• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal 253-264 ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN ( PNPM

MANDIRI – KP ) KABUPATEN MUKOMUKO

oleh

Indra Cahyadinata

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNIB

cahyadinata@yahoo.com

ABS TR ACT

Community Empowerment National Program of Marine Fisheries (PNPM-KP) focused on marine and fisheries community to improve their welfare. This research aims to analyze welfare of recipients PNPM-KP Mukomuko District, as a basis for stakeholders to know the level of successfull in the PNPM-KP in the future. To achieve these objectives, as many as 84 respondents selected aquaculture and capture fisheries. The analysis used is descriptive analysis and welfare analysis, using 11 indicators of welfare. Welfare analysis conducted showed that 38.1% of receiving communities in the PNPM KP Mukomuko included in the category of welfare, which means as much as 38.1% beneficiaries to meet basic needs better food, clothing, shelter, health and other adequately. Approximately 61.9% of community, including in the category of enough welfare, which means as much as 61.9% can meet the basic needs of good food, clothing, shelter, health and others are minimal.

Key Words : Successful, PNPM-KP, Mukomuko District

PENDAH UL UAN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan Perikanan (PNPM Mandiri– KP) ditujukan bagi kelompok usaha masyarakat sasaran bidang kelautan dan perikanan di berbagai kabupaten/kota untuk meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu kabupaten sasaran adalah Kabupaten Mukomuko. Pelaksanaan PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko pada Tahun 2009, dengan kecamatan sasaran adalah Kecamatan Air Rami. Desa sasaran terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Marga Mulia dan Desa Cinta Asih (untuk perikanan budidaya) dan Desa Talang Rio (untuk perikanan tangkap).

Pemanfaatan PNPM Mandiri KP untuk kelompok perikanan budidaya di Desa Cinta Asih oleh 6 (enam) kelompok sasaran dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 75 orang. Sedangkan kelompok sasaran di Desa Marga Mulia sebanyak 9 (sembilan) kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 109 orang. Dana PNPM Mandiri KP pada dua desa ini dimanfaatkan untuk pembangunan pabrik pakan mini, pembangunan bendungan untuk mengairi kolam, pembangunan depo ikan segar, dan pembelian induk ikan mas. Sedangkan untuk kelompok perikanan tangkap di Desa Talang Rio, kelompok sasaran berjumlah 6 (enam) kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 42 orang. Dana PNPM Mandiri KP oleh kelompok perikanan tangkap ini dimanfaatkan untuk pengadaan sarana alat tangkap nelayan, pembuatan darmaga dan bronjong PPI, pembuatan pagar, jalan dan pengecatan PPI, dan penyediaan sarana TPI.

Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesejahteraan masyarakat sasaran di wilayah penerima PNPM Mandiri-KP Kabupaten Mukomuko, sebagai dasar bagi stakeholders untuk menilai tingkat keberhasilan PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko pada masa yang akan datang.

METODOLOGI Responden

Populasi dalam penelitian ini masyarakat peneriman PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko Tahun 2009, yang berjumlah 226 orang yang tergabung dalam 21 kelompok (Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Mukomuko, 2009). Untuk setiap kelompok, akan dipilih sebanyak 4 (empat) orang untuk menjadi responden, yang meliputi satu orang dari unsur

(2)

ketua/sekretaris/anggota dan tiga orang dari unsur anggota yang pemilihannya dilakukan secara acak (simple random sampling). Dengan demikian, responden dalam penelitian ini adalah :

Tabel 1. Responden Penelitian

No Desa Kategori Jumlah

Kelompok

Jumlah Anggota

Jumlah Responden 1 Cinta Asih Perikanan Budidaya 6 75 24 2 Marga Mulia Perikanan Budidaya 9 109 36 3 Talang Rio Perikanan Tangkap 6 42 24

Jumlah 21 226 84

Analisa Data

Analisa Deskriptif

Analisa ini memberikan deskripsi terhadap suatu kondisi yang bertujuan untuk memberikan data dan informasi yang lebih informatif sehingga dapat dikomunikasikan dan dipahami dengan baik. Sebaran data yang diperoleh disajikan dalam tabel frekuensi antar kategori (univariate frequency distribution). Penentuan interval (range) untuk setiap kelas (strata) dalam tabel frekuensi menggunakan persamaan : s JumlahKela dah NilaiTeren nggi NilaiTerti Interval= − Analisa Kesejahteraan

