• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN KULTUR MIKROORGANISME CAMPURAN TERHADAP KOMPOSISI KIMIAWI LIMBAH KUBIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN KULTUR MIKROORGANISME CAMPURAN TERHADAP KOMPOSISI KIMIAWI LIMBAH KUBIS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN KULTUR MIKROORGANISME

CAMPURAN TERHADAP KOMPOSISI KIMIAWI LIMBAH KUBIS

(The Effect of Duration of Fermentation with Mixed Microorganis Culture on Chemical

Composition of Cabbage By-product)

D. Rahmadi

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengkaji pengaruh lama fermentasi dengan kultur mikroorganisme

campuran (KMC) terhadap komposisi kimiawi limbah kubis (Brassica oleraceae). Penelitian dilakukan dengan

rancangan acak lengkap (RAL), 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah sebagai

berikut : M0 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, tanpa difermentasi; M1 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC,

difermentasi selama 1 minggu; M2 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, difermentasi selama 2 minggu; M3 =

limbah kubis + bekatul + 6% KMC, difermentasi selama 3 minggu. Analisis komposisi kimiawi limbah kubis

terfermentasi meliputi kadar air, abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak

tanpa nitrogen (BETN).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama fermentasi nyata (p<0,05) meningkatkan kadar air dan LK,

tetapi menurunkan kadar abu (p<0,05). Lama fermentasi secara statistik tidak berpengaruh terhadap kadar PK,

SK dan BETN.

Kata kunci : fermentasi, mikroorganisme, komposisi kimiawi, limbah kubis

ABSTRACT

A research was conducted to evaluate the duration of fermentation with mixed microorganism culture

(MMC) on chemical composition of cabbage (Brassica oleraceae) by-product. Research was done in

completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. The treatments were : M0 =

cabbage by-product + rice bran + 6% MMC, without fermentation; M1 = cabbage by-product + rice bran + 6%

MMC with 1 week fermentation ; M2 = cabbage by-product + rice bran + 6% MMC with 2 weeks fermentation;

M3 = cabbage by-product + rice bran + 6% MMC with 3 weeks fermentation. Chemical composition analysis

of fermented cabbage by-product comprised water, ash, crude protein, extract ether, crude fiber and

nitrogen-free extract contents.

Result of the research showed that duration of fermentation significantly increased (p<0,05) water

and extract ether contents, but decreased ash content (p<0,05). Duration of fermentation did not affect crude

fiber, crude fat and nitrogen-free extract contents of cabbage by-product.

(2)

PENDAHULUAN

Tan aman kubis (Brassica oleraceae)

merupakan salah satu tanaman sayuran yang

mempunyai limbah melimpah, berupa daun segar dan

batang atau bongkol tanaman. Produksi kubis yang

semakin meningkat menyebabkan jumlah limbahnya

juga meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik

(2000), luas lahan di Jawa Tengah yang ditanami

kubis adalah 13.339 Ha dengan produksi sebesar 15,5

ton/Ha. Kubis mengandung vitamin dan mineral

yang tinggi. Kandungan nutrien kubis tiap 100 g

bahan segar adalah sebagai berikut : abu 0,7 g;

protein 1,7 g; karbohidrat 5,3 g; serat 0,9 g; lemak 0,2

g; kalori 25 kal; Ca 64 mg; P 26 mg; Fe 0,7 mg; Na 8

mg; niasin 0,3 mg; vitamin A 75 SI; vitamin B1 0,1

mg; vitamin C 62 mg dan air 91-93% (Direktorat Gizi

Departemen Kesehatan RI, 1981). Bagian tanaman

kubis yang tidak diambil sebagai produk tanaman

(limbah kubis) mencapai 55,5% dari produksi

tanaman (Aliudin et al., 2000). Produksi limbah kubis

yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai

pakanalternatif bagi ruminansia.

Limbah kubis memiliki kandungan nutrien

yang cukup tinggi dengan kadar air yang tinggi pula.

