• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK (STUDI KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK (STUDI KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN

TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK

(STUDI KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)

Oleh :

NUR RACHMAWATI ALFIAH 1105052

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 25 Juni 2010 Deklarator,

Nur Rachmawati Alfiah NIM. 1105052

(5)

MOTTO

ﺎﺗﻮﹸﻗﻮﻣ ﺎﺑﺎﺘِﻛ ﲔِﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺖﻧﺎﹶﻛ ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ ﺍﻮﻤﻴِﻗﹶﺄﹶﻓ ﻢﺘﻨﻧﹾﺄﻤﹾﻃﺍ ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ

﴿

ﺀﺂﺴﻨﻟﺍ

:

١٠٣

Artinya: ... Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An nisa’ 103)

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan pada agamaku, semoga dicatat sebagai ibadahku kepada Allah SWT.

Kepada kedua orang tuaku, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini.

Adik-adikku yang selalu memberikan senyum kehangatan setiap saat. Sahabat terdekatku Mas’ udi, S.Pd.I

Teman – teman kerjaku di Rumah Sehat Holistik ”BHC” Ngaliyan

Teman-teman seperjuangan angkatan 2005, khususnya jurusan BPI yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Trimakasih atas segala bantuan, dukungan dan do’a untuk penulis....

(7)

ABSTRAKSI

Nur Rachmawati Alfiah (051111052), Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Kedisiplinan Shalat Anak Studi Kasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Semarang, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Kajian dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyah Tuntang Kabupaten Semarang. Dua variabel utama dalam penelitian ini adalah bimbingan keagamaan dan kedisiplinan shalat anak.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, khususnya di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek Penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Aisyiyah yang berumur 7-18 tahun yang berjumlah 40 anak, Karena subjeknya kurang dari 100 maka diambil semua, sehingga dalam penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden berupa angket tertutup yang berbentuk rating scale.

Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor kasar. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak. Setelah dilakukan uji analisis data, maka dapat diketahui bahwa Freg= 50.353 lebih besar

dari Ftabel0.01%= 7.31 dan lebih besar dari Ftabel0.05%= 4.08. Dengan demikian

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, yaitu ada korelasi positif dari kedua variabel tersebut, yakni variabel X (bimbingan keagamaan) dan variabel Y (kedisiplinan shalat anak), maka hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang) diterima.

Hasil yang diperoleh, rxy sebesar 0,755 (lihat di tabel uji korelasi). Dalam

hal ini berarti bahwa semakin tinggi bimbingan keagamaan, maka akan semakin tinggi kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 7,55%. Kemudian, nilai tersebut dimasukkan dalam perhitungan nilai koefisien determinasi dengan persentase. Maka nilai kedisiplinan shalat anak yang dipengaruhi oleh bimbingan keagamaan adalah 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 43%. Maka hipotesisis, “ada pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.” Adalah diterima.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahir rohmanir rohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK (STUDI KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)”, yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah IAIN Semarang.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi Muhamad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Adalah suatu kebanggan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik - baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Drs. H. M. Zain Yusuf, MM., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis beserta staf-stafnya yang telah memperlancar proses perkuliahan selama penulis menuntut ilmu.

3. Bapak Komarudin M.Ag selaku Kajur BPI dan Bapak Safrudin, M.ag selaku Sekjur BPI.

4. Para Penguji, Bapak Drs. H. Djasadi, M.Pd. dan Ibu Maryatul Qibtiyah, M.Pd. yang telah menelaah dan membaca secara kritis naskah skripsi ini sejak ujian komprehensif hingga munaqosah.

5. Bapak Drs. Ali Murtadlo, M.Pd dan Bapak Dr. H. Abu Rohmad, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skipsi ini.

6. Bapak Sulistio S.Ag, selaku dosen wali studi yang dengan tulus hati dan kasih sayangnya membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Para dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah mengamalkan ilmunya dan membimbing penulis hingga akhir perkuliahan.

(10)

8. Ibu Hj. Alimah BA, Pengasuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Adik-adikku tersayang (Muchlas dan Ayu) dan seluruh keluargaku tercinta, semoga semuanya selalu dalam lindungan dan pelukan kasih sayang Allah SWT.

11. Sahabat terdekatku Mas’udi, S.Pd.I, yang telah memberikan dorongan semangat untuk terus maju.

12.Teman – teman kerjaku di Rumah Sehat holistik ”BHC” Ngaliyan, Terima kasih Mas...Mbak...!!!

13.Teman-temanku seperjuangan angkatan 2005, khususnya jurusan BPI, (Lekha, Gerti, Istianah, Fazat, Faizah, Ana, Budi, Eko, Fatkhuri, Sonji, Huda, Inza, Mus)

14.Teman- temanku senasib seperjuangan angkatan 2005, di Kos Ungu dan Kos An Nur...(Ipeh dan kawan-kawan)

(11)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i PERSETUJUAN PEMBMBING ... ii PENGESAHAN ... iii PERNYATAAN ... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi ABSTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Tinjauan Pustaka ... 9

1.5. Sistematika Penulisn Skipsi ... 11

BAB II : LANDASAN TEORITIK 2.1. Bimbingan Keagamaan ... 13

2.1.1. Pengertian Bimbingan Keagamaan ... 13

2.1.2. Tujuan Dan Fungsi Bimbingan Keagamaan ... 15

2.1.3. Dasar-dasar Bimbingan Keagamaan ... ... 17

2.1.4. Materi Bimbingan Keagamaan ... 17

2.1.5. Metode Bimbingan Keagamaan ... 18

2.2. Kedisiplinan Shalat Anak ... 19

2.2.1. Pengertian Kedisiplinan Shalat Anak ... 19

(12)

2.2.3. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Shalat ... 24

2.2.4. Waktu-waktu Shalat ... 28

2.3. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Terhadap Kedisiplinan Shalat Anak ... 29

2.4. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III : METODE PENELETIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ... 32

3.2.1.Definisi Konseptual... 32

3.2.2.Definisi Operasional... 33

3.3. Sumber Dan Jenis Data ... 34

3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 35

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.6. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV : DISKRIPSI OBYEK PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang ... 41

4.1.1. Sejarah Berdirinya ... 41

4.1.2. Letak Geografis ... 42

4.1.3. Visi, Misi Panti Asuhan ... 42

4.1.4. Tata Tertib atau Peraturan yang Berlaku ... 44

4.1.5. Sarana dan Prasarana ... 45

4.1.6. Struktur Organisasi ... 46

4.2. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Aisyiyah .. 49

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 51

5.2.1. Data Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang... 52

(13)

5.2.2. Data Kedisiplinan Shalat Anak di Panti Asuhan Putri

Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang... 54

5.2. Pengujian Hipotesis ... 62

5.2.1. Analisis Pendahuluan ... 64

5.2.2. Analisis Uji Hipotesis Lanjut ... 69

5.3. Pembahasan... 71 BAB VI : PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 73 6.2. Saran-saran ... 74 6.3. Penutup ... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

BAB I PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang

Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan tidak baik. Tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan-harapan ini akan lebih mudah terwujud apabila sejak awal, orang tua telah menyadari peranan mereka sebagai orang tua yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak. Seorang anak kecil sulit diharapkan untuk dengan sendirinya bertingkahlaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, mengerti apa yang ditintut lingkungan terhadap dirinya dan sebagainya (Gunarsa, 2000: 60).

