• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air

Penataan Permukiman Bantaran Kanal

Berbasis Komunitas

Oleh : Anita Syafitri Arif “Hari Habitat Dunia, Oktober 2013”

(2)

2 | P a g e Ada tiga persoalan besar yang dihadapi warga perkotaan dan sekaligus menjadi masalah bagi perkotaan itu sendiri. Kita ambil contoh Jakarta (baca Jabodetabekpunjur, red.) : Persoalan pertama adalah kemacetan lalu lintas yang dibarengi tingginya tingkat polusi udara; Persoalan kedua adalah banjir air di musim hujan, sekaligus krisis air bersih; Dan persoalan ketiga adalah permukiman kumuh dan masalah pengendalian populasi.

Ketiga persoalan ini tidak hanya dialami oleh warga pada kelompok menengah ke bawah, namun dampaknya juga dirasakan oleh kelompok menengah ke atas. Dan kedua kelompok ini juga punya andil terhadap muncul dan berkembangnya permasalahan ini. Namun, pada dasarnya, yang paling bertanggungjawab atas kondisi ini adalah pihak penyelenggara negara, pemerintahan dan kepemimpinan kota, yang mungkin bisa dibilang gagal karena ketidak-mampuannya untuk bekerjasama lintas sektor, persoalannya adalah lemahnya tata-kelola di tataran pemerintahan. Bagaimana perencanaan pembangunan yang terpadu dan menyeluruh dapat disusun, pelaksanaannya dan pengawasan serta pemeliharaannya, adalah faktor utama, penentu baik atau buruknya keadaan kota sebagai suatu habitat manusia yang manusiawi.

A. Refleksi Masa Lalu yang Gemilang

Di masa lalu, bangsa Indonesia hidup dalam habitat yang diwarnai keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya yang jauh lebih murni. Hubungan harmoni antara sesama manusia, dan antara manusia dan habitatnya masih terjalin indah, hubungan saling menguntungkan dan saling memenangkan.

Pada masa itu, ruang terbuka hijau masih banyak. Air di sungai masih jernih dan beberapa digunakan sebagai prasarana angkutan, bantarannya bisa digukanakan sebagai kebun sayuran atau buah-buah tertentu (pisang, semangka, timun, jagung dan melon). Pada masa itu masih ada trem, ada becak yang tidak menimbulkan polusi, masih banyak pengendara sepeda, masih sedikit mobil dan sepeda motor, sehingga udara masih cukup bersih dan segar. Pada masa itu wajah kota belum didominasi gemerlap pusat-pusat perbelanjaan, apalagi pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan semua produk kebutuhan primer, sekunder dan tertier dari berbagai negara. Pada masa itu sarana komunikasi terbatas pada telpon umum atau telpon rumah. Pada masa itu sarana informasi hanya berupa televisi dengan siaran terbatas dari TVRI, berupa radio dengan siaran RRI dan beberapa radio swasta atau radio internasional.

B. Kondisi Sekarang Ini

Sebaliknya sekarang, dengan kemajuan teknologi pangan, teknologi sandang, teknologi perumahan, teknologi otomotif, teknologi kosmetik, teknologi medis, dan lain-lainnya, memacu produksi besar-besaran berbagai komoditi untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia agar bisa hidup lebih mudah dan nyaman. Terlebih dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang dengannya segala informasi produk menyerbu masuk ke kepala setiap orang yang memiliki pesawat televisi di

(3)

3 | P a g e rumah, informasi iklan produk yang secara persisten ditembakkan ke benak kita semua, dari batita sampai manula berisiko tinggi. Kondisi inilah wujud perdagangan global, yang mendorong pada materialisme dan kapitalisme. Perdagangan global yang akan mengikis secara perlahan tapi pasti, semua identitas dan jati diri bangsa yang tidak siap menghadapinya.

