• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Konsumsi Hama Brontispa longissima pada Beberapa Kultivar Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laju Konsumsi Hama Brontispa longissima pada Beberapa Kultivar Kelapa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

54

W.J. SAMBIRAN

1)

, MELDY L.A. HOSANG

1)

DAN MAX TULUNG

2)

1)Balai Penelitian Tanaman Palma

Jalan Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado 95001 2)Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado

E-mail: juni2584@gmail.com

Diterima 7 Januari 2013 / Direvisi 22 April 2013 / Disetujui 20 Mei 2013

ABSTRAK

Hama kelapa Brontispa longissima menyerang kultivar Kelapa Dalam maupun Genjah sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi kelapa. Kemampuan makan serangga hama berbeda untuk setiap kultivar kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju konsumsi hama B. longissima pada beberapa kultivar kelapa. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi dan Fitopatologi, Balai Penelitian Tanaman Palma pada tahun 2008. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 12 perlakuan (kultivar kelapa) yang terdiri dari 8 kultivar kelapa Dalam dan 4 kultivar kelapa Genjah dengan ulangan 3 kali. Kultivar kelapa yang digunakan adalah Kelapa Dalam: Bali (DBI), Mamuaya (DMA), Tenga (DTA), Lubuk Pakam (DLP), Mapanget (DMT), Renell (DRL), Palu (DPU) dan Banyuwangi (DBG) serta Kelapa Genjah: Kuning Nias (GKN), Kuning Bali (GKB), Salak (GSK) dan Raja (GRA). Serangga uji adalah larva B. longissima instar 2, 3 dan 4. Masing-masing satuan percobaan menggunakan 20 larva pada setiap instar dan kultivar kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju konsumsi hama B. longissima padakultivar kelapa Genjah lebih tinggi daripada kultivar kelapa Dalam. Laju konsumsi (ACR = Approximate Consumption Rate) larva instar 2 – 4 untuk kelapa Dalam bervariasi antara 0,0001 – 0,0113 mg konsumsi/hari dan kelapa Genjah 0,0113 – 0,0226 mg konsumsi/hari. Laju konsumsi relatif (RCR = Relative Consumption Rate) larva instar 2 – 4 untuk kelapa Dalam bervariasi antara 0,0009 – 0,3836 mg konsumsi/mg berat larva/hari dan kelapa Genjah 0,1044 – 0,5137 mg konsumsi/mg berat larva/hari.

Kata kunci: Kelapa, Brontispa,Laju konsumsi.

ABSTRACT

Comsumption Rate of Brontispa longissima pest on Several Coconut Cultivars

Brontispa longissima attacking coconut both on Tall and Dwarf cultivars which caused reduction of coconut production. Insects pest feeding ability are different on each coconut cultivars. The objective of this study was to determine the consumption rate of B. longissima pest on several coconut cultivars. The research was conducted in the laboratory of Entomology and Phytopathology, Indonesian Palm Crops Research Institute in 2008. The research was done by completely randomized design with 12 treatments (coconut cultivars) consists of 8 Tall coconut cultivars and 4 Dwarf coconut cultivars with 3 replications. Coconut cultivars consist of coconut Tall: Bali Tall (BAT), Mamuaya Tall (MAT), Tenga Tall (TAT), Lubukpakam Tall (LPT), Mapanget Tall (MPT), Renell Tall (RLT), Palu Tall (PUT) and Banyuwangi Tall (BGT) and Coconut Dwarf Cultivars: Nias Yellow Dwarf (NYD), Bali Yellow Dwarf (BYD), Salak Green Dwarf (SGD) and Raja Brown Dwarf (RBD). Insects test were 2, 3, and 4 of instar larvae B. longissima. Each trial was used 20 larvae per instar larvae and coconut cultivars. The results showed that the consumption rate of B. longissima on Dwarf cultivars higher than the Tall cultivars.Consumption Rate (ACR = Approximate Consumption Rate) instar larvae 2 – 4 for Tall coconut varied between 0.0001 – 0.0113 mg consumption/day and Dwarf coconut varied between 0.0113 – 0.0226 mg consumption/day. Relative Consumption Rate(RCR) instar larvae 2 – 4 for Tall coconut varied between 0.0009 – 0.3836 mg consumption/mg larvae weight/day and Dwarf coconut 0.1044 – 0.5137 mg consumption/mg larvae weight/day.

Keywords: Coconut, Brontispa, Consumption rate.

PENDAHULUAN

Hama B. longissima merupakan salah satu hama penting pada tanaman kelapa dan palma lain. Hama ini merupakan hama asli Indonesia yang telah menyebar luas dengan cepat ke lebih dari 25 negara di Asia, Australia dan Kepulauan Pasifik. Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi

kelapa sampai 80% bahkan menyebabkan kematian pada tanaman. Food and Agriculture Organisation

(FAO) menaksir kerugian tersebut mencapai satu

milyar USD jika tidak segera dikendalikan (Singh dan Rethinam, 2005).

Hama B. longissima ditemukan pada bibit dan tanaman dewasa. Hama ini merusak pucuk atau janur kelapa sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hama B. longissima menggerek lapisan

(2)

55

epidermis daun untuk dikonsumsi, sehingga daun

mengeriput seperti terbakar. Serangan pada daun muda lebih berpengaruh dibandingkan pada daun tua, karena proses fotosintesis lebih banyak terjadi pada daun di bagian mahkota (Hosang et al., 2000). Beberapa serangga melakukan aktifitas makan pada malam hari untuk menghindari aktivasi allelokimia (Riyanto, 2010). Untuk hama B. longissima memiliki sifat tidak menyukai cahaya sehingga pada saat daun dalam lipatan janur terbuka, larva dan imago akan ber-pindah menyerang daun yang lebih muda atau yang masih menutup.

Serangan hama mempunyai hubungan spesifik dengan tanaman inang. Untuk hidup dan berkem-bangbiak, serangga harus menentukan inangnya. Beberapa serangga pemakan tanaman langsung meletakkan telur pada tanaman yang penting untuk bereproduksi. Banyak tanaman dapat menjadi inang yang cocok untuk serangga tertentu tetapi tidak menarik bagi serangga lain. Pemilihan serangga terhadap tanaman sebagai makanan, tempat bertelur ataupun berlindung sangat ditentukan oleh sifat fisik dan zat-zat yang terkandung dalam tanaman tersebut. Kandungan metabolit sekunder merupakan salah satu penentu resistensi tanaman inang terhadap serangan hama. Senyawa alkaloid dan fenolik banyak ditemu-kan pada tanaman. Hasil penelitian Sofiyanti et al., 2008, menemukan bahwa serangga Rafflesia hasseltii yang berinteraksi dengan Tetrastigma leucostaphylum me-miliki kandungan alkaloid dan fenolik yang sama, namun kadar pada R. hasseltii lebih tinggi diban-dingkan inang.

Setelah menentukan inang, serangga meng-gunakan inang tersebut untuk dikonsumsi. Serangga membutuhkan energi dan nutrisi untuk bertahan hidup, bertumbuh dan reproduksi. Komponen nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral, ada yang tidak dicerna dan diserap oleh tubuh serangga Lindroth (1993).

Jenis tanaman sebagai makanan biasanya terbatas pada famili atau genus yang sama, walaupun beberapa hama mempunyai inang yang banyak. Kuantitas dan kualitas makanan dapat mem-pengaruhi perkembangan serangga. Makanan utama adalah makanan yang paling banyak diserang, sebaliknya makanan alternatif jarang diserang kecuali populasi hama itu tinggi (Brown et al., 1980). Inang utama hama B. longissima adalah tanaman kelapa sehingga serangan lebih banyak terjadi pada tanaman kelapa dibandingkan dengan tanaman palma lain.

Beberapa penelitian telah dilakukan secara berkelanjutan di Balai Penelitian Palma, untuk mengendalikan hama B. longissima menggunakan tanaman tahan dan musuh alami potensial (Alouw, 2007, 2009; Alouw dan Novianti, 2010; Lumentut,

2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju konsumsi hama B. longissima pada beberapa kultivar kelapa dengan mengetahui perbandingan jumlah konsumsi daun kelapa dari beberapa kultivar oleh larva B. longissima per hari.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi dan Fitopatologi, Balai Penelitian Tanaman Palma pada tahun 2008. Penelitian ini menggunakan daun pucuk dari bibit kelapa umur 1 tahun. Bibit kelapa yang digunakan terdiri dari 12 kultivar kelapa, yaitu: Kelapa Dalam Mapanget (DMT), Kelapa Dalam Tenga (DTA), Kelapa Dalam Palu (DPU), Kelapa Dalam Bali (DBI), Kelapa Dalam Mamuaya (DMA), Kelapa Dalam Lubuk Pakam (DLP), Kelapa Dalam Renell (DRL), Kelapa Dalam Banyuwangi (DBG), Kelapa Genjah Kuning Nias (GKN), Kelapa Genjah Salak (GSK), Kelapa Genjah Kuning Bali (GKB) dan Kelapa Genjah Raja (GRA). Alat yang digunakan ialah wadah plastik, kuas, label, gunting, gunting stek, timbangan digital, mikroskop elektron, kamera dan alat tulis menulis.

Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 12 perlakuan (kultivar kelapa) diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing satuan percobaan menggunakan 20 larva pada setiap instar dan kultivar.

Kegiatan pelaksanaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1). Serangga dikoleksi dari lapangan dipisahkan berdasarkan beberapa instar larva, kemudian dipelihara dalam wadah plastik di laboratorium, untuk memperoleh serangga dengan umur yang seragam.

2). Daun pucuk kelapa dari masing-masing kultivar dan larva uji (instar 2, 3 dan 4) ditimbang dengan menggunakan timbangan digital untuk mem-peroleh berat awal dan diletakkan dalam cawan petri yang sudah dilapisi kertas filter.

3). Larva dimasukkan ke dalam wadah plastik berisi makanan serangga (daun pucuk) masing-masing kultivar per wadah. Larva dibiarkan makan selama satu hari dan selanjutnya ditimbang berat larva, sisa makanan dan kotoran larva.

Parameter yang diamati menurut Schoonhoven

et al. (1998) adalah:

1. Berat larva instar 1, 2, 3 dan 4

2. Berat daun kelapa masing-masing kultivar 3. Sisa makanan

(3)

56

Gambar 2. Laju konsumsi B. longissima instar 3 pada beberapa kultivar kelapa.

Figure 2. Approximate Consumption Rate (ACR) number of B. longissima on 3rd instar larvae on some

coconut cultivars.

Gambar 1. Laju konsumsi B. longissima instar 2 pada beberapa kultivar kelapa.

Figure 1. Consumption rate of B. longissima on 2nd

instar larvae on some coconut cultivars

0,0000 0,0050 0,0100 0,0150 0,0200 0,0250

DRL DPU DLP DMT DTA DMA DBI DBG GKN GKB GRA GSK KULTIVAR A C R I N S TA R 4 ( g )

Gambar 3. Laju konsumsi B. longissima instar 4 pada beberapa kultivar kelapa.

Figure 3. Approximate Consumption Rate (ACR) number of B. longissima on 4th instar larvae on some

coconut cultivars 0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016

DRL DPU DLP DMT DTA DMA DBI DBG GRA GKN GKB GSK

KULTIVAR A C R I N S TA R 2 ( g )

5. Laju konsumsi (ACR = Approximate

Consumption Rate) ACR = mg konsumsi/hari

6. Laju konsumsi relatif (RCR = Relative

Consumption Rate) RCR = mg konsumsi/mg

berat larva/hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larva yang telah diperoleh dari lapangan, masing-masing instar digunakan untuk uji peman-faatan makanan berdasarkan parameter yang diukur yaitu laju konsumsi dan laju konsumsi relatif. Laju konsumsi (mg konsumsi/hari) menunjukkan besar-nya aktifitas makan serangga yang diperoleh dari pengurangan berat tubuh larva sesudah dengan sebelum aktifitas makan. Pemanfaatan makanan oleh larva B. longissima bervariasi pada stadia larva dan imago pada setiap kultivar kelapa. Laju konsumsi pada larva B. longissima instar 2 pada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,0112 g) dan terendah pada kelapa DRL (0,0013 g). Sedangkan pada kultivar kelapa Genjah tertinggi pada kelapa GSK (0,0150 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,0127 g) (Gambar 1).

Pada larva B. longissima instar 3 laju konsumsi pada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,0055 g) dan terendah pada kelapa DRL (0,0001 g). Sedangkan pada kultivar kelapa Genjah tertinggi pada kelapa GSK (0,0106 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,0127 g) (Gambar 2). Laju konsumsi pada larva B. longissima instar 4 pada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,0113 g) dan terendah pada kelapa DRL (0,0014 g). Sedangkan pada kultivar kelapa Genjah tertinggi pada kelapa GSK (0,0226 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,0115 g) (Gambar 3).

Hasil analisis keragaman laju konsumsi pada larva B. longissima instar 2 terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selanjutnya dari uji BNJ terlihat bahwa pada kultivar DRL, DPU, DLP, DMT dan DTA tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan DMA, DBI, DBG dan GRA. Antara kultivar GRA, GKN, GKB dan GSK tidak terdapat perbedaan (Tabel 1).

(4)

57

Tabel 1. Rata-rata laju konsumsi larva B. longissima instar 2, 3 dan 4.

Table 1. Average Approximate Consumption Rate number on 2, 3 and 4 Instar larvae B. longissima

Kultivar

Coconut Cultivar

Rata-rata ACR pada instar

Average of ACR on instar

2 3 4

(g/days) Kelapa Dalam (Tall coconut)

DRL 0,0013 a 0,0001 a 0,0014 a DPU 0,0014 a 0,0008 a 0,0016 a DLP 0,0021 a 0,0011 a 0,0017 a DMT 0,0044 a 0,0013 a 0,0023 a DTA 0,0056 a 0,0021 a 0,0044 a DMA 0,0100 b 0,0032 a 0,0103 b DBI 0,0110 b 0,0032 a 0,0112 b DBG 0,0112 b 0,0055 a 0,0113 b

Kelapa Genjah (Dwarf coconut)

GRA 0,0127 c 0,0160 b 0,0115 c

GKN 0,0140 c 0,0113 b 0,0118 b

GKB 0,0143 c 0,0154 b 0,0196 b

GSK 0,0150 c 0,0160 b 0,0226 c

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada setiap lajur, berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Note: Numbers followed with the same letters on each column aresignificantly differences on 5% of HSD test.

H

asil analisis keragaman laju konsumsi larva pada B. longissima instar 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selanjutnya dari uji BNJ diperoleh hasil antara kelapa Dalam berbeda nyata dengan kelapa Genjah. Kultivar DRL, DPU, DLP, DMT, DTA, DMA, DBI dan DBG tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan GRA, GKN, GKB dan GSK (Tabel 1).

Hasil analisis keragaman laju konsumsi pada larva B. longissima instar 4 terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selanjutnya dari uji BNJ terlihat bahwa pada kultivar DRL, DPU, DLP, DMT dan DTA tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan DMA, DBI, DBG, GKN dan GKB. Antara kultivar GRA dan GSK tidak terdapat perbedaan (Tabel 1).

Pada penghitungan laju konsumsi relatif (mg konsumsi/mg berat larva/hari) bervariasi pada stadia larva pada setiap kultivar kelapa. Pada laju konsumsi relatif, larva B. longissima instar 2 pada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,0112 g) dan terendah pada kelapa DRL (0,0013 g). Sedangkan pada kultivar kelapa Genjah tertinggi pada kelapa GSK (0,0150 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,0127 g) (Gambar 4).

Pada larva B. longissima instar 3, laju konsumsi relatifpada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,0508 g) dan terendah pada kelapa DBI (0,0009 g). Sedangkan pada kultivar kelapa

Genjah tertinggi pada kelapa GSK dan GKN (0,1044 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,1044 g) (Gambar 5).

Gambar 4.

Laju konsumsi relatif

B. longissima

instar 2 pada beberapa kultivar kelapa.

Figure 4. Relative Consumption Rate (RCR) number of B. longissima on 2nd instar larvae on some coconut

cultivars

Pada larva B. longissima instar 4

laju konsumsi

relatif

pada kultivar kelapa Dalam tertinggi pada kelapa DBG (0,1062 g) dan terendah pada kelapa DRL (0,0216 g). Sedangkan pada kultivar kelapa Genjah tertinggi pada kelapa GSK (0,2124 g) dan terendah pada kelapa GRA (0,1081 g) (Gambar 6).

(5)

58

0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000 0,2500

DRL DPU DLP DMT DTA DMA DBI DBG GRA GKN GKB GSK KULTIVAR R C R I N S T A R 4 (g )

Gambar 5.

Laju konsumsi relatif

B. longissima

instar 3 pada beberapa kultivar kelapa

Figure 5. Relative Consumption Rate (RCR) number of B. longissima on 3rd instar larvae on some

coconut cultivars

Gambar 6. Laju konsumsi relatif B. longissima instar 4 pada beberapa kultivar kelapa.

Figure 6. Relative Consumption Rate (RCR) number of B. longissima on 4th instar larvae on some

coconut cultivars

Hasil analisis keragaman angka laju konsumsi relatif pada larva B. longissima instar 2 terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selanjutnya dari uji BNJ terlihat bahwa pada kultivar DBI, DLP, DMA, DRL dan DPU tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan DTA, DMT dan DBG. Antara kultivar GSK, GRA, GKB dan GKN tidak terdapat perbedaan (Tabel 2).

Hasil analisis keragaman laju konsumsi relatif pada larva B. longissima instar 3 menunjukkan ter-dapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selan-jutnya dari uji BNJ diperoleh hasil antara kelapa Dalam berbeda nyata dengan kelapa Genjah. Kultivar, DBI, DLP, DMA, DRL, DPU, DTA, DMT dan DBG tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan GRA, GKB, GSK dan GKN (Tabel 2).

Hasil analisis keragaman laju konsumsi relatif pada larva B. longissima instar 4 terdapat perbedaan yang sangat nyata (p=0,00). Selanjutnya dari uji BNJ

terlihat bahwa pada kultivar DBI, DLP, DMA, DRL dan DPU tidak terdapat perbedaan, tetapi berbeda dengan DTA, DMT, DBG, GRA dan GKN. Antara kultivar GKB dan GSK tidak terdapat perbedaan (Tabel 2).

Penggunaan efisiensi makanan dapat diguna-kan untuk melihat kualitas inang (Syahputra (2006), Hariani (2011). Parameter uji efisiensi makanan antara yaitu penghitungan laju konsumsi. Indeks nutrisi dapat digunakan untuk melihat hubungan antara serangga dan tanaman inang, seperti kandungan metabolit sekunder. Colom et al. (2007) menemukan bahwa asetogenin dapat mengurangi laju pertum-buhan dan efisiensi pertumpertum-buhan dari hasil aktifitas makan pada Spodoptera frugiperda. Hasil pengujian konsentrasi letal ekstrak biji bitung (LC50) dapat menyebabkan penurunan laju konsumsi relatif sebesar 4,38 g/hari (Dono et al., 2012).

Pada hasil penelitian ini, berdasarkan laju konsumsi yang diperolehterlihat bahwa semakin tua umur larva, laju konsumsi semakin tinggi, baik pada kultivar kelapa Dalam maupun Genjah. Dari hasil pengamatan terlihat laju konsumsi pada kultivar kelapa Genjah lebih tinggi dibandingkan pada kelapa Dalam. Aktifitas makan pada merupakan hasil interaksi dengan tanaman inangnya.

Interaksi serangga dengan tumbuhan inangnya dalam proses pemilihan inang melewati beberapa tahap yaitu yang berkaitan dengan perilaku serangga sebelum makan yaitu penemuan habitat inang, penemuan inang, pengenalan inang dan penerimaan inang kemudian kesesuaian inang melibatkan proses fisiologi setelah makanan dicerna yang akhirnya menentukan kesesuaian inang sebagai pakan bagi pertumbuhan dan perkembangan serangga.

Padahasil penghitungan laju konsumsi diper-oleh bahwa pada kondisi di laboratorium, hamaB.

longissima memilih mengkonsumsi kelapa Genjah

dibandingkan kelapa Dalam. Faktor fisik, nilai nutrisi dan kandungan zat racun pada makanan akan menentukan kesesuaian pakan serangga.

Kontak fisik pertama kali antara serangga dengan tanaman inang terjadi saat serangga mendarat atau menyentuh permukaan daun, karakteristik struktur daun menentukan perilaku serangga dalam berinteraksi. Selaput lilin yang dapat diekstrak dari bagian epikutikular yang merupakan garis pertama dari resistensi (Dent, 1991). Dari penelitian sebelum-nya, diperoleh bahwa lapisan lilin pada daun kelapa kultivar genjah lebih sedikit dibandingkan kultivar kelapa Dalam (Sambiran, 2008), sedangkan untuk kandungan trikoma pada kultivar kelapa Dalam dan Genjah tidak mempengaruhi pemilihan larva dan kumbang B. longissima (Alouw et al., 2011).

(6)

59

Tabel 2. Rata-rata angka RCR larva B. longissima instar 2, 3 dan 4.

Table 2. Average RCR number on 2, 3 and 4 instar larvae B. longissima.

Kultivar

Coconut cultivars

Rata-rata RCR pada instar

Average of ACR on instar

2 3 4

(g/days) Kelapa Dalam (Tall Coconut)

DBI 0,0445 a 0,0009 a 0,0132 a DLP 0,0479 a 0,0074 a 0,0150 a DMA 0,0719 a 0,0102 a 0,0160 a DRL 0,1507 a 0,0120 a 0,0216 a DPU 0,1918 a 0,0194 a 0,0414 a DTA 0,3425 b 0,0296 a 0,0968 b DMT 0,3767 b 0,0296 a 0,1053 b DBG 0,3836 b 0,0508 a 0,1062 b

Kelapa Genjah (Dwarf Coconut)

GSK 0,4349 c 0,1044 b 0,2124 c

GRA 0,4795 c 0,1423 b 0,1081 b

GKB 0,4897 c 0,1478 b 0,1842 c

GKN 0,5137 c 0,1478 b 0,1109 b

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada setiap lajur, berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Note: Numbers followed with the same letters on each column aresignificantly differences on 5% of HSD test.

Pada pengamatan di lapangan hama B.

longissima lebih banyak menyerang kultivar kelapa

Dalam dibandingkan kelapa Genjah. Hal ini disebabkan pucuk daun kelapa Genjah lebih cepat terbuka dibandingkan pada kelapa Dalam, sehingga perilaku hama B. longissima yang tidak menyukai cahaya lebih banyak pada kultivar kelapa Dalam. Syahputra (2006) mengemukakan bahwa kualitas pakan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup serangga yang mengkonsumsinya, jika pakan sesuai serangga akan mengkonsumsi makanan tersebut, sebaliknya, jika pakan tidak sesuai pada saat tidak ada pilihan, serangga terpaksa makan sedikit atau tidak makan sama sekali dan pada akhirnya akan mati.

KESIMPULAN DAN SARAN

Laju konsumsi larva instar 2, 3 dan 4 hama

B. longissima lebih tinggi pada kultivar kelapa Genjah

dibanding-kan kultivar kelapa Dalam. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang resistensi tanaman kelapa terhadap hama B. longissima.

DAFTAR PUSTAKA

Alouw, J.C. 2007. Kemampuan memangsa predator

Celisoches morio terhadap hama kelapa Brontispa longissima. Buletin Palma.(33):1-8.

Alouw, J.C. 2009. Tanggap fungsional predator

Celisoches morio terhadap hamaBrontispa

longissima. Buletin Palma 36:40-47.

Alouw, J.C dan D. Novianti 2010. Status hamaBrontispa longissima pada pertanaman kelapa di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Buletin Palma 39:154-161.

Alouw, J.C., W.J. Sambiran dan M.L.A. Hosang. 2011. The effect of phenotypic traits of 12 coconut cultivars to the preference of Brontispa

longissima. Buletin Palma 12(2):161-168.

Brown, J.F., A., F.D. Kerr Morgan dan I.H. Parbery. 1980. A course manual in plant protection. Australia Vice-Chancellors Committee.

Colom, O.A., A. Neske, S. Popich andA. Bardon. 2007. Toxic 3ffect of annonaceous acetogenins from

Annona cherimolia (Magnoliales:Annonaceae) on Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae)

Journal Pest Science 80:63-67.

Dent, D. 1991. Insect Pest Management. C. A. B. International. 213-292.

Dono, D.,C. Nasahi, E. Anggraini. 2008. Pengaruh ekstrak biji Barringtonia asiatica L. (Kurz)

(Lechitidaceae) terhadap mortalitas larva dan

fekunditas Crocidolomia pavonana F.

(Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal Agrikultura, 19 (1):5-14.

Hariani, N. I. Ahmad, dan R. Rahayu. 2011.Efisiensi

makan Spodoptera exigua (Lepidoptera:

(7)

60

dan Seledri di Laboratorium.Jurnal Natur Indonesia 14(1):86-89.

Hosang, M.L.A., G. Indriati, dan W.A. Baringbing. 2000.Kemampuan makan hama Brontispa

longissima Gestro. Buletin Palma 26:11-14.

Liebreghts, W., and K. Chapman. 2004. Impact and control of thecoconut Hispine Beetle, Brontispa

longissima Gestro (Coleoptera: Chrysomelidae).

Report on the Expert Consultation on Coconut Beetle Outbreak in APPPC member countries. FAO, Bangkok. p 19-25.

Lindroth, L.R. 1993. Food Conversion efficiencies of insect herbivores. The Food Insects Newsletter. Lumentut, N. 2008. Keanekaragaman hayati dan

komposisi musuh alamai hama kelapa Brontispa

longissima di Kecamatan Parigi, Provinsi

Sulawesi Tengah. Buletin Palma 34:1-8.

Riyanto. 2010. Cara Serangga Mematahkan Pertahanan

Tanaman.Forum MIPA.

Sambiran. 2008. Resistensi tanaman kelapa terhadap hama Brontispa longissima Gestro (Coleoptera: Chrysomelidae). [Tesis].Sekolah Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.

Schoonhoven, L.M., T. Jeremy and J. J. A. Van Loon. 1998. Insect-plant biology. From Physiology to Evolution. Chapman andHall. 409pp.

Singh, S.P., dan P. Rethinam. 2005. Coconut leaf Beetle Brontispa longissima. APCC, Jakarta. 35 pp.

Sofiyanti, N., N.N. Wahibah, D. Purwanto, E. Syahputra, dan K.M. Salleh. 2008. Alkaloid and phenolic compounds of Rafflesia leucastaphylum (Dennst), alston ex mabb. In Bukit Tigapuluh National Park, Riau: A Preliminary study. Biodiversitas 9(1):17-20.

Syahputra, E. Prijono, Dj. Dadang, S. Manuwoto, dan K.L. Darusman. 2006. Respons fisiologi

Crocidolomia pavonanaterhadap fraksi aktif Calophyllum soulattari. Hayati 13(1):7-12.

Gambar

Figure 2.  Approximate Consumption Rate (ACR) number  of  B. longissima on 3 rd  instar larvae on some  coconut cultivars
Figure 4.  Relative Consumption Rate (RCR) number of B.
Gambar 5.  Laju  konsumsi  relatif  B.  longissima  instar 3 pada beberapa kultivar kelapa  Figure 5
Table 2. Average RCR number on 2, 3 and 4 instar larvae B. longissima.

Referensi

Dokumen terkait

Periode klinis (clinical stage atau severity of illness) adalah bagian dari riwayat alamiah penyakit, dimulai dari diagnosis hingga sembuh, sakit, atau cacat (Sackett et

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan sikap ilmiah pada setiap siklus, nilai rata-rata konversi sikap ilmiah siswa pada siklus I yaitu 2.395, siklus II

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Likuiditas dan Profitabilitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan

mengenali, mengingat, atau menghasilkan suatu respons dari informasi yang telah dipelajari beberapa waktu sebelumnya (Hall,1989:14). Informasi diterima sebagai stimulus yang

Untuk mengidentifikasi karakteristik dan toksisitas akut limbah cair industri tahu perlu dilakukan penelitian terhadap limbah cair industri tahu dengan menggunakan

dapat dilihat bahwa penurunan Inflasi yang begitu signifikan dalam jangka panjang ternyata tidak diikuti oleh perubahan NPF, bahkan pada beberapa titik NPF justru mengalami

Untuk membatasi agar tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis hanya berfokus membahas pajak daerah Kabupaten Berau khususnya Pajak Hotel dan Restoran