• Tidak ada hasil yang ditemukan

Clobetasol Propionic Cream

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Clobetasol Propionic Cream"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PREFORMULASI

CLOBETASOL PROPIONIC CREAM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah preformulasi sediaan liquid dan semisolid non-steril

Oleh :

Asti Destilia Safruddin 260110140052

Ernestine Arianditha P. 260110140053 Ranti Juniarti 260110140054 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015

(2)

CLOBETASOL PROPIONIC CREAM I. TUJUAN

Mahasiswa dapat membuat Rancangan Formulasi Sediaan Farmasi dengan berbagai pertimbangan Faktor-Faktor Preformulasi dan dapat Menguji Sediaan tersebut dengan berbagai Metoda Uji.

II. RENCANA FORMULA

R/ Clobetasol propionat 0,05% Propylene glycol 54,175% Sodium citrate 0,05% Acid citric 0,05% Glyceril monostearat 6% Cetostearyl alcohol 4% White wax 0,6% Chlorchresol 0,075%

Butil Hidroksi Toluen 0,1%

Water ad 100%

Justifikasi rencana formula:

Clobetasol propionate, seperti yang diketahui merupakan obat anti-inflamasi golongan kortikosteroid yang banyak digunakan untuk terapi obat luar untuk mengurangi gatal, kemerahan, dan bengkak yang terkait dengan kondisi kulit. Propilenglikol digunakan dalam sediaan ini sebagai bagian dari pembawa, juga digunakan sebagai humektan. Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan mencegah kekeringan (kehilangan air) dan meningkatkan penerimaan terhadap produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan konsistensi secara umum. Propilenglikol dalam prosedur digunakan untuk mendispersikan zat aktif sebelum didispersikan di massa krim yang dibuat dari campuran lilin – lilin dan air.

Sodium sitrat / Natrium sitrat dan Asam sitrat merupakan kombinasi pendapar atau

(3)

mungkin dapat masuk ke dalam sediaan dengan berbagai cara. Sodium sitrat adalah

garam dari sitrat yang akan menangkap ion H+ (penghasil asam) sehingga membentuk

asam sitrat, sedangkan asam sitrat sitrat merupakan asam yang dapat menangkap ion OH

-(pengasil basa) dengan membentuk molekul netral yaitu air, dan ion sitrat. Kombinasi buffer digunakan dalam konsentrasi rendah, yaitu 0,05% dimana pada konsentrasi tersebut, asam sitrat dan natrium sitrat sudah dapat bekerja dengan baik sebagai buffer. Pertimbangan penggunaan pendapar adalah untuk menstabilkan zat aktif, untuk meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Pertimbangan untuk didapar dilakukan pada sediaan dengan rentang stabilitas pH yang kecil, dengan maksud untuk menjaga stabilitas zat aktif dalam sediaan.

Selain itu buffer dibutuhkan dalam sediaan krim karena krim digunakan sebagai obat luar, sehingga pH dari sediaan harus cocok dengan kulit. pH sediaan yang terlalu asam membuat krim perih pada saat digunakan sedangkan pH yang terlalu basa membuat kulit cepat kering. Diperhatikan pula pH yang cocok bagi zat aktif agar dapat bekerja secara efektif.

Pada sediaan ditambahkan pula chlorochresol sebagai pengawet yang efektif digunakan sebagai obat luar. Pengawet dibutuhkan karena sediaan mengandung banyak sekali fase air yang merupakan tempat tumbuh yang baik bagi banyak sekali bakteri. Chlorochresol dipilih karena selain berfungsi sebagai antibakteri, zat ini juga berfungsi sebagai antifungi. Butil Hidroksi Toluen sebagai antioksidan, antioksidan sangat penting untuk menambah stabilitas obat, yaitu untuk mencegah oksidasi dari kandungan minyak/lemak dalam basis krim.

Basis yang digunakan adalah basis minyak dalam air, dengan komposisi gliseril monostearat, setostearil alcohol, white wax sebagai fase minyak dan air sebagai fase air.

III. TINJAUAN PREFORMULASI

 Data Preformulasi Bahan Aktif

III..1 Nama bahan aktif : Clobetasol propionate

- Pemerian

Warna : putih atau hampir putih

(4)

-Bentuk : serbuk kristalin

- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah

larut dalam aseton, mudah larut dalam etanol (96%)

- Titik lebur :

-- pKa/pKb :

-(British Pharmacopeia 2009 hal. 1445).

- pH larutan : 4,5 sampai 7

- Stabilitas

Terhadap cahaya : terlindung dari cahaya

Terhadap udara : pada suhu kamar dan dalam wadah tertutup rapat

(USP 32 hal. 843).

 Data Preformulasi Bahan Tambahan

III..1 Nama bahan tambahan: Asam sitrat

- Pemerian

Warna : tidak berwarna sampai putih

Bau : tidak berbau

Bentuk : hablur atau serbuk

- Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian etanol (95%) dan

kurang dari 1 bagian air, mudah larut dalam eter

- Titik lebur : ≈ 1000C

- pKa/pKb

pKa1 : 3,128 pada suhu 250C

pKa2 : 4,761 pada suhu 250C

pKa3 : 6,396 pada suhu 250C

- pH larutan : 2,2

- indeks refraksi :

-- HLB :

-- Stabilitas

Terhadap cahaya :

-Terhadap udara : harus disimpan dalam wadah kedap udara

yang sejuk dan kering

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 181-182). III..2 Nama bahan tambahan : Cetostearyl alkohol

- Pemerian

Warna : putih sampai kuning pucat

Bau : bau manis

Bentuk : hablur, pellet atau granul

- Kelarutan : larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak;

praktis tidak larut dalam air

- Titik lebur : 49-560C

(5)

-- pH larutan :

-- indeks refraksi :

-- HLB :

-- Stabilitas

Terhadap cahaya :

-Terhadap udara : Setostearil alkohol harus disimpan dalam

wadah tertutup baik dalam sejuk dan kering

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 150).

III..3 Nama bahan tambahan: Chlorocresolum

- Pemerian

Warna : tidak berwarna atau praktis tidak berwarna

Bau : bau khas seperti termenguap bersama uap air

Bentuk : hablur atau serbuk hablur

- Kelarutan : sukar larut dalam air, lebih mudah larut dalam

air panas, sangat mudah larut dalam etanol, larut dalam eter, dalam terpen, dalam minyak tertentu dan dalam larutan alkali hidroksida

- pKa/pKb :

-- HLB :

-- Stabilitas :

-Terhadap cahaya : terlindung dari cahaya

Terhadap udara : wadah tertutup rapat

(Farmakope Indonesia ed. IV hal. 206).

- Titik lebur : antara 55,50 sampai 650

- pH larutan : 5,6

- indeks refraksi : 1.5403

- (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 169).

III..4 Nama bahan tambahan: Glyceryl monostearat

- Pemerian

Warna : putih hingga krem

Bau : sedikit bau lemak

Bentuk : seperti lilin padat dalam bentuk serpih; bubuk.

- Kelarutan : larut dalam etanol panas, eter, kloroform,

aseton panas, minyak mineral dan minyak tetap. Praktis tidak larut dalam air, tetapi mudah didispersikan dalam air dengan bantuan surfaktan atau sabun dalam jumlah sedikit

- Titik lebur : 55-600C

- pKa/pKb :

-- pH larutan :

(6)

-- HLB : 3,8

- Stabilitas

Terhadap cahaya : terlindung dari cahaya

Terhadap udara : pada tempat yang tertutup rapat, sejuk, dan kering

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 290-292). III..5 Nama bahan tambahan: Natrium sitrat

- Pemerian

Warna : tidak berwarna sampai putih

Bau :

-Bentuk : hablur atau serbuk hablur

- Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P - Titik lebur : -- pKa/pKb : -- pH larutan : 6,4 sampai 7,5 - indeks refraksi : -- HLB : -- Stabilitas Terhadap cahaya :

-Terhadap udara : dalam wadah tertutup rapat

( Farmakope Indonesia Edisi III hal. 406-407). III..6 Nama bahan tambahan: Propylene glycol

- Pemerian

Warna : jernih, tidak berwarna

Bau : tidak berbau

Bentuk : cairan kental

Rasa : agak manis

- Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol

(95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak

- Titik lebur : -590C

- pKa/pKb :

-- pH larutan :

-- indeks refraksi : 1,431 sampai 1,433

(Farmakope Indonesia edisi III hal. 534).

- HLB :

-- Stabilitas

(7)

Terhadap udara : dalam wadah tertutup baik

(Handbook of pharmaceutical Excipients hal 593). III..7 Nama bahan tambahan: Water

- Pemerian

Warna : tidak berwarna

Bau : tidak berbau

Bentuk : encer

- Kelarutan : dapat dicampur dengan pelarut yang lebih

polar - Titik lebur : 00C - pKa/pKb : - - pH larutan : -- indeks refraksi : 1,3330 - HLB : -- Stabilitas Terhadap cahaya :

-Terhadap udara : dalam wadah yang sesuai dan terlindung dari

partikel asing dan mikroorganisme

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 766-768). III..8 Nama bahan tambahan: White wax

- Pemerian

Warna : putih agak kuning

Bau : bau hampir mirip dengan vaselin flavum

namun kurang intens

Bentuk : massa lunak, lengket

- Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, minyak atsiri, dan

karbon disulfide panas, mudah larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam air

- Titik lebur : 61-650C - pKa/pKb : -- pH larutan : -- indeks refraksi : -- HLB : -- Stabilitas

Terhadap cahaya : terlidung dari cahaya

Terhadap udara : pada penyimpanan wadah yang tertutup baik

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 779).

III..9 Butil Hidroksi Toluen / BHT

- Pemerian

 Warna : kristalin padat atau serbuk putih atau kuning pucat

(8)

 Bentuk : massa lunak, lengket

- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, gliserin,

propilenglicol, larut dalam aseton, benzenm etanol

- Titik lebur : 700C - pKa/pKb : -- pH larutan : -- indeks refraksi : 1,4859 - HLB : -- Stabilitas

 Terhadap cahaya : terlidung dari cahaya

 Terhadap udara : pada penyimpanan wadah yang tertutup baik

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 76).

 Data Inkompatibilitas

III..1 Cetostearyl alkohol

- Secara kimia : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat

dan garam-garam logam

- Secara fisika :

-- Secara farmakologi : -

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 150). III..2 Glyceryl monostearate

- Secara kimia : Tidak kompatibel dengan zat asam

- Secara fisika :

-- Secara farmakologi : -

(Handbook of pharmaceutical Excipients hal 290-292). III..3 Propylene Glycol

- Secara kimia : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi seperti

potassium permanganate

- Secara fisika :

-- Secara farmakologi : -

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 593). III..4 Water

- Secara kimia : Air dapat bereaksi dengan logam alkali secara cepat,

seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat. Kemudian air bisa bereaksi dengan obat dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan adanya air atau uap air) pada suhu kamar dan ditinggikan.

(9)

-- Secara farmakologi : -

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 766-768). III..5 White wax

- Secara kimia : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi.

- Secara fisika :

-- Secara farmakologi : -

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal. 779). III..6 Butil Hidroksi Toluen

- Secara kimia : Bereaksi dengan oksidator kuat, seperti peroksida dan

permanganate,

- Secara fisika : Garam besi membuat BHT berubah warna

- Secara farmakologi : Garam besi membuat BHT kehilangan aktivitas

(Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 76).

IV. PERHITUNGAN DOSIS

Dosis terapi yang digunakan untuk Clobetasol propionate dalam sediaan cream adalah 0,05%.

V. RENCANA ALAT DAN BAHAN YANG AKAN DIBUTUHKAN

 Alat yang akan digunakan :

5.1.3 Bowl 5.1.2 Beaker Glass

5.1.1 Agitator Mixer

5.1.5 Hot Plat 5.1.6 Mesin auto filling cream 5.1.4 Counting scale

(10)

 Bahan yang akan dipergunakan : V..1 Acid citric V..2 Cetostearyl alcohol V..3 Chlorocresol V..4 Clobetasol propionate V..5 Glyceril monostearat V..6 Propylene glycol V..7 Sodium citrate V..8 Water V..9 White wax

VI. RENCANA PENIMBANGAN

 Cara Penimbangan

Bahan yang ditimbang dimulai dari bahan tambahan atau eksipien (Acid citric, Cetostearyl alcohol, Chlorchresol, Glyceril monostearat , Propylene glycol, White wax, Water dan Sodium citrate) lalu zat aktif (Clobetasol propionat ). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kontamninasi silang antar bahan. Kemudian bahan yang berbentuk liquid (Propylene glycol, White wax, Water) ditimbang menggunakan bowl yang sebelumnya ditara terlebih dahulu. Selanjutnya, bahan yang berbentuk padatan (Acid citric, Cetostearyl alcohol, Chlorchresol, Glyceril monostearat , Sodium citrate dan Clobetasol propionat) digerus terlebih dahulu sebelum ditimbang dan ditimbang menggunakan plastic bowl yang telah ditara.

 Jumlah bahan yang ditimbang :

Clobetasol propionat 0,05% x 10.000 gram = 5,0 gram

Propylene glycol 54,175% x 10.000 gram = 5417.5 gram

Sodium citrate 0,05% x 10.000 gram =5,0 gram

Acid citric 0,05% x 10.000 gram = 5,0 gram

Glyceril monostearat 6% x 10.000 gram = 600 gram

Cetostearyl alcohol 4% x 10.000 gram = 400 gram

5.1.8 Spatula stainlessteel 5.1.7 Pengayak No Mess 100 5.1.9 Stamper + Mortir

(11)

White wax 0,6% x 10.000 gram = 60 gram

Chlorchresol 0,075% x 10.000 gram = 7,5 gram

Butil Hidroksi Toluen 0,1% x 10.000 gram = 10 gram

Water ad 100%

{10.000 – (5,0 + 5417.5 + 5,0 + 5,0 + 600 + 400 + 60 + 7,5 + 10)} gram = 3490 gram

6.3 Perlakuan bahan setelah ditimbang

Diberi label pada bahan aktif maupun eksipien yang telah ditimbang dan disimpan ditempat tertutup baik.

VII. RENCANA PEMBUATAN

(12)

• Peni mb ang an b ah an b alu d an b aha n ta mba ha n • Pemb uata n fa se miny ak d an fa se a ir • Pemb uata n ba sis kr im an C eng n d ra pu am Penc • lo be taso l p ro pio nic • IP C: h omo ge nita s o ba t, ukur an p arti kel , ta mp ila n, visk osi ta s, B J • Peng ema sa n pri me r • IP C : pe me rik sa an k eb oco ra n wa da h, kes era ga man b ob ot • Peng ema sa n se kund er • Pro duk ja di

 Semua bahan ditimbang dengan neraca atau counting scale dalam bowl:

- Clobetasol propionat 5,0 gram

- Propylene glycol 5417.5 gram

- Sodium citrate 5,0 gram

- Acid citric 5,0 gram

- Glyceril monostearat 600 gram

- Cetostearyl alcohol 400 gram

- White wax 60 gram

- Chlorchresol 7,5 gram

- Butil Hidroksi Toluen 10 gram

- Water 3490 gram

(13)

o Fase Air

- Panaskan air sebanyak 3500 gram pada suhu 90 derajat celcius di atas hot

plate

- Masukkan asam sitrat 5 gram dan natrium sitrat 5 gram ke dalam air panas,

homogenkan dengan mixer sampai larut

- Masukkan propylene glycol 4450 gram ke dalam campuran air panas,

homogenkan dengan mixer

- Dinginkan dengan menurunkan suhu hotplate dan pertahankan pada suhu 60o

celcius

o Fase Minyak

- Masukkan Glyceril monostearat 600 gram, Cetostearyl alcohol 400 gram,

White wax 60 gram dan Chlorocresol 7,5 gram ke dalam bowl stainlessteel

- Panaskan pada suhu 70o – 75o celcius di atas hot plate sambil diaduk dengan

sendok stainlessteel hingga semua melebur

- Turunkan suhu hote plate sampai suhu 60o celcius, dan pertahankan suhunya

o Fase Dispersi Zat Aktif

- Masukkan Clobetasol propionate 5 gram ke dalam propylene glycol 700 gram

- Homogenkan Clobetasol propionate dalam propylene glycol dengan

menggunakan agitator mixer

 Pencampuran

- Masukkan fasa minyak yang bersuhu 65oC ke fasa air yang bersuhu 60o C di atas hot

plate

- Campurkan dengan mixer sampai terbentuk massa cream, kurang lebih selama 10

(14)

- Homogenkan dengan mixer selama 5 menit

- Turunkan suhu sampai 50o celcius di atas hot plate sambil dihomogenkan dengan

mixer

- Masukkan fase dispersi ke dalam massa krim sambil dihomogenkan dengan mixer

- Bilas wadah fase dispersi dengan propylene glycol 267,5 gram, masukkan ke massa

krim sambil dihomogenkan dengan mixer

- Matikan hotplate, dinginkan sampai suhu 30o celcius

- Lakukan pengujian produk ruahan oleh IPC : homogenitas obat, pemeriksaan ukuran

partikel, pemeriksaan tampilan, viskositas, berat jenis

 Pengemasan primer

- Lakukan filling krim yang sudah jadi ke dalam wadah primer (tube) dengan mesin auto

filling cream dengan volume pengisian 10 gram per tube

- Lakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan oleh IPC: pemeriksaan kebocoran wadah,

keseragaman isi sediaan

 Pengemasan sekunder dan tersier

Pengemasan:

Clobetasol propionate cream dikemas dalam tube (kemasan primer) yang setiap tube berisi 10 gr. Setiap tube dikemas dalam 1 dus/kotak (kemasan sekunder) sehingga 10 kg krim dikemas dalam 1000 tube yang dikemas lagi dalam 100 kotak/ dus. Setiap tube ditutup terlebih dahulu dengan alumunium foil untuk mencegah kontaminasi dan kestabilan obat.

Alasan menggunakan tube plastik karena tube mudah digunakan oleh konsumen dan kepraktisannya. Selain itu, tube plastik akan mencegah sediaan krim tercecer dan mengurangi kontak krim dengan udara dan sinar matahari sehingga sediaan krim dapat lebih stabil.

Penandaan krim :

(15)

Obat keras diberi tanda bulatan berwarna merah, garis tepi berwarna hitam, degan huruf K berwarna hitam di tengah, diameter minimal 1 cm.

 Diberi peringatan obat keras, yaitu P3 : awas obat keras! hanya untuk bagian

luar dari badan

 Penggunaan : dioleskan tipis – tipis pada bagian kulit yang sakit

 Penyimpanan : simpan di suhu kamar, terlindung dari cahaya

VIII. RENCANA PENGAMATAN 8.1 Organoleptis

Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui estetika dari sediaan krim dengan menggunakan bantuan indera. Meliputi :

a. Bau

b. Rasa (pada kulit) c. Tekstur (bentuk) d. Warna

8.2 pH

Evaluasi pH dilakukan menggunakan alat pH meter dengan mengukur air hasil pengenceran krim (60g:20ml). Persyaratan pH yang ditentukan adalah 4,5-6,5.

Prosedur :

- Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan alat pH meter pada suhu kamar. - Sebelumnya alat dikalibrasi dengan larutan dapar baku pH 7,00 dan pH 4,00. - Kemudian sampel yang telah dihomogenkan diukur dengan mencelupkan elektrode. - Baca angka yang ditunjukkan monitor dan catat hasilnya.

8.3 Daya sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran dan menjamin pemerataan krim saat diaplikasikan pada kulit (Mappa, et al., 2013).

Krim yang baik membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk tersebar dan akan memiliki nilai daya sebar yang tinggi. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Viskositas suatu sediaan sangat berpengaruh pada luas penyebarannya. Semakin rendah

(16)

viskositas suatu sediaan maka daya sebar akan semakin besar sehingga kontak antara obat dengan kulit semakin luas (Aryani, 2015).

Terdapat beberapa cara untuk menentukan daya sebar, yaitu :

a. Krim sebanyak 0,5 gram di atas kaca arloji yang dilapisi kertas grafik. Kemudian diberi beban dengan kaca arloji yang sama selama 60 detik, lalu diberi masing-masing beban seberat 50 g, 100 g, 150 g dan 200 g dan dibiarkan selama 60 menit. Diameter penyebaran dihitung dengan cara mengukur dari rata-rata diameter dari beberapa sisi (Silalahi, et al., 2015).

b. Dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara 2 lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaikkan pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar. Semakin menyebar menunjukkan kemampuannya dalam distribusi merata.

c. Krim dioleskan pada cincin teflon berdiameter luar 55 mm dengan ketebalan 3 mm dan berdiameter dalam sebesar 15 mm beralaskan kaca. Bagian dalam cincin teflon dipenuhi dengan krim kemudian ratakan dengan spatula hingga didapatkan permukaan yang rata dan tanpa gelembung udara, kemudian cincin teflon diangkat secara hati-hati sehingga didapat olesan krim dengan diameter 14 mm dan ketebalan 13 mm. Krim tersebut kemudian ditutup dengan lempengan kaca yang mempunyai diameter 8 cm dengan berat 20 gram kemudian ditekan dengan beban 200 gram, diamkan selama 3 menit, setelah itu dipindahkan dan ukur diameter dari permukaan krim yang melebar dengan jangka sorong mm, kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut :

F = P x r ² (mm²) P = 3.14

r = jari-jari (mm) 8.4 Uji Rheologi (Viskositas)

Merupakan pernyataan tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir, makin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya atau semakin kental.

(17)

Krim dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml sampai spindle yang digunakan tercelup (sampai batas pada spindle). Skala yang tertera pada display dicatat dan viskositas krim dihitung dengan rumus:

Viskositas (h) = Skala x Faktor (cps) Gaya (F/A) = Skala x Kv (dyne/cm²)

Untuk viskositas sediaan krim diukur pada rpm tertentu sampai jarum viskometer menunjukkan pada satu skala yang konstan. Penentuan sifat alir dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas hanya saja diukur dengan kecepatan (rpm) yang bervariasi (dengan menaikkan dan menurunkan rpm) sampai menghasilkan beberapa titik. Buat data yang diperoleh dalam kertas grafik antara Gaya (sumbu X) dan rpm (sumbu Y) serta tentukan sifat alirnya. Faktor perkalian berdasarkan rpm dan nomor spindle yang digunakan.

8.5 Daya proteksi

Dilakukan untuk mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan terhadap pengaruh asing dari luar yang mengurangi efektifitas dari krim. Semakin lama waktu yang dibutuhkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan

Prosedur :

0,5 gram sediaan krim ditimbang, kemudian diambil sepotong kertas saring (10x10)cm, dibasahi dengan larutan PP sebagai indicator kemudian keringkan. Diolesi dengan dengan sediaan pada kertas saring. Pada kertas saring yang lain, dibuat suatu area (2,5x2,5)cm dengan paraffin cair. Setelah kering akan di dapat area yang dibatasi dengan paraffin tersebut. Ditempelkan kertas saring pertama di atas kertas saring kedua. Basahi dengan larutan KOH (0,1). Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahu denan larutan PP pada waktu 15,30,45,60 detik, 3 dan 5 menit. Jika tidak ada noda merah berarti sedian dapat memberikan proteksi terhadap cairan.

8.6 Daya lekat

Bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh krim untuk melekat pada kulit. Hal ini juga berhubungan dengan lama daya kerja obat. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin lama daya kerja obat.

Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat. Cara kerja untuk melakukan uji ini adalah :

(18)

Timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat, olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut. Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.

8.7 Uji Kestabilan

Uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan krim dalam suhu atau daerah yang memiliki perbedaan suhu nyata dan terus menerus. Caranya dengan ditempatkan pada suhu yang berbeda-beda secara kontinue dan ditentukan tiap waktunya.

a. Agitasi atau Sentrifugasi

Sediaan krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugal kemudian dimasukkan ke dalam alat sentrifugator, kemudian sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm, radius 10 cm, selama 5 jam. Amati adanya pemisahan fase minyak dan fase air.

b. Manipulasi Suhu

Krim dioleskan pada objek glass dan dipanaskan pada suhu 30°C, 40°C, 50°C, 60°C dan 70°C. Amati pada suhu berapa terjadi pemisahan fase dengan menggunakan indikator sudan merah.

8.8 Tipe Krim dengan Metode Pewarnaan

Persiapkan larutan pereaksi Sudan III, oleskan krim di atas objek glass. Tambahkan larutan pereaksi Sudan III di atas obyek glass dan homogenkan, kemudian tutup dengan kaca penutup. Segera amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali. Bila didapatkan fase luar berwarna merah dan fase dalam tidak berwarna, maka krim yang terbentuk adalah krim air dalam minyak. Pada penambahan Biru metilen di atas kaca objek, jika fase luar berwarna biru dan fase dalam berupa tetesan cair tidak berwarna maka krim yang terbentuk adalah krim minyak dalam air

8.9 Uji Keseragaman Bobot dan Uji Minimum Prosedur :

Ambil contoh sebanyak 10 wadah berisi zat uji, hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu isi wadah dikeluarkan. Timbang wadah yang masih berisi krim. Keluarkan isi secara kuantitatif timbang satu per satu. Bersihkan dan keringkan wadah dengan cara yang sesuai kemudian timbang wadah kosong. Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah. Bobot rata-rata dari 20 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan tidak satu wadah pun yang bobot

(19)

bersih isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 gram atau kurang. Jika persyaratan ini tidak dipenuhi tetapkan bobot bersih dari 20 wadah tambahan. Bobot bersih rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah yang bobot bersih isinya kurang dari 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 gram atau kurang

8.10 Uji Difusi

Uji difusi dilakukan dengan menggunakan sel difusi Franz. 1. Penyiapan Hewan Coba sebagai Membran Penetrasi

Tikus yang telah dikondisikan dengan lingkungannya terlebih dahulu dibius

kemudian dipastikan sudah tidak bernyawa. Setelah itu, dikuliti seluruh kulit tikus

kecuali bagian kaki dan kepala dengan menggunakan pisau dan gunting bedah. Bagian kulit yang dipotong dibersihkan dari lemak-lemak yang mungkin masih menempel, digunting bulu-bulunya dan dicukur menggunakan pisau pencukur dengan hati-hati sampai kulit tikus bersih dari bulu-bulu. Setelah itu kulit dicuci dengan menggunakan air suling dan dibilas dengan larutan NaCl 0,9% untuk melepaskan sisa jaringan yang masih melekat (Nisa, 2013).

2. Pengujian Difusi

Kompartemen cairan penerima pada alat sel difusi Franz diisi dengan larutan dapar pH 7,4 sampai penuh (mL). Sediaan ditimbang 1 g dan dioleskan secara merata pada kulit tikus yang diletakkan pada alat sel difusi Franz tersebut. Magnetik stirrer dimasukkan ke dalam sel difusi Franz. Sel difusi Franz kemudian diletakkan pada bejana kaca berisi air yang dilengkapi dengan termostat dan termometer untuk

pengaturan suhu. Suhu air pada bejana kaca diatur pada 37±1 0C. Magnetik stirrer

dihidupkan dan diatur skala untuk berputar 120 rpm. Suhu dijaga ±37 0C,

pengambilan cuplikan sesuai interval waktu tertentu (0, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 menit), diambil medium penerima (larutan dapar fosfat pH 7,4) sebanyak 5 mL dan diganti dengan medium penerima dari luar juga sebanyak 5 mL. Pengambilan sampel disamakan untuk setiap pengujian. Sampel yang telah diperoleh diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang maksimum klobetasol propionic 240nm.

(20)

Penetapan kadar dalam sedaan krim dilakukan dengan dibuat larutan sampel krim 1% dan 2,5% (masing-masing A dan B, serta C dan D) dengan pelarut terpilih hingga diperoleh konsentrasi akhir teoritik (mengacu pada label) masing-masing 10 dan 12,5 ppm. Kemudian diukur serapan (rasio amplitudo)-nya pada λ analisis clobetasol propionate. Percobaan dilakukan triplo untuk setiap sampel (Hayun, 2014).

IX. PEMBAHASAN

Pembuatan krim menggunakan prinsip secara umum, yaitu dengan melebur fase minyak, memanaskan fase air dan mencampur keduanya menjadi massa krim, kemudian mendispersikan zat aktif ke dalamnya. Fase minyak dan zat yang larut dalam minyak seperti chlorocresol dilebur di atas hotplate agar konsistensi dari lilin – lilin melunak dan menjadi setengah padat atau hampir cair, konsistensi seperti ini memudahkan dalam menghomogenkan fase minyak. Fase air dan zat – zat yang larut dalam air seperti natrium sitrat dan asam sitrat dipanaskan di atas hotplate untuk memudahkan pelarutan dan mencapai suhu yang sama dengan fase minyak. Dalam mencampurkan kedua fase, suhu harus dipastikan sama atau fase yang akan dituang lebih tinggi 5 derajat celcius dari fase yang akan ditambahkan ke dalamnya, suhu harus diperhatikan agar massa cream dapat terbentuk dengan baik dan tidak terjadi pecahnya cream. Suhu yang berbeda ini karena fase yang akan dituangkan kemungkinan besar akan berinteraksi dengan suhu ruangan pada saat proses penuangan sehingga suhunya akan turun, diharapkan dengan selisih 5 derajat celcius maka ketika bercampur dengan fase yang ditambahkan maka suhunya sama. Pengadukkan pun harus diperhatikan, cepat dan konsisten, karena menggunakan mixer, maka kecepatan pengadukan dapat diatur dan pengadukkan yang dilakukan pun konsisten. Suhu yang sama dan pengadukan yang konstan merupakan titik kritis, dimana prosedur ini harus diperhatikan dengan seksama agar krim dapat terbentuk dengan sempurna.

Zat aktif berupa clobetasol propionate didispersikan dulu dalam propylene glycol, propilenglicol dapat digunakan untuk mendispersikan zat aktif karena memiliki viskositas yang tinggi. Baru kemudian disperse ini dimasukkan ke dalam massa cream yang sudah jadi, untuk didispersikan ke dalam massa cream.

(21)

Pada sediaan krim ini digunakan kloberasol propionate sebagai zat aktif. Klobetasol propionat merupakan suatu kortikosteroid sintetik aktif yang digunakan sebagai obat topikal pada kulit. Kortikosteroid ini suatu hormone atau senyawa regulator seluruh sistem homeostatis tubuh organisme agar dapat bertahan pada perubahan lingkungan dan juga infeksi. Kortikosteroid terdapat dua jenis yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Klobetasol ini memiliki derajat aktivitas glukokortikoid yang tinggi sedangkan mineralokortikoid rendah. Selain itu, klobetasol juga memiliki efek antiinflamasi, antipiretik, dan vasokonstriksi.

Penggunaan obat ini melalui kulit dimana absorpsinya ditentukan oleh faktor-faktor diantaranya: bahan pembawa, keutuhan dari kulitnya, dan penggunaan perban/plester/pembalut. Setelah obat ini diabsorpsi melalui kulit, selanjutnya akan terikat pada protein plasma, lalu dimetabolisme terutama di hati dan kemudian diekskresikan melalui ginjal.

Untuk obat klobetasol propionate dalam krim harus diperhatikan

penyimpanannya. Obat ini harus disimpan pada suhu di bawah 300C dan terlindung dari

cahaya. Hal ini berkaitan dengan stabilitas dari sediaan obatnya.

Clobetasol propionate termasuk ke dalam golongan steroid topikal yang memiliki potensi yang sangat kuat. Clobetasol ini tergolong pada kelas 1 dimana kelas ini sangat poten dan kuat potensinya 600 kali lebih kuat dibandingkan hidrokortison.

Sediaan krim memiliki keuntungan diantaranya: Mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau dicuci karena pembawa krim adalah air, kemudian bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, dapat memberikan rasa dingin, kebanyakan digunakan sebagai kosmetik. Namun, sediaan krim juga memiliki kekurangan diantaranya: susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas, lalu mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas, dan juga mudah kering serta rusak karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan. Untuk menjaga stabilitas dari sediaan krim ini, krim harus bebas dari inkompatibilitas, lalu stabil dari suhu kamar dan kelembaban diruangan.

(22)

Penggunaan Klobetasol harus sesuai dengan petunjuk dokter. Gunakan klobetasol dengan cara dioleskan pada daerah tujuan pengobatan. Setelah mengolesi krim, cuci tangan sesegera mungkin. Pengobatan ini harus dibatasi untuk 2 minggu berturut-turut.

Penggunaan klobetasol perlu diperhatikan yaitu jangan menggunakan lebih dari 50 gr per minggu, lalu hindari kontak dengan mata, perlu diperhatikan label untuk melihat apakah ia memiliki kortikosteroid di dalamnya. Pada anak, harus digunakan secara hati-hati dan harus sesuai petunjuk dokter, begitupun pada ibu hamil, perlu didiskusikan mengenai manfaat dan resiko penggunaan klobetasol. Periksa pada dokter jika terdapat efek samping yang mengganggu.

X. KESIMPULAN

Dibuat rancangan formulasi dari sediaan Clobetasol Propionic cream yang mengandung Clobetasol Propionic 0,05% dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor preformulasi.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rowe, Raymond C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition.

London: Pharmaceutical Press.

The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London: The Stationery Office. USP 32 – NF 27 (2009). United States Pharmacopeia and The National Formulary.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui formulasi yang dapat memberikan karateristik fisik (pH, viskositas, dan daya sebar), aseptabilitas dan dari sediaan

Stabilitas sediaan krim diamati dari uji organoleptis, pH, viskositas, daya sebar dan daya lekat krim tiap minggu selama 2 bulan pada penyimpanan suhu ruang

Hasil penelitian terhadap stabilitas fisika dan pH sediaan krim anti jerawat yang mengandung asam salisilat 2% sebagai Formula I, asam salisilat 2% dan tea tree oil

Uji homogenitas dengan tidak terdapatnya partikel-partikel kecil pada seluruh sediaan krim, uji pH dengan nilai pH 6 yang masih dalam interval pH kulit yaitu 4,5-8,0 dan uji

Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan sediaan krim ekstrak etanol kulit batang matoa dengan konsentrasi 0,5%, 1,5%, 2,5% dan 3,5%, untuk mengetahui pengaruh

Pada umumnya produk kosmetik untuk krim pemutih dengan bahan herbal asam kojic yang merupakan produk yang paling sering digunakan untuk penggunaan topical

Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit,

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan kebagian kulit