PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected] Kyo Ki Ji Koku Sho (29) Pengenalan
Kyo Ki Ji Koku Sho adalah risalah diskusi pertama dari Nichiren Shonin yang membahas Lima Prinsip Dalam Penyebarluasan, sebuah ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra untuk menyelamatkan umat manusia pada Masa Akhir Dharma. Nichiren menyatakan bahwa seseorang yang berkeinginan untuk menyebarluaskan Dharma haruslah mengerti isi dari ajaran, kemampuan umat manusia, waktu untuk mengajarkan, tempat untuk mengajar, dan urutan pengajaran. Ia kemudian menjelaskan arti dari Lima Prinsip Penyebarluasan yang berdasarkan Saddharma Pundarika Sutra sebagai Ajaran Yang Tak Tertandingi, dan terakhir menekankan pentingnya penyebarluasan Saddharma Pundarika Sutra sekalipun harus mengorbankan hidup dan sekalipun harus menghadapi musuh dari Dharma bagi mereka yang berjalan dalam Dharma.
Risalah Ajaran, Kemampuan, Waktu dan Negara Oleh Nichiren Daishonin
Ajaran
Pertama dari semuanya, ajaran berarti mengacu pada semua sutra, doktrin dan komentar yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni dan murid-muridNya, yang berjumlah 5,048 paragraf dalam 480 kasus. Ajaran Buddha telah tersebar di India selama seribu tahun, kemudian 1,015 tahun setelah Sang Buddha moksa, ajaran ini kemudian disebarluaskan di China. Selama 664 tahun dari tahun ke-10 periode Yung-p'ing sepanjang pemeirntahan Kaisar Hsiao-ming akhir dari Han sampai tahun ke-18 dari periode K'ai-yiian sepanjang pemerintahan Kaisar Hsiian-tsung, semua naskah Buddhisme telah disebarluaskan.
Diantara semua sutra-sutra itu, doktrin dan komentar, mereka adalah ajaran Hinayana dan Mahayana, Sementara dan Sesungguhnya, dan ajaran Eksoterik dan Esoteris. Ini adalah yang terbaik teringat dalam pikiran.
Pengolongan ini bukanlah sebuah pendapat dari para komentator atau guru yang muncul setelah kemoksaan Sang Buddha tetapi berasal dari pengajaran Sang Buddha sendiri. Setiap orang harus menyadari ini ketika belajar Buddhisme. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mempercayai
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
pengolongan ini adalah bukan soerang Buddhis.
Menempatkan Sutra Agama dalam kategori ajaran Hinayana berasal dari ajaran Mahayana yang ditemukan dalam berbagai sutra seperti Sutra Hodo, Sutra Kebijaksanaan, Saddharma Pundarika Sutra dan Sutra Nirvana. Khususnya dalam Saddharma Pundarika Sutra, dinyatakan bahwa, “Jika Sang Buddha tidak membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, dan hanya membabarkan ajaran Hinayana, Ia akan terjatuh kedalam tingkat keburukan dan ketamakan.” Sutra Nirvana membabarkan, “Jika seseorang hanya memeluk ajaran Hinayana dan menyatakan bahwa Sang Buddha adalah tidak kekal, lidahnya akan terbakar dalam mulut karena karma-karma buruknya."
Kemampuan Umat Manusia
Hal kedua, mereka yang akan menyebarluaskan Buddhisme haruslah mengetahui kemampuan orang-orang untuk mengerti Dharma dan menerimanya.
Yang Arya Sariputra mencoba mengajar seorang tukang besi, yakni pelaksanaan meditasi tulang belulang untuk menyadari kekotoran diri, dan seorang tukang cuci dengan pelaksanaan menghitung nafas untuk mencapai ketenangan pikiran. Para muridnya, bagaimanapun, hanya mempelajari sedikit tentang ajaran Buddha dalam 90 hari. Sehingga, mereka melatih cara pandangan yang salah dan menjadi icchantika, seseorang yang tidak mempunyai kebaikan dalam diri mereka dan oleh karena itu, tidak mungkin dapat menjadi Buddha. Kemudian Sang Buddha mengajarkan kepada tukang besi untuk melaksanakan meditasi menghitung nafas dan tukang cuci melaksanakan meditasi tulang belulang, dan mereka seketika mengerti ajaran tersebut. Bahkan Sariputra, seseorang yang dikenal sebagai orang yang bijaksana, melakukan kesalahan dalam pengajaran berdasarkan kemampuan seseorang. Terlebih lagi, hal ini tidaklah mudah bagi seorang bodoh, umat awam dan para guru yang belum tercerahkan dalam Masa Akhir Dharma ini untuk menerjemahkan kemampuan seseorang.
Bagaimanapun, seorang guru biasa, tidak dapat membedakan atau melihat kemampuan seseorang, haruskah seketika mengajarkan Saddharma Pundarika Sutra kepada murid-muridnya.
Pertanyaan: Bagaimana cara kita memahami pernyataan dalam Bab III, “Sebuah Perumpamaan,” Saddharma Pundairka Sutra, “Kamu hendaknya tidak membabarkan sutra ini kepada orang-orang bodoh”?
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
Jawab: Ini berlaku bagi para guru-guru yang bijaksana, yang dapat membedakan kemampuan orang, tidak untuk guru biasa dalam Masa Akhir Dharma.
Kita juga tidak boleh semena-mena membabarkan Saddharma Pundarika Sutra kepada mereka yang memfitnah Dharma. Ini mempunyai hubungan dengan tambur beracun antara orang-orang yang tidak percaya dan Saddharma Pundarika Sutra sebagaimana yang dikatakan bahwa suara tambur beracun akan membunuh seseorng yang mendengarkannya. Ini sama seperti pelaksanaan dari Bodhisattva Sadaparibhuta yang dibabarkan dalam Bab “Bodhisattva Sadaparibhuta” Saddharma Pundarika Sutra.
Jika seseorang yang mempunyai kemampuan sebagai orang yang bijaksana, meskipun demikian, kita harus mengajarkan kepadanya sutra Hinayana terlebih dahulu, kemudian sutra sementara Mahayana, dan terakhir sutra sesungguhnya Mahayana, Saddharma Pundarika Sutra. Jika seseorang itu adalah seorang yang bodoh, bagaimanapun, kita harus mengajarkan dia Sutra Sesungguhnya Mahayana sejak awal, sehingga ia dapat menanam benih KeBuddhaan dalam kedua-duanya, Percaya dan Pemfitnahan.
Waktu
Ketiga, mereka yang akan menyebarluaskan Buddhisme haruslah mengetahui waktu yang tepat.
Sebagai contoh, Jika seorang petani menanam padi pada musim gugur atau dingin, ia tidak akan memperoleh panen dan mungkin ia akan mengalami kehilangan dan kerugian meskipun ia telah menabur benih yang sama pada bidang tanah yang sama dan bekerja keras seperti pada musim panas atau semi. Seorang petani yang menanami tanah seluas 900 meter persegi akan kehilangan sedikit, namun mereka yang menanami area 9000 atau 18000 meter persegi akan kehilangan banyak. Tetapi jika ia menanami padi pada musim semi atau panas, ia akan memperoleh panen sesuai dengan ukuran yang ia tanam. Hal yang sama dengan Buddhisme. Jika kita menyebarluaskan Dharma pada waktu yang salah, ia tidak hanya tidak efektif, tetapi juga akan menyebabkan kita terjatuh kedalam dunia iblis.
Walaupun Sang Buddha muncul di dunia ini untuk membabarkan Saddharma Pundarika Sutra, Ia tidak membabarkanNya sampai setelah empat puluh tahun atau karena waktunya belum tepat meskipun orangnya adalah sama dalam kapasitas untuk mengerti dan memeluk
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
Sutra ini. Oleh karena itu, dibabarkan dalam Bab “Kebijaksanaan” Saddharma Pundarika Sutra, “Ini karena waktunya masih belum tepat untuk itu (membabarkan Saddharma Pundarika Sutra).”
Selama seribu tahun Masa Kebenaran Dharma setelah kemoksaan Sang Buddha, banyak orang mengamati ajaran dan sedikit yang menjalankannya. Sepanjang seribu tahun kemudian, Masa Kepalsuan Dharma, setelah Masa Kebenaran Dharma, banyak orang yang melanggar ajaran dan beberapa orang tidak menerima ajaran manapun juga. Sepanjang masa sepuluh ribu tahun Masa Akhir Dharma, terdapat beberapa orang yang melanggar ajaran, tetapi banyak orang yang tidak menerima ajaran manapun juga. Pada Masa Kebenaran Dharma, kamu tidak harus memperdulikan mereka yang melanggar ajaran atau tidak menerima ajaran manapun juga, dan membuat persembahan kepada mereka yang mengamati ajaran. Pada Masa Kepalsuan Dharma, kamu tidak harus memperdulikan mereka yang tidak menerima ajaran manapun juga dan membuat persembahan kepada mereka yang melanggar ajaran. Pada Masa Akhir Dharma, memuja-muja mereka yang tidak menerima ajaran manapun juga dan membuat persembahan keapda mereka seolah-olah mereka adalah para Buddha.
Pada ke-tiga masa tersebut, bagaimanapun juga, kita tidak boleh memberikan persembahan kepada mereka yang menfitnah Saddharma Pundarika Sutra dengan mengabaikan apakah mereka mengamai ajaran, melanggar atau tidak mengindahkannya. Jika kita memberikan persembahan kepada para pemfitnah Saddharma Pundarika Sutra, tiga bencana dan tujuh musibah akan menimpa negara dan orang-orang akan segera terjatuh dalam Neraka Avici. Seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra mengkritik sutra-sutra sementara sama seperti seorang penguasa yang memperingatkan para pelayannya, seorang orang tua memperingatkan anaknya, atau seorang guru memperingatkan muridnya. Seorang pelaksana sutra sementara mengkritik Saddharma Pundarika Sutra, sebaliknya sama seperti seorang pelayan yang menghukum majikannya, seorang anak menghukum orangtuanya, atau seorang murid menghukum gurunya.
Sekarang dua ratus tahun atau lebih sejak kita memasuki Masa Akhir Dharma. Apakah ini waktunya untuk ajaran sementara seperti nembutsu untuk tersebarluaskan, atau waktu untuk Saddharma Pundarika Sutra? Kita harus merenungkan waktunya untuk menyebarluaskan Dharma.
Buddhisme dan Negara
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
memahami negara dan masyarakatnya.
Apakah mereka negara yang beriklim dingin atau panas, miskin dan kaya, yang terletak dipusat dan daerah, besar dan kecil, negara dengan banyak pencuri, pembunuh atau tanpa anak-anak. Juga apakah di negara tersebut ajaran Hinayana tersebarluas secara menyeluruh, ajaran Mahayana tersebarluas secara menyeluruh, atau kedua-dua ajaran tersebar bersamaan.
Jepang adalah sebuah negara dimana ajaran Hinayana yang tersebarluas secara menyeluruh atau ajaran Mahayana atau kedua ajaran sekaligus? Kita harus dengan serius merenungkan hal tersebut.
Urutan Penyebarluasan
Pada bagian ke-lima, kita harus menyadari urutan penyebarluasan Dharma. Dalam sebuah negara dimana Buddhisme belum tersebar sama sekali, ada orang-orang belum pernah mendengarkan ajaran Buddha. Dalam sebuah negara dimana Buddhisme telah tersebarluas, adakah orang-orang yang percaya dalam ajaran. Kita harus sadar akan hal itu sebelum ajaran disebarluaskan, kemudian menyebarkan ajaran satu tingkat diatas itu.
