MUAL
MUNTAH
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1
Angela Merici
132210101001
Marsalita Irine P.
132210101002
Vabella Eka R.
132210101003
Qurnia Wahyu F.
132210101004
Herlina Ekawati
132210101005
Putri Sakinah
132210101007
Nurul Shalikha
132210101011
Elsa Dwi
132210101013
Linda Hadi S
132210101015
pergerakan lambung, yaitu pergerakan yang sulit pada rongga perut dan otot-otot di
rongga dada.
pergerakan lambung, yaitu pergerakan yang sulit pada rongga perut dan otot-otot di
rongga dada.
Mual
Mual
pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh gerakan peristaltik kembali Gastro Intestinal, gerakan ini memerlukan koordinasi kontraksi dari otot perut, pylorus dan antrum, kenaikan cardiagastric, menurunkan
tekanan
dan dilatasi esophageal (DiPiro dan Taylor, 2005).pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh gerakan peristaltik kembali Gastro Intestinal, gerakan ini memerlukan koordinasi kontraksi dari otot perut, pylorus dan antrum, kenaikan cardiagastric, menurunkan
tekanan
dan dilatasi esophageal (DiPiro dan Taylor, 2005).Mu
nta
h
Mu
nta
h
Pengerti
an
Chemotherapy Induced
Nausea and Vomiting
PATOFISIOLOGI MUAL
MUNTAH
Beberapa mekanisme patofisiologi diketahui menyebabkan mual muntah yaitu pada kumpulan saraf-saraf yang berlokasi di medulla oblongata.
Saraf –saraf ini menerima input dari :
Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema
Sistem vestibular (yang berhubungan dengan mabuk darat dan mual karena penyakit telinga tengah)
Nervus vagus (yang membawa sinyal dari traktus gastrointestinal)
Sistem spinoreticular (yang mencetuskan mual yang berhubungan dengan cedera fisik)
ETIOLOGI
Penyakit psikogenik
Proses-proses sentral (misal : tumor otak)
Proses sentral tak langsung (misal : obat-obatan, kehamilan) Penyakit perifer (misal : peritonitis)
STUDI KASUS
KJ adalah seorang peremuan berusia 65 tahun. Dia datang ke klinik kanker untuk menjalani kemoterapi yang pertama. Dia Didiagnosa kanker ovarium stage II. Dia direncanakan akan menerima kemoterapi sebanyak 5 kali dengan regimen Carboplatin dan Paclitaxel (Carboplatin AUC 6 IV selama 30 menit setiap 21 hari sekali + Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v selama 3 jam setiap
21 hari sekali). Pada hari pertama kemoterapi dia mendapatkan obat sebagai berikut:
Carboplatin AUC 6 i.v selama 30 menit Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v. selama 3 jam
Ondensetron 24 mg p.o. 30 menit sebelum chemotheraphy Dipenhydramine 25 mg i.v. 30 menit sesudah chemotherapy Famotidine 20 mg i.v 30 menit sesudah kemoterapi
Ny. KJ juga mendapatkan resep:
Ondensetron 8 mg p.o. setiap 6 jam jika mual muntah Metclopraminde + dexamathasone selama 4 hari
Yaitu pertumbuhan sel-sel asing yang
berbahaya pada beberapa bagian dari
ovarium.
Ovarium
adalah
organ
reproduktif wanita, dimana sel telur
berkembang.
Umumnya
kanker
ovarium
diklasifikasikan sebagai epithelial dan
tumbuh dari permukaan ovarium.
Kanker
Ovarium
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KANKER
OVARIUM
• Biasanya wanita usia>63thn
Usia
• menstruasi usia <12 thn • Tdk punya anak
• Memiliki anak usia >30 thn • menopause usia >50 tahun
Sejarah
reproduksi
• Konsumsi clomiphene citrate dalam waktu lama
obt penyubur
kehamilan
• resiko mengidap > tinggi
Sejarah keluarga
terkena kanker
• gemuk atau yang malas bergerak
Obesitas
• penyebab kanker ovarium
mutasi gen BRCA1
atau BRCA2
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastatis.
Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008). Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang diperlukan (Adiwijono,2006).
Kemoter
api
OBAT UNTUK PASIEN KEMOTERAPI
Pada pasien kemo digunakan dua atau lebih obat sebagai suatu kombinasi.
Alasan terapi kombinasi: untuk menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri.
CONTOH
resimen kemoterapi untuk kanker ovarium
adalah
paclitaxel-carboplatin
paclitaxel-cisplatin
Ny. KJ menjalankan terapi kemoterapi untuk pengobatan kanker ovarium yang dia derita. Digunakan kombinasi obat Carboplatin AUC 6 i.v selama 30 menit dan Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v. selama 3 jam. Kedua obat tersebut adalah golongan obat sitotoksik yang merupakan pilihan utama dalam pengobatan kanker menggunakan kemoterapi (first line therapy) karena keduanya memiliki efek sinergis untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker.
First
Line
CARBOPLATIN
Indikasi : terapi kanker ovarium stadium lanjut
Dosis
• dewasa 400 mg/m2 sebagai infes iv
tunggal selama 15-60 menit.terapi
tidak boleh diulangi s/d 4 minggu sesudah pemberian dosis sebelumnya
Efek Samping
• supresi sum-sum tulang ,leucopenia, trombositopenia, anemia, mual dan muntah, diare, konstipasi, peningkatan bersihan kreatinin,peningkata n asam urat,nitrogen urea darah dan kreatinin
serum.neuropati perifer, disgeusia, ototoksisitas,
peningkatan enzim hati, reaksi alergi, alopesia,sindroma menyerupai flu,reaksi pada tempat injeksi
Mekanisme
Kerja
• obat ini merupakan suatu agen kemoterapi berbasis platinum yang mengikat atom amonia dan 1,1-cyclobutanedicarbox ylat. Obat ini
bekerja merusak sel-sel kanker dengan mengganggu DNA melalui intra strand antar cross link dan protein DNA cross link sehingga dapat mencegah
pembelahan sel kanker dan juga pertumbuhannya.
PACLITAXEL
Indikasi : terapi untuk kanker ovarium dan kanker payudara yang sudah bermetastasis
Dosis
• monoterapi 175 mg/m2 secara infuse iv selama 3 jam tiap 3 minggu.terapi kombinasi 175 mg/m2 secara infuse iv selama 3 jam tiap 3 minggu ,diikuti dengan pemberian komponen platinum atau 135mg/m2 secara infuse iv selama 24 jam diikuti dengan pemberian komponen platinumEfek Samping
•
reaksi
hipersensitivita
s, neutropenia,
trombositopeni
a, anemia,
infeksi misalnya
pada
pernapasan, ISK
&
sepsis,hipotensi
dan bradikardi,
aritmia,blok AV,
kelainan EKG
Mekanisme
Kerja
• Obat akan menembus membran sel dan
berinteraksi dengan berbagai substansi dan molekul
regulator pada reseptor mikotubulus di sitoplasma sehingga menyebabkan distorsi/kerusakan
mikrotubulus. Sinyal ini kemudian ditangkap oleh penginduksi tumor
suppressor gene p53 pada
nukleus dan Cyclin
Dependent Kinase Inhibitor
agar siklus sel berhenti pada fase G2/M untuk
memperbaiki kerusakan mikrotubulus. Bila kerusakan tersebut tidak bisa diperbaiki maka akan terjadi
peningkatan faktor-faktor pro-apoptosis (Bax, Bak, Bim, Bok, Bad) dan penurunan faktor-faktor antiapoptosis (Bcl-2 dan Bcl-x) di
mitokrodria dan mengaktivasi sitokrom C, APAF-1 dan
caspase 9 untuk terjadinya proses apoptosis
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Pasien dengan keluhan ringan,mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman di anjurkan untuk menghindari masuknya makanan
Intervensi non farmakologi di klasifikasikan sebagai intervensi perilaku termasuk relaksasi,biofeedback,self-hypnosis, distraksi kognitif dan desensitisasi sistematik.
TERAPI FARMAKOLOGI
1. ONDANSETRON Indikasi :
Untuk menangani mual dan muntah yang diinduksi oleh obat kemoterapi dan radioterapi sitotoksik, pencegahan mual dan muntah pasca operasi, narfoz sebaiknya tidak digunakan pada keadaan mual atau muntah karena sebab lain.
Kontra indikasi:
narfoz jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap Ondansetron.
Efek samping :
Efek samping yang biasanya terjadi adalah sakit kepala, sensasi kemerahan atau hangat pada kepala dan epigastrium, gangguan irama jantung.
Mekanisme kerja :
Ondansetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) berikatan pada reseptornya yang ada di CTZ (chemoreseceptor trigger zone) dan di saluran cerna.
Dosis :
30 menit sebelum kemoterapi. Diberikan 30 menit sebelum kemoterapi.untuk mencegah timbulnya mual setelah kemoterapi
2.DIPENHIDRAMIN Indikasi : antihistamin Efek samping :
sedative,hipotensi,mengantuk,pusing,gangguan koordinasi, sakit kepala,kelelahan, insomnia.
Mekanisme kerja :
Dipenhidramin berkompetisi dengan histamine bebas untuk mengikat reseptor H1.obat ini bersifat antagonis kompetitif terhadap efek histamine pada saluran GI,uterus,pembuluh darah besar,dan otot bronchial.penghambatan reseptor H1 juga menekan pembentukan edema, panas gatal yang di sebabkan histamine
Dosis :
10 gram secara intravena. Pemberian 30-60 menit sebelum kemoterapi
Onset :
efek sedatif maksimum 1-3 jam
Durasi :
3. FAMOTIDINE
Indikasi :
antikolinergik, tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis,
Dosis :
20 mg tiap 6 jam (dosis lebih tinggi pada pasien yang sebelumnya telah menggunakan antagonis reseptor H2 lain)
Efek samping :
kebiasaan buang air besar berubah,pusing,ruam kulit, letih, keadaan bingung yang reversible, sakit kepala, jarang terjadi gangguan darah, nyeri otot atau sendi, hipersensitivitas,bradikardi dan blok AV,nefritis interstitial dan pankreatiti akut,ginekomastia kadang-kadang. Pasien mengalami gejala mual dan muntah sebagai efek samping dari kemotrapi yang dijalaninya
Mekanisme kerja :
Famotidin bekerja dengan menghambat secara kompetitif reseptor histamin H2 menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.
4. METOKLOPRAMINDE Indikasi :
meningkatkan tonus stingfer esophagus,membantu pengosongan lambung dan meningkatkan perpindahan usus halus,kemungkinan lewat pelepasan asetilkolin.
Dosis :
Ini diberikan untuk pencegahan dan antisipasi efek samping pemberian iv difenhidramin 20-50 mg
Mekanisme kerja :
Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik metoklopramida tidak jelas, tapi mempengaruhi secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ
5. DEXAMATHASONE Indikasi :
asma bronchial kronik, rhinitis alergi, dermatitis kontak dan atopic, alergi obat, serum sickness, konjungtivitis alergi, keratitis.
Dosis :
8-20 mg secara intravena. Diberikan 30 menit sebelum kemoterapi
Efek samping :
retensi garam & cairan, susah BAK, gangguan pencernaan, nafsu makan meningkat, hambatan pertumbuhan, gangguan haid, pelemasan otot.
Mekanisme kerja :
Mekanisme kerjanya berhubungan dengan mencegah pembentukan prostaglandin dan merangsang pelepasan endorphin, yang mempengaruhi mood dan tingkat ketenangan. Melalui mekanisme menghambat pelepasan prostaglandin secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT3 di sistem saraf pusat, menghambat pelepasan serotonin
di saluran cerna sehingga tidak terjadi ikatan antara serotonin dengan reseptor 5-HT3,
SARAN UNTUK TERAPI
• Pemberian obat untuk mual muntah pada kasus ini terlalu banyak. Mual dan muntah akibat regimen kemoterapi memicu CTZ pada otak sehingga obat yang tepat untuk digunakan adalah SSRI dan Dexamethasone. Pemberin obat antikolinergik dan obat antagonis H2 tidak rasional diberikan pada pasien mual muntah akibat
regimen kemoterapi
• Pemberian Ondansetron dengan dosis 24 mg sebelum kemoterapi terlalu tinggi karena dosis ini digunakan untuk resiko emesis yang tinggi. Regimen kemoterapi yang digunakan yaitu Carboplatin dan Paclitaxel, regimen ini memberikan resiko emesis sedang, jadi
• seharusnya dosis Ondansetron yang diberikan adalah 8mg. Pemberian Ondansetron sebelum kemoterapi secara IV lebih dianjurkan karena efeknya akan lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmuthalib. 2006. Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
dalam. (3 rd Ed.). (hlm 1879-1881). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam
FKUI
Adiwijono. 2006. Teknik-teknik pemberian kemoterapi, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed.).
Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI
Anonin. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Chabner BA, Longo L. 2006. Cancer chemotherapy and biotherapy, principles and practice. 4th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins
Davey, Patrick.2006. Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance. Medicine.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Neal M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta
Pazdur. 2001. Mual dan Muntah PadaPasien dengan Kemoterapi. Diunduh di http//www.scribd.com/doc/35152956/Evaluasi-Mual-Muntah-Paien-kemoterapi.html pada tanggal 10 N0vember 2014
Solimando, D.A.2003. Drug Information Handbook for Oncology. Ohio: Lexi-Comp, Inc. Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFIL
Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo