ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION PADA PEMBELAJARAN
HIDROKARBON DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI KELAS XI IPA SMAN 2 KOTA JAMBI
ARTIKEL ILMIAH
OLEH: SYAFIRA A1C113039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 1 ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL ATTENTION, RELEVANCE,
CONFIDENCE, AND SATISFACTION PADA PEMBELAJARAN
HIDROKARBON DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI KELAS XI IPA SMAN 2 KOTA JAMBI
Oleh
Syafira1, Abu Bakar2, Fatria Dewi3
1Alumni Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi 2Staf Pengajar Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
Email : firaalmuchdar@gmail.com ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model ARCS dan mengetahui pengaruh antara keterlaksanaan model ARCS terhadap kepercayaan diri siswa di SMAN 2 Kota Jambi pada pembelajaran hidrokarbon. Desain penelitian ini adalah pre-experimental desain dengan jenis penelitian one shot case study menggunakan sampel penelitian random sampling. Adapun sampel yang dipilih hanya satu kelas yaitu kelas XI IPA 2. Instrumen penelitian berupa lembar lembar observasi keterlaksanaan model ARCS baik dari guru maupun siswa, serta lembar observasi kepercayaan diri siswa. Data kuantitatif diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian dicari hubungan keterlaksanaan model ARCS dan kepercayaan diri siswa dengan korelasi produk momen. Selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat signifikansi pengaruh keterlaksanaan model ARCS dengan kepercayaan diri siswa. Keterlaksanaan model ARCS oleh guru dan siswa termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 90,77% dan 91%. Untuk kepercayaan diri siswa dalam kategori baik yaitu dengan persentase 82,25%. Data guru dan siswa berdistribusi normal dan homogen, koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,525, berarti hubungan antara keterlaksanaan model ARCS dengan kepercayaan diri siswa memiliki tingkat hubungan sedang. Dilihat dari thitung > ttabel yaitu 2,68 > 1,6838 berarti keterlaksanaan model ARCS berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa keterlaksanaan model ARCS berjalan dengan baik dan terdapat pengaruh antara keterlaksanaan model ARCS pada pembelajaran hidrokarbon dengan kepercayaan diri siswa di SMAN 2 kota Jambi.
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 2 PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Sahertian, 2010). Menurut Darmadi (2012) Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk kemampuan individu mengembangkan dirinya sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warganegara dan warga masyarakat.
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara sadar dan terencana yang mengarah pada pencapaian tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan dan diterapkan sebelumnya. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif, menyenangkan, dan mampu memberi semangat kepada siswa. (Pratiwi, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdapat dua faktor yaitu: pertama, faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa.
Faktor ini terdiri dari faktor jasmaniah yaitu: kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis yaitu: perhatian, minat, bakat, intelegensi dan kesiapan dan faktor kelelahan. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa (Slameto, 2010).
Menurut Rachman (2010) rasa percaya diri sangat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Kepercayaan diri pada dasarnya merupakan keyakinan dalam diri seseorang untuk dapat menanggapi segala sesuatu dengan baik sesuai dengan kemampuan diri yang dimiliki. Siswa yang memiliki sikap percaya diri dan memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil, perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar
berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan di sekolah dapat dilihat bahwa siswa kelas XI IPA SMAN 2 Kota Jambi kurang percaya diri, gejala yang nampak yaitu: cenderung malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya. Ketika siswa selesai mengerjakan tugas tidak ada satupun diantara mereka yang memiliki inisiatif sendiri untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Saat guru meminta salah satu siswa untuk maju sekedar menceritakan atau membacakan hasil kerjanya maka akan terjadi saling tunjuk antar siswa. Siswa terlihat enggan untuk maju dikarenakan sikap malu yang ada pada diri siswa. Ketika siswa membaca di depan kelas suara yang mereka keluarkan juga masih pelan. Mereka cenderung tidak menggunakan kualitas suara yang seharusnya. Perilaku yang dimunculkan oleh para siswa adalah pencerminan dari mereka yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam belajar sehingga akan berdampak terhadap nilai yang diperolehnya dalam belajar.
