• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT

MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

Maria Indratin

S 840809018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

Disusun oleh: Maria Indratin

S 840809018

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. ___________ _________ NIP 19461208 198203 1 001

Pembimbing II Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. . ___________ _________ NIP 19612405 198901 1 001

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia,

(3)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survei pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

Disusun oleh: Maria Indratin

S 840809018

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. Herman J.Waluyo, M.Pd. ___________ ___________

Sekretaris : Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. ___________ __________

Anggota Penguji

1. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. ___________ ___________ 2. Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. ____________ ___________

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPS UNS, Pendidikan Bahasa Indonesia,

(4)

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Maria Indratin

NIM : S840809018

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul adalah Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis

Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta) betul-betul

karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. H. Much Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan penelitian;

2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini;

3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi motivasi kepada peneliti untuk segera menyelesaikan tesis ini;

4. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd., sebagai Pembimbing I tesis ini yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

(6)

commit to user

6. Sr. Florentia Mujiyati, OSU, Kepala SMA Regina Pacis Surakarta yang telah memberikan subsidi biaya studi, dorongan dan motivasi, serta izin penelitian di SMA Regina Pacis Surakarta;

7. Keluarga besar Yohanes de Deo Marto Suwarno, selaku orang tua peneliti yang telah memberi doa restu demi kelancaran studi lanjut yang saya tempuh;

8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada suami tercinta Drs. Anang Suparlan, anak-anak saya Filomena Hanindita Chandra Buana, Eleonora Hanindita Chandra Dewi, dan Digna Debby Widya Nanda yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan;

9. Rekan-rekan guru dan para siswa SMA Regina Pacis yang telah memberikan dukungan demi terwujudnya tesis ini.

Akhirnya, peneliti hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Desember 2010 Peneliti,

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………..… i

PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN PENGUJI …….. ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 8 A. Kajian Teori ... 8

1. Keterampilan Menulis Argumentasi... ... 8

a. Pengertian Keterampilan... 8

b. Hakikat Menulis... 9

c. Tahap-tahap Menulis... 13

(8)

commit to user

Halaman

e. Tujuan Menulis... 15

f. Pengertian Argumentasi... 17

g. Dasar atau Landasan Argumentasi... 20

h. Cara Menguji Data... 24

i. Cara menguji Fakta... 26

j. Cara Menilai Autoritas... 27

2. Kemampuan Berpikir Logis... 29

a. Hakikat Berpikir... 29

b. Hakikat Penalaran... 30

c. Hakikat Logika... 34

d. Jenis-jenis Penalaran... 35

e. Hakikat Berpikir Logis... 37

f. Tahap-tahap Berpikir Logis... 39

g. Argumen... 40

3. Minat Menulis... 44

a. Pengertian Minat ... 45

b. Aspek Minat ... 52

c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi... 54

d. Faktor yang mempengaruhi Minat... 56

e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis... 61

B. Penelitian yang Relevan ... 66

C. Kerangka Berpikir ... 68

1. Hubungan Kemampuan Berpikir Logis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi... 68

(9)

commit to user

Halaman 3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan

Minat Menulis secara bersama-sama dengan

Keterampilan Menulis Argumentasi... 70

D. Hipotesis Penelitian ... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 73

1. Tempat Penelitian... 73

2. Waktu Penelitian ... 73

B. Metode Penelitian ... 74

C. Desain Penelitian... 74

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 75

1. Keterampilan Menulis Argumentasi... 75

2. Kemampuan Berpikir Logis... 75

3. Minat Menulis... 76

E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Sampling... 76

1. Populasi... 76

2. Sampel... 77

3. Teknik Pengambilan Sampel... 77

F . Teknik Pengumpulan Data... 77

G. Instrumen Penelitian... 78

1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi... 78

2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis... 79

3. Instrumen Angket Minat Menulis... 79

H. Hasil Uji Coba Instrumen... 84

1. Hasil Analisis Validitas... 84

2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen... 84

I. Teknik Analisis Data... 85

(10)

commit to user

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 88

A. Deskripsi Data ... 88

1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)... 88

2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1)... 90

3. Data Minat Menulis (X2)... 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis... 92

1. Uji Normalitas Data... 92

2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi... 93

C. Pengujian Hipotesis... 96

1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi... 96

2. Hubungan antara Minat menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi... 98

3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi... 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 103

E. Keterbatasan Penelitian... 104

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 107

A. Simpulan... ... 107

B. Implikasi ... 108

1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis un- tuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi 109 2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkat- kan Keterampilan Menulis Argumentasi... 110

C. Saran ... 111

(11)

commit to user

Halaman 3. Saran untuk Peneliti yang Lain... 113

DAFTAR PUSTAKA ………. 114

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………. 73 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y) 89 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)... 90

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)... 91

Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Yˆ = 77,818 + 0,223 X1 ……. 97

(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian

Korelasi... 71 Gambar 2. Desain Penelitian ... 74 Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis

Argumentasi (Y)... 89 Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1). 90

Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)... 91

Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X1 ……... 95

(14)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1A Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ... 119

Lampiran 1B Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ... 120

Lampiran 2A-1 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Logis (Sebelum Ujicoba)... 121

Lampiran 2A-2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis (Sesudah Ujicoba)………... 122 Lampiran 2B Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 123

Lampiran 3A-1 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sebelum Ujicoba)... 135

Lampiran 3A-2 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sesudah Ujicoba)... 136