Jika bangsa kita tidak mengenal dan tidak menghargai kekayaan pusaka kita, pusaka budaya, pusaka alam dan pusaka saujana1, maka tunggu saja, kita akan sampai ke titik akhir yang tragis. Bangsa tanpa jatidiri, sekadar obyek dari perdagangan global dengan kerusakan lingkungan hidup dan kehancuran tatanan sosial budaya.

Indonesia, khususnya kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Makassar merupakan surga bagi para produsen dan investor dari berbagai bagian dunia. Kondisi ini meningkatkan tingkat konsumerisme warga kota, dan menurunkan daya cipta atau kreatifitas untuk menyediakan kebutuhan itu secara mandiri pada skala rumah tangga atau skala komunitas di lingkungan ketetanggaan. Dampak lain dari kondisi ini adalah meningkat pesatnya sampah dan limbah rumahtangga, perkantoran dan industri.

Jadi bisa kita lihat bahwa tiga persoalan perkotaan yang merupakan habitat 60% bangsa kita kita berhulu pada ketidaksiapan kita menghadapi era perdagangan global saat ini. Sisi negatif perdagangan global ini tidak bisa dihindarkan. Tapi, tentunya ada juga sisi positif yang bisa kita upayakan. Mudah-mudahan belum terlambat.

C. Wujudkan Impian untuk Masa Depan yang Lebih Cemerlang

Solusi kreatif dan berkelanjutan bagi persoalan habitat kita merupakan fondasi bangunan kebangsaan. Solusi itu mewujud dengan merefleksikan penyebab dari tiga persoalan utama perkotaan kita saat ini, yaitu ketidaksiapan kita menghadapi era perdagangan global. Karenanya solusi itu harus berupa upaya sungguh-sungguh menyiapkan bangsa kita untuk ikut berperan aktif, sebagai subyek pelaku dalam era perdagangan global ini. Apakah tidak terlambat? Bagaimana caranya?

Mungkin memang sudah agak terlambat, namun belum terlalu terlambat untuk mulai mengupayakannya dengan percepatan. Percepatan itu bisa dilakukan jika pihak penyelenggara negara, pemerintahan, dan kepemimpinan kota dapat bermitra dengan warga di setiap lokal. Percepatan pembangunan bangsa kita, menjadi bangsa yang kompeten dan berkarakter bisa dilakukan dengan mengoptimalkan program nasional yang sudah ada dalam sewindu terakhir ini, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Program ini perlu benar-benar menetapkan target minimal capaian pembangunan berbasis komunitas.

Kelemahan tata-kelola di tataran pemerintah, disebabkan ego sektoral yang menyebabkan pembangunan tidak terpadu, tidak menyeluruh dan/atau bahkan tumpang-tindih. Hal ini bisa diatasi dengan tata-kelola di level komunitas setempat,

1

(4)

4 | P a g e karena bebas dari kepentingan dan ego sektoral, sehingga lebih mudah menyiapkan rencana kerja tindak lanjut terhadap rencana tata bangunan dan lingkungan di masing-masing kawasan permukiman, lalu mengundang dan meminta berbagai sektor penyedia layanan publik untuk mendukung dan memfasilitasi sesuai tugas dan fungsinya.2

Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas adalah program lanjutan yang sangat potensial untuk warga setempat bertindak sebagai pelaku utama, bergerak secara terencana, melibatkan berbagai pemangku kepentingan di tingkat lokal, maupun pada skala BWK (bagian wilayah kota) dan skala perkotaan, untuk menata lingkungan permukimannya, mengatasi ketiga persoalan perkotaan tersebut di atas. Nah! Terlihat bahwa prinsip yang perlu dihidupkan kembali adalah “gotong-royong” dan “bhinneka tunggal ika”. Dan ini bisa dimulai di lingkungan permukiman kampung kota. Jadi, benar. Bahwa untuk mengatasi persoalan perkotaan kita, habitat kita, hanya bisa diwujudkan dengan mengembalikan masyarakatnya pada jatidiri bangsa, sehingga bisa mengembalikan kondisi habitat aslinya. Apa itu habitat asli bangsa Indonesia? Yaitu ruang daur hidup yang berazaskan gotong-royong dan ke-bhinnekatunggalika-an.

C.1. Kondisi Permukiman & Komunitas Bantaran Kanal

Ada suatu lokasi permukiman kampung di Jakarta ini yang mungkin cukup potensial menjadi percontohan penataan habitat warga kota sebagai salah satu upaya mengatasi tiga persoalan utama tersebut di atas. Kedua lokasi yang dimaksud adalah Kampung Tomangpulo & Kampung Jatipulo di Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Kota Administratif Jakarta Barat.

Sejak 2007, PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) ada pendampingan bagi warga di Kel. Jatipulo, yaitu RW 04, 05, 06, 07 dan 09. Kelima wilayah dampingan ini disebut juga RW fokus. Di tahap awal pendampingan masyarakat dalam program ini, yaitu pada 2007 kelembagaan masyarakat yang di program sebelumnya bernama Badan Keswadayaan Masyarakat Jatipulo (BKM Jatipulo) diubah dengan akte notaris mejadi “Badan Keswadayaan Masyarakat Jatipulo Mandiri”, disingkat “BKMJM”.

Komunitas Jatipulo, adalah warga Kelurahan Jatipulo yang pada umumnya masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin, utamanya yang bertempat tinggal di wilayah RW yang berbatasan dengan Kanal BKB dan Kali Penghubung, yaitu RW 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan 10 yang mana merupakan kampung padat tidak tertata, rawan banjir dan kebakaran, serta penyakit.

(5)

5 | P a g e Pendampingan ini merupakan siklus

pembelajaran dalam membangun ke-berdayaan dan keswadayaan, agar men-jadi masyarakat mandiri. Siklus berikut-nya dimaksudkan agar masyarakat mandiri ini juga merupakan masyarakat madani, yakni masyarakat yang dapat menjalankan tata-kelola yang baik (good

governance).

Kampung Hadap Kanal Jatipulo adalah wilayah RW yang berbatasan dengan Kanal BKB dan Kali Penghubung di Kelurahan Jatipulo. 5 RW Fokus (RW 04, 05, 06, 07, 09) = 57 RT, jumlah penduduk 3.363, dengan 108 keluarga = 538 penduduk yang tergolong miskin. Luas wilayah RW 04 = 2,76 ha; Luas wilayah RW 05 = 4,19 ha; Luas wilayah RW 06 = 3,80 ha; Luas wilayah RW 07= 3,44 ha; Luas wilayah RW 09 = 4,80 Ha. Sedang diusulkan untuk model per-contohan 5 blok (5 lantai) Kampung Susun Hadap Kanal di RW 04.3

Dengan adanya modal sosial yang diperkuat dalam PNPM MP, diharapkan, BKMJM bisa menjadi nakhoda bagi warganya di Kel. Jatipulo untuk melakukan penataan wilayah sebagai upaya kontribusi bagi DKI Jakarta dalam Peremajaan Perkotaan, khususnya di kawasan tepi kanal BKB Kel. Jatipulo yang mungkin bisa diteruskan ke kelurahan tetangga.

Wujud nyata dalam upaya ini adalah persiapan pembangunan rencana Kampung Susun Hadap Kanal di RW 04 Kel. Jatipulo yang sekarang dalam tahap pematangan data pertanahan untuk pengajuan konsolidasi ruang (konsolidasi tanah vertikal).

C.2. Upaya Penataan Permukiman di Bantaran Kanal

Beberapa upaya penataan permukiman telah dilakukan di kawasan bantaran kanal tersebut. Beberapa pelaku yang cukup aktif dalam upaya penataan permukiman di bantaran Kanal BKB Kelurahan Jatipulo adalah warga lokal, antara lain Bp. Astaja Syawal, Bp. Sulaeman, Ibu Suharsih Jumadi, Ibu Maenah, Ibu Ika dan Bp. Agus Gunawan. Mereka bergerak dengan kelembagaan swadaya BKM Jatipulo Mandiri. Ada juga pendampingan Forum Permukiman Jakarta, yang sekretariatnya sangat dekat dengan lokasi kampung ini. Anggota Forkimja yang melibatkan diri adalah Bp.

