• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. dan ditutup dengan acara puncak yakni Grand Carnaval. yaitu education, entertainment, exhibition, dan economic benefit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. dan ditutup dengan acara puncak yakni Grand Carnaval. yaitu education, entertainment, exhibition, dan economic benefit."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

86 BAB V

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Penyelenggaraan event JFC telah berlangsung untuk yang ke-14 di tahun 2015. Rangkaian penyelenggaraan acara Jember Fashion Carnaval (JFC) ini berlangsung selama empat hari dari tanggal 27-30 Agustus 2015. Diawali dengan Kids Carnaval, Artwear Carnaval, Wonderfull Archipelago of Indonesia (WACI), dan ditutup dengan acara puncak yakni Grand Carnaval.

Yayasan JFC sebagai pengelola memiliki konsep 4E dalam kegiatannya, yaitu education, entertainment, exhibition, dan economic benefit.

Konsep education atau edukasi peserta penampil diberikan pengetahuan merancang busana, fashion run way, fashion dance, presenter, rias dan make up. Dengan kemampuan ini peserta diharapkan mampu melahirkan ide-ide kreatif baru dan semangat enterpreneur.

Sebagai sebuah event ekslusif, konsep entertainment atau hiburan juga merupakan prioritas dalam penyelenggaraan JFC. Hiburan ini diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat menyeluruh dari segala lapisan baik profesi, usia, pendidikan, latar belakang ekonomi dan sebagainya.

JFC juga digunakan sebagai exhibition atau pameran atau sebagai media display bagi keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan seni desain kostum yang digunakan, hasil kreasi olah tata suara, serta promosi pariwisata yang ada di Kabupaten Jember. Konsep ini juga menjadikan JFC sebagai pusat studi Fashion Carnaval yang menjadi trendsetter beberapa kota lain di Indonesia, serta menjadi

(2)

87 obyek pengambilan foto bagi fotografer profesional maupun pemula serta peminat khusus di bidang audio visual dan seni pertunjukan.

Setelah melakukan observasi langsung dan proses wawancara serta dokumentasi, didapati beberapa temuan empiris pada penyelenggaraan event JFC ini. Respon masyarakat lokal serta pengunjung yang merupakan wisatawan ataupun pelancong tidak serta merta membuktikan secara mutlak keberhasilan JFC. Kemampuan media dalam mengusung keberadaan JFC merupakan suatu nilai tambah, meski pada kenyataannya masih banyak hal yang bisa diperbaiki sehingga JFC bisa menjadi suatu daya tarik urban tourism tahunan yang mampu bersinergi dengan kehidupan kota di Kabupaten Jember.

Gambar 5.1. Suasana Jember Fashion Carnaval XIV Sumber: Dokumen Pribadi, 2015

Adapun hasil penelitian akan diuraikan di bab mengenai temuan dan pembahasan ini. Berikut tahapan analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu profil pengunjung, JFC sebagai daya tarik wisata yang mencakup kualitas event, dampak penyelenggaaraan terhadap ekonomi dan sosial budaya, serta arahan perencanaan tata ruang event terhadap tata ruang kota.

(3)

88 5.1. Profil Pengunjung

Salah satu misi kegiatan event JFC merupakan exhibition atau pameran yang menjadi media display sekaligus promosi pariwisata kota. Target pengunjung yang diharapkan oleh pihak penyelenggara adalah pihak birokrat, Dekranas/Dekranasda se-Indonesia, pejabat BUMN/BUMD se-Indonesia, Perwakilan dagang negara ASEAN, pengusaha, pelajar dan mahasiswa, penggemar Fashion and Art, komunitas fotografer, pehobi, dan pengunjung umum. (www.jemberfashioncarnaval.com-28/10/2015)

Oleh karena itu JFC membidik segmentasi komunitas fotografi yang dinilai memiliki ketertarikan terhadap seni visual. Komunitas fotografi dapat mengabadikan momen melalui lensa kamera. Teknologi kamera digital dan koneksi data yang banyak digunakan fotografer pemula maupun profesional saat ini memudahkan penyebaran informasi secara viral.

Komposisi peserta liputan yang berasal dari jurnalis maupun freelancer pada Kids Carnaval, Artwear Carnaval, WACI, dan Grand Carnaval secara rinci dapat dilihat pada gambar 5.2.

Gambar 5.2. Komposisi Peliput Rangkaian Event JFC Sumber : Hasil Analisa, 2016 Adaptasi Data JFCC, 2015

Kids Carnival; 772 Artwear; 836 WACI; 1010 Grand Carnaval; 1093 Kids Carnival Artwear WACI Grand Carnaval 0 200 400 600 800 1000 1200

(4)

89 Pengunjung event JFC terbagi dalam zona central-runway (tribun) dan public-runway. Pengunjung di zona tribun merupakan pengunjung yang menikmati atraksi karnaval dengan pembagian kursi sesuai dengan kode tiket (berbayar). Pengunjung di zona runway merupakan penonton umum yang tidak dipungut biaya untuk dapat menikmati event karnaval.

Gambar 5.3. Sketsa Layout Event JFC

Sumber : www.jemberfashioncarnaval.com-28/10/2015

Terdapat tujuh pengelompokan pengunjung yang dimasukkan dalam penelitian ini melalui perolehan data responden yaitu: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, alat transportasi yang digunakan, lokasi geografis daerah asal dan pola kunjungan.

a. Profil Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi profil responden berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Sampel yang ada menunjukkan komposisi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.4 dan 5.5.

(5)

90

Gambar 5.4. Komposisi Pengunjung

Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber : Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.5. Komposisi Jenis Kelamin Pengunjung Berdasarkan Zona Penonton

Sumber : HasilAnalisa, 2016

Dari data responden tersebut dapat diamati bahwa komposisi pengunjung laki-laki dan wanita adalah 2:1. Ditinjau dari zona penonton, komposisi pengunjung wanita di zona runway lebih mendekati komposisi pengunjung laki-laki dibanding di zona tribun.

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran bahwa peminat kunjungan di zona tribun yang sebagian besar merupakan pengunjung minat khusus fotografi masih didominasi oleh laki-laki. Pengambilan keputusan pengunjung berjenis kelamin laki-laki untuk melakukan perjalanan ke Kabupaten Jember lebih banyak dibandingkan pengunjung perempuan.

Dengan adanya tren yang terjadi di kelompok masyarakat muda saat ini, konsep gaya hidup “my life my adventure” merupakan suatu potensi pasar yang besar. Terutama untuk para wanita muda dan mandiri mulai marak dengan gaya “women traveler” memungkinkan munculnya satu segmentase pasar yang perlu untuk dikembangkan.

Berdasarkan karakter fisik dan psikologis wanita serta budaya masyarakat yang berkembang, wanita memiliki tingkat pertimbangan yang lebih kompleks

Laki-laki 64% Wanita 36% 0 10 20 30 40 50 Runway Tribune Laki-laki Wanita

(6)

91 dibandingkan pengunjung laki-laki dalam melakukan pengambilan keputusan dan pola kunjungan. Wanita memerlukan jaminan keamanan yang lebih, serta kemudahan pencapaian dan penggunaan fasilitas. Maka pihak penyelenggara maupun penggiat industri pariwisata kota diharapkan dapat melihat peluang dan potensi dengan mempersiapkan sarana dan produk yang dapat dijual pada segmen pengunjung ini.

b. Profil Pengunjung Berdasarkan Usia

Profil responden yang menjadi sampel penelitian dibagi dalam tiga range usia, yaitu di bawah 18 tahun, 18-45 tahun, dan di atas 45 tahun. Hal tersebut dapat ditinjau dari Gambar 5.6 dan 5.7.

Gambar 5.6. Komposisi Pengunjung Berdasarkan Usia

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.7. Komposisi Usia Pengunjung Berdasarkan Zona Penonton Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari data komposisi pengunjung, 72 % merupakan kelompok usia 18-45 tahun, 12% merupakan kelompok usia di bawah 18 tahun, dan 16% merupakan kelompok usia diatas 45 tahun. Komposisi ini menggambarkan peminat event JFC terbesar merupakan kelompok usia 18-45 yang masuk dalam kategori muda dewasa. Sedangkan kesenjangan komposisi terjadi di kelompok usia di atas 45

< 18 12% 18 - 45 72% > 45 16% < 18 18 - 45 > 45 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Runway Tribun

(7)

92 tahun yang berada di zona tribun dan runway. Hal ini mengindikasikan bahwa segmentasi pasar event JFC untuk pengunjung di usia di atas 45 tahun masih layak diperhitungkan.

c. Profil Pengunjung Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Profil pengunjung event JFC berdasarkan tingkat pendidikan responden terbagi dalam tiga kelompok, yaitu setingkat SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.8 dan 5.9.

Gambar 5.8. Komposisi Pengunjung Berdasarkan Pendidikan Sumber : Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.9. Komposisi Pendidikan Pengunjung Berdasarkan Zona Penonton

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari data komposisi pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan dapat diperoleh gambaran mengenai korelasi ketertarikan terhadap daya tarik wisata dengan tingkat pendidikan yang menjadi latar belakang pengunjung. Pada area tribun, dapat diamati adanya dominansi latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi sebagai pengunjung di zona tribun. Namun demikian, di lokasi penyelenggaraan event JFC dapat ditemukan pengunjung dari kelompok pra sekolah maupun sekolah dasar, baik itu di zona tribune, dan terutama zona runway.

SMP 4% SMA 29% PT 67% SMP SMA PT 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 SMP SMA PT Runway Tribun

(8)

93

Gambar 5.10. Suasana Penonton Grand Carnaval JFC XIV Sumber: Dok. Pribadi 2015

d. Profil Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan

Selain itu juga dapat dikelompokkan kedalam latar belakang status pekerjaan responden. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan 5.12.

Gambar 5.11. Komposisi Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan Sumber : Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.12. Komposisi Pekerjaan Pengunjung Berdasarkan Zona Penonton

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari data yang diperoleh, pengunjung mayoritas berstatus pelajar/mahasiswa dan tenaga kerja profesional dengan komposisi 35% dan 30%. Namun dapat dicermati pada gambar 5.12, jumlah responden pelajar/mahasiwa berbanding terbalik dengan tenaga kerja profesional pada zona tribun dan runway. Sedangkan komposisi kelompok pekerjaan lain di masing-masing zona tidak terlalu

Pelajar / Mahasiswa 35% Karyawan /Swasta 22% PNS 8% Profesional 30% Lain-lain 5% 0 5 10 15 20 25 30 Runway Tribun

(9)

94 signifikan. Hal ini menggambarkan adanya keterkaitan antara jenis/status pekerjaan memiliki pengaruh terhadap motivasi kunjungan.

Dominansi kelompok pelajar/mahasiswa dan tenaga kerja profesional pada kunjungan ke event JFC menggambarkan kemungkinan pola pikir dan sudut pandang dapat mempengaruhi kebutuhan selama berada di lokasi event JFC. Untuk itu diperlukan adanya perhatian khusus dalam menjaga kualitas event dan pendukungnya sehingga tetap dapat dinikmati pengunjung. Selain itu dengan kondisi pengunjung yang bekerja pada sektor formal – informal seperti PNS maupun karyawan swasta, maka juga diperlukan perencanaan yang seksama dalam penyelenggaraan event, khususnya pada pengelolaan waktu pelaksanaan.

e. Alat Transportasi Yang Digunakan

Untuk menuju ke sebuah destinasi atau daerah tujuan wisata, pengunjung memerlukan alat yang mampu mengakomodasi kebutuhan mobilitas. Berdasarkan data penelitian, kendaraan yang digunakan mencakup dua sub kategori, yaitu kendaraan menuju Kabupaten Jember, dan kendaraan yang dipergunakan di dalam Kabupaten Jember untuk mobilitas dari dan ke event JFC.

Gambar 5.13. Moda Transportasi PengunjungEvent JFC Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dengan perkembangan infrastruktur dan fasilitas kota, Kabupaten Jember dapat dicapai melalui dua moda transportasi yaitu darat dan udara. Penggunaan moda transportasi darat berupa kereta api oleh responden pengunjung event JFC

Darat: Kereta Api 31% Darat: Bus/Travel 32% Darat: Pribadi 23% Udara: Pesawat 14%

(10)

95 mencapai 31%, 32% berupa bus/ travel, dan 23% berupa kendaraan pribadi. Moda transportasi udara digunakan oleh 14% responden pengunjung. Hal ini mengindikasikan variasi moda transportasi yang dapat digunakan pengunjung tergantung pada kebutuhan dan kemampuan budget.

Melalui data reponden yang dihimpun ditemukan hasil berupa ragam kendaraan yang dimanfaatkan pengunjung dalam kota di Kabupaten Jember untuk kebutuhan dari dan ke lokasi penyelenggaraan JFC. Penggunaan jenis kendaraan terbanyak pilihan responden adalah motor sebanyak 37%. Kendaraan pribadi berjenis mobil dipilih oleh 17%. Penggunaan kendaraan umum berupa angkot, ojek, becak, maupun bis kota dipilih oleh 32% responden. Penyewaan kendaraan juga dimanfaatkan oleh sebagian responden, yaitu sebesar 7%. Sedangkan 7% yang tersisa dari total responden menyatakan memilih berjalan kaki untuk menuju lokasi JFC.

Gambar 5.14. Profil Pengunjung berdasarkan Kendaraan yang Digunakan

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.15. Profil Pengunjung berdasarkan Kendaraan yang Digunakan

Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari data responden, penggunaan motor masih menjadi pilihan utama bagi sebagian pengunjung. Pemilihan kendaraan yang dimanfaatkan sebagian pengunjung yang lain dengan komposisi yang mendekati adalah pemanfaatan moda transportasi umum. Jalan kaki 7% Motor 37% Mobil 17% Kendaraan Umum 32% Kendaraan Sewa 7% 0 10 20 30 Jalan

Kaki Motor Mobil Umum Sewa Runway Tribun

(11)

96 Dari persentase pengguna kendaraan umum, pada pelaksaaan event selanjutnya, perlu direncanakan dengan seksama mengenai kerjasama antara pihak penyelenggara dan penyedia jasa transportasi umum. Dengan demikian, akan diperoleh peningkatan kualitas dari kondisi kendaraan umum sehingga bisa digunakan dengan lebih layak dan nyaman bagi segala pihak.

f. Lokasi Geografis Daerah Asal dan Pola Kunjungan

Event JFC mulai pada perhelatan yang ke XIV memiliki visi untuk lebih memperkenalkan Kabupaten Jember ke dunia internasional sehingga mengangkat konsep bertajuk “international event” yang meliputi kegiatan carnaval, exhibition, dan conference. Pihak penyelenggara memiliki visi untuk menjadikan JFC sebagai media memperkenalkan Kabupaten Jember sebagai “ The World Carnival City ”. Maka dari itu, promosi yang dilakukan penyelenggara melalui berbagai media menghasilkan pengunjung yang berasal dari berbagai wilayah.

Menurut data statistik yang diperoleh dari JFCC, pengunjung melalui segmentasi khusus komunitas fotografi tercatat sebanyak 4426 orang. Komunitas ini kemudian dibedakan berdasarkan tipe aktivitas fotografi, serta daerah asal. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.16.

Gambar 5.16. Profil Pengunjung Minat Khusus Berdasarkan Domain Sumber : Hasil Analisa, 2016 Adaptasi Data JFCC, 2015

0 500 1000 1500 2000 2500

Lokal Domestik Mancanegara 1073 2188 72 168 251 2 228 439 5 Hobbies Jurnalis Freelancer

(12)

97 Apabila dilihat dari data responden sampel penelitian, maka pengunjung event JFC dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lokal, regional, dan nasional. Pengunjun lokal merupakan pengunjung yang berasal dari Kabupaten Jember dan kota-kota yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jember. Pengunjung yang berasal dari provinsi yang sama dengan Kabupaten Jember yaitu Provinsi Jawa Timur dimasukkan dalam kelompok pengunjung regional. Sedangkan untuk pengunjung yang berasal dari provinsi lain dalam satu wilayah negara dimasukkan dalam kelompok pengunjung nasional. (Gambar 5.17)

Gambar 5.17. Profil Pengunjung JFC berdasarkan Lokasi Geografis Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dari kedua data yang diperoleh, didapati gambaran bahwa event JFC masih merupakan event lokal meski sudah diupayakan untuk mampu berskala internasional. Pengunjung lokal merupakan mayoritas pengunjung event JFC.

lokal 56% regional 27% nasional 17%

(13)

98 5.2. Kualitas Event JFC

Jember Fashion Carnaval XIV merupakan bukti kemampuan event ini untuk bertahan sebagai salah satu daya tarik yang masih tetap diminati masyarakat. Lebih dari satu dekade, JFC memberi warna dalam kehidupan kota Jember melalui event karnaval tematik yang unik.

Upaya memposisikan JFC sebagai daya tarik wisata memiliki tiga elemen penting. Ketiga elemen penting ini antara lain adalah atraksi atau daya tarik dari JFC sendiri, amenitas yang ada sebagai pendukung dari kegiatan selama JFC, serta ketersediaan akses menuju lokasi penyelenggaraan JFC.

Penamaan karnaval dengan unsur “fashion” pada JFC sebenarnya kurang tepat. Karena menurut Stone (1989), fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan di gunakan oleh mayoritas anggota kelompok dalam satu waktu tertentu. Fashion punya konsep busana yang kuat dan tahu mana yang ingin ditonjolkan. Berbeda dengan karnaval, desain kostum ramai dan penuh aksesoris. Sehingga vocal point cenderung bias, masing-masing bagian merupakan satu kesatuan yang dominan dalam arti fungsi. Penambahan kata “carnaval” menjadi upaya pelurusan makna fashion yang digunakan penampil melalui kostum dan riasan yang digunakan. Selain itu, dengan mengelompokkan pagelaran ini kedalam salah satu bentuk event publik berupa karnaval menjadi sebuah kegiatan urban yang memiliki nilai hiburan, maka penyelenggaraan event ini memiliki kemampuan sebagai sebuah daya tarik wisata jika dikemas dengan baik.

Untuk mendapatkan event yang memiliki potensi sebagai suatu daya tarik wisata yang berkualitas, event harus dibuat konsisten. Selain itu sasaran target pasar harus jelas, dan memiliki daya tarik. Demikian yang terjadi pada JFC yang

(14)

99 diselenggarakan secara rutin sejak tahun 2003 hingga bertahan lebih dari satu dekade.

Kesuksesan sebuah penyelenggaraan karnaval bukan dilihat dari jumlah peserta atau tampilan dan banyaknya biaya yang dikeluarkan. Sukses sebuah event karnaval menurut Yoshida & James (2010) dalam Esu (2014) ditentukan oleh tiga aspek. Ketiga aspek yang menentukan kualitas event terdiri atas kualitas dari personel penyelenggara (event employees), lingkungan (event environment) dan produk event (event product). Dengan memperhatikan ketiga aspek ini maka akan diperoleh event yang berkualitas.

5.2.1. Kualitas Personel Penyelenggara

Kualitas event dapat melalui aspek yang pertama yaitu kualitas personel yang menangani JFC dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pasca kegiatan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas personil penyelenggara ini antara lain adalah perencanaan waktu pelaksanaan, pemberian informasi yang jelas, serta kesesuaian waktu dan lokasi penyelenggaraan.

a. Perencanaan Waktu

Perencanaan ketepatan waktu penyelenggaraan ditinjau dari pra penyelenggaraan dan selama pelaksanaan acara. Penentuan waktu penyelenggaraan event dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun sebelumnya, yaitu dimulai pasca penyelenggaraan event hingga penyelenggaraan event berikutnya. Dalam jangka waktu 1x24 jam setelah penyelenggaraan event, situs resmi JFC terprogram untuk melakukan perhitungan mundur menuju penyelenggaraan event tahun berikutnya.

