DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN
PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI
AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
TRI UTAMI
NIM 11110119
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN
PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI
AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
TRI UTAMI
NIM 11110119
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Tri Utami
NIM : 11110119
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN
DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI
ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 14 Januari 2015
Pembimbing
Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
KEMENTRIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga `http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2014
DISUSUN OLEH
TRI UTAMI
NIM: 11110119
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada
tanggal 20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Benny Ridwan, M.Hum.
Sekretaris Penguji : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Penguji I : Rasimin, S.PdI., M.Pd.
Penguji II : Dra. Maryatin, M.Pd.
Salatiga, 20 Februari 2015
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
KEMENTRIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tri Utami
NIM : 11110119
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 14 Januari 2015
Yang menyatakan,
MOTTO
Katakanlah: “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna hidup serta langkah bijak dalam meniti
lika-liku kehidupan.
Kepada...
Bapak dan Ibuku tersayang yang telah memberikan do’a-do’anya yang tulus, nasehat yang bijak, juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya baik materiil maupun spirituil, you are my everything.
Adikku tercinta; Ahmad Syukri Baihaqi.
Kakak-kakakku tersayang; Eni Rachmawati dan Siti Fajriyah.
Kakak iparku; Eko Bachtiar Rifa’i dan Suroso.
Kedua ponakanku yang selalu membuatku tersenyum; Vian Yanuar Rifa’i dan
Hanan Arif Farhan.
Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan do’a.
Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang begitu berharga.
Sahabat-sahabat setia yang selalu menemaniku dari awal masuk kuliah sampai saat ini; Febri Istanti dan Fadhulil Jannah. Terima kasih karena kalian telah melukis kenangan indah dalam hidupku. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai kapanpun.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, khususnya PAI C yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Teman-teman KKN; Kak Sari,Kak Sofy, Tante Dewi, Mami Triyanah, Om Rijal, Pakde Mursalin, dan Koko Aras.
Chochochips girls; Beb Tina, Beb Vita, Beb Zia’ul, Beb Rini, and Beb Lasmi. Thanks for everything Bebs.
ABSTRAK
Tri Utami. 2014. Deskripsi Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan Sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Kata Kunci: Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan Sosial
Pendidikan berlangsung melalui beberapa proses dan tahapan. Salah satu proses yang sangat berpengaruh adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Tetapi sampai saat ini masih banyak anak-anak yang kehilangan perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang mengalami berbagai masalah sehingga keluarga gagal memenuhi fungsi dan perannya secara memadai. Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah berupa didirikannya lembaga sosial kesejahteraan anak yaitu Panti Asuhan.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang? (2) Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan keagamaan anak-anak asuhnya? (3) Bagaimana pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang? (4) Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan sosial anak-anak asuhnya?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu display data, reduksi data, dan verifikasi data.
KATA PENGANTAR
ّﺮﻠﺍﷲﻡﺴﺒ ّﺮﻠﺍﻥﻤﺤ
ﻡﻴﺤ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2014”. Skripsi ini merupakan salah satu sayarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam
di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas
sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Rasimin, S.PdI., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.
3. Drs. Djoko Sutopo, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi.
4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan
pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat
5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
6. Ibu Hj. Alimah BA, Pengasuh, dan anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang.
7. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan
moril dan materil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya
skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam
penulisan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Salatiga, 14 Januari 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN LOGO... ii
HALAMAN JUDUL... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
2. Kehadiran Peneliti ... 9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10
4. Sumber Data ... 11
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12
6. Analisis Data ... 16
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 16
8. Tahap-tahap Penelitian ... 18
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Keagamaan ... 22
1. Pengertian ... 22
2. Ajaran-ajaran Agama Islam ... 24
3. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 27
4. Tujuan Pendidikan Keagamaan ... 31
5. Metode yang digunakan dalam Pendidikan Keagamaan ... 31
B. Pendidikan Sosial ... 37
1. Pengertian ... 37
2. Metode Pendidikan Sosial ... 40
3. Tujuan Pendidikan Sosial ... 43
1. Pengertian ... 45
2. Landasan Hukum ... 46
3. Tujuan Panti Asuhan ... 48
4. Fungsi Panti Asuhan ... 49
5. Penerima Pelayanan dalam Panti Asuhan ... 50
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan ... 51
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan ... 51
2. Kondisi Lingkungan Panti Asuhan ... 52
3. Visi, Misi, dan Tujuan Panti Asuhan ... 52
4. Struktur Organisasi ... 53
5. Daftar Anak Asuh ... 55
6. Daftar Aktivitas Keseharian Anak ... 57
7. Tata Tertib dan Sanksi Pelanggaran ... 58
8. Sarana Prasarana ... 59
9. Jalinan Kerja Sama dan Sumber Dana ... 60
B. Temuan Penelitian ... 61
1. Hasil Wawancara dengan Pengurus dan Pengasuh ... 61
2. Hasil Wawancara dengan Anak Asuh ... 68
BAB IV ANALISIS DATA A. Pendidikan Keagamaan ... 73
C. Pendidikan Sosial ... 81
D. Upaya Panti Asuhan untuk Membina Pendidikan Sosial ... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Anak Asuh ... 54
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Panti Asuhan ... 54
Tabel 3.3 Daftar Anak Asuh Tahun 2014 ... 55
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ... 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna
dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Manusia lahir dengan membawa
fitrahnya masing-masing, yaitu seperangkat potensi yang dapat dijadikan
sebagai bekal dalam menjalankan tugasnya di bumi ini. Potensi-potensi
tersebut diberikan kepada manusia agar manusia bisa hidup harmonis dan
dapat mempertanggungjawabkan atas segala potensi-potensi yang telah
mereka gunakan. Potensi manusia dapat berkembang dengan sendirinya,
akan tetapi perkembangan itu tidak akan maksimal jika tidak melalui
proses tertentu, yaitu proses pendidikan (Darajat, 2011:17).
Pendidikan sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi
manusia kearah yang lebih baik, dan berguna bagi kehidupan manusia di
masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan adanya proses
pendidikan, potensi-potensi yang ada pada diri manusia dapat
dikembangkan secara maksimal. Adapun pendidikan berlangsung melalui
beberapa proses dan tahapan. Salah satu proses yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan manusia baik fisik maupun psikis adalah proses
pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dalam keluarga terjalinlah interaksi
edukatif yang dapat membentuk akhlak anak. Orang tua adalah teladan
orang tua dalam keluarga adalah mengurus keperluan materiil anak,
menciptakan suatu home bagi anak-anaknya, dan mendidik anak-anaknya
(Hartomo, 1993:83)
Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan yang
baik sejak dalam keluarga, maka perkembangannya akan mendapat
hambatan dan cenderung menuju ke arah yang kurang baik, karena tidak
ada yang memimpin dan mengarahkannya. Disini keutuhan keluarga
sangat diperlukan dan penting dalam proses pengasuhan. Kehadiran orang
tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan
orang tua untuk melaksanakan pendidikan. Melalui interaksi dalam
keluarga, anak akan mempelajari pola-pola tingkah laku dan sikap untuk
mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Ma‟ruf Zurayk
(1997:23) mengemukakan bahwa seorang anak akan menyerap pola
perilaku yang umum berlaku di mana ia berada yang kemudian
mengkristal pada tingkah lakunya. Dengan demikian, kesuksesan atau
kegagalan seseorang kembali pada pendidikan di mana anak mendapatkan
pada masa kecilnya, dan ini merupakan tanggung jawab keluarga.
Keadaan tersebut akan terasa berbeda bagi anak yang tidak
mempunyai keluarga secara utuh, seperti perceraian kedua orang tua, krisis
ekonomi keluarga, meninggalnya salah satu orang tua atau bahkan
keduanya, yang kemudian menyebabkan terputusnya interaksi sosial
merasa terabaikan. Salah satu cara atau solusi yang mungkin dapat
dilakukan adalah dengan menempatkan anak-anak tersebut di sebuah Panti
asuhan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara
mengasuh anak dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang dilakukan orang
tua dalam lingkungan keluarga.
Panti Asuhan memberikan peranan penting dalam memelihara
tumbuh kembang anak asuh, juga dalam memberikan pendidikan yang
baik bagi anak asuh, karena pendidikan merupakan salah satu hak yang
harus dipenuhi. Apalagi melihat realita dewasa ini, masalah pendidikan
semakin menjadi perhatian dikalangan masyarakat. Kedudukan pendidikan
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas,
beriman dan bertakwa kepada Allah. Oleh karena itu, sebuah Panti Asuhan
akan memberikan bekal pendidikan formal dan informal kepada anak-anak
asuhnya. Secara formal, anak-anak asuh dimasukkan ke sekolah-sekolah
untuk mendapatkan perbekalan ilmu pengetahuan dari guru, sedangkan
secara informal Panti Asuhan memberikan pelatihan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di dalam maupun di luar panti sebagai wujud nyata
pengalaman sehari-hari. Dengan adanya kegiatan-kegiatan positif di
lingkungan Panti Asuhan diharapkan mampu menanggulangi pergaulan
anak-anak asuh yang terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendidikan keagamaan dan
sosial menjadi salah satu unsur yang paling penting bagi perkembangan
permasalahan yang kompleks, yang memunculkan perhatian bagi kita
semua. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata krama
kehidupan sosial dan etika moral dalam pergaulan, yang menyebabkan
munculnya sejumlah efek negatif di lingkungan masyarakat. Untuk itu
perlu adanya kesadaran bahwa manusia tidak akan bisa hidup tanpa
bantuan orang lain, sehingga hubungan sosial antar sesama akan terjalin
dengan baik. Di sinilah pentingnya sebuah pendidikan sosial diberikan
kepada anak-anak asuh demi keberlangsungan hidup bermasyarakat.
Selain itu anak-anak asuh harus dikontrol secara kejiwaan melalui
pendidikan keagamaan, karena munculnya berbagai persoalan yang
melatarbelakangi terjadinya penyakit sosial di masyarakat banyak terjadi
pada anak-anak dan remaja. Apalagi di tengah arus globalisasi, dimana
ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan
kehidupan manusia. Masuknya budaya asing yang diterima begitu saja
akan mengakibatkan bergesernya norma-norma dan nilai moral dalam
masyarakat. Dengan adanya pendidikan keagamaan, anak-anak asuh bisa
terarahkan kepada hal-hal yang positif dan dapat mengendalikan diri
terhadap hal-hal yang bersifat negatif.
Panti Asuhan Putri Aisyiyah merupakan salah satu dari ribuan
panti asuhan yang ada, yang selama ini banyak membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial anak-anak asuhnya. Panti asuhan ini berfungsi sebagai
lembaga sosial yang mencukupi segala kebutuhan anak-anak asuhnya,
memberikan ketrampilan-ketrampilan sebagai bekal untuk kehidupannya
dikemudian hari.
Panti Asuhan Putri Aisyiyah berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik untuk anak-anak asuh agar mereka tidak kehilangan suasana seperti
dalam keluarga yang utuh. Panti asuhan ini juga memberikan pelayanan
kesejahteraan kepada semua anak asuh dengan memenuhi kebutuhan fisik,
mental, dan sosial agar kelak mereka mampu bersosialisasi dan hidup
layak di tengah-tengah masyarakat.
Letak Panti Asuhan Putri Aisyiyah sangatlah strategis, karena
berada di sebelah jalur utama Solo-Semarang, tepatnya di daerah Tuntang.
Daerah tersebut merupakan wilayah tempat tinggal penulis. Sebagai salah
satu warga setempat, penulis sering memperhatikan kehidupan sosial
anak-anak asuh di Panti Asuham tersebut. Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang telah menghasilkan output yang berkualitas, diantaranya adalah
menjadi guru, pegawai bank, pegawai rumah sakit, pegawai puskesmas,
dan sebagainya.
Terkait dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis
merumuskan judul penelitian “DESKRIPSI PENDIDIKAN
KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN
PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat
penelitian, agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas. Dalam
penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014?
2. Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan keagamaan
anak-anak asuhnya?
3. Bagaimana pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014?
4. Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan sosial anak-anak
asuhnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.
2. Untuk mengetahui upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan
keagamaan anak-anaka asuhnya.
3. Untuk mengetahui pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.
4. Untuk mengetahui upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
positif untuk semua kalangan masyarakat, baik manfaat secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Secara teoritis
Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai
pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan, serta dapat
memperkaya kepustakaan.
2. Secara praktis
a. Dapat memberikan pengetahuan bagi anak-anak asuh Panti Asuhan
Putri Aisyiyah tentang bagaimana keadaan pendidikan keagamaan
dan sosial yang selama ini mereka ikuti di Panti Asuhan, sehingga
dapat menyikapi untuk proses selanjutnya.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi pengurus dan pengasuh Panti Asuhan
Putri Aisyiyah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi
anak-anak asuhnya sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik.
c. Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan maksud
yang terkandung dalam istilah-istilah pada judul skripsi ini, maka penulis
akan menjelaskan istilah-istilah pokok dalam skripsi sebagai berikut:
1. Pendidikan keagamaan
a. Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263)
pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.
Ngalim Purwanto (2007:5) mengemukakan bahwa
pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan.
b. Keagamaan
Berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau
Dari pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan
pendidikan keagamaan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang untuk mempersiapkan seseorang dapat memahami agama
dan dapat mengamalkan ajaran tersebut.
2. Pendidikan sosial
Pendidikan sosial adalah proses menjadikan seseorang dapat
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya
(Murshafi, 2009:31).
3. Panti asuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) Panti asuhan
adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim
piatu dan sebagainya.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian, sebuah metode mutlak diperlukan karena metode
merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2008:4)
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data
lapangan. Sedangkan instrumen pengumpul data yang lain selain
manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa
dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan
hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.
Peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data yang diterima
secara terperinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, kehadiran peneliti
secara langsung dilapangan adalah sebagai tolak ukur keberhasilan
untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti
secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya
disini mutlak dilakukan.
3. Lokasi dan waktu penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang, Kabupaten Semarang.
Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai
berikut:
1) Letaknya strategis, karena Panti Asuhan Putri Aisyiyah
terletak di pinggir jalan raya Solo-Semarang, tepatnya di Jl.
Fatmawati No 71 Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah.
2) Mudah dijangkau dengan alat transportasi, baik transportasi
3) Alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan
dengan upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya pendidikan keagamaan dan sosial bagi
anak-anak asuh. Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah memiliki
kegiatan yang teratur dan struktur organisasi yang
terprogram dan berjalan dengan lancar.
b. Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang dimulai pada bulan September
2014.
4. Sumber data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan.
Sumber data lapangan dalam penelitian ini terdiri dari dua dua sumber
data, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari
lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan-tindakan
yang ada merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan
dengan mengamati ataupun mewawancarai. Peneliti menggunakan
data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang
pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
2) Pengasuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
3) Anak-anak asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh secara tidak
langsung dan digunakan untuk memperkuat data primer. Data
sekunder diperoleh dari berbagai macam sumber bacaan.
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku-buku yang terkait dengan pendidikan keagamaan dan sosial,
arsip-arsip, dokumen, laporan-laporan kegiatan, dan profil Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
5. Prosedur pengumpulan data
a. Observasi (pengamatan)
Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap sesuatu obyek yang menggunakan alat indera
(Arikunto, 2002:133). Adapun cara yang digunakan adalah
mengadakan pengamatan langsung di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk
mengamati dan melihat kegiatan-kegiatan pendidikan yang diikuti
oleh anak-anak asuh yang berhubungan dengan keagamaan dan
sosial.
b. Wawancara
Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksud
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2008:186).
Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang
pendidikan keagamaan dan pendidikan sosial di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah dengan mewawancarai pengurus, pengasuh, dan
anak-anak asuh Panti Asuhan.
Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan keagamaan
a) Pendidikan keagamaan anak-anak asuh
(Teori/pengetahuan dan Praktek/amalan)
(1) Akidah (Rukun Iman)
(2) Syari‟ah/syari‟at (Ibadah, Rukun Islam)
Shalat wajib dan shalat sunnah (shalat
tahajud, dhuha, qobliyah ba‟diyah)
Puasa wajib dan puasa sunnah (puasa
senin-kamis)
Membaca al-qur‟an dengan benar
Hafalan juz „ama
(3) Akhlak (Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak
terhadap Allah, Akhlah terhadap sesama, Akhlak
Cara berpakaian
Hubungan dengan sesama
Cara menjaga lingkungan
Perlakuan terhadap tanaman-tanaman
b) Upaya yang dilakukan untuk membina pendidikan
keagamaan anak asuh
(1) Pengajaran
(2) Pengajian/mentoring
(3) Mewajibkan shalat lima waktu berjamaah
(4) Kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan
(5) Memfasilitasi kegiatan keagamaan anak asuh
(membangunkan dan menyediakan makan sahur,
membangunkan untuk shalat malam)
(6) Perpustakaan (menyediakan buku-buku
keagamaan)
2) Pendidikan sosial
a) Pendidikan sosial anak-anak asuh
(1) Interaksi/hubungan antara anak asuh dengan
sesama
(2) Interaksi/hubungan antara anak asuh dengan para
pengasuh dan pengurus Panti Asuhan
(4) Perilaku anak di dalam maupun di luar Panti
Asuhan
(5) Menyayangi sesama
(6) Saling membantu/gotong royong
(7) Saling menasehati
(8) Merawat teman yang sedang sakit
b) Upaya yang dilakukan untuk membina pendidikan sosial anak asuh
(1) Bimbingan konseling
(2) Membentuk jadwal piket kebersihan dan piket memasak
(3) Belajar kelompok
(4) Pembagian kamar (seumuran/campuran)
(5) Mengawasi pergaulan anak asuh ketika di luar Panti Asuhan
(6) Izin sebelum keluar
(7) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sosial (8) Mengikut sertakan anak-anak asuh dalam kegiatan
di luar Panti Asuhan (lingkungan masyarakat) c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk
memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu data
tentang keadaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah secara keseluruhan,
diantaranya keadaan bangunan, kepengurusan, presensi anak-anak
6. Analisis data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya, menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2008:248)
Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya
dalam bentuk uraian atau laporan terinci
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk
dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,
difokuskan pada hal-hal yang penting
c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari
makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk
menjawab tujuan penelitian.
7. Pengecekan keabsahan data
Ada empat kriteria yang digunakan dalam pengecekan keabsahan
data yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), kepastian
Adapun yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kepercayaan (credibility)
Kreadibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelaahan
data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat
dicapai. Adapun teknik dalam menentukan kredibilitas ini adalah
memperpanjang masa observasi, menggunakan bahan referensi,
membicarakan dengan orang lain serta mengadakan member check.
Hal ini dimaksudkan jika dalam memberikan pertanyaan dalam
wawancara masih ada materi yang belum terjawab, maka akan
dilakukan pepanjangan wawancara sampai peneliti merasa cukup
diinformasikannya.
b. Kebergantungan (dependability)
Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda
melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Yang dapat dilakukan
dalam penelitian kualitatif adalah mengumpulkan data sebanyak
mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk
mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data
yang sudah dipolakan. Responden dengan pertanyaan yang sama,
dan akan menghasilkan jawaban yang sejanis juga. Maka peneliti
mengumpulkan data yang berkenaan dengan hasil responden
Aisyiyah Tuntang kemudian dikelompokkan (dipolakan) sesuai
dengan kebutuhan.
8. Tahap-tahap penelitian
a. Tahap sebelum kelapangan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis
mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan pendidikan
keagamaan dan sosial. Selain itu, dalam tahap ini terdapat beberapa
kegiatan yaitu penentuan fokus penelitian, persiapan alat dan
penelitian yang mencakup observasi lapangan, dan permohonan
ijin kepada subyek yang diteliti.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap pekerjaan lapangan meliputi pengumpulan sumber data
dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan
dan sosial di Panti Asuhan yang diperoleh dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Penulis melakukan penelitian secara
langsung di lapangan agar mengetahui berbagai hal yang
berhubungan dengan fokus penelitian dan untuk memperoleh
data-data yang dibutuhkan, sehingga penulis dapat bertanggung jawab
atas validitas data yang diperoleh dari penelitian.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data meliputi analisis data, baik yang diperoleh
melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi di Panti
dengan fokus masalah yang diteliti. Selanjutnya melakukan
pengecekan keabsahan data yang telah diperoleh sehingga data
benar-benar valid.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahap penyusunan
data-data yang diperoleh secara sistematis. Dalam penulisan laporan
penelitian ini tentunya mencakup serangkaian kegiatan penelitian
mulai dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan
kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan mudah dimengerti,
maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam
lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian pustaka, Bab III Paparan
data dan hasil temuan penelitian, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup.
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini dijelaskan mengenai telaah pustaka dan
keagamaan, ajaran-ajaran agama Islam, dasar pendidikan
agama Islam, tujuan pendidikan keagamaan, metode
yang digunakan dalam pendidikan keagamaan,
pengertian pendidikan sosial, pendekatan-pendekatan
dalam pendidikan sosial, metode pendidikan sosial,
tujuan pendidikan sosial, pengertian panti asuhan,
landasan hukum, tujuan panti asuhan, fungsi panti
asuhan, dan penerima pelayanan dalam panti asuhan.
BAB III : Paparan data dan temuan penelitian
Pada bab ini diterangkan mengenai gambaran umum
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, yang meliputi
sejarah berdirinya panti asuhan, tujuan didirikannya panti
asuhan, visi misi, pengurus dan pengasuh panti asuhan,
daftar anak asuh, sumber dana, jadwal kegiatan di Panti
Asuhan, sarana prasarana, dan temuan penelitian yang
berupa paparan hasil wawancara.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang
meliputi pendidikan keagamaan dan sosial anak-anak
asuh, dan upaya yang dilakukan pengurus dan pengasuh
Pendidikan sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan
penelitian dan saran dalam penulisan skripsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan keagamaan
1. Pengertian
Istilah pendidikan berasal dari kata didik, yang mendapat awalan
pe dan akhiran an yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya). Noeng Muhadjir dalam Fatah Yasin (2008:16)
menyatakan bahwa istilah pendidikan merupakan terjemahan dari
bahasa Yunani, yaitu paedagogos, yang berarti penuntun anak. Dalam
bahasa Romawi dikenal dengan educare, yang artinya membawa
keluar (sesuatu yang ada di dalam). Bahasa Belanda menyebut istilah
pendidikan dengan nama opvoeden, yang berarti membesarkan atau
mendewasakan, atau voden artinya memberi makan. Dalam bahasa
Inggris disebutkan dengan istilah educate/education, yang berarti to
give moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan
melatih intelektual.
Dalam bahasa arab, pendidikan berasal dari lafal at-tarbiyah.
Sedangkan at-tarbiyah berasal dari tiga kata: pertama,
ﻰ
َﺑ
َﺮ
-
ى
ُﺑﺮ
َﻴ
(raba-yarbu) yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua,
َﻰ
ِﺑ
َﺮ
-
ﻰ
َﺑﺮ
َﻴ
(rabiya-yarba) yang berarti menjadi besar. Ketiga,
ّﺏ
َﺮ
-
ُّﺏ
ُﺮ
َﻴ
(rabba-yarubbu) yang berarti memperbaiki, menguasai, menuntun, menjaga,
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Istighfarotur Rahmaniyah, 2010:51)
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat.
Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan
individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk
memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat
generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka (Hery Noer
Aly, 2003:1)
Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan arti pendidikan
sebagai berikut:
a. M. Noor Syam (2003:7) berpendapat bahwa Pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindera
serta ketrampilan-ketrampilan)
b. Menurut Ahmad Tafsir (1992:6) pendidikan adalah usaha
meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup
melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal, maupun
non formal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan dalam
definisi ini adalah seluruh aspek kepribadian.
c. Menurut Winarno Surahmad (1980:13) pendidikan adalah satu
usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik.
Sedangkan keagamaan berasal dari kata dasar agama yang
berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau
berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2007:12)
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
pendidikan keagamaan adalah proses pengubahan sikap dan dan tata
laku seseorang untuk mempersiapkan seseorang dapat memahami
agama dan dapat mengamalkan ajaran tersebut.
2. Ajaran-ajaran Agama Islam
a. Akidah
Menurut etimologi, akidah adalah ikatan, sangkutan.
Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau
gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah
iman atau keyakinan. Karena itu akidah islam sering ditautkan
Kedudukannya sangat sentral dan menjadi titik tolak kegiatan
seorang muslim (Muhammad Daud Ali, 2008:199)
Pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah
rukun iman adalah sebagai berikut:
1) Keyakinan kepada Allah
2) Keyakinan kepada Malaikat
3) Keyakinan kepada kitab-kitab suci
4) Keyakinan kepada Nabi dan Rasul Allah
5) Keyakinan akan adanya hari akhir
6) Keyakinan pada kada dan kadar
b. Syari‟ah/Syari‟at
Syari‟ah/Syari‟at berasal dari kata Syar‟i, secara harfiah
berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut ajaran
Islam, Syari‟at ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap
muslim. Sebagai jalan hidup, ia merupakan the way of life umat
Islam. Menurut Imam Syafi‟i dalam kitab ar Risalah, Syari‟at
adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan
kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai
tingkah laku manusia (Muhammad Daud Ali, 2008:235)
Hukum Islam dalam pengertian Syari‟at dapat dibagi ke dalam
dua bidang, yaitu bidang ibadah dan mu‟amalat (Darajat,
1) Ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan
do‟a. Dilihat dari pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi menjadi
tiga, yakni:
a) Ibadah jasmaniah-rohaniah, yaitu ibadah yang merupakan
perpaduan jasmani dan rohani, misalnya shalat dan puasa.
b) Ibadah rohaniah dan maliah, yaitu ibadah perpaduan rohani
dan dan harta, misalnya zakat.
c) Ibadah jasmaniah, rohaniah, dan maliah (harta) sekaligus,
contohnya yaitu ibadah haji.
2) Mu‟amalat
Perkataan mu‟amalat mengandung makna pengaturan
hubungan antar manusia. Hubungan yang diatur adalah
hubungan perdata dan hubungan publik. Hubungan perdata
adalah hubungan individu dengan individu, hubungan individu
dengan benda. Hubungan publik adalah hubungan individu
dengan masyarakat (umum) atau negara.
c. Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Arab akhlaq, bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khulq, yang
secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabi‟at (Rachmat Djatnika, 1987:25). Dalam kepustakaan, akhlak
laku) mungkin baik, dan mungkin buruk. Akhlak-akhlak yang
dicontohkan di dalam Al-qur‟ah dan Al-hadits menurut
Muhammad Daud Ali (2008:356) adalah sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)
a) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apapun dan siapapun
b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya
c) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah d) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah
e) Menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar f) Memohon ampunan hanya kepada Allah
g) Bertaubat hanya kepada Allah
h) Tawakkal (berserah diri) kepada Allah 2) Akhlak terhadap makhluk
a) Akhlak terhadap manusia
(1) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) (2) Akhlak terhadap orang tua
(3) Akhlak terhadap diri sendiri
(4) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat (5) Akhlak terhadap masyarakat
b) Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup) (1) Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan (2) Menjaga dan memanfaatkan alam
(3) Menyayangi sesama makhluk 3. Dasar pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai
dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut adalah:
a. Dasar Religius
Yang dimaksud dasar Religius adalah dasar-dasar yang
bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat
Al-Qur‟an maupun Hadits. Menurut ajaran Islam bahwa melaksanakan
ibadah kepada-Nya (Munzier, 2003:37). Sebagaimana Firman
Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6:
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim:6)b. Dasar dari segi Yuridisch/hukum
Yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari
undang-undang yang secara langsung maupun tidak langsung
dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di
sekolah-sekolah maupun di lembaga formal di Indonesia (Fatah
Yasin, 2008:30)
1) Dasar ideal
Yakni dasar dari falsafah negara adalah pancasila di mana
sila yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, ini
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasanya harus
2) Dasar strukturil/konstitusional
Yakni dasar dari UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2 yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaan itu
Bunyi dari pasal di atas mengandung pengertian bahwa
bangsa Indonesia harus beragama. Negara melindungi umat
beragama untuk menunaikan setiap ajaran agamanya. Untuk
dapat menunaikan ibadah dengan baik, maka perlu adanya
pendidika agama.
3) Landasan operasional
Yang dimaksud dengan landasan operasional adalah dasar
yang mengatur secara langsung pelaksanaan pendidikan di
sekolah-sekolah di Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam
TAP MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada
prinsipnya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama
secara langsung dimasukkan dalam kurikulum sekolah mulai
dari sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi.
c. Dasar sosial psikologis
Semua manusia di dunia ini membutuhkan suatu pandangan
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang Maha
Kuasa, tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.
Mereka akan merasa tenang tatkala mereka dapat mendekat dan
mengabdikan diri kepada Allah (Abdurrahman An-Nahlawi,
1989:40). Hal ini senada dengan firman Allah dalam QS. Ar Ra‟d
ayat 28:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat-ingat Allah-lah hati menjadi tentram (QS. Ar
Ra‟d: 28)
Karena itu manusia akan selalu berusaha mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara yang benar. Itulah sebabnya bagi
orang-orang beragama diperlukan adanya pendidikan agama ke arah yang
benar. Mereka dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran
yang benar. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke
generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama
4. Tujuan pendidikan keagamaan
a. Tujuan umum
Tujuan pendidikan keagamaan yaitu berusaha mendidik
individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan
baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
b. Tujuan khusus
Dari tujuan umum pendidikan keagamaan yang berpusat pada
ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan
khusus sebagai berikut:
1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap
dimensi perkembangannya; rohaniah, emosional, sosial,
intelektual, dan fisik
2) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam
keluarga maupun masyarakat muslim
3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang
benar (Munzier, 2003:142)
5. Metode yang digunakan dalam pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Keluarga merupakan salah satu penunjang pendidikan
keagamaan. Dalam mengasuh dan mendidik anak diperlukan beberapa
metode yang dapat digunakan, menurut Fuaddin (1999:30) metode
pendidikan dengan keteladanan, pendidikan melalui nasehat dan
dialog, pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman.
a. Pendidikan melalui kebiasaan
Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih
diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan,
pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar anak-anak
mampu mengembangkan dirinya secara optimal, pengenalan
simbol-simbol agama, tata cara ibadah (Sholat), bacaan Al-Qur‟an,
do‟a-do‟a dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri
melaksanakan Sholat, membaca dan mengucapkan kalimat
Tayibah.
Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan
pembiasaan dalam pendidikan menurut DR. Armai Arief
(2002:114) adalah sebagai berikut:
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia dini dinilai
waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pembiasaan,
karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam
menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung
akan dapat membentuk kepribadian seorang anak.
2) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara continue, teratur dan
berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah
3) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan
tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak
untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
4) Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis,
hendaknya secara berangsur-angsur dirobah menjadi kebiasaan
yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai
dengan kata hati anak tersebut.
b. Pendidikan dengan keteladanan
Anak-anak khususnya pada usia dini selalu meniru apa yang
dilakukan orang di sekelilingnya. Apa yang dilakukan orang tua
akan ditiru dan diikuti anak. Metode keteladanan memerlukan
sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati dan
dirasakan sendiri oleh anak.
Allah menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan
Nabi Muhammad adalah mengandung nilai paedagogis bagi
manusia (Aat Syafaat dkk, 2008:40). Sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
rahmat Allah dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab:21)
Menurut Abdurahman An-Nahlawi (1992:372) ada beberapa
tipe peneladanan yang terpenting, yaitu:
1) Pengaruh langsung yang tidak disengaja
Dalam kondisi ini pengaruh keteladanan berjalan
secara langsung tanpa disengaja. Ini berarti bahwa setiap
orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknya
memlihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia
bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang
diikuti oleh orang lain.
2) Pengaruh yang sengaja
Kadangkala keteladanan diupayakan secara sengaja.
Sebagai contoh, seorang guru memberikan contoh
membaca yang baik agar murid-murid menirukannya,
imam membaikkan shalatnya untuk mengajarkan shalat
yang sempurna kepada orang lain. Para sahabat telah
mempelajari berbagai urusan agama mereka dengan jalan
mengikuti keteladanan yang sengaja diberikan Rasulullah
SAW. Beliau pernah bersabda kepada para sahabat :
ﻲِّﻟَﺻُﺍﻲِﻨْىُﻤُﺘْﻴَﺍَﺮﺎَﻤَﻜﺍْىُّﻟَﺻ
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
c. Pendidikan melalui nasehat dan dialog
Pada usia dini anak cenderung menganggap orang tua selalu
benar, namun pada saat mereka memasuki fase kanak-kanak akhir,
usia diantara 6-12 tahun mereka mulai berfikir logis, kritis,
membandingkan apa yang ada di rumah dengan apa yang mereka
lihat dari luar. Nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan secara
“absolut” mulai dianggap relatif dan seterusnya. Orang tua
diharapkan mampu menjelaskan, memberikan pemahaman yang
sesuai dengan tingkat berfikir mereka.
d. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman
Penghargaan atau hukuman kadang-kadang diperlukan untuk
memotivasi anak. Pujian dan ucapan-ucapan terima kasih
hendaknya sering diberikan kepada anak yang melakukan
kebaikan. Metode semacam ini secara tidak langsung menanamkan
etika perilakunya menghargai orang lain. Tapi sebaliknya anak
yang membangkang hendaknya diperingatkan. Dalam hal ini
Rasulullah berpesan agar orang tua menyuruh anaknya sholat
ketika usia 7 tahun, dan bila masih belum juga mau melaksanakan
sholat hendaknya diberi hukuman berupa peringata keras.
Rasulullah SAW bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan, ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah antara mereka
ketika mereka tidur”(HR. Abu Daud dan Ahmad)
Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1981:166) Persyaratan
memberikan hukuman pukulan adalah sebagai berikut:
1) Pendidik tidak terburu menggunakan metode pukulan, kecuali
setelah menggunakan semua metode lembut lain yang mendidik
dan membuat jera
2) Pendidik tidak memukul, ketika ia dalam keadaan sangat
marah, karena dikhawatirkan menimbulkan bahaya terhadap
anak
3) Ketika memukul, hendaknya menghindari anggota badan yang
peka, seperti kepala, muka, dada dan perut, berdasarkan
perintah Rasulullah SAW riwayat Abu Daud:
َﻪْﺠَىﻠﺍِﺏِﺭْضَﺘَﻻَى
“... dan janganlah kamu memukul muka (wajah)...”
4) Pukulan pertama untuk hukuman, hendaknya tidak terlalu keras
dan tidak menyakiti
5) Tidak memukul anak sebelum ia berusia sepuluh tahun
6) Jika kesalahan anak adalah untuk pertama kalinya, hendaknya
ia diberi kesempatan untuk bertaubat dari perbuatan yang telah
ia lakukan
8) Jika anak sudah menginjak usia dewasa, dan pukulan sepuluh
kali tidak juga membuatnya jera, maka boleh ia menambah
pukulan dan mengulanginya, sehingga anak menjadi jera.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa dalam mendidik anak
khususnya di lingkungan keluarga diperlukan kiat-kiat khusus agar
pendidikan keagamaan yang diberikan orang tua selaku pendidik
pertama dan utama dapat berhasil dengan baik. Begitu pula dengan
pendidikan keagamaan yang diberikan pada anak-anak di Panti
asuhan.
B. Pendidikan Sosial
1. Pengertian
Pendidikan sosial berasal dari dua suku kata, yaitu pendidikan dan
sosial. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dapat diartikan daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran, dan tubuh anak (Mahfud, 2006:33)
Dalam Dictionary of education dikemukakan bahwa definisi
pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam
masyarakat di amana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial
Pendidikan dalam konteks Islam mengacu pada tiga unsur yaitu
al-tarbiyah, al-ta‟lim dan al-ta‟dib. Dari ketiga istilah tersebut term
al-tarbiyah yang terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam.
Sedangkan term al-ta‟lim dan al-ta‟dib jarang digunakan (Samsul
Nizar, 2002:25)
Sedangkan definisi sosial menurut para ahli sosiologi dan ahli
pendidikan diartikan sebagai berikut:
a. Agus Sujanto (1983:248) berpendapat bahwa sosial berasal dari
kata societis yang mengandung arti masyarakat, kata sosial juga
berasal dari kata sosius artinya teman, dan selanjutnya kata sosial
berarti juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya dalam bentuk yang berlain-lainan.
b. Ahmadi (1984:31) berpendapat bahwa sosial berasal dari bahasa
latin “socius” yang berarti kawan. Yang dimaksud istilah sosial
disini adalah pergaulan serta hubungan antar manusia dan
kehidupan kelompok manusia yang sedikit banyak memiliki
aturan-aturan dan pola hidup tertentu sehingga mendekati satu
kesatuan. Dalam istilah bahasa arab disebut Al mujtama‟. Dan
istilah yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah masyarakat
yang berasal dari bahasa arab yaitu “syarikah” yang berarti
persekutuan.
c. Menurut Hartini G. Karta sapoetra (1992:79) kata sosial diartikan
lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu yang
membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok
yang terorganisir. Juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan
implus-implus yang berhubungan dengan yang lainnya.
d. Menurut kamus sosiologi, sosial adalah hal-hal yang berkenaan
dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses
sosial (Soerjono Soekanto, 1993:464).
Pendidikan sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan
karena manusia menurut tabiatnya, dalam arti sesuai dengan hukum
penciptaan Allah adalah makhluk sosial. Pendidikan sosial
menanamkan orientasi dan kebiasaan sosial positif yang mendatangkan
kebahagiaan bagi individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial,
antar anggota masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia.
Di antara kebiasaan dan orientasi sosial tersebut ialah
pengembangan kesatuan masyarakat, persaudaraan seiman, kecintaan
insani, persamaan, saling tolong, kepedulian, musyawarah, keadilan
sosial, dan perbaikan di antara manusia. Hamidjojo mengemukakan
bahwa pendidikan sosial ialah suatu proses yang diusahakan dengan
sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik (membina, membimbing,
dan membangun) individu dalam lingkungan sosial dan alamnya
supaya secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke
Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan
sosial sebagai berikut:
a. Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1991:1) pendidikan sosial
adalah mendidik manusia sejak kecil agar anak terbiasa
menjalankan perilaku sosial yang baik, dan memiliki nilai
dasar-dasar kejiwaan mulia bersumber pada aqidah dan keimanan yang
mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti anak mampu
bergaul dan berperilaku yang baik, mempunyai keseimbangan akal
yang matang dan tindakan yang bijaksana.
b. Menurut Murshafi (2009:31) pendidikan sosial adalah proses
menjadikan seseorang dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya.
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan sosial
adalah upaya yang dilakukan untuk menjadikan seseorang dapat
bergaul dan berperilaku baik di lingkungan masyarakat.
2. Metode pendidikan sosial
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greek “meta” yang
berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Sedangkan dalam
pengertian yang umum metode diartikan cara mengerjakan sesuatu
(Muzayin Arifin, 2000:97)
Metode juga diartikan sebagai cara yang paling baik, tepat
suatu metode banyak bergantung kepada faktor-faktor yang meliputi
situasi dan kondisi pemakai metode itu sendiri yang kurang memahami
penggunaannya atau tidak sesuai dengan seleranya, atau secara
obyektif metode ini kurang cocok dengan kondisi obyek, dan dalam
metode itu sendiri secara intrinsik tidak memenuhi persyaratan sebagai
metode (Ahmad Tafsir, 1997:9)
Karl Manheim, yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef
(1992:115-117) menunjukkan adanya dua metode yang dapat digunakan dalam
pendidikan sosial yaitu sebagai berikut:
a. Metode langsung
Metode langsung yaitu mengadakan hubungan langsung
secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu-individu yang
bersangkutan, yaitu dengan cara langsung mendatangi dan
memberikan arahan serta bimbingan agar agar orang tersebut
mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan terhadap orang lain,
juga diberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b. Metode tak langsung
Metode tak langsung yaitu mengadakan hubungan secara
tidak langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran,
melainkan sasaran antara. Cara ini juga bisa dimanfaatkan
walaupun tidak secara langsung menghadapi orang, karena dengan
cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah itu dia
Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Abdullah Nashih
Ulwan (1991:102) berkisar pada empat persoalan yaitu:
a. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia
Islam telah memberikan pedoman-pedoman pendidikan
utama pada setiap anggota jiwa masyarakat, baik terhadap
anak-anak maupun pemuda dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia
lagi mantap dan dengan pedoman pendidikan yang abadi.
Untuk menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa
perseorangan atau kelompok, Islam telah memberikan bimbingan
yang bernilai pesan-pesannya yang praktis agar pendidikan sosial
menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga masyarakat tumbuh
berkembang atas dasar kerjasama yang produktif, ikatan yang
kuat, sopan santun yang luhur, dan saling mencintai.
b. Memelihara hak-hak orang lain
Memelihara hak-hak sosial merupakan suatu kelaziman
yang harus disertai dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia,
bahwa dengan ungkapan yang lebih jelas bahwa dasar-dasar
kejiwaan adalah jiwa.
Sedangkan memelihara hak-hak masyarakat merupakan
fenomena lahir, bisa juga dikatakan yang pertama merupakan
rohnya dan yang kedua merupakan jasadnya, maka mustahil bila
yang pertama tidak menghujatkan yang kedua, jika tidak maka
c. Melaksanakan tata krama sosial yang berlaku umum
Menjelaskan etika sosial secara umum, dibentuk atas
dasar-dasar pendidikan yang sebenarnya. Tujuannya, bila sudah dewasa
dia dapat menangkap esensi segala masalah, ia dapat bergaul
dengan sesamanya, di tengah-tengah masyarakat dengan kebaikan
yang maksimal dan simpatik dengan cinta yang utuh, dan dengan
budi pekerti yang luhur.
d. Kontrol dan kritik sosial
Diantara dasar-dasar sosial terpenting dalam membentuk
dan mendidik tingkah laku anak adalah membiasakan sejak dini
untuk melakukan kontrol dan kritik sosial, memelihara setiap
orang yang bergaul dengannya, dan memberikan nasehat pada
orang yang menyimpang dari etika Islam.
Dengan menggunakan metode yang telah diuraikan di atas,
diharapkan para pendidik dapat menerapkannya dalam pelaksanaan
proses pendidikan sosial dalam melaksanakan tugas edukatifnya.
Tujuan pendidikan sosial akan tercapai apabila metode-metode ini
digunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan dalam pendidikan
sosial.
3. Tujuan pendidikan sosial
Suatu pendidikan tak terkecuali pendidikan sosial, tentu memiliki
suatu tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau