• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN

PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI

AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TRI UTAMI

NIM 11110119

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)
(3)

DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN

PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI

AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

TRI UTAMI

NIM 11110119

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(4)

KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Tri Utami

NIM : 11110119

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN

DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI

ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 14 Januari 2015

Pembimbing

Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

(5)

KEMENTRIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga `http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2014

DISUSUN OLEH

TRI UTAMI

NIM: 11110119

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada

tanggal 20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Benny Ridwan, M.Hum.

Sekretaris Penguji : Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Penguji I : Rasimin, S.PdI., M.Pd.

Penguji II : Dra. Maryatin, M.Pd.

Salatiga, 20 Februari 2015

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

(6)

KEMENTRIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Utami

NIM : 11110119

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 14 Januari 2015

Yang menyatakan,

(7)

MOTTO

Katakanlah: “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk

(8)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna hidup serta langkah bijak dalam meniti

lika-liku kehidupan.

Kepada...

Bapak dan Ibuku tersayang yang telah memberikan do’a-do’anya yang tulus, nasehat yang bijak, juga pengorbanan yang tak terhingga nilainya baik materiil maupun spirituil, you are my everything.

Adikku tercinta; Ahmad Syukri Baihaqi.

Kakak-kakakku tersayang; Eni Rachmawati dan Siti Fajriyah.

Kakak iparku; Eko Bachtiar Rifa’i dan Suroso.

Kedua ponakanku yang selalu membuatku tersenyum; Vian Yanuar Rifa’i dan

Hanan Arif Farhan.

Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan do’a.

Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang begitu berharga.

Sahabat-sahabat setia yang selalu menemaniku dari awal masuk kuliah sampai saat ini; Febri Istanti dan Fadhulil Jannah. Terima kasih karena kalian telah melukis kenangan indah dalam hidupku. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai kapanpun.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, khususnya PAI C yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Teman-teman KKN; Kak Sari,Kak Sofy, Tante Dewi, Mami Triyanah, Om Rijal, Pakde Mursalin, dan Koko Aras.

Chochochips girls; Beb Tina, Beb Vita, Beb Zia’ul, Beb Rini, and Beb Lasmi. Thanks for everything Bebs.

(9)

ABSTRAK

Tri Utami. 2014. Deskripsi Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan Sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Kata Kunci: Pendidikan Keagamaan dan Pendidikan Sosial

Pendidikan berlangsung melalui beberapa proses dan tahapan. Salah satu proses yang sangat berpengaruh adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Tetapi sampai saat ini masih banyak anak-anak yang kehilangan perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang mengalami berbagai masalah sehingga keluarga gagal memenuhi fungsi dan perannya secara memadai. Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah berupa didirikannya lembaga sosial kesejahteraan anak yaitu Panti Asuhan.

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana Pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang? (2) Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan keagamaan anak-anak asuhnya? (3) Bagaimana pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang? (4) Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan sosial anak-anak asuhnya?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu display data, reduksi data, dan verifikasi data.

(10)

KATA PENGANTAR

ّﺮﻠﺍﷲﻡﺴﺒ ّﺮﻠﺍﻥﻤﺤ

ﻡﻴﺤ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “DESKRIPSI PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2014”. Skripsi ini merupakan salah satu sayarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam

di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas

sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Rasimin, S.PdI., M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.

3. Drs. Djoko Sutopo, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi.

4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan

pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat

(11)

5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada

penulis.

6. Ibu Hj. Alimah BA, Pengasuh, dan anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang.

7. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan

moril dan materil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya

skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam

penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT

senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Salatiga, 14 Januari 2015

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN LOGO... ii

HALAMAN JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

(13)

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Kehadiran Peneliti ... 9

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

4. Sumber Data ... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12

6. Analisis Data ... 16

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 16

8. Tahap-tahap Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Keagamaan ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Ajaran-ajaran Agama Islam ... 24

3. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 27

4. Tujuan Pendidikan Keagamaan ... 31

5. Metode yang digunakan dalam Pendidikan Keagamaan ... 31

B. Pendidikan Sosial ... 37

1. Pengertian ... 37

2. Metode Pendidikan Sosial ... 40

3. Tujuan Pendidikan Sosial ... 43

(14)

1. Pengertian ... 45

2. Landasan Hukum ... 46

3. Tujuan Panti Asuhan ... 48

4. Fungsi Panti Asuhan ... 49

5. Penerima Pelayanan dalam Panti Asuhan ... 50

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan ... 51

1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan ... 51

2. Kondisi Lingkungan Panti Asuhan ... 52

3. Visi, Misi, dan Tujuan Panti Asuhan ... 52

4. Struktur Organisasi ... 53

5. Daftar Anak Asuh ... 55

6. Daftar Aktivitas Keseharian Anak ... 57

7. Tata Tertib dan Sanksi Pelanggaran ... 58

8. Sarana Prasarana ... 59

9. Jalinan Kerja Sama dan Sumber Dana ... 60

B. Temuan Penelitian ... 61

1. Hasil Wawancara dengan Pengurus dan Pengasuh ... 61

2. Hasil Wawancara dengan Anak Asuh ... 68

BAB IV ANALISIS DATA A. Pendidikan Keagamaan ... 73

(15)

C. Pendidikan Sosial ... 81

D. Upaya Panti Asuhan untuk Membina Pendidikan Sosial ... 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Anak Asuh ... 54

Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Panti Asuhan ... 54

Tabel 3.3 Daftar Anak Asuh Tahun 2014 ... 55

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ... 57

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna

dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Manusia lahir dengan membawa

fitrahnya masing-masing, yaitu seperangkat potensi yang dapat dijadikan

sebagai bekal dalam menjalankan tugasnya di bumi ini. Potensi-potensi

tersebut diberikan kepada manusia agar manusia bisa hidup harmonis dan

dapat mempertanggungjawabkan atas segala potensi-potensi yang telah

mereka gunakan. Potensi manusia dapat berkembang dengan sendirinya,

akan tetapi perkembangan itu tidak akan maksimal jika tidak melalui

proses tertentu, yaitu proses pendidikan (Darajat, 2011:17).

Pendidikan sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi

manusia kearah yang lebih baik, dan berguna bagi kehidupan manusia di

masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan adanya proses

pendidikan, potensi-potensi yang ada pada diri manusia dapat

dikembangkan secara maksimal. Adapun pendidikan berlangsung melalui

beberapa proses dan tahapan. Salah satu proses yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan manusia baik fisik maupun psikis adalah proses

pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dalam keluarga terjalinlah interaksi

edukatif yang dapat membentuk akhlak anak. Orang tua adalah teladan

(18)

orang tua dalam keluarga adalah mengurus keperluan materiil anak,

menciptakan suatu home bagi anak-anaknya, dan mendidik anak-anaknya

(Hartomo, 1993:83)

Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan anak. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan yang

baik sejak dalam keluarga, maka perkembangannya akan mendapat

hambatan dan cenderung menuju ke arah yang kurang baik, karena tidak

ada yang memimpin dan mengarahkannya. Disini keutuhan keluarga

sangat diperlukan dan penting dalam proses pengasuhan. Kehadiran orang

tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan

orang tua untuk melaksanakan pendidikan. Melalui interaksi dalam

keluarga, anak akan mempelajari pola-pola tingkah laku dan sikap untuk

mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Ma‟ruf Zurayk

(1997:23) mengemukakan bahwa seorang anak akan menyerap pola

perilaku yang umum berlaku di mana ia berada yang kemudian

mengkristal pada tingkah lakunya. Dengan demikian, kesuksesan atau

kegagalan seseorang kembali pada pendidikan di mana anak mendapatkan

pada masa kecilnya, dan ini merupakan tanggung jawab keluarga.

Keadaan tersebut akan terasa berbeda bagi anak yang tidak

mempunyai keluarga secara utuh, seperti perceraian kedua orang tua, krisis

ekonomi keluarga, meninggalnya salah satu orang tua atau bahkan

keduanya, yang kemudian menyebabkan terputusnya interaksi sosial

(19)

merasa terabaikan. Salah satu cara atau solusi yang mungkin dapat

dilakukan adalah dengan menempatkan anak-anak tersebut di sebuah Panti

asuhan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara

mengasuh anak dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang dilakukan orang

tua dalam lingkungan keluarga.

Panti Asuhan memberikan peranan penting dalam memelihara

tumbuh kembang anak asuh, juga dalam memberikan pendidikan yang

baik bagi anak asuh, karena pendidikan merupakan salah satu hak yang

harus dipenuhi. Apalagi melihat realita dewasa ini, masalah pendidikan

semakin menjadi perhatian dikalangan masyarakat. Kedudukan pendidikan

diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas,

beriman dan bertakwa kepada Allah. Oleh karena itu, sebuah Panti Asuhan

akan memberikan bekal pendidikan formal dan informal kepada anak-anak

asuhnya. Secara formal, anak-anak asuh dimasukkan ke sekolah-sekolah

untuk mendapatkan perbekalan ilmu pengetahuan dari guru, sedangkan

secara informal Panti Asuhan memberikan pelatihan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan di dalam maupun di luar panti sebagai wujud nyata

pengalaman sehari-hari. Dengan adanya kegiatan-kegiatan positif di

lingkungan Panti Asuhan diharapkan mampu menanggulangi pergaulan

anak-anak asuh yang terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendidikan keagamaan dan

sosial menjadi salah satu unsur yang paling penting bagi perkembangan

(20)

permasalahan yang kompleks, yang memunculkan perhatian bagi kita

semua. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata krama

kehidupan sosial dan etika moral dalam pergaulan, yang menyebabkan

munculnya sejumlah efek negatif di lingkungan masyarakat. Untuk itu

perlu adanya kesadaran bahwa manusia tidak akan bisa hidup tanpa

bantuan orang lain, sehingga hubungan sosial antar sesama akan terjalin

dengan baik. Di sinilah pentingnya sebuah pendidikan sosial diberikan

kepada anak-anak asuh demi keberlangsungan hidup bermasyarakat.

Selain itu anak-anak asuh harus dikontrol secara kejiwaan melalui

pendidikan keagamaan, karena munculnya berbagai persoalan yang

melatarbelakangi terjadinya penyakit sosial di masyarakat banyak terjadi

pada anak-anak dan remaja. Apalagi di tengah arus globalisasi, dimana

ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan

kehidupan manusia. Masuknya budaya asing yang diterima begitu saja

akan mengakibatkan bergesernya norma-norma dan nilai moral dalam

masyarakat. Dengan adanya pendidikan keagamaan, anak-anak asuh bisa

terarahkan kepada hal-hal yang positif dan dapat mengendalikan diri

terhadap hal-hal yang bersifat negatif.

Panti Asuhan Putri Aisyiyah merupakan salah satu dari ribuan

panti asuhan yang ada, yang selama ini banyak membantu meningkatkan

kesejahteraan sosial anak-anak asuhnya. Panti asuhan ini berfungsi sebagai

lembaga sosial yang mencukupi segala kebutuhan anak-anak asuhnya,

(21)

memberikan ketrampilan-ketrampilan sebagai bekal untuk kehidupannya

dikemudian hari.

Panti Asuhan Putri Aisyiyah berusaha memberikan pelayanan yang

terbaik untuk anak-anak asuh agar mereka tidak kehilangan suasana seperti

dalam keluarga yang utuh. Panti asuhan ini juga memberikan pelayanan

kesejahteraan kepada semua anak asuh dengan memenuhi kebutuhan fisik,

mental, dan sosial agar kelak mereka mampu bersosialisasi dan hidup

layak di tengah-tengah masyarakat.

Letak Panti Asuhan Putri Aisyiyah sangatlah strategis, karena

berada di sebelah jalur utama Solo-Semarang, tepatnya di daerah Tuntang.

Daerah tersebut merupakan wilayah tempat tinggal penulis. Sebagai salah

satu warga setempat, penulis sering memperhatikan kehidupan sosial

anak-anak asuh di Panti Asuham tersebut. Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang telah menghasilkan output yang berkualitas, diantaranya adalah

menjadi guru, pegawai bank, pegawai rumah sakit, pegawai puskesmas,

dan sebagainya.

Terkait dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis

merumuskan judul penelitian “DESKRIPSI PENDIDIKAN

KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL DI PANTI ASUHAN

PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN

(22)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat

penelitian, agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas. Dalam

penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti Asuhan

Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014?

2. Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan keagamaan

anak-anak asuhnya?

3. Bagaimana pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan Putri

Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014?

4. Apa upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan sosial anak-anak

asuhnya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan anak-anak asuh di Panti

Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan

keagamaan anak-anaka asuhnya.

3. Untuk mengetahui pendidikan sosial anak-anak asuh di Panti Asuhan

Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.

4. Untuk mengetahui upaya Panti Asuhan dalam membina pendidikan

(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

positif untuk semua kalangan masyarakat, baik manfaat secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai

pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan, serta dapat

memperkaya kepustakaan.

2. Secara praktis

a. Dapat memberikan pengetahuan bagi anak-anak asuh Panti Asuhan

Putri Aisyiyah tentang bagaimana keadaan pendidikan keagamaan

dan sosial yang selama ini mereka ikuti di Panti Asuhan, sehingga

dapat menyikapi untuk proses selanjutnya.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi pengurus dan pengasuh Panti Asuhan

Putri Aisyiyah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi

anak-anak asuhnya sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat

tercapai dengan baik.

c. Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang

(24)

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan maksud

yang terkandung dalam istilah-istilah pada judul skripsi ini, maka penulis

akan menjelaskan istilah-istilah pokok dalam skripsi sebagai berikut:

1. Pendidikan keagamaan

a. Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263)

pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,

perbuatan mendidik.

Ngalim Purwanto (2007:5) mengemukakan bahwa

pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya ke arah kedewasaan.

b. Keagamaan

Berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran, sistem

yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau

(25)

Dari pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan

pendidikan keagamaan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang untuk mempersiapkan seseorang dapat memahami agama

dan dapat mengamalkan ajaran tersebut.

2. Pendidikan sosial

Pendidikan sosial adalah proses menjadikan seseorang dapat

beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

(Murshafi, 2009:31).

3. Panti asuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) Panti asuhan

adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim

piatu dan sebagainya.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian, sebuah metode mutlak diperlukan karena metode

merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat

kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2008:4)

2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

(26)

lapangan. Sedangkan instrumen pengumpul data yang lain selain

manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan

hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.

Peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data yang diterima

secara terperinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, kehadiran peneliti

secara langsung dilapangan adalah sebagai tolak ukur keberhasilan

untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti

secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya

disini mutlak dilakukan.

3. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang, Kabupaten Semarang.

Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai

berikut:

1) Letaknya strategis, karena Panti Asuhan Putri Aisyiyah

terletak di pinggir jalan raya Solo-Semarang, tepatnya di Jl.

Fatmawati No 71 Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah.

2) Mudah dijangkau dengan alat transportasi, baik transportasi

(27)

3) Alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan

dengan upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang

pentingnya pendidikan keagamaan dan sosial bagi

anak-anak asuh. Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah memiliki

kegiatan yang teratur dan struktur organisasi yang

terprogram dan berjalan dengan lancar.

b. Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang Kabupaten Semarang dimulai pada bulan September

2014.

4. Sumber data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan.

Sumber data lapangan dalam penelitian ini terdiri dari dua dua sumber

data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari

lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan-tindakan

yang ada merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan

dengan mengamati ataupun mewawancarai. Peneliti menggunakan

data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang

pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:

(28)

2) Pengasuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang

3) Anak-anak asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh secara tidak

langsung dan digunakan untuk memperkuat data primer. Data

sekunder diperoleh dari berbagai macam sumber bacaan.

Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang terkait dengan pendidikan keagamaan dan sosial,

arsip-arsip, dokumen, laporan-laporan kegiatan, dan profil Panti

Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.

5. Prosedur pengumpulan data

a. Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap sesuatu obyek yang menggunakan alat indera

(Arikunto, 2002:133). Adapun cara yang digunakan adalah

mengadakan pengamatan langsung di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk

mengamati dan melihat kegiatan-kegiatan pendidikan yang diikuti

oleh anak-anak asuh yang berhubungan dengan keagamaan dan

sosial.

b. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksud

(29)

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2008:186).

Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang

pendidikan keagamaan dan pendidikan sosial di Panti Asuhan Putri

Aisyiyah dengan mewawancarai pengurus, pengasuh, dan

anak-anak asuh Panti Asuhan.

Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan keagamaan

a) Pendidikan keagamaan anak-anak asuh

(Teori/pengetahuan dan Praktek/amalan)

(1) Akidah (Rukun Iman)

(2) Syari‟ah/syari‟at (Ibadah, Rukun Islam)

 Shalat wajib dan shalat sunnah (shalat

tahajud, dhuha, qobliyah ba‟diyah)

 Puasa wajib dan puasa sunnah (puasa

senin-kamis)

 Membaca al-qur‟an dengan benar

 Hafalan juz „ama

(3) Akhlak (Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak

terhadap Allah, Akhlah terhadap sesama, Akhlak

(30)

 Cara berpakaian

 Hubungan dengan sesama

 Cara menjaga lingkungan

 Perlakuan terhadap tanaman-tanaman

b) Upaya yang dilakukan untuk membina pendidikan

keagamaan anak asuh

(1) Pengajaran

(2) Pengajian/mentoring

(3) Mewajibkan shalat lima waktu berjamaah

(4) Kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan

(5) Memfasilitasi kegiatan keagamaan anak asuh

(membangunkan dan menyediakan makan sahur,

membangunkan untuk shalat malam)

(6) Perpustakaan (menyediakan buku-buku

keagamaan)

2) Pendidikan sosial

a) Pendidikan sosial anak-anak asuh

(1) Interaksi/hubungan antara anak asuh dengan

sesama

(2) Interaksi/hubungan antara anak asuh dengan para

pengasuh dan pengurus Panti Asuhan

(31)

(4) Perilaku anak di dalam maupun di luar Panti

Asuhan

(5) Menyayangi sesama

(6) Saling membantu/gotong royong

(7) Saling menasehati

(8) Merawat teman yang sedang sakit

b) Upaya yang dilakukan untuk membina pendidikan sosial anak asuh

(1) Bimbingan konseling

(2) Membentuk jadwal piket kebersihan dan piket memasak

(3) Belajar kelompok

(4) Pembagian kamar (seumuran/campuran)

(5) Mengawasi pergaulan anak asuh ketika di luar Panti Asuhan

(6) Izin sebelum keluar

(7) Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sosial (8) Mengikut sertakan anak-anak asuh dalam kegiatan

di luar Panti Asuhan (lingkungan masyarakat) c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk

memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu data

tentang keadaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah secara keseluruhan,

diantaranya keadaan bangunan, kepengurusan, presensi anak-anak

(32)

6. Analisis data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya, menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Moleong, 2008:248)

Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya

dalam bentuk uraian atau laporan terinci

b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,

difokuskan pada hal-hal yang penting

c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari

makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk

menjawab tujuan penelitian.

7. Pengecekan keabsahan data

Ada empat kriteria yang digunakan dalam pengecekan keabsahan

data yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), kepastian

(33)

Adapun yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Kepercayaan (credibility)

Kreadibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelaahan

data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat

dicapai. Adapun teknik dalam menentukan kredibilitas ini adalah

memperpanjang masa observasi, menggunakan bahan referensi,

membicarakan dengan orang lain serta mengadakan member check.

Hal ini dimaksudkan jika dalam memberikan pertanyaan dalam

wawancara masih ada materi yang belum terjawab, maka akan

dilakukan pepanjangan wawancara sampai peneliti merasa cukup

diinformasikannya.

b. Kebergantungan (dependability)

Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda

melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Yang dapat dilakukan

dalam penelitian kualitatif adalah mengumpulkan data sebanyak

mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk

mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data

yang sudah dipolakan. Responden dengan pertanyaan yang sama,

dan akan menghasilkan jawaban yang sejanis juga. Maka peneliti

mengumpulkan data yang berkenaan dengan hasil responden

(34)

Aisyiyah Tuntang kemudian dikelompokkan (dipolakan) sesuai

dengan kebutuhan.

8. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap sebelum kelapangan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis

mengkaji referensi-referensi yang berkaitan dengan pendidikan

keagamaan dan sosial. Selain itu, dalam tahap ini terdapat beberapa

kegiatan yaitu penentuan fokus penelitian, persiapan alat dan

penelitian yang mencakup observasi lapangan, dan permohonan

ijin kepada subyek yang diteliti.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan meliputi pengumpulan sumber data

dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan

dan sosial di Panti Asuhan yang diperoleh dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Penulis melakukan penelitian secara

langsung di lapangan agar mengetahui berbagai hal yang

berhubungan dengan fokus penelitian dan untuk memperoleh

data-data yang dibutuhkan, sehingga penulis dapat bertanggung jawab

atas validitas data yang diperoleh dari penelitian.

c. Tahap analisis data

Tahap analisis data meliputi analisis data, baik yang diperoleh

melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi di Panti

(35)

dengan fokus masalah yang diteliti. Selanjutnya melakukan

pengecekan keabsahan data yang telah diperoleh sehingga data

benar-benar valid.

d. Tahap penulisan laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap penyusunan

data-data yang diperoleh secara sistematis. Dalam penulisan laporan

penelitian ini tentunya mencakup serangkaian kegiatan penelitian

mulai dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan

kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan mudah dimengerti,

maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam

lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian pustaka, Bab III Paparan

data dan hasil temuan penelitian, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup.

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini dijelaskan mengenai telaah pustaka dan

(36)

keagamaan, ajaran-ajaran agama Islam, dasar pendidikan

agama Islam, tujuan pendidikan keagamaan, metode

yang digunakan dalam pendidikan keagamaan,

pengertian pendidikan sosial, pendekatan-pendekatan

dalam pendidikan sosial, metode pendidikan sosial,

tujuan pendidikan sosial, pengertian panti asuhan,

landasan hukum, tujuan panti asuhan, fungsi panti

asuhan, dan penerima pelayanan dalam panti asuhan.

BAB III : Paparan data dan temuan penelitian

Pada bab ini diterangkan mengenai gambaran umum

Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, yang meliputi

sejarah berdirinya panti asuhan, tujuan didirikannya panti

asuhan, visi misi, pengurus dan pengasuh panti asuhan,

daftar anak asuh, sumber dana, jadwal kegiatan di Panti

Asuhan, sarana prasarana, dan temuan penelitian yang

berupa paparan hasil wawancara.

BAB IV : Pembahasan

Dalam bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang

meliputi pendidikan keagamaan dan sosial anak-anak

asuh, dan upaya yang dilakukan pengurus dan pengasuh

(37)

Pendidikan sosial di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan

penelitian dan saran dalam penulisan skripsi.

(38)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan keagamaan

1. Pengertian

Istilah pendidikan berasal dari kata didik, yang mendapat awalan

pe dan akhiran an yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan

sebagainya). Noeng Muhadjir dalam Fatah Yasin (2008:16)

menyatakan bahwa istilah pendidikan merupakan terjemahan dari

bahasa Yunani, yaitu paedagogos, yang berarti penuntun anak. Dalam

bahasa Romawi dikenal dengan educare, yang artinya membawa

keluar (sesuatu yang ada di dalam). Bahasa Belanda menyebut istilah

pendidikan dengan nama opvoeden, yang berarti membesarkan atau

mendewasakan, atau voden artinya memberi makan. Dalam bahasa

Inggris disebutkan dengan istilah educate/education, yang berarti to

give moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan

melatih intelektual.

Dalam bahasa arab, pendidikan berasal dari lafal at-tarbiyah.

Sedangkan at-tarbiyah berasal dari tiga kata: pertama,

َﺑ

َﺮ

-

ى

ُﺑﺮ

َﻴ

(raba-yarbu) yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua,

َﻰ

ِﺑ

َﺮ

-

َﺑﺮ

َﻴ

(rabiya-yarba) yang berarti menjadi besar. Ketiga,

ّﺏ

َﺮ

-

ُّﺏ

ُﺮ

َﻴ

(rabba-yarubbu) yang berarti memperbaiki, menguasai, menuntun, menjaga,

(39)

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Istighfarotur Rahmaniyah, 2010:51)

Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat.

Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan

individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk

memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat

generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka (Hery Noer

Aly, 2003:1)

Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan arti pendidikan

sebagai berikut:

a. M. Noor Syam (2003:7) berpendapat bahwa Pendidikan adalah

aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya

dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani

(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindera

serta ketrampilan-ketrampilan)

b. Menurut Ahmad Tafsir (1992:6) pendidikan adalah usaha

meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup

(40)

melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal, maupun

non formal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan dalam

definisi ini adalah seluruh aspek kepribadian.

c. Menurut Winarno Surahmad (1980:13) pendidikan adalah satu

usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada

perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik.

Sedangkan keagamaan berasal dari kata dasar agama yang

berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)

dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah

yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah yang berkaitan atau

berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2007:12)

Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan

pendidikan keagamaan adalah proses pengubahan sikap dan dan tata

laku seseorang untuk mempersiapkan seseorang dapat memahami

agama dan dapat mengamalkan ajaran tersebut.

2. Ajaran-ajaran Agama Islam

a. Akidah

Menurut etimologi, akidah adalah ikatan, sangkutan.

Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau

gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah

iman atau keyakinan. Karena itu akidah islam sering ditautkan

(41)

Kedudukannya sangat sentral dan menjadi titik tolak kegiatan

seorang muslim (Muhammad Daud Ali, 2008:199)

Pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah

rukun iman adalah sebagai berikut:

1) Keyakinan kepada Allah

2) Keyakinan kepada Malaikat

3) Keyakinan kepada kitab-kitab suci

4) Keyakinan kepada Nabi dan Rasul Allah

5) Keyakinan akan adanya hari akhir

6) Keyakinan pada kada dan kadar

b. Syari‟ah/Syari‟at

Syari‟ah/Syari‟at berasal dari kata Syar‟i, secara harfiah

berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut ajaran

Islam, Syari‟at ditetapkan Allah menjadi patokan hidup setiap

muslim. Sebagai jalan hidup, ia merupakan the way of life umat

Islam. Menurut Imam Syafi‟i dalam kitab ar Risalah, Syari‟at

adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan

kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai

tingkah laku manusia (Muhammad Daud Ali, 2008:235)

Hukum Islam dalam pengertian Syari‟at dapat dibagi ke dalam

dua bidang, yaitu bidang ibadah dan mu‟amalat (Darajat,

(42)

1) Ibadah

Ibadah menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan

do‟a. Dilihat dari pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi menjadi

tiga, yakni:

a) Ibadah jasmaniah-rohaniah, yaitu ibadah yang merupakan

perpaduan jasmani dan rohani, misalnya shalat dan puasa.

b) Ibadah rohaniah dan maliah, yaitu ibadah perpaduan rohani

dan dan harta, misalnya zakat.

c) Ibadah jasmaniah, rohaniah, dan maliah (harta) sekaligus,

contohnya yaitu ibadah haji.

2) Mu‟amalat

Perkataan mu‟amalat mengandung makna pengaturan

hubungan antar manusia. Hubungan yang diatur adalah

hubungan perdata dan hubungan publik. Hubungan perdata

adalah hubungan individu dengan individu, hubungan individu

dengan benda. Hubungan publik adalah hubungan individu

dengan masyarakat (umum) atau negara.

c. Akhlak

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Arab akhlaq, bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khulq, yang

secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabi‟at (Rachmat Djatnika, 1987:25). Dalam kepustakaan, akhlak

(43)

laku) mungkin baik, dan mungkin buruk. Akhlak-akhlak yang

dicontohkan di dalam Al-qur‟ah dan Al-hadits menurut

Muhammad Daud Ali (2008:356) adalah sebagai berikut:

1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)

a) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apapun dan siapapun

b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya

c) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah d) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah

e) Menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar f) Memohon ampunan hanya kepada Allah

g) Bertaubat hanya kepada Allah

h) Tawakkal (berserah diri) kepada Allah 2) Akhlak terhadap makhluk

a) Akhlak terhadap manusia

(1) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) (2) Akhlak terhadap orang tua

(3) Akhlak terhadap diri sendiri

(4) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat (5) Akhlak terhadap masyarakat

b) Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup) (1) Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan (2) Menjaga dan memanfaatkan alam

(3) Menyayangi sesama makhluk 3. Dasar pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai

dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut adalah:

a. Dasar Religius

Yang dimaksud dasar Religius adalah dasar-dasar yang

bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat

Al-Qur‟an maupun Hadits. Menurut ajaran Islam bahwa melaksanakan

(44)

ibadah kepada-Nya (Munzier, 2003:37). Sebagaimana Firman

Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6:





manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim:6)

b. Dasar dari segi Yuridisch/hukum

Yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari

undang-undang yang secara langsung maupun tidak langsung

dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di

sekolah-sekolah maupun di lembaga formal di Indonesia (Fatah

Yasin, 2008:30)

1) Dasar ideal

Yakni dasar dari falsafah negara adalah pancasila di mana

sila yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, ini

mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus

percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasanya harus

(45)

2) Dasar strukturil/konstitusional

Yakni dasar dari UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1

dan 2 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut

agama dan kepercayaan itu

Bunyi dari pasal di atas mengandung pengertian bahwa

bangsa Indonesia harus beragama. Negara melindungi umat

beragama untuk menunaikan setiap ajaran agamanya. Untuk

dapat menunaikan ibadah dengan baik, maka perlu adanya

pendidika agama.

3) Landasan operasional

Yang dimaksud dengan landasan operasional adalah dasar

yang mengatur secara langsung pelaksanaan pendidikan di

sekolah-sekolah di Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam

TAP MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada

prinsipnya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama

secara langsung dimasukkan dalam kurikulum sekolah mulai

dari sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi.

c. Dasar sosial psikologis

Semua manusia di dunia ini membutuhkan suatu pandangan

(46)

jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang Maha

Kuasa, tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.

Mereka akan merasa tenang tatkala mereka dapat mendekat dan

mengabdikan diri kepada Allah (Abdurrahman An-Nahlawi,

1989:40). Hal ini senada dengan firman Allah dalam QS. Ar Ra‟d

ayat 28:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat-ingat Allah-lah hati menjadi tentram (QS. Ar

Ra‟d: 28)

Karena itu manusia akan selalu berusaha mendekatkan diri

kepada Allah dengan cara yang benar. Itulah sebabnya bagi

orang-orang beragama diperlukan adanya pendidikan agama ke arah yang

benar. Mereka dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran

yang benar. Tanpa adanya pendidikan agama dari satu generasi ke

generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh dari agama

(47)

4. Tujuan pendidikan keagamaan

a. Tujuan umum

Tujuan pendidikan keagamaan yaitu berusaha mendidik

individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan

baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan

di akhirat.

b. Tujuan khusus

Dari tujuan umum pendidikan keagamaan yang berpusat pada

ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan

khusus sebagai berikut:

1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap

dimensi perkembangannya; rohaniah, emosional, sosial,

intelektual, dan fisik

2) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam

keluarga maupun masyarakat muslim

3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang

benar (Munzier, 2003:142)

5. Metode yang digunakan dalam pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan harus diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Keluarga merupakan salah satu penunjang pendidikan

keagamaan. Dalam mengasuh dan mendidik anak diperlukan beberapa

metode yang dapat digunakan, menurut Fuaddin (1999:30) metode

(48)

pendidikan dengan keteladanan, pendidikan melalui nasehat dan

dialog, pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman.

a. Pendidikan melalui kebiasaan

Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih

diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan,

pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar anak-anak

mampu mengembangkan dirinya secara optimal, pengenalan

simbol-simbol agama, tata cara ibadah (Sholat), bacaan Al-Qur‟an,

do‟a-do‟a dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri

melaksanakan Sholat, membaca dan mengucapkan kalimat

Tayibah.

Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan

pembiasaan dalam pendidikan menurut DR. Armai Arief

(2002:114) adalah sebagai berikut:

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia dini dinilai

waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pembiasaan,

karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam

menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung

akan dapat membentuk kepribadian seorang anak.

2) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara continue, teratur dan

berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah

(49)

3) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan

tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak

untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.

4) Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis,

hendaknya secara berangsur-angsur dirobah menjadi kebiasaan

yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai

dengan kata hati anak tersebut.

b. Pendidikan dengan keteladanan

Anak-anak khususnya pada usia dini selalu meniru apa yang

dilakukan orang di sekelilingnya. Apa yang dilakukan orang tua

akan ditiru dan diikuti anak. Metode keteladanan memerlukan

sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati dan

dirasakan sendiri oleh anak.

Allah menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan

Nabi Muhammad adalah mengandung nilai paedagogis bagi

manusia (Aat Syafaat dkk, 2008:40). Sebagaimana firman Allah

dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:

(50)

rahmat Allah dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab:21)

Menurut Abdurahman An-Nahlawi (1992:372) ada beberapa

tipe peneladanan yang terpenting, yaitu:

1) Pengaruh langsung yang tidak disengaja

Dalam kondisi ini pengaruh keteladanan berjalan

secara langsung tanpa disengaja. Ini berarti bahwa setiap

orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknya

memlihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia

bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang

diikuti oleh orang lain.

2) Pengaruh yang sengaja

Kadangkala keteladanan diupayakan secara sengaja.

Sebagai contoh, seorang guru memberikan contoh

membaca yang baik agar murid-murid menirukannya,

imam membaikkan shalatnya untuk mengajarkan shalat

yang sempurna kepada orang lain. Para sahabat telah

mempelajari berbagai urusan agama mereka dengan jalan

mengikuti keteladanan yang sengaja diberikan Rasulullah

SAW. Beliau pernah bersabda kepada para sahabat :

ﻲِّﻟَﺻُﺍﻲِﻨْىُﻤُﺘْﻴَﺍَﺮﺎَﻤَﻜﺍْىُّﻟَﺻ

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

(51)

c. Pendidikan melalui nasehat dan dialog

Pada usia dini anak cenderung menganggap orang tua selalu

benar, namun pada saat mereka memasuki fase kanak-kanak akhir,

usia diantara 6-12 tahun mereka mulai berfikir logis, kritis,

membandingkan apa yang ada di rumah dengan apa yang mereka

lihat dari luar. Nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan secara

“absolut” mulai dianggap relatif dan seterusnya. Orang tua

diharapkan mampu menjelaskan, memberikan pemahaman yang

sesuai dengan tingkat berfikir mereka.

d. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman

Penghargaan atau hukuman kadang-kadang diperlukan untuk

memotivasi anak. Pujian dan ucapan-ucapan terima kasih

hendaknya sering diberikan kepada anak yang melakukan

kebaikan. Metode semacam ini secara tidak langsung menanamkan

etika perilakunya menghargai orang lain. Tapi sebaliknya anak

yang membangkang hendaknya diperingatkan. Dalam hal ini

Rasulullah berpesan agar orang tua menyuruh anaknya sholat

ketika usia 7 tahun, dan bila masih belum juga mau melaksanakan

sholat hendaknya diberi hukuman berupa peringata keras.

Rasulullah SAW bersabda:

(52)

“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan, ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah antara mereka

ketika mereka tidur”(HR. Abu Daud dan Ahmad)

Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1981:166) Persyaratan

memberikan hukuman pukulan adalah sebagai berikut:

1) Pendidik tidak terburu menggunakan metode pukulan, kecuali

setelah menggunakan semua metode lembut lain yang mendidik

dan membuat jera

2) Pendidik tidak memukul, ketika ia dalam keadaan sangat

marah, karena dikhawatirkan menimbulkan bahaya terhadap

anak

3) Ketika memukul, hendaknya menghindari anggota badan yang

peka, seperti kepala, muka, dada dan perut, berdasarkan

perintah Rasulullah SAW riwayat Abu Daud:

َﻪْﺠَىﻠﺍِﺏِﺭْضَﺘَﻻَى

“... dan janganlah kamu memukul muka (wajah)...”

4) Pukulan pertama untuk hukuman, hendaknya tidak terlalu keras

dan tidak menyakiti

5) Tidak memukul anak sebelum ia berusia sepuluh tahun

6) Jika kesalahan anak adalah untuk pertama kalinya, hendaknya

ia diberi kesempatan untuk bertaubat dari perbuatan yang telah

ia lakukan

(53)

8) Jika anak sudah menginjak usia dewasa, dan pukulan sepuluh

kali tidak juga membuatnya jera, maka boleh ia menambah

pukulan dan mengulanginya, sehingga anak menjadi jera.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa dalam mendidik anak

khususnya di lingkungan keluarga diperlukan kiat-kiat khusus agar

pendidikan keagamaan yang diberikan orang tua selaku pendidik

pertama dan utama dapat berhasil dengan baik. Begitu pula dengan

pendidikan keagamaan yang diberikan pada anak-anak di Panti

asuhan.

B. Pendidikan Sosial

1. Pengertian

Pendidikan sosial berasal dari dua suku kata, yaitu pendidikan dan

sosial. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dapat diartikan daya

upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran, dan tubuh anak (Mahfud, 2006:33)

Dalam Dictionary of education dikemukakan bahwa definisi

pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam

masyarakat di amana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan

pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia

dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial

(54)

Pendidikan dalam konteks Islam mengacu pada tiga unsur yaitu

al-tarbiyah, al-ta‟lim dan al-ta‟dib. Dari ketiga istilah tersebut term

al-tarbiyah yang terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam.

Sedangkan term al-ta‟lim dan al-ta‟dib jarang digunakan (Samsul

Nizar, 2002:25)

Sedangkan definisi sosial menurut para ahli sosiologi dan ahli

pendidikan diartikan sebagai berikut:

a. Agus Sujanto (1983:248) berpendapat bahwa sosial berasal dari

kata societis yang mengandung arti masyarakat, kata sosial juga

berasal dari kata sosius artinya teman, dan selanjutnya kata sosial

berarti juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia

yang lainnya dalam bentuk yang berlain-lainan.

b. Ahmadi (1984:31) berpendapat bahwa sosial berasal dari bahasa

latin “socius” yang berarti kawan. Yang dimaksud istilah sosial

disini adalah pergaulan serta hubungan antar manusia dan

kehidupan kelompok manusia yang sedikit banyak memiliki

aturan-aturan dan pola hidup tertentu sehingga mendekati satu

kesatuan. Dalam istilah bahasa arab disebut Al mujtama‟. Dan

istilah yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah masyarakat

yang berasal dari bahasa arab yaitu “syarikah” yang berarti

persekutuan.

c. Menurut Hartini G. Karta sapoetra (1992:79) kata sosial diartikan

(55)

lainnya dari jenis yang sama atau pada sejumlah individu yang

membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok

yang terorganisir. Juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan

implus-implus yang berhubungan dengan yang lainnya.

d. Menurut kamus sosiologi, sosial adalah hal-hal yang berkenaan

dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses

sosial (Soerjono Soekanto, 1993:464).

Pendidikan sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan

karena manusia menurut tabiatnya, dalam arti sesuai dengan hukum

penciptaan Allah adalah makhluk sosial. Pendidikan sosial

menanamkan orientasi dan kebiasaan sosial positif yang mendatangkan

kebahagiaan bagi individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial,

antar anggota masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia.

Di antara kebiasaan dan orientasi sosial tersebut ialah

pengembangan kesatuan masyarakat, persaudaraan seiman, kecintaan

insani, persamaan, saling tolong, kepedulian, musyawarah, keadilan

sosial, dan perbaikan di antara manusia. Hamidjojo mengemukakan

bahwa pendidikan sosial ialah suatu proses yang diusahakan dengan

sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik (membina, membimbing,

dan membangun) individu dalam lingkungan sosial dan alamnya

supaya secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke

(56)

Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan

sosial sebagai berikut:

a. Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1991:1) pendidikan sosial

adalah mendidik manusia sejak kecil agar anak terbiasa

menjalankan perilaku sosial yang baik, dan memiliki nilai

dasar-dasar kejiwaan mulia bersumber pada aqidah dan keimanan yang

mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti anak mampu

bergaul dan berperilaku yang baik, mempunyai keseimbangan akal

yang matang dan tindakan yang bijaksana.

b. Menurut Murshafi (2009:31) pendidikan sosial adalah proses

menjadikan seseorang dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosialnya.

Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan sosial

adalah upaya yang dilakukan untuk menjadikan seseorang dapat

bergaul dan berperilaku baik di lingkungan masyarakat.

2. Metode pendidikan sosial

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greek “meta” yang

berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Sedangkan dalam

pengertian yang umum metode diartikan cara mengerjakan sesuatu

(Muzayin Arifin, 2000:97)

Metode juga diartikan sebagai cara yang paling baik, tepat

(57)

suatu metode banyak bergantung kepada faktor-faktor yang meliputi

situasi dan kondisi pemakai metode itu sendiri yang kurang memahami

penggunaannya atau tidak sesuai dengan seleranya, atau secara

obyektif metode ini kurang cocok dengan kondisi obyek, dan dalam

metode itu sendiri secara intrinsik tidak memenuhi persyaratan sebagai

metode (Ahmad Tafsir, 1997:9)

Karl Manheim, yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef

(1992:115-117) menunjukkan adanya dua metode yang dapat digunakan dalam

pendidikan sosial yaitu sebagai berikut:

a. Metode langsung

Metode langsung yaitu mengadakan hubungan langsung

secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu-individu yang

bersangkutan, yaitu dengan cara langsung mendatangi dan

memberikan arahan serta bimbingan agar agar orang tersebut

mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan terhadap orang lain,

juga diberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

b. Metode tak langsung

Metode tak langsung yaitu mengadakan hubungan secara

tidak langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran,

melainkan sasaran antara. Cara ini juga bisa dimanfaatkan

walaupun tidak secara langsung menghadapi orang, karena dengan

cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah itu dia

(58)

Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Abdullah Nashih

Ulwan (1991:102) berkisar pada empat persoalan yaitu:

a. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia

Islam telah memberikan pedoman-pedoman pendidikan

utama pada setiap anggota jiwa masyarakat, baik terhadap

anak-anak maupun pemuda dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia

lagi mantap dan dengan pedoman pendidikan yang abadi.

Untuk menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa

perseorangan atau kelompok, Islam telah memberikan bimbingan

yang bernilai pesan-pesannya yang praktis agar pendidikan sosial

menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga masyarakat tumbuh

berkembang atas dasar kerjasama yang produktif, ikatan yang

kuat, sopan santun yang luhur, dan saling mencintai.

b. Memelihara hak-hak orang lain

Memelihara hak-hak sosial merupakan suatu kelaziman

yang harus disertai dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia,

bahwa dengan ungkapan yang lebih jelas bahwa dasar-dasar

kejiwaan adalah jiwa.

Sedangkan memelihara hak-hak masyarakat merupakan

fenomena lahir, bisa juga dikatakan yang pertama merupakan

rohnya dan yang kedua merupakan jasadnya, maka mustahil bila

yang pertama tidak menghujatkan yang kedua, jika tidak maka

(59)

c. Melaksanakan tata krama sosial yang berlaku umum

Menjelaskan etika sosial secara umum, dibentuk atas

dasar-dasar pendidikan yang sebenarnya. Tujuannya, bila sudah dewasa

dia dapat menangkap esensi segala masalah, ia dapat bergaul

dengan sesamanya, di tengah-tengah masyarakat dengan kebaikan

yang maksimal dan simpatik dengan cinta yang utuh, dan dengan

budi pekerti yang luhur.

d. Kontrol dan kritik sosial

Diantara dasar-dasar sosial terpenting dalam membentuk

dan mendidik tingkah laku anak adalah membiasakan sejak dini

untuk melakukan kontrol dan kritik sosial, memelihara setiap

orang yang bergaul dengannya, dan memberikan nasehat pada

orang yang menyimpang dari etika Islam.

Dengan menggunakan metode yang telah diuraikan di atas,

diharapkan para pendidik dapat menerapkannya dalam pelaksanaan

proses pendidikan sosial dalam melaksanakan tugas edukatifnya.

Tujuan pendidikan sosial akan tercapai apabila metode-metode ini

digunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan dalam pendidikan

sosial.

3. Tujuan pendidikan sosial

Suatu pendidikan tak terkecuali pendidikan sosial, tentu memiliki

suatu tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3 Daftar anak asuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang tahun 2014
Tabel 3.4
Tabel 3.5

Referensi

Dokumen terkait

 Satu (1) spasi untuk kutipan dengan panjang lebih dari 5 baris, judul pada nama tabel, nama gambar, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, daftar isi dan daftar pustaka

Oleh karena itu sugesti yang diberikan kepada penonton yaitu, kita sebagai manusia belajarlah dari sebuah pohon yang berbuah manis sehingga banyak yang menyukai kita,

Lembaga pemasyarakatan (LP) dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk

Hal serupa juga disampaikan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, berdasarkan wawancara dengan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, masih banyak dijumpai kesalahan yang

Kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan adanya aplikasi CRM yang terintegrasi dengan point of sales, Toko Buku Notre-Dame akan dapat meningkatkan pelayanan terhadap

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perkembangan Industri Sarung Tenun dan Dampak Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat di Desa Beji, Kecamatan

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Tujuan dari penulisan dokumen ini adalah untuk menjelaskan secara umum pilihan beasiswa jika ingin melanjut sekolah di Taiwan, dokumen apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara