• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Pada Siswa Kelas IV. C SD Negeri 165 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Pada Siswa Kelas IV. C SD Negeri 165 Pekanbaru"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Pada Siswa Kelas

IV.C SD Negeri 165 Pekanbaru Elvina Oktavia1, Zariul Antosa2, Erlisnawati3

ABSTRACT

The purpose of this research is to improve the skill of fourth graderes of SDN 165 Pekanbaru in making construction object with the implementation of the cooperative model. The subjects in this study were fourth graderes of SDN165 Pekanbaru in academic year 2012/2013 with the number of students 36 people. The formulation of the problem in this research is: "Is the implementation of cooperative learning model can improve the skills of making object of construction in fourth graderes of SDN 165 Pekanbaru?". The study is in the form of classroom action research (CAR), with each cycle consisting of two encounters and one final assessment cycle. The instrument of collecting data in this study is the teacher observation sheet, student observation sheet, sheet assessment process and sheet product assessment. The of students’ ability level before action with the average of studens’ 51.97 in the assessment of making object of construction in the first cycle of the average of students’mark of 68.54 increased by 16.57 from the initial data. Meanwhile, the results of the assessment in making object of construction the second cycle the average of students’ mark increased to 77.07 increased by 9.16 from the assessment in making construction object cycle I. Then an increase in the percentage of teacher activity at the first cycle of first encounter 50% (enough category) the first cycle of the second encounter of 62.5% (enough category) have increased in the second cycle the first encounter of 76.16% (good categories) second cycle of second encounter 83.33% (excellent category), while the percentage of students’ activities in the first cycle of first encounter 43.83% (enough category) cycle I of second encounter 58.33% (enough category) have increased in the second cycle of first encounter 66.66% (good categories) second cycle of the second encounter of 79.16% (good categories). From the above it shows the implementation of cooperative learning model can to improve the skills of making object of construction in fourt graderes of SDN 165 Pekanbaru.

Keywords: Cooperative Learning Model, making object construction skills PENDAHULUAN

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah. Karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengelaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Keterampilan berasal dari kata terampil. Sinonim dari trampil ialah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Sinonim dari keterampilan ialah kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan keahlian). Seseorang dikatakan trampil bila dapat melakukan sesuatu tugas pekerjaan dengan baik dan cermat.

1Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805135047, e-mail elvina.oktavia@rocketmail.com

2Dosen Pembimbing I, Staf pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail Antosazariul@gmail.com

3Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail, erlis.uqi@gmail.com

(2)

Berdasarkan dokumentasi hasil pengamatan peneliti pada siswa kelas IVC SDN 165 Pekanbaru pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Berdasarkan tes awal terdapat siswa yang kurang terampil dalam pembuatan benda konstruksi dilihat dari 38 orang siswa, yang berkategori kurang terampil sebanyak 13 orang siswa, sedangkan yang berkategori cukup terampil 8 orang siswa dan yang berkategori terampil hanya 17 orang siswa. Belum adanya siswa yang mendapatkan kategori sangat terampil pada pembuatan benda konstruksi dikarenakan :

1. Guru tidak mengembangkan model pembelajaran yang ada. 2. Guru hanya menggunakan metode ceramah saat belajar.

3. Guru kurang melibatkan siswa dalam proses belajar, sehingga dalam proses belajar siswa banyak yang pasif dan tidak bisa mewujudkan kreatifitasnya dalam membuat benda konstruksi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terlihat dari gejala-gejala yang muncul pada prilaku siswa yaitu:

1. Rendahnya rasa solidaritas antara siswa dalam pembelajaran Seni Budaya dan Kerampilan.

2. Siswa tidak dapat menuangkan ide-idenya menjadi sebuah bentuk yang kongkrit.

3. Siswa tidak mampu menghasilkan karya kerajinan yang variatif dari segi bentuk maupun warna dari idenya sendiri.

4. Tidak meratanya kemampuan siswa dalam membuat karya kerajinan.

Dengan gejala-gejala yang terjadi di atas menjadikan situasi belajar di kelas menjadi tidak efektif sehingga materi yang diajarkan guru tidak dapat sepenuhnya diserap oleh siswa, dikarenakan materi yang diajarkan guru belum tercapai dengan baik.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi pada siswa kelas IVC SDN 165 Pekanbaru ?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi dengan penerapan model pembelajaran koopertif pada siswa kelas IVC SDN 165 Pekanbaru.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar, siswa pun termotifasi untuk lebih berkreatifitas dalam seni keterampilan membuat benda konstruksi di SD.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi pada siswa dan dapat melaksanakan model pembelajaran yang bervariasi serta meningkatkan sistem pembelajaran sehingga permasalahan yang dihadapi baik siswa maupun bagi guru dapat di atasi .

3. Bagi sekolah, dapat menjadi informasi dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan sebagai bukti bagi sekolah dalam rangka peningkatan kualitas guru.

(3)

4. Bagi peneliti, dapat menjadikan informasi dalam melaksanakan penelitian selanjutnya, dan diharapkan juga peneliti dapat memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengelaman baru dalam mengelola penelitian dimasa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 165 Pekanbaru tepatnya di Perumahan Delima puri Jalan serasi Gg. Semangka. Waktu penelitian dilakasanakan pada bulan september sampai oktober pada Tahun ajaran 2012/2013 penelitian ini dilakukan di Kelas IVC dengan jumlah siswa 38 orang yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.

Teknik Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara sebagai berikut

Teknik observasi dipergunakan untuk menilai berbagai aktivitas guru dan aktivitas siswa yang semestinya terjadi dalam pembelajaran.

Teknik Tes Keterampilan Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan, yakni penelitian tindakan kelas (PTK) maka pengumpulan data dilakukan secara langsung. Tes yang digunakan adalah alat penilaian produk untuk mengukur keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

Dokumentasi dipergunakan untuk pembuktian diadakannya pelaksanaan tiap siklus dengan beberapa foto dalam proses pembelajaran dan catatan harian guru digunakan untuk mencatat data-data tentang kondisi guru dan siswa ketika melaksanakan proses pembelajaran tiap siklus.

Teknik analisis data yang digunakan adalah

Aktivitas guru dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Untuk menentukan skor aktivitas guru/siswa dengan rumus:

P = X 100% (Anas Sudijono) P = Nilai aktivitas guru/siswa

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas Kriteria aktivitas disajikan dibawah ini :

Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang

Untuk melihat kategori aktivitas guru/siswa dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I =

Sehingga dapat dihitung dengan cara : NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi

= 6 X 4 = 24

(4)

NB = Jumlah indikator x Skor terendah = 6 X 1

= 6

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara: NA = X 100 = 100 NB = X 100 = 25 Jadi, I = = = I = interval NA = nilai atas NB = nilai bawah K = kategori

jadi kriteria aktivitas guru/siswa dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 1 Kategori Aktivitas Guru/Siswa

Interval Kategori

≥ 81,25% - 100% Sangat Baik ≥ 62,5% - < 81,25% Baik

≥ 43,75% - < 62,5% Cukup ≥ 25% - < 43,75% Kurang

Tujuan dari analisis ini ialah untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Penentuan meningkatnya keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi diambil dari tes ujuk kerja sebanyak 40% dan penilaian proses sebanyak 60%. Rumus yang digunakan dalam penilaian ini (per Siklus) adalah :

1. Penilaian Proses a.

RT = Skor rata-rata penilaian proses P1 = Skor proses pertemuan 1 P2 = Skor proses pertemuan 2

b. 2.

3. Nilai Akhir Keterampilan

(5)

Kriteria dalam keterampilan membuat membuat benda konstruksi siswa disajikan dibawah ini, Jumlah kategori ada empat yaitu sangat terampil, terampil, cukup terampil dan kurang terampil. Untuk melihat interval penilaian keterampilan membuat benda konstruksi dapat digunakan rumus sebagai berikut :

I =

Sehingga dapat dihitung dengan cara:

I = = = I = interval NA = nilai atas NB = nilai bawah K = kategori

jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada table berikut : Tabel 2

Kategori Penilaian Keterampilan Membuat Benda konstruksi

Interval Kategori

≥ 81,25 – 100 Sangat Terampil

≥ 62,5 - < 81,25 Terampil

≥ 43,75 - < 62,5 Cukup Terampil ≥ 25 - < 43,75 Kurang Terampil

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan tes awal pada siswa kelas IVc SDN 165 Pekanbaru dengan jumlah siswa 38 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Peneliti mengambil data awal dari Sekolah tersebut pada tanggal 01 September 2012 seminggu sebelum peneliti turun untuk melaksanakan penelitia

Pada tahap perencanaan tindakan ini, model yang digunakan adalah kooperatif. Adapun yang dipersiapkan sebelum tindakan dilaksanakan adalah menyiapkan silabus. Rancangan silabus yang dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Adapun standar kompetensinya adalah membuat karya kerajinan benda konstruksi, dengan kompetensi dasar membuat benda dengan teknik konstruksi serta dengan indikator menjelaskan pengertian benda konstruksi, bahan dan alat yang di gunakan dalam pembuatan kerajinan benda konstruksi, merancang dan menggunting pola dalam pembuatan benda konstruksi.

Pertemuan pertama Siklus I (Kamis, 06 September 2012)

Kegiatan awal, pertama kali peneliti mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdoa dan mengabsen kehadiran siswa, kemudian guru menyampaikan appersepsi, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti pelajaran ini.

(6)

Kegiatan inti, peneliti menyajikan informasi tentang benda konstruksi mulai dari pengertian, bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan benda konstruksi, dan bentuk benda konstruksi yang diperlihatkan dengan menggunakan media pembelajaran berupa benda nyata dan gambar benda konstruksi sebagai penyemangat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Setelah menyajikan informasi kepada siswa tentang benda konstruksi, guru mendemonstrasikan cara pembuatan benda konstruksi yaitu tempat pensil dengan cara membuka satu persatu tiap sisi pada tempat pensil tersebut, agar siswa tau bagian mana yang akan pertama dibuat dalam merancang pola dan terlihatlah sebagian siswa masih banyak yang belum mendengarkan penjelasan guru. Setelah itu, guru membagi siswa menjadi 9 kelompok secara heterogen (jenis kelamin, tingkat prestasi, suku) selanjutnya guru menugaskan pada tiap anggota kelompok untuk merancang dan menggunting pola pada kertas sesuai dengan contoh yang diperlihatkan. Guru mengamati tiap-tiap kelompok kemudian membimbing siswa yang belum paham dan masih banyak siswa yang belum mengerti dalam pembelajaran ini. Selanjutnya, peneliti menyuruh salah satu perwakilan dari kelompok untuk maju kedepan kelas mendeskripsikan cara merancang benda konstruksi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam merancang benda konstruksi dan masih banyak siswa yang pasif dan malu-malu dalam mengikuti pembelajaran ini. Untuk beberapa siswa yang mau maju kedepan mendeskripsikan cara merancang benda konstruksi guru memberikan pujian pada mereka serta kepada kelompok belajar yang merancang benda konstruksi.

kegiatan akhir, peneliti memberikan latihan lanjutan kepada siswa untuk melatih kemampuannya merancang dan menggunting pola pada kertas dengan langkah-langkah yang benar sesuai dengan yang dijelaskankan guru dirumah masing-masing. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Pertemuan kedua (kamis , 13 September 2012)

Kegiatan awal, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa memahami langkah-langkah pembuatan benda konstruksi, siswa cara membuat benda konstruksi, dan siswa membuat tempat pensil dengan teknik konstruksi. Kemudian pada kegiatan berikutnya, guru meminta siswa untuk memperlihatkan hasil rancangan latihan lanjutannya yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan guru bertanya masih adakah anak-anak ibuk yang belum mengerti tentang cara merancang benda konstruksi? Disini siswa dan guru saling bertanya jawab.

Kegiatan inti, Selanjutnya guru menyuruh siswa masuk kedalam kelompok yang sesuai dengan pembagian kelompok pertemuan pertama dan guru menugaskan pada tiap anggota kelompok untuk mengembangkan rancangan benda konstruksi tersebut menjadi benda yang memiliki fungsi pakai dan guru pun membimbing tiap anggota kelompok dalam membuat benda konstruksi. Benda konstruksi yang dibuat oleh siswa pada siklus I ini adalah tempat pensil, agar siswa lebih mudah dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan ini, siswa membuat tempat pensil satu buah per orang, karena penilaian akhir benda konstruksi pada siklus I di adakan secara individu. Tujuan dilaksanakan penilaian secara inidividu, agar peneliti dapat melihat siswa yang terampil dan siswa yang tidak terampil dalam membuat kerajinan benda konstruksi di dalam kelompok.

(7)

Selama proses pembuatan benda konstruksi guru melihat ada beberapa siswa yang belum paham dalam membuat benda konstruksi.

kegiatan akhir, guru mengadakan tanya jawab. Sebagai latihan lanjutan siswa di minta untuk berlatih melanjutkan membuat benda konstruksi sesuai dengan variasinya dirumah masing-masing. Karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan penilaian akhir siklus I untuk keterampilan membuat benda konstruksi.

Pertemuan ketiga ( Kamis, 20 September 2012)

peneliti meminta siswa untuk memperlihatkan hasil dari benda konstruksi yang telah di buatnya sesuai dengan variasinya masing-masing yang telah dirancangnya pada pertemuan sebelumnya yaitu tempat pensil mulai dari kerapian dan variasi pada tempat pensil yang bertujuan agar siswa lebih mudah dalam membuat benda konstruksi. Untuk penilaian akhir siklus I ini, guru memanggil siswa menurut absensinya untuk satu persatu maju kedepan kelas memperlihatkan hasil benda yang telah dibuatnya pada pertemuan sebelumnya untuk mengambil nilai akhir keterampilan dari siklus I ini.

Dari hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus I dengan 3 kali pertemuan terlihat sebagian siswa masing kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Ada siswa yang tidak mau mengikuti aktivitas sesuai dengan yang dianjurkan guru dan siswa masih tampak malu-malu ataupun cuek untuk bertanya. Selanjutnya dari hasil diskusi peneliti dengan observer, untuk siklus I dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa peneliti sudah melakukannya dengan baik dan peneliti lebih meningkatkan penguasaan kelas dan membimbing siswa yang dianggap lemah agar aktivitas siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran. Namun pada saat mendemonstrasikan mengenai benda konstruksi, langkah-langkah yang dilakukan kurang dimengerti oleh siswa. Untuk selanjutnya peneliti diharapkan dapat memotivasi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dan mau melakukan langkah-langkah dalam model pembelaran kooperatif yang dilakukan guru dengan benar.

Dari penghargaan kelompok siklus I maka terlihat bahwa pada kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 mendapatkan penghargaan kelompok tim super. Penghargaan tersebut didapat dari pengurangan nilai akhir siklus I dengan data awal, terdapatlah selisih angka dan dari selisih angka tersebut di hitung berapa poin kemajuannya. Dari poin kemajuan tiap siswa dalam kelompok tersebut. Di jumlahkan dan di bagi empat maka didapatlah rata-rata kelompok.

Pertemuan pertama Siklus II ( Kamis, 27 September 2012)

Kegiatan awal, peneliti mengawali dengan mempersiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu agar siswa merancang kerajinan benda konstruksi sederhana yang memiliki fungsi pakai.

Kegiatan inti, peneliti meminta siswa untuk mendeskripsikan cara membuat dan merancang benda konstruksi. Siswa sudah mulai aktif mengikuti pembelajaran ini. Setelah menyajikan informasi tentang benda konstruksi, guru menyuruh siswa masuk dalam kelompok yang sama pada pertemuan sebelumnya

(8)

dan menugaskan pada tiap anggota kelompok untuk merancang pola benda konstruksi sederhana yang memiliki fungsi pakai.

Guru pun berjalan melihat sejauh mana kemampuan tiap-tiap anggota kelompok merancang benda konstruksi pada kertas dan melihat masih ada siswa dalam kelompok yang merasa kesulitan dalam merancang benda konstruksi ini. Guru pun membimbing siswa yang masih merasa sulit dalam merancang benda konstruksi sederhana yang memiliki fungsi pakai. Selanjutnya, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk maju kedepan kelas mendeskripsikan hasil rancangan bentuk benda konstruksi yang telah dibuatnya dan pada saat temannya maju, siswa yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap temannya yang tampil serta guru juga mengamati hasil karya rancangan benda kontruksi yang terbaik untuk mengefektifkan pembelajaran dalam kelas, bagi siswa yang membuat rancangan paling bagus, rapi dan benar untuk maju kedepan kelas agar siswa yang lain tau mana contoh rancangan yang paling benar diantara teman-temannya yang maju tadi dan terlihat sudah besarnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Kegiatan akhir, guru memberikan latihan lanjutan kepada siswa untuk melatih diri merancang benda konstruksi dengan langkah-langkah yang benar dirumah masing-masing dan siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. Pertemuan kedua ( Kamis, 04 Oktober 2012)

Kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru memberikan appersepsi tentang pelajaran yang lalu dan menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu siswa membuat benda konstruksi sederhana dengan teknik kontruksi dengan langkah-langkah yang benar.

Kegiatan inti, peneliti meminta siswa memperlihatkan hasil rancangan latihan lanjutan yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan siswa disuruh untuk masuk kedalam kelompok belajar yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mengembangkan rancangan benda konstruksi tersebut menjadi sebuah benda konstruksi sederhana yang memiliki fungsi pakai sesuai dengan rancangannya masing-masing dan sesuai dengan variasi yang diinginkan.

Selama siswa membuat benda konstruksi, guru membimbing siswa yang masih menghadapi masalah dalam membuat benda konstruksi. Setelah itu, guru meminta perwakilan kelompok yang sudah selesai membuat benda konstruksi untuk maju kedepan kelas memperlihatkan hasil benda konstruksi yang dibuatnya, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pembuatan konstruksi ini. Bagi siswa yang membuat benda konstruksi dengan benar, rapi dan sesuai dengan fungsinya, guru memberikan penghargaan pada siswa tersebut dengan cara mempersentasikan hasil pembuatan karyanya tersebut didepan kelas dan pada saat temannya maju, siswa yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap temannya yang tampil.

(9)

Kegiatan akhir, peneliti memberikan latihan lanjutan pada siswa yang belum siap untuk melanjutkan pekerjaannya dirumah masing-masing. Karena pada pertemuan berikutnya akan diadakan penilaian akhir siklus II yaitu pada pertemuan ketiga, setelah itu siswa diberi kesempatan menyimpulkan pelajaran hari ini.

Pertemuan ketiga (Kamis, 11 Oktober 2012)

peneliti meminta siswa untuk memperlihatkan hasil dari bentuk benda konstruksi yang telah diselesaikannnya di atas meja masing-masing. Untuk penilaian akhir siklus II ini, guru melakukan penilaian akhir sama dengan penilaian akhir siklus I yang telah dilaksanakan yaitu guru menyuruh siswa untuk maju satu persatu kedepan kelas memperlihatkan hasil benda konstruksi yang telah dibuatnya berdasarkan variasi masing-masing yang dibuat pada pertemuan 3 dan 4, hanya yang jadi perbedaannya adalah pada penilaian akhir siklus II ini benda konstruksi yang dibuat bukan kota pensil tetapi sesuai dengan kreasi masing-masing siswa. Yang bertujuan agar siswa lebih kreatif membuat keterampilan benda konstruksi. Dalam pelaksanaan penilaian akhir siklus II ini, bagi siswa yang membuat benda konstruksi dengan bagus, rapi, dan sesuai dengan bentuknya diberi waktu untuk mempersentasikan hasil pembuatan karyanya tersebut didepan kelas.

Dari hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus II dengan 3 kali pertemuan terlihat bahwa siswa sudah aktif dan telah terlaksana sesuai dengan pembelajaran kooperatif. Siswa sudah mau mengikuti aktivitas sesuai dengan yang dianjurkan guru. Selanjutnya dari hasil diskusi peneliti dengan observer, untuk siklus II dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapan siswa peneliti sudah melakukannya dengan sangat baik, dan saat mendemonstrasikan pengetahuan, siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Untuk selanjutnya peneliti diharapkan dapat lebih bagus lagi untuk memotivasi siswa sehingga siswa lebih merasa senang dan mau mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan guru.

Dari tabel penghargaan kelompok siklus I ini maka dapat terlihat bahwa pada kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 mendapatkan penghargaan kelompok tim super. Penghargaan tersebut di dapat dari pengurangan nilai akhir siklus II dengan nilai akhir siklus I, terdapatlah selisih angka dan dari selisih angka tersebut dihitung berapa poin kemajuannya. Dari poin kemajuan tiap siswa dalam kelompok tersebut. Dijumlahkan dan dibagi empat maka didapatlah rata-rata kelompok.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk membuat keterampilan benda konstruksi, terjadi peningkatan pada setiap pertemuan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aktivitas guru pada siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel perbandingan siklus I dan siklus II di bawah ini :

(10)

Tabel 3

Perbandingan Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Siklus I dan Siklus II N

o

Aktivitas Guru Yang Diamati

Siklus I Siklus II Pertemuan Ke-

1 2 1 2

1 Meyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2 3 4 4

2 Menyajikan Informasi tentang benda konstruksi dan cara pembuatan benda konstruksi

2 3 3 4

3 Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

2 3 3 4

4 Membantu kerja tim dalam belajar membuat benda konstruksi

2 2 3 3

5 Menguji kemampuan peserta didik dalam pembuatan benda konstruksi

2 3 3 3

6 Memberi penghargaan dan mengakui prestasi individu maupun kelompok dalam pembuatan benda konstruksi

2 2 3 3 Jumlah Skor 12 16 19 21 Skor Maksimum 24 24 24 24 Nilai 50% 66,66% 79,16 % 87,5%

Kategori Cukup Baik Baik S.Baik

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama mendapatkan persentase 50% dengan kategori cukup dikarenakan pada proses pelaksanakan, guru masih kurang menguasai langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dalam penyampaian materi merancang pola benda konstruksi, selanjutnya pada pertemuan kedua mendapatkan persentase 66,66% dengan kategori baik mengalami peningkatan 16,66 poin dikarenakan, pada proses pembelajaran guru sudah mulai menguasai langkah-langkah pembelajaran model kooperatif dalam menjelaskan materi membuat benda konstruksi yaitu tempat pensil. Serta pada pertemuan pertama siklus dua persentase aktivitas guru mendapat 79,16% dengan kategori Baik dan mengalami peningkatan 12,5 poin dikarenakan, pada proses pembelajaran pertemuan pertama siklus dua ini guru sudah menguasai langkah-langkah pembelajaran model kooperatif dengan baik dan dalam menyampaikan materi merancang pola benda konstruksi sederhana yang memiliki fungsi pakai sudah jelas dan pada pertemuan ke dua mendapatkan persentase 87,5% dengan kategori sangat baik dengan peningkatan 8,34 poin dikarenakan, pada proses pembelajaran siklus II pertemuan

(11)

kedua ini guru sudah menguasai langkah-langkah pembelajaran model kooperatif dengan baik dan sudah dimengerti oleh siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas siswa dalam membuat keterampilan benda konstruksi selalu mengalami peningkatan dari pertemuan siklus pertama hingga siklus kedua. Peningkatan aktivitas siswa pada setiap pertemuan siklus I dan II dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

Perbandingan Aktivitas Siswa Selama Prses Pembelajaran Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Siklus I dan Siklus II N

o

Aktivitas Siswa Yang Diamati Siklus I Siklus II Pertemuan Ke- 1 2 1 2 1 Memperhatikan guru menyampaikan pembelajaran dan mempersiapkan diri untuk belajar

2 3 3 4

2 Mengikuti langkah-langkah pembuatan benda konstruksi yang diberikan oleh guru

1 3 3 3

3 Membentuk kelompok belajar sesuai dengan perintah guru

2 2 3 4

4 Berlatih membuat benda konstruksi dengan benar sesuai dengan bimbingan guru

2 3 2 3

5 Maju kedepan kelas untuk mendeskripsikan cara pembuatan benda konstruksi

2 2 3 3

6 Mendapatkan penilaian terhadap hasil kerja membuat benda konstruksi baik secara individu maupun kelompok

2 2 2 3

Jumlah Skor 11 15 16 20

Skor Maksimum 24 24 24 24

Persentase 45,83% 62,5% 66,66% 83,33%

Kategori cukup Cukup Baik S.Baik

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat hasil peningkatan persentase aktivitas siswa Siklus I dan siklus II. Persentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama berjumlah 45,83% dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa masih belum memperhatikan dan tidak mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang dijelaskan oleh guru dan pada pertemuan kedua aktivitas siswa mendapatkan jumlah 62,5% dikategorikan cukup dengan peningkatan 16,67 poin dikarenakan, dalam proses pembelajaran siswa sudah mulai memperhatikan dan mengikuti

(12)

langkah-langkah pembelajaran yang dijelaskan oleh guru. Pada siklus II pertemuan pertama menjadi 66,66% dikategorikan baik dengan peningkatan 4,16 poin dikarenakan, dalam proses pembelajaran siswa sudah memperhatikan dan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang dijelaskan oleh guru dan pada pertemuan kedua mendapatkan jumlah 83,33% kategori sangat baik dengan peningkatan 16,67 poin dikarenakan, dalam proses pembelajaran siswa sudah memperhatikan dan mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan baik sesuai dengan yang dijelaskan guru. Untuk mengetahui peningkatan nilai keterampilan membuat benda konstruksi dengan kertas trobos pada data awal, siklus I, dan siklus II melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas IV SDN 165 Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Tabel Perbandingan Keterampilan Siswa Membuat Bendakonstruksi Dari Data Awal, Siklus I, dan Siklus II

N o

Interval Kategori Jumlah Siswa

Data Awal Siklus I Siklus II 1 ≥ 81,25 – 100 Sangat Terampil - - 17 2 ≥ 62,5 - ˂ 81,25 Terampil 17 24 14 3 ≥ 43,75 - ˂ 62,5 Cukup Terampil 8 14 7 4 ≥ 25 - ˂ 43,75 Kurang Terampil 13 - -

Jumlah Siswa Keseluruhan 38 38 38

Nilai Rata-rata 51,94 68,355 77,32

Kategori Cukup

Terampil

Terampil Sangat Terampil Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pada data awal dari 38 orang siswa, kategori yang sangat terampil belum ada, sedangkan kategori terampil ada 17 orang siswa, serta 8 orang siswa termasuk dalam kategori cukup terampil dan 13 orang siswa yang termasuk dalam kategori kurang terampil dengan jumlah nilai rata-rata yang diperoleh 51,94 dengan kategori cukup terampil. Karena, siswa terbiasa dengan pembelajaran dengan metode ceramah tanpa diiringi dengan adanya penjelasan pelaksanaan praktikalnya, hal ini menyebabkan siswa tidak terbiasa untuk berfikir kritis dalam belajar. Selanjutnya pada siklus I, terlihat peningkatan dari 38 orang siswa, walaupun siswa yang mendapatkan kategori sangat terampil masih belum ada, tetapi terdapat 24 orang siswa yang termasuk dalam kategori terampil, selanjutnya 14 orang siswa yang termasuk dalam kategori cukup terampil dan siswa yang dikategorikan kurang terampil sudah tidak ada. Dengan jumlah nilai rata-rata yang diperoleh 68,355 dengan kategori terampil. Kerena, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif. Maka siswa berkesempatan untuk mendiskusikan gagasan-gagasannya bersama teman kelompoknya. Selanjutnya pada siklus II terlihat peningkatan yaitu dari 38 orang

(13)

siswa sudah terdapatlah 17 orang siswa yang termasuk dalam kategori sangat terampil, 14 orang siswa yang termasuk dalam kategori terampil, dan 7 orang siswa termasuk dalam kategori cukup terampil sehingga yang kurang terampil pun juga sudah tidak ada. Dengan jumlah nilai rata-rata yang didapat 77,32 dengan kategori sangat terampil. Karena, setelah diadakannya diskusi kelompok dalam pembelajaran. Maka terkembanglah gagasan-gagasan yang dimiliki siswa hal ini ditandai dengan terjadinya pengembangan dari bentuk benda konstruksi. Sehingga hasil keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi pada data awal, nilai akhir siklus I, dan nilai akhir siklus II bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Untuk lebih jelas lagi peningkatan keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi dari data awal yang didapat, penilaian akhir siklus I dan penilaian akhir siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6

Hasil Data Awal, Nilai Akhir Siklus I dan Nilai Akhir Siklus II keterampilan Membuat Benda Konstruksi Pada Siswa Kelas IV SDN 165

No URAIAN JUMLAH SISWA NILAI RATA-RATA KELAS PERSENTASE 1 Data Awal 38 51,94 44,73%

2 Nilai Akhir Siklus I 68,355 63,15%

3 Nilai akhir Siklus II 77,37 81,57%

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata siswa pada data awal hanya 51,94 dengan persentase 44,73%. Kemudian setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif pada materi pokok membuat benda konstruksi, keterampilan siswa meningkat. Dilihat dari hasil penilaian akhir siklus I dengan jumlah rata-rata siswa sebesar 68,355 dengan persentase 63,15% dan mengalami peningkatan sebesar 16,41 poin dengan persentase 18,42% dari data awal ke nilai akhir siklus I. Kemudaian pada penilaian akhir siklus II jumlah rata-rata siswa meningkat sebesar 77,32 dengan persentase 81,57% dan mengalami peningkatan sebesar 8,96 poin dengan persentase 18,42% dari penilaian siklus I ke siklus II. Jadi keterampilan siswa dalam penelitian ini, pada penilaian akhir siklus I kepenilaian akhir siklus II meningkat dari data awal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan membuat benda konstruksi pada siswa kelas IV SDN 165 Pekanbaru, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif terbukti dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi pada siswa kelas IV SDN 165 Pekanbaru. Hal ini dapat terlihat dari hasil perbandingan data awal, penilaian akhir siklus I dan penilaian akhir siklus II siswa yang semakin meningkat.

(14)

Pada data awal, nilai rata-rata keterampilan siswa dalam membuat benda konstruksi hanya 51,94 dengan persentase 44,73% dan terlihat peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata keterampilan 68,355 dengan persentase 63,15% dan pada siklus II terjadi peningkatan juga dengan nilai rata-rata keterampilan 77,32 dengan persentase 81,57%

Hasil analisis observasi aktivitas guru juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil perbandingan pertemuan pertama yaitu 50% meningkat pada pertemuan kedua sebesar 66,66% pada siklus I. Dan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 79,16% pada pertemuan kedua meningkat sebesar 87,5%

Hasil analisis observasi aktivitas siswa juga tampak mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil perbandingan pertemuan pertama yaitu 45,83% meningkat pada pertemuan kedua sebesar 62,5% dan tampak juga pada siklus II pertemuan pertama berjumlah 66,66% dan pada pertemuan kedua meningkat sebesar 83,33%.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan peneliti adalah: 1. Bagi siswa, pada saat pembelajaran membuat keterampilan benda

konstruksi dari kertas trobos dengan menerapkan model pembelajaran koopertif untuk serius memperhatikan dan selalu mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan.

2. Bagi guru, dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran di sekolah khususnya dalam pembelajaran SBK, karena dapat meningkatkan keterampilan siswa terutama membuat keterampilan benda konstruksi, dan guru memahami langkah-langkah pembelajaran dengan baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukkan untuk meningkatkan kualitas keberhasilan pengajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu dan hasil pendidikan terutama pada pembelajaran SBK.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan perubahan-perubahan baru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif sehingga tujuan penelitian benar-benar tercapai dengan baik dan memperoleh pengelaman baru saat mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Anas, S. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Arikunto, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Julia. 2011. Penerapan Tehnik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Siswa Kelas 1 Seni Budaya dan Keterampilan SDN 013 Bukit Raya. Skripsi. Pekanbaru. Tidak Diterbitkan.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya. Robert E. S. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung.

(15)

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas.

Sudjana, N. (2005). Dasa –dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru. Tim Bina Karya. (2007). Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah dasar

kelas IV. Jakarta. Erlangga.

Tumurang, H.J. (2006). Pembalajaran Kreativitas Seni Anak Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas.

Yanti, E. (2008). Bagaimana Cara Meningkatkan Cara meningkatkan Keatifan Siswa Dalam Kegiatan Bernyanyi Pada Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) Dengan Menggunakan Alat Musik di SD 008 siswa kelas IV. Skripsi. Pekanbaru. Tidak Diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan dan Manajemen

5 Yarlina Yacoub ,“Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat” , Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan variabel lain yang mempengaruhi program pendidikan lebih kompleks dan bervariasi, dalam hal waktu penelitian, disarankan

Berdasarkan permasalahan tersebut, yang mana PAD dan DAU sebagai anggaran bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan daerah, sehingga penulis tertarik

Samsubar Saleh, M.Soc.Sc., Dr/ Sutjijana, M.Sc., Dr Kamis 10.00-12.30 Satyajaya Lt.2 Workshop Analisis Statistika (WAS) Team Teaching.. Akuntansi Keperilakuan

Hasil pertumbuhan bobot harian tidak berbeda dengan hasil pertumbuhan bobot mutlak, bahwa penambahan tepung keong mas dalam pakan, meningkatkan pertumbuhan bobot

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Projek Akhir Arsitektur tahap Landasan Teori dan Program dengan judul : Asrama Haji Embarkasi dan Debarkasi Jateng di Boyolali

Konsep yang digunakan pada perancangan resort di Kawasan Wisata Girimanik adalah konsep yang mengutamakan keseimbangan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya yang bersifat