• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

44

A.Sejarah Pemberian Nama IAIN Imam Bonjol 1. Latar belakang Nama IAIN

Penamaan IAIN mengidentifikasi Nasional dalam artian menyamakan nasional. Proses penamaan IAIN ini berawal dari cikal bakal yayasan itu sendiri yang pada saat itu yayasan telah memiliki beberapa Fakultas-fakultas terpisah yang ada di Sumatera Barat di antaranya: Fakultas Tarbiyah di Padang pada tanggal 21 September tahun 1963 yang merupakan Fakultas Tarbiyah cabang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi yang berdiri pada tanggal 20 Januari tahun 1963, Fakultas Ushuludin di Padang Panjang pada tanggal 05 Mei tahun 1963, Fakultas Adab di Padang Panjang pada tahun 1963, Fakultas dakwah di Solok yang merupakan fakultas terakhir didirikan. Kemudian melihat ada proses orang yang akan mendirikan IAIN di seluruh Nusantara sehingga Sumatera Barat berminat untuk mendirikan sebuah IAIN. Ketika itu aparat kota dan propinsi dekat sehingga mengusulkan dan meminta kepada yayasan untuk memindahkan Fakultas Tarbiyah dari cabang IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun hal ini sangat di dukung oleh yayasan yang di ketuai oleh Azhari untuk mendirikan IAIN di Sumatera Barat dengan menyatukan Fakultas-fakultas

(2)

tersebut. Kehadiran IAIN ini merupakan harapan Gubernur, harapan ulama untuk membangkit batang terandam.1

Sebelum adanya IAIN, pada waktu itu sudah perguruan tinggi yang bernama Darul Hikmah yang didirikan pada tahun 1953-1958 yang didirikan oleh Ilyas Ya‟cub sebagai ketua yayasan Darul Hikmah cukup memberikan harapan besar bagi masyarakat Sumatera Barat dengan rektor pertamanya waktu itu yang bernama Ibrahim Musa Parabek dan di resmikan Menteri Agama RI KH. Ilyas 12 Oktober 1957 itu sudah memiliki (empat) Fakultas Induk, yakni Fakultas Syari‟ah / Hukum Islam(1956) di Bukit Tinggi, Ushuluddin (1956) di Padang Panjang, Dakwah wal –Irsyad (1957) di Payakumbuh dan Fakultas Lughat Arabiyah wal- Tarbiyah (1957) di Padang.2

Pemberian nama IAIN Imam Bonjol terinspirasi dengan adanya IAIN yang ada di Indonesia. Pada waktu itu banyak di antaranya IAIN menggunakan atau memakai nama seorang tokoh agama masing-masing daerah di mana IAIN itu di dirikan seperti IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di dirikan di Jakarta yang menggunakan nama seorang tokoh agama yaitu Syarif Hidayatullah Jakarta. Melihat hal ini maka diberikanlah nama IAIN yang di dirikan di Padang dengan menggunakan nama seorang tokoh agama dan pejuang yang ada di Minangkabau Sumatera Barat yang bernama Imam Bonjol. Kemudian di tetapkanlah nama Imam Bonjol sebagai nama

1

Drs. Yulizal Yunus, Mantan Ketua Humas dan Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara langsung, Padang, 28 Agustus 2017

2Yulizal Yunus, et al,IAIN Imam Bonjol 30 Tahun, (Padang : IAIN- IB Press, 1966 ), h

(3)

IAIN yang di resmikan pada 29 November 1966 dengan Surat Keputusan Menteri Agama No 77 Tahun 19663

Tujuan memakai Nama Imam Bonjol pada perguruan tinggi IAIN di karenakan Imam Bonjol merupakan seorang tokoh terpopuler dan dikenal oleh semua umat di Sumatera Barat. Karena IAIN merupakan perguruan tinggi Islam maka di abadikanlah nama Imam Bonjol pada saat itu di karenakan Imam Bonjol seorang tokoh agama. Selain tokoh agama Imam Bonjol juga merupakan seorang tokoh pahlawan dan pejuang pada masa perang Paderi yang memimpin perlawanan masyarakat Minangkabau dalam mengusir Belanda pada waktu itu.4

Pemakaian serta pengabadian nama Imam Bonjol terhadap lembaga IAIN Imam Bonjol padang dengan tujuan untuk menghormati dan menghargai serta untuk mengenang semangat juang Imam Bonjol pada waktu itu. Imam Bonjol merupakan seorang tokoh yang memiliki jiwa juang dalam memperjuangkan Islam di Minangkabau, ia juga merupakan seorang tokoh yang kharismatik. IAIN Imam Bonjol Padang juga berawal dari cikal bakal berdirinya Yayasan Imam Bonjol dengan fakultas pertamanya Fakultas Agama Islam yang berdiri pada tahun 1963. Yayasan Imam Bonjol

3 Drs. Yulizal Yunus, Mantan Ketua Humas dan Dosen Fakultas Adab IAIN Imam

Bonjol Padang, Wawancara langsung, Padang, 28 Agustus 2017

4 Prof Amir Syarifuddin, Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Periode 1982-1992 (dua

(4)

telah merata ke seluruh daerah Sumatera Barat dengan fakultas yang terpisah-pisah seperti Fakultas Tarbiyah yang berdiri di Padang.5

IAIN merupakan perguruan tinggi agama Islam yang ada di Indonesia, IAIN Imam Bonjol Padang. Pemberian nama IAIN Imam Bonjol Padang di ambil atau meminjam nama dari salah satu seorang tokoh pahlawan agama atau pejuang yang terpopuler di daerah Sumatera Barat di Minangkabau yaitu yang bernama Imam Bonjol. Dari banyaknya perguruan tinggi yang ada di Indonesia menggunakan nama seorang tokoh agama dan pejuang, seperti IAIN yang ada di Aceh. Di Banda Aceh Darussalam perguruan tingginya bernama IAIN Ar-Raniry yang berdiri pada tanggal 5 Oktober 1963, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama, di Pekanbaru perguruan tinggi Islam yang bernama IAIN Sultan Syarif Qasyim dinegerikan menjadi Fakultas Tarbiyah Syarif Hidayatullah Jakarta cabang Pekanbaru. Berbeda dengan IAIN Medan Sumatera Utara, IAIN Medan tidak menggunakan nama seorang tokoh agama atau pejuang karena Sumatera Utara memiliki etnis yang berbeda-beda ada tokoh Islam, ada tokoh Tapanuli (tokoh batak) dan ada tokoh kristen, karena kesulitan dalam pemberian nama itulah untuk tidak menjadikan konflik nantinya maka pemberian nama IAIN yang berada di Medan berdasarkan kedaerahan saja yaitu IAIN Sumatera Utara. Jadi kenapa IAIN yang berdiri di Padang bernama Imam Bonjol, karena Imam Bonjol adalah tokoh Sumatera Barat yang ada kaitannya dengan lingkungan Islam. selain itu Imam Bonjol

5 Raichul Amar, et al, IAIN Imam Bonjol 1966-2016, Tonggak Sejarah Kebangkitan

(5)

merupakan seorang tokoh agama yang ahli dalam bidang ke Islam-an dan di lingkungan Islam, Imam Bonjol dikenal sebagai seorang tokoh pahlawan dan pejuang Islam di Sumatera Barat.

Nama besar Tuanku Imam dipakai IAIN, di mana terkandung maksud supaya dapat mengidentifikasi semangat juang, semangat kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol. Setidaknya menjadikan menumental peringatan bagi setiap mahasiswa yang menekuni studi di Institut Agama Islam Negeri ini, agar selalu ingat jasa besar pahlawan bangsa kelahiran daerah sendiri dan menghayati nilai perjuangannya, sikap keimanannya, dan yang lebih penting lagi profil seorang Imam masyarakat, pahlawan di Medan Juang dalam menegakkan kebenaran Islam dan memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia abad ke- 19.6

Filosofi yang terdapat dalam nama IAIN Imam Bonjol adalah untuk mengenang jasa-jasa pahlawan Imam Bonjol dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda di Minangkabau. Nilai-nilai yang terkandung dalam nama IAIN Imam Bonjol terdapat nilai jasa perjuangan Imam Bonjol yang merupakan seorang tokoh agama dan pahlawan di Minangkabau.7

Sedangkan pemberian nama IAIN, menurut bapak Nazar Bakry adalah sebagai berikut:8

6 Yulizal Yunus, Tuanku Imam Bonjol (Padang : Suara kampus IAIN press ,1983 ), h.

20.

7

Prof.Dr.H, Fachri Syamsuddin, Guru besar IAIN IB Padang, Wawancara langsung,

Padang, 19 Juli 2017.

8 Prof.Dr, Nazar Bakry, ,Mantan Inspektur Sekolah Persiapan IAIN Imam Bonjol

(6)

“Pemberian nama IAIN Imam Bonjol di ambil dari nama seorang tokoh yang bernama Imam Bonjol, yang merupakan seorang tokoh agama Islam dan pejuang yang ada di Sumatera Barat di Minangkabau untuk mengenang jasa-jasa pahlawan Imam Bonjol pada masa itu”.

Filosofi yang terdapat pada nama IAIN Imam Bonjol yang berdiri di padang yaitu memiliki filosofi pejuang Agama, Karna pada masa itu Imam Bonjol adalah seorang tokoh Agama dan pahlawan yang ada di Sumatera Barat di Minangkabau yang memimpin perlawanan masyarakat Minangkabau dalam mengusir Belanda di Minangkabau. Imam Bonjol yang berdiri di Padang merupakan IAIN yang kedelapan, IAIN yang pertama adalah IAIN Sunan Kalijaga Yang berada di Jogjakarta IAIN, Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan IAIN yang kedua, IAIN Syarif Qasyim merupakan IAIN yang ke tiga belas. yang terakhir IAIN medan Sumatera Utara yang merupakan IAIN yang terakhir yang ada di Indonesia yang mengambil nama ke daerahan yaitu IAIN Sumatera Utara. IAIN merupakan perguruan tinggi Islam yang menggunakan nama seorang tokoh pahlawan dan pejuang. 9

2. Penetapan Imam Bonjol sebagai Nama IAIN

Sejarah Penetapan nama IAIN di ambil dari nama seorang tokoh pahlawan dan ulama di Minangkabau yaitu Imam Bonjol. Yang mana pada saat itu perguruan tinggi Islam yang ada di Indonesia menggunakan nama

9 Dr.Raicul Amar, Mantan Kepegawaian IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

(7)

seorang pahlawan dan tokoh agama, melihat hal itu maka IAIN yang berdiri di Padang di berilah nama Imam Bonjol, karena Imam Bonjol adalah tokoh pejuang satu-satunya yang menonjol pada masa itu di Minangkabau. Kemudian di tetapkanlah nama IAIN di Padang melalui musyawarah maupun rapat internal pada waktu itu yang di ketuai oleh Azhari sebagai ketua Yayasan .10

Pemakaian dan pelabelan nama Imam Bonjol untuk sebuah “ikon” Yayasan Pendidikan Imam Bonjol yang di gagas Azhari Pasca peristiwa PRRI menyiratkan makna yang sangat dalam dan sangat “futuristik” (berorientasi masa depan). Ketulusan niat dan cita-cita untuk melembagakan nama seorang tokoh besar se kaliber Imam Bonjol bertujuan untuk menggelorakan semangat agar generasi muda yang hidup masa kini dapat meneladani dan berjuang meneruskan cita-cita mulia pejuang, ulama terdahulu.

Menurut Murni Djamal yang juga seorang karyawan Yayasan Imam Bonjol semasa Azhari menjabat Ketua Yayasan Usulan pemakaian nama Imam Bonjol untuk yayasan pengelola pendidikan tinggi di Sumatera Barat di lontarkan dan di bahas pada setiap rapat dan pertemuan dengan para anggota pendiri yayasan tersebut yang rata-rata adalah alumni-alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sebagaimana di ketahui bahwa alumni- alumni Universitas Gajah Mada (UGM) yang berasal dari Sumatera Barat menurut pengakuan Murni

10 Dr.Ahmad Zaini, Alumni pertama mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

(8)

Djamal relatif bebas dari pengaruh PRRI dan PKI. Oleh karenanya untuk memberi perspektif dan warna baru tentang Sumatera Barat kembali di akomodasi kepentingan-kepentingannya oleh pemerintah pusat di Jakarta. Sudah beberapa kali pembahasan dalam rapat internal sesama alumni yayasan yang sudah di bentuk akhirnya dengan mantap Azhari mengambil nama Imam Bonjol untuk yayasan yang didirikannya itu11.

Adapun Fakultas awal yang dikelola yayasan Imam Bonjol adalah Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Fakultas Agama Islam. Fakultas Agama Islam ini kemudian diserahkan ke Menteri Agama RI untuk di jadikan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta cabang Padang. Setelah melalui perjuangan panjang akhirnya Fakultas Tarbiyah menjadi bagian dari IAIN Imam Bonjol. Di bagian lain juga disebutkan bahwa setelah melalui perjuangan panjang dan berliku nama yayasan Imam Bonjol itu kemudian menjadi nama resmi perguruan tinggi Islam yang bernama IAIN di Sumatera Barat. Penggunaan nama ini pada dasarnya bukanlah tanpa alasan yang tidak rasional dan bukan pula suatu kebetulan. Tertumpang harapan besar agar jika telah eksis IAIN akan mewarisi kebesaran nama Imam Bonjol yang di sandangnya itu. Harapan besar itu adalah agar nantinya alumni-alumni yang dilahirkan oleh IAIN akan menjadi ulama yang intelektual dan intelektual yang Ulama, sarjana muslim handal, berwawasan luas dan global, patriot bangsa, pembaharuan pemikiran Islam dan mampu jadi pelita dalam kehidupan masyarakat

(9)

sebagaimana tercermin dari sosok ulama, pemikir, intelektual muslim dan Patriot bangsa Tuangku Imam Bonjol.12

Pada tahun 1950 Presiden Soekarno mendirikan perguruan tinggi negeri pertama di Indonesia yang bernama Gajah mada, perguruan tinggi Gajah mada merupakan perguruan tinggi umum yang ada pada saat itu, setelah itu datanglah pemuka agama Islam di Jawa menemui Soekarno meminta mendirikan perguruan tinggi agama Islam dengan tujuan

tafakufiddin, permintaan tersebut di kabulkan dan disetujui oleh presiden Soekarno dan pelaksanaannya di serahkan kepada Menteri Agama, untuk memberikan nama perguruan tinggi agama Islam yang telah disetujui oleh Presiden Soekarno maka Perguruan Tinggi Agama Islam tersebut diberikan nama Al-Jami‟ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah. Nama ini memiliki arti tersendiri seperti Al-Jami‟ah yang artinya perguruan tinggi, Al-Hukumiyah yaitu perguruan tinggi Islam sedangkan Al-Hukumiyah adalah milik pemerintah. Jadi Perguruan Tinggi Islam Negeri yang dimiliki oleh pemerintah.

Perguruan tinggi memiliki nama tersendiri ada namanya Universitas dan ada juga namanya perguruan tinggi, pada waktu itu kenapa perguruan tinggi Al-Jami‟ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah tidak dinamakan universitas, karena di dalam perundangan yang berlaku untuk nama Universitas itu harus terdiri dari beberapa bidang Ilmu yang berbeda seperti: adanya ilmu kedokteran, ilmu Teknis serta bidang ilmu lainnya, seperti Universitas

(10)

Gajah Mada yang memiliki berbagai bidang ilmu seperti ilmu kedokteran dan ilmu teknis serta ilmu yang lainnya sedangkan yang diberikan oleh Presiden Soekarno itu hanya satu bidang ke ilmu-an yaitu bidang ilmu agama Islam, oleh karena itu tidak mungkin diberikan nama Universitas Islam Negeri, untuk itu nama yang pantas pada saat itu adalah Institut Agama Islam Negeri. IAIN yang ada di Indonesia pada waktu itu sudah ketetapan dari pemerintah, dimana untuk perguruan tinggi Agama tidak boleh menggunakan nama Universitas Islam Negeri, maka yang patut untuk itu adalah Institut Agama Islam Negeri berdasarkan ketentuan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, alasan tidak boleh menggunakan Universitas karena hanya mengembangkan satu Ilmu, untuk itu hanya bisa digunakan nama Institut seperti Institut ITB (Ilmu Teknik Bandung), IPB (Ilmu Pertanian Bogor).

Penggunaan nama Imam Bonjol sebagai nama IAIN berawal dari nama yayasan Imam Bonjol yang merupakan seorang tokoh pahlawan dan pejuang agama di Minangkabau Sumatera Barat dalam memimpin perlawanan masyarakat Minangkabau dalam mengusir Belanda di ranah Minangkabau. Imam Bonjol merupakan seorang tokoh yang terpopuler dan kharismatik di Minangkabau.13

Pemberian nama IAIN Imam Bonjol tak pernah lepas dari cikal bakal yayasan Imam Bonjol yang diserahkan oleh yayasan untuk di negerikan pada tahun 1966. yayasan Imam Bonjol di dirikan pada tahun

13 Drs.H. Syafrinal, Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

(11)

1962 yang di ketuai oleh Drs. Azhari yang merupakan seorang walikota Padang pada saat itu.

Pemberian nama IAIN Imam Bonjol disepakati di Padang oleh Menteri agama dengan bersama yayasan Imam Bonjol di Padang. Yayasan Imam Bonjol Imam Bonjol beberapa Fakultas terpisah yang terdapat di beberapa daerah seperti Fakultas Tarbiyah yang terdapat di Padang, Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi, Fakultas Ushuluddin, di Padang panjang, Fakultas Adab di Payakumbuh, Fakultas Dakwah di Solok. Nama yang tepat bagi perguruan tinggi agama dengan mengambil nama yang ada di beberapa negara timur tengah Al-Jamiah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah. Al-Jami‟ah adalah perguruan tinggi, Al-Islamiyah adalah perguruan tinggi Islam sedangkan Al- Hukumiyah adalah milik pemerintah. jadi perguruan tinggi Islam negeri yang dimiliki oleh pemerintah.14

Berdasarkan wawancara langsung dengan bapak Raicul Amar mengenai pemberian nama IAIN Imam Bonjol ini, beliau mengatakan bahwa:15

“IAIN didirikan pada tanggal 29 November 1966. Pemberian nama IAIN Imam Bonjol yang berdiri di Padang kurang lebih di berikan pada tahun 1966, dengan menggunakan atau memakai nama seorang tokoh pahlawan dan pejuang di Minangkabau di Sumatera Barat yang bernama Imam Bonjol yang memiliki semangat juang yang tinggi.”

14

Prof Amir Syarifuddin, Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Periode 1982-1992 (dua periode) Wawancara langsung, Padang, 8 Juli 2017.

15 Dr.Raicul Amar, Mantan Kepegawaian IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

(12)

Dari beberapa IAIN yang ada di Indonesia IAIN Imam Bonjol adalah IAIN yang kedelapan dari empat belas IAIN yang ada di Indonesia. Semua IAIN yang ada di Indonesia menggunakan atau memakai nama seorang tokoh pahlawan pejuang dan toko agama Islam yang ada di Indonesia seperti IAIN Sultan Syarif Qasim yang berdiri di Riau Pekan Baru pada tahun 1965 yang merupakan IAIN yang ke tiga belas, IAIN Ar- Raniry yang berdiri di Banda Aceh Darussalam merupakan IAIN yang ketiga, nama IAIN yang berdiri di Banda Aceh Darussalam ini, juga memakai nama seorang tokoh agama Islam dan pejuang pada masa itu yang didirikan pada tahun 1963, begitupun dengan IAIN lainnya yang ada di Indonesia menggunakan nama seorang tokoh agama dan pejuang yang ada di masing-masing daerah tersebut tergantung di daerah mana Perguruan Tinggi itu di dirikan, seperti IAIN yang berdiri di Sumatera Barat di Minangkabau yang memakai nama seorang tokoh agama dan pejuang yang pemberani. Yang merupakan tokoh yang berasal dari Sumatera Barat itu sendiri yang bernama Imam Bonjol pada saat itu. Sedangkan pada pemberian nama IAIN Imam Bonjol yang berdiri di Padang disepakati di daerah Padang Sumatera Barat dimana IAIN Imam Bonjol didirikan dengan modal semangat juang 16.

Berdirinya yayasan Imam Bonjol karena adanya cita-cita untuk membangun kembali Sumatera Barat, khususnya terutama dalam bidang mental dan pendidikan Agama Islam dimana Yayasan Imam Bonjol

(13)

Diketuai oleh Drs. Azhari yang merupakan walikota Padang pada waktu itu. Kemudian untuk perkembangan selanjutnya dengan melihat di tempat-tempat lain sudah berdiri IAIN maka di lakukanlah upaya oleh beberapa tokoh ulama sumatera barat berusaha untuk mendirikan IAIN pula di Padang. Yang terlibat pada saat itu pihak tokoh-tokoh yang ada di Sumatera Barat seperti tokoh ulama dan pendiri Yayasan Imam Bonjol yang menaungi pada waktu itu, mereka inilah yang berusaha karena ingin pula mendirikan IAIN di Sumatera Barat karena di tempat lain sudah ada IAIN, dan ini mendapat dukungan dari Menteri Agama karena di Sumatera Barat ini banyak melahirkan tokoh-tokoh agama pendiri Republik Indonesia.

Fakultas awalnya cabang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu sehingga dengan SK Menteri Agama pada tanggal 29 Nopember 1966 IAIN resmi berdiri di Padang. Proses pemberian nama IAIN beriringan dengan nama IAIN yang berdiri tempat lain yang ada pada waktu seperti IAIN perguruan tinggi yang dinamakan IAIN pada waktu itu seperti IAIN Yogyakarta yang bernama IAIN Sunan kalijaga dengan berdiri seperti itu di dirikan jugalah IAIN di Padang yang bernama IAIN Imam Bonjol, kenapa diberikan nama IAIN nama Imam Bonjol karena Imam Bonjol adalah tokoh yang karismatik di bidang agama dan pembaharuan pada waktu itu, pemberian nama IAIN di padang di resmikan pada tahun 1966 dengan adanya Fakultas Tarbiyah yang diresmikan oleh menteri agama, kemudian Fakultas Syari‟ah di Bukit tinggi, Ushuluddin di Padang Panjang, Adab di Payakumbuh lalu pada 19 Oktober 1969 secara resmi berdiri

(14)

Fakultas Dakwah di Solok. Pemberian nama IAIN karena kesepakatan dalam proses bagaimana berdirinya sebuah IAIN karena IAIN adalah Institut karena IAIN pada waktu itu sudah berdiri di Jakarta17.

Nilai yang tersirat dalam nama Imam Bonjol adalah nilai perjuangan kemerdekaan dan agama, karena keberadaan Tuanku Imam Bonjol sangat dominan dalam mengetengahi perselisihan paham antara kaum pada waktu itu sehingga muncullah perang Paderi. Dilihat dari segi penampilan Imam Bonjol telah mencerminkan sebagai seorang pejuang dan pahlawan agama yang memakai sorban pada waktu itu. Imam Bonjol bernama Muhammad Syahab, waktu kecil di panggil Peto Syarif pemberian gelar Imam Bonjol di legitimasi oleh masyarakat Minangkabau yaitu Tuanku Imam, Tuanku Imam Bonjol adalah Pejuang yang selalu terdepan dalam memperjuangkan agama, dari kata namanya saja sudah di legalisasi oleh masyarakat Tuanku Imam Bonjol. Imam artinya terdepan, pimpinan, terkemuka. Sedangkan Bonjol adalah sebuah nama nagari yang merupakan wilayah pimpinan Imam Bonjol. IAIN Imam Bonjol padang di resmikan pada tahun 1966 dengan Fakultas Tarbiyah, pada tahun 1979 tidak boleh lagi ada cabang Institusi di daerah-daerah sehingga Fakultas-fakultas yang terpisah-pisah di berbagai daerah seperti Fakultas Syariah di Bukit tinggi, Adab di Payakumbuh, Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, terakhir Fakultas Dakwah di Solok. Kelima Fakultas -fakultas yang terpisah di berbagai daerah ini kemudian di satukan pada tahun 1979 di Padang.

17 Drs. Syamsuar Syam, M.Ag, Mantan Ketua Humas IAIN Imam Bonjol Padang Pada

(15)

Filosofi yang terkandung dalam nama IAIN Imam Bonjol terdapat filosofi perjuangan agama dan pejuang untuk kemerdekaan, karena dapat dilihat dari sepak terjang Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat sampai saat ini tidak diragukan lagi di dalam persoalan bidang agama, kemudian secara Nasional telah di akui sebagai tokoh pejuang Nasional untuk kemerdekaan. Imam Bonjol terkenal sebagai seorang pejuang yang gigih dalam memperjuangkan agama yang memiliki sifat tawaduk dan kebijaksanaannya. SK Pemberian nama IAIN beriringan saat peresmian IAIN yang berdiri pada tahun 1966, kemudian di sepakatilah namanya IAIN Imam Bonjol. IAIN yang ada di seluruh Indonesia pada waktu itu menggunakan nama seorang tokoh agama termasuk IAIN yang berdiri di Padang yang menggunakan nama sorang tokoh agama yang bernama Imam Bonjol, kecuali IAIN yang ada di daerah Sumatera Utara yang hanya menggunakan nama kedaerahan yaitu IAIN Sumatera Utara, karena Sumatera Utara daerahnya terkenal dengan daerah non muslim. Pada waktu itu tidak ada namanya yang pantas untuk dimasukan ke institusi agama sehingga diberikanlah nama kedaerahan yaitu IAIN Sumatera Utara18.

Nilai yang terkandung dalam nama IAIN Imam Bonjol diantaranya ialah kesamaan cita-cita luhur perguruan tinggi yang akan menyiapkan melatih pemuda-pemudi Islam agar dapat betul-betul dapat menjadi warga negara Pancasilais yang taat serta aktif terhadap Agama, bangsa dan

(16)

masyarakat umat manusia. Dari namanya itu di harapkan lahir dan bangkit kembali semangat juang, semangat patriotik, semangat jihad Fisabilillah.19

Nilai yang terkandung adalah nilai nilai perjuangannya sebagai pahlawan bangsa, dan dapat di hayati dan diteruskan sebagai upaya pengisian generasi muda yang di harapkan lahir sebagai generasi pembangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang tokoh legendaris dan seorang Ulama dan Imam yang kharismatik. Imam Bonjol sebagai pahlawan Perjuangan Kemerdekaan yang muncul dari tokoh pemimpin pada perang Paderi (Perang Hitam-Putih). 20

Nilai yang terkandung adalah nilai nilai perjuangannya sebagai pahlawan bangsa, dan dapat di hayati dan diteruskan sebagai upaya pengisian generasi muda yang di harapkan lahir sebagai generasi pembangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya.21 Lahirnya IAIN Imam Bonjol, tidak terlepas dari perkembangan agama Islam dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada sebelumnya di Sumatera Barat. Disamping secara Nasional, IAIN Imam Bonjol juga berkaitan dengan IAIN lainya dalam sejarah dan perkembangannya.

Pada tahun 1963 dengan SK Menteri Agama No. 92 tanggal 21 September 1963, atas dasar permintaan masyarakat dan pemerintah, didirikan Fakultas Tarbiyah cabang IAIN Syarif Hidayatullah di Padang.

19Nazar Desfari, Menjambut Dies Natalis ke-1 IAIN Al- Djami’ah Imam Bonjol Sumatera

Barat, (Padang : Seksi Publikasi /Dokumentasi Panitia Dies Natalies ke- 1 IAIN Al- Djami‟ah „‟Imam Bonjol „‟ Padang , 1967 ), h. 6.

20 Yulizal Yunus, op.cit., h. 23. 21 Ibid., h. 21.

(17)

Fakultas Tarbiyah ini di ambilkan dari Fakultas Tarbiyah Imam Bonjol Padang. Fakultas Tarbiyah ini berlangsung lebih kurang tiga tahun dengan status sebagai cabang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian tanggal 29 November 1966 Menteri Agama RI. KH Syaifuddin Zuhri dengan SK Menteri Agama No.77 tahun 1966 tanggal 21 November 1966 meresmikan berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang Sumatera Barat dengan Fakultas-fakultas sebagai berikut:

a. Fakultas Tarbiyah di Padang

b. Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang c. Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi d. Fakultas Adab di Payakumbuh

Fakultas Tarbiyah IAIN Padang di ambil dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah cabang Padang sedangkan Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi dan Fakultas Adab di Payakumbuh di Negerikan dengan SK Menag No. 75 tahun 1966 tanggal 21 November 1966 yang berasal dari Universitas Imam Bonjol.22

Selanjutnya dengan SK Menag No. 110 tahun 1968 tanggal 20 Mei 1968 dan No.125 tahun 1969 tanggal 19 Oktober Tahun 1969, serta SK No. 238 tahun 1970 tanggal 30 September Tahun 1970, secara berturut-turut didirikan dan dinegerikan pula Fakultas Tarbiyah cabang Padang Sidempuan. Fakultas Dakwah di Solok dan Fakultas Tarbiyah cabang Batu

22 Zaini Muchtarom, Sejarah IAIN Tahun 1976 Sampai 1980, (Jakarta: Departemen

(18)

Sangkar. Dengan begitu IAIN „‟Imam Bonjol” mempunyai tujuh Fakultas yang tersebar di kota-kota Sumatera Barat dan Tapanuli.

Kemudian dengan berdirinya IAIN Sumatera Utara di Medan, Fakultas Tarbiyah cabang di Padang Sidempuan melepaskan diri dari IAIN Imam Bonjol Sumatera Barat dan digabungkan kepada IAIN Sumatera Utara di Medan. Pada tahun 1976, berdasarkan Instruksi dari Menteri Agama RI agar pada IAIN Imam Bonjol di laksanakan rationalisasi dan sentralisasi Fakultas, maka Fakultas-fakultas IAIN Imam Bonjol yang ada diluar kota Padang di tarik ke Padang seperti Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi, Fakultas Adab di Payakumbuh maka sejak tahun 1977 IAIN Imam Bonjol telah memilki lima Fakultas yang sudah melaksanakan kegiatannya di Padang yaitu : Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari‟ah, Fakultas Dakwah, Fakultas Adab.23

Pada tanggal 29 Nopember 1966 Menteri Agama dan rombongan meresmikan berdirinya IAIN Al-Djami‟ah „‟Imam Bonjol‟‟ dengan SP UU No.77 Th. 1966 tgl 20 Nopember tahun 1966 dengan terlebih dahulu menegerikan Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang dengan dekannya Baharuddin Sjarif MA, Fakultas Syari‟ah di Bukit Tinggi dengan dekannya H. Mansjur Dt. Nagari Basa, dan Fakultas Dakwah di Payakumbuh dengan dekannya H. Izuddin Marzuqi LAL. Dengan sendirinya Fakultas Tarbiyah di lepaskan oleh Al-Jami‟ah Sjarif Hidayatullah Djakarta. Al-Djami‟ah

(19)

Sumatera Barat ini sesuai dengan persetujuan Gubernur Sumatera Barat sendiri di beri nama pejuang dan pahlawan yang terkenal di daerah ini yakni “Imam Bonjol”.24

Sebagaimana telah disebutkan di atas IAIN Imam Bonjol telah lahir dan diresmikan pada hari selasa tanggal 29 November 1966 di Padang. Dan ketika diresmikan itu, ia telah mempunyai empat buah Fakultas Induk yang terletak di berbagai daerah kota di Sumatera Barat yaitu Fakultas Tarbiyah di Padang, Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syari‟ah di Bukit tinggi dan Fakultas Adab di Payakumbuh. Perkembangan selanjutnya adalah dengan lahirnya sebuah Fakultas lagi yaitu Fakultas Tarbiyah di Padang Sidempuan yang berstatus sebagai cabang dari Fakultas Tarbiyah Induk yang berada di Padang dengan di resmikan penegriannya pada bulan Mei tahun 1968. Kemudian disusul pula dengan lahirnya sebuah Fakultas induk lainnya yaitu Fakultas Dakwah di Solok yang diresmikan pada tanggal 19 Oktober pada tahun 1969, sesudah itu di susul pula dengan lahirnya dua buah Fakultas cabang lagi, yaitu Fakultas Ushuluddin cabang di Padang Sidempuan, yang diresmikan pada tahun 1970, dan Fakultas Tarbiyah cabang Batu Sangkar yang diresmikan pada tanggal 30 September 1970. Dengan demikian maka tahun 1970 IAIN “Imam Bonjol” telah mempunyai delapan buah Fakultas, yaitu: lima buah Fakultas Induk, dan

(20)

tiga buah Fakultas cabang, yang tersebar di daerah Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan25.

Akan tetapi, pada akhir tahun 1973 IAIN Sumatera Utara di resmikan berdirinya, dimana Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin di Padang Sidempuan itu lalu menjadi bagian dari padanya, dan dilepaskan dari IAIN Imam Bonjol. Dengan demikian, maka sejak itu IAIN Imam Bonjol hanya mempunyai enam buah Fakultas yaitu: lima buah Fakultas Induk, dan sebuah Fakultas cabang yang letaknya masih bertebar pada beberapa kota dalam daerah Sumatera Barat, mengingat kalangan yang di hadapi, IAIN Imam Bonjol, baik dalam bidang personil, material, dan keuangan maka adanya Fakultas-fakultas yang tersebar pada beberapa kota tersebut. Sudah terang tidak memungkinkan tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan tugas-tugas IAIN sebagai suatu lembaga perguruan tinggi. Misalnya untuk mendatangkan tenaga-tenaga honorair dari kota ke kota tidak saja merupakan pemborosan biaya, tetapi juga pemborosan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Di samping itu peralatan-peralatan pokok seperti perpustakaan yang merupakan urat nadi perguruan tinggi yang jumlahnya sangat terbatas, harus pula dibagi-bagi menjadi jumlah yang sangat kecil yang tidak memadai bagi keperluan masing-masing Fakultas tersebut. Problem ini pada hakikatnya tidak hanya di alami

25 Rivai Yunus, Buku Peringatan Dies natalis ke 10 IAIN Imam Bonjol Padang 29

(21)

oleh IAIN Imam Bonjol saja, melainkan juga oleh hampir semua IAIN yang berjumlah 14 buah di seluruh Indonesia .26

Oleh sebab itu dalam rapat kerja Rektor-rektor IAIN se Indonesia yang di adakan di Bandung pada akhir tahun 1976. Di putuskanlah untuk menjalankan usaha rasionalisasi yaitu merasionilkan jumlah dan letak Fakultas-fakultas dalam lingkungan masing-masing IAIN, ini berarti bahwa Fakultas-fakultas induk harus dikumpulkan ke Ibu kota Propinsi, sedang Fakultas-fakultas cabang harus di tarik ke Induknya. Lebih-lebih jika Fakultas cabang tersebut terletak di daerah yang tidak memberikan kemungkinan baginya untuk berkembang dengan baik. Walaupun keputusan Rapat Kerja Rektor-rektor IAIN tersebut sampai sekarang belum dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Agama, namun masing-masing IAIN yang mempunyai Fakultas-fakultas cabang atau Fakultas-fakultas induk yang tersebar letaknya, telah mulai melaksanakan kebijaksanaan tersebut, termasuk IAIN Imam Bonjol yang telah rasionalisasi sebagai berikut:27

a. Fakultas Dakwah di Solok, yang merupakan salah satu Fakultas induk, telah ditarik seluruhnya ke Ibu kota Propinsi pada tahun 1974.

b. Kuliah-kuliah tingkat Doktoral Fakultas Syari‟ah, Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Adab telah ditarik pula ke Ibu kota Propinsi pada tahun 1975.

26Ibid., h. 39 27Ibid., h. 40.

(22)

c. Dan dalam rangka penarikan Fakultas-fakultas induk ke Ibu kota Propinsi maka pada awal tahun kuliah 1976 telah mulai di buk kuliah-kuliah tingkat Propaedeuse di Padang.

Tuanku Imam Bonjol, sebuah nama besar. Tuanku Imam Bonjol Sebagai Pahlawan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, dilakukan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973, sudah banyak ditulis sejarah kebesarannya, namun sebagai Imam Bonjol dan Ulama Islam masih belum banyak.28

3. Dampak Penetapan Imam Bonjol sebagai Nama IAIN

Dampak pemakaian nama Imam Bonjol bagi lembaga IAIN yaitu sebagai sebuah pengakuan terhadap kebesaran Imam Bonjol itu yang merupakan sebagai ulama, imam dan pejuang, dalam proses memperjuangkan kemerdekaan Indonesia namun IAIN pun ikut andil untuk mendukung Imam Bonjol itu sebagai pahlawan besar sebagai perintis kemerdekaan Indonesia dan harapannya dalam implikasinya nanti ada semangat Imam Bonjol itu di bidang ulamanya dalam memperjuangkan Islam dan semangat memperjuangkan kemerdekaan sebagai nasionalis agar generasi kedepannya dapat mewarisi dan meneladani sosok Imam Bonjol sebagai sosok ulama dan pejuang.29

28 Yulizal Yunus, Op.Cit., h. 20

29 Drs. Yulizal Yunus, Mantan Ketua Humas dan Dosen Fakultas Adab IAIN Imam

(23)

B.Sejarah Penggunaan Logo IAIN 1. Latar Belakang Logo IAIN

Logo merupakan sebuah identitas yang di gunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, selain itu simbol juga dapat di jadikan sebuah alat untuk di jadikan sebagai pengirim pesan tersirat bagi kalangan masyarakat, kelompok, dan lembaga, setiap organisasi maupun lembaga memilki logo tersendiri yang di bentuk berdasarkan visi dan misi lembaga. Logo juga dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi.30

IAIN di Indonesia memiliki logo tersendiri yang digunakan sebagai identitas perguruan tinggi Islam negeri, awalnya IAIN memiliki logo yang sama namun perbedaannya dapat dilihat dari simbol yang terdapat dalam logo yang menunjukkan ciri khas dari masing-masing IAIN itu sendiri yang di bentuk berdasarkan visi dan misi unuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapai .

IAIN Imam Bonjol merupakan lembaga Perguruan Tinggi Islam Negeri yang memiliki logo tersendiri yang di gunakan sebagai sebuah identitas yang memiliki berbagai unsur dan pengertian yang terdapat di dalamnya sebagai berikut:

a. Pengertian lambang IAIN Imam Bonjol ke-1

(24)

1) Ka‟bah, melambangkan Agama Islam

Ka‟bah adalah bangunan paling penting bagi umat Islam, berdiri ditengah-tengah tradisi muslim, ka‟bah di pandang sebagai tempat pemujaan kepada Tuhan pertama dibangun di bumi oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. mulanya ka‟bah sederhana segi empat tanpa atap berdinding keliling setinggi orang. Pada masa Nabi Muhammad Saw ka‟bah lama di bangun kembali dengan bantuan seseorang bernama Baqum di bantu oleh para kepala suku di Mekkah konstruksi ka‟bah baru terdiri dari tumpukan batu dan kayu, mungkin sama dengan bangunan tradisional rumah-rumah di Mekkah, tinggi bangunan menjadi 15 M dua kali di banding tinggi semula, berdenah persegi, panjang 15 M lebar 12 M, dua kali di banding tinggi mula, dalam posisi miring 30 derajat dari sumbu utara selatan. Konstruksi ka‟bah terdiri dari pasangan blok batu granit biru abu-abu besar-besar, dipasang dengan campuran dan landasannya marmer. Terdapat pintu masuk kedalam, letaknya agak tinggi dua meter dari tanah sehingga diperlukan tangga untuk mencapainya. Dalam hal ini tangganya

(25)

permanen, dari kayu di pindahkan bila tidak di pakai, didalam ka‟bah terdapat tiga pilar kayu tinggi dan besar lantai terdiri dari marmer.31 2) Kubah, melambangkan masjid sebagai tempat Ibadah dan penyiaran

agama Islam

Di awal kehadirannya penampilan bagian atap masjid cukup sederhana datar atau bentuk pelana. Kubah di tambahkan ketika kaum muslimin merasa perlu menempatkan sesuatu yang penting hadir di masjid. Dalam tradisi komunitas Muslim seorang Khalifah adalah juga pemimpin agama yang sebagaimana posisi Nabi selalu menjadi imam ketika hadir dalam Sholat berjama-ah. Kubah memilki bentuk yang banyak ragamnya 32

3) Rumah Adat, melambangkan daerah Minangkabau.

Rumah gadang dengan segala atribut dan lingkungannya menggambarkan hakikat dan falasafah Adat Minangkabau. Ada tiga unsur dalam susunan rumah gadang, pertama rumah itu sendiri sebagai tempat tinggal keluarga, kedua lumbung yang berderet di depanya sebagai lambang dari kemakmuran, ketiga tanah yang ada di sekitarnya sebagai sumber kehidupan keluarga. Sebagai ciri khas rumah gadang minang kabau ialah bentuk atapnya yang bergonjong merupakan yang merupakan tanduk kerbau yang melambangkan kebesaran dan kemenangan akal budi Minangkabau. Rumah-rumah yang dibangun kemudian tidak dirancang sperti rumah asal walaupun

31 Yulianto Sumalayo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, (Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press, 2006 ), h. 35.

(26)

dibuat dalam ukuran besar. Rumah gadang ada dua macam bentuknya:

pertama rumah gadang yang beranjung yaitu ruang-ruang kedua bagian pinggirnya mempunyai lantai yang lebih tinggi dari bagian tengahnya. Ini menunjukan perbedaan derajat. Rumah yang beranjung itu adalah model dari adat koto piliang yang dirumuskan oleh Dt. Katumanggungan yang menurut sisitem pemerintahannya penghulu itu tidak sama tingkatnya. Kedua rumah gadang yang lantainya rata dan tidak beranjung yaitu rumah gadang yang menurut model adat Bodi caniago menurut rumusan Dt. Parpatiah nan Sabatang, menurut adat Bodi Caniago ini, penghulu saat derajatnya dalam pemerintahan.

Rumah gadang berfungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan kesatuan kerabat yang bernama paruik. Disitulah mamak kaum bersama dengan bundo melatih dan membimbing anak-anak perempuan untuk dipersiapkan suatu waktu menjadi pelanjut keturunan Matrilineal, penerima harta pusaka dan pemelihara keluhuran rumah gadang. Disitu pula mamak mempersiapkan kemenakan laki-laki untuk menjadi pengolah, pemelihara dan pengembang harta pusaka serta untuk menjadi pemimpin dalam lingkungannya.33

Rumah gadang mempunyai nama yang beraneka ragam menurut bentuk, ukuran serta gaya kelarasan dan gaya luhak. Menurut bentuknya ia lazim pula disebut rumah gonjong atau rumah

33 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat

(27)

bagonjong (rumah bagonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Namalah yang membedakannya dengan rumah yang beratap biasa, jika menurut ukurannya, ia tergantung pada jumlah lanjarnya. Lanjar ialah ruangan dari depan kebelakang, sedangkan ruang yang dari kiri kekanan disebut ruang rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan) umumnya lipek pandan memakai dua gonjong, rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah mengeram), lazimnya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih 34

b. Logo IAIN Imam Bonjol Ke- 2

Lambang Institut sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 17 Tahun 2015 tentang Statuta Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang pada pasal 7 ayat (1) terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:35

34

A. Navis, Alam Terkambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta: PT Grafiti Pers, 1984 ), h.174.

35 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia no 17 Tahu 2015 tentang Statuta IAIN

(28)

1) Garis lengkung membentuk lima sudut.

2) Dua buah bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pena.

3) Konfigurasi kubah masjid yang dibentuk oleh lengkungan bulu angsa dan pita.

4) Gambar kitab al-Quran yang terbuka dan terdapat tulisan al-Quran al-karim dengan Khat Arab jenis Diwany.

5) Garis 17 pada pita, dan garis 8 pada gambar kitab al-Quran dan garis 45 pada kedua belah bulu angsa.

6) Tiga simpul pada pangkal bulu angsa.

7) Atap rumah adat Minangkabau yang menyatu dengan atap masjid dan pada bagian bawahnya terdapat tulisan IAIN dengan huruf kapital dan kalimat Al-Jamiah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah dengan Khat arab

(29)

8) Tulisan Imam Bonjol padang terletak di tengah-tengah pita berwarna kuning.

Warna lambang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

1) Warna dasar adalah hijau.

2) Garis lengkung yang membentuk lima sudut berwarna kuning.

3) Dasar gambar kitab Al-Quran berwarna putih dengan tulisan al-Quran al- Karim berwarna hitam.

4) Tulisan Imam Bonjol Padang berwarna hitam, terdapat pada pita berwarna kuning.

Arti lambang IAIN adalah sebagai berikut yaitu:36

1) Bentuk garis lengkung yang membentuk lima sudut melambangkan sila-sila dari pancasila dan rukun Islam.

2) Dua buah bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pena melambangkan keilmuan.

3) Konfigurasi kubah masjid yang dibentuk oleh lengkungan bulu angsa dan pita melambangkan ke Islaman.

4) Gambar kitab Al-Qur‟an yang terbuka, melambangkan keilmuan Islam, dan pada halaman terbuka terdapat tulisan Al-Qur‟anil karim dengan khath arab jenis Diwany.

36 Syafruddin, Pedoman Akademik IAIN IB Padang Tahun 2014-2015, (Padang: IAIN

(30)

5) Garis 17 pada pita, gari 8 pada gambar Al-Qur‟an dan garis 45 pada kedua belah bulu angsa melambangkan hari kemerdekaan Indonesia. 6) Tiga simpul pada bulu angsa melambangkan kesatuan Iman, Islam,

Ihsan.

Iman adalah percaya kepada Allah SWT, para malaikatnya, berhadapan dengan Allah, percaya kepada Rasul-Nya, dan percaya pada hari berbangkit dari kubur.Islam merupakan kepatuhan menjalankan perintah Allah dengan segala ke ikhlasan dan kesungguhan hati. Hal ini sesuai dengan arti kata Islam, yakni penyerahan. Seorang muslim harus menyerahkan dirinya kepada Allah secara total karena manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepadanya.37

Ihsan dalam arti khusus, sering dinamakan dengan Akhlak yaitu sikap atau tingkah laku yang baik menurut Islam. Dan terkadang pula diartikan sebagai suatu kesempurnaan. Ihsan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah SWT, karena orang yang berlaku Ihsan dapat dipastikan akan ikhlas dalam beramal.38

7) Warna dasar hijau daun melambangkan kedamaian, dan warna kuning pada garis lengkung melambangkan kemuliaan dan kebesaran jiwa. 8) Gambar atap rumah adat Minangkabau yang menyatu dengan atap

masjid merupakan ciri khas daerah Sumatera Barat yang

37 Rachamat Syafe‟I, Al- Hadis (Aqidah, Akhlak, Sosial,dan Hukum), (Bandung : CV

Pustaka Setia, 2000 ), h.16.

(31)

melambangkan penyatuan adat dan agama sesuai dengan pepatah

“Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” syara’ mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru, dan pada bagian bawahnya terdapat tulisan IAIN dengan huruf kapital, dan kalimat Al-Jamia‟ah Islamiyah Al-Hakwamiyah dengan khath Arab jenis

Naskhi pada pita di bawahnya.

Rumah adat Minangkabau memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang dimiliki rumah adat Minang sangatlah berbeda dengan rumah adat yang lainya di nusantara ini. Ciri yang menyolok dari rumah gadang adalah atapnya berbentuk gonjong (gonjong enam atau lebih) dan menyerupai tanduk kerbau, atapnya terdiri dari ijuak dan tonggak atau tiangnya dari kayu yang diramu secara bersama-sama ke hutan. Rumah adat rumah adat yang melambangkan keselarasan adat itu sendiri39. Minangkabau adalah suatu lingkungan adat di Provinsi Sumatera Barat dan sekitarnya, pengertian Minangkabau tidaklah persis sama dengan pengertian Sumatera Barat. Hal ini disebabkan karena kata Minangkabau lebih banyak mengandung makna sosial kultural, sedangkan kata sumatera Barat lebih banyak mengandung makna geografis dan administratif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Minangkabau terletak dalam daerah geografis administratif Sumatera Barat dan juga menjangkau keluar daerah Sumatera Barat

(32)

yaitu kesebagian Barat daerah geografis Administratif Provinsi Riau dan sebagaian Barat daerah geografis administratif Jambi.40

Konsep adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah memberi pedoman bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang boleh di anut oleh orang Minangkabau, posisi adat berada dibawah dan adat itu harus diselaraskan dengan syarak, syarak (Syariat agama Islam) bersumber dari al-Qur‟an dan Hadis Rasulullah. Adat yang sesuai, selaras dan serasi atau tidak bertentangan dengan syarak dapat dapat saja diterima dari manapun datangnya. Agama Islam sebagai sumber adat Minangkabau, mengajarkan pada penganutnya bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada orag lainya dan Islam adalah agama yang bersifat universal, karena itu disebut rahmatan lil alamin. Sandaran syarak adalah Al-Quran dan Hadis Rasulullah Saw bukan adat yang merupakan buatan manusia

Syarak basandi kitabullah (Al-Qur‟an) adalah kebenaran mutlak yang menjadi petunjuk bagi manusia. Falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah telah di deklarasikan oleh masyarakat Minangkabau sebagai identitas kultural suku bangsa Minangkabau di Jakarta oleh Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Alam Minang kabau (BK3AM) pada tanggal 14 januari 2013 dan tanggal 19 Mei 2013, kemudian deklarasi itu telah di daftarkan

40 Panuh Helmy, Peranan kerapatan Adat Nagari dalam Proses Pendaftaran tanah Adat

(33)

melalui Akte Notaris Imran Ilyas S. Guchita No. 01 tanggal 1 juni 2013 di Jakarta.

Adat Basandi syarak, Syarak basandi Kitabullah yang menjadi filosofi bagi orang Minangkabau beragama Islam yang di deklarsikan pada abad ke 19 yang lalu terkenal dengan piagam Bukit Marapalam. Dalam piagam ini menegaskan bahwa orang minang adalah beragama Islam. Adat adalah mengatur tatanan kehidupan sehari- hari yang sejalan dengan ajaran agama Islam sebagai pemeluk agama Islam yang taat dari dulu, seharusnya sekarang bangkit kembali mengimplementasikan ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat minang pada setiap perilaku dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam musyawarah Bukit Marapalam di zaman Paderi, dapatlah perpaduan yang lebih tegas yaitu: “Adat basandi syarak, Syarak basandi Kitabulah” sebagai pelaksanaan dan perjalanan perkembangan terus menerus timbullah pepatah pepatah lain mengiringinya: Syarak yang mengata, adat yang memakai‟ diambil kata syarak, dari Al-Qur‟an, Sunah, Fiqih, lalu dipakai menurut adat.41 Adat dan Islam telah lama berkembang menjadi pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Adat basandi syarak, Syarak basandi Kitabullah adalah ungkapan filosofi adat alam Minangkabau yang melandasi tatanan hidup dalam berinteraksi antar sesamanya dan antar masyarakat itu sendiri dengan alam sekitarnya seperti hutan, tanah,

41 Musyair Zainudin, Minangkabau dan Adatnya : Adat Basandi Syara’ Syarak

(34)

air, flora dan fauna, falasafah hidup ini dijadikan patokan atau pedoman dalam hidup berkaum , banagari, dan bernegara. Adat basandi syarak, Syarak basandi Kitabullah adalah adat atau norma hukum yang di pakai nenek moyang orang Minangkabau yang berdasarkan kepada ajaran syarak. Sendi artinya dasar atau pondasi yang kuat, sedangkan syarak artinya ajaran agama Islam yang berdasarkan Al-Qur‟an dan hadis Rasulullah Muhammad Saw. Adat dan syarak tidak dapat lagi dipisahkan antara satu dengan yang lain artinya adat tidak bertikai dengan syarak, syarak tidak bertikai dengan adat, kalau bertikai akan batal. Oleh karena itu Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah harus menjadi ukuran di Nagari dan di alam Minangkabau dalam menyelesaikan segala persoalan dunia dan akhirat.

Ada empat kata kunci yaitu adat, sandi, syarak, dan kitabullah. Adat artinya tatakrama, sandi artinya landasan, syarak basandi kitabullah artinya Al-Qur‟an. Jadi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah berarti tatakrama masyarakat Minangkabau, baik sesamamnya, maupun antara dia dengan alam sekitarnya, yang dilandasi syariat Islam dalam kitabnya Al-Qur‟an. Secara subtansial, dalam pelaksanaanya adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan

(35)

dan tidak dapat dibalikan„ syarak basandi adat, adat basandi kitabullah.42

9) Tulisan Imam Bonjol Padang berwarna hitam terletak di tengah - tengah pita.

Ciri khas lambang IAIN adalah sebagai berikut:

Merupakan perpaduan antara lambang kesatuan Institut seluruh Indonesia (gambar al-Quran dan konfigurasi kubah masjid yang dibentuk oleh lengkungan bulu angsa dan pita) dan lambang daerah Provinsi Sumatera Barat.

2. Penetapan Logo IAIN a. Periode 1966-1982

Logo IAIN dibentuk dan dirumuskan jauh sebelum persiapan atau sebelum IAIN di resmikan. Logo IAIN di desain dan di rumuskan oleh orang pandai kemudian di diskusi secara bersama melalui mufakat atau musyawarah secara bersama yang pada saat itu terdiri dari para pemuka, ulama, ninik mamak, tokoh agama, pengusaha dan LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) yang merupakan dari yayasan itu sendiri. Setelah di musyawarahkan secara bersama oleh para pemuka agama, ulama maupun yayasan kemudian di sepakati dan di tetapkan di Padang menjadi logo IAIN Imam Bonjol Padang . Setelah di sepakati kemudian

42 Datu Parpatih Nan Tuo, Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah,: Pedoman

(36)

di amalkan secara bersama tanpa adanya kontroversi. Logo IAIN ini atas ide bersama baik itu dari kalangan para pemuka agama, tokoh ulama, maupun atas ide para petinggi, pimpinan IAIN itu sendiri yang dibentuk dan dirumuskan tanpa adanya sayembara pada waktu itu.43

Proses penetapan logo di desain oleh orang pandai kemudian di diskusikan dan di musyawarahkan oleh pejabat dan petinggi-petinggi IAIN kemudian di saksikan oleh oleh pihak IAIN pada waktu itu seperti adanya pengusaha, LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) yang di diskusikan oleh berbagai pihak (Stik Holder) logo IAIN terkait dengan nama al-jamiah (perguruan tinggi). Harapannya pada waktu itu karena IAIN merupakan satu lembaga perguruan tinggi yang diharapkan melahirkan ulama maka di simbolkan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam simbol seperti adanya simbol rumah adat yang terdapat di dalamnya unsur adat, simbol Ka‟bah, dan simbol kubah masjid yang terdapat unsur agama, yang melambangkan “Adat basandi syara, syara basandi kitabullah’’.44

Logo IAIN dirumuskan dan dibentuk melalui diskusi dan mufakat secara bersama oleh para pemuka, ulama, tokoh agama, dan LSM yang merupakan yayasan itu sendiri. Setelah di musyawarahkan secara bersama kemudian di sepakati secara bersama dan di tetapkan untuk menjadi logo IAIN Imam Bonjol yang berdiri di Padang untuk di

43 Drs. Yulizal Yunus, Mantan Ketua Humas dan Dosen Fakultas Adab IAIN Imam

Bonjol Padang, Wawancara langsung, Padang, 28 Agustus 2017

(37)

amalkan secara bersama-sama. Logo IAIN Imam Bonjol memiliki ciri khas tersendiri yang terdapat pada logo seperti simbol atap rumah adat yang terdapat di dalamnya yang melambangkan daerah Minangkabau dalam artian menunjukkan tempat berdirinya IAIN Imam Bonjol di Sumatera Barat.45

Menurut bapak Raicul Amar, logo IAIN Imam Bonjol dibentuk dan dirumuskan oleh pimpinan, petinggi, serta panitia IAIN pada saat itu, namun untuk SK pengesahan logo pertama IAIN tidak ada dan tidak diketahui nomor dan tahun berapa di sahkan, karena para pelaku sejarah sudah meninggal dunia. Sedangkan untuk logo IAIN yang kedua juga tidak diketahui no dan tahun berapa disahkan karena arsip-arsip yang berhubungan dengan logo baik itu berupa SK maupun arsip yang lainnya tidak di temukan disebabkan karena Gempa yang terjadi di Padang pada tanggal 30 September 2009.46

Logo IAIN memiliki filosofi pejuang agama di Minangkabau pada masa itu. Logo IAIN yang berdiri di Padang ialah atas ide IAIN itu sendiri yang kemudian di tetapkan di Padang sebelum IAIN ini diresmikan pada tahun 1966.47

Penetapan logo IAIN di sepakati oleh panitia senat dan para pemimpin IAIN Imam Bonjol melalui musyawarah yang di adakan

45 Drs.H. Syafrinal, Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

langsung, Padang 28 Agustus 2017

46 Raicul Amar, Mantan Kepegawaian IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

Langsung, Padang, 9 Juli 2017.

(38)

secara bersama, setelah di musyawarahkan kemudian di tetapkan oleh pimpinan Al-Jami‟ah. Namun untuk SK mengenai pengesahan logo tidak di ketahui kapan di sahkan karena pelaku-pelaku sejarah mengenai hal ini sudah meninggal dunia.48

Sedangkan menurut bapak Azwir Ma‟ruf membenarkan bahwasanya penetapan logo IAIN Imam Bonjol di sepakati melalui musyawarah secara bersama. Yang terlibat pada saat itu adalah panitia senat dan petinggi IAIN yang terdahulu. Namun Penetapan dan pengesahan logo IAIN tidak diketahui kapan di sepakati begitupun dengan SK penetapan nya tidak ditemukan berhubung pelaku sejarah yang mengetahui mengenai logo IAIN sudah banyak yang meninggal dunia begitupun dengan arsip-arsip IAIN tidak ditemukan lagi di karenakan Gempa 30 September 2009.49

Logo IAIN di tetapkan di sepakati secara bersama-sama tanpa adanya kontroversi pada saat itu sehingga logo IAIN resmi digunakan pada IAIN Imam Bonjol Padang yang berdiri di Padang tahun 1966. Logo IAIN Imam Bonjol di sahkan dan disepakati melalui senat dan panitia peresmian IAIN Imam Bonjol Padang, setelah di sepakati kemudian di amalkan secara bersama begitu juga dengan lagu dan nyanyi juga disepakati dan disahkan oleh senat. Dalam logo IAIN terkandung berbagai macam nilai yang terdapat pada simbol logo IAIN Imam Bonjol

48 Dr. Ahmad Zaini, Alumni pertama mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang),

Wawancara langsung, Padang, 15 Juli 2017.

(39)

Padang di antaranya dua buah bulu angsa yang melambangkan ke Ilmuan, konfigurasi kubah dan rumah adat melambangkan ke Islam-an dan ciri khas daerah Sumatera Barat, penyatuan adat dan agama.50

b. Periode 1982-2017

Logo IAIN mengalami perubahan pada tahun 1982 namun untuk prinsip-prinsip yang terdapat pada logo tidak berubah yang berubah hanya bentuk desain teknis yang menyangkut perkembangan teknologi. Logo ini mengalami perubahan karena logo IAIN memiliki simbol yang sama dengan partai politik Islam yang ada di Indonesia yaitu partai P3 yang merupakan partai politik Islam yang mempengaruhi pada waktu itu yang di dominasi oleh NU, namun untuk perubahan logo di tetapkan melalui diskusi dan musyawarah secara bersama tanpa adanya sayembara. Namun SK logo berdasarkan SK Menag sekaligus perangkat dan atribut IAIN Imam Bonjol itu sendiri. Logo IAIN memiliki ciri tersendiri yang membedakan dengan logo perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat seperti UNP, UNAN dan perguruan tinggi lainnya yang ada di ranah Minangkabau. IAIN yang membedakannya dengan perguruan tinggi lainnya terlihat dari Islam. Logo IAIN yang ada di Indonesia memiliki logo yang sama namun perbedaannya terlihat pada simbol yang terdapat pada logo masing-masing IAIN di antaranya IAIN Imam Bonjol memiliki

50 Prof Amir Syarifuddin, Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Periode 1982-1992

(40)

simbol atap rumah adat yang melambangkan ciri khas daerah Minangkabau Sumatera Barat.51

Logo IAIN mengalami perubahan pada tahun 1982. Perubahan Logo IAIN yang berdiri di Padang mempunyai SK. Logo IAIN mengalami perubahan logo sekitar pada tahun 1982. Logo IAIN yang pada dasarnya berbentuk ka‟bah diganti dengan kitab Al-Quran di sebabkan karena pada masa itu memiliki kesamaan simbol dengan partai politik Islam yang ada di Indonesia. Dalam tahapan pemilihan umum partai politik yang ada di Indonesia, ada salah satu partai politik Islam yang menggunakan simbol Ka‟bah pada masa itu. Padahal IAIN sejak dilahirkan dan diresmikan pada tahun 1966 telah memakai simbol ka‟bah ini. Pada awalnya IAIN lebih duluan memakai simbol ka‟bah daripada partai politik Islam yang ada di Indonesia. Lambang ka‟bah yang sudah di munculkan pada masing masing IAIN tersebut di tukar atau diganti dengan simbol Al-Quran untuk memisahkan IAIN dari lambang partai politik Islam yang ada di Indonesia pada masa itu. Karena IAIN bukan bagian dari partai politik Islam yang ada di Indonesia.

Perubahan logo IAIN Imam Bonjol pada masa itu terjadi kira-kira pada tahun 1982, dimana perubahan dan penetapan logo tersebut melalui SK. Pada saat perubahan simbol ka‟bah menjadi simbol kitab Al-Qur‟an

51 Drs. Yulizal Yunus, Mantan Ketua Humas dan Dosen Fakultas Adab IAIN Imam

(41)

ditukar tanpa adanya sayembara, perubahan tersebut di ganti oleh tim panitianya pada masa itu.52

Simbol Ka‟bah yang terdapat pada logo menunjukan arah kiblat umat Islam. Untuk penetapan logo ini ditetapkan melalui adanya kesepakatan bersama pada masa itu sehingga penetapan logo tersebut resmi di gunakan untuk logo IAIN Imam Bonjol yang resmi berdiri di Padang tahun 1966. Tulisan Arab Jami‟ah, Islamiyah dan Al-Hukumiyah yang terdapat pada logo IAIN memiliki tafsiran kata per-kata yaitu Al-Jami‟ah yang artinya perguruan tinggi, Al-Islamiyah artinya Islam sedangkan Al-Hukumiyah artinya negeri, jadi Perguruan Tinggi Islam Negeri. Sebelum IAIN diresmikan logo IAIN sudah dirumuskan dan dibentuk pada waktu itu. Setiap IAIN yang berdiri di Indonesia memiliki logo yang sama, hanya saja yang membedakannya ialah simbol kekhususan daerah seperti logo IAIN Imam Bonjol yang terdapat simbol atap rumah gadang yang menunjukan daerah Minangkabau Sumatera Barat.

Filosofi simbol yang terkandung dalam logo IAIN adalah sebagai berikut:

a. Tulisan Imam Bonjol yang terdapat di dalam logo berfilosofikan tentang pejuang agama di Minangkabau pada masa itu yang bernama

52 Raicul Amar, Mantan Kepegawaian IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara

(42)

Imam Bonjol yang merupakan seorang tokoh pahlawan dan pejuang agama.

b. Dua buah bulu angsa yang berisikan tentang keilmuan.

c. Kitab Al-Qur‟an yang merupakan kitab seluruh umat Islam yang menjelaskan tentang ke Islaman.

d. Rumah Adat Minang kabau yang melambangkan bentuk rumah gadang yang terdapat di Minangkabau.

Logo IAIN di bentuk beriringan saat peresmian IAIN pada tahun 1966, logo IAIN mengalami perubahan pada tahun 1982, yang awalnya berbentuk simbol ka‟bah simbol yang awalnya berbentuk simbol ka‟bah memiliki tulisan kaligrafi yang bertulisan jamiah, Islamiyah Al-Hukumiyah yang menonjolkan nuansa keagamaan, kemudian diganti dengan simbol kitab Al-Qur‟an.

Logo IAIN Imam Bonjol mengalami perubahan pada tahun 1982 yang awalnya melambangkan ka‟bah di ubah menjadi lambang kitab Al-Qur‟an. Karena pada saat itu lambang IAIN memiliki kesamaan lambang dengan simbol partai politik Islam yang ada di Indonesia yaitu partai PPP . untuk menghindari adanya kesamaan simbol dengan partai politik Islam waktu itu maka di tukarlah simbol ka‟bah menjadi simbol kitab suci Al-Quran yang melambangkan dasar ilmu Islam karena IAIN bukanlah bagian dari partai politik tersebut. Perubahan logo pada tahun 1982 karena berdasarkan anjuran pemerintah Menteri Agama melalui surat edaran yang di keluarkan oleh pemerintah waktu itu. Perubahan logo terjadi pada tahun

(43)

1982 ketika dalam pimpinan Sanusi Latif sebagai Rektor IAIN Imam Bonjol Padang.53

Perubahan logo pada tahun 1982 berdasarkan SK, perubahan logo yang melalui panitia rapat senat. Simbol IAIN berubah di sebabkan unsur politis dimana pada saat itu PPP yang merupakan partai politik Islam yang simbolnya memiliki simbol yang sama dengan IAIN, sehingga takutnya nanti dengan hal ini orang akan memahami dan beranggapan bahwa IAIN bagian dari partai politik. Untuk menghindari hal ini di lakukanlah perubahan logo IAIN pada tahun 1982 yang dasarnya ka‟bah di ganti dengan simbol kitab Al-Quran. Karena IAIN tidak ingin menjadi bahagian dari partai politik tersebut. Awalnya logo IAIN memiliki kesamaan dengan logo IAIN yang ada di seluruh Indonesia, hanya saja perbedaan dapat dilihat dari simbol khusus yang terdapat dalam logo yang menunjukkan ciri khas masing-masing logo seperti logo IAIN Imam Bonjol yang terdapat lambang atap rumah adat di dalamnya yang menunjukkan ciri khas daerah Minangkabau sumatera barat sekaligus menunjukkan sepintas lalu bahwa IAIN Imam Bonjol adalah IAIN yang berdiri di Padang. Kesepakatan logo ini di sepakati di Padang.54

Penggunaan logo digunakan sesuai dengan makna simbol yang tersirat dan yang terdapat di dalamnya karena lambang itu mencerminkan lambang kesejahteraan yang terdapat di dalam setiap logo. Maksudnya di

53

Drs.H. Syafrinal, Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang, Wawancara langsung, Padang 28 Agustus 2017

54 Drs. Syamsuar Syam, M.Ag, Mantan Ketua Humas IAIN Imam Bonjol Padang Pada

(44)

sini kita menginginkan dengan melalui setiap simbol yang terdapat di dalamnya dapat di pahami bahwa IAIN mensejahterakan kehidupan dunia akhirat, lahir bathin, dan spiritual, tidak hanya akhirat saja tetapi begitupun juga dengan dunia. Perubahan simbol dibentuk secara kolektif atas Ide petinggi IAIN pada waktu itu yang dirancang kemudian di musyawarahkan secara bersama melalui rapat senat. Dimana rektor memberikan wewenang kepada suatu panitia untuk merancang simbol kemudian di musyawarahkan melalui rapat senat setelah itu kemudian di sahkan oleh Rektor.55

55 Prof.Dr.H, Fachri Syamsuddin, Guru besar IAIN IB Padang, Wawancara langsung,

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengawas melakukan penilaian terhadap Tes Hasil Belajar Akhir Semeter yang disusun oleh guru, secara individu dari guru SD Negeri 1 Kadipaten Kecamatan

Setelah tahap analisis sistem lama selesai dilakukan dan mendapat kesimpulan bahwa sistem lama masih terdapat kelemahan-kelemahan, maka diperlukan pembangunan sistem

Kebijakan Akuntansi merupakan pedoman penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk tujuan umum (general purpose financial statement) yang dapat

Isopoda Oniscidea troglofil terestrial Berwarna putih, bermata dan ditemukan di celah-celah dinding gua dekat air terjun sekitar 1000 m dari mulut gua, perombak Philosciidae

Dalam sistem perdagangan secara online, selain Trading Engine BES juga menyediakan Application Protocol Interface yang merupakan sistem penghubung antara Trading Engine dan

a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Data lapangan yang dikumpulkan pada setiap plot contoh merupakan dimensi tegakan yang dapat mempengaruhi nilai backscatter citra ALOS PALSAR. Data-data plot contoh yang