• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penggelapan pajak masih menjadi permasalahan utama di berbagai negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penggelapan pajak masih menjadi permasalahan utama di berbagai negara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penggelapan pajak masih menjadi permasalahan utama di berbagai negara (Pommerehne & Peter Zweif, 1991; Wenzel, 2005; Tsakumis dkk 2007). Bahkan hal ini masih terjadi di negara maju seperti Amerika dan United Kingdom (UK) yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi. Pada tahun 2008-2010, The Internal Revenue Service, instansi pemerintahan Amerika yang bertanggung jawab memungut pajak,

mengestimasikan kesenjangan pajaksebesar $458 juta (www.irs.gov), sedangkan HM

Revenue and Customs di UK mengestimasikan kesenjangan pajak pada tahun 2013

dari negaranya sebesar £34 juta (www.gov.uk).

Begitu juga dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, tingkat kepatuhan pajak masyarakat Indonesia saat ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara lain, yang tergambar dari rasio kepatuhan pajak yang dimiliki. Data Kementerian Keuangan RI menunjukan bahwa, rasio kepatuhan pajak yang dimiliki Indonesia

masih berada pada kisaran 11 persen.1 Nilai ini relatif rendah jika dibandingkan

dengan negara berkembang lainnya, seperti Malaysia dan Thailand yang sudah mencapai angka diatas 16 persen, bahkan jauh tertinggal dengan rata-rata rasio

1 Rasio kepatuhan pajak merupakan ratio penerimaan perpajakan terhadap Produk Domestik Bruto. Semakin tinggi rasio kepatuhan pajak maka semakin besar penghasilan masyarakat yang masuk ke dalam penerimaan pajak negara. Hal ini menandakan semakin patuhnya wajib pajak dalam melaporkan penghasilanya.

(2)

kepatuhan pajakyang dimiliki negara-negara anggota OECD lainya yang mencapai

34% (Transparency International Indonesia)2.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan RI pada akhir periode triwulan III tahun 2016, capaian hasil pendapatan negara hanya mencapai 60,5 persen dari target APBN-P 2016, dengan realisasi penerimaan perpajakan sebesar 58,2 persen. Rendahnya capaian penerimaan pendapatan ini dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak (Harinurdin, 2009; Randlane, 2015).

Oleh karena itu, penelitian mengenai kepatuhan pajak penting untuk diteliti dan telah lama menjadi topik menarik. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian dari (Andreoni dkk 1998; Ratto dkk 2005; Battiston & Gambaz 2013) mengenai kepatuhan pajak. Penelitian mengenai tingkat kepatuhan pajak, seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor ekonomi.

The National Taxpayer Advocate (2007) dalam Cohen dkk (2015) merekomendasikan administrasi pajak untuk tidak hanya berfokus pada faktor-faktor ekonomi namun juga bergerak ke arah pemahaman yang lebih baik mengenai faktor-faktor non ekonomi yang dapat memengaruhi perilaku kepatuhan pajak masyarakat, khususnya pada kondisi situasi pajak yang ambigu.

2 OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) merupakan forum pemerintah dari berbagai negara yang bertujuan untuk bekerjasama dan berbagi pengalaman dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat diseluruh dunia(http://www.oecd.org/about/)

(3)

Hal ini disebabkan karena, faktor-faktor ekonomi telah gagal untuk sepenuhnya memprediksi kepatuhan pajak individu (Jimenez, 2014 dan Mohdali & Pope, 2014). Kirchler dkk (2008) dan Franzoni (2008) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa, kepatuhan pajak merupakan sebuah fenomena yang kompleks, sehingga perlu dilihat pengaruhnya dari beberapa perspektif.

Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan moral sentiments approach

(pendekatan sentimen moral), kepatuhan pajak tidak hanya dipengaruhi oleh adanya faktor ekonomi saja namun juga faktor non ekonomi seperti budaya, psikologis, sosial ataupun politik (Ipek dkk, 2012). Oleh karena itu, beberapa penelitian (Bobek dkk 2011; Ratto dkk 2005) menyatakan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kepatuhan pajak yang dijelaskan oleh faktor selain ekonomi, seperti faktor psikologis, moral dan keberagaman pengaruh sosial.

Hal ini membawa arah penelitian keperilakuan dalam pajak yang semula berfokus pada faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat melakukan penghindaran pajak, kini telah beralih pada faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam mematuhi pajaknya (Feld & Frey, 2007; Alm & Torgler, 2011; Mohdali & Pope, 2012).

Oleh karena itu, telah banyak tujuan dari kebijakan fiskal diberbagai negara mendorong adanya kepatuhan pajak sukarela, hal ini karena diyakini sebagai cara yang paling efisien dalam mengumpulkan anggaran pendapatan pemerintah (Gerger,

(4)

2012; Nar, 2015; Jimenez dan Iyer, 2016; Mitu, 2016). Damayanti (2012) menyatakan bahwa, pendekatan terbaik yang dapat digunakan untuk mengubah dan menciptakan budaya kepatuhan pajak sukarela masyarakat disuatu negara adalah secara psikologis.

Sejalan dengan hal tersebut, beberapa penelitian (Mohdali & Pope, 2014; Benk dkk, 2016) mengatakan, penelitian mengenai kepatuhan pajak kini telah bergeser dari pendekatan ekonomi yang identik dengan mengapa individu melakukan penghindaran atas pajak menjadi pendekatan sosial psikologis untuk memertimbangkan faktor-faktor non ekonomi dalam menjelaskan perilaku kepatuhan pajak. Sebagian besar penelitian dengan menggunakan pendekatan sosial psikologis berfokus pada unsur-unsur yang memengaruhi proses pengambilan keputusan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak, seperti pengaruh teman sebaya dan sikap pribadi individu (Mohdali & Pope, 2014).

Akan tetapi, penggunaan dari masing-masing pendekatan secara terpisah dinilai kurang dapat menjelaskan perilaku kepatuhan pajak (Schmölders, 1959; Hasseldine & Bebbington, 1991; Feld & Frey, 2007, Mohdali & Pope, 2012). Oleh karena itu,

Schmölders, (1959) menyarankan sebuah pendekatan yang dikenal sebagai fiscal

psychological approach atau pendekatan psikologis fiskal.

Pendekatan ini menggabungkan dua pendekatan sebelumnya, yakni dengan tidak hanya berfokus pada perilaku wajib pajak dan pengaruh teman sebaya

(5)

melainkan juga dampak dari tindakan pemerintah dan perlakuan otoritas pajak terhadap wajib pajak (McKerchar & Evan, 2009).

Salah satu penelitian yang menggunakan kerangka pendekatan psikologis fiskal telah dilakukan oleh Mohdali & Pope (2012). Dalam penelitiannya, Mohdali & Pope (2012) menggunakan variabel persepsi terhadap pemerintah, interaksi dengan otoritas pajak, interaksi dengan sosial dan religiusitas dalam menjelaskan kepatuhan pajak sukarela masyarakat di Malaysia. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, hanya interaksi dengan sosial yang tidak terdukung dan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan pajak sukarela.

Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melakukan pengembangan atas model penelitian yang dibuat oleh Mohdali & Pope (2012) dengan memasukkan variabel norma subjektif sebagai ganti variabel interaksi dengan sosial yang digunakan sebelumnya. Didalam penelitian mengenai kepatuhan pajak (Edlund & Aberg, 2002; Bobek & Hatfeld, 2003; Bobek dkk, 2007; Saad, 2009; Hai & See, 2011; Langham, Pulsen & Hartel, 2012; Alm, 2013, Bobek dkk, 2013 dan Jimenez, 2013), telah menunjukkan bahwa norma subjektif dapat memengaruhi tingkat kepatuhan pajak secara signifikan.

Norma sosial, termasuk didalamnya norma subjektif memiliki peran penting dalam memengaruhi kepatuhan pajak individu (Alm & McKee 1998; Saracoglu & Caskurlu 2011; Bobek dkk 2011; Çevik & Yeniçeri 2013; Jimenez, 2014). Hal ini

(6)

salah satunya dibuktikan dari hasil survei yang dilakukan Alm (1991) yaitu menunjukkan bahwa, kepatuhan seseorang individu sangat dipengaruhi oleh komitmen wajib pajak terhadap norma sosial.

Penggunaan norma subjektif didasari atas penelitian yang dilakukan oleh Bobek dkk (2007) dan Bobek dkk (2013). Kedua penelitian menunjukkan bahwa norma subjektif dan norma personal memiliki pengaruh signifikan dan paling penting dalam tingkat kepatuhan pajak masyarakat. Selain itu, diantara keduanya, norma subjektif yang lebih dapat mewakili interaksi sosial dibandingkan norma personal.

Dalam konteks penelitian kepatuhan pajak, Bobek dkk (2007) dan Bobek dkk (2013) menyarankan bahwa, sangat mungkin fenomena yang terjadi akan memengaruhi tingkat kepatuhan pajak individu, termasuk adanya iklan dan kebijakan

pemerintah terhadap pajak seperti kebijakan amnesti pajak (tax amnesty).

Sejalan dengan hal itu, Cialdini & Trost (1998) mengatakan, respon individu terhadap pengaruh lingkungan sosial juga bergantung pada konteks situasi yang sedang terjadi, seperti adanya kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu kebijakan pajak yang dilakukan oleh banyak pemerintah di berbagai negara adalah kebijakan amnesti pajak (Luitel & Sobel, 2007; Alm dkk 2009; Mikesell & Ross 2012).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini juga memasukkan kebijakan amnesti

(7)

merupakan konteks nyata kebijakan pemerintah yang sedang terjadi di Indonesia. Dalam pendekatan psikologis fiskal ditekankan pada pentingnya kebijakan positif yang dibangun pemerintahan untuk dapat meningkatkan kerjasama antara wajib pajak dengan Pemerintah (Lewis, 1982). Oleh karena itu, adanya kebijakan baru seperti

amnesti pajak membutuhkan evaluasi, apakah telah dapat meningkatkan kerjasama

diantara wajib pajak dengan otoritas pajak atau malah sebaliknya.

Kebijakan amnesti pajak di Indonesia pada tahun 2016 merupakan kebijakan

kali ketiga setelah kebijakan amnesti pajak pertama dan kedua yang dilakukan pada

tahun 1964 dan 1984 mengalami kegagalan dalam meningkatkan kepatuhan pajak (Tempo, 29/03/15). Hasil penelitian Saracoglu & Caskurlu (2011) menunjukkan

bahwa dengan adanya kebijakan amnesti pajak yang berulang akan berdampak pada

kepercayaan publik terhadap keadilan dan hukum yang berlaku.

Dengan menggunakan metode survey di negara Turkey, keduanya menemukan bahwa adanya kebijakan ini akan menimbulkan efek negatif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena wajib pajak merasa adanya ketidakadilan atas pengampunan kesalahan yang ada dalam program amnesti pajak

(Saracoglu & Caskurlu, 2011). Dengan kata lain, adanya amnesti pajakyang berulang

akan mengurangi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayarkan pajaknya dalam jangka panjang (Alm & Beck, 1991; Luitel & Sobel, 2007).

(8)

Pengembangan lain yang dilakukan terhadap penelitian Mohdali & Pope (2012) ini adalah dengan menggunakan UMKM sebagai objek penelitian. Sebelumnya, sampel penelitian yang digunakan oleh Mohdali & Pope (2012) didominasi oleh para karyawan. Saez (2010) dan Benk dkk (2016) menyatakan bahwa, wajib pajak wiraswasta memiliki elastisitas dan fleksibilitas lebih besar dalam melaporkan pendapatannya dibandingkan individu yang bekerja pada perkantoran (karyawan kantor). Oleh sebab itu, penggunaan UMKM sebagai objek penelitian akan lebih menggambarkan bagaimana perilaku kepatuhan pajak masyarakat.

1.2Rumusan Masalah

Tingkat kepatuhan pajak diberbagai negara masih menjadi perhatian, khususnya di Indonesia. Dengan tingkat rasio kepatuhan pajak Indonesia yang masih berada pada kisaran 11 persen tergolong ke dalam negara dengan tingkat kepatuhan yang rendah dibandingkan dengan beberapa negara berkembang di Asia lainya, bahkan jauh tertingal dengan rata-rata negara OECD.

Penelitian mengenai perilaku individu dalam perpajakan mulai berfokus pada faktor yang mendorong individu melakukan kepatuhan dalam membayar pajak, sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian pajak kini beralih dari

pendekatan pencegahan ekonomi (economic deterrence approach) ke arah

(9)

Akan tetapi, beberapa penelitian berpendapat bahwa penggunaan kedua pendekatan secara terpisah kurang dapat menggambarkan bagaimana perilaku kepatuhan pajak masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan psikologis fiskal yang merupakan gabungan dari dua pendekatan sebelumnya untuk memberikan pemahaman lebih kompleks terhadap faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan pajak.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Mohdali & Pope (2012) yakni dengan mengganti variabel interkasi sosial yang menunjukkan hasil tidak signifikan dengan variabel norma subjektif. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan kebijakan pajak yang sedang terjadi di Indonesia, yakni kebijakan amnesti pajak dan berfokus pada penggunaan sampel UMKM yang memiliki elastisitas dan fleksibilitas lebih besar dalam melaporkan pendapatannya dibandingkan individu yang bekerja sebagai karyawan, sehingga diharapkan penelitian ini akan lebih menggambarkan bagaimana perilaku kepatuhan pajak masyarakat

Berdasarkan hal yang dijelaskan sebelumnya maka, dengan menggunakan pendekatan psikologis fiskal, penelitian ini akan melihat bagaimana variabel-variabel independent yang digunakan (i.e, persepsi terhadap pemerintah, interaksi dengan otoritas pajak, norma subjektif, religiusitas dan amnesti pajak) dapat memengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela masyarakat, khususnya UMKM.

(10)

1.3Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah persepsi terhadap pemerintah memengaruhi tingkat kepatuhan pajak

sukarela?

2. Apakah interaksi dengan Otoritas Pajak memengaruhi tingkat kepatuhan pajak

sukarela?

3. Apakah norma subjektif memengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela?

4. Apakah religiusitas memengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela?

5. Apakah kebijakan amnesti pajakmemengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela?

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pajak sukarela masyarakat Indonesia, khususnya UMKM jika didasarkan pada pendekatan psikologis fiskal dengan menggunakan persepsi terhadap pemerintah, interaksi dengan otoritas pajak, norma subjektif, religiusitas, dan amnesti pajak sebagai variabel yang memengaruhi.

1.5Motivasi Penelitian

Motivasi dari penelitian ini adalah mengisi adanya gap dari penelitian terdahulu,

(11)

1. Mengusulkan variabel norma subjektif pada model penelitian Mohdali & Pope (2012) untuk mengganti variabel interaksi sosial yang digunakan sebelumnya. Hal ini didasarkan karena, temuan penelitian Mohdali & Pope (2012) menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada variabel interaksi sosial yang digunakan.

2. Menambahkan variabel baru berupa kebijakan amnesti pajak, karena didalam

pendekatan psikologis fiskal ditekankan pada pentingnya kebijakan positif yang dibangun pemerintahan untuk dapat meningkatkan kerjasama antara wajib pajak dengan Pemerintah. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman mengenai bagaimana dampak dari adanya kebijakan yang telah dibuat pemerintah.

3. Menggunakan UMKM sebagai objek penelitian, dengan asumsi UMKM

memiliki elastisitas dan fleksibilitas lebih besar dalam melaporkan pendapatannya dibandingkan individu lain.

1.6Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan dan akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan, yakni mengenai kepatuhan pajak yang dijelaskan dengan pendekatan psikologis fiskal. Oleh karena itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk pemangku

(12)

kepentingan yang terlibat, seperti Kementerian Keuangan, Direktorat Jendral Pajak, Perguruan Tinggi serta Masyarakat.

1.7Kontribusi Penelitian

Kontribusi dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai berikut :

1. Kontribusi Praktis

a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi gambaran bagaimana tingkat kepatuhan

pajak dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam pendekatan psikologis fiskal.

b. Hasil dari penelitian ini juga memberikan gambaran bagaimana tingkat

kepatuhan pajak dari UMKM.

2. Kontribusi Teoritis

a) Penelitian ini mencoba memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai

penelitian perilaku kepatuhan pajak yang dijelaskan oleh pendekatan psikologis fiskal, yakni dengan mengajukan norma subjektif sebagai ganti variabel interaksi sosial dalam penelitian Mohdali & Pope (2012)

b) Penambahan variabel kebijakan amnesti pajak berusaha untuk memberikan

pemaham lebih mendalam mengenai dampak dari adanya kebijakan pemerintah dalam memengaruhi kepatuhan pajak yang dijelaskan pendekatan psikologis fiskal harus dapat meningkatkan kerjasama antara wajib pajak dengan pemerintah.

(13)

c) Penggunaan sample UMKM diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terkait dengan perilaku kepatuhan pajak karena memiliki elastisitas dan fleksibilitas lebih besar dalam melaporkan pendapatannya dibandingkan individu lain

3. Kontribusi Kebijakan

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah khususnya

Kementerian Keuangan dan Direktorat Jendral Pajak dalam membuat kebijakan yang dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pajak dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, yakni dengan memertimbangkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

1.8Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela berdasarkan pendekatan psikologis fiskal. Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari persepsi terhadap pemerintah, interaksi dengan otoritas pajak, norma subjektif, religiusitas dan kebijakan amnesti pajak dalam memengaruhi tingkat kepatuhan pajak sukarela sebagai variabel dependen yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya dengan modifikasi yang dibutuhkan, yakni dari penelitian yang dilakukan oleh Mohdali & Pope (2012), Bobek dkk (2011), Saracoglu & Caskurlu (2011) dan Benk dkk (2016).

(14)

1.9Sistematika Penulisan

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai sistematika penulisan karya ilmiah ini secara singkat, sebagai berikut :

1) BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini, karya ilmiah berisi mengenai penjelasan dari latar belakang penelitian hingga merumuskan masalah, pertanyaan dan tujuan penelitian serta penjabaran mengenai manfaat dan kontribusi penelitian yang disertai dengan sistematika penulisan.

2) BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, karya ilmiah berisi penjabaran mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian, literatur yang mendukung, serta perumusan hipotesis hingga model penelitian yang digunakan.

3) BAB III METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, karya ilmiah berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, yang meliputi penjabaran dari desain penelitian, tahapan penelitian, definisi operasional tiap-tiap variabel, populasi & sample penelitian, tempat dan waktu penelitian, penjelasan instrument penelitian serta pengujian instrument dan hipotesis yang digunakan.

(15)

4) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini menjelaskan mengenai hasil dari penelitian dan pembahasan yang meliputi, karakteristik data berupa gambaran data penelitian, karakteristik responden, dan statistik deskriptif. Selanjutnya diikuti dengan penjelasan mengenai hasil uji uji pilot, hasil uji instrument penelitian dan penjelasan mengenai hasi uji hipotesis penelitian yang diajukan.

5) BAB V SIMPULAN

Pada bagian ini berisi simpulan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan diawal, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai keterbatasan & saran penelitian serta kontribusi yang diberikan dari hasil penelitian karya ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas menunjukan bahwa pasien DKA paling banyak didapatkan pada pasien dengan jenis kelamin perempuan yaitu didapatkan pada 115 pasien

Sterilisator Steam : Suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan.. Steril: Kondisi bebas dari semua mikroorganisme

Bahan baku untuk budidaya jagung pipilan kering organik berupa benih varietas Sukmaraga diperoleh dari Balai Benih Induk Kinali Pasaman, hal ini dilakukan agar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Upaya

Sesuai data yang diperoleh dari buku catatan kasus BK bahwa pada hari selasa tanggal 3 Mei 2016 pelaku (ZA) telah menganggu teman sekelas dengan mengejek dan memukul

Pengaruh Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia L.) sebagai Repellent terhadap Nyamuk Aedes aegypti.. Lampung: FK

Permasalahan ini seharusnya bisa dilakukan secara diplomatik, namun melihat dari masalah diatas kedua negara sama-sama melakukan sesuai dengan egonya masing-masing.Pada

Perhatikan label graf iterasi ke