• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH ORIENTASI SUDUT ANYAMAN SERAT CANTULA

TERHADAP SIFAT MEKANIK (BENDING, TARIK PAKU,

DAYA PERMESINAN) DAN DENSITAS PADA KOMPOSIT

SEMEN SERBUK AREN–CANTULA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik

Oleh : DWI MASRURI

NIM I1404012

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

MOTTO

v

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan

manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang mengajar manusia dari segala yang belum diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5).

v “Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan

menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satudari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi dengan rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barang siapa berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat akan hisabnya” (H.R Muslim)

v If you want something you’ve never had, you must be willing to do something

you’ve never done.

(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini dipersembahkan untuk:

§ Allah SWT, Raja Manusia

§ Muhammad utusan Allah, Sang Penyempurna Akhlaq

§ Bunda Hj.Kusrini (alm), darah, air mata, dan keringatnya ada

di tubuhku

§ Ayah H. Muhammad Suhadi, Mentor terbaik

§ Khusnul Chotimah, Kekasih hati yang menyentuh raga ini

dengan jemari hati

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH ORIENTASI SUDUT

ANYAMAN SERAT CANTULA TERHADAP SIFAT MEKANIK (BENDING, TARIK PAKU, DAYA PERMESINAN) DAN DENSITAS PADA KOMPOSIT SEMEN - SERBUK AREN–CANTULA”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis mengharap kritik dan saran guna mengoreksi dan memperbaiki atas kekurangan yang ada sehingga didapat hasil yang lebih baik. Dengan berbagai keterbatasan itulah, maka Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan semata-mata disusun berdasarkan kemampuan Penulis sendiri, melainkan karena mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan ini dapat terselesaikan dengan baik, sehingga pada kesempatan kali ini dengan segala ketulusan hati dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Wijang Wisnu Raharjo, MT.,selaku Pembimbing Skripsi I yang telah

banyak memberikan bimbingan, dorongan dan masukan yang berharga.

2. Bapak Dody Ariawan, ST, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik UNS serta selaku Pembimbing Skripsi II.

3. Bapak Didik Djoko Susilo ST, MT. selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Wahyu, ST, MT., selaku Koordinator Skripsi Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik UNS.

5. Bapak dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS yang telah banyak

(6)

commit to user

vi

6. Ibu, Bapak, adik dan kakakku yang selalu menyayangi, memotivasi dan selalu

mendoakanku.

7. Teman-teman tim komposit Danang Wijayanto, Eko Purwanto dan Ngadiman

atas bantuan dan masukannya.

8. Yogik Dwi Mustopo, Daryono, Marlon Marlindo, Agus Winoto, serta

teman-teman mahasiswa Teknik Mesin UNS, maju terus pantang mundur.

9. Rekan-rekan Kost Griya Nuansa dan Studio Kamar Gelap.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya pada penulisan skripsi ini.

Surakarta, April 2011

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan dan Manfaat ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Dasar Teori ... 7

2.3. Komponen Penyusun Komposit ... ... 12

2.3.1 Semen ... ... 12

2.3.2 Serat... . 14

2.3.3 Air... 15

2.3.4 Additive... 16

2.4. Fraksi Berat Komposit... 19

2.5. Sifat Fisik dan mekanik... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1. Tempat Penelitan ... 23

3.2. Bahan Penelitian ... 23

3.3. Alat Penelitan ... 23

3.4. Parameter ... 24

3.5. Prosedur Penelitan ... 24

3.6. Teknik Analisis Data... 28

3.7. Cara Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian ... 28

3.8. Diagram Alir Penelitian ... 29

BAB IV DATA DAN ANALISIS... 30

4.1. Pengaruh Orientasi Sudut Anyaman Terhadap Densitas Komposit... 30

4.2. Pengaruh Orientasi Sudut Anyaman Terhadap Kekuatan Bending Komposit... 32

(8)

commit to user

viii

4.4. Pengaruh Orientasi Sudut Anyaman Terhadap Daya Permesinan... 36

BAB V KESIMPULAN ... 37

5.1. Kesimpulan ... 37

5.2. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis – Jenis Semen... 13

Tabel. 2.2. Susunan Unsur Semen Portland………... 13

Tabel. 2.3.Sifat Serat Cantula... 15

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.PembagianKelas Material ... 8

Gambar 2.2.Comntinuous Fiber Composite ... 9

Gambar 2.3.Woven Fiber Composite ... 9

Gambar 2.4. Anyaman 2D dan 3D ... 10

Gambar2.5. Chopped fiber composite ……… 10

Gambar2.6.Hybrid composite ………... 10

Gambar 2.7.Particulate Composites ……….……. 11

Gambar 2.8.Laminated Composite……….………… 11

Gambar 2.9 Ikatan pada komposit……….. 12

Gambar 2.10 Pengaruh additive CaCl2 terhadap temperatur hidrasi pasta semen…18 Gambar 2.11 Pengaruh CaCl2 terhadap kekuatan (MOR dan MOE)………19

Gambar 2.12 Skema uji densitas………. 20

Gambar 2.13 mesin milling dan fluke meter……… 20

Gambar.2.14 Skema uji tarik paku……… 21

Gambar 2.15Skema uji bending……….. 21

Gambar 3.1 Dimensi spesimen uji densitas………. 26

Gambar 3.2 Dimensi spesimen bending……….. 27

Gambar 3.3 Dimensi spesimen uji tarik paku……….. 27

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian……… 28

Gambar 4.1. Hubungan densitas-orientasi sudut anyaman... 30

Gambar 4.2. Bentuk anyaman serat cantula... 31

Gambar 4.3. Hubungan kekuatan bending–orientasi sudut anyaman…………...32

Gambar 4.4. Foto Makro Perpatahan Uji Bending...33

Gambar 4.5. Foto SEM permukaan patah bending komposit...34

Gambar 4.6. Hubungan gaya tarik paku-orientasi sudut anyaman………….... 34

Gambar 4.7. Nilai gaya tarik paku beberapa material...35

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Uji Densitas... 38

Lampiran 2: Data Uji Bending ... 39

Lampiran 3: Data Uji Tarik Paku ... 40

(12)

commit to user

xii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh orientasi sudut anyaman serat cantula terhadap nilai densitas, kekuatan bending, gaya tarik paku dan daya permesinan.

Komposit terdiri dari semen dan serbuk aren sebagai matrik, serat cantula

sebagai penguat dan CaCl2sebagai additive. Proses pembuatan komposit

menggunakan metode tekan, dengan orientasi sudut anyaman serat cantula(00/900,

150/1050, 300/ 1200, 450/1350). Pengujian densitas mengacu pada ASTM D 792, pengujian bending mengacu pada ASTM D 6272, sedangkan pengujian tarik paku pada ASTM D 1037.

Hasil pengujian menunjukkan nilai densitas dan gaya tarik pakumeningkat seiring dengan bertambahnya sudut anyaman serat cantula sampai dengan sudutanyaman 30o/120o,akan tetapi dari sudut 30o/120o ke sudut 45o/135o terjadi penurunan densitas dan gaya tarik paku.Nilai densitas dan gaya tarik paku tertinggi

berturut-turut 1340 kg/m3 dan 241,8 N dicapai pada komposit dengan orientasi sudut

anyaman 300/1200, sedangkan nilai terendahnya berturut-turut 1295 kg/m3 dan 241,4

N terjadi pada komposit berorientasi sudut 00/900. Sedangkan untuk nilai kekuatan

bending dan daya permesinan meningkat seiring meningkatnya anyaman serat cantula.Nilai kekuatan bending dan daya permesinan tertinggi berturut-turut 17,08

MPa dan 1,698 kW dicapai pada komposit berorientasi sudut 450/1350, sedangkan

nilai terendahnya (15,76 Mpa dan 1,690 kW) terjadi pada orientasi sudut 00/900.

(13)

commit to user

xiii

ABSTRACT

The aim of this research is to investigate the effect of angle orientation of cantula fiber woven on the mechanical properties (bending, nail withdrawal, power of machinery) and the density of cement arenga pinnata-cantula composite.

The composite consist of cement and arenga pinnata as the matrix, cantula

fiber as reinforcement and CaCl2 as the additive. Composite manufacturing process

using press method, and the angle orientation of cantula fiber woven were 00/900,

150/1050, 300/1200, 450/1350. Bending test is based on ASTM D 6272, nail

withdrawal test is referred to ASTM D 1037, and density test is accorded to ASTM D 792.

The results of the research indicates that the value of density and nail withdrawal increase up to 300/1200 angle orientation then decline at 450/1350 angle

orientation. The highest value of density and nail withdrawal (1340 kg/m3, 241,8 N)

was achieved at 300/1200 angle orientation, and the lowest value (1295 kg/m3, 241,4

N) was occured at 450/1350angle orientation. It was observed that increasing angle orientation of cantula fiber woven increased the value of bending strength and power of machinery. The highest value of bending strength and power of machinery (17,08

MPa, 1,698 kW)wasreached at 450/1350 angle orientation, and the lowest value(15,76

MPa, 1,690 kW)wasoccured at 00/900 angle orientation.

(14)

commit to user

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan material komposit di bidang rekayasa dewasa ini sangatlah pesat. Pemanfaatannya sebagai bahan pengganti logam sudah semakin luas, seperti untuk peralatan olahraga, sarana transportasi baik darat, laut maupun udara. Begitu juga di bidang konstruksi dan peralatan antariksa. Keuntungan penggunaan material komposit antara lain tahan korosi, rasio antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, murah dan proses pembuatannya mudah (Gay, dkk, 2003).

Industri kayu merupakan sektor industri andalan di Propinsi Jawa Tengah yang menampakkan gejala kesulitan mencari bahan baku furniture yang murah dan berkualitas. Kondisi seperti ini disebabkan berkurangnya pasokan kayu akibat adanya pembatasan penebangan hutan kayu tanaman industri di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, produk industri permebelan di Jawa Tengah pertumbuhannya menurun akibat bahan baku yang berkurang. Kontribusi ekspor produk mebel pada tahun 2000 sebesar 34,33% dari total nilai ekspor produk kayu olahan dan mebel nasional dan pada tahun 2004 kontribusinya menurun menjadi 18,50%. Industri pengolahan kayu khususnya produk pengerjaan kayu (wood working) dan mebel di Jawa Tengah

membutuhkan bahan baku kayu sebesar 2 juta m3/ tahun (Malik. J, dkk, 2008).

Sementara disisi lain, di Desa Bendo, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdapat sentra produksi industri pati aren yang menghasilkan produk seperti tepung aren dan mie soun. Industri makanan ini menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan industri makanan. Peningkatan ini meningkatkan pula jumlah limbah yang hampir 50 ton per hari. Limbah ini berupa limbah serat yang mengandung selulosa yang berpotensi sebagai bahan alternatif untuk industri furniture, seperti hanya artificial wood komposit semen limbah aren. (Indarto, 2010).

(15)

commit to user

xv

Aren (Arenga Pinnata) merupakan tanaman serba guna. Tanaman palma daerah tropis basah ini beradaptasi dengan baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga daerah berketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Dalam industri pembuatan papan semen, dibutuhkan material penguat yang mempunyai sifat kekuatan yang tinggi, elastis dan diameter serat seragam. Serat aren berbeda dengan serat kayu, serat aren bersifat elastis, jaringan formasinya tampak lebih homogen. Dalam hal ini serat aren memenuhi kriteria untuk dijadikan filler komposit (Arif, 2006).

Serat cantula adalah serat alam yang berasal dari ekstraksi daun tanaman

Agave Cantula Roxb. Tanaman ini banyak dijumpai dan tumbuh di daerah

Kulonprogo yaitu di Daerah Istemewa Yogyakarta (DIY) sampai dengan Temanggung, Jawa Tengah. Serat cantula berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Yogyakarta, mempunyai kandungan selulose sekitar 64,23%, sehingga berpotensi sebagai bahan penguat komposit (Raharjo, 2003).

Cement bonded particleboad (CBP) merupakan salah satu cara memproduksi

panel komposit yang memanfaatkan berbagai serat alam semisal bambu, sekam padi, ampas tebu, daun kering yang dibuat menjadi serpihan kecil dan disatukan dengan menggunakan semen. Komposit yang tersusun dari serat alam sebagai filler, memiliki berbagai keunggulan antara lain densitasnya rendah, tidak mudah patah murah, murah dan ramah lingkungan (Rowell, dkk, 1997).

Hasil pengujian bending menunjukkan bahwa kekuatan bending serat kulit

rotan dengan variasi arah serat bersilangan 450 lebih besar daripada arah serat searah

00/900. Dimana nilai arah serat searah 00/900 sebesar 2,678 Kg/mm2 dan untuk arah serat searah 450 sebesar 3,1632 Kg/mm2, akan tetapi nilai hasil pengujian tersebut belum dapat digunakan sebagai serat penguat dalam pembuatan kulit badan kapal karena belum memenuhi standard yang telah ditentukan. Yang mengacu pada Rules

and Regulation For The Classification And Construction of Ships of Fiberglass

(16)

commit to user

xvi

Aplikasi serat dalam bidang komposit dapat digunakan sebagai penguat menggantikan serat kayu, sehingga akan menghemat supply tumbuhan/kayu komersial. Dalam hal ini dimanfaatkan sebagai bahan penguat alternatif pada produk komposit semen seperti: papan, atap, eternit, ataupun struktur arsitektur.

Pada penelitian ini serat yang digunakan adalah serat cantula sebagai serat panjang dan serbuk aren sebagai serat pendek yaitu hasil limbah produksi tepung aren sebagai material pembuatan komposit dengan pertimbangan bahwa serat mempunyai sifat elastis, diameter yang seragam, dan relatif murah. Penelitian tentang komposit semen ini diharapkan akan melengkapi kekurangan dari material yang sudah ada, sehingga jika penelitian ini berhasil, maka akan didapatkan sifat komposit semen-serat yang optimal sehingga dapat mengganti kayu.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut bagaimana pengaruh orientasi sudut anyaman serat cantula pada komposit semen

serbuk aren (Arenga Pinnata) terhadapkarakteristik sifat mekanik (kekuatan bending,

gaya tarik paku dan daya permesinan) dan fisiknya berupa densitas.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menentukan arah penelitian yang baik, ditentukan batasan masalah sebagai berikut:

1. Diameter cantula dianggap seragam.

2. Letak anyaman serat cantula di dalam komposit berada di tengah.

1.4. Tujuan dan Manfaat

Tujuan utama dari penelitan ini adalah:

Meneliti pengaruh orientasi sudut anyaman serat cantula pada komposit semen-serbuk aren (Arenga Pinnata) terhadap kekuatan bending, gaya tarik paku, daya permesinan dan densitas

Manfaat Penelitian :

(17)

commit to user

xvii

2. Sebagai salah satu alternatif mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan limbah serat aren yang tidak termanfaatkan, untuk bahan baku pembuatan

hardboard.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, perumusan masalah, batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian dan teori-teori yang berhubungan dengan komposit semen-aren. BAB III : Metodologi penelitian, berisi peralatan yang digunakan,

langkah-langkah percobaan dan prosedur pengujian.

BAB IV : Data dan analisis, berisi data hasil pengujian, perhitungan data hasil pengujian serta analisis hasil dari perhitungan.

BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran-saran bagi peneliti selanjutnya.

(18)

commit to user

xviii

BAB II DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Material komposit dalam bentuk komposit panel telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi sruktural maupun non struktural, seperti untuk furniture dan struktur pada gedung (Youngquist, dkk, 1997).

Serat alam sebagai filler komposit polimer mulai banyak digunakan sebagai pengganti filler sintetik dalam kehidupan sehari-hari, mengingat serat alam ini mempunyai banyak kelebihan dibanding serat buatan. Kelebihan-kelebihan utama menggunakan serat alam sebagai filler yaitu densitasnya rendah, mudah diuraikan alam, sehingga menghasilkan sifat kekakuan yang tinggi, tidak mudah patah, jenis dan variasinya banyak, hemat energi dan murah (Rowell, dkk, 1997).

Saat ini sudah ada penelitian tentang komposit panel sebagai material pengganti kayu, serat aren dapat digunakan sebagai material pengisi (filler) dan serat

cantula sebagai penguat pada komposit panel. Cement bonded particleboard (CBP)

merupakan salah satu cara memproduksi panel komposit yang memanfaatkan berbagai serat alam semisal: bambu, sekam padi, serta daun kering yang dibuat menjadi serpihan kecil dan disatukan dengan menggunakan semen. Bahwa bambu dapat digunakan sebagai material pengisi pada komposit semen, untuk aplikasi di perumahan dan ramah lingkungan (Sudin, dkk, 2003).

Menurut Asyifa (2005), penelitiannya yang menggunakan semen CaCl2

sekam padi menunjukan karakteristik yaitu, penambahan fraksi berat sekam pada komposit semen-sekam meningkatkan nilai modulus elastisitas bendingnya. Ikatan antarmuka yang lemah antara matrik dan sekam pada komposit menyebabkan turunnya kekuatan tarik dan kekuatan bending.

Erakhrumen dkk (2008) melakukan penelitian tentang sifat fisik dan mekanik pada papan komposit menggunakan campuran serbuk kayu pinus dan serabut kelapa dengan semen sebagai matrik. Perbandingan semen dengan campuran kayu pinus serabut kelapa yaitu 2:1 dan 2:2. Dari pengujian nilai densitas dan kekutan bending

(19)

commit to user

xix

terbesar pada perbandingan 2:1 dan kadar air terbesar pada perbandingan 2:2. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dari material komposit.

D’Almeida (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh tekanan pengepresan sebesar (0 dan 3 Mpa) terhadap kekuatan bending. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat Curaua dan matrik yang terbuat dari semen : pasir : air sebesar (1: 1 : 0,4). Matrik dibuat dengan cara mencampur semen dan pasir kemudian diaduk selama 30 detik, selanjutnya superplasticizer dilarutkan dalam air. Semua bahan dicampur jadi satu dan diaduk selama 3 menit agar homogen. Pada proses pencetakan matrik dituang dalam cetakan satu lapis matrik dikuti dengan anyaman serat, kemudian cetakan ditutup dengan diberi tekanan 0 dan 3 MPa. Dari hasil penujian menunjukan, tekanan pengepresan 0 MPa memiliki kekuatan bending (27.52 MPa) dan tekanan pengepresan 3 MPa memiliki kekuatan bending (23.70 MPa).

Ariawan (2010), melakukan penelitian pengaruh kandungan CaCl2 terhadap

kekuatan bending komposit semen-aren. Dimana semakin tinggi kandungan CaCl2

maka kekuatan bending, dan densitas komposit semen-aren juga semakin meningkat.

Kekuatan bending tertinggi terdapat pada komposit dengan kandungan 10% CaCl2

sebesar 135 Mpa. Selain itu pengamatan SEM diketahui bahwa uji pada komposit

dengan kandungan 10% CaCl2terjadi pemadatan matrik yang lebih tinggi dari pada

kandungan 0%.

Sifat mekanik dan fisik dari komposit semen yang diperkuat serat tergantung pada beberapa parameter seperti densitas komposit, rasio semen : serat, kekuatan serat, jenis perlakuan serat serta material tambahan. Komposit yang diperkuat dengan serat limbah aren memiliki karakteristik mudah diterapkan pada komponen-komponen yang mempunyai bentuk kompleks dan rumit, biaya produksi murah dan bersifat mendekati isotropik. Pemakaian serat pendek ini akan memudahkan proses permesinan yang dibutuhkan pada proses finishing (Kristiawan, dkk, 2006).

Hasil pengujian densitas dan kekuatan bending semakin meningkat seiring

(20)

commit to user

xx

(11,916 MPa) tertinggi diperoleh pada komposit dengan fraksi berat semen 0,50, serapan air semakin menurun seiring penambahan fraksi berat semen (Machbubi, 2010).

Hasil pengujian menunjukkan nilai densitas, konduktivitas panas dan kekuatan bending komposit meningkat seiring bertambahnya tekanan pengepresan. Densitas, konduktivitas panas dan bending mencapai nilai tertinggi pada tekanan

pengepresan 88 kg/cm2, berturut-turut sebesar 1,57 gr/cm3, 0,297 W/m0C dan 12,14

kg/cm2. Permukaan patah uji bending komposit diamati menggunakan scanning

electron microscope dan terlihat bahwa ikatan antarmuka matrik dan filler

mempunyai ikatan yang baik (Indarto, 2010).

Paku merupakan mechanical fastener yang paling banyak digunakan pada konstruksi kayu, nilai gaya tarik paku pada setiap kayu akan berbeda bergantung pada densitas kayu diameter paku dan kedalaman penetrasi paku pada kayu (Gilbert, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas, kekuatan bending dan kekuatan tarik paku meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan pengepresan (Hakim, 2008).

Dweib,dkk (2004) melakukan penelitian bahwa komposit skin resin acrylated

epoxidized soybean oil yang diperkuat anyaman serat gelas menghasilkan kekuatan

lengkung lebih tinggi dibanding serat flak berbentuk mat, kertas bekas dan kertas bekas berbentuk gelombang.

2.2. Dasar Teori

Kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun atau menggabung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Jadi komposit adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau campuran dari dua material atau lebih pada skala makroskopis untuk membentuk material ketiga yang lebih bermanfaat. Komposit dan alloy memiliki perbedaan dari cara penggabungannya yaitu apabila komposit digabung secara makroskopis sehingga masih kelihatan serat maupun matriknya (komposit serat)

(21)

commit to user

xxi

sedangkan pada alloy / paduan digabung secara mikroskopis sehingga tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya (Jones, 1975).

Komposit merupakan bahan yang terdiri atas serat yang diselubungi oleh matrik, biasanya berupa polimer, metal, atau keramik. Serat biasanya berupa bahan dengan kekuatan dan modulus yang tinggi yang berperan sebagai penyandang beban utama. Sedangkan matrik harus menjaga serat tetap dalam lokasi dan orientasi yang dikehendaki. Matrik juga berfungsi sebagai media transfer beban antar serat, pelindung serat dari kerusakan karena pengaruh lingkungan (environtment damage) sebelum, ketika dan setelah proses pembuatan komposit, serta melindungi dari pengaruh abrasif antar serat (Manual Spesification Standard (MSS), IPTN, 1993).

Gambar 2.1 Pembagian kelas material (Manual Spesification Standard

(MSS), IPTN, 1993)

Komponen penyusun komposit tidak saling melarutkan ataupun bergabung satu sama lain dengan sempurna, akan tetapi bertindak bersama-sama. Semua komponen serta interfasa (yang memegang peranan penting dalam mengontrol sifat-sifat komposit) yang berada diantaranya, umumnya dapat didefinisikan secara fisik. Sifat komposit secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya dari tiap-tiap komponen

(22)

commit to user

xxii

Berdasarkan bentuk komponen strukturalnya, bentuk-bentuk komponen utama yang digunakan dalam material komposit dapat dibagi atas tiga kelas (Schwartz, 1984), yaitu:

1. Fibrous Composites ( Komposit Serat )

Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih komplek seperti anyaman.

Kebutuhan akan penempatan serat dan arah serat yang berbeda menjadikan komposit serat dibedakan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya:

a. Continous fiber composite (komposit diperkuat dengan serat continue)

Gambar 2.2 Continous fiber composite (Gibson,1994)

b.Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat anyaman )

Gambar 2.3. Woven fiber composite (Gibson, 1994)

Herakovich, (1998), dalam bukunya ‘Mechanics of fibrous

composites’ Komposit woven fabrics, atau saat ini populer dengan sebutan

komposit tekstil, adalah komposit dengan serat yang sudah direkayasa terlebih dahulu menjadi mats. Komposit jenis ini termasuk paling sering dipakai dalam aplikasi. Hal ini di sebabkan karena komposit jenis ini relatif mudah dibuat karena sudah tersedia mats-nya serta memiliki sifat

(23)

commit to user

xxiii

kekuatan tarik dan kekakuan yang baik. Variasi anyaman (mats) yang ada :

1 Anyaman 2D 2 Anyaman 3D

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Anyaman 2D (b) Anyaman 3D

c. Chopped fiber composite (komposit diperkuat serat pendek /acak )

Gambar 2.5. Chopped fiber composite (Gibson 1994)

d. Hybrid composite (komposit diperkuat serat kontinyu dan serat acak).

Gambar 2.6. Hybrid composite (Gibson 1994)

(24)

commit to user

xxiv

Merupakan komposit yang menggunakan partikel serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriknya.

Gambar 2.7. Particulate Composites

3. Laminated Composites ( Komposit Laminat )

Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

Gambar 2.8. Laminated Composites

Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat sulit dibentuk tetapi lebih kaku serta lebih kuat.

2. Matrik, umumnya mudah dibentuk tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.

Dikarenakan terdiri dari unsur yang berbeda dan digabung, maka tentu ada daerah-daerah yang berbatasan. Daerah tersebut disebut dengan interface. Sedangkan

(25)

commit to user

xxv

Gambar 2.9 Ikatan pada komposit (George, dkk, 1995)

Dari uraian tersebut di atas, maka aspek yang yang penting dalam penunjukan sifat-sifat mekanis dari komposit tersebut adalah optimasi dari ikatan

interfacial antara fiber dan polimer (matrik) yang digunakan (Schwartz, 1984).

Ikatan antara fiber dengan matriks dipengaruhi langsung oleh reaksi yang terjadi antara matrik dengan fiber. Dengan kata lain transfer beban/tegangan diantara dua fase yang berbeda ditentukan oleh derajat adhesi. Adhesivitas yang kuat diantara permukaan antara matriks dengan fiber, diperlukan untuk efektifnya perpindahan dan distribusi beban melalui permukaan ikatan (George, dkk, 1995).

Herakovich, (1998), dalam bukunya ‘Mechanics of fibrous composites’

Komposit woven fabrics, atau saat ini populer dengan sebutan komposit tekstil, adalah komposit dengan serat yang sudah direkayasa terlebih dahulu menjadi mats. Komposit jenis ini termasuk paling sering dipakai dalam aplikasi. Hal ini di sebabkan karena komposit jenis ini relatif mudah dibuat karena sudah tersedia mats-nya serta memiliki sifat kekuatan tarik dan kekakuan yang baik.

2.3. Komponen Penyusun Komposit

2.3.1 Semen

Semen tersusun dari: batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), lempung/tanah liat adalah bahan

alam yang mengandung senyawa silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3),

besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen,

campuran dari bahan tersebut di atas selanjutnya dibakar dalam tanur

INTERPHASE

(BONDING AGENT)

MATRIKS

SERAT

(26)

commit to user

xxvi

bertemperatur 1300° C-1400° C, sehingga diperoleh butir-butir clinker. Kemudian

clinker digiling halus secara mekanis sambil ditambah gibs. Hasilnya berbentuk

tepung kering yang dimasukkan dalam kantong-kantong semen yang pada umumnya mempunyai berat 40–50 kg.

Nama “Portland Cement” diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824. Nama itu diusulkan karena bentuk bubuk yang dicampur dengan air, pasir dan batu-batuan yang ada di pulau Portland, Inggris. Pertama kali semen portland di produksi (dengan pabrik) di Amerika Serikat oleh David Saylor dikota Coplay,

Pennsylvania, pada tahun 1875.

Jenis semen menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah sebagai berikut :

Table 2.1. Jenis – Jenis Semen

No. SNI Nama

SNI 15-0129-2004 Semen Portland Putih

SNI 15-0302-2004 Semen Portland Pozzolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)

SNI 15-2049-2004 Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC)

SNI 15-3500-2004 Semen Portland Campur

SNI 15-3758-2004 Semen Masonry

SNI 15-7064-2004 Semen Portland Komposit

(http://id.wikipedia.org/wiki/Semen. 14 April 2007)

Di bawah ini terlampir beberapa komponen penyusun semen Portland, yaitu : Tabel 2.2. Susunan Unsur Semen Portland

Oksida Persen (%) Kapur (CaO) Silica (SiO2) Alumina ( Al2 O3) Besi (Fe2 O3) Magnesia (MgO) Sulfur (SO3)

Soda / potash (Na2 O + K2 O )

60-65 17-25 3-8 0,5-6 0,5-4 1-2 0,5-1 Sumber : Tjakrodimuljo, 1996

(27)

commit to user

xxvii

Rasio air terhadap semen sangat mempengaruhi sifat-sifat semen. Pasta semen memiliki volume tinggi yang konstan. Volume ini akan bertambah besar dengan meningkatnya rasio air terhadap semen dalam campuran mula-mula. Suatu set semen bersifat porus dan mengandung lubang-lubang air yang amat kecil (10-20 Angstrom) maupun lubang-lubang dengan ukuran amat besar (1 mikrometer). Hubungan antar kapiler-kapiler yang terdapat di dalamnya sangat mempengaruhi permeabilitas (kemudahtembusan oleh air) dan vulnerabilitas (ketahanrusakan) semen. Adanya interkoneksi antar pori-pori kapiler tentunya harus dihindari, karena melemahkan kekuatan semen. Keadaan ini bisa tercapai apabila ada waktu yang cukup bagi pasta semen yang cukup rendah. Untuk rasio air-semen sebesar 0,4 biasanya perlu waktu 3 hari, sedang untuk rasio air-semen 0,7 waktu yang diperlukan sekitar 1 tahun (West, 1984).

Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia (SII 0013-81) dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan - persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis- jenis lain.

Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan keta- hanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyara- tan panas hidrasi yang rendah.

Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan keta- hanan tinggi terhadap sulfat

2.3.2 Serat Alam / filler

Komposit yang mengunakan semen memiliki beberapa kelemahan yaitu mudah patah/rapuh dan memiliki kekutan tarik yang lemah. Untuk mengatasi kelamahan yaitu dengan menambahkan serat sebagai filler atau pengisi dalam

(28)

commit to user

xxviii

campuran semen. Dengan penambahan serat alam pada komposit semen dapat meningkatkan kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Karakteristik mekanik maupun fisik material komposit semen dengan penguat serat alam tergantung pada beberapa faktor antara lain: sifat matrik, perbandingan komposisi matrik dan material pengisinya, ukuran serat, jenis serat dan penyebaran serat (Balaguru, 1992).

Menurut Rowell dkk (2000), secara umum serat tumbuhan hampir sama atau mirip dimana tersusun dari tiga komponen utama, yaitu selulosa,

hemiselulosa, lignin ditambah bahan-bahan lain. Dalam penelitian ini

menggunakan dua serat alam yaitu: 1. Serat cantula

Serat cantula diperoleh lewat ekstrasi daun tanaman agave cantula Roxb. Tanaman cantula tidak memiliki batang yang jelas, dan memiliki daun yang kaku dengan panjang 100-175 cm dengan duri di sepanjang tepi daunnya. Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli material komposit karena:

a. Serat alam memiliki kekutan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki berat jenis yang rendah.

b. Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat diolah kembali, harganya relatif murah dan tidak beracun.

Dari hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan industri Departemen Perindustrian Yogyakarta diketahui kandungan atau komposisi rata- rata serat cantula sebagaimana data dalam tabel 2.2

Tabel 2.3. Sifat Serat Cantula

Komposisi Kadar (%)

Hemiselulosa 9,45

A-selulosa 64,23

Lignin 5,91

(29)

commit to user

xxix

Ekstrakting Alkohol Benzena 3.38

Kadar Air Alkohol Benzena 11,95

Sumber: Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Yogyakarta

Tanaman Cantula meliliki kandungan selulosa yang cukup tingi, yakni 64,23% hal ini menunjukkan bahwa serat ini berpotensi sebagai bahan penguat komposit.

2. Serat Aren

Aren atau enau (Arenga pinnata) adalah palma yang terpenting setelah kelapa karena merupakan tanaman serba guna. Pohon aren merupakan tanaman daerah tropis, dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m di atas permukaan air laut dan tersebar di India, Malaysia, Indonesia, Filipina. Luas lahan aren di Indonesia pada tahun 2002 adalah sekitar 47.730 ha, yang terdapat di daerah Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Warta penelitian dan pengembangan pertanian, 2009).

Dari seluruh bagian pohon aren dapat dimanfaatkan baik dari buah, daun, nira, dan batangnya dapat diambil sari patinya untuk dijadikan tepung aren. Salah satu pusat Industri yang mengolah pohon aren menjadi tepung aren terdapat di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dari pengolahan tepung aren menghasilkan limbah padat yang dimanfaatkan sebagai media untuk menanam jamur dan pakan ternak, sedangkan yang berbentuk serat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan selebihnya dibuang (Mayrina, dkk, 2005).

2.3.3 Air

Air dalam campuran komposit mempunyai fungsi memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi dengan semen yang menyebabkan pengikatan dan

(30)

commit to user

xxx

berlangsungnya pengerasan, untuk membasahi agregat (butiran material alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau semen), dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan pada saat pembentuk komposit (semen,

aren, dan additive CaCl2).

Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% dari berat semen, dalam beberapa kondisi nilai faktor air dan semen yang kurang dari 0,35 mengakibatkan komposit menjadi kering dan sukar dipadatkan. Tetapi tambahan air sebagai pelumas ini tidak boleh terlalu banyak, karena kekuatan komposit akan rendah dan komposit akan porous (Tjakrodimuljo, 1996).

Tjakrodimuljo (1996) menyatakan bahwa kekuatan komposit dan daya tahannya akan berkurang jika air mengandung kotoran. Air yang digunakan untuk membuat komposit sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tidak mengandung lumpur atau benda-benda melayang lainya. 2. Tidak mengandung garam, asam, dan zat organik.

3. Tidak mengandung klorida dan sulfat.

2.3.4 Additive

Additive adalah bahan yang ditambahkan ke dalam adukan mortar/pasta

sebelum atau selama proses pengadukan untuk mengubah sifat dari mortar/pasta karena alasan tertentu. Bahan tambahan berkisar pada bahan kimia sampai pada penggunaan bahan buangan yang dianggap potensial (Susanto, 2009).

Zat additive yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium klorida yang merupakan senyawa garam yang mempunyai sifat larut dalam air dan mempunyai sifat fisik seperti kristal garam dapur bewarna putih. Kalsium klorida

dengan rumus CaCl2.6H2O berbentuk kristal yang sangat higroskopis dan mudah

larut dalam air dan alkohol.

Kalsium klorida mempunyai sifat fisik antara lain: · Berupa kristal garam bewarna putih

· Ukuran butir seperti garam dapur · Dapat dilarutkan dalam air

(31)

commit to user

xxxi

Sedangkan sifat kimia kalsium klorida diperoleh dari reaksi sebagai berikut:

Ca(OH)2 (aq) + 2HCl(aq) → CaCl2 (s) + 2H2O(l)

Kemudian dalam air kalsium klorida akan mengion karena merupakan garam elektrolit:

CaCl2 → Ca2+ + 2Cl –

Penambahan zat additive CaCl2 pada pasta semen mampu meningkatkan

proses hidrasi/pengerasan semen hal ini terjadi karena adanya faktor kecocokan antara unsur-unsur kalsium yang terkandung dalam semen dan dalam additive

CaCl2 (Hachmi, 1990).

Ling Fei Ma (2000) melakukan penelitan tentang pengaruh penambahan

zat additive CaCl2 sabesar (0%, 2,5%, 5%, 10% dan 15%) terhadap temperatur

hidrasi pada pasta semen-bambu dan modulus of rupture (MOR). Semakin banyak

presentase CaCl2 yang ditambahkan pada pasta semen-bambu dapat

meningkatakan temperatur hidrasi. Semakin tinggi temperatur hidrasi dapat mempercepat pengerasaan semen dan dapat meningkatakan modulus of rupture

(MOR) yaitu 27.,4 kgf/cm2 untuk penambahan CaCl2 sebesar 5% menjadi 172,4

kgf/cm2 dengan penambahan CaCl2 sebesar15%. Sifat mekanis suatu bahan selain

dipengaruhi oleh dimensi partikel juga dipengaruhi oleh adanya zat additive, karena hidrasi semen tidak cukup pada additive yang rendah untuk mendapatkan sifat mekanis yang memuaskan.

Gambar 2.10 Pengaruh additive CaCl2 terhadap temperatur hidrasi pasta semen

(32)

commit to user

xxxii

Gambar 2.11 Pengaruh CaCl2 terhadap kekuatan (MOR dan MOE)

cemen-bonded board (CBB) dan total energy released (ET) dari komposit semen– sekam (Wood–Cement Composites in the Asia–Pacific Region, 2000).

2.4. Fraksi Berat Komposit

Fraksi berat adalah perbandingan antara berat material penyusun dengan berat komposit. Fraksi berat material penyusun dapat dihitung dengan persamaan:

Wi =

Wc Wi

………..(2.1) dimana:

Wi : fraksi berat, i, material penyusun

Wi : berat material penyusun, gr

Wc : berat komposit, gr

2.5. Sifat Fisik dan Mekanik

Pengujian yang dilakukan terhadap spesimen adalah pengujian mekanik dan pengujian fisik. Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian bending dan pengujian tarik paku, sedangkan pengujian fisik yang dilakukan adalah uji densitas. Pada pengujian spesimen ini mengacu pada standar pengujian ASTM D 1037.

1. Densitas

Densitas/kepadatan merupakan suatu indikator penting suatu material komposit, karena sangat mempengaruhi sifat dari material komposit. Uji

(33)

commit to user

xxxiii

densitas komposit ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM D 792, dimana berat jenis diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut:

cr = Wa Wu w Wu -r . ... (2.1)

Dimana: Wu : berat kering spesimen di udara, gr

Wa : berat spesimen di fluida, gr

c

r : densitas, gr/cm3

wr : berat jenis fluida, gr/cm3

Gambar 2.12 Skema uji densitas 2. Uji Permesinan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar daya yang dibutuhkan untuk memotong panel komposit tersebut. Dalam hal ini menggunakan mesin milling, dan dibantu dengan fluke meter senbagai pembaca daya.

a b

(34)

commit to user

xxxiv 3. Uji Tarik Paku Komposit

`Pengujian ini bertujuan untuk mendapat nilai gaya tarik paku material dan membandingkannya dengan beberapa material, yaitu multipleks, kayu jati dan

Medium Density Fiberboard (MDF). paku yang digunakan adalah paku tipe

smooth box nail dengan diameter 2,8 mm dan panjang 63,5 mm.

Gambar.2.14 Skema uji tarik paku

4. Kekuatan Bending

Untuk mengetahui kekuatan bending komposit dilakukan pengujian bending dengan mengacu pada standar ASTM D 6272. Pada uji bending, spesimen yang berbentuk batang ditempatkan pada dua tumpuan lalu diberikan beban ditengah tumpuan tersebut dengan laju pembebanan konstan. Pembebanan ini disebut dengan metode 4-point bending (bending 4 titik), skema pembebanannya dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.15 Skema uji bending

(35)

commit to user

xxxv

Modulus of Rupture atau kekuatan bending dapat dihitung dengan

menggunakan rumus : MOR = 2 bd PL ... (2.2) Dimana:

MOR = Modulus of Rupture (MPa)

P = Pembebanan maksimum (N)

L = panjang span, 24x tebal (mm)

b = lebar spesimen (mm)

(36)

commit to user

xxxvi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan Proses Produksi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.2. Bahan Penelitian

Pada penelitian ini, bahan yang digunakan antara lain: 1. Serat aren.

Diperoleh dari Dukuh Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten. 2. Serat cantula

Diperoleh dari Koperasi Rami Kencana, Dukuh Kutogiri, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo

3. Semen Portland SNI 15-7064-2004.

Hasil produksi PT. Holcim Indonesia Tbk, diperoleh dari TB. Putra Radin. Jl. Ir. Sutami, Surakarta

4. Kalsium Klorida (CaCl2).

Hasil produksi PT. Brataco Chemika, Jakarta 5. Air destilasi

Hasil pengolahan air Laboratorium Teknik Kimia UNS

3.3. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian dan pengambilan data antara lain adalah :

1. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: a. Dongkrak hidrolik.

b. Timbangan Digital c. Mesh (saringan) d. Crusher

(37)

commit to user

xxxvii

e. Moisture Wood Meter

f. Oven Elektrik g. Blender h. Alat cetak

i. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) 2. Alat pengambilan data antara lain:

a. Universal Testing Mechine (UTM) b. Mesin milling

c. Fluke meter

3.4. Parameter

Dalam penelitian ini parameter yang dibuat tetap adalah: 1. Waktu pengepresan selama 20 menit.

2. Ukuran serbuk aren lolos mesh 80.

3. Rasio berat Semen : Serbuk aren : Air : CaCl2 adalah 5 : 2 : 2 : 1.

4. Tekanan pengepresan 88 kg/ cm2( pada benda kerja ).

5. Parameter yang diubah-ubah adalah orientasi sudut anyaman serat cantula yaitu 00/900, 150/1050, 300/1200, 450/1350.

3.5. Metodologi penelitian

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri dari: a. Persiapan serbuk aren

1) Pengambilan serat aren.

Serat aren diambil dari limbah pembuatan tepung aren di daerah Daleman, Tulung, Klaten.

2) Pembersihan dan pengeringan serat aren. 23

(38)

commit to user

xxxviii

Serat aren yang telah diambil, dibersihkan dengan air untuk menghilangkan serbuk-serbuk aren yang menyatu dengan serat dan dikeringkan dengan bantuan panas matahari. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses penghancuran.

3) Penghancuran serat aren

Serat aren yang telah dibersihkan dan dikeringkan, dihancurkan dengan mesin crusher. Hasilnya disaring menggunakan saringan ukuran mesh 80.

b. Persiapan serat cantula 1) Pengambilan serat cantula

Serat cantula diperoleh dari Koperasi Rami Kencana, Dukuh Kutogiri, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. 2) Pembersihan dan pengeringan serat cantula

Serat cantula yang telah diambil, berupa serat yang sudah dipilin direndam dengan air, kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Agar kadar air pada serat cantula sekitar 11 – 13% dilakukan pengovenan

pada suhu 1100

C selama 45 menit setelah selesai ditempatkan dalam wadah tertutup dan diberi silica gel.

3) Penganyaman serat cantula

Penganyaman serat cantula dilakukan dengan bantuan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Model anyaman 2D dibuat dalam satu lembar

besar dengan ukuran 60 cm 60 cm dengan jarak antar serat 1 cm dan

dipotong dengan variasi sudut 00/900, 150/1050, 300/120, 450/1350 , dimensi disesuaikan dengan benda uji.

c. Pencampuran bahan baku komposit.

1) Serbuk aren, semen dicampur dan diaduk sampai tercampur rata.

2) CaCl2 dengan air dicampur sampai butiran-butiran CaCl2 larut dalam

(39)

commit to user

xxxix

3) Campuran semen-serat aren dengan larutan CaCl2 dicampur dan

diaduk sampai tercampur, kemudian diblender selama 2 menit agar campuran menjadi homogen.

d. Pembuatan Panel Komposit

Pencetakan spesimen dilakukan dengan proses manual, yaitu metode

hand lay up dan dilakukan pengepresan (press mold) dengan

menggunakan dongkrak hidrolik manual. Pada proses pencetakan,

campuran semen serbuk aren yang telah dicampur dengan air dan CaCl2

dimasukkan dalam cetakan kemudian diikuti dengan anyaman serat

cantula.

e. Pengeringan

Proses pengeringan atau curing sampel yang dihasilkan dikeringkan pada udara bebas selama 7 hari, setelah 7 hari sampel dikeringkan lagi

mengunakan oven dengan suhu 500C dan setiap 60 menit kandungan air

pada komposit diukur dengan moisture wood meter. Setelah kandungan air pada komposit mencapai 10-15% maka proses pengeringan dalam oven dihentikan.

f. Penyimpanan

Setelah semua spesimen komposit selesai dibuat kemudian spesimen disimpan di dalam box plastik tertutup yang dilengkapi silica gel.

2. Tahap pengujian

Pengujian spesimen yang dilakukan adalah: a. Pengujian Densitas

Pengujian densitas bertujuan untuk mengetahui kepadatan material komposit, yaitu dengan membandingkan berat komposit didalam air dengan berat komposit di udara. Pengujian ini mengacu pada ASTM D

(40)

commit to user xl 792-98. 5 0 6 5 0

Gambar 3.1 Dimensi spesimen uji densitas (satuan dalam mm) b. Pengujian Bending

Pengujian bending bertujuan untuk mengetahui kekuatan bending komposit, mengunakan alat UTM. Bentuk dan ukuran benda uji bending komposit disesuaikan dengan standar ASTM D 6272-00.

194 6

5

0

Gambar 3.2 Dimensi spesimen bending (dalam satuan mm) c. Pengujian Tarik paku

Pengujian ini bertujuan untuk mendapat nilai gaya tarik paku material ini dengan membandingkannya dengan beberapa material, dalam hal ini yaitu material multipleks, kayu jati dan Medium Density Fiberboard (

(41)

commit to user

xli

152

10

7

6

Gambar 3.3 Dimensi spesimen uji tarik paku (dalam satuan mm) d. Pengujian Permesinan

Pengujian permesinan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar daya yang dibutuhkan untuk memotong komposit tersebut. Caranya adalah dengan menghubungkan catu daya mesin milling dengan fluke meter yang merupakan alat pembaca daya.

(42)

commit to user

xlii

3.6. Teknik Analisis Data

Dari data yang telah diperoleh, selanjutnya dapat diakukan analisa data yaitu dengan melakukan perhitungan terhadap besarnya nilai densitas, kekuatan bending dan tarik paku juga daya permesinan dari komposit semen serbuk aren dengan penguat serat cantula dan diambil nilai rata-ratanya untuk dijadikan nilai hasil dari masing-masing pengujian.

3.7. Cara Penyimpulan Hasil Penelitian

Dari data-data yang diperoleh dari hasil analisa terhadap nilai densitas, kekuatan bending dan tarik paku juga daya permesinan dari komposit semen serbuk aren dengan penguat serat cantula, maka dapat diambil kesimpulan tentang penyebab terjadinya peningkatan ataupun penurunan nilai dari beberapa pengujian tersebut, dan berapa besar persentasenya.

(43)

commit to user

xliii

3.8. Diagram alir

Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian

SERAT BATANG AREN DIKERINGKAN

PROSES CRUSHING SERAT BATANG AREN DIKERINGKAN

PENYARINGAN SERBUK AREN UKURAN MESH 80

CETAK MANUAL SPESIMEN KOMPOSIT:

1. TEKANAN PENGEPRESAN 88 KG/CM2, WAKTU PENEKANAN 20 MENIT

2. ORIENTASI SUDUT ANYAMAN DENGAN ARAH SERAT 00,150,300,450

SERAT CANTULA PILIN

DICUCI DAN DIKERINGKAN

SERAT CANTULA DIANYAM MODEL ANYAMAN 2D ADDITIVE CaCl2

DIOVEN PADA SUHU 1100

SELAMA 45 MENIT (HINGGA KADAR AIR 11-13%) MATRIK SEMEN MULAI PENGUJIAN: 1. PERMESINAN 2. TARIK PAKU 3. BENDING 4. DENSITAS ANALISIS DATA KESIMPULAN SELESAI

1. SPESIMEN DIKERINGKAN PADA SUHU KAMAR 2. DIOVEN PADA TEMPERATUR 500 C SELAMA 60 MENIT.

(44)

commit to user

xliv

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui sifat fisik dan sifat mekanik komposit semen serbuk aren cantula. Pengujian yang dilakukan antara lain uji densitas, uji bending, uji tarik paku dan permesinan. Data– data hasil pengujian tersebut dianalisa dan dibahas untuk memperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

4.1. Pengaruh orientasi sudut anyaman terhadap densitas komposit

Pengujian densitas komposit semen serbuk aren cantula di bawah ini memperlihatkan nilai rata-rata dari lima spesimen untuk tiap variasi.

Gambar 4.1. Hubungan densitas- orientasi sudut anyaman

Dari gambar Gambar 4.1 menunjukkan bahwa penambahan sudut anyaman mengakibatkan nilai densitas komposit berubah. Adanya perubahan densitas komposit ini dipengaruhi oleh perbedaan banyaknya serat cantula di dalam komposit.

(45)

commit to user

xlv

Untuk komposit yang memiliki serat cantula lebih banyak akan memiliki densitas lebih rendah daripada komposit yang memiliki serat cantula lebih sedikit. Hal ini karena densitas serat cantula lebih kecil daripada densitas komponen-komponen penyusun yang lain.

Nilai densitas untuk serat cantula adalah sebesar 1,19 gr/cm3( Raharjo, 2003)

sedangkan nilai densitas komposit semen serat aren adalah sebesar 1,57 gr/cm3 (

Machbubi, 2010).

Perubahan orientasi sudut anyaman 00/900 ke komposit berorientasi sudut

anyaman 150/1050 menyebabkan kenaikan nilai densitas sebesar 1%, sedangkan

perubahan orientasi sudut 150/1050 ke komposit berorientasi 300/1200 mengakibatkan

kenaikan nilai densitas sebesar 2,4%, akan tetapi perubahan orientasi sudut 300/1200

ke 450/1350 menurunkan nilai densitas hingga 1,4%.

Orientasi sudut anyaman dalam komposit ini tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap nilai densitas. Nilai densitas yang tertinggi adalah komposit

semen serbuk aren cantula dengan sudut anyaman 300/1200 yaitu sebesar 1340

kg/m3

, sedangkan yang memiliki nilai densitas terendah adalah komposit dengan

sudut anyaman 00/900 yaitu sebesar 1295 kg/m3.

Sudut 0°/90° Sudut 15°/105°

(46)

commit to user

xlvi

Gambar 4.2. Bentuk anyaman serat cantula

Gambar 4.2. memperlihatkan bentuk anyaman yang digunakan pada komposit semen- serbuk aren cantula. Serat cantula pilinan yang digunakan dalam komposit memiliki massa 1,26 gram tiap meter. Orientasi bentuk anyaman akan menyebabkan perbedaan panjang serat cantula yang digunakan dalam komposit. Panjang dan massa serat cantula untuk spesimen pengujian densitas dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 4. Panjang dan massa serat cantula pada spesimen densitas

Sudut anyaman (°) Panjang serat cantula (cm) massa serat (gr)

0°/90° 120 1,51

15°/105° 103,5 1,31

30°/120° 100,6 1,26

45°/135° 102,4 1,29

4.2. Pengaruh orientasi sudut anyaman terhadap kekuatan bending

Pengujian bending komposit semen serbuk aren cantula di bawah ini memperlihatkan nilai rata-rata dari lima spesimen untuk tiap variasi.

(47)

commit to user

xlvii

Dari Gambar 4.3 di atas tidak terlihat adanya peningkatan nilai kekuatan bending secara signifikan. Nilai kekuatan bending tertinggi (17,08 MPa) dicapai pada

orientasi sudut anyaman 450/1350, dan nilai kekuatan bending terendah (15,76 MPa)

berada pada komposit dengan sudut anyaman 00/900.

Perubahan kekuatan bending disebabkan oleh adanya perubahan orientasi

sudut anyaman serat cantula. Pada anyaman dengan orientasi 00/900 serat yang

dominan menahan beban bending adalah serat yang tersusun secara pada sumbu x,

yaitu serat yang berorientasi 00, sedangkan serat yang tersusun pada sumbu y hanya

bekerja sebagai pengikat. Akan tetapi sebaliknya pada anyaman dengan orientasi

450/1350 kedua serat baik yang 450 maupun 1350 bekerja saling menguatkan,

sehingga dapat menahan beban bending lebih baik.

Kegagalan dalam proses bending disebabkan adanya tegangan geser yang terjadi antara matrik dan anyaman serat cantula. Ketika spesimen mendapat gaya bending, maka spesimen mendapat gaya dari atas, pada bagian atas spesimen mengalami tekan, dan pada bagian bawah mengalami tarik. Akan tetapi akibat dari adanya gaya dari atas, maka anyaman serat cantula bergeser atau terlepas ikatannya dari matriks.

Gambar 4.4 foto makro penampang perpatahan bending

Retakan akibat gaya geser cantula

(48)

commit to user

xlviii

Dari gambar foto makro penampang perpatahan uji bending dapat dilihat bahwa komposit yang diperkuat oleh serat cantula mengalami tegangan geser. Hal ini terlihat dari komposit yang mengalami pecah pada ikatan antara serat cantula dengan matriknya.

Salah satu kandungan yang terdapat dalam semen adalah alkali. Keberadaan alkali dalam semen akan menghilangkan lignin dalam serat cantula, sehingga menyebabkan permukaan serat cantula menjadi kasar. Dengan permukaan serat

cantula menjadi kasar menyebabkan ikatan antara serat dan semen menjadi baik..

(a) (b)

Gambar 4.5. Foto SEM : (a) Sudut 450/1350, (b) sudut 00/900

Perubahan orientasi sudut anyaman 00/900 ke komposit berorientasi sudut

anyaman 150/1050 menyebabkan kenaikan nilai kekuatan bending sebesar 3,6%,

sedangkan perubahan orientasi sudut 150/1050 ke komposit berorientasi 30°/120°

mengakibatkan peningkatan kekuatan bending sebesar 1,83%, dan perubahan

orientasi sudut 30°/120° ke 450/1350 menaikkan nilai kekuatan bending hingga 2,7%.

Pada komposit, beban lentur yang bekerja ditahan oleh ikatan antara semen,

serbuk aren, dan CaCl2, ditambah oleh serat cantula sebagai penguat, sehingga

mampu menahan tegangan lentur lebih baik.

4.3. Pengaruh orientasi sudut anyaman terhadap gaya tarik paku

matrik

Serat cantula

(49)

commit to user

xlix

Gambar 4.6. Hubungan gaya tarik paku - orientasi sudut anyaman Perubahan nilai gaya tarik paku dipengaruhi oleh densitas dari komposit, semakin tinggi densitasnya, maka nilai gaya tarik paku akan semakin tinggi.

Dari gambar 4.6 diatas tidak terlihat adanya peningkatan nilai gaya tarik paku secara signifikan, nilai gaya tarik paku tertinggi yaitu 241,88 N terjadi pada spesimen

dengan orientasi sudut anyaman 300/1200, sedangkan yang terendah yaitu 241,4 N

terjadi pada spesimen dengan orientasi sudut 00/900.

Perubahan orientasi sudut anyaman 00/900 ke komposit berorientasi sudut

anyaman 150/1050 menyebabkan kenaikan gaya tarik paku sebesar 0,4%, sedangkan

perubahan orientasi sudut 150/1050 ke komposit berorientasi 30°/120°

mengakibatkan peningkatan gaya tarik paku sebesar 0,1%, dan perubahan orientasi

sudut 30°/120° ke 450/1350 menyebabkan penurunan gaya tarik paku hingga 0,1%.

Di bawah ini terlampir perbandingan beberapa material dengan komposit semen serat aren-cantula.

(50)

commit to user

l

Gambar 4.7. Nilai gaya tarik paku beberapa material

Dari gambar di atas terlihat perbandingan nilai gaya tarik paku dari beberapa material, yaitu kayu jati, medium density fiberboard (MDF) dan juga multipleks. Hasil pengujian menunjukkan nilai gaya tarik paku komposit semen serbuk aren cantula (241,8 N) lebih rendah dibanding kayu jati (345,4 N), namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan MDF (209,4 N) dan multipleks (141 N).

(51)

commit to user

li

4.4. Pengaruh orientasi sudut anyaman terhadap daya permesinan

Gambar 4.8. Hubungan daya permesinan - orientasi sudut anyaman

Operasi milling biasanya digunakan untuk kegunaan korektif, dan juga untuk memproduksi barang dengan permukaan yang baik kualitasnya.

Dari Gambar 4.6 diatas tidak terlihat adanya peningkatan nilai daya permesinan secara signifikan. Nilai daya permesinan tertinggi yaitu 1,698 kW terjadi pada komposit dengan orientasi sudut anyaman 45º/135º, sedangkan yang terendah yaitu 1,690 kW terjadi pada komposit dengan orientasi sudut 0º/90º.

Perubahan daya permesinan disebabkan oleh adanya perubahan orientasi sudut anyaman serat cantula. Semakin besar sudut anyaman serat cantula, maka jumlah benang yang menghambat laju pahat milling akan semakin banyak, sehingga dibutuhkan daya permesinan yang lebih besar.

Perubahan orientasi sudut anyaman 00/900 ke komposit berorientasi sudut

anyaman 150/1050 menyebabkan kenaikan daya permesinan 0,2%, sedangkan

berturut-turut perubahan orientasi sudut 150/1050 ke 30°/120° dan 30°/120° ke

(52)

commit to user

lii

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan hasil diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Orientasi sudut anyaman tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap nilai densitas, tarik paku, bending dan daya permesinan.

2. Nilai densitas dan tarik paku tertinggi (1340 kg/m3 dan 241,8 N) terjadi pada

orientasi sudut 300/1200.

3. Nilai kekuatan bending dan daya permesinan tertinggi (17,08 MPa dan 1,698

kW) dicapai pada orientasi sudut 450/1350.

5.2. Saran

Untuk lebih mengembangkan pemanfaatan potensi serat cantula sebagai bahan penguat komposit, maka penulis memberikan saran:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh bahan aditif lain terhadap

komposit semen-serbuk aren-cantula seperti MgCl2 guna memperbaiki ikatan

matrik dengan cantula.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh perlakuan kimia pada serat

cantula pada komposit semen-serbuk aren, misalnya perendaman pada NaOH.

Referensi

Dokumen terkait

2. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bupati Ciamis Nomor ... tentang Tata Cara Pembukaan dan Penutupan Rekening SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ciamis, dengan ini

bahwa berdasarkan Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, pada masing-masing badan d a

Peningkatan skor baik pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada kelompok intervensi mengindikasikan bahwa metode yang dipergunakan dalam pelatihan ini

Responden dalam penelitian ini adalah 20 orang pemilik tanah absentee yang melakukan peralihan hak milik karena jual beli di kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan

Bab ini akan menjabarkan dasar teori yang akan digunakan sebagai acuan untuk analisis dan perancangan perangkat lunak dalam Aplikasi Multimedia Pembelajaran Bahasa Inggris

[r]