(15)

100 Pengaturan waktu selama pelaksanaan acara diatur dengan penyusunan jadwal yang ketat. Hal ini dikarenakan penyelenggaraan event ini memiliki segmentasi khusus para pecinta fotografi, sehingga sangat dipengaruhi dengan pencahayaan matahari untuk menghindari back light maupun ketersediaan penyinaran yang dapat mempengaruhi kualitas gambar. Selain itu, dengan pengaturan beberapa kelompok defile diperlukan ketepatan waktu yang sesuai dengan jumlah peserta sehingga tidak ada kesenjangan waktu antar penampilan yang signifikan.

Penampilan dalam defile dibagi menjadi dua tipe, yaitu individual maupun kelompok. Kedua tipe penampilan ini menggunakan kostum yang besar, rumit, dan memiliki bobot yang mencapai 25 kilogram. Yang berbeda dalam penampilan secara kelompok, peserta menggunakan kreasi kendaraan yang memerlukan keterampilan, dan durasi waktu khusus.

Gambar 5.18. Penampilan Peserta WACI Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Untuk mengatur frekuensi defile, keberadaan Line-Runner sangat diperlukan. Kecepatan laju defile diharapkan dapat stabil dan tidak terlalu cepat yaitu 2 km/jam. Bila terjadi salah satu hal tersebut Line-Runner akan

(16)

101 memberitahukan kepada koordinator agar mempercepat atau memperlambat laju defile.

Gambar 5.19. Penampilan Peserta JFC XIV Sumber: Dokumentase Pribadi, 2015

Berdasarkan pengamatan di lapangan, durasi tiap defile adalah 15 menit dengan interval 3 menit. Dalam satu defile terdiri atas 30-40 peserta. Kecepatan berjalan peserta defile rata-rata adalah 1,8 Km/jam yang disertai atraksi fashion dance dan 5 detik per pose yang dilakukan di tiga titik central runway yaitu di depan tribun VIP dan dua stand fotografer. Selanjutnya peserta karnaval akan melakukan fashion runway di sepanjang rute menuju GOR Kaliwates.

b. Pemberian Informasi

Ada berbagai macam media yang dapat digunakan untuk kegiatan promosi dan informasi, baik tradisional maupun pemanfaatan teknologi yang menghadirkan media jenis baru berbasis koneksi data (internet). Media tradisional yang masih digunakan adalah media penyiaran (TV/radio), media cetak (koran/majalah), media periklanan outdoor berupa papan reklame. Media baru memanfaatkan teknologi web 2.0 maupun teknologi 3G dan 4G yang ada pada piranti “smartphone” dengan memanfaatkan mini-program atau aplikasi program yang digunakan melalui jaringan komunitas.

(17)

102 Berdasarkan data responden yang dihimpun, persentase terbesar adalah pemanfaatan jaringan komunitas sebesar 47%. Yang kedua adalah dengan memanfaatkan jaringan internet yakni sebesar 25%. Media informasi tradisional yang masih digunakan adalah melalui media cetak dan siaran berupa koran/majalah serta pemasangan billboard atau papan reklame masing-masing sebesar 10%, dan penyiaran melalui TV/radio sebesar 2%. Sedangkan 6% sisa responden mendapatkan informasi dari media lain yang tidak disebutkan. (Gambar 5.20)

Gambar 5.20. Penggunaan Media Promosi dan Informasi JFC oleh Pengunjung Sumber: Hasil Analisa, 2016

Dari data responden yang diperoleh mengindikasikan beberapa hal mengenai media promosi informasi yang memiliki pengaruh di masyarakat. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup, jaringan komunikasi atau viral merupakan media informasi paling kuat. Sebaliknya, TV dan radio merupakan media paling lemah yang mengindikasikan bahwa media ini masih memiliki segmen pengguna namun mulai ditinggalkan.

Media internet juga merupakan media yang memiliki potensi dalam penyebaran informasi JFC. Melalui situs resmi www.jemberfashioncarnaval.com

yang dikelola oleh Jember Fashion Carnaval Council (JFCC), selain informasi yang dapat diperoleh oleh pengguna, dapat dimanfaatkan sebagai pendaftaran peserta

TV/Radio 2% Internet/Medsos 25% Koran/Majalah 10% Billboard 10% Komunitas 47% Lain-lain 6%

(18)

103 expo - pengunjung secara on-line. Pada situs ini diberikan informasi lengkap mengenai kelas penonton, harga tiket, serta lay-out yang direncanakan pada penyelenggaraan JFC yang akan datang. Selain itu pengguna juga dapat meperoleh informasi mengenai akomodasi, transportasi, informasi agen perjalanan wisata, maupun info kegiatan JFC.

c. Kesesuaian Waktu dan Lokasi

Penyelenggaraan event karnaval pada dasarnya memprioritaskan daya tarik visual. Rancangan kostum berbagai rupa dan warna serta elemen detail yang melengkapi penampilan merupakan objek visual yang indah untuk dinikmati serta diabadikan melalui lensa kamera. Oleh sebab itu, karnaval ini membidik komunitas fotografi baik profesional maupun pemula.

Kebutuhan utama dalam aktivitas fotografi ini adalah pencahayaan yang tepat. Dengan konsep JFC yang berupaya untuk memanfaatkan penggunaan daya dengan efisien, maka kebutuhan ini tercukupi dengan sistem pencahayaan alami.

Salah satu alasan mengapa penyelenggaraan diadakan di bulan Agustus secara filosofis merupakan bulan kemerdekaan Negara Indonesia. Namun secara ilmiah dapat dijelaskan karena letak geografis Kabupaten Jember yang berada di daerah tropis maka puncak pencahayaan matahari adalah di bulan Agustus. Selain itu, di bulan Agustus, sebagian besar kawasan di Indonesia mengalami musim kemarau. Kecerahan dan tingkat curah hujan yang rendah merupakan salah satu poin penting bagi publik-event yang diselenggarakan di ruang luar.

Pada tahun 2003, penyelenggaraan JFC I diselenggarakan di bulan Januari bertepatan dengan peringatan hari jadi Kabupaten Jember. Meski tetap berlangsung dengan meriah, namun hujan mengguyur dengan deras selama prosesi acara. Maka

(19)

104 sejak saat itu penyelenggaraan event dialihkan ke bulan Agustus. Pengalihan momen ini selain karena di bulan Agustus merupakan bulan kemerdekaan Indonesia, juga disebabkan karena kondisi iklim kemarau yang memiliki curah hujan rendah merupakan suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan event publik yang memanfaatkan media ruang luar.

Lokasi penyelenggaraan JFC berada di alun-alun kota Kabupaten Jember hingga GOR Kaliwates. Pertimbangan pemilihan rute ini adalah Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada merupakan jalan protokol Kabupaten Jember. Ruas Jalan Sultan Agung memiliki lebar 12 meter, yang terdiri dari 4 jalur satu arah tanpa median jalan. Jalan Gajahmada memiliki lebar 15 meter terdiri dari 6 jalur dua arah dengan median.

Gambar 5.21. Kondisi Ruas Jalan Sultan Agung dan Gajahmada, Jember Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Selain itu, jalur Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada yang dipergunakan merupakan jalur dengan kondisi dengan beberapa persimpangan yang menghubungkan area ini dengan berbagai fungsi lahan dari beberapa kawasan yang ada. Persimpangan yang ada merupakan jalur akses alternatif. Hal ini memudahkan pengaturan pengalihan arus lalu lintas sehingga mobilitas penduduk tidak terputus.

(20)

105

Gambar 5.22. Pengalihan Lalin Selama Event JFC Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Jember, 2011

Berdasarkan data responden yang berasal dari masyarakat (Gambar 5.23), 4% memberi nilai negatif dan 37% memberi nilai positif terhadap pengalihan arus lalu lintas. 59% responden yang lain memilih netral. Dari data tersebut dapat menggambarkan bahwa pengalihan arus lalu lintas meski bagi sebagian masyarakat mengganggu, namun masih dinilai wajar dan masih dalam batas toleransi.

Gambar 5.23. Penilaian Masyarakat terhadap Pengalihan Lalin Selama Event JFC

Sumber: Hasil Analisa, 2016 STS; 2% TS; 2% N; 59%

S; 27%

(21)

106 5.2.2. Kualitas Lingkungan Penyelenggaraan

Kualitas lingkungan penyelenggaraan event JFC dapat diukur melalui penilaian terhadap kebersihan, jaminan keamanan, carrying capacity, kenyamanan, dan tempat/lokasi yang mudah dijangkau.

a. Kebersihan

Penyelenggaraan event publik berupa pada umumnya akan menghasilkan volume sampah yang besar. Demikian pula pada penyelenggaraan event JFC. Sampah yang dihasilkan bisa berupa sampah organik maupun anorganik, basah maupun kering yang berasal dari sisa konsumsi maupun yang lain.

Untuk aktivitas pengelolaan sampah yang ada di lokasi event, khususnya di area pameran dan tribun, beberapa titik ditemukan beberapa tempat sampah yang dipisahkan untuk sampah organik dan anorganik. Sebagian tempat sampah yang ada merupakan existing yang disediakan oleh Dinas Tata Kota. Sebagian yang lain merupakan tempat sampah yang disediakan oleh pihak penyelenggara.

Berbeda halnya dengan sepanjang runway. Pihak penyelenggara tidak menyediakan tempat sampah secara khusus, dan bergantung pada elemen street furniture yang sudah ada.

Gambar 5.24. Pengelolaan Sampah Event JFC XIV Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

(22)

107 Pembersihan lokasi pasca kegiatan di area expo maupun tribun merupakan bagian dari tanggung jawab penyelenggara. Pembersihan lokasi ini juga merupakan kerjasama antara penyelenggara dan instansi terkait. Penilaian masyarakat terhadap proses pembersihan pasca event dapat diamati melalui Gambar 5.25 dan 5.26.

Gambar 5.25. Penilaian Masyarakat Terhadap Pembersihan Pasca Event

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.26. Komposisi Penilaian Kebersihan Pasca Event Sumber: Hasil Analisa, 2016

Berdasarkan kondisi tersebut, sebanyak 16% responden yang berasal dari masyarakat lokal yang beraktivitas di seputar kawasan alun-alun kota, ruas Jalan Sultan Agung dan Gajahmada hingga GOR Kaliwates menyatakan bahwa proses pembersihan belum sesuai dengan ekspektasi, 29% menyatakan bahwa masih kurang dari ekspektasi. Sedangkan sisa responden memilih untuk netral.

Dengan persepsi negatif lebih dari seperempat responden dan porsi lebih besar dibandingkan positif, dapat menjadi indikasi bahwa aktivitas event JFC masih menyisakan permasalahan terhadap manajemen pengelolaan sampah di lokal event. Maka perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti adanya proses pelaksanaan yang dilakukan tidak secara optimal sehingga berdampak pada ketidakpuasan masyarakat. Negatif 29% Netral 55% Positif 16% 3,90% 25,50% 54,90% 11,80% 3,90% Sangat

(23)

108 b. Jaminan Keamanan

Kemanan kawasan selama penyelenggaraan event JFC diperkuat oleh bantuan pihak Kepolisian Resort Jember. Kerjasama antara pihak penyelenggara maupun Kepolisian juga ditengarai dengan penerjunan 1750 personel untuk mengamankan dan mengatur pengalihan arus lalu lintas selama event berlangsung.(http://www.merdeka.com/gaya -25/11/2015)

Namun demikian, dengan kondisi keramaian yang ada, 3% responden memberi pernyataan sangat tidak nyaman terhadap keamanan lingkungan selama penyelenggaraan event, sedangkan 27% merasa tidak terlalu aman, 17% merasa kondisi yang ada aman, dan 2 % merasa suasana event karnaval sangat aman. Sedangkan sisanya memilih netral. (Gambar 5.27)

Gambar 5.27. Penilaian Keamanan Pengunjung Selama Event Sumber: Hasil Analisa, 2016

Komposisi persepsi keamanan menurut pengunjung berdasarkan zona penonton dapat diamati pada Gambar 5.28. Nilai negatif lebih besar dirasakan oleh responden yang berada di zona runway. Ketidaknyamanan selama event dirasakan oleh 44% dari total responden runway, sedangkan kepercayaan terhadap keamanan selama event hanya pada 18%. Sedangkan angka netral terbesar terjadi pada responden tribun. Meski demikian, angka kepercayaan terhadap keamanan selama

STS 3% TS 27% N 51% STS 17% SS 2%

(24)

109 event bagi responden di zona tribun relatif kecil yaitu 20%. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa pengunjung masih memerlukan jaminan keamanan yang lebih baik terutama pada penyelenggaraan event selanjutnya.

Gambar 5.28. Komposisi Penilaian Keamanan selama Event Berdasarkan Zona Penonton

Sumber: Hasil Analisa, 2016

c. Carrying Capacity

Sebuah daya tarik wisata merupakan sebuah produk yang diharapkan untuk memberi keuntungan pada penyelenggaranya. Demikian pula yang terjadi pada penyelenggaraan event JFC. Pihak penyelenggara mengharapkan dengan event ini maka akan ada gelombang kunjungan wisatawan ke Kabupaten Jember.

Secara konsep carrying capacity ini secara implisit mengandung makna batasan (limit), batas atas (ceiling), atau tingkatan/level (threshold) yang tidak boleh dilewati dalam pembangunan atau pengembangan destinasi Pariwisata. Konsep carrying capacity memiliki faktor pengaruh berupa karakteristik wisatawan, daya tampung dan atribut destinasi seperti zonasi kawasan.

Pada penyelenggaraan event JFC XIV, pihak penyelenggara menyiapkan 1600 kursi untuk tiket penonton, serta dua stand fotografer. Dengan rute perjalanan

4% 40% 38% 16% 2% 3% 13% 63% 17% 3% STS TS Netral S SS Runway Tribun

(25)

110 runway sepanjang 3,6 Km, pihak penyelenggara menargetkan pengunjung yang akan hadir dalam event ini mencapai 100.000 orang. (http://www.buletinindonesianews.com/ragam-dan-bisnis/1027/-31/08/2015)

Di lain pihak, sebagai sebuah event publik, target dari penyelenggaraan event harus sesuai dengan kemampuan kota untuk menampung aktivitas tersebut, khususnya pada pengadaan akomodasi dan konsumsi.

Pada tahun 2015, kemampuan Kabupaten Jember untuk menampung wisatawan dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Kapasitas Hunian Hotel dan unit F&B

No Tipe Industri 2015

1. Penginapan Hotel Bintang 5

 Kamar 309 Hotel Melati 38  Kamar 1.592 2. F&B Restauran 3  Kursi 127 Rumah Makan 118  Kursi 14.636

Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2016

Dari data tersebut, Kabupaten Jember memiliki daya tampung akomodasi wisatawan sebesar 1.901 unit kamar. Pada sektor industri F&B, memiliki kapasitas yang mampu menampung 14.763 kursi. Dengan demikian diperoleh gambaran, bahwa Kabupaten Jember masih memiliki kesiapan untuk menampung pengunjung event JFC, wisatawan maupun pelancong. Namun perlu diwaspadai jika adanya upaya peningkatan target pengunjung, maka perlu disiapkan fasilitas-fasilitas pendukung yang mampu mengakomodir kebutuhan pengunjung.

(26)

111 d. Kenyamanan

Zona penonton yang mengunjungi event JFC terbagi dalam dua kategori, yaitu runway dan tribun. Zona runway merupakan zona publik yang dapat dinikmati secara bebas oleh masyarakat di sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada. Sedangkan zona tribun berada di depan panggung utama berada di Jalan Sudarman di depan Gedung Pemkab Jember.

Pengolahan di kedua zona tersebut dapat dibedakan dari tempat duduk yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Pengunjung di zona runway dapat menikmati atraksi karnaval dengan dibatasi oleh pagar pembatas portabel dengan para peserta. Sedangkan zona tribun, pengunjung dapat menikmati atraksi karnaval di tempat yang sudah disediakan.

Gambar 5.29. Zonasi Pengunjung Runway dan Tribun

Sumber: www.jemberfashioncarnaval.com, dan Dokumentasi Pribadi, 2015

Kenyamanan pengunjung dalam melihat atraksi karnaval dalam penelitian ini menggunakan variabel kenyamanan lingkungan, visual, audio, dan spasial. Variabel tersebut diamati dengan indikator berupa panca indera yang memiliki respon untuk menerima rangsangan yaitu pendengaran untuk menilai tingkat

(27)

112 kebisingan, penglihatan untuk melihat tampilan visual, peraba untuk menilai respon tubuh terhadap cuaca saat penyelenggaraan event dan ruang personal pengunjung.

Gambar 5.30. Kenyamanan Pengunjung Berdasarkan Spasial, Audio, Visual, dan Cuaca Sumber: Hasil Analisa, 2016

Pada Gambar 5.30 terdapat dua perbandingan tingkat kenyaman pengunjung yang berada di zona runway dan zona tribun.

Dari data pada zona runway diketahui 68% responden merasa tidak nyaman dengan kondisi berdesakan saat menikmati event karnaval, dan 4% merasa kondisi tersebut adalah wajar, sedangkan 24% responden bersikap netral. Di zona tribun, hanya 8% responden yang merasa tidak nyaman, dan 62% responden merasa nyaman dengan pengelolaan tempat duduk penonton, sisa responden bersikap netral.

Dari data juga diketahui bahwa 64% responden tribun dan 72% responden runway merasa tata suara yang digunakan nyaman untuk didengar. Sedangkan 8% reponden tribun dan 2% responden runway merasa tata suara tidak nyaman untuk didengar.

Secara visual, 30% responden runway dan 66% responden tribun merasa nyaman untuk menikmati atraksi. Sedangkan 20% responden runway dan 5%

2% 62% 28% 6% 2% 2% 18% 50% 30% 2% 28% 62% 8% 2% 66% 24% 2% 2% STS TS N S SS RUNWAY 3% 6% 27% 30% 32% 2% 3% 27% 63% 3% 3% 5% 29% 56% 8% 3% 5% 30% 40% 22% STS TS N S SS TRIBUN Spasial Audio Visual Cuaca

(28)

113 responden tribun merasa terganggu atau terdapat halangan dalam melihat atraksi. Sisa reponden memutuskan netral.

Menghadapi kondisi penyelenggaraan event pada siang hingga sore hari, 64% responden runway mengeluhkan terik matahari, sedangkan responden tribun hanya 9% yang merasa terganggu. Sebanyak 62% responden tribun merasa kondisi tribun dengan kanopi penutup cukup melindungi dari terik matahari sehingga mereka relatif nyaman, dan hanya 8% responden runway yang merasa nyaman.

Fakta empiris yang ditemukan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan responden runway dalam menghadapi cuaca antara lain:

1. Temperatur udara pada saat penyelenggaraan event mencapai 33-34o C dengan kondisi cerah-berawan.

2. Ground cover lingkungan didominasi material aspal dan beton yang bersifat memantulkan panas.

3. Tidak terdapat peneduh berupa shelter yang disediakan oleh penyelenggara. 4. Keberadaan pohon peneduh di sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dan Jalan

Gajahmada tidak mengakomodasi kebutuhan pengunjung event karnaval.

