• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes sp.)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |521

Keefektifan Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw) Sebagai

Insektisida Nabati dalam Pengendalian Rayap Tanah

(Coptotermes sp.)

Zulyusri, Desyanti, Usnal Mardia

Abstrak. Pengujian keefektifan daun sangitan Sambucus javanica Reinw terhadap rayap tanah (Coptotermes sp.) melalui pengamatan mortalitas, kehilangan umpan, LC50 dan LT50

rayap tanah telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu faktor jenis umpan (serbuk kayu dan kertas tisu) dan faktor proporsi bubuk daun S. javanica (1g, 2g, 4g, 6g, dan 7g). Data mortalitas dan kehilangan umpan oleh rayap tanah dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf signifikan 5%. Nilai LC50 dan LT50 S. javanica terhadap rayap tanah dianalisis menggunakan analisis

probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk daun S. javanica efektif sebagai pengendali rayap tanah baik yang diumpankan pada serbuk kayu maupun pada kertas tisu. Faktor A (proporsi bubuk) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mortalitas rayap tanah (Coptotermes sp.) dan kehilangan umpan, sedangkan faktor B (jenis umpan) dan faktor AB (interaksi faktor A dan faktor B) tidak memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap moratalitas rayap tanah tetapi berbeda nyata terhadap kehilangan umpan. Proporsi yang efektif terhadap mortalitas rayap tanah adalah A3 (4 g bubuk daun S. javanica

dicampur 10 g serbuk gergaji). Kehilangan umpan terkecil pada perlakuan A5B1 (proporsi

bubuk daun S. javanica 7 g dicampur serbuk gergaji 10 g).Dilihat dari Lethal Time (LT50)

proporsi yang paling efektif pada perlakuan A5B1 (proporsi bubuk daun S. javanica 7 g)

dengan LT50 adalah 2.11092. LD50 terlihat efektif pada perlakuan B2 (kertas tisu) dengan

nilai 0,05582.

PENDAHULUAN

Rayap merupakan salah satu jenis serangga ordo Isoptera pemakan kayu yang sangat berbahaya bagi bangunan yang mengandung unsur kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan serat,

plywood, blackboard, dan laminated board) (Radhitya dan Zulfahmi, 2010). Tercatat ada sekitar 200 jenis rayap namun baru 179 jenis yang sudah teridentifikasi di Indonesia. Beberapa jenis rayap di Indonesia secara ekonomi sangat merugikan karena menjadi hama ada tiga jenis rayap tanah/subteran yaitu

Coptotermes curvignathus Holmgern,

Macrotermes gilvus Hagen, serta

Schedorhinotermes javanicus Kemner dan satu jenis rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Tiap tahun kerugian akibat serangan rayap di Indonesia tercatat sekitar Rp 224 miliar-Rp 238 miliar (Wiji dan Yusuf, 2004).

Rayap tanah/subteran (Coptotermes sp.) adalah jenis rayap yang memberi kontribusi penting terhadap kerusakan kayu. Organisme ini merusak kayu dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber nutrisi koloni rayap sehingga kayu menjadi keropos dan hancur (Kartika, 2007). Selain itu Coptotermes juga merusak kayu dan akar karet, kelapa sawit, kenari, flamboyan, dan sebagainya. Dengan demikian pengendalian populasi rayap sangat perlu dilakukan sebagai upaya meminimalisasi kerusakan yang lebih parah.

Dewasa ini pengendalian rayap dilakukan secara kimiawi yaitu menggunakan pestisida kimia antara lain golongan organofosfat dan piretroid, namun meninggalkan residu berbahaya bagi lingkungan (Kartika, 2007). Menurut Jumar (2000), penggunaan insektisida dalam

(2)

pengendalian serangga hama, memiliki banyak keuntungan, seperti efektif dan cepat menurunkan populasi serangga hama, mudah penggunannya, dan relatif murah biayanya. Akan tetapi, jika penggunaannya tidak bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan lambat laun akan dirasakan. Salah satu alternatif yang memiliki prospek baik untuk mengendalikan rayap adalah dengan insektisida nabati, yaitu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Hardi dan Kurniawan, 2008). Karena menurut Arif et. al. (2012) beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat toksik terhadap hama. Ekstrak dari tumbuh-tumbuhan, seperti dari kayu, kulit, daun, bunga, buah atau biji, diyakini berpotensi mencegah pertumbuhan jamur ataupun menolak kehadiran serangga perusak seperti rayap.

Beberapa peneliti yang telah menggunakan insektisida nabati dalam mengendalikan rayap, antara lain Ramadani (2012) menggunakan Carica papaya Linn. Simanjuntak et al (2007) pada dosis 2g, 4g, dan 6g bubuk daun sirsak yang dicampur dengan umpan kertas, serbuk kayu dan rumah rayap dengan berat masing-masing 10g yang diumpankan pada 20 ekor rayap, pada hari ke-9 setelah aplikasi mampu membunuh rayap 57,77%-96,11 %. Tanaman yang juga dinilai cukup potensial sebagai insektisida nabati untuk pengendalian Coptotermes sp. adalah

Sambucusjavanica Reinw (sangitan). Sangitan (S. javanica Reinw) termasuk family Caprifoliaceae, dikenal dengan nama daerah sangitan atau kerak nasi. Tanaman ini banyak ditemukan tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan. Tanaman ini mengandung flavonoid, minyak atsiri, KNO3, triterpenoid (α-sitosterol, asam

sianogen (L(+)-mandelonitril-D-glukosida atau sambunigran), saponin dan tannin. Daun dan akar sangitan mengandung saponin dan tannin, sedangkan buahnya mengandung saponin dan flavonoid. Disamping itu, menurut data Departemen Kesehatan (DEPKES), tanaman ini juga mengandung sambunigran dan glukosida (Afifah, 2005). Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi yang khas seperti toksik, menghambat makan, antiparasit, dan pestisida (Harborne, 1987, dalam Hadi, 2008). Dengan demikian tentang efektifitas daun S. javanica ini sebagai anti rayap penting untuk dilakukan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

November–Desember 2012 di

Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

Penyediaan rayap uji

Rayap tanah Coptotermes sp. di koleksi dari Surian Kec. Pantai Cermin Kab. Solok dengan cara mengambil langsung dari habitatnya menggunakan kuas kemudian dimasukkan kedalam toples besar. Pengambilan rayap sebagai hewan uji dilakukan sehari sebelum pengujian.

Pembuatan bubuk daun S. javanica

Reinw

Pembuatan ekstrak daun S. javanica ini dilakukan di laboratorium penelitian Biologi FMIPA UNP. Daun S. Javanica

dipisahkan dari batangnya menggunakan pisau, kemudian diletakkan dalam nampan plastik dan ditutup dengan kain hitam agar senyawa metabolit sekundernya tidak rusak karena terdedah oleh sinar matahari. Agar kain tidak lepas kain diikat menggunakan karet. Nampan plastik tersebut diletakkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |523 yang telah dikeringkan dihancurkan sampai

halus dalam bentuk bubuk dengan menggunakan alat penggerus (lumpang). Bubuk daun S. javanica dimasukkan ke dalam toples

.

Penataan Unit Percobaan

Unit percobaan ditata sedemikian rupa dengan cara meletakkan tissue secara merata ke dasar box berukuran 70x40x25 cm X 3. Masukkan pipa paralon dengan tinggi ± 5 cm yang telah dilapisi plaster paris dengan ketebalan ± 5 mm ke dalam box perlakuan.

Penyiapan Umpan

Bubuk daun S. javanica (A) dan berbagai jenis umpan (B) ditimbang dengan timbangan analitik sesuai dengan kombinasi perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam media unit perlakuan (A0=bubuk daun S. javanica 0 g, A1= bubuk

daun S. javanica 1 g, A2= bubuk daun S. javanica 2 g, A3= bubuk daun S. javanica 4

g, A4= bubuk daun S. javanica 6 g, A5=

bubuk daun S. javanica 7 g. B1=serbuk

kayu, dan B2=kertas tisu.

