• Tidak ada hasil yang ditemukan

136 Gambar 5.53. Profil Responden Masyarakat Berdasarkan Pola Aktivitas

Sumber: Hasil Analisa, 2016

Gambar 5.54. Penilaian Terhadap Penutupan dan Pengalihan Jalur Lalu Lintas Berdasarkan Jenis Aktivitas Responden

Sumber: Analisa Data, 2016

Menurut data 100 responden, aktivitas yang paling merasa terganggu dengan penutupan dan pengalihan arus lalu lintas adalah pengguna yang memanfaatkan kawasan sebagai jalur sirkulasi menuju lokasi aktivitas utama. Diantara responden dari kelompok ini 88% merasa tidak nyaman. Sedangkan yang merasa tidak ada masalah hanya 4%.

Kelompok yang merasa ketidaknyamanan yang selanjutnya adalah para pekerja yang berada di seputar kawasan. Diantara responden dari kelompok ini, 74% diantaranya merasa terganggu, sedang 8% menyatakan tidak ada masalah dengan penutupan dan pengalihan jalur lalu lintas. Sekitar 19% responden memilih netral. Sekolah 37% Bekerja27% Religi 6% Rekreasi 4% Sirkulasi 26% 5% 3% 49% 41% 3% 4% 4% 19% 52% 22% 50% 33% 17% 75% 25% 4% 8% 88% Tidak Terganggu N Terganggu Sirkulasi Rekreasi Religi Bekerja Sekolah

137 Para civitas akademika yang beraktivitas di seputar kawasan sekitar 8% beranggapan bahwa tidak ada masalah dengan penutupan dan pengalihan jalur, sedang 41% diantaranya merasa terganggu, dan 49% memilih netral.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, dalam radius 500 meter dari alun-alun kota yang menjadi pusat kegiatan event JFC, terdapat dua kompleks sarana pendidikan yaitu SDIT Al Amien dan SMK 2. Dari pengamatan, kompleks SDIT Al Amien yang terletak di simpang jalan Kartini dan jalan Sudarman bersinggungan dengan zona fotografer A. Aktivitas kegiatan belajar di area ini tidak aktif selama 3 hari terhitung sejak tanggal 27-29Agustus 2015. Kegiatan belajar di SMK 2 tidak mengalami banyak perubahan karena berada di jalan Gatot Subroto. Namun kawasan SMK 2 mengalami titik kemacetan karena merupakan salah satu area pengalihan jalur kendaraan selama event JFC.

Kelompok aktivitas yang memanfaatkan kawasan untuk aktivitas keagamaan, 50% merasa terganggu dan 50% memilih netral. Kelompok aktivitas yang memanfaatkan untuk rekreasi sebesar 75% merasa terganggu. Jika ditinjau dari persentase, angka kedua pola aktivitas ini kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan responden.

5.5. Temuan dan Pembahasan Umum

Pada penelitian mengenai kualitas event pada JFC yang mengkaji permasalahan dampak yang ditimbulkan secara ekonomi, sosial, dan budaya serta implikasi tata ruang kota yang ditimbulkan sebagai dampak fisik lingkungan ini mengkaji bagaimana penilaian pengunjung maupun masyarakat yang ada di daerah kawasan yang digunakan sebagai media atraksi.

138 Penilaian pengunjung yang dilakukan terbagi dalam dua komponen, yaitu pengunjung yang berada di tribun dan yang berada di runway. Penilaian pengunjung ini dibagi berdasarkan zona dengan pertimbangan perbedaan fasilitas yang dapat dinikmati di kedua zona ini.

Penilaian masyarakat selaku komponen komunitas yang merupakan pengguna, pengelola, dan sekaligus sebagai penerima dampak dari aktivitas pariwisata melalui penyelenggaraan event tahunan JFC.

Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah mengkaji kualitas event melalui beberapa aspek. Hal ini penting untuk dipelajari untuk melihat kemampuan event ini untuk dapat bertahan, dan senantiasa mampu mensiasati kejenuhan. Seperti diketahui, event karnaval tematik saat ini bukan hanya di dominasi oleh JFC. Ada berbagai event sejenis, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun dengan perencanaan dan persiapan yang matang, maka event JFC diharapkan akan tetap memiliki pasar yang loyal dan mampu bersaing.

Berdasarkan data yang diperoleh, event JFC masih merupakan event yang diminati oleh pengunjung. Segmen pasar yang dibidik oleh penyelenggara JFC yaitu pengunjung minat khusus masih merupakan driven power yang mampu mendorong pola kunjungan ke Kabupaten Jember. Pengunjung event JFC tidak terbatasi oleh kondisi geografis yang membuktikan bahwa event ini memiliki kemampuan untuk berkembang.

Dengan melihat data statistik yang dikomparasikan dengan responden penelitian, persentase pengunjung lokal merupakan yang terbesar, yaitu 56% . Namun dengan keberagaman domain pengunjung membuktikan bahwa event JFC mulai diperhitungkan sebagai salah satu event yang dapat dijadikan sebuah obyek

139 daya tarik wisata. Dengan kondisi ini maka diharapkan akan mampu menggerakkan aktivitas industri pariwisata yang ada di Kabupaten Jember.

Penyelenggaraan event JFC memenuhi kriteria event yang baik sebagai berikut:

 JFC memberikan pengalaman bagi pengunjungnya. 89% responden menyatakan tema karnaval menarik, yang diperkuat dengan tata suara yang baik sehingga peserta karnaval mampu menciptakan suasana yang mendukung keseluruhan penampilan.

 Periode waktu pendek, yakni hanya 4 hari yang dioptimalkan dengan susunan acara yang efektif dan efisien.

 Perencanaan event, materi dan segala kelengkapan dilakukan selama satu tahun sehingga deffect list dapat diminimalkan sehingga mutu event terjaga.  Diadakan di Kabupaten Jember satu tahun sekali, dan melakukan promo serta

road show untuk memperkenalkan produk atraksi karnaval.

 Terselenggaranya event JFC merupakan kerjasama berbagai pihak, dari pengelola maupun instansi birokrasi yang berwenang mengatur regulasi kegiatan aktivitas pariwisata daerah.

Tujuan yang kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh JFC secara ekonomi, sosial, dan budaya.

Secara ekonomi, dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan event JFC tidak bisa disebutkan secara spesifik. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan event JFC secara periode waktu merupakan bagian kecil dalam keseluruhan aktivitas pariwisata di Kabupaten Jember. Dengan parameter ekonomi yang digunakan berupa lama tinggal selama event JFC dan spending rate

140 pengunjung di komparasikan dengan angka kunjungan wisata maka dapat diindikasikan bahwa penyelenggaraan event JFC memiliki pengaruh terhadap aktivitas perekonomian kota. Dengan fakta empiris mengenai pengunjung event JFC yang berasal dari berbagai kawasan, selama satu dekade penyelenggaraan juga merupakan media promosi wisata kota Kabupaten Jember. Hal ini yang menjadi salah satu pertumbuhan jasa pelayanan pariwisata di Kabupaten Jember dari sektor akomodasi hingga layanan penyediaan jasa perjalanan wisata.

Secara sosial budaya, penyelenggaraan event JFC sangat kompleks. Bukan hanya dampak positif yang ditimbulkan, melainkan juga dampak negatif. Karnaval yang dibangun selama lebih dari satu dekade yang berupaya untuk mengangkat citra kota Kabupaten Jember sebagai World City of Carnival belum berhasil menyasar pada masayarakat lokal penyeleggara sendiri. Sense of belonging masyarakat Kabupaten Jember terhadap penyelenggaraan JFC masih kurang. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak dapat merasakan manfaat dari penyelenggaraan event dengan lebih luas. Sebagian masyarakat menilai bahwa penyelenggaraan JFC lebih pro pada pengunjung (wisatawan) meskipun diselenggarakan di ruang publik. Sebagian masyarakat beranggapan JFC bukanlah bagian dari kebudayaan masyarakat Jember. Sebagian lagi beranggapan penyelenggaraan event JFC mengganggu aktivitas masyarakat.