Gambar 2.31. Perbedaan Suasana Penonton Tribun vs Runway

Sumber: http://www.liannyhendrawati.com/kemeriahan-jember-fashion-carnaval-ke-14-outframe-28/12/2015; http://www.merdeka.com-28/12/2015;

Dokumentasi Pribadi, 2015

Kenyamanan untuk menikmati atraksi bagi responden mengindikasikan bahwa zona tribun merupakan zona prioritas dalam pengelolaan penyelenggaraan

(29)

114 event JFC. Secara visual, jarak pandang dan posisi mata untuk melihat obyek lebih terkondisikan untuk pengunjung tribun. Dengan pengaturan tempat duduk, posisi penonton lebih teratur apabila dibandingkan dengan di ruang publik yang lebih random dan padat. Demikian juga dengan adanya shelter pada zona tribun melindungi pengunjung dari terik matahari.

Berbeda dengan kenyamanan audio, pengunjung di zona runway lebih dapat menikmati kenyamanan pendengaran. Sesuai fakta empiris yang ada, peletakkan speaker aktif untuk menonton tribun yang statis secara fungsi lebih terjamin. Namun suara yang dihasilkan oleh speaker aktif selama defile menggema bercampur dengan suara pengunjung yang lain menyebabkan penurunan kualitas suara.

e. Kemudahan Penjangkauan Lokasi Event

Kesuksesan suatu event juga ditentukan oleh ada tidaknya pengunjung yang menonton atraksi. Hal ini tentu saja berhubungan dengan kemudahan event untuk dapat dikunjungi yang dipengaruhi oleh kemudahan akses dan penunjuk arah yang membantu pengunjung untuk tiba di lokasi. (Gambar 2.32)

Gambar 2.32. Kemudahan Akses dan Kejelasan Penunjuk Arah ke Event JFC Sumber: Hasil Analisa, 2016

6% 4% 86% 18% 14% 3% 5% 51% 21% 21% STS TS N S SS

Kemudahan Akses

Tribun Runway

4% 22% 56% 8% 10% 3% 8% 60% 22% 6% STS TS N S SS

(30)

115 Dari data responden, 32% responden runway dan 42% responden tribun beranggapan lokasi event JFC mudah dijangkau, 10% responden runway dan 8% responden tribun terkendala akses, sedangkan sisa responden memilih netral. Dengan dikomparasikan dengan data mengenai alat transportasi yang digunakan pengunjung kemudahan akses ini dapat diindikasikan dengan keberagaman variasi kendaraan.

Sebanyak 8% responden runway dan 28% responden tribun menggambarkan bahwa penunjuk arah ke lokasi event JFC lengkap dan mudah dipahami. Lebih dari 50% responden runway maupun tribun memilih bersikap netral. Sedangkan persentase ketidaksetujuan rata-rata antara pengunjung tribun maupun runway sebesar 27% sehingga perlu ditinjau ulang penempatan dan pemilihan materi penunjuk arah yang lebih tepat.

5.2.3. Kualitas Produk

Kualitas produk event JFC dapat diukur melalui pertunjukan yang dirancang secara artistik, program acara yang tersusun, dan penampilan yang menghibur.

a. Rancangan Artistik Pertunjukan

Sebuah penampilan bukanlah sebuah pertunjukan ataupun atraksi tanpa ada sesuatu yang unik dan menarik. Hal ini yang menjadi perhatian khusus penyelenggara JFC, untuk menciptakan sebuah pertunjukan karnaval yang berbeda dari yang telah ada sebelumnya, berpikir out of the box sehingga memberikan warna yang berbeda.

Kemampuan rancangan artistik pertunjukan yang diangkat oleh JFC mengkolaborasikan seni koreografi, teatrikal, musik, bahkan menciptakan atmosfer

(31)

116 yang sesuai dengan tema disertai kejutan di setiap penampilan. Dalam penampilan pertunjukan, setiap peserta JFC dituntut untuk memiliki kemampuan koreografi, fashion runway and dance, freestyle dance, pose, attraction dance yang merupakan adaptasi teatrikal. Selain olah para penampil, juga ditambahkan visual efek dan suara yang merupakan musik pengiring setiap defile.

Gambar 5.33. Artistik Pertunjukan Grand Carnaval JFC XIV Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

b. Program Acara yang Tersusun

Program acara pada satu event JFC sudah disusun dengan rapi. Sebagai pembuka, Kids Carnaval menampilkan pertunjukan karnaval dengan peserta berusia setingkat sekolah dasar yang menunjukkan bahwa adanya kesiapan regenerasi peserta JFC untuk masa mendatang. Kemudian di hari kedua, Artwear Carnaval yang mengangkat tema fashion desain yang terinspirasi oleh konsep trend dunia. Acara selanjutnya adalah WACI yang merupakan etalase karnaval oleh anggota Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI). Dan sebagai penutup yaitu Grand Carnaval.

Pada Grand Carnaval JFC XIV, acara diselenggarakan dengan susunan sebagai berikut:

(32)

117 - Pose on main stage, yaitu perfom tiap defile yang sebelumnya sudah ditentukan urutanya. Para peserta yang perfom keluar dari panggung utama (main stage) kemudian berpose di panggung selama beberapa saat dan kembali melanjutkan berjalan menuju tribun utama.

- Parade, yaitu beraksi di sepanjang zona tribun dengan melakukan fashion dance, attraction dance, dan fashion runway

- Catwalk, yaitu acara terakhir para peserta karnaval melakukan perjalanan karnaval di sepanjang 3,6 km.

Dengan susunan acara yang disepakati, pihak penyelenggara JFC dapat melakukan evaluasi pengaturan durasi yang dibutuhkan selama waktu penyelenggaraan.

c. Penampilan Yang menghibur

Kualitas event secara keseluruhan mengarah pada kepuasan pengunjung. Terutama dalam paket pertunjukan karnaval, elemen-elemen pertunjukan yang berhubungan dengan desain/rancangan kostum yang digunakan dan efek yang diciptakan serta atraksi sekunder teatrikal maupun tarian yang diiringi musik yang sesuai dengan tema yang dapat membawa penonton ke dalam suasana yang ingin diciptakan setiap defile. Dengan demikian maka akan diperoleh suatu pertunjukan yang memiliki kemampuan untuk menghibur penonton.

Tiap-tiap defile karnaval membawakan tema khusus. Peserta karnaval dituntut untuk dapat memaksimalkan desain kostum dan melakukan gerakan teatrikal yang mencerminkan tema defile. Pawai defile karnaval akan mengambil posisi di area tengah jalan, dengan penonton tribun maupun runway berada di sisi kiri dan kanan bahu jalan. Atraksi dapat terlihat jelas dan peserta harus mampu

(33)

118 berinteraksi dengan penonton di kedua sisi, diseluruh zona baik tribun maupun runway. Selain itu, musik pengiring diaransemen untuk menyajikan suasana yang mendukung tema tiap-tiap defile.

Gambar 5.34. Interaksi Peserta Grand Carnaval JFC XIV Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 5.35. Interaksi Peserta Grand Carnaval JFC XIV Menurut Pengunjung Sumber: Hasil Analisa, 2016

Berdasarkan data responden untuk interaksi peserta karnaval dengan penonton, 78% responden memberi nilai positif, 19% netral, dan hanya 3% yang memberi nilai kurang. Sedangkan pada Gambar 5.36, 89% menyatakan tema karnaval menarik, sedangkan 11% sisanya memilih netral dan tidak ada responden yang menganggap tema karnaval tidak menarik. Sebanyak 78% responden menyataan musik pengiring sesuai dengan tema defile, 2% menyatakan tidak sesuai, dan 20% sisa responden memilih netral.

3% 19% 64% 14% STS TS N S SS

(34)

119

Gambar 5.36. Respon Pengunjung Terhadap Tema dan Musik Pengiring JFC XIV Sumber: Hasil Analisa, 2016

Dari data responden mengenai penampilan event mengindikasikan bahwa secara general karnaval JFC mendapat respon yang positif dari pengunjung. Hasil akhir dari sebuah produk atraksi akan menghasilkan respon yang bisa dijadikan salah satu indikator keberlangsungan event di masa depan, yaitu endurance atau kemampuan produk atraksi untuk tetap bertahan.

Kemampuan produk atraksi untuk dapat tetap bertahan sebagai salah satu daya tarik wisata dapat diindikasikan dengan keinginan pengunjung untuk melakukan perjalanan kembali pada pertunjukan berikutnya. Selain itu juga dapat dilihat melalui berapa besar respon positif yang diberikan oleh pengunjung untuk menyalurkan informasi kepada pihak ketiga.

Gambar 5.37. Respon Pengunjung Terhadap Penyelenggaraan Event JFC

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Menurut data responden pengunjung tribun dan runway diperoleh gambaran mengenai penyelenggaraan JFC. Sebanyak 77% responden menyatakan

11% 77% 12% 2% 20% 66% 12% STS TS N S SS Musik Tema Ya 77% Tidak 23% BERKUNJUNG KEMBALI Ya 62% Tidak 38% REKOMENDASI RELASI

(35)

120 keinginan untuk kembali ke penyelenggaraan JFC tahun depan. Namun juga perlu diperhatikan data mengenai 38% pengunjung enggan untuk merekomendasikan JFC ke relasi mereka. Alasan keengganan ini tidak dapat diketahui secara pasti, merupakan keengganan yang bersifat personal atau berkaitan dengan kualitas penyelenggaraan event. Dengan demikian, penyelenggara maupun pemerintah yang bekerja sama dalam penyelenggaraan event JFC memiliki tugas untuk memperbaiki kualitas produk maupun pendukung event JFC masa mendatang. 5.3. Dampak Penyelenggaraan JFC

Aktivitas pariwisata merupakan aktivitas padat karya multi dimensional. suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat. Dengan memperhatikan empat kriteria dasar yang mendasari kegiatan pariwisata dari sisi pengunjung yaitu tujuan perjalanan, moda transportasi, lama tinggal, dan jarak antara domain pengunjung ke daerah tujuan wisata, maka akan dapat ditemukan adanya dampak dari kegiatan aktivitas terhadap kondisi ekonomi, sosial budaya, maupun lingkungan di masyarakat setempat (local host).

Penyelenggaraan tahunan event JFC dalam penelitian ini merupakan sebuah fenomena dalam kegiatan pariwisata di Kabupaten Jember. Beberapa pro dan kontra muncul di masyarakat mengenai atraksi yang dimasukkan ke dalam event urban tourism. Selain event karnaval ini, Kabupaten Jember memiliki beberapa karnaval publik. Namun dengan pengunjung dan pengelolaan yang berbeda dari yang lain, event ini lebih menarik untuk diteliti lebih lanjut.

(36)

121 5.3.1. Dampak Ekonomi

Event JFC yang mentargetkan wisatawan dari berbagai kawasan di Indonesia bahkan mancanegara memicu perkembangan usaha dan jasa di bidang konsumsi, komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan serta pangsa pasar bagi produk lokal seiring dinamika sosial ekonomi yang ada di Kabupaten Jember.

a. Pertumbuhan Ekonomi (Economic Development)

Pertumbuhan ekonomi masyarakat sebagai dampak penyelenggaraan event JFC yang telah bertahan selama lebih dari satu dekade dapat diukur dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

- Kondisi awal fasilitas dan daya tarik utama terhadap wisatawan yang diamati dari pertumbuhan fasilitas akomodasi (penginapan), usaha rumah makan, dan tempat hiburan,

- Besaran dan intensitas pengeluaran wisatawan di lokasi wisata,

- Tingkat perputaran pengeluaran wisatawan di dalam daerah tujuan wisata yang dapat diamati melalui perbandingan penggunaan fasilitas umum serta layanan jasa dan penggunaan properti serta fasilitas pribadi.

Dari laporan kinerja Dinas Pariwisata Kabupaten Jember tahun 2015, dapat diketahui adanya pertumbuhan fasilitas penginapan, rumah makan, dan tempat hiburan yang ada sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dan Gambar 5.38.

(37)

122 Tabel 5.2

Pertumbuhan Fasilitas Penginapan, Rumah Makan, dan Tempat Hiburan Kabupaten Jember 2008-2014 No Industri Pariwisata 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Penginapan 31 34 36 37 39 41 42 2 Rumah Makan 94 98 106 119 121 121 121 3 Tempat Hiburan 104 147 153 153 153 153 153 4 Jasa Wisata 25 29 29 29 29 29 29 5 Pramuwisata 4 9 9 9 9 9 9

Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2015

Gambar 5.38. Grafik Pertumbuhan Ekonomi dari Industri Pendukung Pariwisata Sumber: Hasil Analisa, 2016

Dari data yang diperoleh, pertumbuhan ekonomi ditinjau dari penyediaan fasilitas layanan jasa yang paling signifikan dalam kurun waktu terakhir adalah penyediaan fasilitas akomodasi wisatawan yang memiliki tingkat pertumbuhan satu penginapan dengan hunian re rata 66 kamar per tahun. Industri penyediaan makan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(38)

123 dan minum (rumah makan) mengalami puncak pertumbuhan di tahun 2010-2011 dengan 13 fasilitas baru yang hadir. Namun rata-rata pertumbuhan ini mengalami stagnansi di tahun 2012.

Pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat diamati melalui perputaran uang yang ada selama event JFC. Berdasarkan data responden, 15% responden membelanjakan 1-2 juta rupiah selama JFC berlangsung. Sedangkan 22% reponden membelanjakan kurang dari 500 ribu rupiah. Persentase terbesar responden menyatakan uang yang dibelanjakan selama event berkisar antara 500 – 999 ribu rupiah. Sedangkan 5% sisa responden membelanjakan lebih dari 2 juta rupiah. (Gambar 5.39)

Gambar 5.39. Pembelanjaan Pengunjung Selama Event JFC Sumber: Hasil Analisa, 2016

Perputaran uang selama event JFC juga dapat diamati melalui pola perjalanan, akomodasi dan lama tinggal pengunjung di Kabupaten Jember.

Sebanyak 28% responden menyatakan pola perjalanan yang dilakukan adalah kunjungan satu hari, sedangkan 72% menginap. Dari responden yang menginap, 92% diantaranya menggunakan fasilitas penginapan. (Gambar 5.40)

>500 rb 22% 500-999 rb 58% 1 - 2 jt 15% >2 jt 5%

(39)

124

Gambar 5.40. Pola Perjalanan Wisatawan Sumber: Hasil Analisa, 2016

Lama tinggal pengunjung juga dapat menjadi indikator adanya perputaran uang selama event JFC berlangsung. Semakin lama pengunjung tinggal, diharapkan dapat menggerakkan industri pendukung pariwisata yang ada di Kabupaten Jember semakin lama. Dari data responden, 59% menginap selama semalam, 27% selama dua malam, dan 14% selama lebih dari dua malam. (Gambar 5.41)

Gambar 5.41. Lama Menginap (Length of Stay) Sumber: Hasil Analisa, 2016

Demikian halnya dengan fasilitas pendukung yang membantu mobilitas pengunjung selama event JFC berlangsung. Sebanyak 39% responden memanfaatkan industri jasa transportasi umum maupun penyewaan kendaraan. Persentase responden yang membantu perputaran ekonomi melalui sektor ini meskipun tidak dominan tetapi dapat memberikan andil pada masyarakat pengelola.

Tidak Meng inap 28% Menginap 72% Penginapan ; 92% Kolega; 8% 1 malam 59% 2 malam 27% > 2 malam 14%

(40)

125

Gambar 5.42. Jasa Transportasi

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Dengan pola kunjungan yang terjadi, potensi perputaran uang yang ada di masyarakat penyelenggara event dapat diperoleh angka estimasi dengan referensi melalui profil pengunjung yang ditampilkan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Proyeksi Estimasi Perputaran Ekonomi Melalui Akomodasi, Konsumsi, dan Transportasi

No Item Tribun *) Runway **) Subtotal

I Akomodasi Hari I - - Hari II 166.136.000 557.780.000 Hari III 201.112.000 1.252.500.000 Hari IV 218.600.000 3.340.000.000 5.736.128.000 II Konsumsi Hari I 40.441.000 501.000.000 Hari II 41.534.000 1.125.000.000 Hari III 50.278.000 1.875.000.000 Hari IV 54.650.000 3.000.000.000 186.903.000 6.501.000.000 6.687.903.000 II Transportasi Hari I 3.184.960 213.120.000 Hari II 3.258.880 218.880.000 Hari III 3.959.680 264.960.000 Hari IV 4.304.000 288.000.000 14.707.520 984.960.000 999.667.520 Total 13.423.698.520

Sumber: Analisa Data, 2016

*) 80.6 % menginap dari 1093 (GC), 1010 (WACI), 836 (Artwear), dan 772 (Kids) dengan 72.2% di penginapan

**) 60% menginap dari 100.000 pengunjung pada Grand Carnaval, dengan 16.7% di penginapan dengan komposisi persentase pengunjung GC, Artwear, dan Kids

Jalan kaki 7% Motor 37% Mobil 17% Kendaraan Umum 32% Kendaraan Sewa 7%

(41)

126 Dari analisis estimasi potensi perputaran uang yang terjadi selama event JFC, maka kegiatan event JFC yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat secara riil mencapai lebih dari Rp. 13 M dengan adanya potensi perubahan melalui sektor industri pariwisata yang lain. Dengan demikian, kegiatan event JFC memiliki sumbangsih terhadap kegiatan perekonomian masyarakat lokal.

b. Pendapatan Daerah

Dampak ekonomi kegiatan event JFC dapat ditinjau secara umum melalui data statistik Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Jember dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.43.

Tabel 5.4 Kontribusi Ekonomi Dinas Pariwisata 2010 -2014

Kontribusi Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014

Pajak Hotel dan Restoran 4.019.995.145 5.206.241.983 6.287.901.316 8.286.100.932 10.866.725.145

Pajak Hiburan 473.601.949 574.894.758 491.363.146 715.271.347 929.201.239

Retribusi 1.303.883.006 1.465.244.331 2.408.080.700 2.589.775.070 2.495.721.950

Jumlah 5.797.482.110 7.246.383.083 9.187.347.174 11.591.149.362 14.291.650.348

Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2015

Gambar 5. 43. PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Jember Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2015

2.000.000.000 4.000.000.000 6.000.000.000 8.000.000.000 10.000.000.000 12.000.000.000 2010 2011 2012 2013 2014

PAD sektor Pariwisata

(42)

127

Gambar 5. 44. Rekapitulasi Kunjungan Hotel Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2015

Dari data pada Gambar 5.44 mengenai rekapitulasi kunjungan hotel, dapat diamati bahwa terdapat pola kunjungan dari tahun 2011 hingga 2014 rata-rata mengalami peningkatan kunjungan di bulan Januari, Juli, dan Desember yang merupakan musim liburan atau disebut masa peak season. Namun pada bulan Agustus, pola kunjungan rata-rata tiap tahun tidak memiliki kesenjangan yang terlalu besar dengan saat peak season. Hal ini mengindikasikan bahwa meski di bulan Agustus bukan merupakan masa liburan, namun keberadaan event JFC yang hanya berlangsung selama 4 hari mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Jember.

c. Ketenagakerjaan

Aktivitas pariwisata merupakan kegiatan padat karya. Dengan jumlah usaha pendukung pariwisata yang bertambah, dampak yang ditimbulkan adalah lapangan pekerjaan yang terbuka di sektor ini.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 2011 10777 10035 11079 10501 11491 11520 17441 16933 13138 10503 10604 12475 2012 13120 8010 1265 11931 11862 14013 20405 3575 5113 6295 3189 4177 2013 11850 8121 9690 8936 10401 10254 8151 10387 13226 14253 8882 11380 2014 19260 18834 24302 36638 18155 16939 14912 13394 16915 16530 11916 7668 0 10000 20000 30000 40000

(43)

128 Tabel 5.5 Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata Kab. Jember 2011-2014

Ketenagakerjaan Unit 2010 2011 2012 2013 2014

Hotel Bintang orang 114 114 114 114 116

Hotel Melati orang 754 769 769 891 993

Restoran / Rumah Makan orang 542 729 729 741 759 Usaha Perjalanan Wisata orang 139 145 145 148 148 Obyek dan Daya Tarik

Wisata orang 324 324 324 351 343

Rekreasi dan Hiburan

Umum orang 352 352 352 462 482

JUMLAH 2225 2433 2.433 2.707 2.841

Sumber: Dinas Pariwisata Kab. Jember, 2015

Dari data terkait tenaga kerja di sektor pariwisata, dapat diamati bahwa terjadi peningkatan tenaga kerja tiap tahun terutama di bidang layanan akomodasi, makanan dan minuman, serta rekreasi-hiburan umum. Hal ini mengindikasikan bahwa activity support dibidang pariwisata memiliki kemampuan untuk membuka lapangan kerja yang akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Melalui “ JFC Comunity Empowerment ” dengan program keterlibatan pelaku industri kreatif, travel, perhotelan, dan potensi wisata Kabupaten Jember diharapkan mampu melatih dan mengatur kompetensi antar industri sejenis untuk peningkatan mutu dan kualitas.

5.3.2. Dampak Sosial dan Budaya a. Perspektif Masyarakat Lokal

Perubahan kebudayaan atau komunikasi antar kebudayaan dan pengenalan kebudayaan merupakan dampak yang terjadi akibat aktivitas pariwisata. Kondisi

(44)

129 sosial budaya masyarakat Jember yang merupakan bagian dari komunitas Pendhalungan.

Budaya Pendhalungan merupakan gabungan beberapa kebudayaan yang dibawa oleh tenaga kerja migran perkebunan pada masa lampau. Hal ini menjelaskan mengapa ada berbagai tradisi ritual sosial masyarakat yang mengakar pada kebudayaan di kawasan lain yang menyebabkan Kabupaten Jember tidak memiliki kebudayaan yang kuat untuk merepresentasikan daerahnya sendiri.

Dengan keberadaan event JFC, komunitas kreatif mencoba untuk memperkenalkan Jember dengan budaya yang membedakan dengan daerah lain. Kreativitas JFC, menurut 81% responden yang berasal dari pengunjung dan 58% masyarakat lokal event JFC merupakan event yang unik dan menarik, sedangkan 3% responden pengunjung dan 8% responden masyarakat memilih tidak setuju. Selebihnya memilih netral. (Gambar 5.44)

Gambar 5. 45. Keunikan Event JFC Berdasarkan Penilaian Pengunjung dan Masyarakat Lokal

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Upaya memperkenalkan Kabupaten Jember dengan segala kekayaan budaya yang dimiliki ke masyarakat luas melalui event JFC. Menurut 52%

3% 11% 28% 59% 2% 6% 33% 25% 33% STS TS N S SS Pengunjung Masyarakat

(45)

130 responden event JFC merupakan salah satu bentuk kreativitas budaya, tetapi menurut 13% yang lain tidak. Menurut 41% responden, event JFC telah berhasil memposisikan kota hingga dikenal lebih luas, sedangkan bagi 8% yang lain belum berhasil. (Gambar 5.46 dan Gambar 5.47)

Gambar 5. 46. Penilaian Masyarakat Terhadap Event JFC sebagai Bentuk Budaya Sumber: Hasil Analisa, 2016

Dengan upaya sebagai media etalase budaya dan pariwisata daerah, 46% responden menyatakan JFC telah menjadi ikon kota, namun 54% responden menganggap ikon kota Kabupaten Jember bukanlah event JFC. (Gambar 5.47)

Gambar 5.47. Citra Kota Melalui JFC Berdasarkan Penilaian Masyarakat

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.48. JFC sebagai Ikon Kota Berdasarkan Penilaian Masyarakat dan Pengunjung

Sumber: Hasil Analisa, 2016

STS TS N S SS 5% 8% 35% 39% 13% 0% 10% 20% 30% 40% STS TS N S SS 2% 6% 41% 29% 22% Ya 46% Tidak 54%

(46)

131

Dari beberapa data responden yang telah diperoleh mengenai penilaian terhadap event JFC sebagai bentuk budaya yang unik dan memiliki kemampuan untuk memposisikan Kabupaten Jember di peta pariwisata nasional. Beberapa temuan mengindikasikan bahwa kekuatan event JFC meski telah dikenal luas di luar Kabupaten Jember, namun sense of belonging JFC belum dirasakan masyarakat lokal daerah sendiri.

b. Perspektif Pengunjung

Tujuan seseorang melakukan kunjungan ke sebuah daerah daya tarik wisata akan mempengaruhi aktivitas yang akan dilakukan selama di daerah tersebut. Selain untuk menikmati daya tarik karnaval, sangat penting untuk diketahui motivasi pengunjung JFC yang mendasari kegiatan kunjungan tersebut.

Berdasarkan data, fokus responden dalam mengunjungi event JFC 30% berkaitan dengan kegiatan fotografi, 29% untuk mencari hiburan, 16% merupakan studi banding, 9% melakukan aktivitas public relation, 3% melakukan aktivitas belanja, dan 13% responden menyatakan terdapat motivasi lain diluar yang telah disebutkan. (Gambar 5.49)

Event JFC XIV tahun 2015 merupakan event gabungan antara karnaval (hiburan), exhibition (pameran produk), dan conference. Sehingga dengan kegiatan tersebut dapat menjadi indikator terhadap kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, teknologi yang digunakan, serta tren sosial yang terjadi di masyarakat.

(47)

132

Gambar 5.49. Motivasi Pengunjung JFC Sumber: Hasil Analisa, 2016

5.4. Perencanaan Ruang Event dan Ruang Terbuka Kota

Keberadaan event JFC sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Jember menimbulkan pro dan kontra. Penyelenggaraan event JFC memanfaatkan fasilitas ruang terbuka publik kota berupa alun-alun dan sebagian ruas jalan protokol, seringkali berbenturan dengan aktivitas masyarakat yang memanfaatkan kawasan tersebut.

Gambar 5.50. Zonasi Kawasan Alun-alun Kota dan Ruas Jalan Sultan Agung Sumber: https://www.google.com/maps/place/Alun+Alun+Kota+Jember/@-8.1692201,113.7016321,463m/data=!3m Fotografi 30% Workshop 16% Hiburan 29% Belanja 3% PR 9% Lain-lain 13%

(48)

133 5.4.1 Elemen Ruang Luar dan Koridor Jalan

Penyelenggaraan event JFC XIV yang menggabungkan antara carnaval-exhibition-conference memanfaatkan alun-alun kota dan sebagian ruas jalan protokol Kabupaten Jember sebagai media kegiatan. Maka diperlukan perencanaan dan pengelolaan elemen fisik pembentuk kawasan tersebut.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diperoleh temuan mengenai elemen pembentuk ruang luar yang terbagi dalam tiga zona yang digunakan sebagai media atraksi karnaval, yaitu alun-alun, ruas Jalan Sultan Agung, dan ruas Jalan Gajahmada.

Tabel 5.6 Elemen Ruang Luar dan Koridor Jalan Pembentuk Kawasan

Elemen Pembentuk

Ruang Luar Alun-alun Jalan Sultan Agung Jalan Gajahmada

Bangunan Shelter temporer, material wireframe dengan penutup

fabric

Kawasan niaga, ruko, material beton,

dengan ketinggian rata-rata 2 lantai Gedung perkantoran, material beton, ketinggian bangunan variatif Lansekap dan Ruang

Terbuka hijau, sebagian Ruang terbuka kecil groundcover

berupa con-block untuk pedestrian dan sebagian besar

vegetasi, Tanaman berupa coniver dan palm

Groundcover con-block untuk pedestrian, aspal, vegetasi minim, jarak antara bangunan dan sempadan berbatasan langsung,

tanpa median jalan

Groundcover con-block pedestrian way, aspal, vegetasi teratur, jarak antara

bangunan dan sempadan variatif,

memiliki median jalan Pedestrian way lebar 2.5m, keliling Lebar 2m, 2 sisi

bahu Lebar 2m, 2 sisi bahu Sirkulasi dan Parkir Area parkir masuk

ke dalam area alun-alun

Jalur satu arah, area parkir satu sisi tepi sepanjang ruas jalan

Jalur dua arah, area parkir dua sisi tepi sepanjang ruas jalan Penanda Dan billboard pada

sudut di dalam area alun-alun Signage bangunan sejajar facade, billboard pada ketinggian dan posisi jembatan penyeberangan dengan bottom ketinggian 4 meter

dari muka jalan

Signage bangunan sejajar facade, plot billboard pada sudut

persimpangan jalan

(49)

134 Pada saat penyelenggaraan event JFC, alun-alun dimanfaatkan sebagai area pameran, expo, main stage, dan tribun. Material pembentuk shelter berupa wireframe dengan penutup fabric, sedangkan pagar pembatas terbuat dari plat metal masif setinggi 2.40 meter.

Gambar 5.51. Elemen Ruang Luar dan Koridor Jalan Media Event JFC Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Kondisi ruas Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada pada saat event dimanfaatkan sebagai runway peserta karnaval. Ruang peserta karnaval dan penonton dibatasi oleh pagar pembatas setinggi 1 meter, tanpa ada tambahan naungan artifisial. Terdapat jembetan penyeberangan di simpang ruas Jalan Sultan Agung menuju pasar Tanjung yang dimanfaatkan sebagai spot fotografi.

(50)

135 5.4.2 Jalur Sirkulasi

Pada saat penyelenggaraan event JFC beberapa ruas jalur ditutup karena dimanfaatkan untuk area karnaval. Penutupan dan pengalihan jalur lalu lintas menurut 65% responden menyebabkan gangguan terhadap aktivitas. Selain itu 63% responden beranggapan bahwa penutupan dan pengalihan jalur lalu lintas menyebabkan kesulitan akses menuju lokasi tujuan pengguna jalan. Persentase responden yang memilih bersikap netral untuk kedua permasalahan yang diakibatkan oleh penutupan dan pengalihan jalur adalah sama, 31%. Sisa responden tidak mempermasalahkan aktivitas ini.

Gambar 5.52. Penilaian Terhadap Pengalihan Arus Lalin Selama Event JFC Sumber: Hasil Analisa, 2016

Responden yang merupakan masyarakat yang beraktivitas di seputar kawasan Alun-alun kota dan ruas jalan yang digunakan sebagai lokasi penyelenggaraan event JFC terdiri atas beberapa kelompok kepentingan yaitu pendidikan, pekerjaan, religi, rekreasi, dan sebagian memanfaatkan kawasan tersebut sebagai jalur akses menuju tempat aktivitas utama.

4% 31% 61% 4% STS TS N S SS

Gangguan Aktivitas

4% 2% 31% 55% 8% STS TS N S SS

Kesulitan Akses

(51)

136

Gambar 5.53. Profil Responden Masyarakat Berdasarkan Pola Aktivitas Sumber: Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.54. Penilaian Terhadap Penutupan dan Pengalihan Jalur Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Aktivitas Responden

Sumber: Analisa Data, 2016

Menurut data 100 responden, aktivitas yang paling merasa terganggu dengan penutupan dan pengalihan arus lalu lintas adalah pengguna yang memanfaatkan kawasan sebagai jalur sirkulasi menuju lokasi aktivitas utama. Diantara responden dari kelompok ini 88% merasa tidak nyaman. Sedangkan yang merasa tidak ada masalah hanya 4%.

Kelompok yang merasa ketidaknyamanan yang selanjutnya adalah para pekerja yang berada di seputar kawasan. Diantara responden dari kelompok ini, 74% diantaranya merasa terganggu, sedang 8% menyatakan tidak ada masalah dengan penutupan dan pengalihan jalur lalu lintas. Sekitar 19% responden memilih netral. Sekolah 37% Bekerja27% Religi 6% Rekreasi 4% Sirkulasi 26% 5% 3% 49% 41% 3% 4% 4% 19% 52% 22% 50% 33% 17% 75% 25% 4% 8% 88% Tidak Terganggu N Terganggu Sirkulasi Rekreasi Religi Bekerja Sekolah

(52)

137 Para civitas akademika yang beraktivitas di seputar kawasan sekitar 8% beranggapan bahwa tidak ada masalah dengan penutupan dan pengalihan jalur, sedang 41% diantaranya merasa terganggu, dan 49% memilih netral.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam radius 500 meter dari alun-alun kota yang menjadi pusat kegiatan event JFC, terdapat dua kompleks sarana pendidikan yaitu SDIT Al Amien dan SMK 2. Dari pengamatan, kompleks SDIT Al Amien yang terletak di simpang jalan Kartini dan jalan Sudarman bersinggungan dengan zona fotografer A. Aktivitas kegiatan belajar di area ini tidak aktif selama 3 hari terhitung sejak tanggal 27-29Agustus 2015. Kegiatan belajar di SMK 2 tidak mengalami banyak perubahan karena berada di jalan Gatot Subroto. Namun kawasan SMK 2 mengalami titik kemacetan karena merupakan salah satu area pengalihan jalur kendaraan selama event JFC.

Kelompok aktivitas yang memanfaatkan kawasan untuk aktivitas keagamaan, 50% merasa terganggu dan 50% memilih netral. Kelompok aktivitas yang memanfaatkan untuk rekreasi sebesar 75% merasa terganggu. Jika ditinjau dari persentase, angka kedua pola aktivitas ini kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan responden.

5.5. Temuan dan Pembahasan Umum

Pada penelitian mengenai kualitas event pada JFC yang mengkaji permasalahan dampak yang ditimbulkan secara ekonomi, sosial, dan budaya serta implikasi tata ruang kota yang ditimbulkan sebagai dampak fisik lingkungan ini mengkaji bagaimana penilaian pengunjung maupun masyarakat yang ada di daerah kawasan yang digunakan sebagai media atraksi.

(53)

138 Penilaian pengunjung yang dilakukan terbagi dalam dua komponen, yaitu pengunjung yang berada di tribun dan yang berada di runway. Penilaian pengunjung ini dibagi berdasarkan zona dengan pertimbangan perbedaan fasilitas yang dapat dinikmati di kedua zona ini.

Penilaian masyarakat selaku komponen komunitas yang merupakan pengguna, pengelola, dan sekaligus sebagai penerima dampak dari aktivitas pariwisata melalui penyelenggaraan event tahunan JFC.

Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah mengkaji kualitas event melalui beberapa aspek. Hal ini penting untuk dipelajari untuk melihat kemampuan event ini untuk dapat bertahan, dan senantiasa mampu mensiasati kejenuhan. Seperti diketahui, event karnaval tematik saat ini bukan hanya di dominasi oleh JFC. Ada berbagai event sejenis, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun dengan perencanaan dan persiapan yang matang, maka event JFC diharapkan akan tetap memiliki pasar yang loyal dan mampu bersaing.

Berdasarkan data yang diperoleh, event JFC masih merupakan event yang diminati oleh pengunjung. Segmen pasar yang dibidik oleh penyelenggara JFC yaitu pengunjung minat khusus masih merupakan driven power yang mampu mendorong pola kunjungan ke Kabupaten Jember. Pengunjung event JFC tidak terbatasi oleh kondisi geografis yang membuktikan bahwa event ini memiliki kemampuan untuk berkembang.

Dengan melihat data statistik yang dikomparasikan dengan responden penelitian, persentase pengunjung lokal merupakan yang terbesar, yaitu 56% . Namun dengan keberagaman domain pengunjung membuktikan bahwa event JFC mulai diperhitungkan sebagai salah satu event yang dapat dijadikan sebuah obyek

(54)

139 daya tarik wisata. Dengan kondisi ini maka diharapkan akan mampu menggerakkan aktivitas industri pariwisata yang ada di Kabupaten Jember.

Penyelenggaraan event JFC memenuhi kriteria event yang baik sebagai berikut:

 JFC memberikan pengalaman bagi pengunjungnya. 89% responden menyatakan tema karnaval menarik, yang diperkuat dengan tata suara yang baik sehingga peserta karnaval mampu menciptakan suasana yang mendukung keseluruhan penampilan.

 Periode waktu pendek, yakni hanya 4 hari yang dioptimalkan dengan susunan acara yang efektif dan efisien.

 Perencanaan event, materi dan segala kelengkapan dilakukan selama satu tahun sehingga deffect list dapat diminimalkan sehingga mutu event terjaga.

 Diadakan di Kabupaten Jember satu tahun sekali, dan melakukan promo serta road show untuk memperkenalkan produk atraksi karnaval.

 Terselenggaranya event JFC merupakan kerjasama berbagai pihak, dari pengelola maupun instansi birokrasi yang berwenang mengatur regulasi kegiatan aktivitas pariwisata daerah.

Tujuan yang kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh JFC secara ekonomi, sosial, dan budaya.

Secara ekonomi, dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan event JFC tidak bisa disebutkan secara spesifik. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan event JFC secara periode waktu merupakan bagian kecil dalam keseluruhan aktivitas pariwisata di Kabupaten Jember. Dengan parameter ekonomi yang digunakan berupa lama tinggal selama event JFC dan spending rate

Gambar

Gambar 5.2. Komposisi Peliput Rangkaian Event JFC  Sumber : Hasil Analisa, 2016 Adaptasi Data JFCC, 2015
Gambar 5.16. Profil Pengunjung Minat Khusus Berdasarkan Domain  Sumber : Hasil Analisa, 2016 Adaptasi Data JFCC, 2015
Gambar 5.18. Penampilan Peserta WACI  Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.19. Penampilan Peserta JFC XIV  Sumber: Dokumentase Pribadi, 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan untuk uji daya analgetika dengan rangsang kimia terdiri dari esktrak etanol herba suruhan, tablet Asam Mefenamat sebagai penghambat nyeri (kontrol

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu Desa Manunggal wilayah kerja Puskesmas

Perkiraan usia waduk dengan data sedimen yang pendek, akan memberikan nilai probabilitas yang kurang pasti dan dapat menimbulkan kesulitas prediksi definitif

Dengan sudah memanfaatkan media belajar power point harapan dari peneliti proses pembelajaran dapat: menyenangkan, memanfaatkan fasilitas yang ada, pembelajaran

itulah yang kemudian bergerak, mempromosikan seni lukis Bali, dan memperbaharui cara berpikir dan kreativitas seniman Bali. Peranan Tjokorde Agung Soekawati, Bonet

Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek atau subyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument

Teori ini sering dikenal dengan teori dua faktor, yaitu faktor motivasional dengan faktor hygiene atau pemeliharaan. Teori ini dikemukakan oleh Frederick

Setiap orang atau badan dilarang menyediakan tempat dan menyelenggarakan segala bentuk undian dengan memberikan hadiah dalam bentuk apapun kecuali mendapat izin dari