• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 326 dari 352

PENGARUH SENYAWA BIOFUMIGAN DARI LIMBAH KUBIS-KUBISAN TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI SPORA PHYTOPHTHORA

PALMIVORA DAN PENINGKATAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO Hishar Mirsam1, Masluki2, Mutmainnah3

Universitas Cokroaminoto Palopo1,2,3

[email protected], [email protected]1

Saat ini perkembangan kakao di Sulawesi selatan terutama dalam bentuk perluasan areal tanaman kakao tiga tahun terakhir berfluktuatif. Salah satu faktor penyebab utama ketidak stabilan produksi kakao di Sulawesi Selatan ialah penerapan teknologi produksi di tingkat petani yang masih rendah dan adanya serangan penyakit busuk buah kakao, hawar daun, dan kanker batang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh limbah kubis-kubisan dalam mengurangi konsentrasi spora P. palmivora dan meningkatkan pertumbuhan bibit kakao . Limbah kubis-kubisan yang diperoleh dicacah dengan ukuran ± 1 cm dan diinkubasi selama 2 minggu dalam kondisi anaerob. Media tanah disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC. Limbah

kubis-kubisan yang telah diinkubasi dicampurkan dengan media tanah steril sebanyak 5 kg per polybag, dengan perlakuan sebagai berikut: 1.00 kg, 1.50 kg, 2.00 kg, 2.50 kg, dan kontrol. Setelah itu, isolat P. palmivora yang berumur 7 hari disuspensikan dengan 100 ml akuades. Kemudian, suspensi P. palmivora yang mengandung 106 spora/ml diinokulasikan sebanyak 1 ml pada bibit kakao klon MCC02

berumur 27 hari dengan menggunakan handsprayer. Pengamatan dilakukan selama delapan minggu dengan mengukur tinggi bibit kakao, jumlah daun, dan konsentrasi spora P. palmivora tiap minggu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil taraf 5% (α 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian limbah kubis-kubisan pada media tanam kakao berpegaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang, dimana dosis 2.00 kg dan 2.50 kg menunjukkan hasil terbaik. Selain itu, gas yang dihasilkan oleh limbah kubis-kubisan dapat mereduksi konsentrasi spora P. palmivora tiap minggu hinngga 0,25 x 106/gr. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah kubis-kubisan dibidang pertanian tidak hanya

dimanfaatkan sebagai pupuk, tetapi juga dapat mengendalikan patogen tular tanah khusunya P. palmivora.

Kata kunci: biofumigan, induksi pertumbuhan, kakao, limbah kubis-kubisan 1. Pendahuluan

Saat ini perkembangan kakao di Sulawesi selatan terutama dalam bentuk perluasan areal tanaman kakao tiga tahun terakhir berfluktuatif. Luas areal tanaman kakao pada tahun 2014, 2015, dan 2016 berturut-turut mencapai 147.593 ha, 126.068 ha, dan 143.200 ha (BPS Sulawesi Selatan, 2016). Kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat stabilitas produktivitas tanaman kakao di Sulawesi selatan. Selain itu, produktivitas tanaman kakao juga masih sangat beragam antar wilayah. Di antara faktor penyebab rendahnya produktivitas kakao, mayoritas disebabkan antara lain karena penggunaan bahan tanam yang kurang baik, teknologi budidaya yang masih rendah, dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Pengembangan bahan tanam kakao secara generatif menggunakan benih dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, mudah didistribusikan, serta memiliki perakaran yang kuat. Pada umumnya, pengembangan kakao melalui pembibitan

(2)

Halaman 327 dari 352

tersebut hanya terkonsentrasi pada kebutuhan unsur hara tanaman tanpa memperhatikan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Pada fase pembibitan, tanaman kakao sangat rentan terserang oleh penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan pathogen Phytophthora palmivora. Umrah, et al. (2009) melaporkan kerugian akibat serangan P. palmivora dapat mencapai 32 – 52%, dan bahkan akan meningkat pada daerah yang mendukung perkembangan patogen tersebut.

Pembibitan kakao membutuhkan beberapa tindakan yang tidak hanya terkonsentrasi pada aspek budidaya, tetapi juga harus memperhatikan aspek ketahanan tanaman. Oleh karena itu, sehubungan dengan usaha dalam meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan kakao pada fase pembibitan, maka dibutuhkan alternatif teknologi produksi bibit kakao yang inovatif. Salah satu alternatif yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah kubis-kubisan yang ditekankan pada dua aspek yaitu sebagai pupuk organik dan pengendalian ramah lingkungan terhadap patogen tular tanah khususnya P.

palmivora.

Selama ini limbah kubis-kubisan sebatas dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Tanaman dari family Brassicaceae ini juga diketahui memiliki kandungan senyawa glukosinolat (GSL) yang dapat dimanfaatkan sebagai biofumigan untuk pengendalian beberapa patogen tular tanah. Telah banyak dilakukan penelitian untuk menguji keefektifan biofumigan Brassicaceae. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daulay (2013), biofumigan tanaman Brassicaceae memiliki keefektifan yang sama dengan pestisida sintetik karbofuran dalam mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Selain dapat mengendalikan nematoda, biofumigan Brassicaceae dapat mengendalikan Ralstonia

Solanacearum pada tomat dan berbagai penyakit tular tanah pada kentang (Rosyidah

dan Djuhari 2014; Larkin dan Timothy 2007). Penelitian sebelumnya tentang biofumigan Brassicaceae terbatas pada hortikultura. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan limbah Brassica dalam mengendalikan penyakit hawar daun

Phytophthora dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit kakao

2. Metode Penelitian

Pengambilan Sampel, Penyiapan Limbah Kubis-kubisan, dan Tanaman Indikator

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif (purposive sampling), yaitu memilih sampel berdasarkan kriteria spesifik yang diinginkan. Sampel yang diambil

(3)

Halaman 328 dari 352

berupa limbah kubis-kubisan. Sampel disimpan dalam karung secara terpisah sesuai dengan jenis kubis-kubisan-nya. Benih kakao klon MCC02 dipilih sebagai tanaman indikator untuk pertumbuhan bibit kakao.

Sterilisasi Tanah

Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam terlebih dahulu dibungkus dengan plastik tahan panas, kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC. Sterilisasi ini dimaksdukan agar media tanah terhindar dari patogen tanah yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Peremajaan dan Perbanyakan Isolat P. palmivora

Biakan murni P. palmivora diperoleh dari koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Peremajaan P. palmivora dilakukan pada medium PDA sintetik. Isolat P. palmivora diambil dengan menggunakan cork borer kemudian dibiakkan ke medium PDA baru. Perbanyak P.

palmivora dilakukan dengan metode dan medium yang sama.

Aplikasi Limbah Kubis-kubisan pada Medium Tanah

Limbah kubis-kubisan tersebut dicacah dengan ukuran ± 1 cm dan dicampu dengan medium tanah, lalu diinkubasi selama 2 minggu. Limbah kubis-kubisan yang telah diinkubasi dicampurkan dengan media tanah steril sebanyak 5 kg pada polybag, dengan perlakuan sebagai berikut: 1.00 kg, 1.50 kg, 2.00 kg, 2.50 kg, kontrol (-) tidak diberi perlakuan limbah kubis-kubisan dan tidak diinokulasikan P. palmivora, sedangkan kontrol (+) tidak diberi perlakuan limbah kubis-kubisan dan diinokulasikan

P. palmivora.

Inokulasi P. palmivora

Koloni P. palmivora yang telah diremajakan pada medium PDA yang berumur 7 hari dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 100 mL akuades, kemudian dihomogenkan dan disaring. Suspensi P. palmivora hasil saringan diambil sebanyak 1 mL, kemudian diinokulasi dengan cara disemprotkan menggunakan sprayer pada limbah kubis-kubisan yang telah dinkubasi selama 1 minggu. Setelah diinokulasi, limbah kubis-kubisan diinkubasi lagi selama 1 minggu. Setelah diinkubasi, bibit kakao yang berumur 27 hari ditanam pada medium (tanah + limbah kubis-kubisan) yang telah diinokulasi dan diinkubasi.

Pengamatan Konsentrasi Spora P. palmivora pada Media Tanam

Perhitungan konsentrasi spora P. palmivora dilakukan dengan cara mengambil medium tanam seberat 10 gr lalu disimpan di tabung reaksi, kemudian ditambahkan

(4)

Halaman 329 dari 352

akuades sebanyak 20 ml. Setelah itu, dikocok dengan menggunakan vortex. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama delapan minggu. Konsentrasi spora P.

palmivora dihitung menggunakan Haemocytometer, dengan menggunakan rumus

yaitu K=[t/(Nx25)] x 106; dimana K, kerapatan spora/konsentrasi spora; t, rata – rata jumlah spora pada kotak yang diamati, dan N, banyaknya kotak keseluruhan. Pertumbuhan bibit kakao diukur dengan parameter jumlah daun dan tinggi tanaman.

Analisis Data

Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistika dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 5 sampel tanaman sehingga diperoleh 125 sampel pengamatan.

3. Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Limbah Kubis-kubisan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaplikasian limbah kubis-kubisan pada media tanam kakao berpegaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan bibit kakao. Pada umur 63 hst, pengaruh limbah kubis-kubisan pada tiga variabel pertumbuhan memperlihatkan perbedaan yang signifikan (α 0.05) antar perlakuan, dimana tinggi tanaman terbaik ditunjukkan pada Perlakuan P4 (2,50 kg) sebesar 28.70 cm, jumlah daun tertinggi pada perlakuan P3 (2.00 kg) sebesar 15.30 cm, dan diameter batang bibit pada perlakuan P4 (2.50 kg) sebesar 0.73 cm (Gambar 1).

Pada variabel tinggi tanaman dan diametr batang memperlihatkan bahwa semakin tinggi pemberian dosis limbah kubis-kubisan, maka semakin cepat peningkatan tinggi dan diameter batang bibit kakao tersebut. Hal ini diduga bahwa pemberian limbah kubis-kubisan dengan dosis 2.50 kg/ 5 kg tanah mampu memberikan unsur hara yang cukup optimal bagi pertumbuhan bibit kakao setiap minggu. Limbah kubis-kubisan yang diinkubasi selama dua minggu telah mengalami dekomposisi sehingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang terkandung dari hasil dekomposisi tersebut diduga mampu memacu sel-sel pada pucuk tanaman untuk mengadakan pembelahan dan pemanjangan sel terutama di daerah meristematik. Menurut Prawinata (1989), bahwa aktifitas metabolisme yang tinggi akan membutuhkan bahan organik dan nutrisi yang tinggi. Oleh karena itu, penambahan pupuk organik dari hasil dekomposisi limba

(5)

kubis-Halaman 330 dari 352

kubisan ke dalam media tanam akan memenuhi kebutuhan nutrisi dan bahan organik untuk meningkatkan aktifitas sel-sel tanaman. Gardner and Mitchell (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman terjadi akibat meningkatnya jumlah sel serta meluasnya sel.

Gambar 1. Pengaruh pemberian limbah kubis-kubisan terhadap tinggi, jumlah daun, dan diameter bibit kakao pada umur 63 hsi. P0, kontrol; P1, dosis 1.00 kg; P2, 1.50 kg; P3, 2.00 kg; P4, 2.50 kg (Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%).

Pengaplikasian limbah kubis-kubisan pada media tanam memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah daun bibit kakao. Semakin tinggi pemberian dosis limbah Kubis-kubisan, maka memperlihatkan kecendrungan dalam meningkatkan jumlah daun. Perlakuan pemberian dosis limbah kubis-kubisan terhadap jumlah daun berbeda nyata (α 0.05) dengan kontrol pada umur 63 hst. Dosis sebanyak 2.00 kg/ 5 kg tanah memberi pengaruh terbaik terhadap rata-rata jumlah daun sebesar 15.30 helai (Tabel 1). Hal ini diduga bahwa ketersediaan unsur hara pada perlakuan ini telah mampu mencukupi kebutuhan bibit kakao untuk pembentukkan dan pertumbuhan daun. Selain itu, hasil dekomposisi limbah kubis-kubisan tersebut diduga dapat memperbaiki sifat tanah sehingga proses penyerapan unsur hara oleh bibit kakao akan berjalan lebih dan mendukung pertumbuhan vegetatif bibit kakao. Menurut Adiswanto (1994) bahwa unsur hara diperlukan oleh tanaman bagi pembentukan karbohidrat, protein, lemak yang nantinya berguna untuk pembentukan jarinagn tanarnan seperti daun, batang dan akar.

(6)

Halaman 331 dari 352

Unsur hara sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsu hara tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan alami, salah satunya adalah limbah kubis-kubisan. Peningkatan laju fotosintesis dan fotosintat didukung oleh ketersediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Fotosintat yang dihasilkan selanjutnya ditranslokasikan ke organ-organ pertumbuhan vegetatif yang digunakan untuk pertambahan luas daun. Lukikarianti et al. (1996) menyatakan bahwa luas daun yang besar meningkatkan laju fotosintesis tanaman hingga akumulasi fotosintat yang dihasilkan mendukung kerja sel-sel jaringan tanaman dalam berdiferensiasi sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan pembentukan bagian tanaman seperti daun, batang dan akar.

Pengaruh Limbah Kubis-kubisan Terhadap Konsentrasi Spora P. palmivora

Perlakuan dosis limbah kubis-kubisan 2,50 kg/ 5 kg tanah menekan perkembangan konsentrasi spora P. palmivora. Penekanan konsentrasi spora P.

palmivora mulai terjadi pada 21 hsi sampai 63 hsi. Konsentrasi spora P. palmivora

pada dosis 1.00 kg, 1.50 kg, 2.00 kg, dan 2.50 kg masing-masing sebesar 2.20 x 106, 2.12 x 106, 2.02 x 106, dan 1.98 x 106 pada 21 hsi. Kemudian mengalami penurunan secara signifikan menjadi masing-masing 0.94 x 106, 0.94 x 106, 0.84 x 106, dan 0.25 x 106 pada 63 hsi (Gambar 2).

Gambar 2. Pengaruh pemberian limbah kubis-kubisan pada media tanam bibit kakao terhadap perkembangan konsentrasi spora P. palmivora pada pengamatah 63 hsi. P0, kontrol; P1, dosis 1.00 kg; P2, 1.50 kg; P3, 2.00 kg; P4, 2.50 kg.

(7)

Halaman 332 dari 352

Gambar 3. Kepadatan spora P. palmivora. a, perlakuan P4 (2.50 kg limbah kubis-kubisan); b, perlakuan kontrol (tanpa limbah kubis-kubisan).

Perlakuan dosis limbah kubis-kubisan diatas terhadap konsentrasi spora P.

palmivora berbeda nyata (α 0.05) dengan kontrol pada semua pengamatan dari 28

sampai 63 hsi. Penurunan konsentrasi spora P. palmivora pada perlakuan pemberian limbah kubisan diduga adanya efek biofumigasi pada perlakuan limbah kubis-kubisan (Gambar 3). Biofumigan yang dihasilkan oleh limbah kubis-kubis-kubisan dapat menurunkan konsentrasi spora P. palmivora hingga 0.25 x 106. Fahey (2001) menyatakan bahwa famili Brassicaceae mengahasilkan senyawa seperti isotiosianat dan benzil isotiosianat yang merupakan senyawa antimikroba. Efek biofumigan dari limbah kubis tersebut mampu menurunkan populasi P. palmivora dilihat dari penekanan keparahan penyakit pada tiap perlakuan dosis limbah kubis. Penelitian Smolinska (2000) melaporkan bahwa pemberian limbah brassica mampu menurunkan jumlah inokulum beberapa cendawan pathogen tanah.

4. Kesimpulan

Dosis limbah kubis-kubisan yang memperlihatkan pengaruh signifikan dalam memacu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang bibit kakao adalah 2.50 kg dan 2.00 kg masing-masing sebesar 32.08 cm, 11.90 helai, dan 0.73 cm. Sedangkan, dosis limbah Brassica yang efektif dalam mengurangi kepadatan konsentrasi spora P. palmivora ialah 2.50 kg sebesar 0.25 x 106 . Penggunaan limbah kubis-kubisan di bidang pertanian tidak hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik, tetapi juga dapat mengendalikan patogen tular tanah khusunya P. palmivora.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tingi Kementrian Ristekdikti Republik Indonesia atas dukungan pendanan penelitan ini yang merupakan bagian hibah Penelitian Dosen Pemula tahun pendanaan 2017 dan

(8)

Halaman 333 dari 352

Universitas Cokrominoto Palopo yang telah memfasilitasi selama kegiatan penelitian ini dilaksanakan.

Daftar Pustaka

[1] Adisanvanto. 1994. Dampak Intensitas Pengolahan Tanah Pada Tanaman Padi

Sawah Terhadap Hasil Kedelai di Lahan Sawah, dalam' Penelitian Palawija.

Malang: Balai penelitian Tanaman.

[2] Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. (2016). Produksi dan Produktivitas Tanaman Kakao Sulawesi Selatan. BPS Sulsel.

[3] Daulay NS. 2013. Plant Waste of Cruciferae as Biofumigant For Controlling Root Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Bogor (ID): Bogor Agricultural University Umrah T, Anggraeni RR, Esyanti, & Aryantha INP. 2009. Antagonisitas dan Efektivitas Trichoderma sp. dalam Menekan Perkembangan

Phytophthora palmivora pada Buah Kakao. J. Agroland. 16: 9 – 16.

[4] Fahey JW, Zalcmann AT, & Talalay, P. (2001). The chemical diversity and distribution of glucosinolates and isothiocyanates among plants.

Phytochemistry, 56: 5-51.

[5] Larkin RP & Timothy SG. 2007. Control of soilborne potato diseases using Brassica green manures. Crop Protection. 26(7):1067-1077.

[6] Lukikarianti S, Indriyani LP, Susilo A, & Anwaruddinasyah MJ. (1996). Pengaruh Naungan Kosentrasi Indo Butirat terhadap Prtumbuhan Batang Awash Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Solok dalam Jurnal

Holtikultura, 6 (3) : 220-226.

[7] Mirsam H, Supramana, & Suastika G. 2015. Identifikasi Nematoda Parasit pada Tanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi selatan Berdasarkan pada Ciri morfologi dan Morfometrik. J Fitopatologi Indonesia, 11 (3): 85-90. [8] Prawinata W. (1989). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan II. Institut Pertanian

Bogor: Bogor.

[9] Rosyidah A & Djuhari. 2014. The increase in effectiveness of broccoli waste as bio-fumigant to control Ralstonia solanacearum on tomato (Solanum

lycopersicum L.). Journal of Biology, Agriculture, and Healthcare.

4(24):85-90.

[10] Smolinska U, Morr NJ, Knudsen GR, and James RL. 2003. Isothiocyanates produced by Brassicaceae species as inhibitors of Fusarium oxysporum. Plant Disease 87: 407-412.

Gambar

Gambar 1. Pengaruh pemberian limbah kubis-kubisan terhadap tinggi, jumlah daun,  dan diameter bibit kakao pada umur 63 hsi
Gambar 2. Pengaruh pemberian limbah kubis-kubisan pada media tanam bibit kakao  terhadap perkembangan konsentrasi spora P
Gambar 3. Kepadatan spora   P. palmivora. a, perlakuan P4 (2.50 kg limbah kubis- kubis-kubisan); b, perlakuan kontrol (tanpa limbah kubis-kubisan)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang diungkapan Didi Istiadi saat wawancara dengan penulis, mengatakan bahwa secara internal dalam menghadapi persaingan program kompetitor di slot waktu yang

Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip atau prosedur), afektif atau motorik. Memilih bahan ajar yang

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan maka pembahasan dalam tulisan ini lebih di fokuskan bagaimana upaya pengusaha souvenir mata

Mengetahui bahwa memberikan pelatihan terhadap tenaga kerja merupakan kewajiban bagi setiap pemilik usaha dan perusahaan pun menyadari bahwa betapa pentingnya

Besarnya tingkat self regulated learning dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penetapan hasil belajar matematika, menyusun strategi yang efektif dalam belajar matematika,

Meskipun begitu dari sisi bisnis, konsep alternatif kedua ini cocok untuk diterapkan pada Lapis Bogor Sangkuriang karena sesuai dengan visi dan misi

Penelitian bertujuan untuk (1) mendapatkan entri (varietas-QTL) yang dapat bertahan di lingkungan gogo sehingga dapat direkomendasi sebagai tetua dalam perakitan padi hibrida;

Minderop (2011: 54) mengatakan terdapat tiga cara untuk memahami keterkaitan antara ilmu psikologi dan sastra, yaitu: a) menganalisis unsur kejiwaan pengarang