Studi Literatur pada Model...(Ari Ramadhana) 27
Literature Study on ICARE Learning Model to Students' Creative
Thinking Skills on Momentum & Impulse Material
Ari Ramadhana1,a, Adam Malik1,b, Rena Denya A1,c
1 Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan , Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H Nasution 105 Bandung,Indonesia, 40614
e-mail: aardhanramadhana58@gmail.com, badammalik@uinsgd.ac.id, and crenadenya@uinsgd.ac.id
Abstract
One effort to improve the quality of the learning process by applying a learning model. Critical thinking can be interpreted as an effort to examine the truth of an information using the availability of evidence, logic, and awareness of bias. Lack of concept knowledge in students on the momentum material that is associated with daily life. There has been an increase in students by applying the ICARE learning model. Creative thinking is expected that students will be able to relate everyday life to the impulse momentum material with the problem to be solved.
Keywords: ICARE, creative, momentum, impuls
Studi Literatur pada Model Pembelajaran ICARE Terhadap
Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Materi
Momentum & Impuls
Abstrak
Salah satu upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan menerapkan sebuah model pembelajaran. Berpikir kritis dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi menggunakan ketersediaan bukti, logika, dan kesadaran akan bias. Rendahnya pengetahuan konsep pada peserta didik pada materi momentum yang dikaitkan pada kehidupan sehari-hari. Terjadi peningkatan pada peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran ICARE. Berpikir kreatif diharapkan peserta didik mampu mengaitkan kehidupan sehari-hari pada materi momentum impuls dengan permasalahan yang akan di selesaikan.
Kata Kunci: ICARE, kreatif, momentum, impuls
I.
PENDAHULUAN
Salah satu pilar dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah kualitas proses pembelajaran [1]. salah satu upaya meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dengan
menerapkan sebuah model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
28 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON
dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai calon guru yang sekaligus sebagai perancang dan pelaksana aktivitas
pembelajaran harus mampu
memahami model-model
pembalajaran dengan baik agar pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien [2]. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend).
Model pembelajaran Icare
adalah salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan
untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang akan
dilaksanakan pada tahapan
pembelajaran. Adanya masalah pada tahapan model Icare ini diharapkan peserta didik dapat berpikir kreatif nantinya untuk mengatasi masalah yang ada.
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi menggunakan ketersediaan bukti, logika, dan kesadaran akan bias [3]. Materi pembelajaran yang diambil adalah materi kelas X SMA pada materi momentum&impuls. Yang melatar belakangi mengapa pengambilan materi momentum impuls adalah menurut Alfaziah dalam penelitiannya tedapat siswa masih memiliki kesulitan dalam menjelaskan fenomena ilmiah terkait dengan peristiwa momentum yang ada di kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa salah paham dalam menjelaskan
keilmuan fenomena dalam kehidupan sehari-hari adalah siswa berasumsi bahwa fenomena ilmiah tidak ada hubungannya dengan fisika karena fisika identik dengan berbagai rumus dan eksperimen hanya dilakukan di laboratorium [4].
Yang melatar belakangi pembuatan jurnal riview ini adalah
untuk melihat bagaimana
peningkatan pada model
pembelajaran Icare untuk
meningkatkan berpikir kreatif peserta didik pada materi momentum&impuls.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini
menggunakan metode studi literatur. Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku,jurnal,artikel,laporan penelitian,dan situs -situs di internet. Pada penelitian ini mengambil referensi dari jurnal.
Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur dengan menelaah 30 junral mengenai model
pembelajaran ICARE 10
jurnal,keterampilan berpikir kreatif 10 jurnal dan 10 jurnal mengenai materi momentum & impuls.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis jurnal terkait model pembelajaran ICARE yaitu yang memiliki tahapan Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend.
Model I-CARE dibuat oleh Hoffman dan Ritchie tahun 1997 di San Diego State University. United State Agency International
Development (USAID)
memperkenalkan model I-CARE di Indonesia sejak tahun 2016 melalui
Volume 7, Nomor 1 Juni 2020 29 program pelatihan guru dan proses
pembelajaran di kelas [5].
Pada 10 junal yang membahas mengenai model pembelajaran ICARE ini terdapat peningkatan pada hasil pembelajaran dan aktivitas peserta didik. Ini terlihat pada grafik yang menunjukkan peningkatan, gambar 1.
Gambar 1. Ketercapaian Pembelajaran Berdasarkan Aktivitas Guru dan Aktivitas
Siswa
Pada gambar di atas
menunjukkan bahwa siswa memiliki kecenderungan lebih aktif dalam pembelajaran ini (nilai aktivitas siswa lebih tinggi dari guru). Menurut
Imania dan Bariah (2018)
implementasi pembelajaran ICARE sangat memberi peluang kepada siswa untuk memiliki kesempatan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari, sehingga siswa akan cenderung lebih aktif. I-CARE memiliki kelebihan apabila diimplementasikan, baik dari aspek guru maupun siswa, yaitu (1) struktur isi pembelajaran seimbang antara teori dan praktek bagi guru dan siswa; (2) mengutamakan pendekatan berbasis life skill; (3) pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan yang ada; dan (4)
memudahkan guru melakukan
apersepsi pada setiap pembelajaran yang akan dilakukan. Pendapat tersebut didukung temuan penelitian Asri et al. (2016) bahwa siswa
memang mengakui, apabila setiap pembelajaran selalu menghadirkan fenomena-fenomena menarik seperti pada maka pembelajaran akan jauh lebih menyenangkan daripada hanya memulai pembelajaran secara langsung tanpa berbagai aktivitas yang menarik minat dan ketertarikan siswa [6]. Dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang menarik dan interaktif yang menjadikan peserta didik memegang penuh proses pembelajaran salah satunya dengan menerapkan model ICARE ini. Adapun yang di analisis terkait variable Y nya adalah keterampilan berpikir kreatif. Model pembelajaran ICARE dapat dikaitkan dengan keterampilan berpikir kreatif peserta didik unutk dapat menyelesaikan masalah yang akan peserta didik hadapi nantinya.
Berpikir kreatif adalah proses kompleks yang dapat terjadi di banyak bidang dan pengejaran,
keduanya mempengaruhi
pembelajaran siswa. Secara umum, berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai interaksi antara kecakapan, proses, dan lingkungan dimana
seorang individu atau grup
menghasilkan produk yang dapat
dilihat dan dirasakan. Selanjutnya
kreativitas memberikan kontribusi penting untuk pembelajaran. Dengan memperhatikan respons emosional dalam pembelajaran, kreativitas meningkatkan pemahaman dan mendorong perkembangan kognitif [7].
Hasil analasis menunjukkan 7 dari 10 jurnal menggunakan indicator keterampilan berpikir kreatif yaitu menurut Guilford,yaitu : kepekaan (problem sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), elaborasi
30 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON (elaboration). Ini terlihat dari salah
satu jurnal yang mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pada model PBL dengan indicator menurut Guilford memalui kelas kontrol dan eksperimen.
Gambar 2. N-Gain indikator berpikir kreatif
Gambar 2 menunjukkan bahwa skor N-Gain pada kelompok perlakuan lebih besar dari 0,24 poin dari kelompok kontrol. Secara
keseluruhan, terungkap bahwa N-Gain keseluruhan dari indikator KBK pada kelompok perlakuan lebih
unggul daripada kelompok
kontrol. Informasi menunjukkan bahwa Model pembelajaran PBL lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Hasil tes lebih lanjut melalui uji-t digunakan untuk memperkuat penjelasan bahwa model PBL unggul dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa [8].
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai Signifikan lebih besar dari alpha (0,05) yang berarti ada tidak ada perbedaan dalam hasil pretest peserta didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 1. Hasil T Test pada Nilai Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Gruop N X Standar Deviation Standar Error Mean df Sig. Ket
PBL 29 26,0 10,8142 2.0081 56 0,75
Conventional 29 26,7 8,0854 1,5014
Hasil jurnal yang ditulis oleh Al Faizah, Suparmi dan Aminah (2018), menjelaskan bahwa siswa menjawab lembar masalah berdasarkan indikator literasi ilmiah dianalisis. Analisis kemampuan literasi sains penting bagi siswa karena berkaitan dengan bagaimana siswa memahami lingkungan dan masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat di era digital dengan mengandalkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pentingnya literasi ilmiah adalah berurusan dengan sehari-hari kehidupan dalam masyarakat, berpartisipasi dalam berbagai masalah sains-kompleks, bagian dari warisan budaya dan banyak memengaruhi pandangan kita
tentang dunia dan tempat-tempat manusia di dalamnya dan kebutuhan akan karya sastra secara ilmiah [9].
Indikator literasi ilmiah terdiri dari: (1) menjelaskan fenomena ilmiah, (2) evaluasi dan desain ilmiah, (3) menafsirkan data dan bukti ilmiah. Setiap indikator siswa literasi ilmiah diwakili oleh pemahaman konseptual siswa tentang momentum dan impuls yang disediakan dalam
bentuk lembar jawaban
siswa. Pembagian literasi subtopik dan ilmiah kompetensi pada setiap pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Pembagian subtopik dan literasi ilmiah pada masing-masinh
pertanyaan
Volume 7, Nomor 1 Juni 2020 31 Ilmiah soal 1. Momentum Menjelaskan fenomena ilmiah 2, 3 2. Konservasi momentum dan tumbukan Menafsirkan data ilmiah dan bukti 1, 4, 9, 10 3. Impuls Rancangan evaluasi dan ilmiah 5, 6, 7, 8
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa instrumen pertanyaan berbasis literasi saintifik digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 pertanyaan literasi ilmiah tentang kompetensi untuk menjelaskan fenomena ilmiah di momentum sub-topik, 4 pertanyaan tentang literasi ilmiah tentang kompetensi menafsirkan ilmiah data dan bukti tentang sub-topik hukum kekekalan momentum dan tabrakan, dan 4 pertanyaan tentang literasi ilmiah tentang kompetensi evaluasi dan desain ilmiah. Masalah pada subtopik hukum kekekalan momentum dan impuls lebih dari masalah subtopik momentum. Ini karena pertanyaan tentang hukum kekekalan momentum dan impuls sering menyebabkan siswa tidak memahami konsep tersebut. Ini didukung oleh Maya dan Suliyanah yang persentase pemahaman konsep terendah terletak pada konsep konservasi energi dan momentum dalam acara tabrakan. Hasil pemahaman konseptual siswa di setiap literasi ilmiah kompetensi dapat dilihat pada gambar 3.
Pada gambar 3 dapat dilihat
bahwa 80,65% siswa masih
mengalami kesulitan memahami
konsep momentum dalam
menjelaskan kompetensi fenomena keilmuan. Ini menunjukkan bahwa beberapa siswa masih memiliki kesulitan dalam menjelaskan fenomena ilmiah terkait dengan
peristiwa momentum yang ada di kehidupan sehari-hari.
Gambar 3. Hasil pemahaman konseptual siswa di setiap literasi ilmiah kompetensi
Salah satu faktor yang menyebabkan siswa salah paham dalam menjelaskan keilmuan fenomena dalam kehidupan sehari-hari adalah siswa berasumsi bahwa fenomena ilmiah tidak ada hubungannya dengan fisika karena fisika identik dengan berbagai rumus dan eksperimen hanya dilakukan oleh laboratorium. Selain itu siswa juga tidak dapat melihat fenomena di sekitar lingkungan mereka karena mereka kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya dan bahkan lebih peka terhadap dunia maya. Ini didukung oleh Rustandi bahwa di era modern ini di mana teknologi maju, banyak anak lebih suka bermain game digital daripada mencoba
memahami atau mempelajari
penyebab fenomena ilmiah yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari [22]. Contoh jawaban untuk siswa yang mengerti konsep tersebut dan tidak mengerti konsep dalam
menyelesaikan menjelaskan
fenomena ilmiah literasi ilmiah kompetensi dapat dilihat pada gambar 4.
32 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON
Gambar 4. Contoh jawaban untuk siswa yang mengerti konsep tersebut dan tidak mengerti konsep
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa siswa yang tidak memahami
konsep menyatakan bahwa
kendaraan yang dimiliki momentum yang lebih besar adalah sepeda motor yang 4 kali lebih besar dari truk dan kecepatan sepeda motor adalah dipercepat sementara kecepatan truk
tetap. Dari jawaban siswa
menunjukkan momentum itu hanya dipengaruhi oleh kecepatan dan laju kendaraan, siswa tidak dapat menjelaskan besarnya massa benda
juga dapat mempengaruhi
momentum suatu benda. Sedangkan siswa yang mengerti konsep menyatakan bahwa kendaraan yang memiliki momentum lebih besar adalah sepeda motor karena sepeda
motor bergerak lebih cepat sebesar 4 kali kecepatan truk dan juga memiliki akselerasi. Jika dilihat dari massa, motor dan truk memiliki massa yang berbeda, dibandingkan dengan massa sepeda motor yang lebih kecil dari massa truk. Itu semakin kecil massa suatu benda (sepeda motor), semakin besar kecepatan yang dimilikinya dan semakin besar momentumnya. Jadi sebaliknya, jika massa benda besar (truk) maka kecepatan yang dimiliki akan lebih kecil dan momentum semakin kecil [9]. Selanjutnya terlihat dari hasil jawaban siswa pada soal
pemecahan masalah materi
momentum impuls dengan soal yang di ujikan pada gambar 5.
Volume 7, Nomor 1 Juni 2020 33 Dari soal yang diujikan kepada
peserta didik terlihat jawaban yang diberikan masih renda dalam
menganalisis pertanyaan dan jawaban ini terlihat pada jawaban peserta didik pada gambar 6.
Gambar 6. Jawaban siswa pada soal yang diujikan
Hasil analisis dari jawaban yang diberikan peserta didik pada soal pemecahan masalah pada materi
momentum menunjukkan
keterampilan pemecahan masalah peserta didik yang relative rendah
dalam menentukan
strategi,menerapkan strategi, dan
mengevaluasi solusi pada
pertanyaan-pertanyaan konseptual yang ada pada kehidupan sehari-hari [10].
IV. KESIMPULAN
Hasil dari studi literatur ini terdapat tiga pembahasan ,yaitu mengenai: Model pembelajaran ICARE, keterampilan berpikir kreatif dan materi momentum dan impuls.
Model pembelajaran ICARE dapat membantu peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran yang aktif dan interaktif yang melibatkan peserta didik 80% di kelas ini ditunjukan pada hasil jurnal yang menyatakan ada peningkatan pembelajaran yang jadi pada siswa.
Keterampilan berpikir kreatif yang ada pada peserta didik masih rendah, dikarenakan pengajaran yang
kurang mengarahkan peserta didik dalam melakukan keterampilan proses pembelajaran di kelas,maka pengajar harus mengaitkan proses pembelajaran ke kehidupan sehari-hari dan mengarahkan peserta didik dalam keterampilan berpikir kreatif.
Materi momentum dan impuls ini dirasa sulit bagi peserta didik dalam menyelesaikan soal atau permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari, kurangnya dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari menjadikan peserta didik kurang pahamnya konsep yang ada pada materi momentum dan impuls.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada dosen Dr. Adam Malik ,M.Pd dan Rena Denya Agustina,M.si dan rekan-rekan yang
telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Kumara, “MODEL
PEMBELAJARAN “ACTIVE
LEARNING” MATA PELAJARAN SAINS TINGKAT SD KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA
34 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON PENINGKATAN “LIFE SKILLS”,”
JURNAL PSIKOLOGI , vol. 2, p. 64, 2004.
[2] INDRAWATI, Perencanaan Pembelajaran Fisika:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN,
jember: PMIPA FKIP Universitas Jember, 2011.
[3] D. F. Halpern, “Teaching critical thinking for transfer across domains: Disposition, skills, structure training, and metacognitive monitoring,” American Psychologist, vol. 4, p. 449, 1998.
[4] W. A. A. Faizah, N. S. Aminah dan Suparmi, “Analysis of Student Concepts Understanding in Solving Scientific Literacy on the Topic of Momentum and Impulse,” IOP Publishing , p. 8, 2019.
[5] A. &. Rusdiana, “Profil sikap pada pembelajaran suhu dan kalor dengan menggunakan model ICARE.,” In PROSIDING SNIPS 2016 , pp. 941-944, 2016.
[6] L. S. E. A. . D. dan H. ,
“Pembelajaran I-CARE
berbantuan praktikum:
Peningkatan problemsolving skills dan hasil belajar siswa pada materi jaringan hewan,” Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, vol. 4, no. 2, p. 162, 2018.
[7] Beetlestone, Creative Learning (Translate by Narulita Yusron), Bandung: Nusa Media , 2013.
[8] . J. R. M. dan E. , “ Creative Thinking Skills Students in Physics on Solid Material Elasticity,” TURKISH SCIENCE EDUCATION , vol. 16, no. 1, pp. 49-55, 2019.
[9] . F. S. dan . A. , “Analysis of Student Concepts Understanding in Solving Scientific Literacy on the Topic of Momentum and Impulse,” IOP Publishing, 2019. [10] D. L. dan H. , “Student’s
Problem-Solving Skill on Momentum,” Advances in Social Science, Education and Humanities Research, vol. 218, p. 48, 2017.