3

(6)

6 | P a g e Triyatno Yudo Harjoko, Bp. Sri Probo, Bp. Suhadi, Bp. Antonio, Ibu Nani Amalia, Ibu Inne Rifai, Ibu Retno, Bp. Parwoto, Bp. Marwan, dan Anita.

Kronologi upaya penataan permukiman Kampung Jatipulo & Kampung Tomangpulo di bantaran Kanal BKB, Kelurahan Jatipulo ini tersusun sebagai berikut4 :

 Gagasan „merapikan perumahan‟ di RT 016 muncul karena banyaknya warga di sekitar MCK komunal di wilayah RT 016 RW 06 yang sering curhat kepada Bang Maja yang dikenal sebagai “tukang gambar”. Bang Maja alias Pak Astaja Syawal yang aktif dalam PNPM Mandiri Perkotaan, saat itu merupakan anggota TPP RW 06 membuat konsep blok kampung susun bagi wilayah tsb.  Konsep desain ini diperlihatkan kepada Bp. Sri Probo Sudarmo, pemerhati dari

Forkim, dan sebagai pemateri “Perumahan Swadaya” pada suatu kegiatan program penataan kampung terpadu , November 2009. Dalam kegiatan ini, hadir pula seorang pemerhati dari Seknas Habitat, yaitu Ibu Lana Winayanti.5

 Pak Astaja biasa menghadiri diskusi di Forkim Jakarta. Di forum ini bertemu dengan Prof. Gotty (Triatno Yudo Harjoko) dari Univ. Indonesia yang lalu mengusulkan diadakannya pengenalan dan pelatihan “portable architecture” sebagai solusi antara.

 Upaya ini, memang sudah diusulkan dalam rencana PJM Pronangkis PNPM Mandiri Perkotaan tahap II (periode 2010 sd 2012).

 Sejalan dengan upaya ini, buletin SWARA ♥ WARGA mulai diterbitkan secara berkala. Lahir dengan edisi perdananya, dua hari setelah rembug warga di lapangan RT 016, menanggapi kebutuhan akan transparansi informasi dan komunikasi yang disuarakan oleh Odhi, mantan Ka. RT 016. Dibuatkan juga papan komunikasi yang berfungsi sebagai koran dinding. Buletin SWARA ♥ WARGA ditempelkan di wadah ini bersama informasi lain ke-RT-an.

4 Buletin SWARA ♥ WARGA vol. 030/th. IV ed. 31 Mei 2013 & vol.31/th. IV ed. 30 Juni 201 5 Jurnal Harian “Penataan Kampung Terpadu” Minggu ke-14, 1 November 2009

(7)

7 | P a g e

 Upaya diteruskan, dengan menggali aspirasi warga, ibu-ibu, bapak-bapak, maupun anak-anak dan remaja. Lebih fokus lagi, KSM dan warga sekitar MCK komunal diajak rembug bagaimana kesiapan dan persiapan jika konstruksi kampung susun akan dilaksanakan nantinya.

 Februari 2011, diskusi dan praktek portable architecture dengan Prof. Gotty (Arsitektur UI) dan Ibu Amalia (Politeknik – UNJ) dalam kegiatan P2M (Pengabdian pada Mansyarakat). Ikut berpartisipasi beberapa pemerhati permukiman dari Forum Permukiman Jakarta, yaitu Bp. Suhadi, Bp. Antonio, dan Ibu Retno.