Materi hidrokarbon merupakan materi yang membutuhkan pemahaman konsep lebih, apabila siswa kurang memahami konsep mereka akan kesulitan dalam mempelajari materi. Materi pokok hidrokarbon mencakup rumus senyawa-senyawa serta sifat fisis dan reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa hidrokarbon. Dalam materi ini juga banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, siswa tidak mengetahui keterkaitan antara materi dengan kehidupan sehari-hari, mereka hanya berpedoman pada bahan ajar yang diberikan oleh guru. Hal ini membatasi pengetahuan dan menjadikan siswa cepat bosan selama pelajaran.
Berkaitan dengan hal di atas,salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kelas dalam rangka meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, menghilangkan persepsi
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 3 buruk siswa terhadap pelajaran kimia
khususnya pada materi hidrokarbon adalah model Attention, Relevance, Confidence, And Satisfaction (ARCS). Model pembelajaran ini mengaitkan materi dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih menarik perhatian siswa. Model ARCS mengandung aspek perhatian (attention), kesesuaian (relevance), percaya diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction) dalam sintaks pembelajarannya. Dalam komponen model pembelajaran ini terdapat komponen
confidence (percaya diri) yang dapat mendorong dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Pembelajaran kimia seharusnya dilakukan dengan model pembelajaran yang menarik dan sesuai, menuntut siswanya aktif serta bermakna bagi siswa. Oleh karena itu perlu adanya strategi khusus ataupun perubahan-perubahan dalam kegiatan pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru terutama dalam mengembangkan percaya diri pada siswa.
Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan keefektifan dari model pembelajaran ARCS yaitu dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa (Reskiwati, 2014). Namun dari beberapa penelitian yang telah menggunakan model ARCS belum meneliti bagaimana keterlaksanaan model ARCS yang ditinjau dari guru maupun siswa, sementara keterlaksanaan model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan kepercayaan diri siswa. Untuk itu perlu diadakan analisis keterlaksanaan model ARCS ditinjau dari guru dan siswa, sehingga akan terlihat apakah pelaksanaan model ARCS berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memilih judul penelitian “Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, And Satisfaction Pada Pembelajaran Hidrokarbon dan Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Kota Jambi”
KAJIAN PUSTAKA Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran yang sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami jika bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemeroleh pengetahuan, makan guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam upayanya untuk membuat siswa dapat belajar (Pratiwi,2014).
Model ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfication)
pertama kali diperkenalkan oleh Jhon M Keller pada tahun 1987. Keller dalam
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 4 Kiranawati (2007) menyatakan bahwa
model pembelajaran ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari kedua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Lebih lanjut Keller dalam Mertasari (2003) menyatakan empat komponen tersebut yakni: (1) minat/attention, yakni sejauh mana rasa ingin tahu siswa dibangkitkan dan dipertahankan dari waktu ke waktu; (2) relevansi/relevance, yang berkaitan dengan sejauh mana proses pembelajaran dapat memuaskan atau sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa; (3) harapan/confidence, perasaan untuk berhasil yang mungkin berada dalam kendali siswa sendiri; dan (4) pemuasan/satisfaction, mengacu kepada kombinasi ganjaran ekstrinsik dan motivasi instrinsik yang sesuai dengan antisipasi siswa.
ARCS merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aspek motivasi yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya diri), satisfaction (kepuasan). Model ini dikembangkan oleh John M. Keller seorang sarjana Psikologi dari Florida State University (Keller,1994).
Menurut Keller (1994), guru perlu memberikan motivasi kepada peserta didik.
Hal ini dikarenakan munculnya motivasi belajar dalam diri peserta didik bukan hanya menjadi tanggung jawab mereka, tetapi juga menjadi tanggung jawab guru.
Menurut Awoniyi (1997) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa
2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik 3. Model motivasi yang diperkuat oleh
rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa
4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik Selanjutnya Awoniyi (1997) menjelaskan bahwa selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan.
Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu:
1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif
2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan penilaian.
Kepercayaan Diri
Lauster mengemukakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, berani, cukup toleran dan bertanggung jawab. Lauster menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan dalam melakukan sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini membuat diri yang sejati. Bagaimanapun kemampuan manuasia terbatas pada
sejumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dikuasai (Ghufron,2011).
Menurut Lauster (2002) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 5 orang yang mempunyai kepercayaan diri
memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), memiliki sikap positif, tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis, dan gembira.
Anthony berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan,dapat mengembangkan keyakinan diri, berfikir positif, memiliki kemandirian, memiliki keberanian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Kumara menyatakan kepercayaan diri merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Afiatin dan Andayani yang menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan, keterampilan yang dimilikinya (Ghufron,2011).
Menurut Baron (2004), kepercayaan diri merupakan prediktor
terbaik bagi keberhasilan seseorang serta suatu keyakinan yang dimiliki seseorang dan dengan keyakinan tersebut seseorang merasa mampu untuk dapat berperilaku sebagaimana mestinya dan positif dalam mencapai apa yang diinginkannya atau yang menjadi tujuannya, serta mampu bertahan terhadap tantangan dan permasalahan yang ada. Kepercayaan diri tersebut merupakan kualitas pribadi yang diperoleh seseorang melalui pengembangan konsep diri yang baik serta harga diri yang sehat.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri, sehingga individu yang bersangkutan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki yang ditandai dengan adanya perasaan positif terhadap diri sendiri, mampu bertindak mandiri dalam mengambil keputusan dan berani mengungkapkan pendapat secara optimis tanpa adanya rasa takut, cemas dan grogi.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah pre-experimental desain dengan jenis penelitian
one shot case study menggunakan sampel penelitian random sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 2 Kota Jambi tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 1 kelas.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterlaksanaan model pembelajaran model ARCS dan ariabel terikatnya adalah kepercayaan diri siswa.
Instrumen penelitian berupa lembar lembar observasi keterlaksanaan model ARCS baik dari guru maupun siswa, serta lembar observasi kepercayaan diri siswa. Data kuantitatif diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian dicari hubungan keterlaksanaan model ARCS dan kepercayaan diri siswa dengan korelasi produk momen.
𝑟𝑥𝑦= 𝑁𝛴𝑥 − (∑𝑥)(∑𝑦)
√{𝑁𝛴𝑥2−(∑𝑥)2(𝑁𝛴𝑦2− (𝛴𝑦)2} (Sugiyono, 2013)
Kisi-kisi instrumen keterlaksanaan model diambil dari sintak model ARCS itu sendiri dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan. Indikator kepercayaan diri siswa terdiri dari ciri-ciri kepercayaan diri yang diambil dari beberapa teori yang terdiri dari 6 aspek yang diamati. Aspek tersebut dijabarkan menjadi 32 indikator.
Data keterlaksanaan model pembelajaran ARCS dan kepercayaan diri siswa dikumpulkan dengan cara pengamatan langsung tiap pertemuan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan oleh 7 observer. Tiap kelompok siswa diamati oleh 1 orang observer. Dalam penelitian ini terdapat 6 kelompok siswa yang diamati oleh masing-masing observer, sementara 1 orang mengamati keterlaksanaan model pembelajaran ARCSoleh guru. Sedangkan data kerpercayaan diri siswa diperoleh melalui Lembar observasi yang sesuai dengan instrumen kepercayaan diri siswa terdiri dari 32 pernyataan.
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 6 Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis terlebih dahulu data keterlaksanaan model pembelajaran ARCS oleh guru dan siswa dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan syarat data berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis untuk melihat pengaruh keterlaksanaan model ARCS terhadap kepercayaan diri siswa dilakukan dengan menggunakan uji korelasi produk moment
dan uji signifikansi yaitu uji-t. Rumus untuk uji t :
Keterangan :
r = Koefesien korelasi
n = Banyak sampel
(Sugiyono, 2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data hasil lembar observasi mengindikasikan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran menggunakan model ARCS dengan sangat baik dan mengalami peningkatan disetiap pertemuannya. Data yang diperoleh dirata-ratakan dengan perolehan persentase sebesar 90,77% dengan kategori sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 1.1 Hasil lembar observasi guru
Pertemuan Persentase (%) Kategori
1 85 Sangat Baik
2 92,50 Sangat Baik
3 95 Sangat Baik
Rata-rata 90,77 Sangat Baik
Gambar 1.1 Diagram persentase keterlaksanaan model ARCS oleh guru
Sama halnya dengan peningkatan keterlaksanaan model oleh guru, persentase keterlaksanaan model oleh siwa juga mengalami peningkatan disetiap pertemuannya. Data yang diperoleh
dirata-ratakan dengan perolehan persentase sebesar 91% dengan kategori sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 1.1 Hasil lembar observasi siswa
Pertemuan Persentase (%) Kategori
1 88 Sangat Baik
2 91 Sangat Baik
3 92 Sangat Baik
Rata-rata 91 Sangat Baik
Gambar 1.1 Diagram persentase keterlaksanaan model ARCS oleh siswa
Data keterlaksanaan model ARCS oleh guru dan siswa diuji normalitas dan homogenitas. Setelah didapatkan data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung 0,895 dan ttabel 2,776 sehingga dapat diketahui bahwa harga - ttabel< thitung < ttabel yaitu -2,776 < 0,895 < 2,776. Kesimpulannya bahwa data keterlaksanaan
91.00 92.00 88.00 80.00 90.00 100.00 s k o r ( %) 92.50 95.00 85.00 70.00 80.00 90.00 100.00 s k o r ( %)
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 7 model ARCS oleh siswa dapat mewakili
data keterlaksanaan model ARCS oleh guru.
Data kepercayaan diri siswa menunjukkan bahwa persentase kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan disetiap pertemuannya. Data yang diperoleh dirata-ratakan dengan perolehan persentase sebesar 82,25% dengan kategori baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 1.3 Hasil lembar observasi kepercayaan diri siswa
Pertemuan Persentase (%) Kategori
1 73,75 Baik
2 86 Sangat Baik
3 87 Sangat Baik
Rata-rata 82,25 Baik
Gambar 4.3 Diagram Persentase Hasil Observasi Kepercayaan Diri Siswa
Peningkatan kepercayaan diri siswa dalam penelitian ini bukan semata-mata karena ketidaksengajaan namun dikarenakan keterlaksanaan model pembelajaran ARCS berjalan dengan baik dan guru semakin menguasai sintaks dengan maksimal dan juga menguasai kelas
dengan baik dan terjadinya pembelajaran aktif yaitu dengan berdiskusi antar kelompok, bertukar pikiran, menggugah ide-ide siswa dan bimbingan belajar oleh guru.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat pengaruh keterlaksanaan model pembelajaran ARCS terhadap kepercayaan diri siswa dengan menggunakan rumus korelasi produk moment. Hasil analisis data menunjukkan tingkat hubungan sedang dengan rxy = 0,525. Untuk melihat signifikansi antara keterlaksanaan model ARCS dengan kepercayaan diri siswa dilakukan dengan uji lanjutan yaitu uji-t dan didapat thitung = 2,68 dengan ttabel 1,6838 maka thitung lebih besar dari ttabel (2,68>1,6838). Hasil pengujian hipotesis diperoleh terima Ha dan tolak Ho yang berarti terdapat pengaruh keterlaksanaan model terhadap kepercayaan diri siswa.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah:
1. Keterlaksanaan model Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction pada pembelajaran hidrokarbondan pengaruhnya terhadap kepercayaan diri siswa di kelas XI IPA SMAN 2 Kota Jambi berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan tiap pertemuan ditinjau dari guru maupun siswa.
2. Terdapat pengaruh positif model pembelajaran Attention,
Relevance, Confidence and Satisfaction pada pembelajaran hidrokarbonterhadap
kepercayaan diri siswa di kelas XI IPA SMAN 2 Kota Jambi
86.00 87.00 73.50 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 s k o r ( %)
Kepercayaan Diri Siswa
Sanga t Baik baik
SYAFIRA (A1C113039) PENDIDIKAN KIMIA 2013 UNIVERSITAS JAMBI 8
DAFTAR PUSTAKA
Awoniyi., 1997. Strength and Weakness of
ARCS Model. Diakses 20 April
2017,dari
http://ouray.cudenver.edu.
Baron, R. A. & Byrne, D., 2004. Psikologi Sosial (edisi 10). Jakarta : Penerbit Erlangga
Darmadi, H., 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Ghufron., 2011. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Keller, J., 1994. Development and use of the
arcs model of instructional design. Journal of Instructional Development. 10(3): 2-10.
Kiranawati., 2007. Metode Investigasi Kelompok. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Lauster, P, diterjemahkan oleh D.H. Gulo., 2002. Tes kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara
Mertasari, T., 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Terjemahan. Jakarta: Balai Pustaka.
Pratiwi., 2014. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rachman, S., 2010. Hubungan Tingkat
Percaya Diri dengan Hasil Belajar.
Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. Reskiwati S., 2014. Efektivitas Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Dan Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar . Jurnal Nalar Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2014. ISSN: 2339-0794 Halaman [230].
Sahertian., 2010. Konsep Dasar dan Teknik Super Visi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto., 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Sugiyono., 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta