• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Novel Sebagai Media Dakwah

Novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel dalm bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. Dewasa ini istilah novella dan novelle menagndung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yan panjangnya cukupan. Tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat menemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahn yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu. Berikut ini adalah unsur-unsur pembangun sebuah novel diantarnya sebagai berikut :

(2)

1. Plot. Novel, berhubungan adanya ketidakterikatan pada panjang cerita yang member kebebasan kepada pengarang, umumnya lebih dari satu plot. Terdiri dari satu plot utama dan sub-subplot. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang karya itu, sedangkan sub-subplot adalah berupa (munculnya) konflik-konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks. Plot-plot tambahan atau sub-subplot tersebut berisi konflik-konflik yang mungkin tidak sama kadar “ke-penting-annya” atau perannya terhadap plot utama. Masing-masing subplot berjalan sendiri, bahkan mungkin sekaligus dengan “penyelesaian” sendiri pula, namun harus tetap berkaitan satu dengan yang lain, dan tetap dalam hubungannya dengan plot utama.

2. Tema. Novel dapat saja menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu tema utama dan tema-tema tambahan. Hal itu sejalan dengan adanya plot utama dan sub-subplot di atas yang menampilkan satu konflik utama dan konflik-konflik tambahan . hal itu sejalan dengan kemampuan novel yang dapat mengungkapkan berbagai masalah kehidupan yang kesemuanya akan disampaikan pengarang lewat karya jenis ini. 3. Penokohan. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya ditampilkan secara lebih lengkap, misalnnya yang berhubungan dengan

(3)

ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, sifat dan kebiasaan dan lain-lain. Termasuk bagaimana hubungan antar tokoh itu, baik hal itu dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung. Kesemuanya itu tentu saja akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan konkret tentang keadaan para tokoh cerita tersebut. Itulah sebabnya tokoh-tokoh cerita novel dapat lebih mengesankan.

4. Latar. Dalam novel dapat saja melukiskan keadaan latar secara rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret dan pasti. Walau demikian, cerita yang baik hanya akan melukiskan detil-detil tertentu yang dipandang perlu. Ia akan terjatuh pada pelukisan yang berkepanjangan sehingga justru terasa membosankan dan mengurangi kadar ketegangan cerita.

5. Kepaduan. Pencapaian sifat kepaduan novel lebih sulit dibanding dengan cerpen. Novel umumnya terdiri dari sejumlah bab yang masing-masing berisis cerita yang berbeda. Hubungan antar bab, kadnag-kadang merupakan hubungan sebab akibat, atau hubungan kronologis biasa saja, bab yang satu merupakan kelanjutan dari bab-bab yang lain. Jika mambaca satu bab novel saja secara acak, kita tidak akan mendapatkan cerita yang utuh, hanya bagaikan membaca

(4)

sebuah pragmen saja. Keutuhan cerita sebuah novel meliputi keseluruhan bab.

6. Roman dan Novel. Dalam dua ragam fiksi naratif yang utama disebut romance (romansa) dan novel. Novel bersifat realitis, sedangkan romansa puitis dan epik. Hal itu menunjukkan bahwa kedaunya berasal dari sumber yang berbeda. Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, biografi, kronik, atau sejarah. Jadi, novel berkembang dari dokumen-dokumen, dan secara stilistik menekankan pentinganya detil dan bersifat mimesis. Novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam. Romansa, merupakan kelanjutan epik dan romansa abad pertengahan, mengabaikan kepatuhan pada detil. Roman menurut Frye, tidak berusaha menggambarkan tokoh secara nyata, secara lebih realistis. Ia lebih merupakan gambaran angan, dengan tokoh yang lebih bersifat introver, dan subjektif. Di pihak lain, novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh yang berangkat dari realitas sosial. Jadi, ia merupakan tokoh yang lebih memiliki derajat lifelike, disamping merupakan tokoh yang bersifat ekstrover.23

Oleh karena bentuknya yang panjang, novel tidak dapat mewarisi kesatuan padat yang dipunyai cerpen. Novel juga

23

Burhan Nurgiyanto, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press (Anggota Ikapi), 2007), cet.ke-6, hlm.9-15.

(5)

tidak mampu menjadikan topiknya menonjol seperti prinsip mikrokosmis cerpen. Sebaliknya, novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Ciri khas cerpen terletak pada kekuatannya yang mampu mengahadirkan sesuatu lebih dari yang ia ceritakan, sedangkan ciri khas novel ada pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta yang lengkap sekaligus rumit. Ini berarti bahwa novel lebih mudah sekaligus sulit dibaca dibandingkan dengan cerpen. Dikatakan lebih mudah dikarenakan novel tidak dibebani tanggungjawab untuk menyampaikan sesuatu dengan cepat atau dengan bentuk padat dan dikatakan lebih sulit karena novel dituliskan dalam skala besar sehingga mengandung satuan-satuan organisasi yang lebih luas ketimbang cerpen.24 Dan Novel merupakan salah satu media dakwah yang digunakan dalam berdakwah.

Istilah “dakwah” diungkapkan secara langsung oleh Allah SWT dalam ayat-ayat Qur’an. Kata “dakwah” di dalam al-Qur’an digunakan kira-kira 198 kali yang tersebar dalam 55 surat (176 ayat). Kata “dakwah” oleh al-Qur’an digunakan secara umum. Artinya, Allah masih menggunakan istilah

24

Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), cet.ke-1, hlm. 90.

(6)

da’wah ila Allah (dakwah Islam) dan da’wah ila al-nar (dakwah setan) oleh karena itu, dalam tulisan ini dakwah yang dimaksud adalah da’wah ila Allah (dakwah Islam).25

Sedangkan pengertian dakwah di tinjau dari segi etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari kata bahasa Arab, yaitu

da’a-yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson munawir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak

(to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i, artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu, maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh, artinya penyampai atau penyeru.

Sedangkan dakwah secara terminologi, dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan Agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual

25

Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : STAIN Purwokerto Press Dan Pustaka Pelajar, 2006), cet.-1, hlm.26-27.

(7)

maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Di bawah ini adalah definisi dakwah yang dikemukakan para ahli mengenai dakwah, diantaranya:

a. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A.

“Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”

b. Menurut Dr. M. Quraish Shihab

“Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.

c. Menurut Ibnu Taimiyah

Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh rasul serta

(8)

mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya.

Dengan demikian, dakwah juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai sarana dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.

Dalam perspektif dakwah, Al-Qur’an dipandang sebagai kitab yang merupakan rujukan pertama dan utama. Al-Qur’an memperkenalkan sejumlah istilah kuno yang melahirkan konsep dasar dakwah. Al-Qur’an memang tidak menjelaskan rinci apalagi bersifat teknis tentang bagaimana melakukan dakwah. Namun demikian, ia telah memberikan banyak isyarat penting tentang keharusan untuk melakukan dakwah. Intinya, ia telah mengisyaratkan tentang apa, bangaimana, dan untuk apa dakwah? Isyarat-isyarat inilah yang secara deduktif memerlukan penjelasan rinci dengan menggunakan bantuan ilmu-ilmu berkaitan.26

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim.27 Setiap muslim berkewajiban untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, terutama

26

Asep Muhyiddin, Kajian Dakwah Multiperspektif “Dakwah Perspektif Al-Qur’an”, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet.ke-1, hlm.19.

27

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), ed.ke-1, cet.ke-1. hlm. 1-6.

(9)

yang ditujukan kepada masyarakat Islam dalam rangka menyelamatkan dari bahaya pemikiran yang dikembangkan oleh aliran-aliran sesat yang semakin banyak tumbuh belakangan ini, karena itu penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sehingga cahaya hidayah Allah tidak terputus sepanjang masa.28

Dakwah Islam dimaknai sebagai seruan kepada seluruh lapisan masyarakat dari berbagai agama untuk memeluk Islam baik secara akidah, syariat maupun aturan hidup. Dakwah Islam bukanlah seperti yang disalahpahami oleh sebagian orang, yakni bahwa dakwah adalah sesuatu yang persial atau sampingan yang menyeru untuk kepentingan kelompok tertentu atau kepentingan seseorang. Dakwah Islam tidak hanya untuk kepentingan organisasi, kelompok, dan semisalnya, malainkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini.29

Dakwah Islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim dimana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan as-sunnah Rasulullah. Kewajiban dakwah menyerukan dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat. Agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya diperlukan suatu sistem manajerial komunikasi baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan

28

RB. Khatib Pahlawan Karo, Manajemen Dakwah “Dari Dakwah Konvensional Menuju

Dakwah Profesional”, (Jakarta : Amzah, 2007), cet.ke-1. hlm.7.

29

DR. Muhammad Abu Fath Al-Bayanun, Fiqih Dakwah “Panduan Sukses Dan Nasihat

(10)

terkait denagn nilai-nilai keislaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi

munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.30

Telaah T.W. Arnold, dakwah Islam mula-mula disebarkan oleh motivasi yang tidak kenal lelah dari para mubaligh secara individu atau perseorangan sambil berdagang. Da’i-da’i individu ini kemudian berkembang hingga membentuk suatu komunitas masyarakat Islam dan menyebar ke pelosok negeri-negeri tetangga, yang menjadi sumber dimana dakwah dilakukan. Arnold berkata bahwa cara-cara dakwah yang dilakukan tersebut sangat persuasif dan lemah lembut sebagai wujud spirit dari Al-Qur’an.31

Dakwah Islam juga bukan hanya serangkaian kata yang diulang-ulang atau pidato agitatif memukau umat. Juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam kehidupan. Tapi, dakwah Islam adalah dakwah yang bersifat amaliyah yang mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang

30

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), Ed.Revisi, cet.ke-2, hlm.5-6. 31

Dr. Acep Aripudin dan Dr. Mudhofir Abdullah, Perbandingan Dakwah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), cet.ke-1, hlm.34-35.

(11)

apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan rohani mereka sebagai ketentraman dan ketenangan batin, petunjuk dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Dakwah Islam datang membawa prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai luhur yang telah diamalkan oleh para generasi muslim yang hidup dalam naungannya selama kurun waktu yang panjang.32

Karir abadi seorang muslim adalah da’i. Dengan posisi tersebut, maka seluruh aktivitas kehidupan seorang muslim merupakan media atau mimbar dakwah, baik yang tercermin dalam kata, sikap maupun perilaku. Begitu juga bagi yang punya jabtan, maka jabtan adalah mimbar dakwahnya. Tiap orang memiliki takdirnya berbeda dalam karir hidupnya. Ada yang menjadi petani, pedagang, pegawai negeri, profesional atau mereka yang memilih menjadi pengusaha. Mereka memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap keislaman tempat tinggalnya dan lingkungannya. Apa yang mereka lakukan semata-mata menjadi media dalam berdakwah untuk menyampaikan pesan an nilai-nilai Islam.

Ulama seperti Hasan Al-Banna pernah memberikan pengakuan soal keberimanan dirinya. Sebuah pengakuan bagaimana besarnya tanggung jawab seorang muslim ketika dirinya sudah menyatakan berislam atas lingkungan sekitarnya. Menurut beliau, saat seorang muslim memberikan pengakuan sebagai muslim, maka saat itu pula muncul

32

Muhammad Sayyid Al-Wakil, Konsep Dan Kode Etik Dakwah, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2002), ed.ke-1, cet.ke-1, hlm.3-4.

(12)

kewajiban untuk menjadi seorang pribadi muslim adalah akidah, ibadah amupun akhlak.33

Da’wah Islamiyah adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Dalam bentuk asalnya, da’wah merupakan aktivitas nubuwah dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia, dengan tujuan utamanya berkaitan erat dengan tujuan ajaran wahyu

(al-Qur’an dan al-Hadith) bagi kehidupan umat manusia.34

Dakwah menuju jalan Allah adalah merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka. Dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terangnya cahaya, dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju tauhidullah, dari neraka (jahiliyah menuju jahim) menuju sorganya.35

Adapun tujuan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama tidak lain adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang Agama. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah dan penerangan Agama adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia. Usaha demikian tidak terlepas dari psikologi dakwah, sedang psikologi dakwah adalah

33

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet.ke-1, hlm. 27-28.

34

M. Ridho Syabibi, Metodologi Ilmu Da’wah (Kajian Ontologis Da’wah Ikhwan

Al-Safa’), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), cet.ke-1, hlm.49-50.

35DR. Rabi’ Bin Hadi Al Madkhali,

Manhaj Dakwah Para Nabi (Dengan Landasan

(13)

merupakan ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang menyangkut jiwa daripada da’i serta sasaran dakwah baik secara individual maupun kelompok sosial, merupakan pengetahuan yang lebih bersifat praktis daripada teoritis.36

Tujuan komunikasi dalam dakwah digariskan sebagai titik tuju dakwah Islamiyah, yaitu memberi pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam al-Qur’anul al-karim menjadi jalan hidupnya. Realitanya tujuan dakwah tidak lain mengajak manusia berjalan diatas jalan Allah dalam meniti jalan hidupnya. Secara filosofis bisa dikatakan bahwa tujuan dakwah Islamiyah adalah “membentangkan jalan Allah diatas muka bumi agar dilalui umat manusia”. Dari semua penjelasan tersebut, kiranya dipahami bahwa makna dari semuanya itu mengandung pengertian upaya mengubah sikap, sifat, pendapat dan perilaku umat ke arah yang Islami, adapun upaya mengubah sikap, sifat, pendapat dan perilaku tiada lain adalah prinsip dari tujuan utama komunikasi. Sedangkan suasana yang Islami dimaksud pada upaya dakwah, merupakan tujuan khusus dari upaya mengkomunikasikan ajaran Islam.37 Dakwah tidak akan sempurna tanpa adanya Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang sangat penting yang digunakan dalam setiap kegiatan dakwah, diantaranya:

36

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), ed.ke-1, cet.ke-6, hlm.4.

37

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah (Perspektif Komunikasi), (Bandung : PT. Ramaja Rosdakarya, 2013), cet.ke-1, hlm.23.

(14)

a. Da’i ( Pelaku Dakwah )

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

b. Mad’u ( Mitra Dakwah )

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang berAgama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum berAgama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti Agama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan.

c. Maddah ( Materi Dakwah )

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.

d. Wasilah ( Media Dakwah )

Wasilah dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah menjadi lima macam, diantaranya:

(15)

1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat, spanduk dan sebagainya.

3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur dan sebagainya.

4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya. Seperti televisi, film slide, internet dan sebaginya.

5. Akhlak adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u.

e. Thariqah ( Metode Dakwah )

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang digunakan juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walupun sangat baik tetapi metode yang digunakan tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak si penerima pesan.

(16)

Secara garis besar metode dakwah dibagi menjadi tiga, diantaranya yaitu:

1. Bi Al-Hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kindisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

2. Mau’izatul Hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Isalam dengan kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Isalm yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan yaitu dakwah dengan cara

bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

f. Atsar ( Efek Dakwah )

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan

(17)

pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya.38

Setelah mengetahui unsure-unsur atau komponen dakwah, kita juga harus memahami apa itu pesan dakwah, Pesan dakwah adalah apa yang disampaikan di dalam proses kegiatan dakwah. Ada tiga dimensi yang saling berkaitan dengan istilah pesan dakwah. Diiantarannya sebagai berikut :

1. Pesan Dakwah menggambarkan sejumlah kata atau imajinasi tentang dakwah yang diekspresiakan dalam bentuk kata-kata. Pada konteks ini pesan dakwah mengandung dua aspek yaitu isi pesan (the content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan adalah pikiran, sedangkan lambangnya adalah kata-kata atau bahasa. Tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin didakwahkan. Oleh karena itu, bahasa melekat pada pikiran sehingga bahasa tidak mungkin dilepaskan dari pikiran. Tegasnya, orang berfikir dengan bahasa.

Fungsi berfikir menyangkut dua aspek yang penting dalam diri manusia, yaitu mengetahui (wissen) dan memahami

(verstehen) secara mendalam. Manusia berfikir mengenai suatu

38

M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), ed.ke-1, cet.ke-2, hlm.21-35.

(18)

realitas dengan landasan pengalaman sebagai rekaman dan pengindraan selama hidupnya. Manusia tidak hanya puas dengan mengetahui, tetapi juga ingin memahaminya secara mendalam.

2. Pesan Dakwah berkaitan dengan makna yang dipersepsi atau diterima oleh seseorang. Makna merupakan proses aktif yang diciptakan dari hasil kerjasama dengan sumber (pengirim pesan) dengan penerima pesan, pembicara dengan pendengar, atau penulis dengan pembaca. Pemahaman terhadap makna apa yang akan disampaikan dan bagiamana menyampaikan makna kepada orang lain akan membantu diri kita dalam memaksimalkan pengelolaan pesan yang verbal maupun non-verbal. Makna tidak bergantung pada pesan saja, melainkan juga pada interaksi antara pesan dengan pemikiran dan perasaan penerima pesan. Sementara pemikiran dan perasaan penerima pesan dibangun di atas lingkungan sosial dan budaya yang berbeda-beda. Kata-kata tidaklah mengandung makna, manusialah yang menciptakan makna. Konsekuensi logisnya, untuk menemukan makna, tidak cukup dengan mnegkaji kata-kata saja, tetapi perlu melihat siapa yang memberiakan makna tersebut. Apakah pemberi makna tersebut seorang yang konservatif, moderat atau liberal, akan melahirkan makna yang berbeda-beda di antara mereka.

(19)

3. Penerima Pesan Dakwah yang dilakukan oleh mad’u atau objek dakwah. Semua pesan dakwah memiliki peluang terbuka untuk dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh penerima yang berbeda. Meskipun demikian, ada kesepakatan bersama antara pengirim dan penerima yang memungkinkan proses dakwah terjadi. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa proses penerimaan pesan dakwah tidak bisa mencapai 100%. Banyak faktor yang bisa menyebabkan pesan dakwah tidak bisa diterima sepenuhnya oleh mad’u, di antaranya karena faktor psikologis penerima pesan, situasi, kemempuan pengirim pesan, dan waktu penyampaian.

Berdasarkan penjelasan diatas, penertian pesan dakwah tidak bisa dipisahkan dari ketiga dimensi tersebut. Pesan dakwah tidak hanya mengandung kata-kata saja, tetapi mengandung makna dan dimensi penerimaan pesan dakwah oleh mad’u. Selanjutnya, pesan dakwah tidak hanya bersifat verbal saja, tetapi juga bersifat non-verbal. Seorang penulis yang merangkai kata-kata yang mengandung nilai-nilai Islam dalam tulisannya merupakan pesan dakwah yang bersifat non-verbal. Begitu juga seorang aktivis pergerakan yang membandgun komunitasnya dan memberikan contoh dalam pengembangan keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dapat diklasifikasikan

(20)

sebagai da’i yang melaksanakan pesan dakwah secara non-verbal.39

Berdakwah juga mempunyai media yang dapat digunakan, salah satunya berdakwah melalui karya tulis, Menulis merupakan salah satu wahana dakwah yang sangat efektif, tetapi hal itu telah dilupakan oleh banyak orang. Bagaimana sebagian saudari kita menggunakan kemampuan menulisnaya sebagai salah satu wahana dalam berdakwah di jalan Allah. Salah seorang muslimah pernah bercerita; “saya memang tidak pandai untuk merangkai suatu klaimat dan menjadikannya sistematis. Akan tetapi, saya mengetahui bagaimana menulis dan menukil suatu tulisan. Saya mengumpulkan berbagai kutipan tulisan ataupun hikmah dari berbagai sumber, setelah itu saya menukil tulisan atau hikmah tersebut lengkap dengan referensinya, kemudian mengirimkannya ke majalah-majalah dan koran-koran. Dan ada pula seorang muslimah yang dianugrahi kemampuan menulis dengan menggunakan gaya bahasa yang indah dan menarik hati. Kemudian ia menggunakan kelebihannya tersebut untuk menulis buku-buku ringan yang memebahas tentang permasalahan-permasalahan wanita dan penyelesaiannya. Ia memfokuskan tulisannya pada berbagai masalah wanita yang sering tidak dapat diselesaikan

39

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), ed.ke-1, cet.ke-1. hlm. 140-142.

(21)

oleh kaum laki-laki. Dari tangannya telah diterbitkan beberapa buku ringan yang sampai sekarang masih ada dan bahkan banyak karyanya telah menunggu diterbitkan. Syaikh As-Sa’di

berkata, “Allah merahmatkan seorang hamba yang membela agamanya, walaupun hanya dengan sepenggal kalimat”.40

Metode ini termasuk dalam dakwah bil qalam (dakwah dengan karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan punah. Kita bisa memahami Al-Qur’an, Hadits, fiqih, para imam mazhab dari tulisan yang di publikasikan. Ada hal-hal yang mempengaruhi efektifitas tulisan, antara lain: bahasa, jenis huruf, format, media dan tentu saja penulis serta isinya. Tulisan yang dipublikasi bermacam-macam bentuknya, antara lain: tulisan ilmiah, tulisan lepas, tulisan stiker, tulisan spanduk, tulisan sastra, tulisan terjemah, tulisan cerita, dan tulisan berita. Masing-masing bentuk tulisan memiliki kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan penggunaanya. Dalam jurnal ilmiah, tulisan yang layak dimuat adalah tulisan ilmiah kepada para remaja yang gaul, misalnya kita bisa menyajikan tulisan pesan dakwah yang lepas, kalau perlu mengikuti gaya gaul mereka: bahasa jenaka, font tulisan non formal, topik ringan, dan tidak menghilangkan pesan dakwahnya. Metode karya tulis merupakan buah dari

40

Syaikhah Muhammad Ad-Dahmasy, Inspirasi Dakwah Muslimah, (Solo : Pustaka Iltizam, 2011), cet.ke-1, hlm.112-113.

(22)

ketrampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Ketrampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan , tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi dakwah.41

Dan tidak dapat dibantah juga bahwa media cetak adalah merupakan media komunikasi massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi penyebaran pesan-pesan atau informasi. Dalam hal ii media massa sebagai media penyebaran informasi bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah Isalamiyah. Berdakwah melalui media cetak memelukan bakat mengarang karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan. Banyak da’i yang mampu berbicara di depan mimbar tetapi tidak dapat menuangkan dalam sebuah karangan. Jadi, frekuensi da’wah bil

lisan jauh lebih besar dibandingkan dakwah bil qalam. Tetapi banyak pula da’i yang hebat di mimbar dan hebat pula di menulis. Seperti Buya Hamka dan Mohammad Natsir. Dan di dalam Islam, faktor tulisan dan menulis ini merupakan media awal yang sama usianya dengan media tatap muka. Firman Allah, “Tulislah apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi

sampai hari kiamat, baik perbuatan, peninggalan, maupun pemberian. Lalu, Al-Qur’an pun menuliskan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi sampai hari kiamat.”

41

(23)

Media cetak yang berisi dakwah sudah cukup berkembang. Majalah di indonesia yang bernuansa Islam periode awal di antaranya : Panji Islam, Pedoman Masyarakat, Soeloeh Islam.

Pada zaman kemerdekaan pernah pula majalah-majalah Islam seperti: Gema Islam, Amanah, Ummi, Nurani dan masih banyak lainnya. Tetapi jangkauan dan cakupan dakwah melalui media massa masih harus dikembangkan, terutama untuk konsumsi anak-anak. Hal ini dikemukakan oleh K.H.Abdurrahman Wahid, di mana dia menyatakan kegelisahan cakupan dakwah Islam saat ini belum mencapai sasaran yang tepat: “Cakupan luas dakwah inji merupakan keharusan. Tapi juga pemahaman bahwa dakwah itu juga harus mengalami deferesiensi, bacaan anak-anak kita adalah bacaan Kristen, mulai dari Cinderella Hingga Putri Salju.”42

B. Analisis Isi Untuk Mengungkap Pesan Dakwah

Neuman menyebutkan “content analysis is a technique for

gathering and analyzing the content of text” pengertian isi dari teks bukan hanya tulisan atau gambar saja, melainkan juga ide, tema, pesan, arti atau simbol-simbol yang terdapat dalam teks, baik dalam bentuk tulisan (seperti buku, majalah, surat kabar, iklan, surat resmi, lirik lagu,

42

Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Isalm, (Jakarta : Amzah, 2008), cet.ke-1, hlm. 195-198.

(24)

puisi dan sebagainya), gambar (misalnya film, foto, lukisan) atau pidato.43

Secara umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan di media atau teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna), gambar, simbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan.44 Atau dengan kata lain disebut dokumen dalam analisis isi kualitatif adalah wujud dari representasi simbolik yang dapat direkam/didokumentasikan atau disimpan untuk di analisis. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya.45

Analisis isi pada umumnya dapat digunakan untuk mengungkap pesan-pesan yang ada di dalam teks, yang mungkin sulit dimaknai dengan cara observasi biasa ; menganalisis problem penelitian melibatkan jumlah teks yang luas cakupannya, besar volumenya dan banyak jumlah teks yang perlu dicermati ; dan meneliti permasalahan penelitian dimana topik yang dipelajari mempunyai jarak atau tegang

43

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 167.

44

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi Dan Analisis Data

Sekunder), (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2011), ed.revisi, cet.ke-2, hlm.86.

45

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Ke Arah

(25)

waktu dengan hidup peneliti. Analisis isi juga dpata digunakan untuk mereka yang ingin mencermati media komunikasi yang dilakukan oleh komunikasi tertentu, seperti buku, teks, gambar, prasasti dan simbol-simbol dari aspek makna laten isi suatu sumber informasi tertulis lainnya.46

46

H. M. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas (Implementasi Dan

Referensi

Dokumen terkait

Semakin besar nilai frekuensi input yang diberikan maka berbanding lurus dengan besar respon perpindahan, kecepatan, dan percepatan baik respon dinamis pada shaking

Berdasarkan hasil pada tabel diatas terlihat bahwa rata-rata pelaku UMKM di samarinda belum terlalu memahami biaya lingkungan dan mereka belum mempunyai pengalaman

Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey & evaluasi dibidang kesehatan yg tdk Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan

Pembangunan Indikator Kinerja Sat. Capaian Kinerja SKPD Pelaksana Targ. Meningkatnya budaya dan minat baca masyarakat 6. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan

Metode yang sering digunakan untuk menentukan umur ikan adalah metode dengan menggunakan tanda tahunan seperti sisik (squama), karena lebih muda digunakan dari

Salah satu produk dari kemajuan era digital adalah adanya perangkat canggih berupa telepon pintar (smartphone) yang saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Keputusan Rektor ITB Nomor 373/SK/K01/KP/2010 tentang Pengangkatan Para Dekan Fakultas dan Sekolah di Lingkungan Institut Teknologi Bandung periode 2011-2014.6. KEDUA : Mengangkat

Kinerja pada dasarnya adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,