <10) Ringan

II 10-40 papul dan pustul (komedo) Sedang III 40-100 papul dan pustula, >40 komedo, ada

nodul Sedang/berat

IV Nodul dan akne konglobata berat, lesi

nyeri, papul, pustul, dan komedo Berat Sumber: Villar. 2015

Saat ini Indonesia (oleh FKUI/RSCM) menggunakan gradasi menurut Lehmann dkk untuk menentukan derajat akne vulgaris yang ringan, sedang, dan berat.12 Tabel 2.7 Gradasi akne menurut Lehmann dkk

Derajat Lesi

Akne ringan Komedo <20, atau

Lesi inflamasi <15, atau Total lesi <30

Akne sedang Komedo 20-100, atau

Lesi inflamasi 15-50, atau Total lesi 30-125

Akne berat Kista > 5 atau komedo <100, atau Lesi inflamasi >50, atau total lesi >125 Sumber: Bernadette, Irma, et al. 2015.

(26)

13

2.1.6 Tatalaksana

 Tatalaksana umum

- Mencuci wajah minimal 2 kali sehari

Tidak ada bukti yang baik bahwa jerawat disebabkan atau disembuhkan dengan mencuci. Namun, mencuci berlebihan dan menggosok dapat menghilangkan minyak dari permukaan kulit, mengeringkan dan menghentikan rangsangan produksi minyak berlebih.19

 Tatalaksana medikamentosa Tabel 2.8 Algoritma tatalaksana akne:

Pilihan pertama

Ringan Sedang Berat

Komedonal Papular/pustu-

lar Papular/pustular Nodular Nodular/conglo- bate

Retinoad topikal

Retinoad topikal + Antimikroba

topikal

Antibiotik oral + retinoad topikal +/- BPO

Antobiotik oral + retinoad topikal +/-

BPO

Isotretinoin oral

Alternatif Alt.retinoad topikal atau

asam azaleat atau

asam salisilat

Alt. agen antimikroba +

Alt. retinoad topikal +/-

BPO

Alt. antibiotik oral + Alt.

retinoad topikal +/- BPO

Isotretinoin oral atau Alt.

antibiotik oral + Alt. retinoid

topikal +/- BPO/asam azeleat

Antibiotik oral dosis tinggi + retinoid topikal +

BPO

Alternatif untuk perempuan

Lihat pilihan pertama

Lihat pilihan pertama

Anti androgen oral + retinoid topikal/asam azeleat topikal +/- anti mikroba

topikal

Anti androgen oral + retinoid

topikal +/- antibiotik oral

+/- Alt.

antimikroba

Anti androgen oral dosis tinggi +

retinoid topikal +/- Alt.

antimikroba topikal Terapi maintenans

Retinoid topikal Retinoid topikal +/- BPO Sumber: Bernadette, Irma, et al. 2015.

(27)

14

Derajat akne berdasarkan jenis lesi dan keparahan dapat membantu dalam menentukan terapi terapi.

Gambar 2.4 Keparahan berbasis pendekatan untuk pengobatan akne.18 2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), sehat didefinisikan sebagai keadaan yang lengkap (sempurna) dari fisik, mental, dan sosial bukan hanya berdasarkan ada tidaknya suatu penyakit.20

Kualitas hidup menurut WHO didefinisikan sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam kontekstural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan perhatiannya.20 Kualitas hidup adalah konsep multidimensi yang luas yang biasanya mencakup evaluasi subjektif dari kedua aspek positif dan negatif dari hidup. Apa yang membuatnya menantang untuk diukur adalah, meskipun istilah "kualitas hidup"

memiliki makna bagi hampir semua orang dan setiap disiplin ilmu, individu dan kelompok dapat mendefinisikan secara berbeda. Meskipun kesehatan merupakan salah satu domain penting dari kualitas hidup secara keseluruhan, ada domain lain juga-misalnya, pekerjaan, perumahan, sekolah, lingkungan.21

(28)

15

Umumnya, kualitas hidup adalah hasil dari perbedaan yang dirasakan oleh seorang indvidu dalam enam dimensi, diantaranya:22

1. Apa yang mereka miliki saat ini dan apa yang ingin mereka miliki.

2. Apa yang mereka saat ini miliki dan apa yang harus mereka miliki dalam situasi ideal.

3. Apa yang tersedia di lingkungan mereka untuk pencapaian tujuan dan apa yang mereka perlukan untuk pencapaian tersebut.

4. Kualitas hidup mereka saat ini dan kualitas terbaik di masa lalu.

5. Apa yang mereka miliki dan apa yang dimiliki orang lain (terutama mereka yang merupakan titik acuan)

6. Sejauh mana kualitas pribadi mereka sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh lingkungannya.

Setiap evaluasi kualitas hidup harus mempertimbangkan tiga faktor yang saling terkait, yakni:22

 Fisik (misalnya: cacat, sakit)

 Psikologis (misalnya: suasana hati, tingkat kecemasan dan depresi)

 Sosial (misalnya: derajat isolasi dari lingkungan, dan kesempatan untuk melakukan peran sosial)

2.2.2 Dampak Akne vulgaris terhadap kualitas hidup

Akne dapat memberikan dampak psikologis. Diperkirakan 30-50% remaja dengan akne mengalami gangguan emosi karena akne. Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan akne memiliki gangguan yang sama seperti gangguan sosial, psikologis, dan emosional pada pasien asma dan epilepsi.18

Penderita akne sering menunjukkan kecemasan, depresi, dan tidak percaya diri, dan melaporkan kualitas hidup yang buruk. Akne terkait dengan rasa percaya diri, citra tubuh, malu/penarikan sosial, frustasi, keterbatasan dalam gaya hidup, dan masalah dalam hubungan keluarga.23

Penderita akne vulgaris khususnya pada remaja akan berdampak pada penampilannya karena timbulnya bermacam-macam lesi yang dapat mengganggu rasa percaya diri mereka. Walaupun akne tidak membahayakan, tetapi sering menjadi masalah kosmetik pada bentuk akne vulgaris yang berat akibat skar yang

(29)

16

ditimbulkan.24

Meskipun umumnya akne dapat sembuh sendiri, namun akne berdampak besar pada kehidupan pasien. Akne dapat merugikan kualitas hidup penderitanya. Akne seringkali mempengaruhi wajah dan sulit untuk menyembunyikannya, dimana hal itu lazim tejadi di masa remaja, fase kehidupan yang penting dalam pengembangan kepercayaan diri dan kemampuan sosial sehingga terdapat laporan bahwa efek fungsional dan emosional akibat akne sebanding dengan yang dilaporkan oleh penderita dengan penyakit lain.25

Pada penelitian Yandi dkk dengan menggunakan Cardiff Acne Disability Index (CADI), diketahui bahwa terdapat hubungan antara gradasi akne vulgaris dengan kualitas hidup pada pasien di RSUD Abdul Moeloek Lampung dimana dampak pada kualitas hidup terganggu sesuai dengan tingkat keparahan akne.26

2.2.3 Pengukuran kualitas hidup pasien akne vulgaris

Pengukuran kualitas hidup untuk akne vulgaris umumnya menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Instrumen spesifik untuk akne vulgaris yakni CADI. CADI didesain untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda yang sedang menderita akne vulgaris selama lebih dari 1 bulan untuk mengukur kualitas hidup. CADI mengandung 5 pertanyaan menilai respon emosional, interaksi sosial, aktivitas sehari-hari serta pandangan subjektif pasien mengenai akne vulgaris yang diderita.

Skor jawaban setiap pertanyaan adalah 0-3 dengan nilai total sebesar 15. Semakin tinggi skornya semakin terganggu kualitas hidupnya, demikin pula semakin rendah skornya semakin kecil gangguan yang dialami.