Tujuan yang ketiga adalah untuk mengetahui korelasi antara tujuan sebelumnya pada ruang fisik. Ruang fisik yang dimaksud adalah ruang fisik yang bersifat temporer dan permanen kota terkait dengan penyelenggaraan event serta fungsi ruang pada aktivitas keseharian kota.

141 Fungsi ruang luar publik adalah untuk menampung kebutuhan berbagai kelompok masyarakat. Ruang luar yang dominan dipergunakan sebagai media event JFC berupa koridor jalan serta node berupa alun-alun kota dan area Gedung Olahraga Kaliwates. Elemen pembentuk karakter visual terdiri atas bangunan semi masif, landsekap berupa pedestrian dan lorong jalan, serta area parkir.

Terkait dengan kualitas penyelenggaraan event serta dampak yang ditimbulkan secara ekonomi, sosial dan budaya terhadap keruangan kota Jember, ditemukan fakta-fakta mengenai hal tersebut, sebagai berikut:

- Elemen ruang luar publik eksisting belum mampu mengakomodasi kegiatan event yang dicanangkan sebagai salah satu daya tarik wisata kota Kabupaten Jember.

- Pengaturan zona aktivitas kegiatan JFC mengakibatkan terhentinya aktivitas yang ada di kawasan penyelenggaraan event secara temporer yang dinilai mengganggu masyarakat.

- Pengaturan jalur sirkulasi kendaraan masih menyebabkan ketidaknyamanan pada pengguna yang mengakomodasi aktivitas kawasan di seputar kawasan penyelenggaraan event JFC.

5.6. Konsep Guide Line Event

Event JFC merupakan sebuah event karnaval yang menggunakan media berupa koridor jalan umum sebagai media. Koridor jalan merupakan ruang terbuka milik publik yang tidak bisa dikomersiilkan. Maka dari itu maka sifat event harus dapat dinikmati oleh publik. Ruang publik ini memiliki konsep meaningfull, responsive, dan democratic dapat diamati pelaksanaannya pada penyelenggaraan event JFC.

142 Meaningfull, dapat diartikan sebagai makna dari penyelenggaraan event JFC bagi penggagas, personel, masyarakat, maupun pengunjung event. Keberadaan event JFC memberikan makna bagi masing-masing pihak, secara personal maupun kelompok.

Responsive, yang berarti penyelenggara event secara langsung maupun komunitas kota mampu merespon kebutuhan pengunjung dalam beraktivitas saat berada di lokasi maupun kawasan penyelenggaraan event.

Democratic, yang dapat diartikan siapa pun memiliki hak untuk menikmati event JFC.

Maka dari itu event yang dapat diselenggarakan di lokasi ini, JFC maupun event lain harus menghormati prinsip demokratis yang dimiliki oleh koridor jalan. Event JFC maupun event lain yang diselenggarakan di koridor Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada, serta lingkungan alun-alun kota Kabupaten Jember diperkenankan jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mengangkat tema edukatif dan kebudayaan, terutama kearifan lokal, 2. Event budaya yang diijinkan oleh dinas atau instansi pemerintah, 3. Diutamakan untuk penyelenggaraan event non-profit,

4. Event mampu mendorong citra positif komunitas maupun kota,

5. Event yang memiliki kemampuan untuk menarik pengunjung (wisatawan), merupakan event yang memiliki daya tarik untuk mendatangkan kontribusi ekonomi (penerimaan pendapatan),

143 7. Perletakan peralatan maupun struktur konstruksi bangunan temporer yang dipergunakan tidak berada pada jalur pedestrian lebih dari 1X24 jam sebelum dan sesudah event.

5.6.1. Konsep Perencanaan Zonasi Event

Dalam penyelenggaraan event JFC yang menggunakan ruang publik, maka terdapat beberapa zonasi yang digunakan. Pertama adalah zona inti, yaitu zona yang bersinggungan langsung dengan kegiatan event. Yang kedua adalah zona buffer yang mendukung kegiatan event.

: Zona buffer : Zona inti

Gambar 5.55. Zonasi Event Sumber: Konsep desain, 2016

Zona inti terbagi menjadi tiga tingkatan densitas, yaitu zona densitas tinggi, menengah, dan rendah.

Zona densitas tinggi menjadi zona dengan aktivitas paling kompleks. Aktivitas manusia yang ada di zona ini terdiri dari aktivitas statis dan mengalir, dengan properti semi masif selama event.

Zona densitas menengah merupakan zona dengan kapasitas besar namun memiliki keragaman aktivitas yang sejenis. Zona ini merupakan batas antara zona publik dan privat event. Yang dimaksud dengan zona privat event adalah zona yang

144 diperuntukkan terjadinya kegiatan yang bersifat profit oriented atau memberikan nilai ekonomi (tujuan utama kegiatan penyelenggaraan industri pariwisata). Zona publik merupakan zona yang memaknai kawasan ruang luar publik sebagai ruang yang bersifat bebas, dapat menampung kegiatan masyarakat, tanpa memberi beban ekonomi maupun sosial.

Zona densitas rendah merupakan zona transisi antara kegiatan event dengan zona aktivitas masyarakat keseharian. Zona ini merupakan zona penutup dari rangkaian event. Frekuensi manusia yang memiliki kepentingan untuk menikmati event tidak sepadat zona awal. Pada kawasan yang digunakan untuk event JFC, zona ini berbatasan dengan permukiman warga.

Zona buffer merupakan pendukung bagi aktivitas inti event. Aktivitas yang terjadi di zona buffer berhubungan dengan sirkulasi dan akses. Untuk itu, zona buffer yang dimaksud harus merupakan konektor antara zona inti dengan jaringan aksesibilitas kota, sehingga tidak terjadi simpul maupun bottle neck arus mobilisasi pengunjung event dan mobilisasi masyarakat lokal. Zona buffer memiliki jarak maksimal 100 meter dari zona inti.

5.6.2. Konsep Desain

Dengan fakta temuan terkait dengan ruang event dan ruang terbuka kota, maka dalam perencanaan pemanfaatan ruang luar sebagai media event harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Penggunaan area event tidak boleh mengganggu area sirkulasi pada pedestrian.

2. Aktivitas event tidak menyebabkan pola pengunjung bottle neck sehingga memudahkan jalur evakuasi,

145 3. Untuk penggunaan koridor Jalan Kartini, Jalan Sudarman, Jalan A. Yani, pada hari kerja diutamakan setengah hari, dengan akses terbuka sebelum/sesudah event,

4. Untuk penggunaan koridor Jalan Gajahmada yang memiliki dua jalur dengan tiga lajur masing-masing bagian dengan median jalan, event hanya memanfaatkan satu jalur.

5. Penutupan dan pembersihan ruas jalur yang digunakan sebagai media event minimal 1 jam sebelum aktivitas dimulai.

Berikut ini merupakan konsep penataan infrastruktur dan fasilitas yang sinergis secara temporer dan permanen antara ruang event dan ruang kota:

1. Penataan jalur pedestrian

Lebar efektif minimum pejalan kaki adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki berpapasan adalah 150 cm. Standar pedestrian pada citywalk adalah 190 cm. Ruang ini akan bertambah lebar jika terdapat tambahan street furniture atau fasilitas tambahan lain.

Tabel.5.6. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki

No Jenis Fasilitas Lebar tambahan (cm)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kursi roda

Tiang lampu penerang Tiang lampu lalu lintas Rambu lalu lintas Tempat sampah Tanaman Peneduh Pot Bunga 100-120 75-100 100-120 75-100 100-120 60-120 150

146 Jalur pedestrian sepanjang ruas Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajahmada merupakan fasilitas infrastruktur publik yang memiliki sifat temporer dan permanen. Selama event berlangsung, sebagian pengunjung memanfaatkan jalur pedestrian yang ada sebagai arena penonton.

Gambar 5.56. Zona Jalur Pedestrian Sumber: Analisa Data, 2016

Karakter fisik pada zona niaga I dan zona niaga II merupakan zona pusat pertokoan. Yang membedakan antara zona I dan II adalah di zona I sempadan bangunan berada di batas pedestrian tanpa penonjolan bangunan, sedangkan zona II sempadan bangunan berada di batas pedestrian dengan penonjolan kantilever bangunan lantai 2. Zona ini minim vegetasi existing dan tidak ada shelter maupun kanopi. Lebar pedestrian eksisting 2.5 m, 20 cm dari muka jalan.

147 Gambar 5.57. Zona Jalur Pedestrian Zona I dan II

Sumber: Analisa Data, 2016

Gambar 5.58. Ilustrasi Pedestrian Koridor Jalan Sultan Agung Sumber: Arahan Desain, 2016

148 Dengan waktu penyelenggaraan event JFC yang berlangsung siang hingga sore hari yang tidak menutup kemungkinan mobilitas pengunjung pejalan kaki, maka diperlukan beberapa penataan jalur pedestrian ini.

Gambar 5.59. Jalur Pedestrian Zona Niaga II Sumber: Arahan Desain, 2016

Pada Gambar 5.57, jalur pedestrian di ruas jalan Sultan agung direncanakan untuk menggunakan kanopi dengan model wireframe sehingga tidak terlihat masif, dilengkapi dengan vegetasi rambat sebagai penutup. Ketinggian kanopi yang dianjurkan adalah 2,5 m dari elevasi pedestrian.

Kolom penyangga kanopi dengan modul 2,5 m. Tambahan lampu pejalan kaki setinggi 75 cm yang mengarah pada footstep, difungsikan sebagai pengarah sekaligus pengaman pejalan kaki pada saat event menuju area parkir maupun yang beraktivitas di area tersebut pada keseharian. Jarak tepian antar kanopi maupun vegetasi eksisting yang dianjurkan adalah 3 m, sehingga ruang bebas yang terbentuk dapat mempermudah evakuasi kendaraan bila dibutuhkan. Konsep city walk menjadi dasar perencanaan perletakan kanopi dan lampu pengarah yang akan memudahkan pengguna jalan untuk dapat menikmati perjalanan kaki dari node satu ke node yang lain yang ada. Dengan

149 demikian pertokan lama yang ada di kawasan ruas jalan Sultan Agung akan dapat terus berjalan dan potensi-potensi ekonomi akan terus tumbuh.

Curb zone pedestrian dinaikkan levelnya dengan satu pijakan level tangga menerus sepanjang pedestrian. Peninggian level pedestrian ini berfungsi sebagai pengaman sekaligus mempertegas pembatas jalur sirkulasi dengan area penonton saat event berlangsung. Dengan adanya penegasan posisi elevasi pedestrian, direncanakan pada saat berlangsungnya event pengunjung yang ada di zona runway berada di badan jalan. Lebar jalan eksisting yang digunakan untuk pengunjung minimal menyisakan 5 meter di as tengah jalan yang digunakan sebagai zona parade, maupun pada saat event-event lain dengan media yang sama.

Terdapat perlebaran pada beberapa titik yang merupakan ruang bebas yang dapat digunakan untuk kegiatan komersial pada kondisi reguler, dan sebagai booth promosi pada momen tertentu. Ruang bebas ini pada saat penyelenggaraan event juga dapat dijadikan sebagai posko kesehatan, keamanan, maupun informasi. Perlebaran ruang ini direncanakan ada per 100 meter, sehingga dapat ditata sebagai lokasi rest area untuk pejalan kaki. Area pedestrian yang tidak mengalami perlebaran, pada sisi luar dapat digunakan sebagai zona parkir. Hal ini dengan direncanakan dengan menganalisa aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut merupakan aktivitas niaga, sempadan bangunan yang berbatasan dengan pedestrian sehingga memerlukan pengaturan area parkir yang lebih tertib. Pola akses satu jalur memudahkan perencanaan zona parkir, sehingga bisa memanfaatkan hanya satu sisi tepian jalan.

150 Material perkerasan jalur pedestrian berupa material dengan permukaan yang tidak licin (anti selip), mudah pemeliharaan, mudah dan cepat pemasangan, ketersediaan lokal, waterproofing, dan penampilan menarik.

Karakter fisik pada zona perkantoran dengan garis sempadan bangunan berada di dalam lansekap. Zona pedestrian ternaungi oleh vegetasi keras dengan tajuk lebar yang berfungsi sebagai kanopi alami. Lebar pedestrian eksisting 2 m dengan ketinggian 20 cm dari muka jalan.

Gambar 5.60. Zona Jalur Pedestrian Zona III Sumber: Analisa Data, 2016

Karakter fisik zona terakhir menuju node Gedung Olahraga Kaliwates merupakan koridor jalan permukiman, dengan lebar pedestrian 1,5 m. Sepanjang tepi terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai naungan sekaligus pengarah.

Di zona IV, aktivitas pengunjung minimal. Kegiatan yang terjadi di zona ini yang berkaitan dengan event JFC adalah demobilisasi peserta karnaval.

151 2. Penataan area parkir

Area parkir merupakan simpul pertemuan jalur sirkulasi manusia dan kendaraan yang berada di area buffer. Area parkir berjarak maksimal 100 meter dari zona inti. Apabila jarak antara area parkir dengan zona inti lebih dari 100 meter, maka harus disediakan rest area. Rest area dapat berupa titik-titik penempatan tempat duduk.

Lebar akses area parkir untuk kendaraan jenis motor minimum 2 meter, sedangkan untuk mobil minimum 6 meter.

3. Lansekap

Gambar 5.61Kondisi Eksisting Pada Koridor Jalan Sultan Agung Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

- Vegetasi peneduh memiliki tajuk lebar, dengan akar tunjang yang kuat. Pada koridor Jalan Sultan Agung I dengan fungsi kawasan niaga yang memiliki curb-zone dimanfaatkan dengan penataan pohon peneduh yang sekaligus sebagai penghias, contoh: bungur.

Pada koridor Jalan Sultan Agung II dengan fungi kawasan niaga namun tidak memiliki ruang curb-zone yang lebar diberi penambahan kanopi dengan tanaman rambat, contoh: alamanda.

152 Pada koridor Jalan Gajahmada dengan fungsi kawasan perkantoran dan permukiman, penataan tanaman peneduh sekaligus pengarah, contoh: akasia.

Pada koridor GOR Kaliwates dengan fungsi kawasan permukiman dengan lebar jalan dan pedestrian yang terbatas, penataan tanaman pengarah dengan dimensi ramping, contoh: cemara atau pinus.

Pada delta masjid jamie’ lama maupun baru, penataan vegetasi dengan ragam sejenis yaitu pohon kurma.

- Material groundcover bersifat tidak licin.

Gambar 5.62. Ilustrasi Penataan Vegetasi Pada Koridor Jalan Sultan Agung, Jalan Gajahmada, dan Koridor GOR Kaliwates

Sumber: Arahan Desain, 2016 4. Signage

Dalam menentukan lokasi penempatan penanda atau signage, yang harus diperhatikan adalah:

- Penanda harus mudah terlihat, jelas pada siang maupun malam hari - Level penanda untuk pejalan kaki pada ketinggian minimum 2 meter, dan

3 meter untuk kendaraan

153 Tabel. 5.7. Korelasi Kualitas, Dampak, dan Ruang

No Variabel Indikator Parameter Eksisting Arahan Ruang

1 Kualitas Event

Kualitas Penyelenggara

Perencanaan Waktu

(durasi) 4 – 5 jam / hari, tolerasi 1 jam sebelum/sesudah untuk mobilisasi Penutupan dan pengalihan jalur kendaraan

Media Informasi

- Broadcast (TV/Radio),

- Media cetak (koran Radar Jember, Tribun),

- Viral (instagram, pinterest, medsos, komunitas)

- Web-news (antara.com, beritajatim.com, jemberfashioncarnaval.com)

- Billboard / banner

Posisi perletakan billboard dan banner pada titik massa

Lokasi & Waktu

(periode) 4 hari/tahun Perencanaan amenitas dan infrastruktur yang berfungsi temporer dan permanen

Kualitas Lingkungan

Kebersihan - Penataan titik-titik tempat sampah di area expo dan tribun  penyelenggara - Pemanfaatan street furniture eksisting

Keamanan Pengadaan tim keamanan khusus untuk area expo dan tribun Pengadaan posko keamanan dan kesehatan (tim medis) pada zona runway

Carrying Capacity Pertumbuhan fasilitas akomodasi rerata 1 hotel dengan 66 unit kamar/tahun, dengan total 1901 unit kamar (tahun 2015)

Analisa peruntukan dan nilai lahan, pengelolaan air dan limbah, radius fasilitas pendukung maks. 15 menit (kendaraan), 500 m perjalanan kaki Aksesibilitas Jalur transportasi publik dari/ke bandara/stasiun/terminal terjangkau Radius perjalanan maks. 30 menit perjalanan dari pusat event

Kualitas Produk

Penilaian materi dan tema Rancangan artistik, program acara, nilai hiburan -

Respon pengunjung Kenyamanan audio, visual, thermal, spasial Penambahan peneduh di area runway Penataan zona penonton, akses evakuasi, pembatas arena pertunjukan

154 Lanjutan Tabel 5.7 a:

No Variabel Indikator Parameter Eksisting Arahan Ruang Fisik

2 Dampak Ekonomi, Sosial Budaya Pertumbuhan Ekonomi

Lenght of stay 1 malam (59%), 2 malam (27%), > 2 malam (14%) Penyediaan sarana rekreatif sekunder dan amenitas pada radius maks. 15 menit (kendaraan), 500 m perjalanan kaki dari pusat event dan sarana akomodasi Spending rate Estimasi potensi : Akomodasi Rp. 5.736.128.000 Konsumsi Rp. 6.687.903.000 Transportasi Rp. 999.667.520 Pendapatan Asli

Daerah Kunjungan hotel

Estimasi okupansi total 98% dari 72%

wisatawan -

Pajak Sektor Pariwisata Pertumbuhan ± 0.3% per tahun - Ketenagakerjaan Peningkatan tenaga kerja sektor pariwisata Edukasi dan sosialisasi potensi kreativitas kewirausahaan sektor industri pariwisata -

Perspektif Local Host

Keunikan event Sosialisasi - edukasi masyarakat sebagai peserta/pendukung, menggiatkan aktivitas

seni -

Citra kota Sosialisasi - edukasi masyarakat sebagai peserta/pendukung -

Perspektif wisatawan

Motivasi Wisata minat khusus(fotografi), belanja, hiburan, dan pendidikan (workshop) Penataan zona penonton dengan ruang intrapersonal optimal  kenyamanan audio dan visual

Ekspektasi Amenitas pendukung dan event berskala nasional-internasional Kemudahan akses, penyediaan amenitas, dan jaminan keamanan

Dokumen terkait