Jika Hinayana atau ajaran sementara Mahayana sudah diajarkan sebelumnya, ajaran Mahayana Sesungguhnya harus disebarluaskan. Jika ajaran Mahayana Sesungguhnya telah diajarkan, maka ajaran Hinayana atau Mahayana Sementara tidak harus disebarluaskan. Kita harus membuang batu atau puing-puing dan mengambil permata tulen. Jangan membuang permata tulen demi pecahan ubin atau kerikil. Ini adalah poin-poin terpenting dalam menyebarluaskan Buddhisme. Jika seseorang mengerti ke Lima Prinsip Penyebarluasan untuk menyebarkan Dharma ini, ia akan menjadi seseorang guru negara, membimbing orang-orang di Jepang ke jalan yang benar.
Ia Yang Mengetahui Ajaran
Ketika seseorang mengenali Saddharma Pundarika Sutra sebagai raja dari semua sutra, orang itu dapat dikatakan sebagai seseorang yang mengerti ajaran yang sebenarnya.
Bagaimanapun, seperti para bhiksu Fa-yiin dari Kuil Kuang-che-ssu dan Hui-kuan dari Kuil Tao-ch'ang-ssu mengklaim bahwa Sutra Nirvana lebih unggul daripada Saddharma Pundarika Sutra. Ch'eng-kuan dari Gunung Ch'ing-liang dan Kobo dari Gunung Koya menegaskan bahwa Sutra
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari Agung lebih unggul dibandingkan Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan Chi-tsang dari Kuil Chia-hsiang-ssu dan Guru Chi dari Kuil Tz'u-en menjaga Sutra Kebijaksanaan dan Sutra Pembabaran Rahasia dan Dalam lebih unggul dibandingkan Saddharma Pundarika Sutra.
Maha Guru T'ien-t'ai, sebagai pembanding, tidak hanya menegaskan bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah yang paling unggul diantara semua sutra, tetapi juga menyatakan, “Memprotes mereka-mereka yang mengklaim bahwa ada sutra lain yang lebih unggul dibandingkan Saddharma Pundarika Sutra. Jika mereka tidak menghentikan klaim tersebut, lidah mereka akan bernanah dalam tubuh mereka sekarang, dan mereka akan terjatuh kedalam Neraka Avici setelah kematian sebagai akibat dari karma-karma buruk pemfitnah terhadap Saddharma Pundarika Sutra.”
Kemudian, hanya mereka yang secara menyeluruh dapat melihat atau membedakan antara Saddharma Pundarika Sutra dan sutra-sutra lainnya dapat dikatakan telah memahami ajaran.
Banyak para sarjana pada saat sekarang tidak memahami hal ini dengan baik, sehingga sedikit sekali yang terliaht benar-benar memahami ajaran. Para sarjana yang sedikit tersebut yang memahami ajaran, hanya sedikit diantara mereka yang benar-benar membaca Saddharma Pundarika Sutra. Jikta tidak terdapat seorang pun yang membaca Saddharma Pundarika Sutra, maka tidak ada seorang pun yang dapat membimbing negara ini dengan bijaksana. Jika tidak terdapat seorang pemimpin yang benar, orang-orang di negara ini tidak akan mengetahui perbedaan antara Hinayana dan Mahayana, Sementara dan Sebenarnya, dan ajaran Eksoterik dan Esoteris. Sebagai hasilnya, tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari belenggu hidup dan mati, dan semua orang akan menjadi seorang pemfitnah Dharma. Banyak orang-orang sejumlah partikel debu didunia akan percaya kepada Dharma Iblis, dan jatuh kedalam Neraka Avici. Mereka yang terlepas dari ilusi hidup dan mati melalui ajaran sesungguhnya adalah sedikit bagaikan pasir yang ada diatas kuku. Betapa mengerikan!
