• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspergillus flavus adalah jamur penghasil mikotoksin yang dikenal dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aspergillus flavus adalah jamur penghasil mikotoksin yang dikenal dengan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang

Pencegahan Infeksi A. flavus dan Kontaminasi

Aflatoksin pada Kacang Tanah

Astanto Kasno1

Ringkasan

Jamur A. flavus sebagai penghasil aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia, mamalia, unggas, dan menjadi penghambat nontarif dalam perdagangan kacang tanah di pasar internasional perlu dicegah. Gangguan jamur ini pada kesehatan manusia biasanya dengan gejala mual dan pusing, dan pada tahap lanjut berupa kanker hati. Pencegahan infeksi jamur dan produksi aflatoksin perlu dimulai sejak kegiatan prapanen mengingat penggunaan varietas tahan belum dapat dilakukan. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan adalah mengendalikan penyakit daun, pemberian hara yang cukup, terutama Ca, menghindari tanaman kacang tanah tercekam kekeringan pada umur 3-6 minggu sebelum panen. Pencegahan infeksi jamur pada kegiatan pascapanen dilakukan adalah panen pada kondisi cuaca baik, polong segera dipetik, menyingkirkan polong muda dan polong rusak, dan polong segar siap dipasarkan maksimal 24 jam setelah dipanen. Jika penjualan kacang tanah terpaksa ditunda, maka polong segera dikeringkan hingga kadar air biji kurang dari 9%, disimpan pada wadah kedap udara dalam ruangan bersih dengan ventilisi baik.

A

spergillus flavus adalah jamur penghasil mikotoksin yang dikenal denganaflatoksin. Jamur ini, terutama strain B1, diketahui sangat toksik dan bersifat karsinogenik (pemicu kanker), hepatotoksik (racun hati), dan mutagenik (pemicu mutasi gen) bagi manusia, mamalia, dan unggas.

Selain menginfeksi biji kacang tanah, jamur A. flavus juga menginfeksi jagung. Bungkil kacang tanah dan jagung biasa digunakan untuk ransum ternak. Kandungan aflatoksin B1 di Indonesia ditemukan mulai dari kacang segar, polong kering, biji, dan berbagai macam produk olahan dalam batas rata-rata atau membahayakan kesehatan manusia sebagaimana yang disyaratkan oleh FAO (Zahari et al. 1991; Swindle 1994).

Pada tahun 2003 dilaporkan bahwa produk olahan kacang tanah dari Indonesia ditolak di mancanegara karena mengandung aflatoksin di luar batas yang diijinkan. Dharmaputra et al. (1989) melaporkan, laju infeksi A. flavus dan produksi aflatoksin sangat dipengaruhi oleh kadar air biji. Sejalan dengan itu, Quitco et al. (1989) mendapatkan biji kacang tanah berkadar air 5-8%

(2)

telah menunjukkan kandungan aflatoksin 275 ppb setelah biji kacang tanah disimpan selama tiga bulan. Hasil penelitian tersebut memberikan indikasi bahwa kacang tanah yang disimpan telah terinfeksi oleh A. flavus sejak di lapang. Pollet et al. (1989) melaporkan pula bahwa contoh kacang tanah yang diambil dari ruang simpan di tingkat petani memiliki persentase infeksi A. flavus yang lebih rendah daripada contoh yang diambil di pasar.

Di Indonesia, untuk sampai ke pasar, kacang tanah memerlukan waktu 40-110 hari setelah panen (Muhilal 1977 dalam Machmud, 1989). Infeksi cendawan A. flavus dan kontaminasi aflatoksin pada biji kacang tanah terjadi pada pertanaman yang mengalami cekaman kekeringan pada fase reproduktif, terutama 3-6 minggu menjelang panen (Cole et al. 1995). A. flavus akan berkembang biak pada biji apabila senyawa antimikroba, fitoaleksin (phytoalexin) tidak terbentuk (Basha et al. 1994). Dengan terbentuknya senyawa antimikroba ini, maka cendawan A. flavus yang masuk ke dalam biji akan berada pada kondisi dorman. Sebaliknya, pada kadar air biji lebih

dari 8% dan suhu 25-36oC, cendawan A. flavus berkembang biak dan

membentuk aflatoksin (Wotton and Strange 1985).

Fenomena tersebut membuka peluang dikembangkannya cara pencegahan infeksi A. flavus. dan kontaminasi afkatosin pada kegiatan pra dan pascapanen kacang tanah.

Strategi Pencegahan

Infeksi A. flavus dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah meng-isyaratkan adanya tiga faktor yang selalu ada bersama-sama, yaitu: (1) varietas kacang tanah yang tidak mampu memproduksi fitoaleksin, (2) A. flavus yang ganas dan agresif, dan (3) lingkungan yang kondusif bagi perkembangan dan produksi aflatoksin. Lingkungan yang kondusif pada kegiatan prapanen adalah cekaman kekeringan pada stadia reproduktif, khususnya pada saat tanam berumur 3-6 minggu menjelang panen, sedangkan pada kegiatan panen dan pascapanen adalah kadar air, suhu, dan lama penyimpanan. Lamanya peyimpanan yang kritis adalah 40-120 hari setelah panen.

Strategi pengendalian jamur A. flavus sebelum tersedia varietas tahan adalah dengan mencegah lingkungan pra dan pascapanen agar tidak memicu infeksi dan produksi aflatoksin.

Menekan kontaminasi aflatoksin hingga batas yang diijinkan akan diperoleh biji kacang tanah yang sehat. Di pasar internasional, kandungan aflatoksin pada biji kacang tanah sering digunakan untuk menghambat nontarif dalam perdagangan komoditas ini.

(3)

Batas minimal cemaran kacang tanah berbeda pada setiap negara, Indonesia menetapkan 20 ppm, sedangkan FAO, MEE , dan Jepang masing-masing 15 ppm, 5 ppm, dan 0 ppm (Swindle 1994). Oleh karena itu, inovasi teknologi berperan penting dalam mendapatkan biji kacang tanah yang aman untuk konsumsi manusia, mamalia, atau unggas dan memenuhi sarat dalam perdagangan di pasar internasional.

Pencegahan Kontaminasi Aflatoksin

Mencegah infeksi jamur A. flavus dan produksi aflatoksin dapat diupayakan melalui berbagai kegiatan pra panen dan pascapanen primer. Kegiatan prapanen ditekankan untuk menghasilkan biji sehat dan bernas, sebab biji yang tidak bernas sensitif terhadap infeksi jamur A. flavus. Biji tidak bernas dapat disebabkan oleh penularan penyakit daun, kekurangan hara terutama Ca, dan cekaman kekeringan. Pencegahan infeksi A. flavus pada kegiatan prapanen dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan A. flavus seperti Jerapah, Sima, dan Turangga, namun benihnya belum cukup tersedia di tingkat petani (Kasno 1994). Oleh karena itu, pencegahan infeksi A. flavus ditekankan pada pengendalian penyakit daun, menghidari cekaman kekeringan pada stadia reproduktif, dan memenuhi kubutuhan hara tanaman agar dihasilkan biji sehat dan bernas.

Prapanen

Penggunaan varietas tanah dan aplikasi fungisida

Penularan penyakit daun (karat dan bercak daun) pada kacang tanah berdampak pada peningkatan infeksi jamur A. flavus, meskipun pengaruhnya tidak sebesar cekaman kekeringan. Pengendalian penyakit daun menggunakan fungisida menurunkan intensitas penularan A. flavus dari 13% menjadi 7% (Kasno 2003). Jerapah, Bison, dan Kancil merupakan varietas kacang tanah yang agak tahan terhadap penyakit daun. Penggunaan varietas ini perlu dipadukan dengan aflikasi fungisida tiofanat metil pada saat tanaman berumur 7 dan 9 minggu setelah tanam. Bila menggunakan varietas lain, terutama yang rentan penyakit daun, maka perlu penyemprotan fungisida tiofanat metil pada saat tanaman berumur 7, 9, dan 11 minggu setelah tanam.

Pemberian kapur

Pada fase pembentukan dan pengisian biji, kacang tanah perlu air dan hara Ca. Kacang tanah yang mengalami kahat air dan Ca pada fase tersebut akan menghasilkan sedikit polong dengan biji keriput. Kacang tanah dengan biji

(4)

keriput umumnya mudah terinfeksi A. flavus. Kapur dengan dosis 100-150 kg/ha dapat diberikan pada saat pengolahan tanah atau bersamaan dengan penyiangan pertama pada saat tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam.

Pengairan pada stadia reproduktif

Bartz et al. (1978) menemukan keragaman kolonisasi A. flavus pada varietas kacang tanah yang berbeda kepekaannya terhadap A. Flavus, sejalan dengan umur panen dan cara pengeringan. Kacang tanah yang ditanam pada tanah berpasir dan mengalami cekaman kekeringan pada stadia pembentukan polong dan pengisian biji sangat rawan terhadap infeksi A. flavus.

Kacang tanah pada fase pengisian biji sangat sensitif terhadap cekaman suhu dan kekeringan. Suhu tanah optimum untuk perkembangan A. flavus

berkisar antara 5,7-31,3oC. Suhu optimum tercapai bila tanaman kacang tanah

mengalami cekaman kekeringan pada umur 4-6 minggu sebelum panen. Pada

suhu 25,7oC, biji kacang tanah utuh dan sehat akan terbebas dari infeksi A.

flavus dan kontaminasi aflatoksin. Kontaminasi aflatoksin mulai terjadi pada

suhu 26,3oC, dan kandungan aflatoksin terus meningkat sejalan dengan

meningkatkan suhu hingga mencapai 31,2oC. Jika suhu tanah lebih dari suhu

tersebut tidak terjadi kontaminasi aflatoksin (Cole et al. 1985, Hill et al. 1985 dalam Ginting dan Beti 1996).

Di Indonesia kacang tanah banyak ditanam di lahan kering pada akhir musim hujan dan musim kemarau. Pada kondisi tersebut pertanaman kacang tanah akan mengalami cekaman kekeringan pada stadia reproduktif dan sekaligus cekaman suhu, sehingga memiliki peluang besar untuk terinfeksi A. flavus dan terkontaminasi aflatoksin.

Tingkat infeksi A. flavus pada tanaman yang tercekam kekeringan rata-rata 28%. Bila tanaman diairi maka infeksi A. flavus hanya 3% (Kasno 2003). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu. Pada musim kemarau, pengairan tanaman dianjurkan 3-6 minggu sebelum panen. Riyadi (2005) melaporkan bahwa varietas Jerapah merupakan kacang tanah tipe spanish (berbiji dua) yang toleran kekeringan pada stadia reproduktif.

Kiat lain mencegah infeksi A. flavus

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam mencegah perkembangan jamur A. flavus dan produksi aflatoksin adalah:

1. Setelah tanah diolah sempurna, biji kacang tanah ditanam dengan jarak

40 cm x 10-15 cm, dan 1 biji/lubang atau disebar pada alur bajak dengan jarak 10-15 cm di dalam alur dan 40 cm antar alur.

2. Pupuk Ponska 15-15 dengan dosis 200 kg/ha diberikan bersamaan pada

(5)

3. Pengendalian gulma dilakukan sebelum tanaman kacang tanah berbunga, penyiangan sesudah tanaman berbunga menyebabkan keguguran bunga dan atau kerusakan ginofor (bakal buah) sehingga akan mengurangi hasil.

4. Pengairan bergantung pada air hujan, tetapi bila tersedia fasilitas irigasi

maka tanaman dapat diariri sesuai dengan pola pengairan setempat. Periode kritis kacang tanah terhadap kekeringan adalah pada stadia berkecambah, saat berbunga pada umur 25-35 hari, dan saat pembentukan polong/pengisian biji pada umur 75-80 hari.

5. Penularan penyakit daun mulai pada saat tanaman berumur 7 minggu

setelah tanam dengan gejala karat dan noda hitam pada daun yang merupakan indikasi dari penularan penyakit karat dan bercak daun, sehingga perlu dikendalikan dengan fungisida pada saat tanaman berumur 7, 9, dan 11 minggu setelah tanam.

6. Waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan cara mencabut contoh

tanaman pada umur 85 hari. Bila pada tanaman contoh terdapat sedikitnya 70% dari polong isi yang ditandai oleh polong berwarna gelap, bila dipecah penuh berisi biji dan pada dinding polong terdapat gurat-gurat hitam, sebagai tanda tanaman siap dipanen. Ulangi kegiatan tersebut bila polong tua masih kurang dari 70% pada umur 90 hari, atau 95 hari setalah tanam.

7. Panen dilakukan pada saat cuaca baik, bila cuaca kurang baik dapat

menunda panen sampai tanaman berumur 105 hari. Lebih dari itu, polong akan banyak tertinggal di dalam tanah. Setelah panen, polong segera dipetik, polong keriput dan polong rusak disingkirkan, polong dibersihkan, dari tanah.

8. Apabila penjualan kacang tanah terpaksa ditunda maka polong basah

segera dikeringkan hingga kadar air kurang dari 8%, dibersihkan, dan disimpan dalam wadah kedap udara sebelum dijual.

9. Jika di daerah tersebut kacang tanah dijual secara ijon atau tebasan,

maka kegiatan panen dan pascapanen dilakukan oleh pembeli/pengepul kacang tanah.

Panen dan Pengelolaan Pascapanen Primer

Benih kacang tanah yang ditanam petani umumnya campuran varietas unggul lama dan varietas lokal dengan umur panen 85-95 hari dan peka jamur A. flavus (Kasno 2004). Panen lebih awal akan menghasilkan sedikit polong tua dan banyak polong dengan biji muda yang sensitif terhadap infeksi jamur A. flavus. Bila waktu panen telah mencapai optimal, polong segera dipetik dan dikeringkan selambat-lambatnya 24 jam setelah panen guna meminimalisasi penularan A. flavus. Pengeringan polong setelah 24 jam menyebabkan hidrolisis lemak sehingga biji kacang tanah tengik dan sensitif terhadap infeksi jamur A. flavus.

(6)

Kontaminasi aflatoksin sudah terdeteksi 0,43 ppm pada kacang tanah yang dirontok secara mekanis, dijemur empat hari bersama berangkasannya dan disimpan selama 15 hari. Pada 45 hari penyimpanan, kandungan aflatoksin telah mencapai 108,5 ppm (Ilangantilke and Lagunda 1989). Pengeringan merupakan kegiatan pascapanen yang paling kritis, terutama bila panen terjadi pada musim hujan. Kadar air biji kacang tanah pada saat panen berkisar antara 35-40%. Musim hujan dengan cuaca mendung dan kelembaban tinggi akan memperlambat proses pengeringan dengan energi surya, sebagaimana yang dilakukan oleh umumnya petani kacang tanah di Indonesia. Kadar air

susbtrat 15-20%, suhu 25-30oC, dan kelembaban nisbi 85% kondusif bagi

pertumbuhan dan perkecambahan A. flavus dan produksi aflatoksin (ICAR 1987 dalam Ginting dan Beti 1996). Laju produksi aflatoksin akan meningkat lebih cepat bila polong kacang tanah tidak segera dikeringkan dalam waktu 48 jam setelah panen (Cardona et al. 1989).

Kesimpulan

1. Mencegah infeksi jamur A. flavus pada kegiatan prapanen ditekankan

pada pengendalian penyakit daun, pemberian hara yang cukup, terutama Ca, dan menghindari tanaman dari cekaman kekeringan pada stadia reproduktif, terutama pada umur 3-6 minggu sebelum paen.

2. Pencegahan infeksi jamur A. flavus pada kegiatan pascapanen dilakukan

dengan cara panen pada kondisi cuaca baik, polong segera dipetik, polong muda dan polong rusak disingkirkan. Polong basah siap dipasarkan maksimal 24 jam setelah dipanen. Jika penjualan kacang tanah terpaksa ditunda, maka polong segera dikeringkan hingga kadar air biji kurang dari 9%, disimpan pada wadah kedap udara dalam ruangan bersih dengan ventilasi baik.

Pustaka

Bartz. J.A., A.J. Norden, J.C. LaPrade, and T.J. Demuynk. 1978. Seed tolerance in peanut to members of the Aspergillus flavus group fungi. Peanut Sci. 2:53-56.

Basha, S.M., B.J. Cole, and S.K. Pancholy. 1994. A phytoalexin and aflatoxin producing peanut seed culture system. Peanut Sci. 21:130-134. Cardona, T.D., S.G. Ilangantileke, and A. Noomhorm. 1989. Aflatoxin research

on grain in Asia: its problems and possible solution. Proc. of the 12th ASEAN Seminar on Grain Post Harvest Tech. AGPP. Bangkok. p.378-394.

(7)

Cole, R.J., J.W. Dorner, and C.C. Holbrook. 1995. Advances in mycotoxin elimination and resistance. p. 456-474. Advance Peanut Sci. Chapter 13.

Dharmaputra, OS., H.S.S. Tjitrosomo, H. Susilo, and Sulaswati. 1989. A. flavus and aflatoxin in peanut collected from three markets in Bogor, West Java, Indonesia. Proc. of the Twelfth Asean Seminar on Grain Post Harvest Tech. Surabaya, August 29-31. p. 111.

Ginting, E. dan J.A. Beti. 1996. Upaya penyediaan bahan baku bebas aflatoksin mendukung agroindustri kacang tanah, p. 388-406. Dalam N. Saleh, K.H. Hendroatmodjo, Heriyanto, A. Kasno, A.G. Manshuri, dan A. Winarto (Eds.). Risalah Seminar Nasional Prospek Pengembangan Agribisis Kacang Tanah di Indonesia. Malang, 18-19 Desember 1995. Edisi Khusus Balitkabi No. 7 tahun 1996.

Ilangantileke, S.G. and R.E.A. Lagunda. 1989. A study on-farm groundnut post-harvest handling systems. Proc. of the Twelfth Asean Seminar on Grain Post Harvest Tech. Bangkok. p.138-146.

Kasno, A. 2003. Varietas kacang tanah tahan Aspergillus flavus sebagai komponen esensial dalam pencegahan kontaminasi aflatoksin. Orasi Pengukuhan Profesor Riset. Departemen Pertanian. 61 p.

Kasno, A. 1994. Toleransi genotipe kacang tanah terhadap penyakit daun. Hlm. 141-147 Dalam Budhi Santoso R., Y.A. Beti, A. Kasno, dan A. Winarto (Eds.). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1993. Balittan, Malang.

Machmud, M. 1989. Groundnut aflatoxin problems in Indonesia. p. 215-222. In D. Mc Donald. and V.K. Mehan (Eds). Aflatoxin contamination of groundnut. ICRISAT, India.

Pettit, R.E., H.A. Azaizeh, R.A. Taber, J.B. Szerszen, and O.D. Smith. 1989. Screening groundnut cultivars for resistance to Aspergillus flavus, Aspergillus parasiticus and aflatoxin contamination. p. 191-303. In D. Mc Donald. and V.K. Mehan (Eds). Aflatoxin contamination of groundnut. ICISAT, India.

Quitco, R., L. Bautista, and C. Bautista. 1989. Aflatoxin contamination of groundnut at post-production level of operation in the Philippines. p. 101-110. In D. Mc Donald and V.K. Mehan (Eds). Aflatoxin contamination of groundnut. ICRISAT, India.

Riyadi, M. 2005. Kajian kuantitatif sebagai kriteria seleksi toleransi kacang tanah terhadap cekaman kekeringan. Ringkasan Disertasi Program Pascasarjana Unibraw.

(8)

Swindle, L.D. 1987. A general overview of the problem of aflatoxin contamination of groundnut, p.3-10. In D. Mc Donald. and V.K. Mehan (Eds). Aflatoxin contamination of groundnut. ICISAT, India.

Wotton, H.R. and R.N. Strange. 1987. Circumstantial evidence for phytoalexin involvement in the resistance of peanuts to Aspergillus flavus. Journal of General Microbiology 131: 487-494.

Zahari, P., S. Bahri, and R. Maryam. 1991. Mycotoxin contamination of peanut after harvest in Sukabumi, West Java, Indonesia. p. 220. In Champ et al. (Eds). Proceeding of an International Conference, held at Bangkok, Thailand, 23-26 April 1991.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian ekstrak daun beberapa jenis sirih memberikan pengaruh tidak nyata terhadap rerata persentase daya kecambah benih kacang tanah pada kertas tensil dapat dilihat

Sumber genetik ketahanan tanaman terhadap penyakit terutama bercak daun, karat dan layu pada kacang tanah dicari pada populasi yang berkerabat paling dekat dengan varietas

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,