Asuhan orang tua merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan rasa, cipta, dan karsa anak. Namun bagaimana dengan anak yang sejak kecil ditinggal oleh orang tua sehingga menjadi anak yatim atau yatim piatu atau hidup pada keluarga yang tidak mampu sehingga anak tidak pernah memperoleh perhatian dan kasih sayang secara wajar, tidak sempat memperoleh pendidikan, pelayanan dan sentuhan dari nilai-nilai agama sejak kecil (Bastaman, 1995: 172).

Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang utuh dan harmonis, tidak mengalami masalah kepribadian (personality problem) yang fatal, berbeda

(15)

sekali dengan anak-anak yang hidup di panti asuhan, yang secara mayoritas mengalami disfungsi keluarga, yaitu telah terjadi gangguan dalam kebutuhan keluarga, seperti hilangnya peran orang tua, tidak adanya hubungan interpersonal antar anggota keluarga seperti anak yang lahir dari perkawinan yang tidak stabil (kemiskinan). Demikian pula sakit yang diderita orang tua baik fisik maupun psikis, keluarga yang terpecah karena bencana alam, perang, meninggalnya orang tua dan lain-lain, dalam hal ini bisa mengakibatkan kepribadian anak bermasalah, kaku dan tidak fleksibel.

Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-anak panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, kenapa atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Menurut persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli dikatakan bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya, maka kiranya perlu diketahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan psikologis yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Perkembangan fisik yang sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak-anak panti asuhan yang sehat sangatlah diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus keluar melampaui pasca terminasi, yaitu dari lingkungan panti asuhan setelah mandiri atau setamat SMU (Hartini, 2001: 110).

(16)

Islam mengajarkan bahwa selain mencari kehidupan dunia jangan sampai melupakan akhirat. Antara kehidupan dunia dan akhirat setidaknya harus seimbang dan masing-masing dikerjakan menurut jadwal waktunya, termasuk dalam hal ibadah shalat yang sudah ditentukan waktu, syarat dan rukun-rukunnya. Dakwah sendiri mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini agar timbul dalam dirinya suatu pengertian kesadaran sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran Islam sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur paksaan (Arifin, 1997: 17).

Menurut Langgulung (1986: 401) bahwa shalat fardlu lima waktu dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseorang. Hal ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Daradjat (1996: 37) bahwa shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi. Karena ketaatan melaksanakan shalat tepat pada waktunya, sesuai dengan syarat dan rukunnya akan menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan dan sesuai dengan rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan pada diri individu tersebut.

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa shalat tepat pada waktunya merupakan salah satu bentuk ketaatan seorang hamba, hal ini sebagaimana ketentuan dalam al-Qur'an yang menegaskan:

(17)

ﹾﺍﻮﹸﻈِﻓﺎﺣ

ﻰﹶﻠﻋ

ِﺕﺍﻮﹶﻠﺼﻟﺍ

ِﺓﹶﻼﺼﻟﺍﻭ

ﻰﹶﻄﺳﻮﹾﻟﺍ

ﹾﺍﻮﻣﻮﹸﻗﻭ

ِﻪﹼﻠِﻟ

ﲔِﺘِﻧﺎﹶﻗ

) .

ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ

:

٢٣٨

(

Artinya: Peliharalah semua shalat, dan shalat wusthaa. Berdirilah

untuk Allah dengan khusyu' (QS. Al Baqarah 238 ).

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺪﻴﺒﻋ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻦﺑ

ٍﺫﺎﻌﻣ

ﻱِﺮﺒﻨﻌﹾﻟﺍ

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻲِﺑﹶﺃ

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﹸﺔﺒﻌﺷ

ِﻦﻋ

ِﺪﻴِﻟﻮﹾﻟﺍ

ِﻦﺑ

ِﺭﺍﺰﻴﻌﹾﻟﺍ

ﻪﻧﹶﺃ

ﻊِﻤﺳ

ﺎﺑﹶﺃ

ٍﺮﻤﻋ

ﻲِﻧﺎﺒﻴﺸﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺐِﺣﺎﺻ

ِﻩِﺬﻫ

ِﺭﺍﺪﻟﺍ

ﺭﺎﺷﹶﺃﻭ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﺭﺍﺩ

ِﺪﺒﻋ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﺖﹾﻟﹶﺄﺳ

ﹶﻝﻮﺳﺭ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻰﱠﻠﺻ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ِﻪﻴﹶﻠﻋ

ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﻱﹶﺃ

ِﻝﺎﻤﻋﹶﺄﹾﻟﺍ

ﺐﺣﹶﺃ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﹸﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺎﻬِﺘﹾﻗﻭ

ﺖﹾﻠﹸﻗ

ﻢﹸﺛ

ﻱﹶﺃ

ﺎﹶﻗ

ﹶﻝ

ﻢﹸﺛ

ﺮِﺑ

ِﻦﻳﺪِﻟﺍﻮﹾﻟﺍ

ﺖﹾﻠﹸﻗ

ﻢﹸﺛ

ﻱﹶﺃ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻢﹸﺛ

ﺩﺎﻬِﺠﹾﻟﺍ

ﻲِﻓ

ِﻞﻴِﺒﺳ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

)

ﻩﺍﻭﺭ

ﻢﻠﺴﻣ

(

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Muadz

al-'An'ary dari Bapakku dari Syu'bah dari al-Walid bin Al-'Aizar, beliau mendengar Abu asy Syaibani berkata: pemilik rumah ini (seraya menunjuk rumah Abdullah) menceritakan kepadaku: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: "Amal manakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah Saw bersabda: salat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah Saw menjawab: kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya sekali lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: kemudian berjuang di jalan Allah (HR. Muslim) (Muslim, tth: 63).

Shalat itu menumbuhkan kesadaran manusia terhadap kesempurnaan dan kelebihan Tuhan, menambah kesadarannya bahwa kebesaran, kekuasaan dan kekayaan yang ada pada manusia hanyalah laksana debu yang amat kecil di dalam udara yang luas ini. Selain dari itu, manusia sadar atas kecintaan dan kasih sayang (Rahman dan Rahim) Ilahi kepada hamba-Nya. Namun, fenomena yang ada sekarang, banyak orang yang tidak disiplin dalam menunaikan shalat, bahkan banyak yang mengabaikan shalat karena mereka tidak mengetahui dan kurang meyakini akan pentingnya shalat serta hikmah yang terkandung dalam shalat itu sendiri.

(18)

Fenomena secara umum ini menjadi salah satu problem dakwah. Dari sinilah arti pentingnya dakwah, dengan dakwah perilaku dan qalbu setiap insan dapat berubah dari sifat mengabaikan waktu dalam shalat berganti dengan kedisiplinan dalam waktu menunaikan shalat. Hal ini hanya bisa dirasakan dari siraman dakwah itu. Itulah sebabnya, Umary (1980: 52) merumuskan bahwa dakwah adalah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar memperoleh kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11) menyatakan, dakwah adalah usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan ketidak wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6).

Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999: 25). Oleh

(19)

karena itu Abu Zahrah menegaskan bahwa dakwah Islamiah itu diawali dengan amr ma'ruf dan nahy munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain lagi mengenai makna amr ma'ruf kecuali mengesakan Allah secara sempurna, yakni mengesakan pada zat sifat-Nya (Zahrah, 1994: 32). Lebih jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Achmad, 1983: 2).

Keanekaragaman pendapat para ahli seperti tersebut meskipun terdapat kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan namun bila dikaji dan disimpulkan bahwa dakwah mencerminkan hal-hal seperti berikut:

1. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana;

2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan)

3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat (Syukir, 1983: 21).

Problematika dakwah secara umum di antaranya yaitu mengembalikan umat Islam ke jalan yang benar termasuk di dalamnya ketaatan seorang

(20)

hamba dalam menunaikan shalat tepat pada waktunya. Problematika ini dapat di atasi antara lain melalui dakwah karena dakwah mengandung amar ma'ruf

nahi munkar. Demikian pula secara individual, bimbingan keagamaan dapat

dijadikan salah satu cara dalam memperkuat dakwah khususnya dalam membentuk kedisiplinan shalat anak.

Fenomena yang terjadi pada anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Semarang sering didapati anak-anak yang kurang disiplin, mengulur-ulur waktu shalat, mengabaikan tata tertib atau peraturan Panti Asuhan dan masih banyak lagi. Mereka beranggapan bahwa shalat merupakan sesuatu pekerjaan yang tidak terlalu penting, sehingga ada sebagian anak-anak yang malas dalam mengerjakan shalat lima waktu, padahal shalat itu adalah suatu kewajiban setiap mukmin dan sudah menjadi peraturan di Panti Asuhan (wawancara dengan salah satu pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Semarang, 25 Juni 2009).

Salah satu bimbingan dari para pengasuh adalah agar semua anak asuh selalu mengamalkan shalat lima waktu dengan intensif atau aktif, karena shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi dan melaksanakan shalat pada waktunya dan membiasakan untuk secara terus menerus melaksanakan pada waktu yang ditentukan (Daradjat, 1996: 37).

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan

Keagamaan Terhadap Kedisiplinan Shalat Anak Di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang”.

(21)

.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “adakah pengaruh

bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang".

.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adakah pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

1.3.2. Manfaat Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Dan memperluas cakrawala pengetahuan tentang bimbingan konseling khususnya bimbingan konseling Islam bagi peneliti khususnya dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada umumnya.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para pengelola Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Untuk masyarakat yang ada disekitarnya penelitian ini

(22)

dapat lebih membuka sikap apresiatif terhadap eksistensi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

1.4. Tinjauan Pustaka

Pertama, skripsi yang berjudul ”Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Perilaku Keagamaan Santri TPA Al-Huda di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang” Oleh Cahyaningsih (2004). Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa bimbingan keagamaan yang dilakukan dengan berbagai cara di TPA Al-Huda misalnya keteladanan pemberian pelatihan atau pembiasaan untuk mempraktekkan shalat, berdoa, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya. Hal ini merupakan salah satu metode untuk memperkenalkan ajaran agama Islam pada diri anak. Metode ini sangat baik bagi anak karena masa anak adalah masa dimana sifat rasa ingin tahunya begitu tinggi sehingga mendorong dia untuk mengimitasi (meniru) ucapan dan perbuatan orang lain.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yusriyah (2004) yang berjudul “Efektifitas Bimbingan Keagamaan terhadap Perubahan Akhlak pada Santri Pimpinan K.H. Amin Budi Harjono”. Pada penelitian ini mengemukakan

tentang upaya merubah akhlak santri menjadi akhlakul karimah dengan menggunakan berbagai metode dalam berbagai bimbingan keagamaan.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Marfungah (2005) yang

berjudul “Pengaruh Intensitas Shalat Lima Waktu terhadap Motivasi

Beragama Anak di Panti Asuhan Darul Hadhonah Semarang”. Kajian dalam

penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan pengaruh intensitas shalat lima waktu terhadap motivasi beragama anak di Panti Asuhan

(23)

Yatim Piatu Darul Hadhonah Semarang. Dua dimensi utama dalam penelitian ini adalah intensitas shalat lima waktu dan motivasi beragama anak. Intensitas shalat lima waktu difokuskan pada empat aspek, yaitu tata cara pelaksanaan shalat, keaktifan waktu pelaksanaan shalat, penghayatan gerak bacaan dalam shalat dan manfaat shalat. Sedangkan motivasi beragama anak terdiri dari dua aspek, yaitu melaksanakan perintah Nya, dan menjauhi larangan Nya.

