• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI: Dukungan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI: Dukungan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUANGAN POLI PSIKIATRI

RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

SKRIPSI

Disusun oleh

EVA MARIA KELJOMBAR NIM: 11061017

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO 2015

(2)

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUANGAN POLI PSIKIATRI

RSJ. PROF. DR. V.L. RATUMBUYSANG MANADO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

EVA MARIA KELJOMBAR NIM: 11061017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

(3)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO – INDONESIA

Nama : Eva Maria Keljombar

NIM : 11061017

Fakultas : Keperawatan Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado

Pembimbing : I. Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep II. Samuel Layuk, S.KM., M.Kes

Menyetujui, Manado, 11 Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep Samuel Layuk, S.KM., M.Kes Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUANGAN POLI PSIKIATRI

RSJ. PROF. DR. V.L. RATUMBUYSANG MANADO Yang disusun dan diajukan oleh:

EVA MARIA KELJOMBAR 1 1 0 6 1 0 1 7

Telah dipertahankan didepan Panitia Ujian Skripsi Pada tanggal 11 Juli 2015

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

TIM PENGUJI

1. Asnet Leo Bunga, S.Kp., M.Kes (………...)

2. Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep (………...)

3. Samuel Layuk, S.KM., M.Kes (………...)

MENGETAHUI Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle Manado

Ketua Program Studi

Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

M. Consolatrix da Silva, S.Kep., Ns., MSN Sesilliea G. Sumual, BSN

(5)

1. Data Pribadi

Nama : Eva Maria Keljombar

Tempat/Tanggal lahir : Saumlaki/16 Juni 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Status sosial : Belum menikah Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Kewarganegaraan : Indonesia

Bangsa/Suku : Maluku/Tanimbar

Alamat : Jln. Kairagi I Kombos Manado, Kos Mulia Hobi : Menulis (novel, blog, artikel) dan menonton

Motsto hidup : Never give up! Do your best and let God do

the rest.

2. Data Keluarga a. Ayah

Nama : Caspar Fransiscus Keljombar, S.Pd Tempat/Tanggal lahir : Tual/10 Oktober 1970

Agama : Katolik

Pekerjaan : PNS

(6)

b. Ibu

Nama : Wineke Chresia Keljombar/Tomasoa Tempat/Tanggal lahir : Mahu/2 September 1972

Agama : Katolik

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Wiraswasta Alamat : Jln. Bukti Duri, Saumlaki

c. Saudara

Nama : Rafael Jorgen Keljombar

Tempat/Tanggal lahir : Mahu/24 November 2008

Agama : Katolik

Pendidikan : SD. Don Bosco 3 Saumlaki Alamat : Jln. Bukit Duri, Saumlaki

3. Riwayat Pendidikan

1998-1999 : TK. Idatha UNPATTI, Poka - Ambon 1999-2000 : SD. Negeri Mahu, Saparua - Ambon 2000-2005 : SD. INPRES 4 Dobo, Kab. Kep. Aru 2005-2008 : SMP. Yos Sudarso Dobo, Kab. Kep. Aru 2008-2009 : SMA. Negeri 1 Dobo, Kab. Kep. Aru 2009-2011 : SMA. N. Unggulan Saumlaki, Kab. MTB 2011-2015 : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle Manado

4. Kursus

a. Kursus Matematika untuk SMP b. Kursus Matematika untuk SMA

5. Pelatihan

a. Pelatihan PASKIBRA Kab. Kep. Aru tahun 2008, pasukan 45

(7)

tahun 2009 sebagai Duta wanita Kab. Kep. Aru, 3 besar calon c. Pelatihan PASKIBRA Kab. Kep. Aru tahun 2009, pasukan 17

d. Pelatihan Resusitasi Jantung-Paru (BHD) dan BTCLS pada tanggal 24-27 Juni

2015

6. Pengalaman Kerja Praktek

a. Praktek Laboratorium Klinik di RSU. Budi Mulia Bitung

b. Praktek Laboratorium Klinik di Klinik Wound Care RSU. Pancaran Kasih Manado

c. Praktek Laboratorium Klinik di RS. Tingkat III R.W. Mongosidi Teling d. Praktek Laboratorium Klinik di RSU. Hermana Lembean

e. Praktek Laboratorium Klinik di RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado f. Praktek Laboratorium Klinik di RSU. Gunung Mulia Tomohon

g. Praktek Laboratorium Klinik di RSUD Kota Bitung, Manembo-nembo

Manado, 16 Juli 2015 Peneliti

(8)

ABSTRAK

Eva Maria Keljombar, Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Di Ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado. Pembimbing : Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep dan Samuel Layuk, S.KM., M.Kes

Masalah kesehatan gangguan jiwa menjadi trend dan issue yang meningkat di era globalisasi. Fokus dari trend dan issue bergeser kearah perawatan dasar komunitas yang melibatkan keluarga. Untuk itu peranan keluarga dalam memberikan dukungan sangat dibutuhkan dalam membantu proses penyembuhan anggota keluarga yang sakit, dalam hal ini mencegah terjadinya kekambuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dukungan yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Sampel yang digunakan sebagai responden adalah 80 orang dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Instrumen penelitian terdiri dari dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Analisa data dilakukan secara univariat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dukungan emosional 83,8%, dukungan informasi 93,8%, dukungan penilaian 92,5%, dan dukungan instrumental 66,2%. Ditarik kesimpulan bahwa dukungan keluarga yang diberikan adalah salah satu faktor pemulihan pasien gangguan jiwa

(9)

ABSTRACT

Eva Maria Keljombar, Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Di Ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado. Pembimbing : Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep dan Samuel Layuk, S.KM., M.Kes

Health mental disorders became a trend and issue that increasing in the globalization era. That focus of trend and issue moved to community base care involving the family. Because of that the role of family giving the supports is needed to help the healing process, in this case to prevent recurrent of family members who sick. This study aims to determine how much supports by family to their family members who sick. This type of research is descriptive with survey method. The sample used as the respondents were 80 peoples with Purposive Sampling technic. Research instruments consist of emotional support, information support, appraisal support, and instrumental support. This research uses univariate data analysis with the results refer to the frequency of emotional support is 83,8%, information support is 93,8%, appraisal support is 92,5%, and instrumental support is 66,2%. Finally the conclusion is family support that given is the one of recovery factor for mental disorders patient.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan kasih karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul, “Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa di Ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado,” untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.

Selama proses penyusunan proposal sampai skripsi terlebih selama masa kuliah, peneliti merasa begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun berkat hikmat, kasih dan karunia dari Tuhan Yesus dan Bunda Maria sehingga peneliti mampu menyelesaikan empat tahun perjuangan dibangku kuliah, juga lewat motivasi, bimbingan, nasehat, dana kuliah dan doa yang diberikan oleh kedua orang tua sehingga peneliti mampu menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut. Dengan rentang waktu inilah, peneliti dengan penuh kerendahan hati diiringi doa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti sampaikan kepada:

1. Pst. Revi R.H.M. Tanod, SS, SE, MA selaku Rektor Universitas Katolik De La Salle Manado.

2. M. Consolatrix da Silva S.Kep., Ns., MSN selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.

3. Sesilliea G. Sumual, BSN selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah cukup banyak membantu peneliti dari awal kuliah hingga saat ini.

4. Edikta Pantow, S.Pd., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Keperawatan bagi peneliti.

5. Dr. Drs. Julianus Ake, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I penyusunan skripsi yang telah banyak memberikan saran, masukan, sumbangsi pikiran bagi peneliti dalam penulisan yang lebih baik.

(11)

6. Samuel Layuk, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II penyusunan skripsi yang telah banyak memberikan saran, masukan, sumbangsi pikiran bagi peneliti dalam penelitian yang lebih baik.

7. Direktur RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado beserta Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Ruangan Poli Psikiatri yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian terhadap keluarga di ruangan Poli Psikiatri.

8. Semua dosen pengajar dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah memberikan ilmu dan bantuan bagi peneliti selama masa kuliah.

9. Caspar F. Keljombar, S.Pd dan Wineke Ch. Keljombar/Tomasoa selaku orang tua yang selalu menyebut nama anak-anaknya dalam doa, yang selalu memberikan bantuan dana kuliah dan uang kebutuhan sehari-hari bagi peneliti, meski dalam kekurangan papa dan mama selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan peneliti, dan juga selalu memberikan perhatian, kasih sayang, cinta, semangat serta dukungan kepada peneliti hingga peneliti mampu menyelesaikan studi pada tahap ini. Terima kasih juga kepada Jorgen, adik peneliti, yang selalu memberikan tawa dan senyum yang menguatkan peneliti hingga saat ini.

10. Keluarga besar Keljombar dan Tomasoa yang cukup memberikan bantuan doa, dan dukungan kepada peneliti. Terima kasih juga kepada tante Agnes Keljombar, S.Kep., Ns dan Bongso Meiske Tomasoa yang telah cukup banyak membantu peneliti berupa bantuan dana tambahan selama kuliah. Terima kasih yang sama juga kepada Almarhumah oma Sovia Keljombar/Batlayeri dan Almarhumah oma Selfi Tomasoa yang semasa hidupnya telah banyak menjadi tempat mengadu, pelindung, dan selalu memberikan nasehat serta doa bagi peneliti.

11. Sahabat-sahabat peneliti: Maria, Chiko, Lindry, Fani, Ningsih, Tiara, Stella yang telah menemani peneliti dalam masa suka dan duka selama kuliah. Terima kasih juga kepada teman-teman sekelompok skripsi: Ongen, Rivo, Frendy, Riko dan sahabat-sahabat peneliti atas bantuan dan perjuangan yang serba santai tapi sangat serius saat semakin dekat waktu ujian.Terima

(12)

kasih yang sama kepada teman-teman seperjuangan kuliah NLC 2011 atas pertemanan selama 4 tahun.

12. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya, secara khusus kepada kak Ichan Lumintang dan kak Fidy Sada yang telah cukup banyak membantu peneliti.

13. Terakhir secara khusus terima kasih peneliti sampaikan kepada Malaikat Pelindung Epivanny, Almarhum Tete Caspar, Almarhum Tete Yeyeng, Almarhumah Oma Sofia dan Almarhumah Oma Selvi yang semasa hidupnya selalu mendoakan peneliti, yang selalu menjadi penjaga, penuntun jalan dan sahabat dalam doa kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……… i Lembar Persetujuan ……… ii

Lembar Pengesahan ………... iii

Curiculum Vitae ………. iv

Abstrak ………... vii

Abstract ……….. viii

Kata Pengantar ………... ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Gambar ……… xiii Daftar Tabel ………... xiv

Daftar Lampiran ……… xv Bab I. Pendahuluan ………. 1.1. Latar Belakang ………... 1.2. Rumusan Masalah ………... 1.3. Tujuan Penelitian ……… 1.4. Manfaat Penelitian ……….. 1 1 5 6 6

Bab II. Tinjauan Teori ………

2.1. Dukungan Keluarga

………

2.2. Konsep Dasar Keluarga

………..

2.3. Peran Keluarga

………...

2.4. Fungsi dan Tugas Keluarga

8 8 13 21 22 25 28

(14)

………

2.5. Konsep Dasar Gangguan Jiwa

………

2.6. Penelitian Terkait ………... Bab III. Kerangka Konseptual dan Definisi Operasional ……… 3.1. Kerangka Konseptual ………. 3.2. Definisi Operasional ………... 30 30 31

Bab IV. Metode Penelitian ……….

4.1. Desain Penelitian

………

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

………..

34 34 34

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

………..

4.4. Teknik Analisa Data ………... 4.5. Etika Penelitian ………..

35 36 38

Bab V. Hasil Penelitian

………...

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

……… 5.2. Analisa Univariat ……… 40 40 40

Bab VI. Pembahasan ………..

6.1. Dukungan Emosional Keluarga

………..

6.2. Dukungan Informasi Keluarga

………...

6.3. Dukungan Penilaian Keluarga

………

6.4. Dukungan Instrumental Keluarga

46 46 48 49 50 51

(15)

………...

6.5. Keterbatasan Penelitian

………..

Bab VII. Kesimpulan dan Saran

………. 7.1. Kesimpulan ……… 7.2. Saran ……….. 52 52 52 Daftar Pustaka ……… 53 Lampiran

DAFTAR GAMBAR

NO. TEXT HAL.

Gambar 2.1 Dimensi Struktural Keluarga ………

19

Gambar 2.2 Struktur Peran

………...

20 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ………... 30

(16)

DAFTAR TABEL

NO. TEXT HAL.

Tabel 3.1 Format Definisi Operasional

……….

31 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan HDK

……….

41 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan JK

……….

41 Tabel 5.3 Karakteristik Umur Responden 42

(17)

……….

Tabel 5.4 Dukungan Emosional Keluarga ……….... 43

Tabel 5.5 Dukungan Informasi Keluarga

………..

43

Tabel 5.6 Dukungan Penilaian Keluarga

………...

44 Tabel 5.7 Dukungan Instrumental Keluarga ………. 44

DAFTAR LAMPIRAN

NO. TEXT

Lampiran A Surat Permohonan Survey Data Lampiran B Lembar Persetujuan Penelitian Lampiran C Surat Penelitian

(18)

Lampiran E Lembar Persetujuan Responden Lampiran F Kuesioner Penelitian

Lampiran G Master Data Hasil Penelitian Lampiran H Uji Validitas dan Rehabilitas Lampiran I Hasil Statistik

Lampiran J Lembar Konsultasi Pembimbing I Lampiran K Kartu Bimbingan Pembimbing I Lampiran L Lembar Konsultasi Pembimbing II Lampiran

M

Kartu Bimbingan Pembimbing II Lampiran N Surat Non-Plagiat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut di bagi ke dalam dua golongan yaitu: Gangguan jiwa (neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai

(19)

macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), histeria, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. (Yosep, 2014). Masalah-masalah gangguan jiwa meningkat di era globalisasi.

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor termasuk sektor kesehatan termasuk kesehatan jiwa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah kesehatan jiwa menjadi trend dan issue

yang semakin meningkat di era globalisasi dan menjadi salah satu riset yang terus dikembangkan untuk kesembuhan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Namun seiring dengan kemajuan tersebut, krisis global seperti lilitan krisis ekonomi yang berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. (Yosep, 2014)

Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu menurut Direktur WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga dari penduduk pernah mengalami gangguan neuropsikiatri, buktinya dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2014). Pada tahun 2007 Riset Dasar Kesehatan Nasional, menyebutkan sekitar satu juta orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, sedangkan 19 juta orang lainnya menderita gangguan jiwa ringan hingga sedang. Belum ada angka yang lebih mutakhir dari riset ini, namun menurut WHO jumlah penderita sakit mental akan terus meningkat hingga 450 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2013 (Safitri, 2011). Berdasarkan Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) didiseminasi oleh Badan Penelitian dan

(20)

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), tahun 2013 mengungkapkan fakta menarik mengenai prevalensi gangguan jiwa di Tanah Air bahwa prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk perkotaan, yang diduga salah satu bentuk tekanan hidup adalah kesulitan ekonomi. Meski biaya hidup di daerah pedesaan lebih rendah bila dibandingkan dengan perkotaan, intensitas atau kejadian kemiskinan (incidence of proverty) didaerah pedesaan juga lebih tinggi (Ruslan, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2013 dikombinasi dengan data rutin dari Pusdatin dengan waktu yang disesuaikan secara nasional terdapat 0,17% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat (psikosis) atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Di Sulawesi Utara terdapat 0,08% prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis) atau jumlah secara absolut terdapat 1.359 penderita, sedangkan prevalensi yang mengalami gangguan mental emosi (GME) terdapat 5,9% atau secara absolut terdapat 100.231 dengan jumlah penduduk ≥15 tahun adalah 1.698.831 penduduk (Budijanto, 2014).

Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental. Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo), ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organik. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria, dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol, dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial seperti perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di

(21)

lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain. (Yosep, 2014)

Ada yang menarik berkaitan dengan fenomena masalah kesehatan jiwa, yaitu indikator kesehatan jiwa di masa mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Oleh karena itu, upaya menjamin kesehatan jiwa tidak lagi hanya urusan psikiater, tetapi juga melibatkan profesi lain, termasuk keluarga. Penanganan kesehatan jiwa bergeser dari hosipital base menjadi community base (Yosep, 2014). Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa bergeser menjadi community base care yang mana dalam pengobatan gangguan jiwa tidak hanya melibatkan tim kesehatan (perawat psikiatri, dokter psikiatri, psikolog) tetapi juga melibatkan keluarga. Disamping penderita gangguan jiwa harus melalui jalannya perawatan di rumah sakit jiwa, mengkonsumsi obat anti psikotik yang diberikan baik berupa obat kimia maupun pengobatan supportive dan electro convulsive therapy (ECT), juga dibutuhkan peran keluarga untuk mendukung penyembuhan pasien, karena kesembuhan pasien sangat tergantung pada kedisiplinan penderita meminum obat. (Ikrar, 2012)

Secara empirik kesehatan dan kualitas anggota keluarga memiliki hubungan yang erat sehingga mempengaruhi dan membentuk kesehatan kelompok dan komunitas secara keseluruhan (Padila, 2012). Keliat (1996:11) menyatakan bahwa keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. (Setiadi, 2007:55). Dalam penanganan terhadap pasien gangguan jiwa obat bukanlah segala-galanya, namun peran keluarga sangat diharapkan terhadap proses penyembuhan/pengobatan pasien gangguan jiwa. Kondisi ini menyebabkan pentingnya peranan keluarga, karena keluarga merupakan kelompok terkecil yang dapat berinteraksi dengan pasien. Secara pribadi, keluarga merupakan faktor utama dalam proses penyembuhan pasien (Fitrishia, 2008). Untuk mewujudkan proses penyembuhan pasien, keluarga dapat memberikan bantuan berupa bantuan materi, informasi, nasehat,

(22)

emosional dan penilaian positif, yang sering disebut sebagai dukungan keluarga (Ambari, 2010).

Dukungan keluarga sangat penting karena biasanya salah satu pencetus depresi itu adalah perasaan “ditelantarkan,” atau tidak mendapat perhatian yang memadai dari keluarga. Sayangnya, banyak keluarga pasien yang tidak paham dan hanya memberikan uang untuk perawatan dan menyerahkan penanganannya kepada tenaga medis dan pengasuhnya. Padahal dalam proses penyembuhan, dukungan keluarga sangatlah penting. (Santoso, 2009:105)

Hasil survey awal pada tanggal 31 Maret 2015, diperoleh data dari RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang di ruangan Poli Psikiatri, bahwa jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa yang menjalani rawat jalan dari tahun 2014 sampai dengan Maret 2015 sekitar 10.000 sampai 12.000 pasien, sedangkan jumlah rata-rata kunjungan perhari sekitar 37 sampai 70 pasien. Berdasarkan data, pasien yang menjalani rawat jalan adalah pasien kontrol yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter tapi masih harus menjalani rawat jalan, pasien yang dua minggu sekali sampai sebulan sekali harus datang mengambil obat, dan pasien baru akut yang dibawa oleh keluarganya untuk di periksa dokter.

Survey kedua yang dilakukan pada tanggal 8 April 2015, berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan poli psikatri, pasien yang paling banyak adalah pasien dengan skizofrenia dengan rata-rata kunjungan perhari sekitar 30 orang yang masih harus menjalani pengobatan lanjut/kontrol rutin dan mengambil obat sebulan sekali agar penyakit yang dialami tidak kambuh. Menurut Aji (2011), di Indonesia terdapat 6-19 orang per 1.000 penduduk dunia mengalami skizofrenia. Chandra dalam Sebayang (2011) hasil survey di Indonesia memperlihatkan bahwa sekitar 1-2% penduduk menderita skizofrenia, hal ini berarti sekitar 2-4 juta jiwa dari jumlah tersebut diperkirakan penderita yang aktif sekitar 700.000-1,4 juta jiwa. Menurut WHO (2012), skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat yang mempengaruhi sekitar 7 per seribu dari populasi orang dewasa, terutama di kelompok usia 15-35 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam proses

(23)

penyembuhan pasien, sangat diperlukan dukungan keluarga dalam bentuk emosional, informasi, penilaian dan instrumental.

Sebuah studi melaporkan bahwa 77% klien dengan penyakit kronis merasa membutuhkan dukungan dari keluarganya (Rubin & Peyrot, 2002). Beberapa penelitian mengenai dukungan keluarga telah dilakukan yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien gangguan jiwa yang menjalani pengobatan lanjut, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga pada pencegahan kekambuhan pada klien skizofrenia. Penelitian lain oleh Yudi Pratama (2013), menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang buruk, pasien mengalami kekambuhan sebanyak 81,8% sedangkan dukungan keluarga yang baik, pasien tidak mengalami kekambuhan sebanyak 88,9%. Dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran serta dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap pasien. Dukungan yang diberikan keluarga akan membuat pasien merasa berharga dan akan menambah semangat hidupnya.

Dengan adanya latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di ruangan poli psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado,” guna mengetahui gambaran mengenai dukungan yang diberikan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun masalah yang dapat dirumuskan yaitu: “Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(24)

Diidentifikasi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diidentifikasi dukungan emosional dari keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2. Diidentifikasi dukungan informasi dari keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

3. Diidentifikasi dukungan penilaian dari keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

4. Diidentifikasi dukungan instrumental dari keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Keilmuwan

Dengan adanya dukungan keluarga berupa dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian positif dari keluarga, diharapkan dapat menjadi wawasan dalam memberikan dukungan terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.4.2. Manfaat Aplikatif

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan perencanaan

community base care yang melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan pasien gangguan jiwa.

2. Bagi Keluarga Pasien

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran dalam memberikan dukungan terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(25)

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama pendidikan dan dijadikan sebagai bahan pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

(26)

2.1. Dukungan Keluarga

2.1.1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal dan eksternal (Friedman, 2010).

Cohen dan Syme (1996:241) dikutip dalam Setiadi (2008) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Dukungan sosial keluarga menurut Friedman (1998:174) dikutip dalam Setiadi (2008) adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.

Studi-studi tentang dukungan keluarga dalam Friedman (1998:196) yang dikutip oleh Setiadi (2008), telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga berupa dukungan sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak. Sedangkan dukungan keluarga berupa dukungan sosial keluarga eksternal antara lain keluarga besar, sahabat dan teman di sekolah atau kantor, tetangga, kelompok sosial, kelompok rekreasi, kelompok ibadah, dan praktisi kesehatan.

Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. (Friedman, 2010)

2.1.2. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (1988:198) dikutip dalam Setiadi (2008), jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu:

(27)

Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

2. Dukungan Informasional

Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi).

3. Dukungan Penilaian (appraisal)

Dukungan penilaian, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

4. Dukungan Emosional

Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

2.1.3. Ciri-ciri Dukungan Sosial Keluarga

Menurut House (Smet, 1994:136) dikutip dalam Setiadi (2008), setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain: 1. Informatif

Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

2. Perhatian Emosional

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

(28)

3. Bantuan Instrumental

Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

4. Bantuan Penilaian

Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

2.1.4. Fungsi Dukungan Keluarga

House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan, diantaranya:

1. Dukungan Emosional

Aspek-aspek dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang harus diterapkan kepada seluruh anggota keluarga. Fungsi afektif merupakan fungsi internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, dan saling mendukung serta menghargai antar anggota keluarga. Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang melalui pengaruhnya terhadap pembentukan emosional.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi. Untuk itu keluarga dapat memberikan bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

(29)

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga (L.Andriani, 2014).

2. Dukungan Informasi

Aspek-aspek dalam dukungan informasi meliputi nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

3. Dukungan Intrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

Fungsi ekonomi keluarga merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga, termasuk kebutuhan kesehatan anggota keluarga. Sedangkan fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi keluarga dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarganya, diantaranya merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatannya.

4. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan dan perhatian. Dukungan penilaian mempunyai fungsi afektif. Dengan adanya support, penghargaan dan perhatian ini, pasien menjadi termotivasi, pasien merasa dihargai dan merasa masih ada yang memperhatikan dirinya.

2.1.5. Sumber dan Manfaat Dukungan Keluarga

Friedman (1998) dikutip dalam Suwardiman (2011) menyatakan bahwa sumber dukungan keluarga, dimana dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga, tetapi keluarga memandang orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

(30)

Manfaat dukungan keluarga menurut Friedman (1988) dalam Suwardiman (2011), adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda namun demikian keluarga mampu berfungsi dalam kepandaian dan akal sehingga akan meningkat kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan.

Ryan dan Austin dalam Friedman (1988) dikutip oleh Suwardiman (2011), menyatakan secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh, dan pemulihan fungsi kognitif, fisik, serta kesehatan emosi.

2.1.6. Faktor-faktor Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998) dikutip oleh Suwardiman (2011), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatatif, menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil lebih banyak menerima perhatian daripada anak-anak dari keluarga besar. Selain itu dukungan yang diberikan orangtua khususnya seorang ibu. Ibu-ibu yang lebih muda cenderung tidak bisa mengenali kebutuhan anaknya dan lebih egosentris daripada ibu-ibu yang lebih tua. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah faktor sosial ekonomi orangtua, yang meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua, dan tingkat pendidikan orangtua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang demokratis dan adil mungkin ada. Sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otorikasi. Selain itu, orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi, daripada orangtua dengan kelas sosial bawah.

2.2. Konsep Dasar Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga

(31)

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua kata yakni “Kula” dan “Warga” yang berarti anggota kelompok kerabat. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga:

1. Menurut Bussad dan Ball (1966) dikutip dalam Setiadi (2008)

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tingal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.

2. WHO (1969) dikutip dalam Setiadi (2008)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

3. Wall (1986) dikutip dalam Padila (2012)

Wall mengemukakan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. 4. Depkes RI (1988) dikutip dalam Padila (2012)

Mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

5. Effendy (1998) dikutip dalam Harmoko (2012)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(32)

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga yang tinggal bersama dibawah satu atap bersama beberapa orang yang mempunyai ikatan darah, yang saling bergantung, mempunyai ikatan kebersamaan dan juga ikatan emosional.

2.2.2. Ciri-ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (Padila, 2012) ciri-ciri keluarga sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan, yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sangaja dibentuk atau dipelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota keluarga berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

Sedangkan Setiadi (2008) menyebutkan ciri-ciri keluarga Indonesia ada 3, yakni:

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong

royong.

2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan

secara musyawarah.

(33)

Menurut Harmoko (2012), keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, kita perlu memahami berbagai tipe keluarga, yaitu:

1. Nuclear Family (Keluarga inti)

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak tinggal dalam satu rumah dalam suatu ikatan perkawinan.

2. Extend Family (Keluarga besar)

Extend Family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya.

4. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudag berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya/salah satu bekerja di rumah.

6. Single parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. 8. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu tertentu.

(34)

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

10. Three generation

Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah. 11. Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti-panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group marriage

Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu akan menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmaried parent and child

Ibu dan anak yang menikah dimana pernikahan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

15. Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di Indonesia dikenal dua tipe keluarga, yaitu:

1. Tipe Keluarga Tradisional a. Keluarga inti

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung/angkat).

b. Keluarga besar

Keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misal kakek, nenek, paman, bibi.

(35)

c. Single parent

Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan kematian atau perceraian.

d. Single adult

Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa. e. Keluarga lanjut usia

Terdiri dari suami istri lanjut usia. 2. Tipe Keluarga Non Tradisional

a. Commune family

Lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b. Orangtua (ayah ibu)

Orangtua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homosexual

Dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.

2.2.4. Struktur Keluarga

1. Macam-macam Struktur Keluarga

Menurut Padila (2012), ada beberapa struktur keluarga di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah: a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

(36)

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Harmoko (2012), ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai berikut:

a. Terorganisasi

Terorganisasi yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

b. Terbatas

Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.

c. Perbedaan dan Khusus

Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

3. Dimensi Struktural Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Harmoko (2012), struktur keluarga terdiri atas: Pola dan proses komunikasi; Struktur peran; Struktur kekuatan; Struktur nilai dan norma. Struktur keluarga dapat digambarkan sebagai berikut:

(37)

Gambar 2.1 Dimensi Struktural Keluarga (Padila, 2012)

a. Struktur Komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan (Harmoko, 2012). Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan (Padila, 2012). Sedangkan komunikasi dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isi dan pendapat sendiri (Harmoko, 2012). Faktor utama penyebab terjadi komunikasi disfungsional adalah harga diri keluarga, khususnya orang tua rendah. Penyebab rendah diri itu sendiri adalah pemusatan pada diri sendiri, perlu persetujuan total dan kurangnya empati. (Padila, 2012)

b. Struktur Peran (Role)

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. (Padila, 2012)

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Pada struktur peran bersifat

ROLE K O M U N I K A S I ST RU KT UR KE LU AR GA P O W E R NILAI/NORMA

(38)

informal atau formal (Harmoko, 2012). Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen, seperti peran parental dan perkawinan, peran seksual perkawinan, peran ikatan keluarga atau kinkeeping, dan peran kakek/nenek. Sementara peran informal keluarga biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga. Peran informal bisa bersifat adaptif dan maladaptif/merusak. (Padila, 2012).

Gambar 2.2. Struktur Peran (Harmoko, 2012)

c. Struktur Kekuatan/Kekuasaan (Power)

Kekuasaan keluarga adalah kemampuan (potensial atau aktual) individu untuk mengontrol, mempengaruhi, dan merubah tingkah laku anggota keluarga. (Padila, 2012)

Bentuk kekuasan yang lazim terjadi dikeluarga: Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan

effektif power. (Harmoko, 2012)

d. Struktur Nilai dan Norma

Perilaku Ketrampulan Harapan Masyarakat Peran yang diterima Contoh Peran Perilaku Individu

(39)

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. (Harmoko, 2012)

Sebuah nilai dari keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.

2.3. Peran Keluarga

2.3.1. Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. (Harmoko, 2012)

Setiadi (2008) menyatakan bahwa peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain: 1. Ayah

Sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

(40)

2.3.2. Konflik Peran

Menurut Harmoko (2012), macam-macam konflik peran diantaranya sebagai berikut:

1. Konflik Antarperan

Konflik antarperan adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari suatu peran tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu. Konflik peran terjadi ketika sejumlah peran dari seorang individu tidak seimbang.

2. Konflik Peran Antarpengirim (Intersender Role Conflict)

Konflik peran antarpengirim adalah suatu konflik dimana dua orang atau lebih memegang harapan-harapan yang berkonflik, menyangkut pemeranan suatu peran. Pada konflik ini ada harapan pada peran seorang individu.

3. Person-Role Conflict

Person-role conflict meliputi suatu konflikantara nilai-nilai internal individu, nilai-nilai eksternal, dan berperilaku pada situasi yang sarat dengan stress peran. Tipe ini sama dengan tipe peran antarpengirim, kecuali berbeda dalam hal tidak adanya harapan peran diantara orang-orang diluar lingkungan.

2.4. Fungsi dan Tugas Keluarga 2.4.1 Fungsi Keluarga

Harmoko (2012) menyebutkan ada 5 fungsi keluarga yang dapat dijalankan sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis

Fungsi biologis, yaitu fungsi meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

(41)

Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang. 5. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Sedangkan Friedman (1998) dikutip dalam Harmoko (2012), mengidentifikasi ada 5 fungsi dasar keluarga diantaranya adalah: 1. Fungsi Afektif (The Affective Function)

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikologis. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia dan gembira. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yang berarti dan merupakan sumber kasih sayang. Dukungan yang semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi keluarga. Komponen fungsi afektif yang perlu dipenuhi antara lain:

a. Memelihara saling asuh (mutual nurturance) b. Keseimbangan saling menghargai

(42)

d. Keterpisahan dan kepaduan.

2. Fungsi Sosialisasi (The Socialzation Function)

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.

3. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)

Dengan adanya program keluarga berencana, fungsi ini sedikit terkontrol.

4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)

Fungsi ini sulit dipenuhi keluarga yang berbeda di bawah garis kemiskinan.

5. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan (The Health Care Function)

Fungsi ini menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2.4.2. Tugas Keluarga 1. Tugas Pokok

Padila (2012) menyebutkan bahwa pada dasarnya ada 8 tugas pokok keluarga, sebagai berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas sesuai kedudukannya dalam keluarga d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Membangkitkan semangat dan dorongan anggota keluarga 2. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Harmoko (2012) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yakni sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

(43)

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

2.5. Konsep Dasar Gangguan Jiwa 2.5.1. Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut Zakiah Darajat dalam Yosep (2014) adalah suatu keabnormalan yang terbagi dalam dua golongan, yakni gangguan jiwa neurosa dan gangguan jiwa psikosa. Orang yang terkena neurosa

masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya, sedangkan orang yang terkena psikosa tidak memahami kesukaran-kesukarannya, kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan motivasinya sangat terganggu), tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

2.5.2. Penyebab Umum Gangguan Jiwa

Sumber penyebab gangguan jiwa menurut Yosep (2014) dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling mempengaruhi. Ketiga unsur tersebut antara lain:

1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis

Faktor-faktor somatik diantaranya adalah neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor-faktor pre dan peri-natal.

2. Faktor-faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif

Faktor-faktor psikologik diantaranya adalah interaksi ibu – anak, peranan ayah, persaingan antara saudara kandung, intelegensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah, konsep diri, ketrampilan, bakat dan kreativitas, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat perkembangan emosi.

(44)

Faktor-faktor sosiokultural diantaranya adalah faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan).

2.5.3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa 1. Gangguan Kognisi

Kognisi adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibutuhkan dalam memperoleh, menyimpan, mendapat kembali, dan menggunakan pengetahuan. Secara garis besar kognisi meliputi proses-proses mental, seperti mempersepsikan, belajar, mengingat, menggunakan bahasa, dan berpikir. (Semiun, 2006). Bentuk dari gangguan kognisi adalah gangguan sensasi dan persepsi.

Bentuk-bentuk gangguan sensasi dan persepsi menurut Yosep (2014) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Sensasi

Bentuk dari gangguan sensasi diantaranya adalah hiperestesia,

anestesia, parastesia, sinestesia, hiperosmia, anosmia,

hiperkinestesia dan hipokinestesia. b. Gangguan Persepsi

Bentuk dari gangguan persepsi diantaranya adalah ilusi dan halusinasi. Ada beberapa jenis halusinasi, yakni: Halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, raba dan seksual, kinestetik, viseral.

c. Gangguan Depersonalisasi d. Gangguan Derealisasi 2. Gangguan Perhatian

Perhatian adalah memusatkan kesadaran pada stimulus-stimulus tertentu (Semiun, 2006). Beberapa bentuk gangguan perhatian menurut Yosep (2014), diantaranya adalah distraktibiliti, aproseksia,

hiperproseksia. 3. Gangguan Ingatan

Ingatan adalah proses mental yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan, dan pemunculan kembali informasi yang

(45)

pernah diterima (Semiun, 2006). Beberapa bentuk gangguan ingatan menurut Yosep (2014), diantaranya adalah amnesia, hipernemsia dan paramnesia (pemalsuan ingatan) dalam bentuk konfabulasi, pemalsuan retrospektif, déjà vu, dan de jamais vu.

4. Ganguan Asosiasi

Asosiasi adalah proses mental yang menyebabkan suatu kesan indra atau gambaran ingatan cenderung mengingat kembali gambaran atau konsep lain yang sebelumnya ada hubungan dengannya (Semiun, 2006). Beberapa bentuk gangguan asosiasi diantaranya adalah retardasi (perlambatan), kemiskinan ide,

perseversi, flight of ideas, inkohorensi, blocking, aphasia. 5. Gangguan Pertimbangan atau Penilaian

Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan atau menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas (Yosep, 2014). Menurut Semiun (2006) beberapa bentuk gangguan penilaian (judgment) seperti kekeliruan dlm penilaian dan delusi. Delusi dapat diklasifikasikan menurut isinya, yakni: delusi kemegahan, delusi depresif dan menuduh diri sendiri, delusi somatik atau hipokondriasis, delusi nihilistik, delusi referensi atau ide-ide referensi, dan delusi pengaruh.

6. Gangguan Pikiran

Semiun (2006) menyebutkan tipe-tipe utama dari gangguan pikiran adalah pikiran autis, konfabulasi, pikiran obsesif, fobia, dan

hipokondria. Sedangkan menurut Yosep (2014) gangguan pikiran terdiri dari gangguan bentuk pikiran, gangguan arus pikiran dan gangguan isi pikiran diantaranya meliputi isi pikiran non verbal atau isi pikiran verbal, contoh waham.

7. Gangguan Kesadaran

Yosep (2014) mengatakan bahwa kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri, melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan

(46)

terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Bila kesadaran baik, maka terjadi orientasi (waktu, tempat, orang) dan sebaliknya. Bentuk-bentuk gangguan kesadaran menurut Yosep terdiri dari tiga:

a. Kesadaran Kuantitatif

Terdiri dari kesadaran yang menurun berupa apatis, somnolen, sopor, subkoma, dan kesadaran yang meninggi yang disebabkan oleh zat toksik atau faktor psikologik.

b. Kesadaran Kualitatif

Kesadaran kualitatif diantaranya yakni stupor, twilight state, fuge,

confusion, tranco (trans).

c. Gangguan orientasi (disorientasi). 8. Gangguan Kemauan

Bentuk gangguan kemauan menurut Yosep (2014) diantaranya yakni abulia, negativisme, rigiditas, kompulsi.

9. Gangguan Emosi dan Afek

Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek yakni euforia, elasi,

ekstalsi (disertai waham kebesaran), eklasi (kegairahan),

inappropriate afek (afek yang tidak sesuai), afek yang kaku (rigrid), emosi labil, cemas dan depresi, ambivalensi, apatis, serta emosi yang tumpul dan datar.

10. Gangguan Psikomotor (Gangguan Motor)

Semiun (2006) mengelompokkan gangguan motor menjadi tiga kategori, yaitu hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan gangguan aktivitas. Gangguan aktivitas berupa apraksia, atraksia, atetosis, gerakan

choreiform, konvulsi, spasme dan tremor.

2.6. Penelitian Terkait

2.6.1. Dukungan Emosional

Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika, keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhuna, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan) hasilnya 57% kembali dirawat di

(47)

RSJ, sedangkan keluarga dengan ekspresi emosi rendah hasilnya hanya 17% saja yang kembali dirawat (M. Sandy Fitra, 2013)

2.6.2. Dukungan Informasi dan Kekambuhan

Berdasarkan penelitian BLUD RSJ. Aceh, menunjukkan bahwa keluarga dengan dukungan keluarga yang buruk pasien akan mengalami kekambuhan sebanyak 81,8% sedangkan dukungan keluarga yang baik pasien tidak akan mengalami kekambuhann sebanyak 88,9% (Yudi Pratama, 2013)

2.6.3. Dukungan Penilaian

Berdasarkan penelitian M. Sandy Fitra (2013) dalam penelitiannya dikemukakan bahwa sikap positif yang diberikan keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang sakit untuk menjalani perawatan rutin dan lanjut setiap bulannya, dan mempengaruhi kepatuhan untuk meminum obat sesuai anjuran dokter.

2.6.4. Dukungan Instrumental

Berdasarkan penelitian Kaplan dan Sadock (2006) menunjukkan bahwa 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit dan menjalani perawatan dirumah tidak meminum obat secara teratur.

(48)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konseptual

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa

Keterangan:

: Diteliti : Tidak diteliti : Hubungan lemah

: Ada hubungan yang kuat (Setiadi, 2007) Penyebab gangguan jiwa: 1. Faktor somatik 2.Faktor psikologik 3. Faktor sosiogenik Dukungan keluarga: Dukungan emosional, informasi, penilaian, instrumental. Gangguan Jiwa Kekambuhan

(49)

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. (Setiadi, 2007)

Tabel 3.1.

Format definisi operasional

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala

Ukur Variabel mandiri: Dukungan keluarga Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan informasi yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Dukungan emosional dengan 7 pernyataan, jika: a. 11-14 kategori baik b. 5-10 kategori cukup c. 1-4 kategori kurang Dukungan informasi dengan 8 pernyataan, jika: a. 12-16 kategori baik b. 7-11 Kuesioner Kuesioner Nominal Nominal

(50)

Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi

pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

Dukungan

instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

kategori cukup c. 1-6 kategori kurang Dukungan penilaian dengan 5 pernyataan, jika: a. 8-10 kategori baik b. 5-7 kategori cukup c. 1-4 kategori kurang Dukungan instrumental dengan 6 pernyataan, jika: a. 9-12 kategori baik b. 8-11 kategori cukup c. 1-7 kategori Kuesioner Kuesioner Nominal Nominal

(51)

kurang

BAB IV

(52)

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. (Setiadi, 2007)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey, tentang dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu, hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang dikumpulkan. (Setiadi, 2007)

Peneliti akan menilai tentang seberapa besar dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan instrumental terhadap anggota keluarga yang sakit di ruangan Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado, yang dilakukan di ruangan Poli Psikiatri sebagai tempat dimana peneliti dapat menemukan responden (keluarga pasien) yang mengantar anggota keluarganya yang sakit (pasien) untuk menjalani rawat jalan ditempat tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dalam dua minggu setelah proposal disetujui, dan dilaksanakan pada 1 Juni sampai 30 Juni 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

(53)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Atmojo, 1993:75 dalam Setiadi, 2007). Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target dan populasi survey. Populasi target yaitu seluruh unit populasi dan populasi

survey adalah sub unit dari populasi target. Sub unit dari populasi survey untuk selanjutnya menjadi sampel penelitian. (Setiadi, 2007)

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan keluarga dari pasien dengan skizofrenia sebagai responden yang menjalani rawat jalan di Poli Psikiatri RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado dengan jumlah kunjungan perhari sekitar 30 orang, dengan jumlah populasi dalam dua minggu penelitian diperkirakan mencapai 300 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Atmojo, 1993:75 dalam Setiadi, 2007). Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus penelitian deskriptif dibawah ini:

n= N 1+N(d²) n= 300 1+300(0,05²) n=171 Keterangan: N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan yang diinginkan (Setiadi, 2007)

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi Struktural Keluarga
Tabel 5.4 Dukungan Emosional Keluarga ………………………….... 43
Gambar 2.1 Dimensi Struktural Keluarga (Padila, 2012)
Gambar 2.2. Struktur Peran (Harmoko, 2012)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan emosional, informasi, instrumental/nyata dan penghargaan/penilaian mampu meningkatkan semangat lansia menghadapi masa

Dukungan Penilaian Dukungan Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Jaringan Sosial, Dukungan Keluarga dan Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS di RSUP.H.. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) dukungan keluarga berupa dukungan emosional, instrumental, informasi dan penghargaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga yaitu dukungan informasi, emosional, penilaian, dan instrumental dengan tingkat

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini untuk mengidentifikasi dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan emosional yang diberikan

Menurut Setiadi, dukungan instrumental atau dukungan financial adalah keluarga menyediakan dana untuk kesehatan jiwa dan raga bagi anggota keluarga, dana tersebut dapat dalam

Dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan emosional, informasi, instrumental/nyata dan penghargaan/penilaian mampu meningkatkan semangat lansia menghadapi masa

instrumental, infromasional, penilaian, dan emosional) yang baik yang diberikan oleh keluarga/responden kepada penderita memberikan dampak positif dalam mencegah kemungkinan