Mereka Yang Mengetahui Kemampuan Umat Manusia
Selama 400 tahun, sejak pemerintahan Kaisar Kanmu, kemampuan semua orang-orang di Jepang untuk mengerti dan memeluk Saddharma Pundarika Sutra secara keseluruhan telah mencapai tahap akhir. Kemampuan mereka memahami Dharma sama seperti mereka yang mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra yang dibabarkan oleh Buddha
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
Sakyamuni di Gunung Gridhrakuta selama delapan tahun. (Ini terbukti dalam tulisan Maha Guru T'ien-t'ai, Pangeran Shotoku, Yang Arya Chien-chen, Maha Guru Dengyo, Yang Arya Annen dan Eshin.) mereka ini adalah orang-orang yang dengan tepat memahami kemampuan orang-orang.
Para sarjana saat sekarang, bagaimanapun, menyatakan bahwa “Orang-orang Jepang haruslah diselamatkan dengan menyebut nama dari Buddha Hidup Abadi (Nembutsu).” Ini sama seperti Sariputra, yang tidak mengetahui dan memahami kemampuan para muridnya sehingga menyebabkan mereka menjadi icchantika.
Saddharma Pundarika Sutra Untuk Masa Akhir Dharma
Mengenai negara Jepang pada hari ini, 2,210 tahun telah berlalu sejak Sang Buddha moksa. Kita berada dalam periode 500 tahun ke-lima atau Masa Akhir Dharma, dan ini adalah waktu yang tepat untuk menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra sebagaimana yang dibabarkan dalam sutra. Ketahuilah bahwa Masa Akhir Dharma adalah waktu yang tepat untuk Saddharma Pundarika Sutra untuk tersebarluaskan adalah mengetahui waktu yang benar.
Saat sekarang di Jepang, bagaimanapun, beberapa sarjana membuang Saddharma Pundarika Sutra dan menyebut Nembutsu secara luas, sedangkan yang lain mengajarkan ajaran Hinayana dan para bhiksu-bhiksu rendah di Gunung Hiei mengamati ajaran Mahayana. Sedangkan para sarjana lainnya menegakkan ajaran penyampaian khusus tanpa literatur dan makna lisan dan mengabaikan Saddharma Pundarika Sutra. Para sarjana ini tidak mengetahui bahwa Masa Akhir Dharma adalah waktu dimana orang-orang harus diselamatkan dengan Saddharma Pundarika Sutra.
Sama seperti halnya Bhiksu Buddhis Shoi, yang menfitnah Bodhisattva Kikon, dan Komentator Gunaprabha, yang merendahkan Bodhisattva Maitreya, kedua-duanya tersiksa dalam Neraka Avici, maka demikian juga halnya orang-orang ini akan menderita dalam Neraka.
Saddharma Pundarika Sutra Untuk Jepang
Jepang adalah sebuah negara dimana Saddharma Pundarika Sutra harus tersebarluas secara menyeluruh, dalam hal yang sama dimana Kerajaan Sravasti di India adalah sebuah negara dimana ajaran Mahayana tersebar luas dimana-mana. Di India, beberapa wilayah Hinayana tersebarluas, dan daerah lain Mahayana, dan sedangkan daerah lain ajaran Hinayana dan Mahayana kedua-duanya tersebarluas. Jepang adalah sebuah negara
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
khusus untuk ajaran Mahayana. Ajaran Mahayana, khususnya Mahayana Sesungguhnya, Saddharma Pundarika Sutra, harus tersebarluas di Jepang (Sebagaimana yang tercatat dalam tulisan “Risalah Tingkatan Pelaksanaan Yoga, Catatan Penerjemahan Saddharma Pundarika Sutra oleh Seng-chao; Biografi dari Pangeran Shikoku; Maha Guru Dengyo dalam Prinsip Memahami Saddharma Pundarika Sutra dan Risalah Melindungi Negara; dan Penafsiran Menyeluruh oleh Yang Arya Annen). Demikian, memahami secara baik bahwa Jepang adalah sebuah negara dimana Saddharma Pundarika Sutra akan tersebarluaskan adalah pemahaman sesungguhnya tentang negara.
Meskipun demikian, para sarjana di Jepang saat sekarang mengarahkan orang-orang secara khusus kepada ajaran Hinayana, atau mendorong mereka semata-mata untuk pelaksanaan Nembutsu. Ini sama saja meletakkan makanan basi diatas piring pusaka. (Kiasan tentang Piring Pusaka digunakan dalam Risalah Melindungi Negara oleh Maha Guru Dengyo.)
Urutan Penyebarluasan Di Jepang
Sepanjang pemerintahan Kaisar Kimmei, Buddhisme mulai disebarluaskan dari Paekche ke Jepang. Selama 240 tahun atau lebih, sampai pemerintahan Kaisar Kammu, hanya ajaran Hinayana dan Semi Mahayana yang tersebarluaskan di Jepang. Meskipun Saddharma Pundarika Sutra telah dibawa ke Jepang, makna sesungguhnya tidak pernah diungkapkan. Situasi yang sama terjadi di China, dimana selama 300 tahun setelah Saddharma Pundarika Sutra diterjemahkan, makna sesungguhnya tidak diungkapkan.
Sepanjang pemerintahn Kaisar Kammu, Maha Guru Dengyo muncul, menyangkal ajaran Hinayana dan Semi Mahayana, dan mengungkapkan kebenaran dari Saddharma Pundarika Sutra. Setelah itu, tidak seorang pun menyangkal atau keberatan terhadapnya dan semua orang percaya dalam Saddharma Pundarika Sutra. Bahkan para sarjana dari enam sekte di Nara, yang dikenal mengambil perlindungan dalam sutra Mahayana dan Hinayana seperti Sutra Karangan Bunga, Sutra Kebijaksanaan, Sutra Pembabaran Rahasia dan Dalam, dan Sutra Agama, membuat Saddharma Pundarika Sutra sebagai inti dari seluruh ajaran Sang Buddha, demikian juga para sarjana Tendai dan Shingon. Kejadian ini sangat alami sama seperti tidak adanya batu-batu di Gunung Kun-lun atau tidak ada racun di Gunung P'eng-lai.
Sepanjang 50 tahun terakhir atau sejak periode Kennin, bagaimana pun, Dainichi-bo Nonin dan Butchi-bo Kakuan menyebarluaskan Buddhisme
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
Zen, dan Honen dan Ryukan mendirikan Sekte Tanah Suci. Mereka meremehkan ajaran Mahayana Sesungguhnya, Saddharma Pundarika Sutra dan membabarkan ajaran sementara, atau mereka membuang semua sutra Sang Buddha, menegakkan ajaran penyampain khusus tanpa literatur dan makna lisan. Ajaran mereka bagaikan membuang sebuah permata untuk sebuah batu karang, atau meninggalkan bumi untuk terbang diangkasa. Mereka tidak menyadari urutan penyebarluasan Buddha Dharma.
Sang Buddha memperingatkan kita dalam Sutra Nirvana, “Berhati-hatilah, Adalah lebih baik terbunuh oleh seekor gajah liar daripada disesatkan oleh seorang teman iblis atau jahat (pemimpin)’ (seekor gajah hanya menghancurkan badan, tetapi teman iblis membimbing kita kepada Neraka dan menghancurkan kedua-duanya badan dan pikiran.)”
Tiga Jenis Musuh Saddharma Pundarika Sutra
Sebagaimana telah diprediksi dalam Saddharma Pundarika Sutra, dalam Bab XIII “Dorongan Untuk Menegakkan Sutra ini,” bahwa 2000 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha, pada Masa Akhir Dharma, tiga jenis musuh akan muncul melawan mereka yang menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Waktu yang tepat dari Masa Akhir Dharma dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra sebagai “Periode 500 tahun ke-lima” setelah kemoksaan Sang Buddha. Ketika Aku, Nichiren, merenungkan ada atau tidaknya bukti kata-kata Sang Buddha, tiga jenis musuh secara pasti telah ada saat sekarang. Jika Aku menyangkal keberadaan ke Tiga Jenis Musuh tersebut dan menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra sebagai sebuah cara untuk menghindari penyiksaan, Aku tidak dapat mengklaim diri sebagai pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Pada sisi lain, jika Aku menyebarluaskan sutra ini sedemikian sehingga Aku dianiayai oleh musuh, Aku pasti akan kehilangan hidupKu.
Pada bagian paragraf ke-empat Saddharma Pundarika Sutra, dalam Bab X “Guru Dharma,” dibabarkan, “Terdapat banyak orang yang membenci sutra ini (Saddharma Pundarika Sutra) dengan penuh kedengkian bahkan pada masa hidupKu. Tidak dapat dikatakan lagi, lebih banyak orang akan melakukannya setelah kemoksaanKu.” Pada paragraf kesembilan dalam sutra yang sama, Bab XIV “Pelaksanaan Yang Tenang,” dibabarkan, “Aku tidak pernaha membabarkan Saddharma Pundarika Sutra ini sebelumnya sebab, jika Aku melakukannya, banyak orang di dunia akan membencinya dan sedikit yang akan percaya.” Juga dinyatakan dalam Bab XIII “Dorongan Untuk Menegakkan Sutra Ini,” “Kita tidak akan menyerahkan meskipun kehilang hidup. Pusaka kita hanyalah Penerangan Yang Tak Tertandingi.” Bab XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” dibabarkan, “Mereka yang berkeinginan untuk melihatKu (Sang Buddha) haruslah
PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id
Email: [email protected]
dengan sepenuh hati mengorbankan hidup mereka.”
Pada paragraf kesembilan Sutra Nirvana, dalam Bab “Karakter Sang Buddha,” dikatakan, “Sebagai contoh, bagaikan seorang laki-laki, yang ahli dalam perdebatan dan pandai berbicara, yang diutus oleh seorang raja ke negara lain dan mempunyai misi menyampaikan pesan dari raja dengan resiko hidupnya sendiri. Orang bijaksana dalam Buddhisme adalah sama demikian halnya. Bahkan jika seorang umat biasa, janganlah menyia-nyiakan hidupnya sendiri tetapi membabarkan Mahayana, ajaran agung persamaan.” Maha Guru Chang-an menafsirkan kata-kata ini sebagai, “Janganlah merahasiakan ajaran Buddha meskipun jika kamu harus kehilangan hidupmu berarti bahwa hidup kita adalah tidak berarti ketika dibandingkan pada keadaan mendalam Dharma, oleh karena itu sebarluaskanlah Dharma dengan segala resiko hidup kita.”
Melihat pernyataan dalam naskah ini, kita tidak dapat mengatakan diri sebagai pelaksana Saddharma Pundarika Sutra sejati jika belum berhadapan pada ke-tiga jenis musuh dalam menyebarluaskan Dharma. Dia yang menyebarluaskan Jalan Dharma sehingga menyebabkan muncul ke-tiga jenis musuh adalah seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra sejati. Jik ia melakukan hal itu, bagaimana pun, ia akan kehilangan hidupnya. Ia sama seperti Aryasimha, sebagai contoh, ia dipancung oleh Raja Dammira, dan Aryadeva, yang dibunuh oleh seorang bukan Buddhis.
Tanggal 10 Bulan Ke-Dua Nichiren (signature)