Gusyanto (2005) yang berjudul “Nilai-Nilai Tentang Pendidikan

Kedisiplinan Shalat Dalam Al Qur’an”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

Al Qur’an sebagai Kitabullah terakhir telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Terdapat ajaran Shalat yang terkandung di dalamnya sembilan puluh sembilan kata. Adapun ajaran kedisiplinan Shalat adalah: 1). kedisiplinan waktu terkandung dalam QS. Al- Baqarah ayat 238, 2). Ketepatan waktu terkandung di dalam QS. An- Nisa ayat 103, 3). Kebiasaan disiplin terkandung di dalam QS. Hud ayat 114 dan QS. Al- Isra’ ayat 78.

Dari penelitian tersebut di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa penelitian terdahulu masih bersifat umum yaitu hanya membahas kedisiplinan shalat pada anak tanpa mengkaitkan dengan bimbingan keagamaan dalam konteks dakwah. Sedangkan penelitian yang penulis susun ini secara spesifik hendak membahas “Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Kedisiplinan

(24)

1.5.Sistematika Penulisan

Bab Pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan tinjauan pustaka.

Bab Kedua adalah kerangka dasar penelitian teoritik. Pada bab ini dibagi menjadi 3 sub bab. Sub bab pertama berisi deskripsi teoritik bimbingan keagamaan yang meliputi: pengertian bimbingan keagamaan, fungsi dan tujuan bimbingan keagamaan, materi bimbingan keagamaan, dan metode bimbingan keagamaan. Sub bab kedua menjelaskan tentang deskripsi kedisiplinan shalat anak yang terdiri dari pengertian kedisiplinan shalat anak, dasar hukum perintah shalat, bentuk-bentuk kedisiplinan shalat dan waktu shalat. Sub bab ketiga adalah hipotesis penelitian.

Bab Ketiga berisi metode penelitian yang mencakup jenis dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data.

Bab Keempat berisi gambaran umum di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yang meliputi tinjauan historis, letak geografis, tujuan dan fungsi, struktur organisasi, serta sarana dan prasarana di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

Bab kelima adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini dibagi menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama menjelaskan tentang hasil tentang hasil penelitian yang berisi deskriptif data penelitian. Sub bab kedua menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian. Sub bab ketiga

(25)

menjelaskan tentang pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

Bab Keenam merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORITIK

2.1. Bimbingan Keagamaan

2.1.1. Pengertian Bimbingan Keagamaan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata “to guide” yang artinya menunjuk-kan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Jadi bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen, 2002: 3).

Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan pendapat, bahwa kata "agama" itu bahasa Arabnya, din atau millah. Kata din makna aslinya ketaatan atau pembalasan, adapun millah makna aslinya perintah (Ali, tth: 3). Ada pula yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, jadi berarti tidak kacau (Mu'in, 1992: 112). Menurut Jalaluddin (1998: 11) mendefinisikan agama adalah bentuk keyakinan yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.

(27)

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang definisi bimbingan keagamaan:

a) Menurut Faqih (2001: 61)

Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b) Menurut Arifin (1997: 2)

Bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan di masa kini dan di masa mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah.

c) Menurut Adz-Dzaki (2001: 137)

Bimbingan keagamaan adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana sehingga seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kepribadianya, keimanan dan keyakinanya sehingga dapat menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar

(28)

secara mandiri yang berpandangan pada Al-Qur’an dan As-Sunah Rasulullah SAW.

d) Menurut Hallen (2002: 22)

Bimbingan keagamaan adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di bumi dan berfungsi untuk menyembah, mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam semesta.

Dari beberapa pengertian bimbingan keagamaan diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Keagamaan

Tujuan bimbingan keagamaan adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Musnamar, 1992: 33).

(29)

Tujuan bimbingan keagamaan sebagaimana diungkapkan oleh Faqih (2001: 62) adalah sebagai berikut:

1) Membantu individu atau kelompok individu mencegah timbulnya masalah-masalah dalam kehidupan keagamaannya. 2) Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kehidupan keagamannya.

3) Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan problem dengan syariat islam.

4) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik.

Sedangkan fungsi bimbingan keagamaan menurut Musnamar (1992: 34) adalah meliputi empat fungsi yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. 3) Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar

situasi dan kondisi yanng semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).

4) Fungsi development atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi

(30)

yang telah baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya. 2.1.3. Dasar-Dasar Bimbingan Keagamaan

Adapun dasar bimbingan keagamaan adalah sebagaimana firman Allah dalam surat dan hadist dibawah ini:

a). Surat Ali-Imran Ayat 104

ﻦﹸﻜﺘﹾﻟﻭ

ﻢﹸﻜﻨِﻣ

ﹲﺔﻣﹸﺃ

ﹶﻥﻮﻋﺪﻳ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﺮﻴﺨﹾﻟﺍ

ﹶﻥﻭﺮﻣﹾﺄﻳﻭ

ِﻑﻭﺮﻌﻤﹾﻟﺎِﺑ

ﹶﻥﻮﻬﻨﻳﻭ

ِﻦﻋ

ِﺮﹶﻜﻨﻤﹾﻟﺍ

ﻚِﺌﹶﻟﻭﹸﺃﻭ

ﻢﻫ

ﹶﻥﻮﺤِﻠﹾﻔﻤﹾﻟﺍ

﴿

ﻝﺁ

ﻥﺍﺮﻤﻋ

:

١٠٤

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan

umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran:104)

b). Hadist Riwayat Bukhari

ﺍﻮﻐﻠﺑ

ﲎﻋ

ﻮﻟﻭ

ﻪﻳﺍ

)

ﻩﻭﺭ

ﺎﺨﺒﻟﺍ

ﻯﺭ

(

Artinya: “Sampaikanlah segala sesuatu dari pada-ku

meskipun hanya satu ayat”. (HR. Bukhari) (Rafiudin, 1997:29).

2.1.4. Materi Bimbingan Keagamaan

Materi bimbingan keagamaan adalah semua bahan yang disampaikan terhadap anak, materi bimbingan yang menjadi sasaran bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Materi yang disampaikan dalam proses bimbingan keagamaan disini adalah sebagai berikut:

(31)

a. Aqidah

Aqidah secara bahasa berarti ikatan. Secara terminology berarti landasan yang mengikat keimanan, itu sebabnya ilmu tauhid sebagai ketentuan- ketentuan dasar mengenai keimanan seorang muslim adalah merupakan landasan dari segala perilakunya (Daradjat. 1984: 318).

b. Syari’ah

Syari’ah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (Daradjat, 1984: 302).

c. Akhlak

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti atau perangai atau tingkah laku. Secara terminologis akhlak merupakan perilaku manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan selaras dengan pertimbangan akal (Faqih dan Mua’lim, 1998: 85). 2.1.5. Metode Bimbingan Keagamaan

Dalam bimbingan keagamaan diperlukan pendekatan atau metode yang sesuai dengan kondisi objek bimbingan tersebut. Adapun metode bimbingan keagamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(32)

a) Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari dari orang tua yang berpengaruh kepada anak-anaknya. Dalam hal ini seorang pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan anak-anak yang tingkah laku cara berbuat dan berbicara akn ditiru oleh mereka (Marimba, 1989: 85).

b) Metode nasehat

Nasehat adalah menyampaikan perkataan yang baik kepada seseoarang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya ( Aziz, 2004: 13). Nasehat yang tulus, berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir, maka nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya.

2.2. Kedisiplinan Shalat Anak

2.2.1. Pengertian Kedisiplinan Shalat Anak

Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dan mendapat konfiks ke-an. Menurut bahasa disiplin mempunyai arti taat. Sedangkan pengertian kedisiplinan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a. Soegeng Prijodarminto (1994: 23) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

(33)

dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.

b. Anoraga (2001: 46) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib.

c. Kaith Davis dalam R.A. Santoso Sastropoetra (1988: 288) mengartikan disiplin sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung jawab

d. Soebari (1994: 164) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah peurutan terhadap syatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk untuk terciptanya tujuan peraturan itu.

Dari beberapa pengertian kedisiplinan yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap taat dan patuh tanpa membantah dalam memberlakukan tata tertib, berupa hukum atau perintah, atau sistem yang kesemuanya itu terkait dengan ruang dan waktu.

Sedangkan pengertian shalat menurut bahasa adalah do’a, menurut syara’ yaitu menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba kepada Tuhannya mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusuk dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan dengan syarat dan rukun tertentu (Al-Habsyi, 1994: 105).

(34)

Hasbi Ash-Siddieqy (1991:84) memberikan definisi shalat berarti ”do’a” memohon kebajikan dan pujian. Sedangkan menurut M. Machfud (1992: 15) kata shalat menurut bahasa berarti ”do’a” dan menurut istilah adalah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Adapun yang dimaksud dengan anak adalah manusia yang masih kecil (Poerwadarminta, 1982: 38 ). Menurut Tunggal (2003: 9) anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Akan tetapi yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah anak asuh, yaitu semua anak yang diasuh dan bertempat tinggal di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dan anak tersebut berusia di bawah 18 tahun.

Menurut Aristoteles perkembangan anak lahir sampai dewasa dalam tiga periode:

a) 0 – 7 = masa kanak-kanak b) 7 – 14 = masa anak sekolah, dan

c) 14 – 21 = masa pubertas (Soejanto, 2005: 238).

Perkembangan agama anak melalui beberapa fase ( peneliti disini meneliti yang berumur 7-18 tahun ). Fase ini merupakan fase kenyataan (the realistic stage), pada masa ini kebutuhan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realist) dan pada masa ini ide keagamaan didasarkan atas dorongan emosional, hingga daat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan

(35)

senang pada lembaga keagamaan yang dikelola oleh orang dewasa di lingkungan mereka (Jalaluddin, 2001:67)

Kedisiplinan Shalat Anak yang dimaksud dalam penelitian disini adalah ketaatan atau kepatuhan anak dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu sesuai rukun, syarat-syarat dan waktu yang telah ditentukan secara konsisten.

2.2.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Kedisiplinan Shalat

Pelaksanaan shalat lima waktu telah diatur sedemikian rupa dalam Al-qur’an maupun Al-hadist yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini penulis memaparkan sebagian dari dasar al-qur’an maupun hadist tentang dasar hukum pelaksanaan shalat wajib. 1) Dasar Al-Qur’an a. Surat An-Nisa’ 103

ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ

ﻢﺘﻴﻀﹶﻗ

ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ﺍﻭﺮﹸﻛﹾﺫﺎﹶﻓ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﺎﻣﺎﻴِﻗ

ﺍﺩﻮﻌﹸﻗﻭ

ﻰﹶﻠﻋﻭ

ﺟ

ﻢﹸﻜِﺑﻮﻨ

ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ

ﻢﺘﻨﻧﹾﺄﻤﹾﻃﺍ

ﺍﻮﻤﻴِﻗﹶﺄﹶﻓ

ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ﱠﻥِﺇ

ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ﺖﻧﺎﹶﻛ

ﻰﹶﻠﻋ

ﲔِﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ

ﺎﺑﺎﺘِﻛ

ﺎﺗﻮﹸﻗﻮﻣ

﴿

ﺀﺂﺴﻨﻟﺍ

:

١٠٣

Artinya: Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian

apabila kamu Telah merasa aman, Maka

Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

(36)

b. Surat Hud 114

ِﻢِﻗﹶﺃﻭ

ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ِﻲﹶﻓﺮﹶﻃ

ِﺭﺎﻬﻨﻟﺍ

ﻭ

ﺎﹰﻔﹶﻟﺯ

ﻦِﻣ

ِﻞﻴﱠﻠﻟﺍ

ﱠﻥِﺇ

ِﺕﺎﻨﺴﺤﹾﻟﺍ

ﻦﺒِﻫﹾﺬﻳ

ِﺕﺎﹶﺌﻴﺴﻟﺍ

ﻚِﻟﹶﺫ

ﻯﺮﹾﻛِﺫ

ﻦﻳِﺮِﻛﺍﱠﺬﻠِﻟ

﴿

ﺩﻮﻫ

:

١١٤

Artinya: Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

c. Al-Isra’ 78

ِﻢِﻗﹶﺃ

ﹶﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ِﻙﻮﹸﻟﺪِﻟ

ِﺲﻤﺸﻟﺍ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﻖﺴﹶﻏ

ِﻞﻴﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻥَﺁﺮﹸﻗﻭ

ِﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ

ﱠﻥِﺇ

ﹶﻥَﺁﺮﹸﻗ

ِﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﻬﺸﻣ

ﺍﺩﻮ

﴿

ﺀﺁﺮﺳﻻﺍ

:

٧٨

Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir

sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat ).

2) Dasar Hadist

Hadist yang diriwayatkan oleh Al-turmudzi tentang shalat diawal waktu.

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺪﻴﺒﻋ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻦﺑ

ٍﺫﺎﻌﻣ

ﻱِﺮﺒﻨﻌﹾﻟﺍ

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﻲِﺑﹶﺃ

ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ﹸﺔﺒﻌﺷ

ِﻦﻋ

ِﺪﻴِﻟﻮﹾﻟﺍ

ِﻦﺑ

ِﺭﺍﺰﻴﻌﹾﻟﺍ

ﻪﻧﹶﺃ

ﻊِﻤﺳ

ﺎﺑﹶﺃ

ﻭٍﺮﻤﻋ

ﻲِﻧﺎﺒﻴﺸﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺐِﺣﺎﺻ

ِﻩِﺬﻫ

ِﺭﺍﺪﻟﺍ

ﺭﺎﺷﹶﺃﻭ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﺭﺍﺩ

ِﺪﺒﻋ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﺖﹾﻟﹶﺄﺳ

ﹶﻝﻮﺳﺭ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﻰﱠﻠﺻ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ِﻪﻴﹶﻠﻋ

ﻢﱠﻠﺳﻭ

ﻱﹶﺃ

ِﻝﺎﻤﻋﹶﺄﹾﻟﺍ

ﺐﺣﹶﺃ

ﻰﹶﻟِﺇ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

(37)

ﹸﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺎﻬِﺘﹾﻗﻭ

ﺖﹾﻠﹸﻗ

ﻢﹸﺛ

ﻱﹶﺃ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻢﹸﺛ

ﺮِﺑ

ِﻦﻳﺪِﻟﺍﻮﹾﻟﺍ

ﺖﹾﻠﹸﻗ

ﻢﹸﺛ

ﻱﹶﺃ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

ﻢﹸﺛ

ﺩﺎﻬِﺠﹾﻟﺍ

ﻲِﻓ

ِﻞﻴِﺒﺳ

ِﻪﱠﻠﻟﺍ

)

ﻩﺍﻭﺭ

ﻢﻠﺴﻣ

(

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin

Muadz 'An'ary dari Bapakku dari Syu'bah dari al-Walid bin Al-'Aizar, beliau mendengar Abu asy Syaibani berkata: pemilik rumah ini (seraya menunjuk rumah Abdullah) menceritakan kepadaku: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: "Amal manakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah Saw bersabda: salat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah Saw menjawab: kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya sekali lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: kemudian berjuang di jalan Allah (HR. Muslim) (Muslim, tth: 63).

2.2.3. Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Shalat

Disiplin menjadi prasyarat terbentuknya kepribadian yang unggul dan sukses. Sikap yang terbiasa teratur adalah cerminan kepribadian. Kepribadian yang teratur dapat dilihat pada bentuk kedisiplinan menjalankan ibadah shalat. Adapun bentuk-bentuk kedisiplinan shalat antara lain:

1) Melaksanakan Shalat tepat waktu

Masing-masing shalat fardhu 'ain mempunyai batas-batas waktu tertentu, yang harus digunakan untuk mengerjakannya, atau dengan kata lain setiap shalat fardhu 'ain harus dikerjakan tepat waktu atau pada waktu-waktu yang telah ditentukan oleh Syara'. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah dalam Al-Qur'an Surat (4) An Nisa', ayat 103. Keterangan mengenai waktu-waktu

(38)

shalat fardhu 'ain, dalam Al-Qur'an hanya ditunjukkan secara ringkas atau dalam garis besarnya saja, sebagaimana yang terdapat pada Surat (1,1) Hud, ayat 114. Surat (17) Al-Isra', ayat 78 dan Surat (20) Thaha, ayat 130, Sedangkan keterangan secara terperinci mengenai waktu-waktu shalat, terdapat dalam hadits-hadits (Daradjat, et .al, 1995: 80).

2) Melaksanakan shalat sesuai syarat dan rukunnya

Dalam hukum islam menempatkan soal tertib itu sebagai salah satu unsur yang menentukan sah tidaknya suatu ibadah. Masing-masing ibadah mempunyai tata tertib yang jelas dan kebaikan menerapkan tata tertib mempengaruhi keabsahan ibadah. Shalat merupakan ibadah ritual yang paling banyak muatan unsur kedisiplinan karena tahap pelaksanaanya sendiri mulai dari niat dan takbir sampai kepada tasyahud dan salam.

Adapun tentang syarat dan rukun shalat adalah sebagai berikut:

(a) Syarat sah shalat

Yang menjadi syarat sahnya shalat meliputi suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempat dari najis, menutup aurat, mengetahui masuknya waktu shalat dan menghadap kiblat. (Shidieqi, 1997: 998).

(39)

(b) Rukun Shalat

Rukun shalat ada 13 yaitu : niat, takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar), berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat fardhu (boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit) membaca surat al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat, rukuk dengan tuma’ninah, I’tidal dengan tuma’ninah, sujud dua kali dengan tuma’ninah, duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah, duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat nabi pada tasyahud akkhir, membaca salam yang pertama, tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut) ( Rifa’i, 2006: 33).

3) Konsisten dalam menjalankan ibadah shalat

Salah satu indikator konsisten yaitu terus menerus. Shalat yang diterima Allah Swt adalah shalat yang dilaksanakan secara layak dengan kebesaran Allah. Kalau tidak demikian tidaklah diterima karena amal-amal manusia dibagi dua:

pertama, amal yang dikerjakan secara terus menerus dengan

mempertautkan hati kepada Allah Swt serta mengingat kebesaran dan kudratnya. Kedua, amal yang dilakukan karena telah menjadi adat kebiasaan dilakukan dengan hati yang lalai. Anggota tubuh melaksanakan amal, tetapi hati dan jiwa dalam kelalaian (Shiddieqy, 2001: 222)

(40)

4) Kesadaran dalam menjalankan ibadah shalat

Kesadaran dalam menjalankan shalat muncul karena disebabkan faktor seseorang atau anak dengan sadar bahwa dengan disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal dan keteraturan dalam hidup, karena dengan kesadaran shalat yang tinggi maka akan tercipta kedisisiplinan yang dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan anak.

5) Kekhusukan dalam melaksanakan shalat

Shalat lima waktu merupakan darmawisata Ketuhanan yang diwajibkan Allah kepada hamba-Nya dalam waktu yang terpencar siang dan malam. Di kala shalat, seorang muslim melepaskan dirinya dari urusan dunia dan mencurahkan seluruh perhatian dan ingatan kepada Tuhan, berupa takbir, berbisik dengan Allah, mohon pertolongan dan petunjuk dari pada-Nya. Kemudian tunduk berlutut dan bersujud di haribaan Tuhan menggambarkan Kebesaran Tuhan sepenuhnya, sehingga berhadapan dengan kebesaran Ilahi. Perjalanan batin yang menuju Kebesaran Tuhan itu, pasti dapat melapangkan dada, melegakan hati, meringankan penderitaan serta menyampaikan kepada keinginan yang baik. Rasulullah sendiri, bila dirundung kemusykilan (kesulitan), beliau dengan cepat shalat (Syaltut, 1985: 84).

(41)

Kekhusukan dalam shalat merupakan komponen ruh (jiwa dalam shalat), harus dipenuhi selain komponen lahiriyahnya (syarat dan rukun). Begitu pentingnya khusuk dalam shalat sehingga diibaratkan sebagai ruh dalam tubuh, sebagaimana ungkapan ”Shalat tanpa khusuk ibarat tubuh tanpa ruh” (Agus: 105)

2.2.4. Waktu-Waktu Shalat

Ajaran Islam sangat menekankan kepada pemeluknya untuk selalu berdisiplin dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam berusaha menggunakan waktu dan sebagainya. Banyaknya sumpah Allah SWT dengan menggunakan kata waktu, seperti demi waktu dhuha, demi masa, hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan akan pentingnya waktu.

Shalat fardlu itu ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Kita diperintahkan menunaikan shalat-shalat itu di dalam waktunya masing-masing. Adapun waktu pelaksanaan shalat menurut Rifa’i (2006: 62), adalah sebagai berikut:

a) Shalat zhuhur

Awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah telah sama panjangnya dengan sesuatu itu.

(42)

b) Shalat Ashar

Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai terbenamnya matahari.

c) Shalat Maghrib

Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq ( awan senja) merah.

d) Shalat Isya’

Waktunya dari mulai dari terbenam syafaq ( awan senja) hingga terbit fajar.

e) Shalat Subuh

Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari.

2.3. Pengaruh Bimbingan Keagamaaan Terhadap Kedisiplinan Shalat Anak Bimbingan keagamaan pada dasarnya adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang (pembimbing) dalam rangka memberikan bantuan kepada setiap individu agar Ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Seperti telah diketahui, bimbingan tekanannya pada upaya pencegahan munculnya masalah pada diri seseorang. Bimbingan keagamaan merupakan proses untuk membantu seseorang agar: (1) memahami bagaimana ketentuan dan petunjuk Allah tentang (kehidupan) beragama, (2)

(43)

menghayati ketentuan dan petunjuk tersebut, (3) mau dan mampu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah untuk beragama dengan benar (beragama Islam) itu, yang bersangkutan akan bisa hidup bahagia dunia dan di akhirat, karena terhindar dari resiko menghadapi problem-problem yang berkenaan dengan keagamaan (kafir, syirik, munafik, tidak menjalankan perintah Allah sebagaimana mestinya dan lain sebagainya) (Musnamar, 1992: 143).

Dengan bimbingan keagamaan, seorang anak dapat memahami arti pentingnya kedisipilinan shalat. Shalat mendidik orang menjadi rajin dan disiplin. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan, atau penanaman kebiasaan, yang menekankan pada pembentukan kebiasaan untuk bersikap patuh dan taat yang dapat membentuk semangat penguasaan diri dan pengendalian diri. Latihan-latihan shalat yang teratur merupakan pengarahan dalam kehidupan anak. Kalau latihan-latihan itu dipatuhi, maka akan berubah menjadi bentuk disiplin yang akan memberi kepastian dan efisiensi perilakunya.

Memperhatikan keterangan tersebut, maka ada pengaruh antara bimbingan keagamaan dengan kedisiplinan shalat yaitu bimbingan keagamaan dapat membantu anak memahami arti penting dan manfaat shalat tepat pada waktunya. Selain itu, bimbingan keagamaan dapat membantu anak memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya dan membantu anak menetapkan pilihan upaya pemecahan problem dengan syariat Islam. Korelasi tersebut menunjukkan ada keterkaitan yang erat antara

(44)

bimbingan keagamaan dalam membentuk kedisiplinan anak untuk shalat tepat pada waktunya.

Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik.

Berkaitan dengan hal tersebut, bimbingan keagamaan sangat berperan sekali dalam menyelesaikan problem keagamaan anak, khususnya yang menyangkut pelaksanaan ibadah shalat.

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. (Sudjana, 1992: 9)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh

antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak (StudiKasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang)”.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena data-data yang diperoleh nantinya berupa angka-angka. Dari angka yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data. Instrumen penelitian ini menggunakan angket untuk mencari data penelitian yang disusun berdasarkan variabel yang akan diteliti, karena penelitian ilmiah harus didasarkan penelitian yang obyektif. Untuk itu perlu diterapkan metode yang tepat. Dan karena penelitian ini penelitian kuantitatif, maka hasilnya dengan perhitungan statistik, yaitu dengan menggunakan rumus regresi linier satu prediktor untuk menganalisis data yang telah diperoleh (Hadi, 2004: 2).

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional 3.2.1. Definisi Konseptual

A. Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2001: 61).

Menurut Arifin (1997: 2) bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan

(46)

baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan di masa kini dan di masa mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah.

B. Kedisiplinan Shalat

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (Purwadarminto, 1984:254). Sedangkan shalat yang dimaksud adalah rukun islam yang kedua, berupa ibadah kepada Allah SWT, yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mukallaf, dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, dilengkapi dengan syarat, rukun, gerakan dan bacaan tertentu; doa kepada Allah (Depdikbud, 1996: 80).

3.2.2. Definisi Operasional A. Bimbingan Keagamaan

Maksud bimbingan keagamaan dalam penelitian ini adalah proses pemberian bantuan kepada anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyah Tuntang Kabupaten Semarang agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan nilai-nila yang terkandung di dalam

(47)

Al-Qur’an dan As-Sunah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Indikator dari bimbingan keagamaan dalam penelitian ini adalah:

a) Pembimbing

b) Materi Bimbingan Keagamaan c) Metode Bimbingan Keagamaan B. Kedisiplinan Shalat

Kedisiplinan shalat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketaatan atau kepatuhan anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dalam melaksanakan kewajiban shalat yang diperintahkan Allah SWT secara tertib, tepat waktu, sesuai rukun dan syarat-syaratnya. Shalat yang dimaksud dalam variabel ini adalah hanya mencakup shalat fardlu saja yang sering diajarkan kepada anak. Adapun indikator kedisiplinan shalat dalam penelitian ini adalah:

a. Ketepatan waktu dalam menjalankan shalat fardlu lima waktu. b. Konsistensi dalam melaksanakan shalat fardlu lima waktu.

3.3. Sumber dan Jenis Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 1998: 129). Sedangkan menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua yaitu:

(48)

3.3.1. Sumber Data

a. Sumber Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian (Bungin, 2005: 122). Data primer dalam penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2005: 122). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa buku–buku yang ada relevansinya dengan kajian penelitian.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yang berjumlah sebanyak 40 anak.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008: 81). Pengambilan sampel ini didasarkan pada pertimbangan dan acuan umum dari pengambilan sampel Arikunto, yaitu apabila subyek kurang dari 100,

(49)

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20%-25% atau lebih dari populasi yang ada (Arikunto, 2006: 134).

Karena populasi kurang dari 100, maka peneliti mengambil semua sampel yang berjumlah 40 anak panti asuhan, sehingga dalam penelitian ini disebut penelitan populasi.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Angket

Angket adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1998: 117). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bimbingan keagamaan dan data tentang kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Angket yang diujicobakan sebanyak 30 untuk instrument angket tentang bimbingan keagamaan dan 30 instrumen angket kedisiplinan shalat. Dari 30 item instrumen angket bimbingan keagamaan yang valid 20 item, sedangkan dari 30 item instrumen angket kedisiplinan shalat yang valid 24 item dengan perincian sebagai berikut:

(50)

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Bimbingan Keagamaan No Variabel

Penelitian

Indikator Deskriptor Nomor Item

1 Bimbingan Keagamaan 1. Pembimbing 2. Materi 3. Metode a. Memiliki Keahlian b. Berakhlakul karimah a. Akidah b. Syariah c. Akhlak a. Keteladanan b. Nasehat 1, 2 3, 4, 5, 6 , 14 7 8 9, 10, 11 12, 18, 20 13, 15, 16, 17, 19 Jumlah 20 Tabel 2

Kisi-kisi angket kedisiplinan Shalat anak No Variabel

Penelitian

Indikator Deskriptor Nomor Item

1 Kedisiplinan Shalat

1. Tepat Waktu

2. Konsisten

a. Sesuai dengan waktu b. Bersegera a. Terus menerus 1, 4, 6, 13 2, 18 3, 8, 11, 15, 16, 21, 23,

(51)

b. Tidak melalaikan 5, 7, 9, 10, 12, 14, 17, 19, 20, 22 Jumlah 24

Pengukuran skala menggunakan empat alternatif jawaban, ”SS”, ”S”, ”TS”, ”STS”. Skor jawaban mempunyai nilai 1-4.

Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut: jawaban ”Sangat Setuju” (SS) memperoleh nilai (4), ”Setuju” (S) memperoleh nilai (3), ”Tidak Setuju” (TS) memperoleh nilai (2), ”Sangat Tidak Setuju” (STS) memperoleh nilai (1).

3.5.2. Observasi

Metode observasi adalah bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986: 136). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengamati situasi panti asuhan dan sasaran obyek penelitian, yakni Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

3.5.3. Wawancara

Wawancara atau interviu adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2009: 113). Metode ini digunakan untuk

(52)

mengumpulkan data tentang bimbingan keagamaan dan kedisiplinan shalat dengan cara mewawancarai pembimbing, dan pengasuh panti asuhan.

3.5.4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Tehnik ini digunakan untuk melakukan pencarian data tertulis yang meliputi kondisi geografi, kondisi monografi dan gambaran umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

3.6. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Adapun langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data ini adalah:

a. Analisis statistik deskriptif

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis data dengan menggunakan metode deskriptif analitik analisis. Metode deskriptif ini digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap rata-rata hitung, standar deviasi, median dan modus dari setiap variabel penelitian. Metode deskriptif ini juga digunakan untuk menggambarkan

(53)

jawaban-jawaban observasi. Metode deskriptif ini mengacu pada transformasi data mentah kedalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan.

b. Analisis uji hipotesis

Untuk menuju kebenaran hipotesis yang peneliti ajukan, langkah selanjutnya adalah perhitungan nilai dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus analisis regresi liner satu prediktor sebagai berikut: 1) Mencari persamaan garis regresi

Y= aX + K

2) Mencari koefisien korelasi antar prediktor x dengan kriterium y melalui teknik korelasi moment tangkar dari pearson:

( )( )

2 2 y x xy rxy ∑ ∑ ∑ =

(54)

3) Analisis Varians (Hadi, 2004: )

Sumber Variasi Db JK RK Freg

Regresi (reg) 1 N y y K ry a∑ + ∑ −(∑ ) reg reg db JK Residu (res) N-2 ∑y2−aryKy res res db JK Total (T) N-1 N y y 2 2−(∑ ) ∑ - res reg RK RK Keterangan: N : Jumlah Responden

X : Nilai variabel X (Intensitas Bimbingan Penyuluhan Islam)

Y : Nilai variabel Y (Frustasi Akibat Kemiskinan)

XY : Jumlah perkalian antara X dan Y

Y2 :Kuadrat nilai

: Sigma (jumlah)

Jk : Jumlah kuadrat

Db : Banyaknya N setiap jumlah bervariasi dikurangi 1.

4) Analisis lanjut

Pada analisis ini digunakan pengolahan lebih lanjut dari analisis, jika Freg lebih besar dari Ftabel 5% atau Ftabel 1%, maka

signifikan (hipotesis yang diterima), dan jika Freg lebih kecil

dari Ftabel 5% atau Ftabel 1% maka non signifikan (hipotesis

Gambar

Tabel 4  Sarana dan Prasana
Tabel Anova untuk Uji Signifikansi Regresi Y atas X  Y = 50.353 + 1731.926X

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu sugesti yang diberikan kepada penonton yaitu, kita sebagai manusia belajarlah dari sebuah pohon yang berbuah manis sehingga banyak yang menyukai kita,

Hal serupa juga disampaikan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, berdasarkan wawancara dengan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, masih banyak dijumpai kesalahan yang

Lembaga pemasyarakatan (LP) dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengingatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perkembangan Industri Sarung Tenun dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat di Desa Beji, Kecamatan

dengan variabel terikat (kepuasan kerja pada karyawan) yang dipengaruhi.. dan diberi

Tujuan dari penulisan dokumen ini adalah untuk menjelaskan secara umum pilihan beasiswa jika ingin melanjut sekolah di Taiwan, dokumen apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas skripsi dengan judul “Pengaruh Terpaan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Cara aman menggunakan gas LPG