Tinggi kadar air menyebabkan limbah kubis cepat

busuk. Pengolahan terhadap limbah kubis sangat

diperlukan agar limbah kubis dapat digunakan dalam

waktu yang lebih lama tanpa mengalami kebusukan

dan penurunan nilai nutrisinya. Pengolahan limbah

kubis

dapat

dilakukan

den gan

car a

memfermentasikannya dengan penambahan bekatul

dan kultur mikroorganisme campuran, yaitu EM

4

(Effective Microorganism). Kultur mikroorganisme

campuran EM

4

terdiri dari campuran Lactobacillus

sp (90%) dan mikroorganime lain penghasil asam

laktat yang dikulturkan pada medium cair dengan

pH 4,5 dan populasi sebesar 10

9

/g dalam larutan (Higa

dan Wididan a, 1988). Har dian to (1996)

menambahkan bahwa kultur mikroorganisme adalah

adalah suatu larutan yang terdiri dari kultur campuran

berbagai mikroorganisme yang bermanfaat bagi

tanaman dan berfungsi sebagai bioinokulan.

Sebagian besar mikroorganisme yang terkandung

dalam EM

4

adalah Lactobacillus sp yang merupakan

mikroorganisme penghasil asam laktat, Rhizobium

sp yang merupakan mikroorganisme yang mampu

men ambat N dar i udar a, Streptomyces sp,

Actinomycetes dan mikroorganisme lain yang bersifat

menguntungkan (Wididana dan Wibisono, 1995).

Winarno et al. (1981) menyatakan bahwa

fer men tasi dapat ter jadi kar ena aktivitas

mikroorganisme fermentatif yang terdapat pada

substr at or gan ik yan g sesuai, seh in gga

men yebabkan perubah an sifat bahan akibat

pemecahan kandungan bahan tersebut. Jumlah

mikr oor gan isme dalam pr oses fer men tasi

diperbanyak dan digiatkan metabolismenya di dalam

bahan tersebut dalam batas tertentu. Proses

fermentasi menyebabkan terjadinya perubahan

terhadap komponen kimia bahan. Pederson (1971)

menyatakan bahwa kandungan asam amino, lemak,

karbohidrat, vitamin dan mineral bahan mengalami

perubahan akibat aktivitas dan perkembangan

mikroorganisme selama fermentasi. Perubahan utama

selama fermentasi berpengaruh terhadap kandungan

bahan ekstrak tan pa n itrogen (BETN) yang

merupakan karbohidrat yang mudah terfermentasi,

sehingga menyebabkan kandungan BETN menurun.

Asam lemak atsiri dan asam lemak non atsiri

meningkat secara nyata (Oldfield, 1973). Fermentasi

juga menyebabkan depolimerisasi pada substrat

(Banerjee, 1978). Winarno et al. (1981) menyatakan

bah wa bahan pakan yang mengalami proses

fermentasi akan mempunyai nilai nutrien yang lebih

baik dari bahan asalnya; hal ini disebabkan karena

adanya mikroorganisme yang mempunyai sifat

katabolik ter hadap komponen kompleks dan

mengubahnya menjadi komponen yang lebih

sederhana.

Pen elitian ber tujuan un tuk men gkaji

pengaruh lama fermentasi dengan penambahan

kultur mikroorganisme campuran sebagai sumber

mikroorganisme terhadap komposisi kimiawi limbah

kubis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi

informasi tentang pengolahan limbah kubis dan

upaya pemanfaatannya sebagai alternatif pakan

ruminansia.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro, Semarang. Materi yang digunakan

(3)

dalam penelitian berupa limbah kubis, bekatul dan

kultur mikroorganisme campuran (KMC) berupa EM

4

(“Effective Microorganism”) produksi Indonesian

Kyusei Nature Farming Societies. Limbah kubis

segar tanpa dilayukan dipotong-potong

±

5 cm.

Selanjutnya proses fermentasi dilakukan dengan

menambahkan bekatul dan KMC

.

Perbandingan

limbah kubis dengan bekatul adalah 69,02% : 30,98%

dan aras KMC adalah 6% dari total limbah kubis dan

bekatul yang digunakan. Bekatul dan KMC dicampur

dengan limbah kubis secara merata. Selanjutnya

dilakukan fermentasi secara anaerob di dalam stoples

dengan perbedaan lama fermentasi 0, 1, 2 dan 3

minggu. Setelah waktu fermentasi terpenuhi, limbah

kubis terfermentasi dikeringudarakan, kemudian

dihaluskan dan dilakukan analisis terhadap komposisi

kimiawinya. Analisis komposisi kimiawi limbah kubis

terfermentasi meliputi kadar air, abu, protein kasar

(PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan

ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dilakukan menurut

petunjuk AOAC (1985).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL), 4 perlakuan dan 3

ulangan. Perlakuan berupa lama fermentasi yang

berbeda dengan rincian sebagai berikut :

M0 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, tanpa

difermentasi

M1 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, difermentasi

selama 1 minggu

M2 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, difermentasi

selama 2 minggu

M3 = limbah kubis + bekatul + 6% KMC, difermentasi

selama 3 minggu

Variabel pengamatan melipurti kadar air, abu, PK, LK,

SK dan BETN. Data hasil penelitian dianalisis

menurut prosedur sidik ragam pada taraf 5%, apabila

terdapat perbedaan akibat perlakuan dilanjutkan

dengan uji wilayah ganda Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh lama fermentasi dengan efektif

mikroorganisme terhadap komposisi kimiawi limbah

kubis terfermentasi terangkum dalam Tabel 1.

Hasil pen elitian men un jukkan adan ya

peningkatan kadar air akibat lama fermentasi pada

limbah kubis (p<0,05). Hasil uji beda nilai tengah

antar perlakuan menunjukkan bahwa kadar air

per lakuan tan pa fermen tasi lebih r en dah

dibandingkan fermentasi 1, 2 dan 3 minggu (M0 vs

M1, M2 dan M3). Kadar air fermentasi mengalami

peningkatan sampai pada lama fermentasi 1 minggu

(M1). Pen in gkatan ter sebut disebabkan

mikroorganisme mulai memanfaatkan karbohidrat

yang mudah terfermentasi dalam substrat sebagai

sumber energi untuk tumbuh dan berkembang. Hasil

perombakan karbohidrat yang mudah terfermentasi

adalah gula-gula sederhana yang kemudian diubah

menjadi energi dengan hasil sampingan berupa

metabolit, alkohol, asam, CO

2

dan air. Hal ini sesuai

dengan pendapat Suparmo (1989) yang menyatakan

bahwa air merupakan salah satu hasil samping proses

fermentasi yang akan mempengaruhi kadar air

substrat produk fermentasi. Cullison dan Lowrey

(1987) menyatakan bahwa h asil dar i proses

fermentasi adalah asam laktat, asam asetat, asam

butirat, etanol, gas-gas fermentasi (CO

2

, CH

4

, CO,

NO dan NO

2

), air dan panas.

Kadar abu menurun (p<0,05) akibat pengaruh

lama fermentasi. Penurunan kadar abu disebabkan

adanya peningkatan bahan organik yang terbentuk

dari hasil fermentasi BETN. Sebagaimana dijelaskan

oleh Burrows (1965), hasil fermentasi BETN diubah

untuk membentuk komponen organik. Peningkatan

bahan organik tersebut menurunkan persentase

bahan anor ganik (kadar abu) limbah kubis

terfermentasi.

Uji sidik ragam menunjukkan bahwa lama

fermentasi tidak berpengaruh terhadap kadar PK

limbah kubis terfermentasi. Hal ini disebabkan karena

protein pakan dalam analisi proksimat dinyatakan

sebagai nitrogen (N). Protein mikroorganisme dan

hasil degradasi protein selama proses fermentasi juga

dinyatakan sebagai N. Cullison dan Lowrey (1987)

menyatakan bahwa pengukuran PK dalam analisis

proksimat didasarkan pada kenyataan bahwa

sebagian besar N pakan ada dalam protein. Lama

fermentasi tidak berpengaruh terhadap kadar PK

disebabkan jumlah N sustrat sebelum maupun

sesudah proses fer mentasi cen derung tetap.

(4)

Cenderung tetapnya jumlah N substrat selama

pr oses fermen tasi disebabkan tidak adan ya

penambahan bahan yang kaya akan N pada substrat

yang difermentasi dan tidak adanya aktivitas

mikroorganisme pengikat N bebas dari udara karena

fermentasi bersifat anaerob.

Hasil penelitian menunjukkan LK meningkat

(p<0,05) akibat lama fermentasi. Peningkatan kadar

LK

disebabkan

men in gkatn ya

jumlah

mikr oor gan isme

seh in gga

men yebabkan

aktivitasnya dalam mendegradasi bahan organik

menjadi asam lemak atsiri dan non atsiri semakin

meningkat. Degradasi bahan organik menyebabkan

peningkatan asam lemak atsiri berupa asam asetat,

asam propionat dan asam butirat. Banerjee (1978)

menyatakan bahwa asam lemak atsiri hasil fermentasi

ber fun gsi sebagai pemasok en er gi un tuk

meningkatkan sintesis LK. Lama fermentasi juga

diduga member i waktu yan g cukup bagi

mikroorganisme untuk melakukan biosintesis asam

lemak de novo yang berasal dari pemecahan

karbohidrat yang mudah terfermentasi.

Berdasarkan uji sidik ragam, lama fermentasi

tidak berpengaruh terhadap kadar SK limbah kubis

terfermentasi. Hal ini diduga karena mikroorganisme

dalam KMC telah mencapai fase pertumbuhan yang

mulai terhambat (fase stagnan), yang terjadi saat

kondisi asam mencapai pH 3,8 – 4. Hasil penelitian

menunjukkan pencapaian pH 4 mulai pada lama

fermentasi 2 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat

McDonald et al. (1987) yang menyatakan bahwa

penurunan pH pada kondisi asam akan menghambat

perkembangan mikroorganisme dan pada pH 3,8

-4,0 aktivitas mikroorganisme serta perubahan akan

bahan berhenti (stabil) sepanjang kondisi anaerob

terjaga. Relatif singkatnya fase pertumbuhan

mikroorganisme mencapai fase pertumbuhan yang

mulai ter hambat men yebabkan kesempatan

mikroorganisme untuk mendegradasi komponen

serat kasar sangat terbatas.

Uji sidik ragam menunjukkan bahwa lama

fermentasi tidak berpengaruh terhadap kadar BETN

limbah kubis terfermentasi. Namun demikian,

cenderung terjadi penurunan kadar BETN limbah

kubis terfermentasi pada lama fermentasi 1, 2 dan 3

minggu dibandingkan tanpa fermentasi (M1, M2 dan

M3 vs M0). Hal ini sesuai dengan pendapat Oldfield

(1973) yang menyatakan bahwa perubahan utama

selama fermentasi akan mempengaruhi karbohidrat

mudah terfermentasi (BETN), sehingga kadarnya

cenderung akan menurun. Penurunan kadar BETN

dipandang dari aspek nutrisi kurang menguntungkan

karena semakin sedikit BETN, berarti semakin sedikit

pula komponen bahan organik yang dapat dicerna

sehingga semakin sedikit pula energi yang dapat

dihasilkan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama

fermentasi meningkatkan kadar air dan LK, tetapi

menurunkan kadar abu. Lama fermentasi tidak

berpengaruh terhadap kadar PK, SK dan BETN.

Saran yang dapat diberikan adalah perlu

adanya penelitian lebih lanjut penggunaan fermentasi

limbah kubis sebagai komponen dalam penyusunan

ransum ternak ruminansia.

Tabel 1. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Komposisi Kimiawi Limbah Kubis

Komposisi Kimiawi Perlakuan

M0 M1 M2 M3 --- % --- Air 54,28b 62,51a 62,38a 61,04a Abu 14,58a 13,61a 11,78b 11,75b PK 14,19 15,25 15,39 16,26 LK 5,59b 7,78a 8,57a 7,67a SK 15,88 15,62 15,61 15,48 BETN 49,76 47,74 48,65 48,84

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada A.

C. Artanti; D. Irawati; E. Hidayati; dan S.Purwanto

atas bantuan teknis yang diberikan. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. A. Muktiani,

MSi; Ir. M. Christiyanto, MP; Ir. Surono, MP; dan L.

K. Nuswantara, SPt, MP.

DAFTAR PUSTAKA

Aliudin, Sarjiman, Suharno dan Sutardi. 2000.

Laporan Teknis Pengkajian Pola Tanam

Sayur an . Badan Pen elitian dan

Pengembangan Pertanian, Ungaran (Tidak

diterbitkan).

AOAC. 1985. Official Methods of Analysis of The

Association Agricultural Chemist. 12

th

Ed.

AOAC, Washington DC.

Badan Pusat Statistik. 2000. Survei Pertanian.

Produksi Tanaman Sayuran dan

Buah-buahan. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Banerjee, G. C. 1978. Animal Nutrition. Oxford and

IBH Publ. Co., Calcutta.

Burrows, W. 1965. Textbook of Microbiology. 8

th

Ed. WB Saunders Co., Philadelphia.

Cullison, A. E. and R.S. Lowrey. 1987. Feeds and

Feeding. 2

nd

Ed. Prentice-Hall of India Pvt.

Ltd., New Delhi.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981.

Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara

Karya Aksara, Jakarta.

Har dian to, R. 1996. Peman faatan efektif

mikroorganisme dan bokasi untuk pemulihan

kesubur an tan ah dan pen in gkatan

produktivitas usahatani di lahan kering.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian : 2

(1) : 61-72.

Higa, T. dan G. N. Wididana. 1988. Changes in The

Soil Micr oflora In duced by Effective

Microorganism. University of Ryukus,

Okinawa.

McDonald, P., R.A. Edwards and J.F.D. Greenhalgh.

1981. Animal Nutrition. 3

rd

Ed. Longman

Scientific and Technical, Essex.

Oldfield, J. E. 1973. Effect of fermentation on the

chemical nutritional value of feeds. In : Effect

of Processing on The Nutritional Value of

Feeds. Pr oocedin gs of Symposium at

Gainsville Florida. National Academy of

Sciences, Washington DC. p : 34 – 47.

Peder son , C. 1971. Microbiology of Feed

Fermentation. The AVI Publ. Co. Inc., West

Port.

Suparmo. 1989. Aspek Nutrisi Proses Fermentasi.

Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wididana, G.N. dan Wibisono. 1995. Penerapan

Teknologi Efektif Mikroorganisme dalam

Bidang Pertanian di Indonesia. Buletin

Kyusei Nature Farming, Jakarta. Tajuk 06. Hal

: 25 – 33.

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1981.

Pengantar Teknologi Pangan. Cetakan Ke-2.

PT Gramedia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Komposisi Kimiawi Limbah Kubis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa bakteri rizosfer potensial proteolitik mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen isolat anggota genus Erwinia (BN

[r]

1.997.498.828,43 (satu milyar sembilan ratus sembilan puluh tujuh juta empat ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus dua puluh delapan rupiah empat puluh tiga perseratus

Pengembangan Orientasi Masa Depan Anak Jalanan Usia Remaja Melalui Layanan Bimbingan Berbasis Experiential Learningi. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menetapkan : KEPUTUSAN KETUA YAYASAN PERSATUAN WANITA DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO TENTANG PENGANGKATAN TENAGA ADMINISTRATOR/OPERATOR EMIS PENGELOLA DATA

Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri .Yogyakarta:

Sesuai dengan data dari aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang diperoleh penulis pada emiten farmasi ini, mencerminkan bahwa pada tahun periode yang

Peneltian ini merekommendasikan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan mekanisme koping yang digunakan oleh pasien yang menjalani hemodialisis dalam menghadapi