Lampiran 3B Angket Minat Menulis .... ... 137

Lampiran 4 Analisis Reliabilitas Ratings untuk Tes Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)... 144

Lampiran 5A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis ... 147

Lampiran 5B Hasil Analisis Uji Reliabiltas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis ... 153

Lampiran 6A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Angket Minat Menulis... 156

Lampiran 6B Hasil Analisis Uji Relibilitas Angket Minat Menulis .... 162

Lampiran 7 Data Induk Penelitian ... 165

Lampiran 8A Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Menulis Argumentasi ……… 168

Lampiran 8B Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis 171 Lampiran 8C Hasil Uji Normalitas Data Minat Menulis………… 174

Lampiran 9 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Regresi dan Korelasi (Sederhana, Ganda)... 177

(15)

commit to user

Halaman

Lampiran 11A Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X1... 181

Lampiran 11B Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X2... 182

Lampiran 12A Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X1... 183

Lampiran 12B Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X2... 189

Lampiran 13A. Hasil Analisis Korelasi Sederhana X1 dan Y ... 194

Lampiran 13B Hasil Analisis Korelasi Sederhana X2 dan Y ... 195

Lampiran 14A Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X1

dan Y... 196 Lampiran 14B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X2

dan Y... 197 Lampiran 15A Hasil Analisis Regresi Ganda Y atas X1X2 ... 198

Lampiran 15B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi Ganda Y atas

X1X2... 200

Lampiran 16A Hasil Analisis Korelasi Ganda X1X2 dengan Y... 201

Lampiran 16B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda X1X2

dan Y...

202 Lampiran 17A Kontribusi X1 terhadap Y... 203

Lampiran 17B Kontribusi X2 terhadap Y... 204

(16)

commit to user

ABSTRAK

Maria Indratin. S840809018. 2010. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi, (2) hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, dan (3) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta, bulan Juni hingga Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta. Sampel berjumlah 80 orang yang diambil dengan cara simple random

sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan menulis

argumentasi, validitasnya menggunakan validitas isi dan reliabilitasnya mengggunakan reliabilitas ratings. Instrumen tes kemampuan berpikir logis validitasnya menggunakan r-point biserial dan reliabilitasnya menggunakan KR-20. Sementara itu, instrumen angket minat menulis, validitasnya menggunakan r-product moment dan reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana dan ganda).

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.1 = 0,69 pada

taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); (2) ada hubungan positif

antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.2 = 0,30 pada taraf

nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); dan (3) ada hubungan positif

antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi (R y.12 =0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan

N= 80 di mana rt = 0,220).

(17)

commit to user

ABSTRACT

Maria Indratin. S840809018. 2010. The Correlation between The Ability of Logical Thinking and Writing Interest and The Skill of Argumentation Writing ( A Survey at Upper Secondary School Students of Regina Pacis in Surakarta. Thesis: Surakarta: Indonesian Education Study Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University.

This research aimed to determine the correlation between (1) the ability of logical thinking and the skill of argumentation writing, (2) writing interest and the skill of argumentation writing, and (3) both the ability of logical thinkingand writing interesttogether and the skill of argumentation writing.

The research was carried out at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta, from June to December 2010. The research method used was correlational survey. The population of the research were the second grade students at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta. The sample consisted of 80 students who were taken by using simple random sampling. The instruments used for data collection were: test for the skill of writing argumentation, its validity used content validity and its reliability used rating reliability. The validity of test instrument for logical thinking used r-point biserial and its reliability used KR-20. While the validity of polling instrument for writing interest used r-product moment and its reliability used Alpha Cronbach. The technique used for analyzing the data was the statistical technique of regression and correlation.

The result of the study shows that: (1) there is a positive correlation between the ability of logical thinking and the skill of writing argumentation (r y1 = .69 at the

level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (2) there is a positive

correlation between writing interest and the skill of writing argumentation (r y2 = .30

at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (3) there is a

positive correlation between both the ability of logical thinking and writing interest with the skill of writing argumentation (R y. 12 = .69 at the level of significance α =

.05 with N = 80 where rt = .220).

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses

komunikasi. Bahkan boleh dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat

diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju tidaknya

komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan

yang terdapat di suatu negara.

Morsey (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 20), menyatakan bahwa tulisan

dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan,

serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai

dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya

serta mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami). Kejelasan tersebut

tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur

kalimat yang cerah.

Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan

Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23

Tahun 2006) dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

(19)

budaya yang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat, dan menemukan serta menggunakan keterampilan analisis dan

imajinatif yang ada dalam dirinya.

Terkait dengan hal di atas, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan dalam

rangka meningkatkan kemampuam peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan

apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi

mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi keterampilan minimal peserta

didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Dalam komunikasi berbahasa, ada empat keterampilan berbahasa, meliputi (1)

keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan

(4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat dengan

proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya

(Henry Guntur Tarigan. 1993: 1)

Sebagaimana diketahui bahwa menulis merupakan satu bentuk komunikasi

secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah mampu memanfaatkan grafologi,

kosa kata, dan struktur bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai

(20)

yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian, guru dituntut

untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis.

Sebagian besar informasi dapat digali dari berbagai jenis atau bentuk tulisan.

Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali

informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, menulis

dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Melalui aktivitas menulis yang baik dan benar, siswa mampu menuangkan

idenya dalam sebuah tulisan. Sebaliknya, siswa juga mendapatkan sesuatu dari

aktivitas menulis yang ia lakukan. Semakin banyak gagasan yang dapat

diungkapkannya, maka semakin baik pula keterampilan bernalar (reasoning) anak

juga akan berkembang dengan pesat ketika siswa berhasil menuangkan informasi

melalui tulisannya.

Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan

Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23

Tahun 2006) salah satu Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk

SMA/Ma kelas X adalah siswa dituntut mampu menulis gagasan secara logis dan

sistematis dalam bentuk ragam paragraf argumentatif.

Faktor lain yang terkait dengan mampu tidaknya siswa menulis, adalah minat

siswa dalam menulis. Minat adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar karena tertarik atau tidak tertarik untuk melakukan suatu

(21)

minat siswa agar tercipta suasana yang dapat melahirkan kesenangannya untuk

menulis.

Sementara beberapa temuan di lapangan menunjukkan bahwa (1) masih

sangat terbatasnya jumlah karya siswa dalam bentuk tulisan baik yang terbit melalui

media majalah sekolah maupun melalui media massa cetak seperti surat kabar, (2)

masih sangat terbatasnya siswa yang tertarik untuk mengikuti berbagai lomba

kegiatan menulis, (3) kurangnya motivasi siswa terhadap kegiatan menulis, (4)

adanya anggapan bahwa keterampilan menulis adalah bakat, (5) adanya kesan bahwa

menulis itu kegiatan yang membosankan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas “Hubungan antara

Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis

Argumentasi pada Siswa SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”

 

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan

menulis argumentasi?

2. Apakah terdapat hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis

argumentasi?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan

menulis argumentasi.

2. Terdapat tidaknya hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis

argumentasi.

3. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis

secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

praktis bagi para pengajar/guru dan siswa SMA Regina Pacis Surakarta pada

khususnya, dan masyarakat pembaca secara luas dan pada umumnya.

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau

informasi pada pembaca maupun para praktisi pendidikan bahasa tentang

ada tidaknya hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis

dengan keterampilan menulis argumentasi, baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama; seberapa besar kadar kekuatan hubungan di antara variabel bebas

(23)

menulis argumentasi). Selain itu, dapat memberikan sumbangan kepada teori

pembelajaran yang berkenaan dengan menulis argumentasi serta varaibel-variabel

yang berperan dalam hubungannya dengan keterampilan menulis argumentasi siswa.

Adapun sumbangan variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan

menulis argumentasi tersebut, adalah kemampuan berpikir logis dan minat menulis.

Hasil penelitian ini pun dapat juga bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu

khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan

penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi

tentang seberapa besar kadar kekuatan hubungan antara kedua belah variabel

sehingga dengan mengetahui hasil itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

tentang apakah kemampuan berpikir logis dan minat menulis dapat diabaikan atau

tidak dalam mengembangkan keterampilan menulis argumentasi siswa. Selain itu,

hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan besarnya sumbangan

kemampuan berpikir logis dan minat menulis kepada keterampilan menulis

argumentasi. Besarnya sumbangan kedua variabel tersebut dapat menunjukkan

derajat pentingnya variabel-variabel itu terhadap keterampilan menulis argumentasi,

dan dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya variabel lain yang

mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi siswa. Selanjutnya, hasil

(24)

SMA Regina Pacis Surakarta dalam menentukan strategi pengajaran menulis

argumentasi yang tepat sehingga tujuan pengajaran keterampilan berbahasa,

(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

Pada Bab II ini dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang relevan

dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu (1) teori keterampilan menulis

argumentasi, (2) teori kemampuan berpikir logis, dan (3) teori minat menulis.

1. Keterampilan Menulis Argumentasi

Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang

terkait dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk maksud tersebut, secara

berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian keterampilan,

(b) hakikat menulis, (c) tahap-tahap menulis, (d) manfaat menulis, (e) tujuan menulis,

(f) pengertian argumentasi, (g) dasar atau landasan argumentasi, (h) cara menguji

data, (i) cara menguji fakta, dan (j) cara menilai autoritas.

a. Pengertian Keterampilan

Menurut Gagne dan Briggs (1979: 49-50) terdapat lima kategori keluaran

belajar: (1) keterampilan intelektual (intellectual skill), (2) pengaturan kegiatan

kognitif (cognitive strategy), (3) informasi verbal (verbal information), (4)

keterampilan motorik (motor skill), dan (5) sikap (attitudes).

(26)

menulis cerita pendek” pada penelitian ini memiliki acuan pengertian yang sepadan

dengan salah satu kategori keluaran belajar yang disebutkan Gagne dan Briggs di

atas, yaitu keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel (1991: 73), yang

dimaksud keterampilan intelektual ialah keterampilan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya

konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Menurut

Muhibbin Syah (2000: 119) keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik

melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi,

keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam

mendayagunakan segala fungsi mental/kognitifnya untuk mencapai hasil secara

maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan penelitian ini,

bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan

gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.

Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis argumentasi di

sini diartikan sebagai kecekatan seseorang (siswa) dalam hubungannya dengan

bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan

buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah karangan yang

berbentuk argumentasi.

b. Hakikat Menulis

Menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang produktif dan

(27)

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka.

Henry Guntur Tarigan (1993: 21) menyatakan menulis adalah menurunkan

atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dengan kata

lain, menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi

bahasa.

Sementara itu, McCrimmon (dalam St.Y.Slamet, 2009:96) menyatakan bahwa

menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek,

memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga

pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya, menulis itu

bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan

pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam

bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana

dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai.

Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah (1997:

13), menulis merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan

tulisan sebagai mediumnya. Lebih jauh Bell dan Barnaby (dalam Nunan, 1989: 141)

menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks untuk

menunjukkan pengaturan sejumlah variabel secara bersamaan. Kedua variabel yang

(28)

di luar kalimat yang terdiri atas penyusunan dan penggabungan kalimat menjadi

paragraf.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1987: 270-271), aktivitas menulis merupakan

suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir

dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.

Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit

dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu

disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur

kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik

unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga

menghasilkan karangan yang runtut dan padu.

Dalam kegiatan menulis, menghendaki orang untuk menguasai lambang atau

simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut tata ejaan.

Unsur situasi dan paralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi berbicara,

tak dapat dimanfaatkan dalam menulis. Karangan adalah suatu bentuk sistem

komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang

diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat,

teratur, dan lengkap. dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kata-kata bahasa

yang teratur merupakan manivestasi pikiran yang teratur pula.

Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil

(29)

Series September 1998. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini

dikemukakan bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan

dari keterampilan kognitif pada level tinggi. Dijelaskan bahwa menulis adalah unik

yang menuntut penulis menggunakan tiga model dari belajar,yaitu mengejakan,

modeling, dan simbolisasi secara berkesinambungan (simultan). Proses menulis

memaksa penulis untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggap akan

informasi dan pengalaman baru, hasil tulisan memenuhi basis atau dasar untuk

menyusun konsep, peningkatan identifikasi, modeling, dan perencanaan untuk

penerapan di masa yang akan datang mengenai ide dan teori.

Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, Burhan Nurgiyantoro (1987:273)

menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan

bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas

mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan

unsur bahasa, sedang yang kedua menekankan unsur gagasan. Kedua unsur tersebut

hendaknya diberi penekanan yang sama.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan

mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain

(pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai

unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi

(30)

c. Tahap-hahap Menulis

Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada beberapa tahap yang harus

dilalui. Menurut Proett dan Gill (1986), ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap

prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah (1997:20) menjelaskan kegiatan menulis adalah

suatu proses yang berarti melakukan serangkaian aktivitas yang terjadi dan

melibatkan tiga fase, yaitu (1) fase prapenulisan (persiapan), (2) fase penulisan

(pengembangan isi kerangka), dan (3) fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau

penyempurnaan).

Masing-masing fase harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan

harus dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Kegiatan kepenulisan

sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir

dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu

yang dianggap bahan bukti menuju pada suatu simpulan (Anton

Moeliono,1989:124-125).

Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan

menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (telaah

dan revisi atau penyempurnaan).

d. Manfaat Menulis

Kegiatan menulis memiliki banyak manfaat. Menurut Graves (dalam Suparno

(31)

1) Meningkatkan kecerdasan

Dikatakan meningkatkan kecerdasan karena ketika menulis, siswa

mengembangkan gagasannya dengan penalaran, yaitu menghubungkan fakta,

membandingkannya, dan menggunakan struktur bahasa yang logis agar dapat

dipahami pembaca.

2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatif

Pengembangan gagasan pokok menjadi informasi yang lebih rinci dikemas ke

dalam kalimat-kalimat yang efektif agar pembaca dapat menangkap pesan yang

disampaikan penulis. Untuk itu diperlukan daya inisiatif dan kreatif yang tinggi.

3) Menumbuhkan keberanian

Kegiatan menulis memupuk keberanian untuk berpendapat. Kegiatan menulis

diawali dengan penentuan masalah yang dihadapi penulis. Dengan membaca literatur

penulis memperoleh masukan dan saran pemecahannya. Penulis dituntut untuk berani

membuat keputusan menurut perasaan, pikiran, dan gaya penuangan gagasan yang

mungkin berbeda satu dengan yang lain. Penulis juga harus berani menghadapi

berbagai kritik dari pembaca karena akan muncul penilaian dari pembaca.

4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi

Kegiatan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan

informasi. Bahan yang akan ditulis adalah informasi. Informasi ditulis dari berbagai

sumber. Makin banyak sumber yang dibaca, didengar, maka akan semakin

(32)

e. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis memiliki berbagai macam tujuan. Menurut Henry Guntur

Tarigan (1993:23-25) ada beberapa tujuan kegiatan menulis. Tujuan tersebut

meliputi :

1) memberitahukan atau mengajar yang kemudian disebut dengan wacana informatif

(informative discourse).

2) meyakinkan atau mendesak yang kemudian disebut dengan wacana persuasif

(persuasive discourse).

3) menghibur atau menyenangkan yang kemudian disebut dengan tulisan literer

(wacana kesastraan atau literary discourse).

4) mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api yang

kemudian disebut dengan wacana ekspresif (expresive discourse).

Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya

sebagai berikut :

1) assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya

para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan

(33)

2) altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan, menghindarkan kedukaan, menolong

para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat

hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan

yang diutarakan.

4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan

kepada para pembaca.

5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada para pembaca.

6) creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan

kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan

mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan

mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang

(34)

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973 : 309-311).

f. Pengertian Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi

sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1985 : 3). Dalam

ilmu pengetahuan, argumentasi merupakan usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau

menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat

mengenai sesuatu hal.

Georgacarakos, G.N. dan Robin Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa

yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan

dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau

membujuk (persuading). Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya

(disebut kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis).

Argumen dapat digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk

mempercayai suatu pernyataan. Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat

yang bisa benar atau salah.

Menurut Stephen Naylor Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah

berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau

menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan.

(35)

diberikan sebagai alasan untuk sebuah kesimpulan. Untuk menerima beberapa

pernyataan memang benar dengan dasar mendukung alasan, atau menawarkan /

mempertimbangkan alasan untuk dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah

hal yang berkaitan dengan reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning).

Berkaitan dengan teori tentang argumentasi, telah dikemukakan hasil

penelitian terdahulu. Lesley A. Rey, Ebony Elizabeth Thomas, dan Steven Engel

2010; 99.6. pg 56-62. “English Journal: Applying Toulmin: Teaching Logical

Reasoning and Argumentative Writing.Juli 2010. Dalam hasil penelitian yang dimuat

di jurnal ini dikemukakan bahwa argumentasi adalah suatu proses membentuk logika

atau alasan-alasan yang masuk akal dari serentetan ide yang bersifat persuasif bagi

pembaca/pendengar. Salah satu cara untuk memahami definisi persuasif adalah

menganggapnya sebagai suatu alasan-alasan yang menjelaskan bagaimana sesuatu

seharusnya. Kita dibujuk dikarenakan penjelasan yang ada sesuai dengan kerangka

berpikir kita.

Menulis argumen dimulai dengan membentuk suatu sikap / perasaan hati-hati

terhadap sesuatu untuk suatu tujuan dan pembaca tertentu. Orang yang ingin

berargumen secara efektif pertama-tama harus mempertimbangkan dimana mereka

berada, dan kemudian secara terorganisir mengumpulkan ide-ide dan informasi untuk

membujuk pembaca dengan sudut pandang mereka. Supaya lebih meyakinkan,

alasan-alasan yang diajukan harus dilengkapi dengan ide-ide, informasi, atau

(36)

Pengetahuan siswa mengingatkankita bahwa tugas kita tidak mengajari

mereka bagaimana berargumen atau bahkan pentingnya berargumen. Sebaliknya,

tantangan kita adalah meyakinkan mereka untuk berargumen dalam tulisan akademik.

Tiga pertanyaan yang dapat membantu seseorang dengan hati-hati memilih sikap:

1) Sudut pandang: Bagaimana saya melihat dan memahami apa yang sedang saya

pelajari?

2) Pernyataan: Apa yang benar dan seharusnya diketahui tentang subyek ini?

3) Permintaan: Apa yang seharusnya dipahami pembaca tentang subyek ini?

Bukti yang terpercaya dan meyakinkan seharusnya memenuhi empat syarat:

1) Apakah bukti tersebut kredibel?

2) Apakah bukti itu mencukupi?

3) Apakah bukti itu akurat?

4) Urutan bukti mana yang terbaik?

Warrants (2005: 25) menjelaskan bahwa pembenaran adalah alasan yang

menghubungkan bukti-bukti dan sikap. Menemukan pembenaran adalah yang paling

sulit karena ini adalah tahap dimana kita meminta siswa untuk mengungkapkan dalam

kata-kata pemikiran bawah sadar mereka sebelumnya dan menggunakan kerangka

berpikir yang baru bagi mereka.

Pembenaran yang efektif membujuk pembaca akan hubungan antara

pernyataan yang dibuat dengan bukti-bukti. Mengajar siswa untuk menulis

(37)

mereka. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:

1) Apa alasanmu untuk memilih bukti-bukti ini untuk mendukung sikapmu?

2) Mengapa kamu berpendapat bahwa bukti ini cocok / mendukung sikap yang

kamu ambil?

3) Bagaimana bukti-bukti ini yang telah kamu pilih berhubungan satu sama lain?

Akhirnya, untuk belajar menulis argumen persuasif yang masuk akal, siswa

perlu belajar berpikir melalui kompleksitas dan komplikasi suatu permasalahan /

subyek / isu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan secara hirarki

mengelompokkan dan secara logis, mengurutkan ide-ide. Siswa sangat tergantung

pada guru untuk memungkinkan hal ini terjadi.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

argumen-tasi adalah suatu retorika yang berupa bukti-bukti yang digunakan untuk menarik

suatu simpulan yang akhirnya mampu mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain.

g. Dasar atau Landasan Argumentasi

Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan

logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada.

Fakta-fakta atau evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana

dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang

lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai

seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan juga

(38)

apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula

bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia

dapat merangkai suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah

tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa hal penting yang

menjadi landasan argumentasi. Beberapa hal penting tersebut, menurut Gorys Keraf

(1985: 5), adalah sebagai berikut:

1) Penalaran

Penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai

hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu

kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Penalaran (reasoning), jalan pikiran

adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau

evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud

dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk

menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk

akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari penalaran.

2) Proposisi

Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang

masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta

(39)

kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya.

Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk

membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau

ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.

Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah

proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya

kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.

3) Inferensi dan Implikasi

Fakta adalah apa saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun

peristiwa-peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal

yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat

orang-orang tentangnya. Sebaliknya pendapat merupakan kesimpulan (inferensi), penilaian,

pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta atau fakta-fakta itu. Sebab itu

setiap ucapan yang bersifat faktual, atau suatu pernyataan yang didasarkan atas fakta,

harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau yang mustahil.

Sebaliknya pendapat atau kesimpulan hanya dapat diterima atau ditolak karena

kebenaran atau kemustahilan faktanya dan cara menghubung-hubungkan fakta itu

secara absah.

Kata inferensi berasal dari kata latin infrre yang berarti menarik kesimpulan.

Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti

(40)

yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena

sudah diragukan dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari simpulan sebagai

hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan

kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dan evidensi(= implikasi), dan simpulan

yang masuk akal berdasarkan implikasi(= inferensi).

4) Evidensi

Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,

semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk

membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh

dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan.

Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya

sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi,

seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia

menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami

sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.

Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi.

Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh

dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan

keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh seseorang kepada

orang lain, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan

(41)

data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.

Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara

nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat kapal musuh mendarat di

sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi. Kalau sebuah surat kabar

memberitakan bahwa ekspor Indonesia bulan Oktober mencapai 500 juta dollar, itu

baru merupakan data. Dalam kedua kasus perlu didakan penyelidikan lebih lanjut

untuk mendapatkan sebuah fakta, yaitu apakah sungguh-sungguh musuh sudah

mendarat di pantai tadi; apakah memang benar ekspor Indonesia bulan Oktober 500

juta dollar, bagaimana perinciannya, barang apa saja yang diekspor, ke negara mana

dan sebagainya.

h. Cara Menguji Data

Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan

informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukanya yang pasti sebagai fakta,

bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan

pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara

yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pegujian tersebut.

1). Observasi

Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan

seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan

sekaligus dapat menggunakan sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para

(42)

peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.

2). Kesaksian

Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan

observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan

observasi atas objek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu,

tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau

pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan

dari orang lain yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu.

Kesaksian di sini tidak hanya mencakup apa yang didengar langsung dari seseorang

yang mengalami sesuatu peristiwa, tetapi juga diketahui melalui buku-buku,

dokumen-dokumen, dan sebagainya.

3). Autoritas

Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha

menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autotoritas, yakni pendapat

dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat,

memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan

pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Autotoris

dengan demikian dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh

seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atau kelompok yang dianggap berwenang

(43)

i. Cara Menguji Fakta

Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau

informasi yang telah kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan

penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang

sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian-penilaian

tingkat pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan

keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta.

Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus

mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat

digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau

dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang

dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.

1) Konsistensi

Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan

dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan

mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat

konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.

2) Koherensi

Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang

dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang

(44)

inginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus meyakinkan pembaca bahwa

karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang

dikemuka-kannya, maka secara kosekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu

konklusinya.

j. Cara Menilai Autoritas

Yang dapat dilakukan adalah membanding-bandingkan autoritas-autoritas

itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan sesuatu

pendapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat

memilih beberapa pokok berikut:

1) Tidak Mengandung Prasangka

Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat

autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung

prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang

dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu

bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data

eksperimentalnya.

2) Pengalaman dan Pendidikan Autoritas

Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat

suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan

(45)

dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang

diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas,

penelitian-penelitian yang dilakukannya dan presentasi hasil-hasil penelitian dan

pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat

pertama di atas harus juga diperhatikan.

3) Kemasyuran dan Prestise

Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas

adalah meneliti apakah pernyataan/pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu

hanya sekedar bersembunyi di balik kemasyuran dan prestise pribadi di bidang lain.

4) Koherensi dengan Kemajuan

Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah

pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan

jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

pada hakikatnya yang dimaksud dengan keterampilan menulis argumentasi adalah

kesanggupan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa

Indonesia tulis dengan jelas, didukung oleh organisasi isi atau bahasa yang baik, tata

bahasa (struktur) yang benar, pilihan kata dan ejaan yang tepat dengan bertujuan

untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dengan jalan mengemukakan alasan

(46)

2. Kemampuan Berpikir Logis

Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori

yang terkait dengan kemampuan berpikir logis. Untuk maksud tersebut, secara

berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) hakikat berpikir, (b)

hakikat penalaran, (c) hakikat logika, (d) jenis-jenis penalaran, (e) hakikat berpikir

logis, (f) tahap-tahap berpikir logis, dan (g) argumen

a. Hakikat Berpikir

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai kenyataan-kenyataan yang

menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat

atau pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal

suatu bahasa. Ini berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian

suatu bahasa. Menurut Gorys Keraf (1980: 49), unsur lain adalah segi penalaran atau

logika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang,

mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami. Dikatakan dengan tegas oleh Jujun S.

Suriasumantri (1993 : 43) bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk

yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya itu bersumber

pada pengetahuan yang diperolehnya melalui kegiatan berpikir dan merasakan.

Berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk berpikir tersebut, perlu

dijelaskan arti kata berpikir dan penalaran. Menurut Poespoprodjo dan T. Gilarso

(47)

dalam batin. Dengan kata lain, berpikir adalah suatu kegiatan berbicara dengan diri

sendiri (Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, 1986 : 1-2). Oleh Partap Sing Mehra

dan Jazir Burhan (1986 : 1-2) dijelaskan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan jiwa

untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, secara umum mereka menggunakan

istilah pemikiran, yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu

yang telah diketahui. Sesuatu yang telah diketahui merupakan data atau bahan

pemikiran, sedangkan sesuatu yang belum diketahui merupakan konklusi yang akan

diperoleh dari pemikiran. Melalui aktivitas berpikir, manusia mengkaji perihal

benda-benda, gejala-gejala, dan peristiwa-peristiwa untuk kemudian menarik kesimpulan

berupa ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia memperoleh

kebenaran.

Pendapat lain yang tidak kalah pentingnya dikemukakan oleh Jujun S.

Suriasumantri (1993 : 42) bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk

menemukan pengetahuan yang benar. Pendapat-pendapat tersebut mempunyai

kesamaan. Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan akal yang dilakukan oleh manusia

untuk menemukan pengetahuan yang benar.

b. Hakikat Penalaran

Kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam

menemukan kebenaran disebut penalaran. Lebih tegas lagi dijelaskan pula bahwa

penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan berupa

(48)

dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Pengetahuan yang dihasilkan

tersebut merupakan pengetahuan yang benar. Namun, apa yang disebut benar bagi

tiap orang tidak sama. Oleh karena itu, kegiatan berpikir untuk menghasilkan

pengetahuan yang benar itu pun berbeda-beda. Tiap jalan pikiran memiliki kriteria

kebenaran, dan kriteria kebenaran itu merupakan landasan bagi proses penemuan

kebenaran tersebut (Jujun S. Suruasumantri, 1993 : 42).

Menurut Herman J. Waluyo (1989: 3),penalaran adalah kegiatan berpikir yang

mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Selanjutnya, sebagai

suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri penanda: (1) adanya suatu pola

berpikir yang secara luas disebut logika, dan (2) mempunyai sifat analitik dalam

proses berpikirnya.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan

data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan (Zainal Arifin dan

Amran Tasai, 1991 : 160). Sementara itu, Jos Daniel Parera (1982 : 77)

mengemukakan bahwa penalaran adalah proses berpikir untuk mencapai satu

kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau

pernyataan-pernyataan.

Menurut Angelo (1980 : 241), penalaran merupakan penarikan kesimpulan

dari pengamatan, fakta-fakta, atau hipotesis. Pendapat lain menyatakan bahwa

penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari

(49)

makna bahwa dalam mengomunikasikan gagasan atau ide diperlukan proses berpikir,

yaitu bernalar.

Sementara Gorys Keraf (1995: 5) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu

proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau

evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu simpulan. Selanjutnya, Gorys Keraf

(1990 : 5), menjelaskan bahwa penalaran merupakan salah satu proses berpikir yang

mengikuti cara-cara, langkah-langkah, dan syarat-syarat tertentu sedemikian rupa

untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diandalkan. Masalah penalaran, yaitu

masalah bagaimana mermuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari proses

berpikir bagaimana merangkaikan kata-kata, kalimat-kalimat, atau

simpulan-simpulan individual menjadi simpulan-simpulan umum. Jalan pikiran manusia pada hakikatnya

sangat kompleks yang dapat terdiri dari mata rantai evidensi dan berbagai

kesimpulan.

Agar suatu penalaran dapat menghasilkan suatu simpulan yang benar dan

sah, penalaran tersebut harus memenuhi persyaratan: (1) berpangkal pada kenyataan;

(2) alasan-alasan yang diajukan harus tepat; (3) semua alasan yang berupa fakta atau

pemikiran dalam bentuk rangkaian langkah disusun secara logis menjadi suatu jalan

pikiran; dan (4) hubungan antara titik pangkal dan kesimpulan harus logis

(Poespoprojo, 1985: 13).

Pendapat lain, dikemukakan oleh Thomas (1986 : 10) bahwa penalaran

(50)

Leahey dan Harris (1997 : 229), berpendapat bahwa penalaran adalah proses

penarikan kesimpulan logis berdasarkan fakta atau premis yang ada; sedangkan

Suhendar dan Supinah (1992 : 44) mengatakan bahwa penalaran adalah kegiatan

berpikir yang lebih tinggi yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang

saling berhubungan, serta bertujuan untuk sampai pada kesimpulan. Sejalan dengan

pendapat terdahulu, Poespoprojo dan Gilarso (1985 : 8) berpendapat bahwa penalaran

adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal atau

lebih yang berdasarkan pada alasan-alasan dan langkah-langkah tertentu sehingga

sampai pada suatu kesimpulan.

Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang bertolak pada suatu

analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika

penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik penalaran merupakan konskuensi dari

adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak

akan ada kegiatan analisis. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan

berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Dalam bidang keilmuan, kegiatan berpikir dilakukan secara sistematis dan

didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, kegiatan penalaran yang

dilakukan dalam bidang keilmuan adalah proses berpikir logis. Berpikir logis

diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan

(51)

c. Hakikat Logika

Logika didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara

sahih (Jujun S. Suriasumantri, 1993 : 42-46). Selanjutnya, pengertian logika ini secara

singkat dikatakan oleh Alex Lanur (1983 : 7) sebagai ilmu pengetahuan dan

kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Kemudian, Anton M. Moeliono (1989 :

124-125) juga mengatakan bahwa logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir.

Sementara itu, Irving M. Copi sebagaimana dikutip oleh Mundiri (1996 : 2),

menyatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan

hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang

salah.

Pada bahasan selanjutnya, Mundiri (1996 : 15) mengatakan bahwa

keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena

itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika

membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan

kebenaran dan menghindari kekeliruan. dari pernyataan tersebut tercermin bahwa

manusia menggunakan prinsip logika dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak.

Dengan logika, manusia dapat berpikir secara benar lepas dari prasangka emosi dan

keyakinan seseorang, karena logika dapat mendidik manusia bersikap objektif, tegas,

dan berani.

Seorang yang memiliki jalan pikiran yang tepat sesuai dengan aturan logika

(52)

yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan

dalam logika, disebut “logis”, sedangkan jalan pikiran yang tidak mengindahkan

patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat, dan dari pikiran yang

tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.

d. Jenis-jenis Penalaran

Dalam tulisan ilmiah ini, dikemukakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran

deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang

didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau keputusan lain yang berlaku umum untuk

suatu hal atau gejala,kemudian berdasarkan prinsip tersebut ditarik kesimpulan

tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala tersebut.

Herman J. Waluyo (1989: 20) menyatakan bahwa penalaran deduktif bergerak dari

sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Sementara, penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik suatu

prinsip atau sikap yang berlaku umum maupun kesimpulan yang bersifat umum

berdasar fakta-fakta khusus. Herman J. Waluyo (1989: 16) menyatakan bahwa

penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang

mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang

diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Proses penalaran induktif memiliki beberapa variasi antara lain generalisasi,

analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang

(53)

bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.

Sementara itu, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua

peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa

yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Sabarti Akhadiah

(1988: 3) menyatakan bahwa analogi induktif adalah suatu proses penalaran untuk

menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus yang lain yang

memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.

Di samping analogi induktif, dikenal juga apa yang disebut analogi deklaratif

atau analogi penjelas. Gorys Keraf (1995: 48) menyatakan bahwa analogi penjelas

adalah suatu metode untuk menjelaskan hal yang tidak dikenal dengan

mempergunakan atau membandingkannya dengan sesuatu hal yang lain yang sudah

dikenal. Sebagai metode penjelasan, analogi deklaratif merupakan suatu cara yang

sangat bermanfaat, karena gagasan yang bari itu dapat diterima bila dihubungkan

dengan apa yang sudah diketahui.

Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu penalaran dari

sebab ke akibat, penalaran dari akibat ke sebab, penalaran dari akibat ke akibat.

Ketiga pola hubungan kausal tersebut dapat dipakai secara bergantian dalam sebuah

tulisan.

Di samping penalaran, unsur yang memiliki hubungan erat dengan tulisan

argumentasi adalah logika. Menurut pengertian sehari-hari, logika adalah ”menurut

(54)

Waluyo (1989: 29) berpendapat bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan

kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat. Kejelasan, keruntutan, dan ketepatan

peng-gunaan kata-kata dalam berbahasa berhubungan dengan kemampuan penalaran

sese-orang. Jadi, dengan dimilikinya kemampuan logika yang baik akan sangat

men-dukung seseorang dalam mengemukakan argumentasi dengan baik, runtut, dan sah.

Pendapat-pendapat pakar tersebut tidaklah jauh berbeda, tetapi pada hakikatnya

sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat dengan dimasukkannya aktivitas berpikir

dalam proses bernalar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa inti dari bernalar

adalah berpikir.

e. Hakikat Berpikir Logis

Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar Arsyad, dan Sakura Ridwan (1988:

102-109), berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis seseorang.

Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang

merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan

bagi siapa pun. Hasil berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis.

Sebenarnya, tidak dapat dipahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan

dalam bentuk tulisan, ucapan, atau isyarat. Kata-kata yang dituliskan mewakili

pikiran bukan sekedar coretan pena belaka, namun merupakan susunan kata yang

memuat pikiran. Oleh sebab itu, perlu dipelajari logika, karena logika dapat

(55)

kebenaran dan menghindari kekeliruan. Manusia mendasarkan diri atas prinsip dalam

segala aktivitas berpikir dan bertindak. Logika menyampaikan kepada berpikir benar,

lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seorang. Karena itu, logika dapat

mendidik manusia bersikap objektif tegas dan berani. Sikap seperti inilah yang

dibutuhkan dalam segala situasi dan kondisi.

Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

(1) logis, artinya sebagai kegiatan berpikir yang menurut suatu pola tertentu, atau

sesuai dengan logika; dan (2) analitik, artinya sebagai kegiatan berpikir dengan alur

atau langkah-langkah tertentu. Sebaliknya, cara berpikir yang tidak termasuk kedalam

penalaran, seperti intuisi bersifat tidak logis dan tidak analitik.

Herman J. Waluyo (1989: 29) menyatakan bahwa berpikir kritis erat

hubungannya denga logika, sebab berpikir kritis merupakan objek material logika.

Lebih lanjut, Herman J. Waluyo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan berpikir

kritis adalah kegia

Gambar

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ……………………………….
Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian
Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Regresi dan
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dengan kata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi (X 1 ) dengan kemampuan menulis narasi

Kompetensi pedagogik, kompetensi professional guru, keterampilan berpikir logis siswa, dan motivasi belajar secara bersama-sama memberikan kontribusi yang signifikan

output uji statistik data hasil postes kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash dan

rata-rata hasil kemampuan menulis argumentasi berdasarkan kelas pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis dapat dideskripsikan bahwa skor rata-rata hasil kemampuan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara persepsi dan berpikir kritis siswa dengan keterampilan menulis karangan argumentasi hal ini dibuktikan dari

Banyaknya faktor yang menjadi rendahnya keterampilan menulis resensi siswa setingkat SMA/MA menarik perhatian penulis yaitu kemampuan penalaran dan minat menulis sehingga penulis

Hipotesis ketiga menunjukkan terdapat hubungan positif antara variabel berpikir kreatif dan kemampuan membaca pemahaman secara bersama-sama dengan variabel kemampuan