Analisis ini akan menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan diukur berdasarkan kriteria yang digunakan Biro Pusat Statistik (1991) dalam

Nizamuddin (2005), yaitu sebelas indikator kesejahteraan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel Kesejahteraan

Pendapatan Total Rumah Tangga

Pendapatan total rumah tangga merupakan jumlah pendapatan dari pekerjaan usaha (pokok) dan pekerjaan sampingan. Besar kecilnya pendapatan total rumah tangga petani dan nelayan mempengaruhi keputusan untuk bekerja dalam upaya membantu mencari tambahan pendapatan keluarga petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap, seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pendapatan Total Rumah Tangga Per Bulan

No Indikator

Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Pendapatan Total Rumah Tangga a. Tinggi (3.666.667-5.000.000) 1 4.2% 6 10.0% 7 8.3% b. Sedang (2.333.334-3.666.666) 2 8.3% 11 18.3% 13 15.5% c. Rendah (1.000.000-2.333.333) 21 87.5% 43 71.7% 64 76.2%

Rata-rata (Rp/bulan) 1,645,833 2,116,667 1,982,143

(3)

Hasil survey menunjukkan sebanyak 8,3 persen pendapatan total petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap tergolong tinggi yaitu berkisar antara Rp 3.666.667 sampai dengan Rp. 5.000.000 per bulan. Sebanyak 15.5 persen tergolong sedang dengan kisaran Rp. 2.333.334 sampai dengan Rp 3.666.666 per bulan. Dan yang tergolong rendah sebanyak 76.2 persen dengan kisaran Rp 1.000.000 sampai dengan Rp.2.333.333.

Pengeluaran Rumah Tangga Setiap Bulan

Pengeluaran rumah tangga yang dilihat disini adalah pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan pangan, sandang dan lainnya seperti untuk konsumsi pangan rumah tangga, pendidikann kesehatan, biaya rokok, minyak tanah, pakaian, dan lain-lain. Tabel 3. Pengeluaran Rumah Tangga Setiap Bulan

Uraian (Rp) Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %

452.000 – 949.000 44 73% 15 63% 59 70%

950.000 – 1.490.000 13 22% 8 33% 21 25%

1.500.000- 1.930.000 3 5% 1 4% 4 5%

Rata-rata (Rp) 879.566 920.833 891.703

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Hasil survey menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengeluaran rumah tangga petani perikan budidaya dan perikanan tangkap sebelum Program PNPM dan setelah Program PNPM. Rata-rata pengeluran rumah tangga petani perikanan budidaya dalam satu bulannya sebesar Rp 879.566 dengan kisaran Rp 452.000 sampai dengan Rp 1.930.000 dan 73 persen berada pada kisaran Rp 452.000 sampai Rp 949.000. Untuk rumah tangga nelayan perikanan tangkap, rata-rata pengeluaran rumah tangga dalam satu bulannya sebesar Rp 920.833 dengan kisaran antara Rp 452.000 sampai dengan Rp1.930.000 dan 70 persen berada pada kisaran Rp 452.000 sampai Rp 949.000. Kondisi ini masih dapat dikatakan wajar, dimana rata-rata pendapatan rumah tangga masih lebih tinggi dari pada rata-rata pengeluaran rumah tangga.

Keadaan Tempat Tinggal

Keadaan tempat tinggal yang dilihat dalam survey ini meliputi keadaan atap, bilik, lantai rumah, luas lantai rumah dan status kepemilikan rumah.

Tabel 4. Keadaan Tempat Tinggal

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Atap a. Genteng 6 25.0% 23 38.3% 29 34.5% b. Asbes 2 8.3% 0 0.0% 2 2.4% c. Seng 16 66.7% 37 61.7% 53 63.1% 2 Bilik a. Tembok 11 45.8% 7 11.7% 18 21.4% b. Setengah Tembok 2 8.3% 17 28.3% 19 22.6% c. Kayu 11 45.8% 36 60.0% 47 56.0%

3 Status Kepemilikan Rumah

a. Milik Sendiri 24 100.0% 60 100.0% 84 100.0%

4 Lantai Rumah

(4)

5 Luas Lantai Rumah a. 50 - 100 m2 12 50.0% 8 13.3% 20 23.8% b. < 50 m2 12 50.0% 52 86.7% 64 76.2%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Dari Tabel 4 dapat dilihat gambaran kondisi fisik rumah masyarakat petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap. Jenis atap rumah yang dimiliki berbeda-beda. Jenis atap rumah antara lain berupa genteng, seng, dan asbes. Sebagian besar yang berasal dari keluarga perikanan budidaya 66,7% dan berasal dari keluarga nelayan perikanan tangkap 61,7% menempati rumah dengan jenis atap seng, sisanya beratapkan genteng dan asbes. Masyarakat perikanan budidaya yang beratap asbes sebanyak 8,3%. Yang beratap asbes untuk masyarakat perikanan budidaya sebanyak 25% dan 38.35% untuk masyarakat perikanan tangkap. Secara keseluruhan sebagian besar (63.3%) masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap beratap seng, 2,4% beratap asbes dan 34,5% beratap genteng.

Jenis dinding rumah yang dimiliki juga bervariasi. Jenis dinding rumah berupa tembok, setengah tembok, dan kayu. Lebih dari separuh yaitu sekitar 56.0% dari keluarga petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap menempati rumah dengan jenis diding berupa kayu. Sisanya sebanyak 22,6 % berdinding setengah tembok, dan 21,4% berdinding tembok.

Salah satu dari indikator keluarga sejahtera adalah luas lantai minimal untuk tiap penghuni dalam rumah. Untuk memenuhi rumah sehat, maka bangunan rumah minimal memiliki luas 8 m2 per kapita. Hasil survey menunjukkan, secara keseluruhan masyarakat petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap 76.2% memiliki luas lantai rumah kurang dari 50 m2 dan sisanya 23,8% memiliki luas lantai rumah berkisar 50-100 m2.

Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga sebagai tempat untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan yang buruk sangat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Salah satu ukuran kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah dan kondisi tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Kategori keadaan tempat tinggal yang dilihat dalam survey petani perikanan budidaya dan nelayan perikanan tangkap di Desa Marga Mulia, Cinta Asih, dan Talang Rio adalah kategori permanen, semi permanen, dan non permanen yang ditentukan berdasarkan variabel-variabel seperti yang telah dijelaskan di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kategori Keadaan Tempat Tinggal

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Keadaan Tempat Tinggal

a. Permanen 13 54.2% 24 40.0% 37 44.0% b. Semi Permanen 11 45.8% 36 60.0% 47 56.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Hasil survey mencatat sebesar 54,2 persen masayarakat perikanan tangkap dan 40,0 persen masayarakat perikanan budidaya memiliki rumah permanen. Sedangkan yang semi permanen 45,8 persen nelayan perikanan tangkap dan 60,0 persen petani perikanan budidaya. Jadi total masyarakat yang memiliki rumah permanen adalah 44,0 persen, semi permanen 56,0 persen dan nol persen untuk rumah non permanen. Rendahnya persentase penduduk dengan jenis permanen ini sebagai gambaran bahwa rumah penduduk di Desa Marga Mulia, Cinta Asih dan Talang Rio menggunakan dinding dari bahan kayu sebagai bahan utama pembuatan rumah.

(5)

Fasilitas Tempat Tinggal

Dari hasil survey, sebagian besar keluarga perikanan budidaya dan perikanan tangkap (81 persen) memiliki rumah dengan luas pekarangan kurang dari 50 m2 , selanjutnya 19 persen memilki luas pekarangan berkisar antara 50 m2 sampai dengan 100 m2 .

Tabel 6. Kategori Fasilitas Tempat Tinggal

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Fasilitas Tempat Tinggal

a. Lengkap 3 12.5% 0 0.0% 3 3.6%

b. Cukup 14 58.3% 57 95.0% 71 84.5%

c. Kurang 7 29.2% 3 5.0% 10 11.9%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Kesehatan Anggota Rumah Tangga

Hasil survey menunjukkan tingkat kesehatan anggota rumah tangga petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap 51.2 persen dalam keadan baik, dan 48.8 persen dalam kondisi cukup. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kesehatan Anggota Rumah Tangga

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kesehatan Anggota Keluarga a. Baik (<25% sering sakit) 4 16.7% 39 65.0% 43 51.2% b. Cukup (25-50% sering sakit) 20 83.3% 21 35.0% 41 48.8%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap dapat diakibatkan karena kurangnya sarana kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang kurang memadai serta kondisi kesehatan akibat konsumsi makanan yang kurang bergizi. Luasnya cakupan faktor-faktor ini memerlukan penanganan yang terpadu dan terarah agar tidak menimbulkan permasalahan sosial ekonomi yang saling terkait. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat, dapat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan lebih diarahkan terutama kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah, seperti puskesmas, posyandu dan sarana penunjangnya di dalam upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit.

Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Petugas Medis

Dari Tabel 8 dapat lihat 78,6 persen jarak rumah masyarakat ke rumah sakit (puskesmas) terdekat antara 0.01 Km sampai 3 Km, dan 21,4 persen berjarak lebih dari 3 Km. Sedangkan jarak ke poliklinik terdekat sebesar 33,3 persen berjarak 0.01 Km sampai 2 km dan 48.8 persen berjarak lebih dari 2 Km. Untuk biaya berobat sebagian besar masyarakat yaitu 71.4 persen merasa terjangkau dengan tingkat ekonomi mereka. Selanjutnya 28.6 persen merasa biaya berobat cukup terjangkau. Biaya berobat ini juga sangat dipengaruhi oleh tingkat penyakit yang diderita oleh masayarakat. Semakin tinggi tingkat penyakit yang diderita, maka akan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan.

Sedangkan untuk mendapatkan alat KB, sebagian besar masyarakat petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap merasa cukup mudah. Selanjutnya dalam konsultasi Keluarga Berencana sebagian besar masyarakat merasa cukup.

(6)

Tabel 8. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Petugas Medis

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Jarak rumah sakit terdekat a. 0.01 - 3 km 20 83.3% 46 76.7% 66 78.6% b. > 3 km 4 16.7% 14 23.3% 18 21.4% 2 Jarak ke poliklinik a. 0.01 - 2 km 8 33.3% 20 33.3% 28 33.3% b. > 2 km 16 66.7% 25 41.7% 41 48.8% c. Missing 0 0.0% 15 25.0% 15 17.9% 3 Biaya berobat a. Terjangkau 19 79.2% 41 68.3% 60 71.4% b. Cukup terjangkau 5 20.8% 19 31.7% 24 28.6% 4 Penanganan berobat a. Baik 0 0.0% 35 58.3% 35 41.7% b. Cukup baik 24 100.0% 25 41.7% 49 58.3% 5 Alat KB a. Mudah di dapat 2 8.3% 9 15.0% 11 13.1% b. Cukup mudah di dapat 22 91.7% 50 83.3% 72 85.7% c. Sulit di dapats 0 0.0% 1 1.7% 1 1.2% 6 Konsultasi KB a. Mudah 0 0.0% 11 18.3% 11 13.1% b. Cukup 24 100.0% 48 80.0% 72 85.7% c. Sulit 0 0.0% 1 1.7% 1 1.2% 7 Harga obat a. Terjangkau 17 70.8% 22 36.7% 39 46.4% b. Cukup terjangkau 7 29.2% 36 60.0% 43 51.2% d. Sulit terjangkau 0 0.0% 2 3.3% 2 2.4%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Hasil survey juga menunjukkan sekitar 46.4 persen dari keluarga petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap merasa harga obat yang tersedia di puskesmas dan poliklinik dapat terjangkau. Dan sisanya sekitar 51.2 persen dari keluarga petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap merasa harga obat yang tersedia di puskesmas dan poliklinik cukup terjangkau. Kemampuan masyarakat dalam membeli obat ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan ekonomi mereka.

Berdasarkan tujuh variabel tersebut, maka kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas media dalam kategori mudah sebanyak 33,3%, dimana kelompok perikanan tangkap termasuk kategori ini sebanyak 29,2% dan kelompok perikanan budidaya sebanyak 35%.

Tabel 9. Kategori Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari Petugas Medis

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kemudahan dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Petugas Medis

a. Mudah 7 29.2% 21 35.0% 28 33.3%

b. Cukup 17 70.8% 39 65.0% 56 66.7%

(7)

Selain masuk dalam kategori mudah, responden sisa dari kelompok mayarakat perikanan tangkap dan perikanan budidaya merasakan bahwa kemudahan dalam mendapatkan peleyanan kesehatan dari petugas medis termasuk dalam kategori cukup. Tidak ada masyarakat yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dari petugas medis

Kemudahan Memasukan Anak Ke Suatu Jenjang Pendidikan

Hasil survey menunjukkan sebagian besar yaitu 78,6 persen kemampuan dari keluarga petani perikanan budidaya dan perikanan tangkap dalam membiayai anggota keluarganya menempuh suatu jenjang pendidikan tergolong masih terjangkau. Hal ini menandakan bahwa biaya pendidikan masih tergolong rendah dan masih mampu bagi perekonomian masyarakat. Sebagian besar jarak rumah ke tempat sekolah berjarak 0.01 Km sampai dengan 3 Km, dan selebihnya berjarak lebih dari 3 Km. Jenjang pendidikan yang tersedia di desa mulai dari TK sampai dengan Sekolah Dasar (SD), untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan SLTA berada di tingkat daerah Kecamatan dan Kabupaten. Sedangkan untuk prosedur penerimaan ke sekolah sebagian besar (58.3 persen) mengatakan mudah, dan 39.3 persen mengatakan cukup.

Tabel 10. Kemudahan Memasukan Anak Ke Suatu Jenjang Pendidikan

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Biaya sekolah a. Terjangkau 21 87.5% 45 75.0% 66 78.6% b. Cukup terjangkau 3 12.5% 13 21.7% 16 19.0% c. Tidak menjawab 0 0.0% 2 3.3% 2 2.4% 2 Jarak sekolah a. 0.01 - 3 km 8 33.3% 38 63.3% 46 54.8% b. > 3 km 16 66.7% 20 33.3% 36 42.9% c. Tidak menjawab 0 0.0% 2 3.3% 2 2.4% 3 Prosedur penerimaan sekolah

a. Mudah 8 33.3% 41 68.3% 49 58.3%

b. Cukup 16 66.7% 17 28.3% 33 39.3%

c. Tidak menjawab 0 0.0% 2 3.3% 2 2.4%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan akan memberikan motivasi bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini akan memberikan gambaran tentang keadaan kualitas SDM dan merupakan indikator pokok kualitas penduduk. Secara umum peningkatan kualitas penduduk terus menerus terjadi jika semakin banyaknya penduduk yang masuk kedalam jenjang pendidikan sampai pendidikan tinggi. Hasil survey mengenai kategori kemudahan memasukan anak ke suatu jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kategori Kemudahan Memasukan Anak Ke Suatu Jenjang Pendidikan

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kemudahan Memasukkan Anak ke Suatu Jenjang Pendidikan

a. Mudah 8 33.3% 42 70.0% 50 59.5%

b. Cukup 16 66.7% 16 26.7% 32 38.1%

c. Tidak Menjawab 0 0.0% 2 3.3% 2 2.4%

(8)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa 59.5 persen masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengatakatan mudah untuk memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan, dan sebagian lagi sebanyak 38,1 persen mengatakan cukup mudah. Hal dapat dipengaruhi oleh jenjang pendidikan apa yang akan dimasukkan. Semakin tinggi suatu jenjang pendidikan, maka biasanya akan semakin sulit untuk masuk.

Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar (sekitar 73.8 persen) masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengatakan biaya transportasi atau ongkos cukup terjangkau dan sisanya sebanyak 26.2 persen mengatakan terjangkau. Ketersediaan fasilitas transpotasi atau kendaraan juga mempengaruhi ruang gerak masyarakat dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya. Sebanyak 76,2 persen dari masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengatakan fasilitas transpotasi atau kendaraan cukup tersedia, dan 23.2 persen mengatakan tersedia. Tabel 12. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Ongkos / biaya transportasi

a. Terjangkau 0 0.0% 22 36.7% 22 26.2%

b. Cukup terjangkau 24 100.0% 38 63.3% 62 73.8% 2 Fasilitas kendaraan / transportasi

a. Tersedia 0 0.0% 20 33.3% 20 23.8%

b. Cukup tersedia 24 100.0% 40 66.7% 64 76.2% 3 Kepemilikan fasilitas transportasi

a. Sendiri 15 62.5% 53 88.3% 68 81.0%

b. Ongkos 9 37.5% 7 11.7% 16 19.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Secara umum sebagian besar (79.8%) masayarakat tergolong mudah dalam mendapatkan fasilitas transportasi. Selanjutnya sebanyak 19 persen tergolong cukup dalam mendapatkan fasilitas transportasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kategori Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

a. Mudah 15 62.5% 52 86.7% 67 79.8%

b. Cukup 9 37.5% 7 11.7% 16 19.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Kehidupan Beragama

Sebagian besar penduduk Desa Marga Mulia, Cinta Asih dan Talang Rio adalah beragama Islam, sehingga dari hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa tempat ibadah di desa sebagian besar adalah tempat ibadah bagi pemeluk agama Islam. Toleransi antar pemeluk agama sangat tinggi, hal ini di jelaskan dengan 94 persen masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengatakan toleransi kehidupan beragama sangat tinggi, dan 6 persen mengatakan cukup tinggi. Keaadan ini sangat mempengaruhi lingkungan sosial dan rasa nyaman dalam bermasyarakat.

(9)

Tabel 14. Kehidupan Beragama

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Kehidupan beragama

a. Toleransi Tinggi 24 100.0% 55 91.7% 79 94.0% b. Toleransi Cukup 0 0.0% 5 8.3% 5 6.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan

Keamanan dan ketertiban masyarakat sangat penting untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pembangunan. Terpeliharanya situasi aman dan tertib akan menjamin keamanan dan ketenteraman masyarakat, sehingga bisa mendukung keberhasilan aktivitas masyarakat dalam pembangunan. Dari hasil survey menunjukkan 100 persen masyarakat masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap merasa cukup aman dari ganguan-gangguan kejahatan.

Tabel 15. Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Rasa aman dari gangguan kejahatan

a. Cukup aman 24 100.0% 60 100.0% 84 100.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Kemudahan Berolahraga

Aktivitas berolahraga merupakan salah suatu cara untuk menjaga kesehatan tubuh. Sangat banyak cara olahraga yang dapat dilakukan, seperti dilakukan dengan sendiri atau dengan cara berkelompok. Kemudahan dalam berolah raga yang dimaksud dalam survey ini adalah kemudahan dalam melakukan penelitian-penelitian olah raga seperti bermain bola kaki, bola volli, catur, tenis meja dan lain-lain.

Tabel 16. Kemudahan Berolah Raga

No Indikator Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 Kemudahan berolahraga

a. Mudah 24 100.0% 52 86.7% 76 90.5%

b. Cukup 0 0.0% 8 13.3% 8 9.5%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Hasil survey menunjukkan 90,5 persen masyarakat perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengatakaan mudah dalam melaksanakan penelitian olahraga, dan sebanyak 9.5 persen mengatakan cukup. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tubuh masyarakat dan selalu menjaga hubungan antar sesama penduduk.

Tingkat Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan sosial diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa, rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. Pendekatan pengamatan dilakukan terhadap kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan dan pola pengeluaran rumah tangga. Penilaian terhadap kondisi perumahan

(10)

didasarkan pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan. Pendekatan untuk menilai kondisi kesehatan berdasarkan kondisi sanitasi perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, cuci dan kakus.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1996) dalam Primayudha (2002), keluarga yang tidak sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan maupun kesehatan secara minimal. Dengan demikian, keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan maupun kesehatan secara memadai. Sedangkan keluarga yang tingkat kesejahteraannya dalam kategori sedang merupakan keluarga yang berada diantara keluarga sejahtera dan tidak sejahtera, dengan kata lain keluarga yang berada pada kategori sedang didefinisikan sebagai keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan maupun kesehatan secara minimal.

Tabel 17. Tingkat Kesejahteraan Penerima PNPM Mandiri KP

No Kategori Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Sejahtera 5 20.8% 27 45.0% 32 38.1%

2 Sedang 19 79.2% 33 55.0% 52 61.9%

3 Tidak Sejahtera 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%

Sumber: Hasil Survey (diolah, 2010)

Masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap termasuk dalam kategori sejahtera sebanyak 20,8% dan yang mengusahakan perikanan budidaya sebanyak 45%. Ini berarti, secara rata-rata, penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko sebanyak 38,1% dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan lainnya secara memadai.

Sedangkan sebanyak 61,9% (yang terdiri dari 79,2% masyarakat yang mengusahakan perikanan tangkap dan 55% masyarakat yang mengusahakan perikanan budidaya) termasuk dalam kategori sejahtera sedang, yang berarti bahwa ada sekitar 61,9% penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko hanya dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan lainnya secara minimal

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Analisis kesejahteraan yang dilakukan menunjukkan bahwa 38,1% masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko termasuk dalam kategori sejahtera, yang berarti sebanyak 38,1% masyarakat penerima dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan lainnya secara memadai. Sekitar 61,9% masyarakat termasuk dalam kategori sejahtera sedang, yang berarti sebanyak 61,9% penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko dapat memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan lainnya secara minimal.

Saran

Program PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko telah dapat meningkatkan produksi usaha masyarakat, baik produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Oleh karena itu, program PNPM Mandiri KP diharapkan senantiasa untuk dapat mendorong masyarakat menggunakan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien. Dengan peningkatan produksi yang juga berarti terjadi peningkatan pendapatan, dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan status kesejahteraan, ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan masyarakat penerima PNPM Mandiri KP di Kabupaten Mukomuko.

DAFTAR PUSTAKA

Baliwati, Y.F. 2004. Sistem Pangan dan Gizi. Dalam Baliwati Y.F. et al., (editor), 2004. Pengantar pangan dan Gizi. Depok: Penebar Swadaya.

(11)

BPS Tebo, 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Tahun 2007 Kabupaten Tebo.

Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Mukomuko, 2009. Nama-nama Kelompok dan Anggota Penerima Bantuan Langsung Masyarakat PNPM-Mandiri KP. Mukomuko

Fauzi, A. 1992. Suatu Telaahan Masalah Kemiskinan di Indonesia. Makalah Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardinsyah, Briawan, D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: IPB Press. Junaidi. A. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Padi Sawah di

Desa Surabaya Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. Skripsi (S1). Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu (tidak dipublikasikan).

Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan. Penerbit LkiS, Yogyakarta.

Nizamuddin. 2005. Kajian Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ikan Nomei di Kelurahan Juata Laut Kota Tarakan. Tesis Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Primayuda, A. 2002. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan dan Pariwisata di Pantai sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Skripsi Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasdani, M. 1993. Nelayan, Kehidupan dan Permasalahannya. Majalah Dinas Perikanan. Jakarta Rohimah, Esti. 2009. Kajian Kesejahteraan Keluarga: Keragaan Pemenuhan Kebutuhan Pangan

Dan Perumahan Pada Keluarga Nelayan Di Daerah Rawan Bencana. Skripsi (S1). Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian. Bogor 2009

Sayogyo, 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSP – IPB. Bogor.

Smith, Lisa C. And Ali Subandoro. 2005. Measuring Food security Using Household Expenditure Surveys. IFPRI. Washington DC.

Sunarti. 2008. Studi Ketahan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus Pengaruhnya terhadap Kualitas Kehamilan. Tesis. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Gambar

Tabel 2. Pendapatan Total Rumah Tangga Per Bulan
Tabel  3.  Pengeluaran Rumah Tangga Setiap Bulan
Tabel 5. Kategori Keadaan Tempat Tinggal
Tabel 7. Kesehatan Anggota Rumah Tangga
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ada sanggahan mengenai proses pelelangan ini, maka dapat disampaikan sanggahan secara tertulis kepada :Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan

Pada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat dilihat bahwa karyawan memperoleh kepuasan fisik, kepuasan psikologik dan kepuasan sosial, karena ketiga faktor

digunakan untuk mendeteksi gizi buruk adalah berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan ambang batas memakai standar deviasi unit

Tabel 7.4 Strategi dan Kebijakan yang Diperlukan untuk Mewujudkan Perikanan Budidaya Nasional yang Berkelanjutan ....

Namun apabila proyek menunjukkan hasil analisis yang menyatakan layak secara ekonomi akan tetapi tidak layak secara finansial, maka dalam Peraturan Menteri Keuangan

Yaitu transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh dengan sampah dengan kendaraan pengangkut, dimana transfer depo ini

membuat suatu cerita tertulis dan sebuah pertanyaan yang dapat dijawab dengan menyelesaikan model SPLDV yang diberikan.. Diberikan sebuah grafik perjalanan ayah dan

Berdasarkan penilaian tersebut maka dinyatakan bahwa pengembangan model pembelajaran berbasis alam layak digunakan dengan revisi sebagai model pembelajaran