 Pemasangan infill (17 Mei 2011) pada rangka baja portable architecture yang dipasang pada 15 Februari 2011, memberi beberapa penilaian dan hasil evaluasi, hal yang bisa diambil hikmahnya, bahwa perubahan itu membutuhkan proses adaptasi. Hadir di kegiatan ini beberapa pemerhati permukiman dari Forum Permukiman Jakarta, yaitu Bp. Sri Probo, Bp. Gotty, dan Ibu Retno. Juga hadir Bp. Triyanto, Kabid Perencanaan DPGP DKI.

 Pada 2 Juni 2011, BKM dan TPP berembug tentang alokasi anggaran bagi kegiatan yang dianggap layak dilaksanakan tahun ini (me-review lagi), dan juga tentang upaya menjalankan media komunikasi informasi secara berkelanjutan.

(8)

8 | P a g e  Pada 29 Juni 2011, dilakukan pemantapan kesiapan TPP bagi tindak lanjut

dari Usulan Kegiatan PNPM-ICDB Projetc/PNPM-ICB.

 Pertemuan ini lebih merupakan sebagai media silaturrahim dan perkenalan antar BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) / LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) se-Kecamatan Palmerah.

 Pelatihan Penguatan Kapasitas dilakukan di setiap kelurahan dampingan PNPM Mandiri Perkotaan. Diselenggarakan pada tahun anggaran 2011. Dihadiri oleh pengurus dan anggota BKM JM, TPP dari semua RW fokus (RW 04, RW 05, RW 06, RW 07 dan RW 09), serta perwakilan KSM (kelompok yang ada di tingkat implementasi proyek.

 Forum BKM/LKM Kec. Palmerah mengadakan Pertemuan rembug bulanan untuk saling berbagi masalah dan sama-sama menguapaya-kan solusinya. Kali ini, 10 Juni 2012. diadakan di Sekretariat BKM Jatipulo Mandiri di lt. 3 Gedung Kelurahan Jatipulo Jl. Turi no. 30, Kel. Jatipulo – Jakarta Barat 11430.

 Pada Kamis 21 Juni 2012, atas undangan Bp. Nugroho Budi Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, perwakilan BKMJM, Astaja Syawal hadir dan berbagi cerita tentang upaya peremajaan kampung di Jatipulo. Bahwa proses perencanaan perlu didasari dengan pengkinian data dan informasi. Karena itu sangat perlu membangun komunikasi terbuka dengan warga.

 Selain upaya di tengah masyarakat di lokal, BKM juga melakukan pendekatan birokrasi dengan usulan pemaparan draft rancangan di Sudin Perumahan dan Gedung Pemda DKI. Untuk itu, pada selasa 23 Oktober 2012, dua anggota BKM Jatipulo Mandiri, Astaja Syawal dan Agus Gunawan hadir di ruang rapat Sudin Perumahan (DPGP) Jakarta Barat.

 Peristiwa ini kemudian mencetuskan alternatif tambahan untuk site pilot project kampung susun, yaitu di wilayah RW 04. Maka, mulai lagi berbagi cerita & pemahaman tentang kampung susun di RW 04.

 Pada 5 Februari 2013, bersama Forkim dan Jejaring Kampung, relawan BKMJM menyampaikan kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) upaya warga Jatipulo melakukan peremajaan kampung dengan pendekatan konsolidasi lahan untuk membangun kampung susun. Pak Ahok, menyatakan bisa saja, jika warganya siap. pada 25 Februari 2013 di-adakan pertemuan pembahasan dengan Ka. DPGP Bp. Yonathan Pasodung.

(9)

9 | P a g e  Pada 20 Februari 2013Tim PNPM Mandiri Perkotaan dan Jejaring Kampung

meninjau kesiapan warga Jatipulo, utamanya di RW 04 untuk melakukan penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas. Ada tanya-jawab di pos RW 04 dan kunjungan lapangan di beberapa wilayah RT.

 Perencanaan fisik Kampung Susun dibarengi dengan upaya pengorganisasian warga dan pembangunan ekonomi kerakyatan dengan pembentukan KSM dan Koperasi Warga.

 Untuk mempererat ikatan / komitmen sesama aktifis yang bergerak dalam PNPM MP, baik aktifis BKM, TPP maupun Faskel-nya, maka diadakan wisata rapat kerja pada 20 – 21 April 2013 di Cibodas, Cipanas, Jawa Barat.

 Pada 22 April 2013 Mahasiswa Universitas Taruma Nagara yang tergabung dalam IMARTA mengadakan Loka-Sayembara Penataan Kampung. Hasilnya pada 30 April 2013 dipaparkan dan dinilai. Pemenang pertama, dengan judul Kampung Masa Depan Kota menggabungkan bbrp varian jenis hunian, yaitu rumah tunggal, maisonette, dan rumah sewa. Dalam konsepnya sudah memasukkan aspek-aspek sosial-budaya, sosial-ekonomi dan fisik lingkungan, termasuk pertanian vertikal dan pengelolaan air.

 Pada tanggal 4 Mei 2013 para aktifis BKM, TPP semua RW fokus serta faskel PNPM Mandiri berkumpul di gedung serbaguna RW 05, untuk merembugkan cara mensosialisasikan upaya penataan wilayah bagi semua warga peduli di setiap RW fokus. Disepakati bahwa warga diajak berkumpul di gedung Sasana Krida – Karang Taruna pada minggu terakhir mei ini untuk keperluan ini.  Keesokan harinya, warga RW 06 dan seluruh pengurus RW, RT, LMK, TPP

dan PKK mengadakan perjalanan loka-wisata ke puncak, untuk mempererat tali silaturrahim dan komitmen kebersamaan. Pada kesempatan ini, Pak Astaja Syawal berbagi cerita tentang program penataan wilayah yang dinahkodai oleh BKM Jatipulo Mandiri.

(10)

10 | P a g e  Pada 6 Mei 2013, diadakanlah sosialisasi program penataan wilayah. Dalam

kesempatan ini, dibahas juga tentang evaluasi program pada dua tahap sebelumnya, yaitu tahap pembelajaran dan tahap pemandirian. Program BKM Jatipulo Mandiri 2013 - 2014 merupakan tahap keberlanjutan yang banyak bersinergi dengan Pemda DKI Jakarta.

 BKM Jatipulo Mandiri berpartisipasi dalam aktivasi JAKARTA VERTICAL KAMPUNG yang diinisiasi Ibu Daliana Suryawinata. Pada 25 Juni 2013 Ikut mengisi sesi community architecture lecture.

 Pada 7 Juli 2013, BKMJM kembali ikut berpartisipasi di sesi konfrens dan ekshibisi yang berlangsung 7 Juli 2013 sampai dengan 14 Agustus 2013, aktivasi Jakarta Vertical Kampung yang diselenggarakan oleh SHAU International dan mitra-mitranya, BKM Jatipulo Mandiri menampilkan dua panel, yaitu panel proses di komunitas dan panel visualisasi bangunan kampung vertikal, yang sekadar dibuat sebagai pemancing aspirasi dan kritik warga calon pengguna.

C.3. Perencanaan Strategis

C.3.1. Visi dan Misi

Visi : Kehidupan berkualitas setiap warga di lingkungan permukiman yang sehat, utamanya yang bertempat tinggal di bantaran dan di daerah aliran kanal/sungai, dan martabat bangsa yang membanggakan di mata dunia.

(11)

11 | P a g e Misi :

 Membangun keberdayaan, kemandirian dan kemadanian komunitas-komunitas di setiap kampung di bantaran kanal.

 Membangun pemahaman tentang pentingnya hidup harmoni dengan alam sekitar kita.

 Membangun rasa percaya diri dan kebanggaan nasional dengan menghargai potensi dan kearifan lokal.

 Membangun jiwa kewirausahaan dan keterampilan praktis berkaitan dengan pengelolaan potensi lokal.

