• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINITIS-ALERGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINITIS-ALERGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

NIM : 2005730023 STATUS T H T LAPORAN KASUS IDENTITAS  Nama : Nn.M  Umur : 20 tahun  Jenis Kelamin : Perempuan

 Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juni 1990  Alamat : Jl. Jatibening

 Pekerjaan : Mahasiswi  Ras / Suku : Jawa

 Agama : Islam  Pendidikan : SMA

 Tanggal MRS : 25 September 2010

Keluhan Utama : Hidung tersumbat

Keluhan Tambahan : Bersin-bersin lebih dari 8 kali, hidung meler dan hidung terasa gatal.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 10 hari yang lalu terutama saat pagi hari. Keluhan semakin memberat saat pasien tidur dengan menggunakan AC sejak 7 hari yang lalu. Pasien mengatakan, mula-mula bersin-bersin lebih dari 8 kali disertai hidung tersumbat dan gatal, setelah itu baru di rasakan ada ingus yang keluar encer, jernih dan banyak, tapi tidak berbau. Keluhan ini dirasakan semakin mengganggu. Sakit di bagian muka disangkal, sakit kepala, batuk, dan demam disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:

(2)

Riwayat Kebiasaan:

- Setiap tidur pasien menggunakan AC dan suka minum air dingin

Riwayat Penyakit Keluarga

- Ibu pasien alergi terhadap cuaca dingin. - Bapak pasien alergi terhadap debu.

Riwayat Pengobatan:

- Pasien pernah berobat di dokter spesialis THT 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama dan di diagnosis dokter dengan alergi.

(3)

Pemeriksaan Fisik Status Generalis

Keadaan umum : Pasien tidak tampak sakit Kesadaran : Komposmentis TD : 110/70 mmHg N : 84 x/mnt S : 37 ⁰C RR : 20 x/mnt Kepala : - Normochepal.

- Tidak ada deformitas.

Mata :

- Sklera ikterik -/-. - Konjungtiva anemis -/-.

- Pupil bulat 3 mm, isokor, refleks langsung dan tidak langsung +/+. Thorax :

- Inspeksi : Simetris, retraksi -/-

Abdomen : - Datar, asites (-)

Ekstremitas :

(4)

STATUS THT

Telinga kanan Telinga kiri

- nyeri tarik helix (-)

- nyeri tekan tragus (-) Aurikula

- nyeri tarik helix (-) - nyeri tekan tragus(-) - diameter: 7 mm - serumen (+) CAE - diameter: 7 mm - serumen (+) - Bulging (-) - Refleks cahaya (+) - Intak (+) - hiperemis (-) Membran Tympani - Bulging (-) - Refleks cahaya(+) - intak (+) - Hiperemis (-) + Rinne +

Tidak ada lateralisasi. Weber Tidak ada lateralisasi Schwabach pasien sama

dengan pemeriksa Schwabach

Schwabach pasien = pemeriksa

Interpretasi : ADS Normal.

Hidung

Pemeriksaan hidung luar Inspeksi dan Palpasi:

Bentuk hidung simetris kanan dan kiri Tampak kemerahan pada hidung.

Sinus paranasal : nyeri tekan pada: pangkal hidung (-) pipi (-/-)

(5)

Rinoskopi Anterior

Cavum nasi : cavum nasi kanan dan kiri tampak sempit, sekret serosa +/+

Mukosa : Permukaan Edema, basah dan warna pucat.

Concha : hipertropi +/+

Septum : lurus di tengah

Pharynx

Nasofaring : Post nasal drip (+)

Mukosa faring : hiperemis(-), sekret (+).

Dinding faring : Jaringan granulasi (-)

Arkus faring : simetris kanan dan kiri

Uvula : ditengah

Tonsil : hiperemis (-), T1/ T1

(6)

Larynx

Sulit dilakukan

Leher

Trakhea : Tepat lurus ditengah, tidak terdorong kearah yang sehat

Tiroid : Pada perabaan tidak ada benjolan yang ikut menelan

KGB : Pada perabaan tidak ada benjolan lebih dari 5mm

Resume

Seorang perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 10 hari yang lalu terutama saat pagi hari. Keluhan semakin memberat saat pasien tidur dengan menggunaka AC sejak 7 hari yang lalu. Pasien mengatakan, mula-mula bersin-bersin lebih dari 8 kali disertai hidung tersumbat dan gatal, setelah itu baru di rasakan ada ingus yang keluar encer, jernih dan banyak, tapi tidak berbau. Keluhan ini dirasakan semakin mengganggu. Sakit di bagian muka disangkal, sakit kepala, batuk, dan demam disangkal.

Keluhan ini sering dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mempunyai kebiasaan tidur menggunakan AC dan suka minum air dingin. Ibu dan bapak pasien mempunyai alergi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Tampak kemerahan pada hidung, Keluar cairan encer

dan jernih. cavum nasi kanan dan kiri tampak sempit, sekret serosa +/+, Mukosa Edema, basah dan warna pucat, Concha hipertropi +/+, Post nasal drip (+) dan sekret (+) di

(7)

Diagnosis Kerja

Rhinitis Alergi

Pengobatan Medikamentosa :

- Antihistamin : Klorfeniramin maleat 2mg No.VI / 2dd1 - Dekongestan : Efedrin HCL 25mg No.XII / 2dd2

Non Medikamentosa

Hindari Alergen  cuaca dingin dengan memakai selimut Hindari pemakaian AC dan minum air dingin

Prognosis

 Ad vitam : Bonam  Ad Functionam : Bonam

 Ad sanantionam : dubia ad Bonam

PEMBIMBING MAHASISWA

(8)

A. Dasar Diagnosis

Diagnosis pada kasus diatas adalah Rhinitis alergi. Hal ini ditegakkan berdasarkan :  Kriteria Subjektif

1. Hidung tersumbat.

2. Bersin-bersin lebih dari 8 kali 3. Hidung gatal.

4. Hidung meler  Kriteria Objektif

1. Tampak kemerahan pada hidung. 2. Keluar cairan encer dan jernih.

3. cavum nasi kanan dan kiri tampak sempit. 4. Sekret serosa +/+.

5. Mukosa Edema, basah dan warna pucat. 6. Concha hipertropi +/+.

7. Post nasal drip (+) dan sekret (+) di mukosa faring.

A. KAUSA

 Etilogi : Alergen  inhalan

 Pencetus : AC, minum air dingin/es  Predisposisi :

o Gen : Jika kedua orang tua alergi, maka 50 % akan mengenai keturunannya.

C. Patofisiologi

Pasien merupakan usia 20 tahun dan mempunyai herediter pembawa alergi sehingga ketika lingkungan disekitarnya dingin terjadi proses imunologis. Antigen di tangkap oleh APC (makrofag atau monosit) yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk kom-plek peptida MHC kelas II (Major Histo-compatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian interleukin 1 (IL 1) yang akan mengaktifkan ThO untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th

(9)

dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B sehingga menjadi aktif dan akan memproduksi Imunoglobulin E (IgE).

IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga ke dua sel ini menjadi aktif. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecah-nya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Preformed Mediators) terutama histamin. Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.

D. Komplikasi

 Polip Nasi: Iritasi mukosa hidung edema terus menerus dan menjadi polip  Sinusitis : edema di komplek ostiomeatal

E. Pemeriksaan Penunjang

- Eosinofil, IgE ( Elisa ), Tes cukit kulit (Prick Test) untuk memastikan Rhinitis alergi F. Penatalaksanaan - Sasaran:  Kausa:  Etiologi: o Alergen :  Antihistamin  Pencetus:

o AC, dan minum air dingin  Hindari minuman dingin

 Hindari paparan AC (lingkungan sekitar yang dingin)  Memakai selimut

(10)

o Genetik  tidak dapat dihindari

 Kondisi patologis (simptomatik) o Hidung tersumbat

 Denkongestan  lokal (efedrin), sistemik (pseudoefedrin) o Bersin-bersin

 Anti histamin

 Komplikasi

o Hindari faktor pencetus dan terjadinya rinitis alergi yang berulang.

 Memperbaiki prognosis o Rhinitis alergi

 Hindari faktor pencetus

- Cara Penatalaksanaan o Medikamentosa

 Rhinitis Alergi

Diberikan dekongestan lokal (Efedrin HCL 0,5%) bila hidung tersumbat, atau sistemik (Pseudoefedrin 3x30 mg), antihistamin (CTM 2x 2 mg) untuk bersin-bersin.

o Non Medikamentosa (Edukasi)

 Hindari minum minuman dingin dan pemakaian AC  Hindari Alergen  cuaca dingin dengan memakai selimut

o Operatif

(11)

 Anti histamin : Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. efek kardiotoksik.

 HCL efedrin  takikardi, ansietas, ketegangan, insomnia, tremor, aritmia, mulut kering, rasa dingin di ekstremitas  pemberian jangka panjang dihindari (sebatas bila ada keluhan hidung tersumbat)

H. Prognosis

1. Ad Vitam : bonam

Pada pasien ini, perjalanan alamiah penyakit ini ada harapan untuk tetap hidup. Hal ini dikarenakan penyakit ini tidak mengancam kehidupan bila mendapatkan terapi yang adekuat.

2. Ad Fungtionam : Bonam

Pada pasien ini walaupun saat ini terdapat gangguan di hidung terasa berupa hidung meler, tersumbat, dan gatal namun fungsi penghidu masih baik. Ini di karenakan adanya proses imunologi dan pembentukan histamin. Namun bila di lakukan pengobatan yang adekuat maka fungsi hidung akan kembali normal.

3. Ad Sanantionam : dubia ad Bonam

Setelah dilakukan pengobatan secara medikamentosa maupun operasi, maka pasien memiliki harapan untuk menjadi sembuh kembali asalkan tidak terpapar dengan alergen, tetapi kadang-kadang pasien tidak mengetahui bentuk alergen, sehingga mudah untuk terjadi kekambuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Tapi sebelum itu untuk mengetahui nomor ekstensi dari masing-masing  pesawat telepon yang terhubung ke PABX, praktikan cukup menekan tombol #*9 maka secara otomatis

Klien : ( menarik nafas) Yang paling utama ialah sikap saya : ( menarik nafas) Yang paling utama ialah sikap saya sendiri iaitu masalah kewangan sebab saya ni memang sendiri

Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen hingga ke tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen yang sangat kecil

Burung Layang-layang Asia yang dijumpai di wilayah Bantul, Kulonprogo dan Sleman diduga merupakan populasi satwa tersebut yang berasal dari koloni di Daerah

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang

Peta Lokasi Pumping Test Sumur Dalam Kota Denpasar (10 titik data primer dan 5 titik data sekunder) Sumber : Hasil pemetaan.. Peta Kontur Air Tanah Tertekan Kota Denpasar

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi pesawat sederhana antara yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Pada fraktur femur, pasien biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai..