• Tidak ada hasil yang ditemukan

364304635-Tugas-Kasus-Pelanggaran-Kode-Etik-Keperawatan.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "364304635-Tugas-Kasus-Pelanggaran-Kode-Etik-Keperawatan.docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN KASUS PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN

“Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola Ngamuk” “Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola Ngamuk”

Untuk memenuhi Untuk memenuhi

Tugas mata kuliah Etika Keperawatan Tugas mata kuliah Etika Keperawatan

Oleh: Oleh: Doni Nurdiansyah Doni Nurdiansyah DIII Keperawatan DIII Keperawatan Kelas Kasuari Kelas Kasuari

(2)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

(3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

(4)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,yayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “

makalah ilmiah tentang “Kasus Pelanggaran Kode Etik KeperawatanKasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan”.”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan  bantuan

 bantuan dari dari berbagai berbagai pihak pihak sehingga sehingga dapat dapat memperlancar memperlancar pembuatan pembuatan makalah makalah ini.ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah  berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

 berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Kasus PelanggaranKasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan

Kode Etik Keperawatan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap  pembaca.  pembaca. Malang, 10 November 2017 Malang, 10 November 2017 Penulis Penulis

(5)

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Teori Etika Keperawatan 3

2.2 Kode Etik Keperawatan 4

2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses 5

2.2.2 Kode Etik American Nurses Association 6

2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association Klien 7

2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia 8

2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan 12

2.3.1 Dilema Etik 15

2.4 Pengambilan Keputusan Etis 17

BAB III PENUTUP 21

3.1 Kesimpulan 21

3.2 Saran 21

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena selain  jumlahnya yang paling besar jika dibandingkan dengan profesi lain, juga karena selama duapuluh empat jam perawat harus selalu berada di smaping klien. Sebagai seorang profesional, perawat bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan.

Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan filosofi yang dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga  pokok penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian pada klien, upaya untuk melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk memuaskan klien yang berorientasi pada standar pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi hak-hak klien yang telah disepakati oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-hak klien sangat bergantung  pada kompetensi profesional tenaga keperawatannya. Perawat dapat dikatakan  profesioanl apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu kompetensi

intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.

Oleh karena itu, seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik, dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan  profesinya.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:

1. Bagaimana teori etika keperawatan? 2. Bagaimana kode etik keperawatan? 3. Apa saja issu etika keperawatan?

4. Bagaimana pengambilan keputusan etis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan tentang teori etika keperawatan. 2. Untuk menjelaskan tentang kode etik keperawatan. 3. Untuk menjelaskan tentang issu etika keperawatan. 4. Untuk menjelaskan tentang pengambilan keputusan etis.

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Etika Keperawatan

Dalam lietratur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial, loyal  pada rekan kerja, serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan. Untuk menjadi seorang profesional yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus secara terus-menerus mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari dukungan dari sumber profesional yang ada, serta mengembangkan kemampuan dalam bidang etik.

Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari  pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang  berbunyi sebagai berikut.

(10)

“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini, untuk menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya dengan  setia”

“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan, dan tidak akan mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang berbahaya”

“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan menjaga kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya  jaga, dan semua affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya”

Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi keperawatan  pada masyarakat. Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk mengerti, menerjemahkan dan memperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri dengan disiplin yang sama, serta membudayakan sikap dan tingkah laku terpuji yang kemudian dijadikan sebagai acuan.

Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan Deontologi.

1. Teori Utilitarianism

Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori spesifik dari teleologi yang lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik dari sejumlah pilihan atau tindakan yang dianggap oleh sebagian besar orang  baik. Selain itu juga dilihat ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau tindakan tersebut dilakukan. Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih  banyak melihat pada konsekuensi kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan salah. Dalam Huda M., 2008, dikatakan bahwa etika teleologi mengukur baik  buruknya suatu tindakan itu, atau berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Oleh karena itu etika teleologi juga diidentikkan dengan teori utillitarian, yakni  baik buruknya sesuatu berdasarkan sifat berguna atau tidaknya. Utulitarianism

adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit atau minimal. Kesenangan seseorang sangat diperhatikan,

(11)

mempertimbangkan tindakan yang alami, dan dihubungkan dengan  prinsip-prinsip tanpa memikirkan posisi seseorang atau konsekuensi dari suatu

tindakan.

2. Teori Deontologi

Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang akan dilakukan tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan/tindakan berdasarkan hasil/dampaknya, melainkan berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan  perbuatan tersebut. Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran moral, pengambilan keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu menjaga pada ukuran itu sendiri. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan keadaan pada saat itu dan dibandingkan dengan dampaknya apabila keputusan tesebut diambil.

2.2 Kode Etik Keperawatan

Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati dan ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu.

Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang konsekuen dan absolut. Landasan utama dalam kode etik adalah prinsip  penghargaan terhadap orang lain yang diikuti dengan prinsip otonomi yang menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional. Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:

2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses

Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat, yaitu meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan, dan mengurangi penderitaan.

Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas, serta mengoordinasi pelayanan mereka dengan kelompok yang terkait. Perawat dan Individu

(12)

1. Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.

2. Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.

3. Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan  pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.

Perawat dan Praktik

1. Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan dan dalam mempertahankan kompetensi dengan terus belajar.

2. Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin dalam realita situasi tertentu.

3. Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan kompetensi individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung  jawab.

4. Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus selalu mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan kemampuan dalam profesinya.

Perawat dan Masyarakat

Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan kesehatan penduduk.

Perawat dan Sejawat

Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan sekerja atau orang lain.

Perawat dan Profesi

1. Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan.

(13)

2. Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional. 3. Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam

menetapkan serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi yang wajar dalam keperawatan.

2.2.2 Kode Etik American Nurses Association

1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi, kepribadian, atau sifat masalah kesehatan.

2. Perawat melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tertentu.

3. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika  perawatan kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak kompeten, tidak berdasarkan etik, atau bersifat ilegal terhadap siapapun.

4. Perawat memikul tanggung jawab dan tanggungan gugat untuk tindakan dan pertimbangan keperawatan individual.

5. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.

6. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi serta kualifikasi individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi, menerima tanggung jawab, dan menyerahkan aktivitas keperawatan kepada orang lain.

7. Perawat berpartisipasi dalam aktivitas membantu pengembangan  pengetahuan profesi.

8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi serta meningkatkan standar keperawatan.

9. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat dari terjadinya salah informasi dan salah interpretasis serta mempertahankan integritas keperawatan.

10. Perawat melakukan kerjasama dengan anggota profesi kesehatan lain masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan umum.

(14)

2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association Klien

-

 Nilai I: menghargai kebutuhan dan nilai klien

Seorang perawat memperlakukan klien dengan menghormati kebutuhan dan nilai mereka.

-

 Nilai II: menghargai pilihan klien

Berdasarkan penghargaan dan hak klien untuk mengontrol  perawatan mereka sendiri, asuhan keperawatan merefleksikan  penghargaan hak untuk memilih yang dimiliki klie.

-

 Nilai III: kerahasiaan

Perawat memegang kerahasiaan seluruh informasi mengenai klien yang dipelajari dalam lingkungan perawatan kesehatan.

-

 Nilai IV: harga diri klien

Perawat dipandu dalam menghargai harga diri klien.

-

 Nilai V: kompetensi asuhan keperawatan

Perawat memberikan perawatan yang kompeten kepada klien. Peran dan Hubungan Keperawatan

-

 Nilai VI: praktik, pendidikan, penelitian, dan administrasi keperawatn Perawat mempertahankan rasa percaya dalam perawatan dan keperawatan.

-

 Nilai VII: kerja sama dalam asuhan keperawatan

Perawat menghargai dukungan dan keahlian rekan sejawat dalam keperawatan dan bidang lainnya sebagai sesuatu yang penting untuk  perawatan kesehatan yang baik.

-

 Nilai VIII: perlindungan terhadap klien dari ketidak percayaan

Perawat melakukan langkah-langkah untuk meyakinkan bahwa klien menerima perawatan yang profesional dan etis.

(15)

Kondisi kepegawaian harus dilakukan dengan cara yang positif, untuk perawatan klien dan kepuasan profesional perawatan.

-

 Nilai X: tindakan kerja

Tindakan kerja yang dilakukan oleh perawat ditujukan pada kondisi melindungi kepegawaian sehingga memungkinkan perawatan yang aman dan layak bagi klien dan meningkatkan kepuasan  profesional perawat.

Etik Keperawatan masyarakat

-

 Nilai XI: edvokasi terhadap minat klien, komunitas, dan masyarakat Perawat melindungi minat klien.

-

 Nilai XII: menunjukkan nilai dan etik keperawatan

Perawat menunjukkan nilai dan etik keperawatan pada rekar kerja dan orang lain.

Profesi Keperawatan

-

 Nilai XIII: tanggung jawab asosiasi perawat profesional

Organisasi perawat profesional bertanggung jawab atas penjelasan,  perlindungan, dan mempertahankan tindakan keperawatan secara etis.

Upaya menjalankan tugas ini menurut organisasi perawat  profesional tetap bersifat responsif terhadap hak, kebutuhan, serta

legitimasi klien dan perawat. 2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia

Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia. Mukadimah

Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraab fisik, material, dan mental, spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.

(16)

Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan  penderitaan, serta memulihkan kesehatan yang semuanya ini dilaksanakan

atas dasar pelayanan paripurna.

Dalam mmelaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan  berhasil guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.

Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas  pengabdian untuk kepentingan kamanusiaan, bangsa, dan tanah air; Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa perawat Indonesia yang berhiwa Pancasila dan berlandaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti yang tertera berikut.

Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial. 2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama klie.

(17)

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuahn keperawatan.

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika deperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum yang  berlaku.

Perawat dan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui belajar terus-menerus.

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai denngan kebutuhan klien.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lalin.

4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Perawat dan Teman Sejawat

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan  pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberiakan pelyanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis, dan ilegal.

(18)

Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar  pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam

kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi membangun dan memelihara kondisi kerja kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

Dengan melihat contoh-contoh dari kode etik tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa setiap profesi-termasuk perawat-telah mengembankan kode etik yang menjelaskan tindakan profesional. Walaupun kode etik keperawatan dari berbagai sumber berbeda, tetapi semuanya merefleksikan prinsip-prinsip etik.

Prinsip-prinsip Etik

Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985) dan juga PPNI (2003) prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Respek

Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien untuk  pencegahan bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar.

Dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak milik yang paling berharga dan mendasar pada manusia. Prinsip ini menjelaskan mengapa penghentian pengobatan pada seseorang tidak pernah dianggap ringan.

2. Otonomi

Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat  berbagai keterbatasan, terutama yang terkait dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, cmapur tangan hukum, dan tenaga kesehatan profesional yang ada.

(19)

3. Beneficence (kemurahan hati/muslahat)

Kemurahan hati atau maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.

Apabila prinsip kemurahan hati mengalahkan prinsip otonomi, maka hasilnya adalah paternalisme yang berarti perlakuan yang  berdasarkan pada apa yang dipercayai oleh para profesional kesehatan untuk kebaikan klien, kadang-kadang tidak melibatkan keputusan dari klien.

4. Non-maleficence (tidak merugikan)

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada kliennya. Kerugian atau cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan, kematian, atau adanya gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya, merasa terisolasi, dan adanya penyesalan.

5. Veracity (kejujuran)

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban porawat untuk mengatakan suatu kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang lain. Prinsip ini mempunyai implikasi yang cukup berat bagi perawat, karena terkadang perawat harus melakukan suatu kebohongan yang tidak dikehendakinya.

6. Confidensialitas (kerahasiaan)

Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk merahasiakan semua informasi tentang klien yang dirawatnya, dan  perawat hanya akan memberikan informasi tersebut pada orang yang tepat. Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien.

(20)

Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Perawat harus memegang janji yang dibuatnya pada klien, kejujuran dan kesetiaan merupakan modal dalam memupuk rasa percaya klien oada perawat. Apabila klien dan keluarganya sudah tidak percaya lagi  pada perawat yang menanganinya, maka tujuan dari asuhan

keperawatan tidak akan berhasil. 8. Justice (keadilan)

Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat  berlaku adil pada semua orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah. Persepsi keadilan bagi perawat dan klien sering berbeda, terutama yang terkait dengan pemberian pelayanan. Perawat akan mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya memerlukan  penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang

kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat memahami situasi ini, sehingga akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi klien yang merasa dirinya kurang diperhatikan oleh  perawat.

2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan

Setelah beberapa penjelasan mengenai teori etika keperawatan, kode etik  perawat dalam praktek keperawatan, masalah etik menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan harapan perawat. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis.

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti  berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian  pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa  permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang  buruk, masalah peran merawat dan mengobati. Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.

(21)

1. Konflik Etik antara Teman Sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.

Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain  pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada

teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang  perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk  pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang

memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya.

Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien,  pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap

tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak  pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(22)

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di  Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini

mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang  jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal

inisemakin tidak jelas penyelesaiannya. 4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi  pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang  berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang

sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting  pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga  pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

(23)

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain  bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak

dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang din tempat kerja.

2.3.1 Dilema Etik

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.

Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka Pemecahan Masalah Etik:

a. Mengembangkan data dasar  b. Mengidentifikasi konflik

c. Membuat tindakan alternatif

d. Menentukan siapa yang terlibat dan siapa pengambil keputusan e. Mengidentifikasi kewajiaban perawat

f. Membuat keputusan

Kasus permasalah etik dalam keperawatan:

Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola Ngamuk

JAMBI –   Gubernur Jambi Zumi Zola, yang juga artis, mengamuk melihat perawat dan dokter di RSUD Raden Mattaher tidur saat dia melakukan inspeksi mendadak (sidak), Jum’at (20/01/2017) dini hari.

Dalam sidak itu, sekitar pukul 01.00 WIB, Zumi Zola ditemani  beberapa rombongan tiba di gedung perawatan kelas III RSUD Raden Mattaher Jalan Letjen Soeprapto, No31, Telanaipura, Jambi. Ketika memasuki ruangan, Zola mendapati tempat perawat dan dokter jaga kosong.

(24)

Kesal dengan apa yang dilihat, Zumi pun langsung menggedor pintu kamar yang ada di meja penjagaan. Begitu masuk ke dalam kamar tersebut, Zola mendapati para perawat dan dokter sedang terlelap tidur.

Sang Gubernur pun berteriak membangunkan mereka. Betapa terkejutnya mereka, saat terbangun, dilihatnya Gubernur Jambi yang membangunkannya. Lalu, para perawat dan dokter disuruh keluar kamar dan diminta untuk berbaris di ruang jaga dan Zumi Zola memarahi mereka dengan nada tinggi.

Tidak di ruangan itu saja, Zola kemudian melanjutkan sidaknya ke gedung perawatan Jantung. Di sana, ruang jaga juga kosong. Namun, di kamar belakang ruang jaga, pintu kamar dikunci dari dalam. Zola pun  berkali-kali menggedor pintu tersebut yang akhirnya pintu dibuka.

Begitu masuk, Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang terbangun dan terkaget-kaget melihat kehadiran dirinya ada di depan mata. Ketika mendatangi ruang perawatan lainnya, para perawat dan dokter sudah ada di ruang jaga.

“Ada pegawai rumah sakit yang memberi tahu para perawat dan dokter di ruang perawatan lainnya. Sidak bocor,” ujar salah seorang staf yang mengikuti Zumi Zola.

Gubernur Zumi Zola mengatakan, dirinyamengadakan sidak di RSUD Raden Mattaher lantaran sering mendapatkan pengaduan dari warga yang mengeluhkan pelayanan para perawat dan dokter rumah sakit.

“Makanya, Saya mengecek para dokter dan perawat yang bertugas malam di rumah sakit. Ada yang mengadu ke saya, di waktu malam jam 12 ke atas, jika infus habis atau kondisi pasien memburuk, perawat dan dokter rumah sakit ini tidak ada di tempat,” tutur Zola.

Ketika mengecek sendiri, ternyata para perawat dan dokter sedang tidur di dalam kamar. “Apalagi ada yang kamarnya dikunci dari dalam. Lalu jika terjadi sesuatu pada pasien bagaimana. Ini tidak boleh,” ungkap Zola.

Zumi Zola mengaku akan memberi sanksi tegas kepada para perawat dan dokter yang ketahuan terlelap tidur saat bertugas ketika dilakukan

(25)

sidak. “Yang pegawai negeri, termasuk dokternya, akan dipindah dari rumah sakit. Yang honorer, akan menyusul diberhentikan. Baru-baru ini kan kami sudah memberhentikan 59 honorer, mereka yang tidur akan menyusul,” tukas Zola.

Plt Direktur Utama RSUD Raden Mattaher, drg Iwan Hendrawan menyebutkan perawat dan dokter yang kedapatan tidur saat disidak gubernur berjumlah 12 orang. “Sesuai perintah Pak Gubernur, mereka akan mendapatkan sanksi tegas,” katanya. (poskotanews.com)

2.4 Pengambilan Keputusan Etis

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannyan dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan di tengah situasi yang selalu berubah, serta  perkembangan budaya yang ada menyababkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak pengambilan keputusan yang kurang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun untuk institusi di mana individu tersebut bekerja.

Pengambil keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau kemungkinan. Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun model dari beberapa disiplin ilmu yang antara lain adalah ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu keperawatan itu sendiri. Model dibuat spesifik dalam pemecahan masalah etika dan  permasalahan.

Pemecahan Masalah Sidak di Rumah Sakit :

Kasus “Sidak di Rumah Sakit” termasuk permasalahan etik yaitu dilema etik. Menurut pendapat saya, perbuatan para perawat di Rumah Sakit tersebut kurang manusiawi dan tidak selayaknya dia tidur sewaktu dinas di tempat kerjanya. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, seorang perawat harusnya selalu siap setiap saat. Karena, jika ada keterlambatan dalam penanganan kepada pasien, hal tersebut  bisa berakibat fatal pada keadaan pasien.

(26)

Jika saya diminta bantuan untuk menyelesaikan kasus tersebut, saya akan mencari tahu apa penyebab keselahan sistem pelayanan di Rumah Sakit tersebut. Serta menasehati dan memberi tahu perawat disana, bahwa apa yang dia lakukan itu salah dan menyimpang dari etik keperawatan, karena saya sebagai teman sejawatnya seharusnya mengingatkan jika ada teman yang melakukan pelanggaran atau dilema etik.

Penerapan penyelesaian dilema etik pada kasus tersebut, saya memakai Kerangka Penyelesaian/Pemecahan Masalah Etik/Dilema Etik menurut Kozier & Erb tahun 1989 :

1. Mengembangkan data dasar.

a. Orang yang terlibat: Dokter jaga, Perawat, Gubernur, Direktur Rumah Sakit

 b. Tindakan yang diusulkan: pemberian sanksi kepada perawat karena telah melanggar kode etik dan membebastugaskan perawat dalam kurun waktu tertentu..

c. Maksud dari tindakan tersebut: untuk mencegah kelalaian perawat akan tugasnya saat sedang dinas atau berhubungan dengan pasien.

2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut. a. Konflik yang terjadi pada Perawat:

-

Merasa prihatin terhadap perawat di RS tersebut, karena telah

melanggar prinsip-prinsip keperawatan seperti, Non-maleficence (tidak merugikan), beneficence (kemurahan hati).

-

Konflik yang mungkin timbul dengan apa yang dilakukan para

 perawat saat sedang tidur pulas, bisa berakibat fatal pada keadaan  pasien.

 b. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.

(27)

-

Mematuhi peraturan yang dibuat oleh Gubernur.

-

Mengingkari kode etik perawat dengan teman sejawat.

-

Sudah berbuat adil terhadap teman sejawat lainnya.

-

Para perawat di pindahkan ke Rumah Sakit lain.

d. Mendiskusikan masalah dengan Direktur RS dengan memberitahu  bahwa para perawat mempunyai tanggungan anak dan istri:

-

Direktur RS mungkin akan mempertimbangan sanksi yang diberikan

kepeda para perawat.

-

Direktur RS mungkin tetap bersih kukuh dengan sanksi yang diberikan

kepada para perawat karena menuruti perintah Gubernur. 3. Mengidentifikasi kewajiban perawat.

Dalam membantu para perawat membuat keputusan, saya sebagai teman sejawat perlu membuat daftar kewajiban perawat terhadap teman sejawat:

a. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan perlayanan kesehatan secara menyeluruh.

 b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari  profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang

keperawatan. 4. Membuat keputusan.

a. Menasehati para perawat untuk tidak tidur lagi sewaktu dinas.

 b. Mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Direktur RS dan perawat lainnya.

 Nilai-nilai esensial yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan  perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

(28)

a. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.

 b. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk  penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.

Prinsip-prinsip etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan  perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Respek: dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak milik yang paling berharga dan mendasar pada manusia.

 b. Beneficence (kemurahan hati/muslahat): kemurahan hati atau maslahat  berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.

Kode etik yang saya gunakan dalam menyelesaikan permasalahan perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Perawat dan Teman Sejawat: perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan  pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Teori etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasala han perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang sedikit atau minimal.

(29)
(30)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan Deontologi.

Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu: kode etik International Council of Nurses, kode etik American Nurses Assosciation, kode etik Canadian  Nurses Association, kode etik Perawat Indonesia. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis.

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh  perawat, terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik.

3.2 Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau  bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat bertindak secara mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan etika-etika keperawatan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Plagiarisme/ seolah telah menjadi budaya dan tabiat pendidikan kita saat ini// Kecurangan atau plagiat yang dilakukan mahasiswa/ kemungkinan terjadi di seluruh lembaga

[r]

Peralatan yang digunakan untuk budidaya phytoplankton mempunyai fungsi yang berbeda-beda, misalnya aerator digunakan untuk mensuplai oksigen pada saat membudidayakan pakan

Achmad Mochtar Bukittinggi 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang bermakna antara Komunikasi, Reliability (Kehandalan) dan

• Setelah semua pertanyaan selesai dibahas, guru meminta siswa mendata aturan- aturan apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan di lingkungan rumah

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas (03-08-2016) bertempat di Sekretariat ULP Kabupaten Sumbawa, Kelompok Kerja 34 Pekerjaan Konstruksi

Berdasarkan data yang dihimpun, ditabulasikan dan diinterpretasikan, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedisiplinan guru Pendidikan Agama Islam dan

Lembaga pemasyarakatan dapat memfasilitasi narapidana dalam praktik keagamaan dan me- ningkatkan nilai spiritual yang dimiliki sebagai cara pencegahan primer terhadap