METODE PERCOBAAN

Sebanyak 20 ekor rayap tanah

Coptotermes sp. dengan jumlah 18 ekor kasta pekerja dan 2 ekor kasta prajurit untuk setiap perlakuan (Prianto et al, 2006), dimasukkan kedalam unit perlakuan yang telah berisi umpan. Setelah rayap tersebut dimasukkan ke dalam unit perlakuan yang telah berisi umpan maka unit perlakuan ditutup dengan kain kasa, dan selanjutnya unit perlakuan tersebut disusun sesuai dengan perlakuan. Unit perlakuan tersebut disimpan di dalam suhu ruang dengan kelembaban ± 95% dengan cara pemberian air secukupnya pada dasar box selama 7 hari pengamatan (Kartika, et. al., 2007). Pengamatan mortalitas rayap dilakukan

dalam interval waktu 1 hari sekali. Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan rumus E = a x 100%.

b

(a = Jumlah rayap yang mati setelah pengumpanan, b = Jumlah rayap yang digunakan).

Persentase kehilangan umpan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Simanjuntak (2007):

(W1 – W2) x 100%

W1

(W1 = Berat umpan mula-mula, W2 = Berat

umpan setelah pemaparan). Lethal Dosis

(LD50), yaitu konsentrasi yang efektif untuk

membunuh 50% rayap dan Lethal Concentration (LT50) waktu yang efektif

untuk membunuh 50% rayap ditentukan dengan menggunakan analisis probit program Staistical Analysis Sistem (SAS). Data mortalitas dan kehilangan umpan rayap tanah dianalisis menggunakan uji sidik ragam ANOVA dan dilanjutkan uji

Duncan New Multiple Range Test

(DNMRT) pada taraf signifikan 5% (Hanafiah, 2005). Penentuan LC50 dan LT50

dianalisis dengan menggunakan analisis probit program Statistical Analysis Sistem

(SAS) versi 9,13 portable

HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Rayap Tanah Coptotermes sp.

Hasil pengamatan terhadap mortalitas rayap Coptotermes sp menunjukkan bahwa persentase mortalitas sampai pengamatan hari ke 3 terlihat berbeda nyata antar perlakuan proporsi bubuk daun S. javanica,

namun perlakuan hari-hari berikutnya tidak berbeda nyata kecuali berbeda antara kontrol dengan perlakuan. Mortalitas rayap tanah meningkat dengan penambahan proporsi bubuk daun S. Javanica (Tabel 1).

(4)

Tabel 1. Rata-rata Persentase Mortalitas Rayap Tanah Coptotermes sp. Setelah Pengumpanan Berbagai Proporsi Daun S. Javannica

Perlakuan 1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 has 6 hsa 7 hsa A0 7,5 a 22,5 a 41,67 a 46,67 a 54,17 a 60,83 a 69,17 a A1 15 b 45 b 66,67 b 80 b 92,5 b 100 b 100 b A2 21,67 b 58,33 b 75,83 b 84,17 b 89,17 b 92,5 b 97,5 b A3 28,33 c 70 b 85 c 91,67 b 99,17 b 100 b 100 b A4 28,33 c 77,5 c 90 c 95 b 99,17 b 100 b 100 b A5 38,33 d 79,67 c 89,17 c 95 b 99,17 b 100 b 100 b

Ket.: Notasi yang ditandai huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. A0=bubuk daun S. javanica 0 g, A1= bubuk daun S. javanica 1 g, A2= bubuk daun S. javanica 2 g,

A3= bubuk daun S. javanica 4 g, A4= bubuk daun S. javanica 6 g, A5= bubuk daun S. javanica 7 g.

B1=serbuk kayu, dan B2=kertas tisu.

Tabel 1. menunjukkan bahwa daun S.

javanica efektif dalam mengendalikan

rayap tanah Coptotermes sp. Walaupun dalam proporsi terendah. Hal ini diduga karena kandungan S. Javannica yang bersifat toksik terhadap rayap tanah. S. javannica memiliki kandungan flavonoid, minyak atsiri, KNO3, triterpenoid

(α-sitosterol, asam ursolat dan α-amyrin palmitat), glukosida sianogen (L(+)-mandelonitril-D-glukosida atau sambunigran), saponin dan tanin (Afifah, 2005). Dadang & Prijono (2008, dalam Utami, 2010) menyatakan saponin merupakan senyawa yang bersifat toksik. Asam fenolik dan tanin berperan sebagai pelindung tanaman dari patogen. Tsoumis (1991, dalam Yanti, 2008) keawetan kayu secara alami ditentukan oleh jenis dan banyaknya ekstraktif di dalam kayu yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu seperti tanin, alkaloid, saponin, fenol, quinone dan damar.

Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa perlakuan yang efektif dalam mengendalikan rayap tanah terlihat jelas pada hari ke-3 yaitu pada perlakuan A1

dengan proporsi bubuk daun S. Javannica 2 g. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

S. javanica ini memiliki toksisitas yang tinggi dan efektif bila digunakan dalam

dengan pendapat Desyanti (2007) bahwa suatu mikroorganisme dapat dikatakan patogen apabila dapat menginfeksi dan menyebabkan kematian pada serangga (hama perusak), sedangkan suatu agens hayati dapat dikatakan efektif sebagai pengendali hayati jika dapat membunuh >60%, berarti daun S. javanica. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa S. javanica efektif dalam pengendalian rayap tanah.

Pengaruh Perlakuan Terhadap

Kehilangan Umpan

Untuk melihat hubungan antara tingkat kematian rayap Coptotermes sp. dengan banyaknya umpan atau pakan yang dimakan rayap dilakukan penghitungan kehilangan umpan. Hasil pengujian kehilangan umpan sebagai makanan rayap Coptotermes sp. setelah aplikasi Bubuk Daun S. javanica dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 terlihat setiap faktor berbeda nyata terhadap kehilangan umpan. Hal ini disebabkan semakin tinggi proporsi bubuk daun S. Javanica maka semakin sedikit kehilangan umpan. Dengan meningkatnya proporsi bubuk daun S. Javannica maka kandungan zat anti rayap dalam satu perlakuan akan meningkat pula.

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |525 tinggi tingkat mortalitas rayap maka

kehilangan umpan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat mortalitas rayap maka kehilangan umpan semakin tinggi. Arif (2012) menjelaskan penurunan laju konsumsi rayap karena penggunaan ekstrak mengindikasikan bahwa ekstrak yang ditambahkan tersebut kemungkinan mempunyai daya racun. Falah (2005, dalam Prianto, 2006) menambahkan bahwa penurunan weight

loss paper disc akibat peningkatan

konsentrasi ekstrak menunjukkan penambahan ekstrak memberikan peningkatan ketahanan paper disc terhadap serangan rayap.

Tabel 2. Rata-rata Persentase Kehilangan Umpan Setelah Aplikasi Bubuk Daun S. javanica dan berbagai jenis umpan

Proporsi Bubuk Daun S. javanica dan Jenis Umpan

Rerata (gr) A5B1 0,64 a A4B1 0,87 b A3B2 1,8 c A5B2 1,87 c A4B2 1,88 c A3B1 2,02 c A1B2 2,2 c A2B1 2,26 c A1B1 2,29 c A2B2 2,32 c A0B2 2,99 d A0B1 3,04 e

Ket.: Notasi yang ditandai huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. A1B1

= Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A2B1 = Bubuk daun S. javanica (2 g)

dicampur serbuk gergaji (10 g), A3B1 = Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A4B1 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur

serbuk gergaji (10 g), A5B1 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A0B2

= Kertas tissue (10 g) tidak dicampur bubuk daun S. javanica (0 g), A1B2 = Bubuk daun S. javanica (1 g)

dicampur kertas tissue (10 g), A2B2 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur kertas tissue (10 g), A3B2 =

Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur kertas tissue (10 g), A4B2 = Bubuk daun S. javanica (6 g)

dicampur kertas tissue (10 g), A5B2 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur kertas tissue (10 g).

Dari Tabel 2 terlihat bahwa pemberian berbagai proporsi bubuk daun S. javanica

memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan umpan. Kehilangan umpan terendah pada perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g). Kehilangan umpan berbanding terbalik dengan mortalitas rayap tanah, dimana bila kehilangan umpan rendah maka mortalitas tinggi dan mortalitas rendah kehilangan umpan tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Ramadani (2012) tingginya kehilangan umpan pada kontrol juga diduga karena rendahnya mortalitas rayap kontrol tersebut. Prianto et. al., (2006) menyatakan perlakuan ekstrak memberikan pengaruh yang nyata pada weight loss dari paper disc

dibandingkan kontrol megnindikasikan adanya senyawa aktif pada ekstrak yang bersifat toksik.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa makin tinggi proporsi daun S. javanica makin sedikit kehilangan umpan. Sedikitnya kehilangan umpan pada perlakuan diduga dari kandungan S. javanica yang memiliki racun (toksik) bagi rayap. Apabila kehilangan berat contoh uji kecil maka berarti penghambat aktivitas makannya tinggi. Hal ini diduga disebabkan protozoa yang berperan dalam merombak polimer selulosa tidak dapat bekerja dengan baik sehingga rayap tidak memperoleh suplai makanan. Yang mana Arif (2012) menyatakan setelah ekstrak masuk ke dalam tubuh rayap menyebabkan dispersi poliribosom dan selanjutnya reticulum endoplasma kasar dihancurkan dalam gelembung yang dilarutkan ke dalam sel dan membengkak, nukleus menjadi rusak dan seluruh saraf menjadi kacau balau.

(6)

Lethal Time (LT50) S. javanica dalam

mengendalikan Rayap Tanah

Coptotermes sp.

Tabel 3. LT50 S. javanica Terhadap Rayap

Tanah Coptotermes sp. Perlakuan Probability Konsentrasi 95% Fiducial A1B1 0,50 4.999785 A2B1 0,50 4.77019 A3B1 0,50 3.22345 A4B1 0,50 2.46848 A5B1 0,50 2.11092 A1B2 0,50 4.29386 A2B2 0,50 4.68741 A3B2 0,50 3.38888 l A4B2 0,50 3.24390 A5B2 0,50 3.36579

Ket. A1B1 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur

serbuk gergaji (10 g), A2B1 = Bubuk daun S. javanica (2 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A3B1

= Bubuk daun S. javanica (4 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A4B1 = Bubuk daun S. javanica (6 g)

dicampur serbuk gergaji (10 g), A5B1 = Bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g), A1B2 = Bubuk daun S. javanica (1 g) dicampur

kertas tissue (10 g), A2B2 = Bubuk daun S. javanica

(2 g) dicampur kertas tissue (10 g), A3B2 = Bubuk

daun S. javanica (4 g) dicampur kertas tissue (10 g), A4B2 = Bubuk daun S. javanica (6 g) dicampur

kertas tissue (10 g), A5B2 = Bubuk daun S. javanica

(7 g) dicampur kertas tissue (10 g).

Waktu yang dibutuhkan oleh ekstrak daun S. javanica dengan berbagai variasi berat umpan dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam setiap perlakuan memiliki waktu yang berbeda-beda. Hal ini seiring dengan semakin tinggi proporsi bubuk S. javanica maka waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian pada taraf LT50

lebih pendek, dimana peningkatan proporsi bubuk S. javanica membuat zat anti rayap dalam satu perlakuan menjadi meningkat dan peningkatan zat anti rayap membuat

kematian menjadi pendek. Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian pada rayap berbanding lurus dengan kehilangan umpan, dimana kehilangan umpan rendah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian juga pendek.

Perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g) memiliki waktu yang lebih sedikit dalam menimbulkan kematian dibandingkan dengan perlakuan lain. Artinya perlakuan bubuk daun S. javanica (7 g) dicampur serbuk gergaji (10 g) lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan lain karena proporsi bubuk daun S. Javannica tinggi yaitu 7 g yang mengandung zat antirayap tinggi pula (Tabel 6). Menurut Sastrodihardjo (1999, dalam Arif, 2012), pengaruh zat ekstraktif terhadap kematian rayap dan serangga lainnya adalah sebagai penghambat sintesis protein, khususnya dari kelompok tanin, stilbena, alkaloid, dan resin, sedangkan kelompok terpenoid dapat merusak fungsi sel rayap yang pada akhirnya menghambat proses ganti kulit rayap.

Sifat toksik ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun S. javanica seperti, triterpenoid, tanin, dan saponin. Senyawa– senyawa fenol, triterpenoid, alkaloid dan steroid yang terdapat pada tumbuhan merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama. Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi yang khas seperti toksik menghambat makan, antiparasit, dan pestisida (Harborne, 1987, da

Lethal Dosis (LD50) S. javanica dalam

mengendalikan Rayap Tanah Coptotermes sp.

Dosis ekstrak daun S. javanica yang dibutuhkan untuk mampu mengendalikan rayap Coptotermes sp. sebesar 50% dapat dilihat pada Tabel 4.

(7)

Semirata 2013 FMIPA Unila |527 Tabel 4. LD50 S. javanica Terhadap Rayap

Tanah Coptotermes sp. Perlakuan Probability Kensentrasi 95% Fiducial Serbuk Kayu 0,50 - Kertas Tisu 0,50 0,05582

Catatan: ( - ) data kurang homogen.

Dalam mengendalikan rayap tanah toksisitas dari S. javanica tidak berbeda, namun proporsi untuk menimbulkan kematian pada taraf tertentu (LD50) dari

kedua jenis umpan berbeda. Pada analisis probit LD50 dari B1 (serbuk kayu) tidak

dapat dibaca oleh program SAS. Hal ini diduga karena kematian 100% terjadi dalam waktu yang sangat singkat untuk semua perlakuan. Jadi tidak dapat ditentukan rentang parameter S. javanica yang dapat menimbulkan kematian pada rayap (Tabel 4). Artinya pada B1 perlakuan dengan

berbagai proporsi bubuk daun S. javanica

tidak diketahui berapa nilai proporsi yang mampu membunuh 50% rayap tanah.

Dari Tabel 4 proporsi terlihat efektif dalam mengendalikan rayap tanah pada LD50 adalah pada perlakuan B2 dengan nilai

LD50 yaitu 0,05582. Tarmadi et. al. (2007)

menjelaskan dimana zat toksik dari material yang diujikan mengganggu lam Hadi, 2008) protozoa di dalam usus rayap sehingga menyebabkan rayap tersebut mati karena tidak dapat mencerna selulosa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Bubuk daun Sambucus javanica Reinw memiliki daya racun (toksik) terhadap rayap tanah Coptotermes sp.. sehingga daun

S.javanica dapat digunakan sebagai

insektisida nabati dalam pengendalian rayap tanah Coptotermes sp.. Pada metode pengumpanan proporsi bubuk yang efektif dalam mengendalikan rayap tanah

Coptotermessp. adalah 4 g.

Berdasarkan analisis Faktor A (proporsi bubuk) memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap dan kehilangan umpan antara kontrol dengan pemberian berbagai proporsi bubuk, sedangkan Faktor B (jenis umpan) dan Faktor AB tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah tetapi berpengaruh nyata terhadap kehilangan umpan.

Lethal Dosis (LD50) efektif pada B2

(kertas tisu) dan Lethal Time (LT50) bubuk S. javanica efektif pada campuran bubuk daun 7 g dengan serbuk kayu 10 g.

Saran

Proporsi bubuk S. javanica yang baik digunakan adalah 4 g.

Perlu dilakukan pemeliharaan rayap uji yang secara kontiniu dan lebih awal agar ketersediaan rayap dapat mempercepat waktu penelitian.

Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk meningkatkan keefektifan pemanfaatan S. javanica dalam pengendalian rayap tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efi dr dan Tim Lentera. 2005. Tanaman Obat Utuk Mengatasi Hepatitis. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. http://books.google.co.id. Di akses tanggal 5 oktober 2011.

Arif, Astuti M., Natsir Usman dan Fatmawaty Samma. 2012. Sifat Anti Rayap dari Ekstrak Ijuk Aren (Arenga pinnata Merr.). http//www.google-jurnal.co.id diakses tanggal 1 Januari 2013.

Bakti, Darma. 2004. Pengendalian Rayap Coptotermes curvignatus Holmgren menggunakan Nematoda Steinernema carpocapsae Weiser dalam Skala

(8)

Desyanti. 2007. Kajian Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes spp. (Isoptera: Termitidae) dengan Menggunakan Cendawan Entomopatogen Isolat Lokal. Disertasi tidak diterbitkan. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hadi, Mochammad. 2008. Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum). Jurnal Bioma Juni 2008 Vol. 6, No. 2 Hal 12-18. http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 17 oktober 2011.

Hardi, Teguh & R. Kurniawan. 2008. Pengendalian Rayap Tanah Pada Tanaman Kayu Putih dengan Ekstrak Sereh Wangi. Jurnal. http:// biologyeastborneo.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2011.

Kartika et al. 2007. Pengembangan Formula Bahan Infeksi Cendawan sebagai Alternatif Biokontrol Rayap Tanah Coptotermes sp. J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.5 • No. 2 • 2007. http://www. jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. Diakses tanggal 27 juli 2011. Prianto, et al. 2006. Sifat Anti Rayap

Ekstrak Antiaris (Antiaris toxicara), dan Ki Pahit (Picrasima javanica) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignatus Holmgren). Laporan Teknis Akhir

Tahun 2006.

http://www.elib.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 27 juli 2011.

Ramadani, Rosi Fitri. 2012. Keefektifan Ekstrak Daun Carica papaya Linn Untuk Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes sp. (Isoptera: Rhinotermitidae). Skripsi

Tidak Diterbitkan. Padang: FMIPA UNP.

Radhitya, Moch. Sabeth dan Zulfahmi. 2010. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang sebagai bahan Anti Rayap (Bio-Termisida) pada Bangunan Berbahan

Kayu. Skripsi.

http://www.eprints.undip.ac.id. Di akses tanggal 4 Oktober 2011.

Simanjuntak, Ferry, et al. 2007. Pemanfaatan Daun Sirsak dan Berbagai Jenis Umpan untuk Mengendalikan Hama Rayap di Laboratorium.

Penelitian. http://

www.biologyeastborneo.com. Di akses tanggal 13 Oktober 2011.

Tarmadi, et al.. 2006. Pengaruh Esktrak Bintaro (Carbera odollan Gaertn) dan Kecubung (Brugmansia candida Pers) Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp.. Jurnal Tropical Wood Scince and Technology Vol. 5. No I. 2007. http://www.elib.pdii.lipi.go.id. Di akses tanggal 1 November 2011.

Utami, Sri. 2010. Aktivitas Insektisida Bintaro (Cerbera odollan Gaertn) Terhadap Hama Eurema spp. Pada Skala Laboratorium. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.7 No.4 oktober 2010, 211-222. Palembang: Balai Penelitian. http//www.jurnal-google.co.id. Diakses tanggal 2 Januari 2013.

Yanti, Hikma. 2008. Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kulit Kayu Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. http//www.ipb.ac.id. Diakses tanggal 2

Gambar

Tabel  1.  Rata-rata  Persentase  Mortalitas  Rayap  Tanah  Coptotermes  sp.  Setelah  Pengumpanan  Berbagai Proporsi Daun S
Tabel  2.  Rata-rata  Persentase  Kehilangan  Umpan  Setelah  Aplikasi  Bubuk  Daun  S
Tabel  3.  LT 50    S.  javanica  Terhadap  Rayap  Tanah Coptotermes sp.  Perlakuan  Probability  Konsentrasi 95%  Fiducial  A 1 B 1 0,50  4.999785  A 2 B 1 0,50  4.77019  A 3 B 1 0,50  3.22345  A 4 B 1 0,50  2.46848  A 5 B 1 0,50  2.11092  A 1 B 2 0,50  4

Referensi

Dokumen terkait

Pada Persamaan (1–20), Anda telah menyatakan hubungan antara besaran tekanan, volume, dan suhu (besaran makroskopis) suatu gas dengan besaran mikroskopis (massa, jumlah,

Dalam kitab-kitab fiqih klasik, harta gono-gini atau harta bersama diartikan sebagai harta kekayaan yang dihasilkan oleh suami istri selama mereka diikat oleh tali

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, agar penelitian ini lebih terfokus maka masalah yang akan dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini adalah pandangan

Dalam hal ini, sebagaimana klasifikasi pada aspek ritual seremonial yang dibagi 2 (yakni yang bersumber dari Islam dan yang bersumber dari budaya lokal), aspek-aspek fisik

Hasil dari analisis investasi perluasan dan pengembangan TV kabel PT.XYZ menggunakan metode Cost & Benefit analysis dapat diperoleh nilai-nilai sebagai berikut Payback

Dalam melakukan serangan pada malam hari digunakan taktik Kirikumi (Eddie Soekardi, wawancara tanggal 20 Juni 1999) yaitu taktik penyerangan terhadap konvoi Sekutu

Dengan tingkat kepercayaan 95 %, responden dengan TPAM yang terbuka mempunyai risiko terjangkit penyakit DBD hampir sama dengan responden dengan TPAM yang tertutup (OR 1,2 dan 1).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan program Studi Strata Satu (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) Program Studi