Dermatology Life Quality Index (DLQI) merupakan salah satu jenis kuesioner yang menilai kualitas hidup pada kulit. DLQI secara khusus dirancang untuk penyakit kulit dan dapat digunakan untuk membandingkan satu penyakit kulit dengan penyakit kulit lainnya. Kuesioner DLQI mengandung 10 pertanyaan yang telah divalidasi dan dapat digunakan pada 40 kondisi kulit yang berbeda di lebih dari 80 negara dan tersedia lebih dari 90 bahasa. Dari 10 pertanyaan tersebut akan menghasilkan skor DLQI dimana arti dari skor tersebut berupa skor 0-1 tidak terganggu sama sekali pada kehidupan pasien, 2-5 sedikit terganggu pada kehidupan pasien, 6-10 terganggu secara sedang pada kehidupan pasien, 11-20

(30)

17

banyak terganggu pada kehidupan pasien, dan skor 21-30 artinya sangat terganggu pada kehidupan pasien. DLQI menilai kualitas hidup pasien dewasa yaitu berumur 16 tahun ke atas. DLQI dapat dianalisis dalam 6 kategori, yaitu: penilaian terhadap gejala klinis, aktivitas sehari-hari, aktivitas sosial, pekerjaan atau pendidikan, hubungan sesama teman dan keluarga, serta terapi.27

(31)

18

2.3 Kerangka Teori

Hipertrofi

epidermis folikel Produksi sebum ↑ Kolonisasi P.

acnes Proses inflamasi

Lesi non inflamasi Lesi inflamasi

Akne vulgaris

Derajat akne

Perubahan penampilan dan

estetika

Kualitas hidup Sosial

Fisik

Psikologis Alat ukur

CADI DLQI CDLQI

Interpretasi skor

 Tidak terganggu

 Sedikit terganggu

 Terganggu sedang

 Banyak terganggu

 Sangat terganggu Kehidupan di

lingkungan

Suasana hati, kurang percaya diri, depresi, dll.

 GAGS

 Leeds

 Lehmann

(32)

19

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup pada pasien akne vulgaris diuraikan sebagai berikut:

Bagan 2.3 Kerangka konsep akne vulgaris dan kualitas hidup penderita akne vulgaris

Akne vulgaris

Usia Jenis kelamin

Derajat akne menurut Lehmann

Ringan Sedang Berat

Kualitas hidup

penderita akne Kuesioner DLQI

Tidak terganggu

Sedikit terganggu

Terganggu sedang

Banyak terganggu

Sangat terganggu

(33)

20

2.5 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi operasional

Hasil ukur

Alat ukur Cara pengukuran

Skala pengukuran 1 Kualitas

hidup

Persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam

kontekstural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan

perhatiannya.

Interpretasi 0-1= tidak terganggu sama sekali

2-5= sedikit terganggu

6-10= terganggu sedang

11-20= banyak terganggu

21-30= sangat terganggu

Kuesioner Dermatolo gy Life Quality Index (DLQI)

Mengisi 10 pertanyaan kuesioner DLQI

Ordinal

2 Derajat akne vulgaris menurut Lehmann

Penentuan tingkat

keparahan akne berdasarkan pengamatan lesi yang dominan, mengevaluasi ada tidaknya peradangan dan memperkirakan tingkat

keterlibatannya.

Interpretasi Akne ringan=

komedo <20, atau lesi inflamasi <15, atau total lesi <30 Akne sedang=

komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125 Akne berat = kista > 5 atau komedo <100, atau lesi inflamasi

>50, atau total lesi

>125

Loop (kaca pembesar)

Pemeriksaan fisik berupa inspeksi pada seluruh daerah wajah dan

menentukan derajat keparahannya

Ordinal

(34)

21

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Rancangan metode penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Pengukuran hanya dilakukan satu kali menurut keadaan atau status pasien pada waktu observasi yang tidak disertai dengan pengamatan lebih lanjut.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada 05 September 2016-27 September 2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

 Populasi Target

Yakni mahasiswa-mahasiswi yang sedang menderita akne vulgaris.

 Populasi Terjangkau

Yakni Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013-2015 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling pada sampel memenuhi kriteria inklusi. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus analitik kategori tidak berpasangan, sebagai berikut:

n1 = n2(Zα√2PQ + Zβ√P1Q1+ P2Q2

P1−P2 )

2

n

1

= n

2

(

1,96√2x0,14x0,86+ 0,84√0,25x0,75+0,03x0,97

0,25−0,03

)

2

n1 = n2 = 35,4 = 35

21

(35)

22

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 20% = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,03.28 Q2 = 1 –P2 = 0,97

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = 0,14.28

Q1 = 1 –P1 = 0,75

P1 - P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,22 P = proporsi total = (P1+P2)/2 = 0,14

Q = 1 – P = 0,86

Dari hasil perhitungan tersebut, dibutuhkan 35 sampel pada setiap kelompok akne derajat ringan dan derajat sedang-berat.

3.3.3 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Angkatan 2013- 2015

 Sedang mengalami akne vulgaris

 Menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian (menandatangi inform consent)

 Melengkapi kuesioner secara lengkap 3.3.4 Kriteria Eksklusi

 Menderita penyakit kulit lain selain akne vulgaris di wajah

(36)

23

3.4 Rancangan Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang berasal dari responden penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan kualitas hidup, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk menilai derajat keparahan akne.

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data

Setiap ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap kemudian diberi tanda secara manual. Data yang diperoleh dari setiap responden akan dilakukan analisa statistik deskriptif dan Kolmogorov-smirnov untuk uji kategorik tidak berpasangan menggunakan aplikasi SPSS 22.0.

Populasi

Memilih sampel berdasarkan kriteria inklusi

Memberikan penjelasan dan meminta informed consent

Meminta responden mengisi kuesioner DLQI yang telah

disiapkan

Menentukan derajat keparahan akne vulgaris responden

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

(37)

24

3.7 Etika Penelitian

Yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini berupa:

1. Responden yang diberi kuesioner pada penelitian ini diberi jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan dan berhak untuk menolak menjadi responden. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahuu, responden diberi informed consent dan menandatanganinya untuk legalitas persetujuan.

2. Surat komisi etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (terlampir).

(38)

25

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter pada 05 September 2016 - 27 September 2016 di Jalan Kerta Mukti No.4, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.

4.1.2 Karakteristik Responden Penelitian

Responden penelitian ini meliputi mahasiswa-mahasiswi angkatan 2013-2015 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Jakarta yang menderita akne vulgaris. Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 92 mahasiswa.

Dari keseluruhan responden penelitian, karakteristik responden yang diamati meliputi: jenis kelamin, usia, derajat keparahan akne, dan kualitas hidup menggunakan kuesioner DLQI. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan derajat keparahan akne vulgaris

Karakteristik Jumlah

Frekuensi (n) %

Jenis Kelamin

Laki-laki 33 35,9

Perempuan 59 64,1

Usia

18 11 12

19 33 35,9

20 34 37

21 13 14,1

22 1 1,1

Derajat keparahan akne

Akne ringan 44 47,8

Akne sedang 46 50

Akne berat 2 2,2

Sumber: data primer

25

(39)

26

Dari tabel tersebut, 92 responden menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak yang menderita akne sebanyak 59 responden dibanding laki-laki 33 responden. Pada usia responden, angka kejadian akne tertinggi pada usia 20 tahun, lalu diikuti usia 19, 21, dan 22 tahun. Pada derajat keparahan akne, akne sedang merupakan kelompok terbanyak yaitu 46 responden dan yang paling sedikit yaitu kelompok akne berat yaitu 2 responden.

4.1.3 Kualitas Hidup

Penelitian menggunakan kuesioner DLQI yang telah disebar kepada 92 responden. Secara rinci dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kualitas hidup menggunakan kuesioner DLQI

Kualitas hidup

Jumlah

Frekuensi (n) %

Tidak terganggu sama sekali 35 38

Sedikit terganggu 27 29,3

Terganggu secara sedang 17 18,5

Banyak terganggu 13 14,1

Sangat terganggu 0 0

Total 92 100

Sumber: data primer

Dari tabel di atas, diketahui interpretasi kualitas hidup berdasarkan kuesioner DLQI didapatkan bahwa kualitas hidup yang paling tinggi yaitu tidak terganggu sama sekali, diikuti sedikit, lalu terganggu secara sedang, dan yang paling sedikit yaitu banyak terganggu.

4.1.4 Hubungan Derajat Keparahan Akne dengan Kualitas Hidup

Hasil dari interpretasi kualitas hidup dihubungkan dengan derajat keparahan akne vulgaris pada 92 responden penelitian, sebagai berikut:

(40)

27

Tabel 4.3 Hubungan derajat akne vulgaris terhadap kualitas hidup berdasarkan kuesioner DLQI

Derajat keparahan

akne

Interpretasi DLQI

Total

p-value Tidak

terganggu sama sekali

Sedikit terganggu

Terganggu secara sedang

Banyak terganggu

Kolmogor ov

Akne

ringan 17 12 10 5 44

1,000 Akne

sedang- berat

18 15 7 8 48

Total 35 27 17 13 92

Sumber: data primer

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kualitas hidup yang paling banyak di akne ringan adalah tidak terganggu sama sekali (17 responden) dan yang paling sedikit yaitu banyak terganggu (5 responden). Pada derajat akne sedang-berat yang paling banyak yakni tidak terganggu sama sekali (18 responden) pada kualitas hidupnya sedangkan yang sedikit yaitu terganggu secara sedang (7 responden).

Hasil data perhitungan analisis menggunakan Kolmogorov smirnov p-value 1,000 dimana p >0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner DLQI sebagai alat ukur untuk menilai kualitas hidup pada responden penelitian. DLQI merupakan kuesioner berbahasa Inggris yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa salah satunya bahasa Indonesia yang telah divalidasi oleh Cardiff University sehingga peneliti tidak memvalidasi kuesioner tersebut. Kuesioner DLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kulit misalnya penyakit melasma, psoriasis, akne vulgaris, dan sebagainya. DLQI juga dapat digunakan untuk membedakan penyakit- penyakit kulit dari segi kualitas hidupnya, misalnya membedakan kualitas hidup antara melasma dan akne vulgaris untuk mengetahui penyakit kulit manakah yang paling mempengaruhi kualitas hidupnya.

(41)

28

Pada penelitian ini diketahui perempuan lebih mendominasi dari laki-laki. Vilar dkk, mengemukakan hal yang serupa di penelitiannya bahwa jenis kelamin perempuan (53%) lebih didominasi dari laki-laki yang menderita akne.29 Pada penelitian Jusuf mengatakan bahwa secara epidemiologis, perempuan lebih sering mengalami stres dibandingkan laki-laki dimana stres merupakan salah satu faktor timbulnya akne vulgaris.30 Sebuah studi berbasis gender yang dilakukan oleh Samanthula, dkk. tentang dampak jerawat pada kualitas hidup menyatakan bahwa pasien wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah bila dibandingkan laki- laki.11

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa rerata usia ± SD yakni 19,57 ± 0,918 tahun. Pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia (12-15 tahun), dengan puncak tingkat keparahan pada 17-21 tahun.10 Akne vulgaris merupakan kondisi dermatologis yang paling umum ditemui pada remaja, mengenai hampir 85% populasi pada umur 12-24 tahun. Hal ini biasanya mempengaruhi remaja ketika sedang mengalami perubahan psikologis, sosial dan tampilan fisik.27 Masa remaja adalah tahap mencari identitas diri. Ketika remaja dan dewasa muda membutuhan penampilan yang terbaik, seringkali mereka memiliki jerawat, yang membuat mereka merasa dan terlihat buruk.30

Dari hasil penelitian, derajat keparahan akne terbanyak yaitu akne ringan dan akne sedang. Selaras dengan penelitian Villar dan Filho mengemukakan besar sampel akne vulgaris yang terbanyak ialah derajat 1 (ringan) 65%, diikuti oleh derajat 2 (moderat) 31,5%, derajat 3 (moderat/parah) 2,8% dan pada derajat 4 (parah) 0,3%.25 Pada beberapa pasien yang mengalami akne ringan memiliki masalah yang signifikan, berkurangnya kualitas hidup mereka dan dalam beberapa kasus pada fungsi sosial mereka.31

Pada interpretasi skor kualitas hidup diketahui yang terbanyak yaitu tidak terganggu sama sekali, sedikit terganggu, lalu terganggu secara sedang, dan banyak terganggu. Hasil serupa juga didapatkan oleh Villar dkk, menggunakan skor DLQI, dimana yang terbanyak yakni tidak terganggu (53,1%), sedikit terganggu (33,3%), terganggu secara sedang (9,4%), banyak terganggu (3,1%), dan yang paling sedikit adalah sangat terganggu (1%).29 Beda halnya dengan

(42)

29

penelitian Samanthula dkk, bahwa terganggu secara sedang (35,61%) dan banyak terganggu (28,57%) merupakan kualitas hidup terbanyak pada penelitian tersebut.32

Berdasarkan hasil analisis uji Kolmogorov smirnov, tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris terhadap kualitas hidup pada mahasiswa angkatan 2013-2015 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tharmini Ravi, dimana hasil penelitian yang dilakukan di salah satu klinik dermatologi di Medan diketahui bahwa tidak ada hubungan korelasi antara derajat dan kualitas hidup penderita akne berdasarkan kuesioner DLQI.10 Beda halnya dengan penelitian Hafez dkk, dan Ghaderi dkk, yang mengatakan akne vulgaris memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas hidup.8,23

Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa-mahasiswi melakukan kegiatan sholat dzuhur di sela waktu istirahat untuk menunaikan ibadahnya, terkadang di sela-sela waktu kosong di pagi hari beberapa mahasiswa melakukan sholat dhuha.

Salah satu syarat sah sholat yakni wudhu, membasuh wajah merupakan rukun- rukun wudhu. Membasuh wajah dengan air dapat mengurangi kotoran dan minyak yang menempel di wajah yang nantinya dapat mengurangi kolonisasi bakteri, sehingga wudhu dapat mencegah kolonisasi berlebihan oleh bakteri yang akan menjadi jerawat.

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Sampel penelitian tidak cukup banyak pada akne derajat berat dibandingkan derajat ringan dan derajat sedang.

2. Dari 4 angkatan preklinik di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, peneliti tidak mengambil data sampel angkatan 2016 dikarenakan keterbatasan waktu sehingga peneliti hanya mengambil data angkatan 2013-2015.

(43)

30

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

 Pada 92 responden di mahasiswa-mahasiswi yang menderita akne vulgaris angkatan 2013-2015 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Jakarta, kelompok derajat keparahan akne ringan dan sedang (47,8% dan 50%) lebih umum dijumpai.

 Berdasarkan hasil interpretasi skor kuesioner Dermatology Life Quality Index (DLQI), tidak terganggu sama sekali dan sedikit terganggu (38% dan 29,3%) lebih banyak dijumpai pada Mahasiswa-Mahasiswi angkatan 2013-2015 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Jakarta.

 Pada hasil penelitian, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup pada Mahasiswa-Mahasiswi angkatan 2013-2015 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Jakarta.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan populasi dan jumlah sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup dalam lingkup luas.

2. Untuk mendapatkan proporsi derajat keparahan akne yang seimbang dapat dilakukan penelitian di klinik-klinik dermatologi.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat memperhatikan faktor-faktor lain (ekonomi, sosial, keluarga, dan sebagainya) yang diduga mempengaruhi kualitas hidup penderita akne vulgaris.

30

(44)

31

Daftar Pustaka

1. Adityan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring systems in acne vulgaris.

Indian J Dermatol Venerol Leprol 2009;75:323-6.

2. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC. 2006

3. El-Akawi Z, Abdel-Latif Nemr N, Abdul-Razzak K, Al-Aboosi M. Factors believed by Jordanian acne patients to affect their acne condition. East Mediterr Health J 2006;12(6):840-6.

4. Movita, Theeresia. Continuing medical education: acne vulgaris. CDK- 203 2013. Diunduh pada tanggal 11/11/2015 source www.kalbemed.com.

5. Tjekyan, RM Suryadi. Kejadian Dan Faktor Risiko Akne Vulgaris. M MedIndonesia. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;43(1):38-40.

6. Ayer J, Burrows N. Acne: More Than Skin Deep. Dalam: Postgrad Med J 2006;82:500-506.

7. Chen CL, Kuppermann M, Caughey AB, Zane LT. A community-based study of acne-related health preferences in adolescents. Arch Dermatol 2008;144(8):988-94.

8. Ghaderi R, Saadatjoo A, and Ghaderi F. Evaluating of life quality in patients with acne vulgaris using generic and specific questionnaires.

Dermatologi research and practice 2013;1-6.

9. Zip C. The impact of acne on quality of life. Skin Therapy Lett. 2007- 2008;12 (10):7-9.

10. Ravi, T. Kualitas hidup pada pasien akne vulgaris. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2011.

11. Johansyah, RB. Hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup mahasiswa pre-klinik program pendidikan dokter umum fakultas kedokteran universitas hasanuddin tahun ajaran 2015/2016.

Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2015

12. Bernadette I, Wasiaatmaja MS. Akne vulgaris. Dalam: Menaldi, Sri Linuwih. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin edisi ke-7. Jakarta: FKUI.

2015:288-291.

(45)

32

13. Cherukuri T, Murugaiyan R, Kaliaperumal K. Assessment of the quality of life indices in adolescents with Acne vulgaris. Int J Med Sci Public Health 2016; 5(11):-

14. Tahir, Muhammad. Pathogenesis of acne vulgaris: simplified. JPAD 2010;20:93-97

15. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruptions. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 8th ed. New York:

McGraw-Hill; 2012: 897-905.

16. Andy. Pengetahuan dan sikap remaja sma santo thomas 1 medan terhadap jerawat. Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009.

17. Ramli R, Malik AS, Hani AF, Jamil A. Acne analysis, grading and computational assessment methods: an overview. Skin Res Technol 2012;18(1):1-14.

18. Titus S, Hodge J. Diagnosis and treatment of acne. Am Fam Physician 2012;86(8):734-40.

19. Williams HC, Dellavalle RP, Garner S. Acne vulgaris. Lancet 2012;379:361-72.

20. Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse. WHOQOL Measuring Quality of Life. Geneva: World Health Organization; 1997.

21. CDC. Health-related quality of life (HRQL). 2011. Diakses melalui http://www.cdc.gov/hrqol/concept.htm (31/Oktober/2016)

22. Juczynski, Z. Health-related quality of life: theory and measurement. Folia Psychologica 2006;10:3‒15.

23. Hafez KA, Mahran AM, Hofny ER, et al. The impact of acne vulgaris on the quality of life and psychologic status in patient from upper Egypt. Int J Dermatol 2009r;48(3):280-5.

24. Fachry, MN. Kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 fakultas kedokteran Sumatera Utara. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2015.

25. Ismail KH, Ali KBM. Quality if life in patients with acne in Erbil city.

Health Qual Life Outcomes 2012;10:60.

Referensi

Dokumen terkait

37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur dalam menangani dugaan maladministrasi dalam

pada saat dan tempat yang telah ditentukan. Pembaca Doa adalah peserta didik yang ditunjuk untuk.. bertugas membaca doa pada saat dan tempat yang

Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu deskriptif kualitatif karena penelitian ini menganalisis dan mengidentifikasi perilaku gaya hidup JoMO yang dilakukan

Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan.. beberapa imunisasi yang

Tidak ada kendala yang berarti artinya yang terkumpul di baznas tulungagung itu memang mayoritas dari pns terus kalau dari masyarakat sekitar itu menggunakan UPZ

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEKSUAL DINI DAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN KANKER SEVIKS DI RSUD PROF.Dr.

Üçüncü Murad Han ça ğı nda Lala Pa ş a serdar olup Anadolu Veziri Cafer Pasa, Ş am Veziri Uzun Mehmed Pasa o ğ lu Hasan Pa ş a, Belenli Ali Pasa maiyetinde oldu ğ u

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pembelajaran menggunakan metode show and tell dengan menggunakan media boneka tangan di RA NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan