• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Limbah Ayam Terhadap Lingkungan.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembahasan Limbah Ayam Terhadap Lingkungan.docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Bau Kotoran Ayam Terhadap Lingkungan

Ayam adalah salah satu komoditi yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan daging clan telur sebagai sumber protein hewani . Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dewasa ini banyak sekali usaha yang dilakukan peternak ayam. baik ayam petelur maupun ayam pedaging guna meningkatkan produksi . Dengan adanya usaha tersebut. Maka akan berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya.

Dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan pada proses produksi peternakan ayam biasanya dikaitkan dengan jumlah kotoran yang dihasilkan (Pauzenga. 1991). Produksi kotoran ayam akan meningkat sejalan dengan besarnya usaha peternakan bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah lingkungan diantaranya adalah pencemaran udara. Air clan tanah.

Proses pembusukan pada kotoran ayam akan menimbulkan bau yang disebabkan oleh pelepasan gas amonia yang merupakan salah satu limbah yang berbau clan berbahaya dalam jumlah tertentu karena memiliki efek yang membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungannya (USRI . 1988). Konsentrasi amonia diudara dapat menyebabkan iritasi mata clan saluran pernafasan pada manusia clan hewan itu sendiri (CHARLES 1991). Pada dasarnya bau yang disebabkan oleh kotoran akan hilang dengan sendirinya tapi memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan penambahan zat (bahan-bahan) pengabsorbsi juga garam-garam alkali tanah yang dapat mengurangi pelepasan gas amoniak pada kotoran ayam (SUTARTI clan RACHMAWATI 1994). Maka proses pelepasan bau dari kotoran ayam akan terhambat oleh bahan-bahan tersebut. Jumlah gas amonia yang dapat dilepas oleh kotoran dapat diukur dengan cars menangkap gas amonia vang bersifat basa dengan suatu larutan asam.

Seperti disebutkan sebelumnya, dampak dari usaha peternakan ayam terhadap lingkungan sekitar terutama adalah berupa bau yang dikeluarkan selama proses dekomposisi kotoran ayam. Bau tersebut berasal dari kandungan gas

(2)

amonia yang tinggi dan gas hidrogen sulfida, (H2S), dimetil sulfida, karbon disulfida, dan merkaptan. Senyawa yang menimbulkan bau ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Senyawa tersebut tercium dengan mudah walau dalam konsentrasi yang sangat kecil. Untuk H2S, kadar 0,47 mg/l atau dalam konsentrasi part per million (ppm) di udara merupakan batas konsentrasi yang masih dapat tercium bau busuk. Untuk amonia, kadar rendah yang dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm. Akan tetapi, kepekaan seseorang terhadap bau ini sangat tidak mutlak, terlebih lagi bau yang disebabkan oleh campuran gas. Pada konsentrasi amonia yang lebih tinggi di udara dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan saluran pernapasan pada manusia dan hewan itu sendiri (CHARLES DAN HARIONO, 1991). Pada tabel berikut dapat dilihat pengaruh kadar amonia terhadap manusia dan ternak (SETIAWAN, 1996).

Bau kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan sekitar peternakan, juga berdampak negatif terhadap ternak dan menyebabkan produktifitas ternak menurun. Pengelolaan lingkungan peternakan yang kurang baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak itu sendiri, karena gas‑ gas tersebut dapat menyebabkan produktifitas ayam menurun, sedangkan biaya kesehatan semakin meningkat, yang menyebabkan keuntungan peternak menipis

Upaya Pengelolaan Bau dari Kotoran Ayam Broiler

Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses ayam broiler antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi. Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam broiler dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan kandang (Zainuddin et.al.,1994). Untuk menurunkan bau

(3)

kotoran ayam broiler dan mengurangi kepadatan lalat bisa menggunakan Effective Organisme. Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk.

Timbulnya Lalat Pada Lingkungan Di Sekitar

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat (Soeharsono, 2002).

Lalat timbul karena kurangnya kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang. Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi keberadaan lalat.

Ada banyak jenis lalat yang ada di permukaan bumi ini, tapi yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (musa domestika), lalat hijau (lucilia), lalat biru (calliphora vumituria), dan lalat latrine (fannia cunicularis). Selain mengganggu pemandangan lalat juga menimbulkan banyak berbagai penyakit misalnya; desentri, diare, thypoid dan colera. Penyebaran bibit dari berbagai penyakit itu hampir sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki

(4)

dan bagian tubuh yang lain dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Umumnya gejala dari penyakit ini adalah perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan berak darah

Upaya Pengendalian Lalat

Keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern. (Soeharsono, 2002).

Selain usaha tersebut di atas, keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam). (Soeharsono, 2002).

Pencemaran Air dan Pencemaran Tanah

Pencemaran air terhadap lingkungan sekitar termasuk pemukiman warga terjadi akibat adanya penyerapan urine ke tanah langsung.. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan faktor dari jenis kandang yang digunakan dalam beternak. Sehingga hal ini sangat meresahkan warga karena limbah peternakan ayam broiler tersebut membuat tanah menjadi tercemar yang merupakan media untuk menghasilkan air bersih. Pencemaran air ini dapat menimbulkan penyakit gatal-gatal pada kulit. Selain itu terjadi perubahan fisik pada air yaitu air menjadi bau, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. (Soeharsono, 2002).

(5)

Upaya Pengendalian Pencemaran Air dan Pencemaran Tanah

Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian pencemaran air dan pencemaran tanah yang terutama adalah pada pihak peternakannya. Pengelola peternakan harus memiliki manajemen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Cara pengendalaian limbah peternakan ayam broiler dapat dilakukan dengan membuat saluran air dan selokan khusus untuk limbah cair. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi peternakan tersebut haruslah membuat sumur yang letaknya jauh dari sumber pencemar (limbah peternakan) sesuai dengan aturan dalam syarat pembuatan sumur yang baik. Hal ini juga berlaku pada masyarakat yang airnya telah tercemar, masyarakat harus membuat sumber air bersih (sumur) yang letaknya berjauhan dari sumber pencemar. (Soeharsono, 2002).

Kekhawatiran Menyebarnya Virus Flu Burung Avian Infuenza (H5N1) Perijinan pendirian peternakan akan semakin sulit diperoleh, karena takut akan terjangkitnya virus flu burung. Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI). Flu Burung (Avian Influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan manusia. Upaya Pencegahan Terjadinya Penyakit Flu Burung (H5N1)

Penyebab flu burung pada unggas adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI) H5N1.

Usaha untuk pencegahan penyebaran virus flu burung ini adalah dengan cara menjaga kesehatan makanan, cuci tangan dengan air sabun setelah kontak dengan unggas dan produk unggas lainya baik sebelum makan maupun sesudah makan, beli unggas yang sehat, jangan makan darah mentah, daging atau telur

(6)

unggas setengah matang, jangan menyembelih unggas sakit, jangan makan unggas mati atau sakit, hindari kontak dengan sumber yang terinfeksi, jangan biarkan anak-anak bermain di dekat kandang, jangan biarakan unggas berkeliaran di dalam rumah, gunakan masker atau sarung tangan saat kontak atau menyemblih unggas, kubur limbah unggas (bulu, jeroan dan darah). Jadi apabila ditemukan orang yang mengalami gejala-gejala yang sama seperti yang disebutkan di atas disarankan segera konsultasi dengan dokter.

Selain usaha yang dilakukan oleh manusia, pencegahn juga dilakukan terhadap ayam broiler tersebut, yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi tersebut dilakukan paling sedikit 3 kali setahun (tergantung vaksin yang digunakan).

Dampak Debu Ayam Broiler Terhadap Lingkungan Di Sekitar Peternakan Kandungan debu di peternakan unggas pada umumnya meliputi partikel tanah, sisa pakan, rambut dan bulu, kotoran kering, bakteri, dan jamur. Kandungan debu di peternakan unggas umumnya berasal dari pakan sedangkan kandungan partikel tanah tersebut menentukan konsentrasi debu. Rataan kadar debu pada peternakan unggas dewasa sekitar 2-5 mg/m3 (2.000-5.000 μg/m3), dimana pada kadar tersebut berkontribusi pada masalah pernafasan pada peternakan dan sekitarnya.

Kondisi lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, dan ketinggian lokasi), kondisi kandang (bahan atap, sistem kandang) dan kondisi sekitar kandang (areal pertanian, keberadaan tanaman di sekitar kandang) dapat mempengaruhi kadar H2S, NO2, dan debu di sekitar peternakan yang merupakan suatu ancaman serius bagi kesehatan manusia.

Pengaruh Rumah Potong Ayam Terhadap Lingkungan Disekitar

Rumah Potong Ayam (RPA) merupakan salah satu industri di bidang peternakan yang bergerak dalam fungsi pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas yang siap konsumsi. Dalam proses produksinya, RPA menghasilkan dua macam limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah

(7)

padat berupa limbah bulu, viscera ayam dan lain sebagainya sedangkan limbah cair berasal dari darah ayam, proses pencelupan, pencucian karkas dan peralatan produksi (Singgih dan Kariana, 2008). Limbah cair RPA mengandung biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS), minyak dan lemak yang tinggi dengan komposisi berupa zat organik. Pembuangan limbah cair (efluen) yang mengandung nutrien tinggi ke perairan akan menimbulkan eutrofikasi dan mengancam ekosistem aquatik. Limbah padat RPA tradisional relatif lebih mudah ditangani, sedangkan limbah cair masih belum tertangani dengan baik, karena pengelolaan limbah cair masih menggunakan deterjen/surfaktan sintetis, yang dapat menimbulkan masalah berupa penimbunan limbah baru yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan (Munir, 2006).

Hasil penelitian Ahmad A dkk (2011) menunjukkan bahwa penggunaan surfaktan sintetis dalam penanganan limbah cair memiliki beberapa kekurangan seperti harga yang mahal, tidak mudah didegradasi dan beberapa bersifat toksik sehingga ada kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat penggunaan senyawa ini. Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan cara agar komposisi padatan organik tersuspensi dapat dikurangi, salah satunya adalah menggunakan biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan senyawa surfaktan yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan antar cairan yang berbeda. Kerja dari biosurfaktan yang berasal dari mikroorganisme disebut dengan bioremediasi. Bioremediasi adalah proses perbaikan dan pemulihan kondisi lingkungan yang telah rusak dengan bantuan mikroorganisme penghasil surfaktan (Kholiq, 2012). Menurut Riupassa (2012), limbah cair RPA memiliki kandungan mikroba dengan genus Pseudomonas sp yang berpotensi sebagai penghasil biosurfaktan.

Manajemen Limbah Rumah Potong Hewan

(8)

Metode sederhana & relatif murah utk pengolahan limbah RPH (tetapi metode ini hanya sedikit menanggulangan problema lingkungan & kesehatan) dengan memisahkan komponen-komponen yang terdapat di dalam cairan RPH, seperti :

Darah

dapat dikumpulkan di bak pengumpulan darah atau dialirkan ke bah ksusus dengan sistem drainage sehingga darah tidak bercampur dengan limbah cair lain dan dapat dioleh sebagai hasil ikutan (by product).

Lemak

dapat dikumpulkan dengan menangkap partikel-partikel lemak dengan menggunakan sistem perangkap Bahan padat dapat dikumpulkan dengan cara mencuci & memisahkan isi perut kemudian menyaring limbah cair tersebut. Cara pengolahan limbah menurut Charles, RT dan Hariono, B. (1991) 1. Chemical Treatment

Partikel-partikel yang kecil dari zat organik tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi, untuk mengatasi hal ini, maka partikel yang kecil perlu digabungkan menjadi kumpulan partikel.

Proses koagulasi ini dengan cara menambahkan coagulant seperti Alumino Feric (setara dengan 17 ppm Aluminium), dan dapat mengurangi kadar BOD5 air limbah dari 856 ppm menjadi 305 ppm (reduksi 64%)

2. An aerobic Biological Treatment

Proses digesti anaerobic diselenggarakan tanpa adanya gas oksigen mikro organisme anaerobic dalam proses tersebut menggunakan oksigen yang terdapat dalam bahan organik. Pada pengolahan air limbah dengan cara ini, bahan organik di dalam limbah tersebut akan dipecah menjadi gas Methane (CH4) dan karbondioksida (CO2).

(9)

3. Aerobic Biological Treatment

ada 3 cara utama pengolahan limbah cair RPH secara aerobic dengan menggunakan prinsip-prinsip biokimiawi, yaitu :

Activated sludge

Mikroorganisme aerobik bereaksi dengan udara sehingga terjadi proses biologis oleh bakteri tsb. Setelah proses terjadi, cairan yang tercampur tadi mengalir menuju tangki pengenadapan di mana Activated sludge mengendap & terjadi proses biologis bakteri aerob, sehingga cairan supernatant di tangki pengendapan dihancurkan & keluar sebagai efluen.

Oxydation Ponds

Kolam oxidasi adalah bentuk sederhana dari Aerobic biological treatment dan dapat dipandang sebagai proses pengolahan limbah secara alam.Prinsip kerjanya memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang, baktyeri dan oksigen Trickling Filters

Pada Trickling Filters digunakan saringan tipis seperti film yang mempunyai permukaan kuat. Limbah ditahan pada permukaan filter & langsung turun ke bawah, sementara itu udara percolasi menembus tapis tengah & memberikan suply oksigen untuk purifikasi.

Trickling Filters merupakan metoda yang baik untuk pengolahan limbah cair RPH & industri daging karena standard efluent yang baik dapat dicapai. Pemusnahan limbah padat RPH yaitu dengan :

Dibakar, metode ini paling baik & memuaskan.untuk memusnahkan limbah padat RPH yang tidak dapat didaur ulang adalah dengan jalan membakar limbah padat tersebut dalam suatu tungku pembakaran (Incenirator).

Ditanam, Cara ini tidak dianjurkan karena bahan-bahan berbahaya dari limbah tsb dapat digali kembali oleh binatang lain.

(10)

Daftar pustaka

 Charles, RT dan Hariono, B. 1991. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Peternakan dan Pengelolaannya. Bull. FKH-UGM Vol. X:  Setiawan. H. . 1996 . Amonia. Sumber Pencemar Yang Meresahkan. DalamInfovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan). Edisi 37 : Agustus 1996. Assosiasi Obat Hewan Indonesia

 Charles. R .T . dan B.Hariono . 1991 . Pencemaran lingkungan oleh limbahpeternakan dan pengelolaannya . Bull . FKH - UGM X (2) : 71-75 .

 Murdiati. T. B . . S. Rachmawati . E. Juarin i .. 1996. Zeolit Untuk Mengurangi Bau Manur Ayam . Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Jilid II . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian . Departemen Pertanian : 991- 998.

 Pauzenga- 1991 . Animal Production in The 90.s in Harmony with Nature : ACase Strudy in The Netderldans. In . Biotechnology in The Feedindustry (T.P. Lyons Eds .) . Proc . Alltech .s Seventh AnnualSymposium Nicholasville . Kentucky .

 Pusdjianto. E . W. . 1984 . Analisa Kwalitas Air . Akademi Technologi Sanitasi Surabaya . Bina Indra Karya. DepKes . Edisi I . 151 – 158

 Soeharsono, H.,2002. Probiotik. Alternatif Pengganti Antibiotik dalam Bidang Peternakan. Labolaturium Fisiologi dan Biokimia. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

(11)

 Sihombing, D.T.H. 2000. Teknik Pengolahan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

 Baharsjah, S. 1981. Dampak Ekonomi. Training Analisa Dampak Lingkungan. Seri II. Jakarta.

 Kholiq, Ing, M. Abdul. 2012. Balai Teknologi BPPT mengembangkan Biosurfaktan untuk Bioremediasi Hidrokarbon. Serpong.

 Munir. E. 2006. Pemanfaatan mikroba dalam bioremediasi suatu teknologi aternatif untuk pelesatarian

 Singgih M.L dan M. Kariana. 2008. Peningkatan Produktifitas & Kinerja Lingkungan Dengan Pendekatan Green Productivity Pada Rumah Pemotongan Ayam XX ,Purifikasi. Jurnal. 9 (2) : 1-2.  Charles, RT dan Hariono, B. 1991. Pencemaran Lingkungan oleh

Limbah Peternakan dan Pengelolaannya. Bull. FKH-UGM Vol. X:2

Referensi

Dokumen terkait

CDU karya Rohendy dan Supis (1959/60) dapat dikatakan merupakan jawaban dari ketidakpuasan orang Sunda, yang diwakili oleh perkumpulan yang bergerak dalam bidang

Bila ini adalah descriptor saat ini bukan yang terakhir, kemudian cek arah dari TS: (i) bila downlink dan antrian transmisi tidak kosong, kirim sebanyak

Sistem kerja pada robot ini adalah ketika robot awal dinyalakan kamera mendeteksi adanya robot lawan yang ingin merebut bola, robot mampu untuk bermanuver dengan cara

Mengingat bahwa urgensi dari hipertensi adalah menyebabkan komplikasi serius yang dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas terutama pada usia produktif

Berdasarkan atas hasil penelitian diatas maka terdapat kesamaan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Suryanti (2007) dan Fadjar (2008) dimana terdapat pengaruh

Strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan strategi pemasaran abon ikan UKM Sri Rejeki yaitu dengan menggunakan strategi SO dimana dapat menciptakan strategi

Menyimpang dari ketentuan-ketentuan pada ayat 2, bunga yang berasal dan Negara Pihak pada Persetujuan dan diterima oleh Pemerintah Negara Pihak lainnya Pada Persetujuan

Dalam pasal 23 A dan 23 B model P3B OEC membedakan pajak berganda yuridis (juridica double taxation) dengan pajak ganda ekonomis (economical double taxation) yaitu Pajak