C.3.2. Tujuan

Penataan dan revitalisasi permukiman bantaran kanal dan fungsi kanal sebagai transportasi wisata air, dengan tata-kelola yang baik di tiap lokal lingkungan permukiman, dengan apresiasi potensi dan kearifan lokal sebagai wujud nasionalisme; Sehingga tercipta dan terpelihara keharmonisan hidup, antara sesama manusia, antara manusia dan alam.

C.3.3. Sasaran

Adapun sasaran-sasaran dirinci sebagai berikut :

 Terbentuknya KSM Perumahan di setiap RT yang wilayahnya berbatasan sempadan kanal.

 Tercukupinya tempat tinggal yang layak bagi semua warga kampung-kampung di bantaran dan daerah aliran kanal.

 Terbangun, dan terpeliharanya fasilitas sanitasi lingkungan permukiman di bantaran kanal.

 Terbangun, dan terpeliharanya sistem daur hidrologik mandiri.

 Terbangun, dan terpeliharanya fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda (termasuk jalur hijau) di sepanjang bantaran kanal.

 Terbangun, dan terpeliharanya kondisi kanal sebagai fasilitas transportasi wisata.

C.3.3. Strategi

Strategi untuk mencapai visi, menjalankan misi, mewujudkan tujuan bersama dengan mencapai dan menjalankan secara berkelanjutan sasaran-sasaran tersebut di atas, akan diuraikan dalam bentuk usulan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan. Hal ini akan dibahas dengan semua pemangku kepentingan.

(12)

12 | P a g e

D. Kesimpulan

Penataan permukiman kampung bantaran kanal/sungai sangat berpotensi sebagai salah satu upaya pemecahan ketiga masalah besar yang sedang dihadapi kota-kota besar kita. Dengan memanfaatkan kanal dan sungai sebagai transportasi wisata air, aspek ekonomi lokal dan kreatif bisa dikembangkan.

Betapa indahnya membayangkan berperahu di kanal yang bersih, dari Museum Tekstil, membawa suvenir batik Jakarta, mampir di kampung-kampung bantaran kanal untuk sekadar mencicipi kuliner khas, atau berbelanja cendera mata hasil kerajinan warga lokal, lalu bermuara di kampung nelayan di Muara Angke yang tentunya juga indah dan eksotik jika ditata sesuai dengan kekhasan lokal. Para wisatawan mancanegara pasti sangat tertarik, menikmati dan merekomendasikannya, sehingga produk ekonomi lokal dan ekonomi kreatif khas Indonesia akan terjual laris manis, ikut meramaikan kancah perdagangan global dengan cara elegan dan berjatidiri ♥

Jakarta, 16 Oktober 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan Musik China disini, akan ditujukan pada “konteks” dari Musik itu sendiri dengan memakai teori Harmoni, dan akan di perjelas dengan karakteristik melodi yang

menentukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh para stakeholder.. Para tenant disini berperan sebagai pemilik toko akan menuntut tentang bagaimana sistem suatu perusahaan

Hasil korelasi stratigrafi antar sumur di lapangan Bunyu- Nibung ditemukan kurang lebih 150 lapisan reservoir batupasir yang terdistribusi kedalam Formasi

Dengan didapatkannya t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis \DQJ GLDMXNDQ SHQXOLV \DLWX ³'LGXJD ada hubungan Gaya Kepemimpinan (X) dengan Komitmen Organisasi

“Pengendalian Kualitas Produk Kemasan Botol 600 ml Dengan Metode Six Sigma” sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan dan memperoleh gelar sarjana

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk: 1 Mendeskripsikan intensitas belajar siswa yang berasal dari Keluarga Pekerja Migran Indonesia PMI dalam mencapai ketuntasan hasil belajar

Khususnya pada penggunaan dan pemanfaatannya dalam pengembangan media pembelajaran, teknologi tersebut dapat digunakan untuk menunjang kualitas belajar mengajar di

“Program Holding yang akan dilaksanakan adalah pada sektor migas dengan membentuk Holding Migas karena dalam perhitungannya penggunaan gas di Indonesia